otoritas Moneter dan kebijakan moneter (2)
KATA PENGANTAR
Terima kasih,mungkin hanya sepatah kata ini yang saya katakan kepada tuhan yang maha esa
karena berkat dan rahmat-Nya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan tugas
makalah ini.yaitu tentang jumlah uang beredar . Pada sempatan ini, ijikan saya selaku penulis
mengucapkan rasa terimakasih saya kepada teman-teman saya yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan makalah ini, baik dari proses penyusunan, pengetikan, sampai akhirnya
makalah ini bisa selesai. Akhirnya saya selaku penulis sangat mengharapkan masukan berupa
saran, ataupun kritikan yang bersifat membangaun, yang pada intinya sangat berguna untuk
menyempurnakan penulisan makalah selanjutnya, dan semoga makalah ini dapat menjadi
sumber pengetahuan baru bagi pembacanya
Semarang, 18 Desember 2012
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
BAB II DASAR TEORI
2.1 Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB)
2.2 Pengertian Jumlah Uang Beredar (JUB)
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar
2.4 Berbagai Kebijakan Pemerintah Dalam Mempengaruhi Jumlah Uang
Beredar
BAB III DATA JUMLAH UANG BEREDAR
3.1 Tabel Jumlah Uang Beredar
BAB IV PEMBAHASAN
1.1 Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar
1.2 Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat
Intereste dan Output
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tahun uang yang beredar di masyarakat terus mengalami peningkatan, rata-rata
11%-12% per tahun. Peningkatan peredaran uang tersebut, di antaranya terjadi seiring
pertumbuhan ekonomi masyarakat dan meningkatnya Pendapatan Domestik Rasio Bruto
Indonesia. Direktur Departemen Pengedaran Uang Bank Indonesia, Wijayanti Yuwono
mengatakan, peredaran uang keluar (outflow) mayoritas berada di wilayah Jabodetabek,
dengan kontribusisekitar 30% lebih dari total outflow secara nasional.
Di bulan Oktober, dari total outflow nasional sebanyak Rp 33 triliun. Di wilayah
Jabodetabek, outflow mencapaiRp 10 triliun, disusul kota-kota besar lain diIndonesia, seperti
Medan, Padang, Palembang, dan Semarang, dengan jumlah outflow rata-rata berkisar antara
Rp 1 triliun hingga Rp 3 triliun. “ Khusus untuk Kota Semarang, outflow di bulan Oktober
mencapaiRp 2,7 triliun. Pada akhir tahun ,tren peredaran uang diprediksi lebih tinggi
ketimbang bulan biasa, di luar masa menjelang Lebaran,” sebutnya, baru-baru ini.
Lonjakan outflow ini, kata Wijayanti, dipicu meningkatnya konsumsi masyarakat,
korporasi, dan pemerintah di masa tutup buku. Ia menambahkan, pengalaman di tahun-tahun
sebelumnya selalu menunjukkan tren peningkatan outflow di akhir tahun. Peningkatan itu
karena perayaan Natal dan Tahun Baru, diskon akhir tahun, pembayaran bonus karyawan
perusahaan, dan realisasi proyek pemerintah.
“Di akhir tahun 2011 lalu, outflow Bank Indonesia mencapai Rp 50 triliun atau meningkat 150%
dibanding bulan biasa sebelumnya yang mencapai rata-rata sebesar Rp 20 triliun. Sampai saat ini,
secara kumulatif bulan Januari-Oktober, uang yang beredar mencapaiRp 396,5 triliun,” imbuhnya.
Dari jumlah tersebut, 85%-nya merupakan uang kartal di luar bank sentra atau dipegang masyarakat
dan perbankan. (Bud/Mel)
Berdasarkan uraian diatas maka sangat menarik untuk diamati mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi jumlah uang beredar, terutama adanya sistem moneter dan perbankan di Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah-masalah di bahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar
2. Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat
Intereste dan Output
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB)
Pengendalian terhadap JUB, merupakan kebijakan yang sangat esensial berkaitan dengan
perekonomian suatu negara. Pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) dan Departemen
Keuangan, merupakan ‘aktor’ utama yang bertanggung jawab terhadap JUB di Indonesia. Namun
demikian, kebijakan pemerintah dalam mengendalikan JUB ini tidak terlepas dari pelaku-pelaku lain
dalam proses penciptaan uang beredar, yaitu: (Boediono, 1993, hal: 85)
a. bank-bank umum (atau sektor perbankan), dan
b. masyarakat umum
Jumlah uang beredar, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas, senantiasa mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Ia bisa membesar (ekspansif) atau mengecil (kontraktif), hal ini
tergantung dari kebutuhan perekonomian. Tujuan pengendalian uang beredar ini tidak lain adalah
untuk tercapainya pertumbuhan ekonomi nasional yang sifatnya stabil dan tidak terlampau tinggi.
JUB yang terlalu besar, seperti pernah terjadi pada tahun 80-an, yaitu ketika pemerintah
mengeluarkan kebijakan deregulasi perbankan 1983 dan ditambah dengan kebijakan deregulasi 1988
(Pakto 1988), dampaknya juga tidak baik terhadap perekonomian jangka panjang. Kebijakan uang
longgar (easy money) ketika itu, telah mengakibatkan aktivitas konomi yang terlampau tinggi
(overheated), yang cenderung mendorong laju inflasi. Untuk mengurangi JUB ketika itu, pemerintah
mengeluarkan kebijakan yang dikenal dengan "gebrakan Sumarlin". Dalam rangka absorpsi rupiah
tersebut oleh Bank Indonesia, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga deposito sampai 24% per
tahun. Dan hal ini memang terbukti ampuh dalam mengurangi JUB.
2.2 Pengertian Jumlah Uang Beredar (JUB)
Ada sebagian ahli yang mengkalifikasikan jumlah uang beredar menjadi dua, yaitu:
1. jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut ‘Narrow Money’ (M1), yang terdiri dari uang
kartal dan uang giral (demand deposit); dan
2. uang beredar dalam arti luas atau ‘Broad Money’ (M2), yang terdiri dari M1 ditambah dengan
deposito berjangka (time deposit).
Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2 ditambah dengan semua
deposito pada lembaga-lembaga keuangan non bank. Dalam tulisan ini, jumlah uang beredar
dibedakan menjadi dua yaitu uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas
(M2).
Namun sebelum menguraikan uang beredar dalam arti sempit dan luas tersebut, penting dijelaskan
disini tentang uang primer atau uang inti (reserve money), yang dinotasikan dengan M0. Uang inti
merupakan cikal-bakal lahirnya uang kartal dan uang giral.
Uang Primer atau Uang Inti (M0)
Uang primer atau uang inti atau reserve money (Insukindro, 1994, hal: 76) merupakan kewajiban
otoritas moneter (Bank Indonesia), yang terdiri atas uang kartal yang berada di luar Bank Indonesia
dan Kas Negara, dan rekening giro Bank Pencipta Uang Giral (BPUG) dan sektor swasta
(perusahaan maupun perorangan) di Bank Indonesia.
Dengan demikian, uang kartal yang dipegang pemerintah, dalam bentuk kas pemerintah atau kas
negara, dan simpanan giral pemerintah pada Bank Indonesia, tidak termasuk sebagai komponen dari
uang primer.
Uang Beredar Dalam Arti Sempit (Narrow Money = M1)
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam arti sempit adalah seluruh uang
kartal dan uang giral yang ada di tangan masyarakat. Sedangkan uang kartal milik pemerintah (Bank
Indonesia) yang disimpan di bank-bank umum atau bank sentral itu sendiri, tidak dikelompokkan
sebagai uang kartal.
Sedangkan uang giral merupakan simpanan rekening koran (giro) masyarakat pada bank-bank
umum. Simpanan ini merupakan bagian dari uang beredar, karena sewaktu-waktu dapat digunakan
oleh pemiliknya untuk melakukan berbagai transaksi. Namun saldo rekening giro milik suatu bank
yang terdapat pada bank lain, tidak dikategorikan sebagai uang giral.
Uang Beredar Dalam Arti Luas (Broad money = M2)
Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1 (uang beredar dalam arti sempit)
dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near money adalah simpanan masyarakat pada bank umum
dalam bentuk deposito berjangka (time deposits) dan tabungan. Uang kuasi diklasifikasikan sebagai
uang beredar, dengan alasan bahwa kedua bentuk simpanan masyarakat ini dapat dicairkan menjadi
uang tunai oleh pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang dilakukan.
Dalam sistem moneter di Indonesia, uang beredar dalam arti luas ini (M2) sering disebut dengan
likuiditas perekonomian.
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar.
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa dasar terciptanya uang beredar adalah karena adanya
uang inti atau uang primer. Dengan demikian, besarnya uang beredar ini sangat dipengaruhi oleh
besarnya uang inti yang tersedia. Sedangkan besarnya uang inti ini dipengaruhi oleh empat faktor,
yaitu: (Boediono, 1993, hal: 97)
1.
2.
3.
4.
2.4
a.
b.
1.
a.
b.
c.
Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit);
Apabila neraca pembayaran mengalami surplus, berarti ada devisa yang masuk ke dalam negara, hal
ini berarti ada penambahan jumlah uang beredar. Demikian pula sebaliknya, jika neraca pembayaran
mengalami defisit, berarti ada pengurangan terhadap devisa negara. Hal ini berari ada pengurangan
terhadap jumlah uang beredar.
Keadaan APBN (surplus atau defisit);
Apabila pemerintah mengalami defisit dalam APBN, maka pemerintah dapat mencetak uang baru. Hal
ini berarti ada penambahan dalam jumlah uang beredar. Demikian sebaliknya, jika APBN negara
mengalami surplus, maka sebagian uang beredar masuk ke dalam kas negara. Sehingga jumlah
uang beredar semakin kecil.
Perubahan kredit langsung Bank Indonesia;
Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia tidak saja dapat memberikan kredit kepada bank-bank
umum, tetapi BI juga dapat memberikan kredit langsung kepada lembaga-lembaga pemerintah yang
lain seperti Pertamina, dan badan usaha milik negara (BUMN) lainnya. Perubahan besarnya kredit
langsung ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah uang beredar.
Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia.
Sebagai banker’s bank, BI dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank umum. Sebagai
contoh, ketika terjadi krisis ekonomi sejak tahun 1997 lalu, BI memberikan kredit likuiditas dalam
rangka mengatasi krisis likuiditas bank-bank umum, yang jumlahnya mencapai ratusan trilyun rupiah.
Hal ini berdampak pada melonjaknya jumlah uang beredar.
Di samping itu, adanya pinjaman luar negeri, kebijakan tarif pajak, juga dapat mempengaruhi besar
kecilnya jumlah uang beredar.
Berbagai Kebijakan Pemerintah dalam Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar.
Secara garis besar terdapat dua jenis kebijakan yang dilakukan pemerintah (Bank Indonesia dan
Departemen Keuangan) dalam mengendalikan jumlah uang beredar, yaitu:
kebijakan moneter; dan
fiskal.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yang dibedakan
menjadi dua, yaitu:
Kebijakan moneter kuantitatif , yang meliputi:
Poltik Pasar Terbuka
BI mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara jual beli surat-surat berharga. BI mempunyai
instrumen yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila jumlah uang beredar dalam masyarakat
terlalu besar, maka BI dapat menjual SBI kepada masyarakat (bank-bank umum). Apabila bank umum
membeli SBI artinya ada uang yang tersedot ke pemerintah (BI), yang berarti jumlah uang beredar
berkurang.
Politk Diskonto dan bunga pinjaman.
BI dapat membeli surat-surat berharga bank-bank umum yang tingkat likuiditasnya tinggi, dengan
tingkat diskonto yang telah ditetapkan oleh BI. BI juga bisa memberikan pinjaman kepada bank-bank
umum, yang artinya terjadi penambahan jumlah uang beredar. BI dapat juga menaikkan bunga
pinjaman kepada bank-bank umum, maka bank umum akan mengurangi jumlah pinjamannya dari
bank Indonesia.
Politik merubah cadangan minimal bank-bank umum pada BI
Setiap bank umum wajib mempunyai cadangan di BI dan jumlahnya ditetapkan oleh BI. Istilahnya
adalah reserve requirement. Apabila Bank Indonesia menaikkan tingkat cadangan minimal bank-bank
umum, katakanlah dari 10% menjadi 15%, maka hal ini akan mengurangi jumlah uang beredar,
karena semakin besarnya modal bank-bank umum yang harus disimpan di BI.
2. Kebijakan moneter kualitatif, yang meliputi:
a. Pengawasan pinjaman secara selektif
Bank sentral mengawasi pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank-bank umum, agar bankbank umum selektif dalam memberikan kredit kepada debitur.
b. Pembujukan moral
Bank sentral mengadakan pertemuan langsung dengan pimpinan bank-bank umum untuk meminta
langkah-langkah tertentu dalam rangka membantu kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil oleh
pemerintah. Melalui pembujukan moral ini, bak\nk sentral dapat meminta bank-bank umum untuk
menambah atau mengurangi pinjaman di semua sektor atau hanya di sektor-sektor tertentu saja.
Ataupun membuat perubahan-perubahan tingkat bunga yang mereka tetapkan.
Kebijakan Fiskal (Pajak)
Kebijakan ini juga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar, yaitu melalui pajak. Apabila
pemerintah, dalam hal ini Departemen Keuangan, memperluas objek pajak, berarti akan lebih banyak
uang yang tersedot ke pemerintah. Dalam hal ini berarti jumlah uang beredar menjadi berkurang.
Demikian pula misalnya ketika pemerintah menaikkan pajak kendaraan bermotor pada tahun 1999
sebesar kurang lebih 100%, hal ini berarti terjadi penyerapan (absorbsi) uang yang beredar.
BAB III
DATA JUMLAH UANG BEREDAR
3.1 Tabel Jumlah Uang Beredar
Akhir Periode
Uang
Kartal
Uang Giral
Jumlah
(M1)
Uang
Kuasi
Surat
Berharga
Selain
Saham
Jumlah
(M2)
2012
Januari
286.242
410.082
696.323
2.145.246
13.409
2.854.978
Februari
280.103
403.150
683.253
2.150.808
15.735
2.849.796
Maret
287.046
427.212
714.258
2.182.891
14.771
2.911.920
April
290.861
430.064
720.924
2.190.885
15.450
2.927.259
Mei
294.768
454.682
749.450
2.227.527
15.081
2.992.057
Juni
314.670
464.746
779.416
2.254.329
16.610
3.050.355
Juli
315.375
456.417
771.792
2.270.112
12.932
3.054.836
Agustus
327.059
445.370
772.429
2.304.474
12.108
3.089.011
September
325.566
469.952
795.518
2.318.559
11.457
3.125.533
Oktober
332.842
448.864
781.706
2.375.380
10.640
3.167.726
Januari
247.481
356.688
604.169
1.822.268
10.242
2.436.679
2011
Februari
245.327
340.563
585.890
1.823.771
10.530
2.420.191
Maret
241.618
338.984
580.601
1.862.788
7.968
2.451.357
April
252.013
332.621
584.634
1.841.377
8.468
2.434.478
Mei
254.066
357.725
611.791
1.853.915
9.580
2.475.286
Juni
261.504
374.702
636.206
1.876.446
10.131
2.522.784
Juli
275.437
364.251
639.688
1.914.444
10.424
2.564.556
Agustus
324.725
338.081
662.806
1.943.770
14.770
2.621.346
September
279.224
376.872
656.096
1.973.573
13.663
2.643.331
Oktober
281.341
383.659
665.000
1.999.733
12.472
2.677.205
November
279.066
388.521
667.587
2.047.205
14.746
2.729.538
Desember
307.760
415.231
722.991
2.139.840
14.388
2.877.220
260.227
345.184
605.411
1.856.720
9.075
2.471.206
Januari
211.811
284.716
496.527
1.570.059
7.274
2.073.860
Februari
211.708
278.376
490.084
1.568.632
7.765
2.066.481
Maret
205.083
289.378
494.461
1.611.373
6.249
2.112.083
April
211.390
283.327
494.718
1.615.203
6.103
2.116.024
Mei
214.695
299.310
514.005
1.622.981
6.248
2.143.234
Juni
222.828
322.577
545.405
1.680.374
5.365
2.231.144
Juli
228.239
311.507
539.746
1.672.443
5.400
2.217.589
Agustus
241.166
314.328
555.495
1.676.517
4.448
2.236.459
September
229.825
320.117
549.941
1.720.039
4.975
2.274.955
Oktober
235.709
319.840
555.549
1.747.976
5.321
2.308.846
November
238.500
332.837
571.337
1.769.654
6.816
2.347.807
Desember
260.227
345.184
605.411
1.856.720
9.075
2.471.206
2009
226.006
289.818
515.824
1.622.055
3.504
2.141.384
2008
209.747
247.040
456.787
1.435.772
3.279
1.895.839
2007
182.967
267.089
450.055
1.196.119
3.487
1.649.662
2006
150.654
196.359
347.013
1.032.865
2.615
1.382.493
2005
123.991
147.149
271.140
929.343
2.280
1.202.762
2004
109.028
136.918
245.946
785.261
2.670
1.033.877
2003
94.333
119.451
213.784
728.788
1.794
944.366
2010
BAB IV
PEMBAHASAN
Jumlah uang beredar merupakan bagian dari ekonomi moneter yang berpengaruh besar pada
perekonomian indonesia. Sesuai judul makalah ini, pembahasan meliputi kebijakan moneter
pemerintah untuk menstabilkan jumlah uang beredar, dan peningkatan uang beredar untuk
efek jangka pendek dan jangka panjang pada tingkat intereste dan output.
4.1 Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar
Ada 2 kebijakan moneter yaitu:
Kebijakan Moneter Ekspansif
Suatu kebijakan untuk menambah jumlah uang beredar
Kebijakan Moneter Kontraktif
Suatu kebijakan untuk mengurangi jumlah uang beredar atau disebut juga dengan kebijakan
uang ketat (tight money policy)
Ada beberapa cara untuk melakukan kebijakan moneter diantaranya :
Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang beredar dengan menjual atau membeli
surat berharga pemerintah
Diskonto
Diskonto adalah pengaturan jumlah uang beredar dengan memainkan tingkat bunga sentral
pada bank umum
Rasio Cadangan Wajib
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah
cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemeritah
4.2 Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat
Intereste dan Output
Dalam jangka pendek, kenaikan jumlah uang beredar akan mendorong suku bunga turun
sebagai uang fluktuasi permintaan mengubah keinginan rakyat untuk aset likuid dan dengan
demikian harga dan tingkat pengembalian obligasi.
Dalam perekonomian terbuka di mana bunga paritas antar negara harus dilestarikan nilai
tukar akan meningkat (depresiasi mata uang) dalam rangka menciptakan harapan bahwa itu
akan jatuh lebih cepat di masa mendatang. Peningkatan nilai tukar membuat barang-barang
dalam negeri lebih menarik, sehingga meningkatkan baik asing dan permintaan domestik
untuk barang produksi dalam negeri. Hal ini kemudian mendorong pertumbuhan output.
Dalam jangka panjang hal itu akan tergantung pada apakah peningkatan jumlah uang beredar
dianggap permanen atau sementara. Kecuali perubahan adalah efek permanen dalam jangka
panjang tidak akan terasa. Jika perubahan IS permanen, berikut akan terjadi:
- Seiring dengan peningkatan jumlah uang beredar, efek jangka pendek yang dijelaskan di
atas akan berarti output yang didorong di atas permukaan alamnya.
- Namun, sebagai output berada di atas tingkat alamiah, ini berarti bahwa para pekerja dan
mesin bekerja lembur
- Ini meningkatkan biaya perusahaan sebagai pekerja menuntut upah yang lebih tinggi, mesin
memerlukan perawatan lebih dll ..
- Seperti meningkatkan biaya, begitu juga harga
- Dengan kenaikan harga, permintaan agregat ditekan ke bawah
- Seperti kenaikan harga dalam jangka panjang, jumlah uang beredar riil juga berkurang dari
waktu ke waktu
Sangat menarik untuk dicatat perilaku nilai tukar di sini. Dalam jangka pendek meningkat
karena peningkatan jumlah uang beredar, tetapi kemudian menurun dalam jangka panjang
sebagai pasokan uang riil berkurang oleh kenaikan harga dari waktu ke waktu. Namun itu
tidak akan kembali ke level aslinya. Ini akan lebih tinggi dengan persentase yang sama
seperti jumlah uang beredar telah meningkat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tidak ada subjek lain di bidang ekonomi telah dipelajari lagi atau lebih intensif daripada
masalah uang. Hasilnya adalah jumlah unga beredar sangat berpengaruh besar pada
perekonomian dan peningkatan jumlah uang beredar dalam jangka panjang atau jangka
pendek sangat mepengaruhi perekonomian secara langsung dan kebijakan moneter
pemerintah yang dapat menstabilkan jumlah uang beredar untuk menjaga perekonomian agar
tetap berjalan baik
5.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga apa yang telah kita harapkan untuk mejadikan
keinginan yang ingin kita peroleh lebih baik dari apa yang telah diharapkan. Maklah ini
sangat membutuhkan saran dalam memperbaiki makalah ini kedepannya agar memperoleh
nilai guna yang ingin diperoleh menjadi lebih bertambah. Sehingga memperoleh manfaat
yang besar bagi kita semua.
Diposkan oleh WIDIYAN APRI di 11.37 AM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
PERKEMBANGAN UANG BEREDAR
Uang Beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan
Rakyat/BPR) terhadap sektor swasta domestik (tidak termasuk pemerintah pusat dan bukan
penduduk). Kewajiban yang menjadi komponen Uang Beredar terdiri dari uang kartal yang
dipegang masyarakat (di luar Bank Umum dan BPR), uang giral, uang kuasi yang dimiliki oleh
sektor swasta domestik, dan surat berharga selain saham yang diterbitkan oleh sistem moneter
yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Uang Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi
uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro berdenominasi Rupiah), sedangkan M2
meliputi M1, uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta
giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki
sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Faktor yang mempengaruhi Uang Beredar adalah Aktiva Luar Negeri Bersih (Net Foreign Assets /
NFA) dan Aktiva Dalam Negeri Bersih (Net Domestic Assets / NDA). Aktiva Dalam Negeri Bersih
antara lain terdiri dari Tagihan Bersih Kepada Pemerintah Pusat (Net Claims on Central Government
/ NCG) dan Tagihan kepada sektor lainnya (sektor swasta, pemeritah daerah, lembaga keuangan
dan perusahaan bukan keuangan) terutama dalam bentuk Pinjaman yang diberikan.
Uang Beredar disusun dengan mengacu pada Monetary and Financial Statistics Manual (MFSM)
2000 dan Compilation Guide (2008).
Adapun cakupan data dari Uang Beredar sebagaimana terdapat pada Matriks berikut:
Uang Beredar M2
Simpanan (Dana)
Pinjaman (Kredit)
Suku Bunga
Bank Beroperasi di Indonesia
Bank Umum
BPR
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Tidak Termasuk
Kantor Bank Beroperasi
di Luar Negeri
Tidak Termasuk
Tidak Termasuk
Tidak Termasuk
Tidak Termasuk
TEORI JUMLAH UANG BEREDAR
Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tentang definisi jumlah uang beredar
2. Menjelaskan tentang lembaga-lembaga aau pihak terkait dalam
penciptaan uang beredar
a.
Menjelaskan tentang teori-teori penawaran uang atau jumlah
uang beredar
Deskripsi Singkat:
Paba bab 5: Teori Jumlah Uang Beredar, membahas tentang definisi jumlah uang
beredar dan erkembangannya, penciptaan uang beredar, dan teori-teori tentang jumlah
uang beredar atau penawaran uang.
5.1. Konsep dan Pengertian
Jumlah uang beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat. Namun definisi
ini terus berkembang, seiring dengan perkembangan perekonomian suatu negara.
Cakupan definisi jumlah uang beredar di negara maju umumnya lebih luas dan
kompleks dibandingkan negara sedang berkembang (NSB).
Pengertian paling sempit atau biasa dikenal dengan istilah narrow money adalah daya
beli yang langsung bisa digunakan untuk pembayaran atau dapat diperluas mencakup
alat-alat pembayaran yang mendekati “uang” (deposito berjangka dan tabungan).
Narrow money yang biasanya disimbolkan dengan M1 terdiri dari uang tunai/kartal
(currency) dan uang giral (Demand Deposit). Uang kartal merupakan uang kertas dan
uang logam yang ada di tangan masyarakat umum, sedangkan uang giral mencakup
saldo rekening koran/giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank.
M1 = C + D
Dimana:
C
= Currency (uang kartal: kertas dan logam)
D
= Demand Deposits (uang giral: rekening koran/giro)
Pengertian uang beredar dalam arti lebih luas (Broad Money) adalah M1 ditambah
dengan deposito berjangka dan tabungan milik masyarakat pada bank-bank.
M2 = M1 + TD + SD
Dimana:
TD
= Time deposits (deposito berjangka)
SD
= Savings Deposits (Saldo Tabungan)
Definisi uang beredar yang lebih luas lagi adalah M3 yang mencakup semua TD dan
SD, besar kecil, rupiah atau dollar milik penduduk pada bank atau lembaga keuangan
non bank (uang kuasi)
M3 = M1 + QM
Dimana: QM = uang kuasi
5.2. Bank sebagai Pencipta Uang
Otorita moneter mempunyai peran utama sebagai sumber awal dari terciptanya uang
beredar. Kelompok pelaku ini merupakan sumber ”penawaran” uang kartal untuk
memenuhi permintaan akan uang tersebut dari masyarakat dan sumber ”penawaran”
uang yang dibutuhkan oleh lembaga-lembaga keuangan, yang disebut cadangan bank
(bank reserve). Uang kartal dan cadangan bank merupakan sumber bagi terciptanya
unsur dari uang beredar yang disebut dengan “uang inti” atau “uang primer” (Primary
Money).
B=C+R
Dimana: B = uang primer
Lembaga keuangan yang terdiri dari bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan non
bank lainnya (kantor pos giro, lembaga investasi, perusahaan asuransi, dll) sebagai
sumber penawaran uang giral (DD), deposito berjangka (TD), simpanan tabungan (SD)
dan aktiva-aktiva keuangan lain yang diminta masyarakat yang disebut sebagai “uang
sekunder”.
Contoh Kasus
1. Tuan X, seorang pengusaha mebel, memiliki stok meja kantor senilai
Rp. 100.000,- (sebagai penyederhanaan: merupakan satu-satunya
modal). Neraca Tuan X yang menggambarkan hal ini adalah:
Tuan X
Meja
100.000
Modal
100.000
1. Kemudian pemerintah (negara) membeli seluruh stok meja Tuan X
tersebut untuk keperluan negara dengan cara mencetak uang baru
senilai meja tersebut (100.000). Setelah terjadi transaksi, maka neraca
Tuan X dan pemerintah adalah sebagai berikut:
Tuan X
Uang Tunai
100.000
Modal
100.000
Pemerintah
Meja
100.000
Uang Tunai
100.000
1. Seandainya Tuan X memutuskan untuk tidak memegang seluruh
kekayaannnya dalam bentuk uang tunai, misalnya: 25.000 untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, 50.000 disimpan dalam bentuk
rekening koran, dan sisanya 25.000 disimpan dalam bentuk deposito
berjangka dengan memperoleh imbalan bunga 18% per tahun.
Transaksi ini akan tercatat dalam neraca Tuan X dan neraca bank
sebagi berikut:
Tuan X
Uang Tunai
25.000
Rekening koran
50.000
Deposito berjangka 25.000
Modal
100.000
100.000
100.000
Bank
Uang Tunai
75.000
Rekening koran
50.000
(Tuan X)
Deposito berjangka 25.000
(Tuan X)
75.000
75.000
Uang beredar yang tercipta:
Sebelum Tuan X mengambil keputusan untuk menyimpan sebagian
uangnya di bank, maka JUB adalah 100.000 (dalam bentuk uang kartal)
Setelah Tuan X menyimpan sebagian uangnya di bank, maka JUB (M1)
adalah sebagai berikut:
Uang kartal
25.000
Saldo Rekening koran masyarakat
50.000
Jumlah M1
75.000
Sedangkan uang beredar dalam arti luas (M2) adalah M1 plus TD =
75.000 + 25.000 = 100.000
1. Kemudian bank sentral menetapkan cadangan/reserve bank sebesar
15% dari nilai total saldo rekening koran dan deposito berjangka yang
dimiliki nasabah.
Uang tunai yang dipegang bank untuk menjamin saldo DD dan TD adalah: 15% x
75.000 = 11.250
Sisa uang tunai (75.000 – 11.250 = 63.750) bisa digunakan bank untuk usaha-usaha
lain yang dapat memberikan penghasilan kepada bank (memberikan pinjaman/kredit
kepada masyarakat, misalnya kepada Tuan Y)
Dengan demikian telah terjadi transaksi yang baru dan dapat dicatat sebagai berikut:
Tuan X
Uang Tunai
25.000
Rekening koran
50.000
Deposito berjangka 25.000
Modal
100.000
100.000
100.000
Bank
Uang Tunai
75.000
Rekening koran
50.000
(Tuan X)
Deposito berjangka 25.000
(Tuan X)
75.000
75.000
Tuan Y
Uang Tunai
63.750
Uang Beredar yang tercipta:
–
JUB dalam arti sempit (M1):
Uang Kartal:
Pada Tuan X
25.000
Pada Tuan Y
63.750
Bank
63.750
88.750
Rekening Koran (Tuan X)
Jumlah M1
–
50.000
138.750
JUB dalam arti luas (M2) = 138.750 + 25.000 = 163.750
5.3.
Teori Penawaran Uang
5.3.1.
Teori Penawaran uang tanpa bank
Teori ini menganggap seakan-akan perbankan tidak ada, kalaupun ada tidak
mempunyai pengaruh terhadap proses penciptaan uang.Teori yang paling sederhana
adalah gambaran dari sistem standart emas, dimana emas adalah satu-satunya alat
pembayaran. JUB naik-turun sesuai dengan tersedianya emas di masyarakat. Jumlah
uang (emas) dapat turun apabila emas dikirim ke luar negeri untuk menutup defisit
neraca pembayaran (impor), industri-industri yang menggunakan emas dalam proses
produksinya menyedot emas yang ada. JUB (emas) naik apabila ada surplus neraca
pembayaran atau karena produksi emas meningkat
Uang beredar benar-benar ditentukan oleh proses pasar, sedangkan pemerintah, bank
sentral atau perbankan tidak mempunyai pengaruh terhadap besarnya uang beredar.
Contoh sederhana, suatu perekonomian tertutup yang menggunakan emas untuk alat
pembayarannya. Dalam hal ini uang hanya akan bertambah apabila orang memproduksi
emas. Sedangkan produsen emas akan memproduksi emas hanya apabila
menguntungkan, yaitu apabila harga emas di pasaran lebih tinggi daripada biaya
produksinya.
5.3.2.
Teori penawaran uang modern
Dalam perekonomian modern digunakan sistem standart kertas dan sebagai sumber
terciptanya uang beredar adalah otorita moneter (pemerintah dan bank sentral) dan
lembaga keuangan. Otorita moneter sebagai sumber penawaran uang inti dan lembaga
keuangan sebagai sumber penawaran uang sekunder. JUB merupakan proses pasar,
artinya hasil interaksi anatara permintaan dan penawaran, dan bukan ahanya
pencetakan uang atau merupakan keputusan pemerintah saja. Apabila suatu waktu
permintaan uang inti tidak sesuai dengan penawaran uang inti, maka para pelaku dalam
pasar uang masing-masing akan melakukan “penyesuaian” berupa tindakan-tindakan
(mengubah struktur/komposisi dari kekayaan) di sub-pasar uang inti sehingga terjadi
keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Demikian juga jika terjadi
ketidakseimbangan di pasar uang sekunder. Kedua sub-pasar ini harus mencapai
keseimbangan secara bersama-sama.
Sebagai contoh, ketika pasar dalam posisi keseimbangan, pemerintah penambah
penawaran uang inti kepada masyarakat (ada kenaikan gaji pegawai).
Pertama: tambahan uang inti akan diterima masyarakat sebagai
tambahan uang tunai (kartal). Hal ini dapat mengganggu keseimbangan
karena masyarakat akan merasa terlalu banyak memegang uang tunai.
Misalkan tindakan penyesuaian yang dilakukan masyarakat adalah
dengan menyimpan kelebihan tersebut dalam rekening giro, maka berarti
bahwa cadangan bank menjadi lebih besar.
Bank pada gilirannya merasa kelebihan cadangan (uang tunai), dan
bank mungkin akan menanamkan kelebihan cadangan tersebut dengan
membeli SBI
Dalam transaksi tersebut, bank menerima SBI dan BI menerima uang
tunai
Kesimpulan: tambahan uang inti oleh pemerintah, kembali ke BI
sebagai otorita moneter.
Uang kartal yang dipegang masyarakat tetap, tetapi ada tambahan
uang giral, sehingga M1 bertambah.
Soal-Soal:
1. Jelaskan tentang definisi jumlah uang beredar!
2. Jelaskan lembaga apa saja, atau siapa saja pihak yang terkait dalam
penciptaan uang beredar
3. Sebutkan dan jelaskan tentang teori-teori penawaran uang.
Daftar Pustaka
1. Nopirin (1998), Ekonomi Moneter Buku I, BPFE UGM, Yogyakarta.
2. Mishkin, Frederic S. (2006), The Economics of Money, Banking, and
Financial Markets, Pearson – Addison Weasley
3. Insukindro (1997), Ekonomi Uang dan Bank, BPFE UGM, Yogyakarta
4. Karim, Adi Warman (2002), Ekonomi Islam: Suatau Kajian Ekonomi
Makro, The International Institute of Islamic Thought (IIIT), Jakarta.
[1] Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit, hal.29
[2] Sri Redjeki Hartono, 1995, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi,
Sinar Grafika, Jakarta, hal.62
[3] Subekti, Op. Cit, hal.59
[4] Harimurti Subanar, 1998, Manajemen Usaha Kecil, BPFE, Yogyakarta,
hal.84
[5] premi risiko di sini dapat dianggap sebagai gabungan dari “premi risiko
yang gagal” (yang dicerminkan dalam perbedaan tingkat pengembalian
obligasi dan pada tingkat jatuh tempo yang sama dari obligasi
pemerintah) dan “premi struktur jangka waktu” (yang dicerminkan pada
perbedaan antara tingkat obligasi jangka pendek pemerintah dalam
90hari dan obligasi jangka panjang pemerintah).
Terima kasih,mungkin hanya sepatah kata ini yang saya katakan kepada tuhan yang maha esa
karena berkat dan rahmat-Nya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan tugas
makalah ini.yaitu tentang jumlah uang beredar . Pada sempatan ini, ijikan saya selaku penulis
mengucapkan rasa terimakasih saya kepada teman-teman saya yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan makalah ini, baik dari proses penyusunan, pengetikan, sampai akhirnya
makalah ini bisa selesai. Akhirnya saya selaku penulis sangat mengharapkan masukan berupa
saran, ataupun kritikan yang bersifat membangaun, yang pada intinya sangat berguna untuk
menyempurnakan penulisan makalah selanjutnya, dan semoga makalah ini dapat menjadi
sumber pengetahuan baru bagi pembacanya
Semarang, 18 Desember 2012
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
BAB II DASAR TEORI
2.1 Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB)
2.2 Pengertian Jumlah Uang Beredar (JUB)
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar
2.4 Berbagai Kebijakan Pemerintah Dalam Mempengaruhi Jumlah Uang
Beredar
BAB III DATA JUMLAH UANG BEREDAR
3.1 Tabel Jumlah Uang Beredar
BAB IV PEMBAHASAN
1.1 Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar
1.2 Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat
Intereste dan Output
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tahun uang yang beredar di masyarakat terus mengalami peningkatan, rata-rata
11%-12% per tahun. Peningkatan peredaran uang tersebut, di antaranya terjadi seiring
pertumbuhan ekonomi masyarakat dan meningkatnya Pendapatan Domestik Rasio Bruto
Indonesia. Direktur Departemen Pengedaran Uang Bank Indonesia, Wijayanti Yuwono
mengatakan, peredaran uang keluar (outflow) mayoritas berada di wilayah Jabodetabek,
dengan kontribusisekitar 30% lebih dari total outflow secara nasional.
Di bulan Oktober, dari total outflow nasional sebanyak Rp 33 triliun. Di wilayah
Jabodetabek, outflow mencapaiRp 10 triliun, disusul kota-kota besar lain diIndonesia, seperti
Medan, Padang, Palembang, dan Semarang, dengan jumlah outflow rata-rata berkisar antara
Rp 1 triliun hingga Rp 3 triliun. “ Khusus untuk Kota Semarang, outflow di bulan Oktober
mencapaiRp 2,7 triliun. Pada akhir tahun ,tren peredaran uang diprediksi lebih tinggi
ketimbang bulan biasa, di luar masa menjelang Lebaran,” sebutnya, baru-baru ini.
Lonjakan outflow ini, kata Wijayanti, dipicu meningkatnya konsumsi masyarakat,
korporasi, dan pemerintah di masa tutup buku. Ia menambahkan, pengalaman di tahun-tahun
sebelumnya selalu menunjukkan tren peningkatan outflow di akhir tahun. Peningkatan itu
karena perayaan Natal dan Tahun Baru, diskon akhir tahun, pembayaran bonus karyawan
perusahaan, dan realisasi proyek pemerintah.
“Di akhir tahun 2011 lalu, outflow Bank Indonesia mencapai Rp 50 triliun atau meningkat 150%
dibanding bulan biasa sebelumnya yang mencapai rata-rata sebesar Rp 20 triliun. Sampai saat ini,
secara kumulatif bulan Januari-Oktober, uang yang beredar mencapaiRp 396,5 triliun,” imbuhnya.
Dari jumlah tersebut, 85%-nya merupakan uang kartal di luar bank sentra atau dipegang masyarakat
dan perbankan. (Bud/Mel)
Berdasarkan uraian diatas maka sangat menarik untuk diamati mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi jumlah uang beredar, terutama adanya sistem moneter dan perbankan di Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah-masalah di bahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar
2. Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat
Intereste dan Output
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB)
Pengendalian terhadap JUB, merupakan kebijakan yang sangat esensial berkaitan dengan
perekonomian suatu negara. Pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) dan Departemen
Keuangan, merupakan ‘aktor’ utama yang bertanggung jawab terhadap JUB di Indonesia. Namun
demikian, kebijakan pemerintah dalam mengendalikan JUB ini tidak terlepas dari pelaku-pelaku lain
dalam proses penciptaan uang beredar, yaitu: (Boediono, 1993, hal: 85)
a. bank-bank umum (atau sektor perbankan), dan
b. masyarakat umum
Jumlah uang beredar, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas, senantiasa mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Ia bisa membesar (ekspansif) atau mengecil (kontraktif), hal ini
tergantung dari kebutuhan perekonomian. Tujuan pengendalian uang beredar ini tidak lain adalah
untuk tercapainya pertumbuhan ekonomi nasional yang sifatnya stabil dan tidak terlampau tinggi.
JUB yang terlalu besar, seperti pernah terjadi pada tahun 80-an, yaitu ketika pemerintah
mengeluarkan kebijakan deregulasi perbankan 1983 dan ditambah dengan kebijakan deregulasi 1988
(Pakto 1988), dampaknya juga tidak baik terhadap perekonomian jangka panjang. Kebijakan uang
longgar (easy money) ketika itu, telah mengakibatkan aktivitas konomi yang terlampau tinggi
(overheated), yang cenderung mendorong laju inflasi. Untuk mengurangi JUB ketika itu, pemerintah
mengeluarkan kebijakan yang dikenal dengan "gebrakan Sumarlin". Dalam rangka absorpsi rupiah
tersebut oleh Bank Indonesia, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga deposito sampai 24% per
tahun. Dan hal ini memang terbukti ampuh dalam mengurangi JUB.
2.2 Pengertian Jumlah Uang Beredar (JUB)
Ada sebagian ahli yang mengkalifikasikan jumlah uang beredar menjadi dua, yaitu:
1. jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut ‘Narrow Money’ (M1), yang terdiri dari uang
kartal dan uang giral (demand deposit); dan
2. uang beredar dalam arti luas atau ‘Broad Money’ (M2), yang terdiri dari M1 ditambah dengan
deposito berjangka (time deposit).
Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2 ditambah dengan semua
deposito pada lembaga-lembaga keuangan non bank. Dalam tulisan ini, jumlah uang beredar
dibedakan menjadi dua yaitu uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas
(M2).
Namun sebelum menguraikan uang beredar dalam arti sempit dan luas tersebut, penting dijelaskan
disini tentang uang primer atau uang inti (reserve money), yang dinotasikan dengan M0. Uang inti
merupakan cikal-bakal lahirnya uang kartal dan uang giral.
Uang Primer atau Uang Inti (M0)
Uang primer atau uang inti atau reserve money (Insukindro, 1994, hal: 76) merupakan kewajiban
otoritas moneter (Bank Indonesia), yang terdiri atas uang kartal yang berada di luar Bank Indonesia
dan Kas Negara, dan rekening giro Bank Pencipta Uang Giral (BPUG) dan sektor swasta
(perusahaan maupun perorangan) di Bank Indonesia.
Dengan demikian, uang kartal yang dipegang pemerintah, dalam bentuk kas pemerintah atau kas
negara, dan simpanan giral pemerintah pada Bank Indonesia, tidak termasuk sebagai komponen dari
uang primer.
Uang Beredar Dalam Arti Sempit (Narrow Money = M1)
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam arti sempit adalah seluruh uang
kartal dan uang giral yang ada di tangan masyarakat. Sedangkan uang kartal milik pemerintah (Bank
Indonesia) yang disimpan di bank-bank umum atau bank sentral itu sendiri, tidak dikelompokkan
sebagai uang kartal.
Sedangkan uang giral merupakan simpanan rekening koran (giro) masyarakat pada bank-bank
umum. Simpanan ini merupakan bagian dari uang beredar, karena sewaktu-waktu dapat digunakan
oleh pemiliknya untuk melakukan berbagai transaksi. Namun saldo rekening giro milik suatu bank
yang terdapat pada bank lain, tidak dikategorikan sebagai uang giral.
Uang Beredar Dalam Arti Luas (Broad money = M2)
Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1 (uang beredar dalam arti sempit)
dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near money adalah simpanan masyarakat pada bank umum
dalam bentuk deposito berjangka (time deposits) dan tabungan. Uang kuasi diklasifikasikan sebagai
uang beredar, dengan alasan bahwa kedua bentuk simpanan masyarakat ini dapat dicairkan menjadi
uang tunai oleh pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang dilakukan.
Dalam sistem moneter di Indonesia, uang beredar dalam arti luas ini (M2) sering disebut dengan
likuiditas perekonomian.
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar.
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa dasar terciptanya uang beredar adalah karena adanya
uang inti atau uang primer. Dengan demikian, besarnya uang beredar ini sangat dipengaruhi oleh
besarnya uang inti yang tersedia. Sedangkan besarnya uang inti ini dipengaruhi oleh empat faktor,
yaitu: (Boediono, 1993, hal: 97)
1.
2.
3.
4.
2.4
a.
b.
1.
a.
b.
c.
Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit);
Apabila neraca pembayaran mengalami surplus, berarti ada devisa yang masuk ke dalam negara, hal
ini berarti ada penambahan jumlah uang beredar. Demikian pula sebaliknya, jika neraca pembayaran
mengalami defisit, berarti ada pengurangan terhadap devisa negara. Hal ini berari ada pengurangan
terhadap jumlah uang beredar.
Keadaan APBN (surplus atau defisit);
Apabila pemerintah mengalami defisit dalam APBN, maka pemerintah dapat mencetak uang baru. Hal
ini berarti ada penambahan dalam jumlah uang beredar. Demikian sebaliknya, jika APBN negara
mengalami surplus, maka sebagian uang beredar masuk ke dalam kas negara. Sehingga jumlah
uang beredar semakin kecil.
Perubahan kredit langsung Bank Indonesia;
Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia tidak saja dapat memberikan kredit kepada bank-bank
umum, tetapi BI juga dapat memberikan kredit langsung kepada lembaga-lembaga pemerintah yang
lain seperti Pertamina, dan badan usaha milik negara (BUMN) lainnya. Perubahan besarnya kredit
langsung ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah uang beredar.
Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia.
Sebagai banker’s bank, BI dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank umum. Sebagai
contoh, ketika terjadi krisis ekonomi sejak tahun 1997 lalu, BI memberikan kredit likuiditas dalam
rangka mengatasi krisis likuiditas bank-bank umum, yang jumlahnya mencapai ratusan trilyun rupiah.
Hal ini berdampak pada melonjaknya jumlah uang beredar.
Di samping itu, adanya pinjaman luar negeri, kebijakan tarif pajak, juga dapat mempengaruhi besar
kecilnya jumlah uang beredar.
Berbagai Kebijakan Pemerintah dalam Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar.
Secara garis besar terdapat dua jenis kebijakan yang dilakukan pemerintah (Bank Indonesia dan
Departemen Keuangan) dalam mengendalikan jumlah uang beredar, yaitu:
kebijakan moneter; dan
fiskal.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yang dibedakan
menjadi dua, yaitu:
Kebijakan moneter kuantitatif , yang meliputi:
Poltik Pasar Terbuka
BI mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara jual beli surat-surat berharga. BI mempunyai
instrumen yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila jumlah uang beredar dalam masyarakat
terlalu besar, maka BI dapat menjual SBI kepada masyarakat (bank-bank umum). Apabila bank umum
membeli SBI artinya ada uang yang tersedot ke pemerintah (BI), yang berarti jumlah uang beredar
berkurang.
Politk Diskonto dan bunga pinjaman.
BI dapat membeli surat-surat berharga bank-bank umum yang tingkat likuiditasnya tinggi, dengan
tingkat diskonto yang telah ditetapkan oleh BI. BI juga bisa memberikan pinjaman kepada bank-bank
umum, yang artinya terjadi penambahan jumlah uang beredar. BI dapat juga menaikkan bunga
pinjaman kepada bank-bank umum, maka bank umum akan mengurangi jumlah pinjamannya dari
bank Indonesia.
Politik merubah cadangan minimal bank-bank umum pada BI
Setiap bank umum wajib mempunyai cadangan di BI dan jumlahnya ditetapkan oleh BI. Istilahnya
adalah reserve requirement. Apabila Bank Indonesia menaikkan tingkat cadangan minimal bank-bank
umum, katakanlah dari 10% menjadi 15%, maka hal ini akan mengurangi jumlah uang beredar,
karena semakin besarnya modal bank-bank umum yang harus disimpan di BI.
2. Kebijakan moneter kualitatif, yang meliputi:
a. Pengawasan pinjaman secara selektif
Bank sentral mengawasi pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank-bank umum, agar bankbank umum selektif dalam memberikan kredit kepada debitur.
b. Pembujukan moral
Bank sentral mengadakan pertemuan langsung dengan pimpinan bank-bank umum untuk meminta
langkah-langkah tertentu dalam rangka membantu kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil oleh
pemerintah. Melalui pembujukan moral ini, bak\nk sentral dapat meminta bank-bank umum untuk
menambah atau mengurangi pinjaman di semua sektor atau hanya di sektor-sektor tertentu saja.
Ataupun membuat perubahan-perubahan tingkat bunga yang mereka tetapkan.
Kebijakan Fiskal (Pajak)
Kebijakan ini juga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar, yaitu melalui pajak. Apabila
pemerintah, dalam hal ini Departemen Keuangan, memperluas objek pajak, berarti akan lebih banyak
uang yang tersedot ke pemerintah. Dalam hal ini berarti jumlah uang beredar menjadi berkurang.
Demikian pula misalnya ketika pemerintah menaikkan pajak kendaraan bermotor pada tahun 1999
sebesar kurang lebih 100%, hal ini berarti terjadi penyerapan (absorbsi) uang yang beredar.
BAB III
DATA JUMLAH UANG BEREDAR
3.1 Tabel Jumlah Uang Beredar
Akhir Periode
Uang
Kartal
Uang Giral
Jumlah
(M1)
Uang
Kuasi
Surat
Berharga
Selain
Saham
Jumlah
(M2)
2012
Januari
286.242
410.082
696.323
2.145.246
13.409
2.854.978
Februari
280.103
403.150
683.253
2.150.808
15.735
2.849.796
Maret
287.046
427.212
714.258
2.182.891
14.771
2.911.920
April
290.861
430.064
720.924
2.190.885
15.450
2.927.259
Mei
294.768
454.682
749.450
2.227.527
15.081
2.992.057
Juni
314.670
464.746
779.416
2.254.329
16.610
3.050.355
Juli
315.375
456.417
771.792
2.270.112
12.932
3.054.836
Agustus
327.059
445.370
772.429
2.304.474
12.108
3.089.011
September
325.566
469.952
795.518
2.318.559
11.457
3.125.533
Oktober
332.842
448.864
781.706
2.375.380
10.640
3.167.726
Januari
247.481
356.688
604.169
1.822.268
10.242
2.436.679
2011
Februari
245.327
340.563
585.890
1.823.771
10.530
2.420.191
Maret
241.618
338.984
580.601
1.862.788
7.968
2.451.357
April
252.013
332.621
584.634
1.841.377
8.468
2.434.478
Mei
254.066
357.725
611.791
1.853.915
9.580
2.475.286
Juni
261.504
374.702
636.206
1.876.446
10.131
2.522.784
Juli
275.437
364.251
639.688
1.914.444
10.424
2.564.556
Agustus
324.725
338.081
662.806
1.943.770
14.770
2.621.346
September
279.224
376.872
656.096
1.973.573
13.663
2.643.331
Oktober
281.341
383.659
665.000
1.999.733
12.472
2.677.205
November
279.066
388.521
667.587
2.047.205
14.746
2.729.538
Desember
307.760
415.231
722.991
2.139.840
14.388
2.877.220
260.227
345.184
605.411
1.856.720
9.075
2.471.206
Januari
211.811
284.716
496.527
1.570.059
7.274
2.073.860
Februari
211.708
278.376
490.084
1.568.632
7.765
2.066.481
Maret
205.083
289.378
494.461
1.611.373
6.249
2.112.083
April
211.390
283.327
494.718
1.615.203
6.103
2.116.024
Mei
214.695
299.310
514.005
1.622.981
6.248
2.143.234
Juni
222.828
322.577
545.405
1.680.374
5.365
2.231.144
Juli
228.239
311.507
539.746
1.672.443
5.400
2.217.589
Agustus
241.166
314.328
555.495
1.676.517
4.448
2.236.459
September
229.825
320.117
549.941
1.720.039
4.975
2.274.955
Oktober
235.709
319.840
555.549
1.747.976
5.321
2.308.846
November
238.500
332.837
571.337
1.769.654
6.816
2.347.807
Desember
260.227
345.184
605.411
1.856.720
9.075
2.471.206
2009
226.006
289.818
515.824
1.622.055
3.504
2.141.384
2008
209.747
247.040
456.787
1.435.772
3.279
1.895.839
2007
182.967
267.089
450.055
1.196.119
3.487
1.649.662
2006
150.654
196.359
347.013
1.032.865
2.615
1.382.493
2005
123.991
147.149
271.140
929.343
2.280
1.202.762
2004
109.028
136.918
245.946
785.261
2.670
1.033.877
2003
94.333
119.451
213.784
728.788
1.794
944.366
2010
BAB IV
PEMBAHASAN
Jumlah uang beredar merupakan bagian dari ekonomi moneter yang berpengaruh besar pada
perekonomian indonesia. Sesuai judul makalah ini, pembahasan meliputi kebijakan moneter
pemerintah untuk menstabilkan jumlah uang beredar, dan peningkatan uang beredar untuk
efek jangka pendek dan jangka panjang pada tingkat intereste dan output.
4.1 Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar
Ada 2 kebijakan moneter yaitu:
Kebijakan Moneter Ekspansif
Suatu kebijakan untuk menambah jumlah uang beredar
Kebijakan Moneter Kontraktif
Suatu kebijakan untuk mengurangi jumlah uang beredar atau disebut juga dengan kebijakan
uang ketat (tight money policy)
Ada beberapa cara untuk melakukan kebijakan moneter diantaranya :
Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang beredar dengan menjual atau membeli
surat berharga pemerintah
Diskonto
Diskonto adalah pengaturan jumlah uang beredar dengan memainkan tingkat bunga sentral
pada bank umum
Rasio Cadangan Wajib
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah
cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemeritah
4.2 Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat
Intereste dan Output
Dalam jangka pendek, kenaikan jumlah uang beredar akan mendorong suku bunga turun
sebagai uang fluktuasi permintaan mengubah keinginan rakyat untuk aset likuid dan dengan
demikian harga dan tingkat pengembalian obligasi.
Dalam perekonomian terbuka di mana bunga paritas antar negara harus dilestarikan nilai
tukar akan meningkat (depresiasi mata uang) dalam rangka menciptakan harapan bahwa itu
akan jatuh lebih cepat di masa mendatang. Peningkatan nilai tukar membuat barang-barang
dalam negeri lebih menarik, sehingga meningkatkan baik asing dan permintaan domestik
untuk barang produksi dalam negeri. Hal ini kemudian mendorong pertumbuhan output.
Dalam jangka panjang hal itu akan tergantung pada apakah peningkatan jumlah uang beredar
dianggap permanen atau sementara. Kecuali perubahan adalah efek permanen dalam jangka
panjang tidak akan terasa. Jika perubahan IS permanen, berikut akan terjadi:
- Seiring dengan peningkatan jumlah uang beredar, efek jangka pendek yang dijelaskan di
atas akan berarti output yang didorong di atas permukaan alamnya.
- Namun, sebagai output berada di atas tingkat alamiah, ini berarti bahwa para pekerja dan
mesin bekerja lembur
- Ini meningkatkan biaya perusahaan sebagai pekerja menuntut upah yang lebih tinggi, mesin
memerlukan perawatan lebih dll ..
- Seperti meningkatkan biaya, begitu juga harga
- Dengan kenaikan harga, permintaan agregat ditekan ke bawah
- Seperti kenaikan harga dalam jangka panjang, jumlah uang beredar riil juga berkurang dari
waktu ke waktu
Sangat menarik untuk dicatat perilaku nilai tukar di sini. Dalam jangka pendek meningkat
karena peningkatan jumlah uang beredar, tetapi kemudian menurun dalam jangka panjang
sebagai pasokan uang riil berkurang oleh kenaikan harga dari waktu ke waktu. Namun itu
tidak akan kembali ke level aslinya. Ini akan lebih tinggi dengan persentase yang sama
seperti jumlah uang beredar telah meningkat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tidak ada subjek lain di bidang ekonomi telah dipelajari lagi atau lebih intensif daripada
masalah uang. Hasilnya adalah jumlah unga beredar sangat berpengaruh besar pada
perekonomian dan peningkatan jumlah uang beredar dalam jangka panjang atau jangka
pendek sangat mepengaruhi perekonomian secara langsung dan kebijakan moneter
pemerintah yang dapat menstabilkan jumlah uang beredar untuk menjaga perekonomian agar
tetap berjalan baik
5.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga apa yang telah kita harapkan untuk mejadikan
keinginan yang ingin kita peroleh lebih baik dari apa yang telah diharapkan. Maklah ini
sangat membutuhkan saran dalam memperbaiki makalah ini kedepannya agar memperoleh
nilai guna yang ingin diperoleh menjadi lebih bertambah. Sehingga memperoleh manfaat
yang besar bagi kita semua.
Diposkan oleh WIDIYAN APRI di 11.37 AM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
PERKEMBANGAN UANG BEREDAR
Uang Beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan
Rakyat/BPR) terhadap sektor swasta domestik (tidak termasuk pemerintah pusat dan bukan
penduduk). Kewajiban yang menjadi komponen Uang Beredar terdiri dari uang kartal yang
dipegang masyarakat (di luar Bank Umum dan BPR), uang giral, uang kuasi yang dimiliki oleh
sektor swasta domestik, dan surat berharga selain saham yang diterbitkan oleh sistem moneter
yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Uang Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi
uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro berdenominasi Rupiah), sedangkan M2
meliputi M1, uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta
giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki
sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Faktor yang mempengaruhi Uang Beredar adalah Aktiva Luar Negeri Bersih (Net Foreign Assets /
NFA) dan Aktiva Dalam Negeri Bersih (Net Domestic Assets / NDA). Aktiva Dalam Negeri Bersih
antara lain terdiri dari Tagihan Bersih Kepada Pemerintah Pusat (Net Claims on Central Government
/ NCG) dan Tagihan kepada sektor lainnya (sektor swasta, pemeritah daerah, lembaga keuangan
dan perusahaan bukan keuangan) terutama dalam bentuk Pinjaman yang diberikan.
Uang Beredar disusun dengan mengacu pada Monetary and Financial Statistics Manual (MFSM)
2000 dan Compilation Guide (2008).
Adapun cakupan data dari Uang Beredar sebagaimana terdapat pada Matriks berikut:
Uang Beredar M2
Simpanan (Dana)
Pinjaman (Kredit)
Suku Bunga
Bank Beroperasi di Indonesia
Bank Umum
BPR
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Tidak Termasuk
Kantor Bank Beroperasi
di Luar Negeri
Tidak Termasuk
Tidak Termasuk
Tidak Termasuk
Tidak Termasuk
TEORI JUMLAH UANG BEREDAR
Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tentang definisi jumlah uang beredar
2. Menjelaskan tentang lembaga-lembaga aau pihak terkait dalam
penciptaan uang beredar
a.
Menjelaskan tentang teori-teori penawaran uang atau jumlah
uang beredar
Deskripsi Singkat:
Paba bab 5: Teori Jumlah Uang Beredar, membahas tentang definisi jumlah uang
beredar dan erkembangannya, penciptaan uang beredar, dan teori-teori tentang jumlah
uang beredar atau penawaran uang.
5.1. Konsep dan Pengertian
Jumlah uang beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat. Namun definisi
ini terus berkembang, seiring dengan perkembangan perekonomian suatu negara.
Cakupan definisi jumlah uang beredar di negara maju umumnya lebih luas dan
kompleks dibandingkan negara sedang berkembang (NSB).
Pengertian paling sempit atau biasa dikenal dengan istilah narrow money adalah daya
beli yang langsung bisa digunakan untuk pembayaran atau dapat diperluas mencakup
alat-alat pembayaran yang mendekati “uang” (deposito berjangka dan tabungan).
Narrow money yang biasanya disimbolkan dengan M1 terdiri dari uang tunai/kartal
(currency) dan uang giral (Demand Deposit). Uang kartal merupakan uang kertas dan
uang logam yang ada di tangan masyarakat umum, sedangkan uang giral mencakup
saldo rekening koran/giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank.
M1 = C + D
Dimana:
C
= Currency (uang kartal: kertas dan logam)
D
= Demand Deposits (uang giral: rekening koran/giro)
Pengertian uang beredar dalam arti lebih luas (Broad Money) adalah M1 ditambah
dengan deposito berjangka dan tabungan milik masyarakat pada bank-bank.
M2 = M1 + TD + SD
Dimana:
TD
= Time deposits (deposito berjangka)
SD
= Savings Deposits (Saldo Tabungan)
Definisi uang beredar yang lebih luas lagi adalah M3 yang mencakup semua TD dan
SD, besar kecil, rupiah atau dollar milik penduduk pada bank atau lembaga keuangan
non bank (uang kuasi)
M3 = M1 + QM
Dimana: QM = uang kuasi
5.2. Bank sebagai Pencipta Uang
Otorita moneter mempunyai peran utama sebagai sumber awal dari terciptanya uang
beredar. Kelompok pelaku ini merupakan sumber ”penawaran” uang kartal untuk
memenuhi permintaan akan uang tersebut dari masyarakat dan sumber ”penawaran”
uang yang dibutuhkan oleh lembaga-lembaga keuangan, yang disebut cadangan bank
(bank reserve). Uang kartal dan cadangan bank merupakan sumber bagi terciptanya
unsur dari uang beredar yang disebut dengan “uang inti” atau “uang primer” (Primary
Money).
B=C+R
Dimana: B = uang primer
Lembaga keuangan yang terdiri dari bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan non
bank lainnya (kantor pos giro, lembaga investasi, perusahaan asuransi, dll) sebagai
sumber penawaran uang giral (DD), deposito berjangka (TD), simpanan tabungan (SD)
dan aktiva-aktiva keuangan lain yang diminta masyarakat yang disebut sebagai “uang
sekunder”.
Contoh Kasus
1. Tuan X, seorang pengusaha mebel, memiliki stok meja kantor senilai
Rp. 100.000,- (sebagai penyederhanaan: merupakan satu-satunya
modal). Neraca Tuan X yang menggambarkan hal ini adalah:
Tuan X
Meja
100.000
Modal
100.000
1. Kemudian pemerintah (negara) membeli seluruh stok meja Tuan X
tersebut untuk keperluan negara dengan cara mencetak uang baru
senilai meja tersebut (100.000). Setelah terjadi transaksi, maka neraca
Tuan X dan pemerintah adalah sebagai berikut:
Tuan X
Uang Tunai
100.000
Modal
100.000
Pemerintah
Meja
100.000
Uang Tunai
100.000
1. Seandainya Tuan X memutuskan untuk tidak memegang seluruh
kekayaannnya dalam bentuk uang tunai, misalnya: 25.000 untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, 50.000 disimpan dalam bentuk
rekening koran, dan sisanya 25.000 disimpan dalam bentuk deposito
berjangka dengan memperoleh imbalan bunga 18% per tahun.
Transaksi ini akan tercatat dalam neraca Tuan X dan neraca bank
sebagi berikut:
Tuan X
Uang Tunai
25.000
Rekening koran
50.000
Deposito berjangka 25.000
Modal
100.000
100.000
100.000
Bank
Uang Tunai
75.000
Rekening koran
50.000
(Tuan X)
Deposito berjangka 25.000
(Tuan X)
75.000
75.000
Uang beredar yang tercipta:
Sebelum Tuan X mengambil keputusan untuk menyimpan sebagian
uangnya di bank, maka JUB adalah 100.000 (dalam bentuk uang kartal)
Setelah Tuan X menyimpan sebagian uangnya di bank, maka JUB (M1)
adalah sebagai berikut:
Uang kartal
25.000
Saldo Rekening koran masyarakat
50.000
Jumlah M1
75.000
Sedangkan uang beredar dalam arti luas (M2) adalah M1 plus TD =
75.000 + 25.000 = 100.000
1. Kemudian bank sentral menetapkan cadangan/reserve bank sebesar
15% dari nilai total saldo rekening koran dan deposito berjangka yang
dimiliki nasabah.
Uang tunai yang dipegang bank untuk menjamin saldo DD dan TD adalah: 15% x
75.000 = 11.250
Sisa uang tunai (75.000 – 11.250 = 63.750) bisa digunakan bank untuk usaha-usaha
lain yang dapat memberikan penghasilan kepada bank (memberikan pinjaman/kredit
kepada masyarakat, misalnya kepada Tuan Y)
Dengan demikian telah terjadi transaksi yang baru dan dapat dicatat sebagai berikut:
Tuan X
Uang Tunai
25.000
Rekening koran
50.000
Deposito berjangka 25.000
Modal
100.000
100.000
100.000
Bank
Uang Tunai
75.000
Rekening koran
50.000
(Tuan X)
Deposito berjangka 25.000
(Tuan X)
75.000
75.000
Tuan Y
Uang Tunai
63.750
Uang Beredar yang tercipta:
–
JUB dalam arti sempit (M1):
Uang Kartal:
Pada Tuan X
25.000
Pada Tuan Y
63.750
Bank
63.750
88.750
Rekening Koran (Tuan X)
Jumlah M1
–
50.000
138.750
JUB dalam arti luas (M2) = 138.750 + 25.000 = 163.750
5.3.
Teori Penawaran Uang
5.3.1.
Teori Penawaran uang tanpa bank
Teori ini menganggap seakan-akan perbankan tidak ada, kalaupun ada tidak
mempunyai pengaruh terhadap proses penciptaan uang.Teori yang paling sederhana
adalah gambaran dari sistem standart emas, dimana emas adalah satu-satunya alat
pembayaran. JUB naik-turun sesuai dengan tersedianya emas di masyarakat. Jumlah
uang (emas) dapat turun apabila emas dikirim ke luar negeri untuk menutup defisit
neraca pembayaran (impor), industri-industri yang menggunakan emas dalam proses
produksinya menyedot emas yang ada. JUB (emas) naik apabila ada surplus neraca
pembayaran atau karena produksi emas meningkat
Uang beredar benar-benar ditentukan oleh proses pasar, sedangkan pemerintah, bank
sentral atau perbankan tidak mempunyai pengaruh terhadap besarnya uang beredar.
Contoh sederhana, suatu perekonomian tertutup yang menggunakan emas untuk alat
pembayarannya. Dalam hal ini uang hanya akan bertambah apabila orang memproduksi
emas. Sedangkan produsen emas akan memproduksi emas hanya apabila
menguntungkan, yaitu apabila harga emas di pasaran lebih tinggi daripada biaya
produksinya.
5.3.2.
Teori penawaran uang modern
Dalam perekonomian modern digunakan sistem standart kertas dan sebagai sumber
terciptanya uang beredar adalah otorita moneter (pemerintah dan bank sentral) dan
lembaga keuangan. Otorita moneter sebagai sumber penawaran uang inti dan lembaga
keuangan sebagai sumber penawaran uang sekunder. JUB merupakan proses pasar,
artinya hasil interaksi anatara permintaan dan penawaran, dan bukan ahanya
pencetakan uang atau merupakan keputusan pemerintah saja. Apabila suatu waktu
permintaan uang inti tidak sesuai dengan penawaran uang inti, maka para pelaku dalam
pasar uang masing-masing akan melakukan “penyesuaian” berupa tindakan-tindakan
(mengubah struktur/komposisi dari kekayaan) di sub-pasar uang inti sehingga terjadi
keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Demikian juga jika terjadi
ketidakseimbangan di pasar uang sekunder. Kedua sub-pasar ini harus mencapai
keseimbangan secara bersama-sama.
Sebagai contoh, ketika pasar dalam posisi keseimbangan, pemerintah penambah
penawaran uang inti kepada masyarakat (ada kenaikan gaji pegawai).
Pertama: tambahan uang inti akan diterima masyarakat sebagai
tambahan uang tunai (kartal). Hal ini dapat mengganggu keseimbangan
karena masyarakat akan merasa terlalu banyak memegang uang tunai.
Misalkan tindakan penyesuaian yang dilakukan masyarakat adalah
dengan menyimpan kelebihan tersebut dalam rekening giro, maka berarti
bahwa cadangan bank menjadi lebih besar.
Bank pada gilirannya merasa kelebihan cadangan (uang tunai), dan
bank mungkin akan menanamkan kelebihan cadangan tersebut dengan
membeli SBI
Dalam transaksi tersebut, bank menerima SBI dan BI menerima uang
tunai
Kesimpulan: tambahan uang inti oleh pemerintah, kembali ke BI
sebagai otorita moneter.
Uang kartal yang dipegang masyarakat tetap, tetapi ada tambahan
uang giral, sehingga M1 bertambah.
Soal-Soal:
1. Jelaskan tentang definisi jumlah uang beredar!
2. Jelaskan lembaga apa saja, atau siapa saja pihak yang terkait dalam
penciptaan uang beredar
3. Sebutkan dan jelaskan tentang teori-teori penawaran uang.
Daftar Pustaka
1. Nopirin (1998), Ekonomi Moneter Buku I, BPFE UGM, Yogyakarta.
2. Mishkin, Frederic S. (2006), The Economics of Money, Banking, and
Financial Markets, Pearson – Addison Weasley
3. Insukindro (1997), Ekonomi Uang dan Bank, BPFE UGM, Yogyakarta
4. Karim, Adi Warman (2002), Ekonomi Islam: Suatau Kajian Ekonomi
Makro, The International Institute of Islamic Thought (IIIT), Jakarta.
[1] Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit, hal.29
[2] Sri Redjeki Hartono, 1995, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi,
Sinar Grafika, Jakarta, hal.62
[3] Subekti, Op. Cit, hal.59
[4] Harimurti Subanar, 1998, Manajemen Usaha Kecil, BPFE, Yogyakarta,
hal.84
[5] premi risiko di sini dapat dianggap sebagai gabungan dari “premi risiko
yang gagal” (yang dicerminkan dalam perbedaan tingkat pengembalian
obligasi dan pada tingkat jatuh tempo yang sama dari obligasi
pemerintah) dan “premi struktur jangka waktu” (yang dicerminkan pada
perbedaan antara tingkat obligasi jangka pendek pemerintah dalam
90hari dan obligasi jangka panjang pemerintah).