asuransi syariah dan asuransi konvension (3)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan

datang secara sempurna, meskipun dengan menggunakan berbagai alat analisis. Setiap
ramalan yang dilakukan tidak akan terlepas dari kesalahan perhitungan yang telah dilakukan.
Penyebab melesetnya hasil ramalan karena di masa yang akan dating penuh dengan
ketidakpastian. Bahkan untuk hal-haltertentu sama sekali tidak dapat diperhitungkan seperti
maut dan rezeki. Jadi wajar jika terjadinya sesuatu di masa yang akan dating hanya dapat
direka-reka semata.
Risiko di masa datang

dapat terjadi terhadap kehidupan seseorang misalnya

kematian, sakit atau risiko dipecat dari pekerjaan. Dalam dunia bisnis risiko yang dihadapi
dapat berupa risiko kerugian akibat kebakaran, kerusakan atau kehilangan atau risiko lainnya.
Oleh karena itu, setiap risiko yang akan dihadapi harus ditanggulani sehingga tidak
menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.

Untuk mengurangi risiko yang tidak kita inginkan di masa yang akan dating, seperti
risiko kehilangan, risiko kebakaran, risiko macetnya pinjaman kredit bank, risiko kesehatan
atau risiko lainnya, maka diperlukan perusahaan yang mau menanggung risiko tersebut.
Adalah perusahaan asuransi yang mau dan sanggup menanggung setiap resiko yang bakal
dihadapi nasabahnya baik perorangan maupun badan usaha. Hal ini disebabkan perusahaan
asuransi merupakan perusahaan yang melakukan usaha pertanggungan terhadap risiko yang
akan dihadapi oleh nasabahnya.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang terdapat di dalam makalah ini yaitu :
1. Apa definisi dari asuransi ?
2. Apa definisi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ?
3. Apa saja produk dan karakteristik dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ?
4. Apa saja sumbangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) terhadap sektor
keuangan ?
5. Bagaimana perbandingan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Indonesia
dengan Negara lain ?
1.3
TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari asuransi.

2. Mengetahui definisi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
3. Mengetahui produk dan karakteristik dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS).
4. Mengetahui sumbangan Badan Penyelenggara Jamina Sosial (BPJS) terhadap sector
keuangan.
1

5. Mengetahui perbandingan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang ada di
Indonesia dengan Negara lain.

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

DEFINISI ASURANSI
Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari kata

“assuradeur” yang berarti penanggung dan “geassureerde” yang berarti tertanggung.

Kemudian dalam bahasa Prancis disebut “Assurance” yang berarti menanggungsesuatu yang
pasti terjadi. Sedangkan dalam bahasa ltindisebut “Assecurare” yang berarti menyakinkan
orang. Selanjutnya bahasa Inggris kata asuransi disebut “Insurance” yang berarti
menanggung sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin terjadi dan “Assurance” yang berarti
menanggung sesuatu pasti terjadi.
Di Indonesia pengertian Asuransi menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992
tentang Usaha Asuransi adalah sebagai berikut :
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntunganyang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak
pasti, atau untuk memberikansuatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
2.2

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk

untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Sesuai Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan badan
hukum nirlaba.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan
sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan
kesehatan PT Askes Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenaga
kerjaan PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Transformasi PT Askes dan PT
Jamsostek menjadi BPJS dilakukan secara bertahap. Pada awal 2014, PT Askes akan menjadi
BPJS

Kesehatan,

selanjutnya

pada

2015

giliran


PT

Jamsostek

menjadi

BPJS

Ketenagakerjaan. Lembaga ini bertanggung jawab terhadap Presiden. BPJS berkantor pusat
3

di Jakarta, dan bisa memiliki kantor perwakilan di tingkat provinsi serta kantor cabang di
tingkat kabupaten kota.
2.2.1 Kepesertaan Wajib
Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di Indonesia
selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS.
Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Sedangkan orang
atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota
keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan
kemudian. Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui

program Bantuan Iuran.
Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun juga
pekerja informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja
wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai dengan tingkatan manfaat yang
diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara bertahap pada
2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah memiliki jaminan kesehatan
tersebut. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan
untuk menanggung segala jenis penyakit namun dengan melakukan upaya efisiensi.
2.2.2 Sejarah Pembentukan
Sejumlah fraksi di DPR dan pemerintah menginginkan agar BPJS II (BPJS
Ketenagakerjaan)

bisa

beroperasi

selambat-lambatnya

dilakukan


2016.

Sebagian

menginginkan 2014. Akhirnya disepakati jalan tengah, BPJS II berlaku mulai Juli 2015.
Rancangan Undang-undang tentang BPJS pun akhirnya disahkan di DPR pada 28 Oktober
2011.
Keuangan (saat itu) Agus Martowardojo mengatakan, pengelolaan dana sosial pada
kedua BPJS tetap perlu memerhatikan prinsip kehati-hatian. Untuk itu, pemerintah
mengusulkan dibuat katup pengaman jika terjadi krisis keuangan maupun kondisi tertentu
yang memberatkan kondisi perekonomian.
2.2.3 Besaran Iuran
Di tahap awal program BPJS kesehatan, pemerintah akan menggelontorkan dana Rp
15,9 triliun dari APBN untuk menyubsidi asuransi kesehatan 86 juta warga miskin. Pada
September 2012, pemerintah menyebutkan besaran iuran BPJS Kesehatan sebesar Rp22 ribu
per orang per bulan. Setiap peserta BPJS nanti harus membayar iuran tersebut, kecuali warga
miskin yang akan ditanggung oleh pemerintah.
4


Namun pada Maret 2013, Kementerian Keuangan dikabarkan memotong besaran
iuran BPJS menjadi Rp15,500, dengan alasan mempertimbangkan kondisi fiskal negara.
Pemangkasan anggaran iuran BPJS itu mendapat protes dari pemerintah DKI Jakarta. DKI
Jakarta menganggap iuran Rp15 ribu per bulan per orang tidak cukup untuk membiayai
pengobatan warga miskin. Apalagi DKI Jakarta sempat mengalami kekisruhan saat
melaksanakan program Kartu Jakarta Sehat. DKI menginginkan agar iuran BPJS dinaikkan
menjadi Rp23 ribu rupiah per orang per bulan.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Zaenal Abidin menilai bahwa iuran untuk
Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebesar Rp15.500 yang akan dibayarkan pemerintah itu
belumlah angka yang ideal untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang layak. IDI telah
mengkaji besaran iuran yang ideal berdasarkan pengalaman praktis dari PT Askes, dimana
untuk golongan satu sebesar Rp38.000.
Sementara itu kalangan anggota DPR mendesak pemerintah agar menaikkan pagu
iuran BPJS menjadi sekitar Rp 27 ribu per orang per bulan. Direktur Konsultan Jaminan
Sosial Martabat Dr. Asih Eka Putri, menilai bahwa rumusan iuran JKN belum mampu
menyertakan prinsip gotong-royong dan keadilan. Formula iuran juga belum mampu
mengoptimalkan mobilisasi dana publik untuk penguatan sistem kesehatan, khususnya
penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan.
2.2.4 Karakteristik
1. Diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia dengan azas gotong royong

2.
3.

sehingga terjadi subsidi silang.
Mengacu pada prinsip asuransi kesehatan sosial.
Pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan secara terstruktur dan

4.
5.
6.

berjenjang.
Program diselenggarakan dengan prinsip nirlaba.
Menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam pelayanan kepada peserta.
Adanya akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan mengutamakan prinsip

2.3

kehati-hatian, efisiensi dan efektifitas.
PERBANDINGAN BPJS KESEHATAN DI INDONESIA DENGAN ASURANSI

KESEHATAN OBAMACARE DI AMERIKA SERIKAT
Salah satu produk asuransi kesehatan di Amerika Serikat yang dikenal dengan istilah

Obamacare merujuk pada nama presiden Amerika yang pernah bermukim di Indonesia, yaitu
Barack Obama. Obamacare adalah asuransi kesehatan bagi rakyat Amerika, dan juga dikenal
dengan Patient Protection and Affordable Care Act of 2010.
Sedangkan salah satu produk asuransi kesehatan di Indonesia adalah BPJS Kesehatan.
Perbedaan BPJS Kesehatan dengan Obamacare yaitu :
5

Pertama, asuransi kesehatan Obamacare di Amerika Serikat mewajibkan seluruh
warganya untuk memiliki asuransi kesehatan, jika tidak setiap warganya akan mendapatkan
denda pada saat membayar pajak. Sedangkan di Indonesia pemerintah tidak menindak tegas
bagi warganya yang belum memiliki BPJS Kesehatan.
Kedua, di Amerika Serikat setiap perusahaan asuransi harus berpartner dengan
pemerintah, sedangkan di Indonesia perusahaan asuransi ada yang milik pemerintah dan
milik swasta yang tanpa berpartner dengan pemerintah.
Ketiga, Obamacare dilarang menolak pasien yang memiliki riwayat penyakit berat,
sedangkan di Indonesia masih ada penolakan dari perusahaan asuransi terhadap pasien yang
memiliki riwayat penyakit berat.

Keempat, dalam pelayanannya di Amerika Serikat mampu melayani pasien yang
menggunakan asuransi Obamacare karena semua fasilitas yang dibutuhkan setiap warganya
sudah terpenuhi. Sedangkan di Indonesia dalam pelayanannya masih ada yang menolak
untuk melayani pasien yang menggunakan BPJS Kesehatan dikarenakan tidak ada ruang
yang kosong.
Kelima, dalam pembayara premi Obamacare memberikan bantuan dana yang
diperuntukan oleh semua warganya secara merata. Sedangkan di Indonesia walaupun
pemerintah juga memberikan bantuan dana untuk membayar premi, namun hanya untuk
masyarakat miskin dan masih belum menyeluruh.
2.4 SUMBANGAN TERHADAP SEKTOR KEUANGAN

6

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Indonesia memiliki perusahaan asuransi milik pemerintah yaitu Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Produk dari BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Asuransi kesehatan memiliki prinsip kehati-hatian, karena perusahaan harus
berhati-hati agar perusahaan tidak mengalami kerugian akibat dari pengelolaan keuangan
yang buruk. Sedangkan perusahaan asuransi milik pemerintah Indonesia yaitu BPJS
Kesehatan dengan milik Amerika Serikat yaitu Obamacare memiliki perbedaan sistem yang
sangat mencolok.

7

DAFTAR PUSTAKA
1. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Linnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Penyelenggara_Jaminan_Sosial
3. http://www.xl.co.id/id/yang-baru/artikel/asuransi-kesehatan-ala-obamacare-di-amerikaserikat

8