otoritas Moneter dan kebijakan moneter (2)

KATA PENGANTAR
Terima kasih,mungkin hanya sepatah kata ini yang saya katakan kepada tuhan yang maha esa
karena berkat dan rahmat-Nya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan tugas
makalah ini.yaitu tentang jumlah uang beredar . Pada sempatan ini, ijikan saya selaku penulis
mengucapkan rasa terimakasih saya kepada teman-teman saya yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan makalah ini, baik dari proses penyusunan, pengetikan, sampai akhirnya
makalah ini bisa selesai. Akhirnya saya selaku penulis sangat mengharapkan masukan berupa
saran, ataupun kritikan yang bersifat membangaun, yang pada intinya sangat berguna untuk
menyempurnakan penulisan makalah selanjutnya, dan semoga makalah ini dapat menjadi
sumber pengetahuan baru bagi pembacanya

Semarang, 18 Desember 2012

DAFTAR ISI
KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
BAB II DASAR TEORI
2.1 Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB)

2.2 Pengertian Jumlah Uang Beredar (JUB)
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar
2.4 Berbagai Kebijakan Pemerintah Dalam Mempengaruhi Jumlah Uang
Beredar
BAB III DATA JUMLAH UANG BEREDAR

3.1 Tabel Jumlah Uang Beredar
BAB IV PEMBAHASAN
1.1 Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar
1.2 Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat
Intereste dan Output
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap tahun uang yang beredar di masyarakat terus mengalami peningkatan, rata-rata

11%-12% per tahun. Peningkatan peredaran uang tersebut, di antaranya terjadi seiring
pertumbuhan ekonomi masyarakat dan meningkatnya Pendapatan Domestik Rasio Bruto
Indonesia. Direktur Departemen Pengedaran Uang Bank Indonesia, Wijayanti Yuwono
mengatakan, peredaran uang keluar (outflow) mayoritas berada di wilayah Jabodetabek,
dengan kontribusisekitar 30% lebih dari total outflow secara nasional.
Di bulan Oktober, dari total outflow nasional sebanyak Rp 33 triliun. Di wilayah
Jabodetabek, outflow mencapaiRp 10 triliun, disusul kota-kota besar lain diIndonesia, seperti
Medan, Padang, Palembang, dan Semarang, dengan jumlah outflow rata-rata berkisar antara
Rp 1 triliun hingga Rp 3 triliun. “ Khusus untuk Kota Semarang, outflow di bulan Oktober
mencapaiRp 2,7 triliun. Pada akhir tahun ,tren peredaran uang diprediksi lebih tinggi
ketimbang bulan biasa, di luar masa menjelang Lebaran,” sebutnya, baru-baru ini.
Lonjakan outflow ini, kata Wijayanti, dipicu meningkatnya konsumsi masyarakat,
korporasi, dan pemerintah di masa tutup buku. Ia menambahkan, pengalaman di tahun-tahun
sebelumnya selalu menunjukkan tren peningkatan outflow di akhir tahun. Peningkatan itu
karena perayaan Natal dan Tahun Baru, diskon akhir tahun, pembayaran bonus karyawan
perusahaan, dan realisasi proyek pemerintah.
“Di akhir tahun 2011 lalu, outflow Bank Indonesia mencapai Rp 50 triliun atau meningkat 150%
dibanding bulan biasa sebelumnya yang mencapai rata-rata sebesar Rp 20 triliun. Sampai saat ini,
secara kumulatif bulan Januari-Oktober, uang yang beredar mencapaiRp 396,5 triliun,” imbuhnya.
Dari jumlah tersebut, 85%-nya merupakan uang kartal di luar bank sentra atau dipegang masyarakat

dan perbankan. (Bud/Mel)
Berdasarkan uraian diatas maka sangat menarik untuk diamati mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi jumlah uang beredar, terutama adanya sistem moneter dan perbankan di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah-masalah di bahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar
2. Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat
Intereste dan Output

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB)
Pengendalian terhadap JUB, merupakan kebijakan yang sangat esensial berkaitan dengan
perekonomian suatu negara. Pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) dan Departemen
Keuangan, merupakan ‘aktor’ utama yang bertanggung jawab terhadap JUB di Indonesia. Namun
demikian, kebijakan pemerintah dalam mengendalikan JUB ini tidak terlepas dari pelaku-pelaku lain
dalam proses penciptaan uang beredar, yaitu: (Boediono, 1993, hal: 85)
a. bank-bank umum (atau sektor perbankan), dan
b. masyarakat umum


Jumlah uang beredar, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas, senantiasa mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Ia bisa membesar (ekspansif) atau mengecil (kontraktif), hal ini
tergantung dari kebutuhan perekonomian. Tujuan pengendalian uang beredar ini tidak lain adalah
untuk tercapainya pertumbuhan ekonomi nasional yang sifatnya stabil dan tidak terlampau tinggi.
JUB yang terlalu besar, seperti pernah terjadi pada tahun 80-an, yaitu ketika pemerintah
mengeluarkan kebijakan deregulasi perbankan 1983 dan ditambah dengan kebijakan deregulasi 1988
(Pakto 1988), dampaknya juga tidak baik terhadap perekonomian jangka panjang. Kebijakan uang
longgar (easy money) ketika itu, telah mengakibatkan aktivitas konomi yang terlampau tinggi
(overheated), yang cenderung mendorong laju inflasi. Untuk mengurangi JUB ketika itu, pemerintah
mengeluarkan kebijakan yang dikenal dengan "gebrakan Sumarlin". Dalam rangka absorpsi rupiah
tersebut oleh Bank Indonesia, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga deposito sampai 24% per
tahun. Dan hal ini memang terbukti ampuh dalam mengurangi JUB.
2.2 Pengertian Jumlah Uang Beredar (JUB)
Ada sebagian ahli yang mengkalifikasikan jumlah uang beredar menjadi dua, yaitu:
1. jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut ‘Narrow Money’ (M1), yang terdiri dari uang
kartal dan uang giral (demand deposit); dan
2. uang beredar dalam arti luas atau ‘Broad Money’ (M2), yang terdiri dari M1 ditambah dengan
deposito berjangka (time deposit).
Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2 ditambah dengan semua

deposito pada lembaga-lembaga keuangan non bank. Dalam tulisan ini, jumlah uang beredar
dibedakan menjadi dua yaitu uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas
(M2).
Namun sebelum menguraikan uang beredar dalam arti sempit dan luas tersebut, penting dijelaskan
disini tentang uang primer atau uang inti (reserve money), yang dinotasikan dengan M0. Uang inti
merupakan cikal-bakal lahirnya uang kartal dan uang giral.
Uang Primer atau Uang Inti (M0)
Uang primer atau uang inti atau reserve money (Insukindro, 1994, hal: 76) merupakan kewajiban
otoritas moneter (Bank Indonesia), yang terdiri atas uang kartal yang berada di luar Bank Indonesia
dan Kas Negara, dan rekening giro Bank Pencipta Uang Giral (BPUG) dan sektor swasta
(perusahaan maupun perorangan) di Bank Indonesia.
Dengan demikian, uang kartal yang dipegang pemerintah, dalam bentuk kas pemerintah atau kas
negara, dan simpanan giral pemerintah pada Bank Indonesia, tidak termasuk sebagai komponen dari
uang primer.
Uang Beredar Dalam Arti Sempit (Narrow Money = M1)
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam arti sempit adalah seluruh uang
kartal dan uang giral yang ada di tangan masyarakat. Sedangkan uang kartal milik pemerintah (Bank
Indonesia) yang disimpan di bank-bank umum atau bank sentral itu sendiri, tidak dikelompokkan
sebagai uang kartal.
Sedangkan uang giral merupakan simpanan rekening koran (giro) masyarakat pada bank-bank

umum. Simpanan ini merupakan bagian dari uang beredar, karena sewaktu-waktu dapat digunakan
oleh pemiliknya untuk melakukan berbagai transaksi. Namun saldo rekening giro milik suatu bank
yang terdapat pada bank lain, tidak dikategorikan sebagai uang giral.
Uang Beredar Dalam Arti Luas (Broad money = M2)
Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1 (uang beredar dalam arti sempit)
dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near money adalah simpanan masyarakat pada bank umum
dalam bentuk deposito berjangka (time deposits) dan tabungan. Uang kuasi diklasifikasikan sebagai
uang beredar, dengan alasan bahwa kedua bentuk simpanan masyarakat ini dapat dicairkan menjadi
uang tunai oleh pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang dilakukan.
Dalam sistem moneter di Indonesia, uang beredar dalam arti luas ini (M2) sering disebut dengan
likuiditas perekonomian.
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar.

Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa dasar terciptanya uang beredar adalah karena adanya
uang inti atau uang primer. Dengan demikian, besarnya uang beredar ini sangat dipengaruhi oleh
besarnya uang inti yang tersedia. Sedangkan besarnya uang inti ini dipengaruhi oleh empat faktor,
yaitu: (Boediono, 1993, hal: 97)

1.


2.

3.

4.

2.4

a.
b.


1.
a.

b.

c.

Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit);

Apabila neraca pembayaran mengalami surplus, berarti ada devisa yang masuk ke dalam negara, hal
ini berarti ada penambahan jumlah uang beredar. Demikian pula sebaliknya, jika neraca pembayaran
mengalami defisit, berarti ada pengurangan terhadap devisa negara. Hal ini berari ada pengurangan
terhadap jumlah uang beredar.
Keadaan APBN (surplus atau defisit);
Apabila pemerintah mengalami defisit dalam APBN, maka pemerintah dapat mencetak uang baru. Hal
ini berarti ada penambahan dalam jumlah uang beredar. Demikian sebaliknya, jika APBN negara
mengalami surplus, maka sebagian uang beredar masuk ke dalam kas negara. Sehingga jumlah
uang beredar semakin kecil.
Perubahan kredit langsung Bank Indonesia;
Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia tidak saja dapat memberikan kredit kepada bank-bank
umum, tetapi BI juga dapat memberikan kredit langsung kepada lembaga-lembaga pemerintah yang
lain seperti Pertamina, dan badan usaha milik negara (BUMN) lainnya. Perubahan besarnya kredit
langsung ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah uang beredar.
Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia.
Sebagai banker’s bank, BI dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank umum. Sebagai
contoh, ketika terjadi krisis ekonomi sejak tahun 1997 lalu, BI memberikan kredit likuiditas dalam
rangka mengatasi krisis likuiditas bank-bank umum, yang jumlahnya mencapai ratusan trilyun rupiah.
Hal ini berdampak pada melonjaknya jumlah uang beredar.
Di samping itu, adanya pinjaman luar negeri, kebijakan tarif pajak, juga dapat mempengaruhi besar

kecilnya jumlah uang beredar.
Berbagai Kebijakan Pemerintah dalam Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar.
Secara garis besar terdapat dua jenis kebijakan yang dilakukan pemerintah (Bank Indonesia dan
Departemen Keuangan) dalam mengendalikan jumlah uang beredar, yaitu:
kebijakan moneter; dan
fiskal.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yang dibedakan
menjadi dua, yaitu:
Kebijakan moneter kuantitatif , yang meliputi:
Poltik Pasar Terbuka
BI mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara jual beli surat-surat berharga. BI mempunyai
instrumen yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila jumlah uang beredar dalam masyarakat
terlalu besar, maka BI dapat menjual SBI kepada masyarakat (bank-bank umum). Apabila bank umum
membeli SBI artinya ada uang yang tersedot ke pemerintah (BI), yang berarti jumlah uang beredar
berkurang.
Politk Diskonto dan bunga pinjaman.
BI dapat membeli surat-surat berharga bank-bank umum yang tingkat likuiditasnya tinggi, dengan
tingkat diskonto yang telah ditetapkan oleh BI. BI juga bisa memberikan pinjaman kepada bank-bank
umum, yang artinya terjadi penambahan jumlah uang beredar. BI dapat juga menaikkan bunga

pinjaman kepada bank-bank umum, maka bank umum akan mengurangi jumlah pinjamannya dari
bank Indonesia.
Politik merubah cadangan minimal bank-bank umum pada BI

Setiap bank umum wajib mempunyai cadangan di BI dan jumlahnya ditetapkan oleh BI. Istilahnya
adalah reserve requirement. Apabila Bank Indonesia menaikkan tingkat cadangan minimal bank-bank
umum, katakanlah dari 10% menjadi 15%, maka hal ini akan mengurangi jumlah uang beredar,
karena semakin besarnya modal bank-bank umum yang harus disimpan di BI.
2. Kebijakan moneter kualitatif, yang meliputi:
a. Pengawasan pinjaman secara selektif
Bank sentral mengawasi pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank-bank umum, agar bankbank umum selektif dalam memberikan kredit kepada debitur.
b. Pembujukan moral
Bank sentral mengadakan pertemuan langsung dengan pimpinan bank-bank umum untuk meminta
langkah-langkah tertentu dalam rangka membantu kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil oleh
pemerintah. Melalui pembujukan moral ini, bak\nk sentral dapat meminta bank-bank umum untuk
menambah atau mengurangi pinjaman di semua sektor atau hanya di sektor-sektor tertentu saja.
Ataupun membuat perubahan-perubahan tingkat bunga yang mereka tetapkan.

Kebijakan Fiskal (Pajak)
Kebijakan ini juga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar, yaitu melalui pajak. Apabila

pemerintah, dalam hal ini Departemen Keuangan, memperluas objek pajak, berarti akan lebih banyak
uang yang tersedot ke pemerintah. Dalam hal ini berarti jumlah uang beredar menjadi berkurang.
Demikian pula misalnya ketika pemerintah menaikkan pajak kendaraan bermotor pada tahun 1999
sebesar kurang lebih 100%, hal ini berarti terjadi penyerapan (absorbsi) uang yang beredar.

BAB III
DATA JUMLAH UANG BEREDAR
3.1 Tabel Jumlah Uang Beredar
Akhir Periode

Uang
Kartal

Uang Giral

Jumlah
(M1)

Uang
Kuasi

Surat
Berharga
Selain
Saham

Jumlah
(M2)

2012
Januari

286.242

410.082

696.323

2.145.246

13.409

2.854.978

Februari

280.103

403.150

683.253

2.150.808

15.735

2.849.796

Maret

287.046

427.212

714.258

2.182.891

14.771

2.911.920

April

290.861

430.064

720.924

2.190.885

15.450

2.927.259

Mei

294.768

454.682

749.450

2.227.527

15.081

2.992.057

Juni

314.670

464.746

779.416

2.254.329

16.610

3.050.355

Juli

315.375

456.417

771.792

2.270.112

12.932

3.054.836

Agustus

327.059

445.370

772.429

2.304.474

12.108

3.089.011

September

325.566

469.952

795.518

2.318.559

11.457

3.125.533

Oktober

332.842

448.864

781.706

2.375.380

10.640

3.167.726

Januari

247.481

356.688

604.169

1.822.268

10.242

2.436.679

2011

Februari

245.327

340.563

585.890

1.823.771

10.530

2.420.191

Maret

241.618

338.984

580.601

1.862.788

7.968

2.451.357

April

252.013

332.621

584.634

1.841.377

8.468

2.434.478

Mei

254.066

357.725

611.791

1.853.915

9.580

2.475.286

Juni

261.504

374.702

636.206

1.876.446

10.131

2.522.784

Juli

275.437

364.251

639.688

1.914.444

10.424

2.564.556

Agustus

324.725

338.081

662.806

1.943.770

14.770

2.621.346

September

279.224

376.872

656.096

1.973.573

13.663

2.643.331

Oktober

281.341

383.659

665.000

1.999.733

12.472

2.677.205

November

279.066

388.521

667.587

2.047.205

14.746

2.729.538

Desember

307.760

415.231

722.991

2.139.840

14.388

2.877.220

260.227

345.184

605.411

1.856.720

9.075

2.471.206

Januari

211.811

284.716

496.527

1.570.059

7.274

2.073.860

Februari

211.708

278.376

490.084

1.568.632

7.765

2.066.481

Maret

205.083

289.378

494.461

1.611.373

6.249

2.112.083

April

211.390

283.327

494.718

1.615.203

6.103

2.116.024

Mei

214.695

299.310

514.005

1.622.981

6.248

2.143.234

Juni

222.828

322.577

545.405

1.680.374

5.365

2.231.144

Juli

228.239

311.507

539.746

1.672.443

5.400

2.217.589

Agustus

241.166

314.328

555.495

1.676.517

4.448

2.236.459

September

229.825

320.117

549.941

1.720.039

4.975

2.274.955

Oktober

235.709

319.840

555.549

1.747.976

5.321

2.308.846

November

238.500

332.837

571.337

1.769.654

6.816

2.347.807

Desember

260.227

345.184

605.411

1.856.720

9.075

2.471.206

2009

226.006

289.818

515.824

1.622.055

3.504

2.141.384

2008

209.747

247.040

456.787

1.435.772

3.279

1.895.839

2007

182.967

267.089

450.055

1.196.119

3.487

1.649.662

2006

150.654

196.359

347.013

1.032.865

2.615

1.382.493

2005

123.991

147.149

271.140

929.343

2.280

1.202.762

2004

109.028

136.918

245.946

785.261

2.670

1.033.877

2003

94.333

119.451

213.784

728.788

1.794

944.366

2010

BAB IV
PEMBAHASAN
Jumlah uang beredar merupakan bagian dari ekonomi moneter yang berpengaruh besar pada
perekonomian indonesia. Sesuai judul makalah ini, pembahasan meliputi kebijakan moneter

pemerintah untuk menstabilkan jumlah uang beredar, dan peningkatan uang beredar untuk
efek jangka pendek dan jangka panjang pada tingkat intereste dan output.
4.1 Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar
Ada 2 kebijakan moneter yaitu:
 Kebijakan Moneter Ekspansif
Suatu kebijakan untuk menambah jumlah uang beredar
 Kebijakan Moneter Kontraktif
Suatu kebijakan untuk mengurangi jumlah uang beredar atau disebut juga dengan kebijakan
uang ketat (tight money policy)
Ada beberapa cara untuk melakukan kebijakan moneter diantaranya :

Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang beredar dengan menjual atau membeli
surat berharga pemerintah

Diskonto
Diskonto adalah pengaturan jumlah uang beredar dengan memainkan tingkat bunga sentral
pada bank umum

Rasio Cadangan Wajib
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah
cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemeritah
4.2 Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat
Intereste dan Output
Dalam jangka pendek, kenaikan jumlah uang beredar akan mendorong suku bunga turun
sebagai uang fluktuasi permintaan mengubah keinginan rakyat untuk aset likuid dan dengan
demikian harga dan tingkat pengembalian obligasi.
Dalam perekonomian terbuka di mana bunga paritas antar negara harus dilestarikan nilai
tukar akan meningkat (depresiasi mata uang) dalam rangka menciptakan harapan bahwa itu
akan jatuh lebih cepat di masa mendatang. Peningkatan nilai tukar membuat barang-barang
dalam negeri lebih menarik, sehingga meningkatkan baik asing dan permintaan domestik
untuk barang produksi dalam negeri. Hal ini kemudian mendorong pertumbuhan output.
Dalam jangka panjang hal itu akan tergantung pada apakah peningkatan jumlah uang beredar
dianggap permanen atau sementara. Kecuali perubahan adalah efek permanen dalam jangka
panjang tidak akan terasa. Jika perubahan IS permanen, berikut akan terjadi:
- Seiring dengan peningkatan jumlah uang beredar, efek jangka pendek yang dijelaskan di
atas akan berarti output yang didorong di atas permukaan alamnya.
- Namun, sebagai output berada di atas tingkat alamiah, ini berarti bahwa para pekerja dan
mesin bekerja lembur
- Ini meningkatkan biaya perusahaan sebagai pekerja menuntut upah yang lebih tinggi, mesin
memerlukan perawatan lebih dll ..
- Seperti meningkatkan biaya, begitu juga harga
- Dengan kenaikan harga, permintaan agregat ditekan ke bawah
- Seperti kenaikan harga dalam jangka panjang, jumlah uang beredar riil juga berkurang dari
waktu ke waktu
Sangat menarik untuk dicatat perilaku nilai tukar di sini. Dalam jangka pendek meningkat
karena peningkatan jumlah uang beredar, tetapi kemudian menurun dalam jangka panjang
sebagai pasokan uang riil berkurang oleh kenaikan harga dari waktu ke waktu. Namun itu

tidak akan kembali ke level aslinya. Ini akan lebih tinggi dengan persentase yang sama
seperti jumlah uang beredar telah meningkat.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tidak ada subjek lain di bidang ekonomi telah dipelajari lagi atau lebih intensif daripada
masalah uang. Hasilnya adalah jumlah unga beredar sangat berpengaruh besar pada
perekonomian dan peningkatan jumlah uang beredar dalam jangka panjang atau jangka
pendek sangat mepengaruhi perekonomian secara langsung dan kebijakan moneter
pemerintah yang dapat menstabilkan jumlah uang beredar untuk menjaga perekonomian agar
tetap berjalan baik
5.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga apa yang telah kita harapkan untuk mejadikan
keinginan yang ingin kita peroleh lebih baik dari apa yang telah diharapkan. Maklah ini
sangat membutuhkan saran dalam memperbaiki makalah ini kedepannya agar memperoleh
nilai guna yang ingin diperoleh menjadi lebih bertambah. Sehingga memperoleh manfaat
yang besar bagi kita semua.

Diposkan oleh WIDIYAN APRI di 11.37 AM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

PERKEMBANGAN UANG BEREDAR

Uang Beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan
Rakyat/BPR) terhadap sektor swasta domestik (tidak termasuk pemerintah pusat dan bukan
penduduk). Kewajiban yang menjadi komponen Uang Beredar terdiri dari uang kartal yang
dipegang masyarakat (di luar Bank Umum dan BPR), uang giral, uang kuasi yang dimiliki oleh
sektor swasta domestik, dan surat berharga selain saham yang diterbitkan oleh sistem moneter
yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Uang Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi
uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro berdenominasi Rupiah), sedangkan M2
meliputi M1, uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta
giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki
sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Faktor yang mempengaruhi Uang Beredar adalah Aktiva Luar Negeri Bersih (Net Foreign Assets /
NFA) dan Aktiva Dalam Negeri Bersih (Net Domestic Assets / NDA). Aktiva Dalam Negeri Bersih
antara lain terdiri dari Tagihan Bersih Kepada Pemerintah Pusat (Net Claims on Central Government
/ NCG) dan Tagihan kepada sektor lainnya (sektor swasta, pemeritah daerah, lembaga keuangan
dan perusahaan bukan keuangan) terutama dalam bentuk Pinjaman yang diberikan.
Uang Beredar disusun dengan mengacu pada Monetary and Financial Statistics Manual (MFSM)
2000 dan Compilation Guide (2008).
Adapun cakupan data dari Uang Beredar sebagaimana terdapat pada Matriks berikut:

Uang Beredar M2
Simpanan (Dana)
Pinjaman (Kredit)
Suku Bunga

Bank Beroperasi di Indonesia
Bank Umum
BPR
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Termasuk
Tidak Termasuk

Kantor Bank Beroperasi
di Luar Negeri
Tidak Termasuk
Tidak Termasuk
Tidak Termasuk
Tidak Termasuk

TEORI JUMLAH UANG BEREDAR

Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tentang definisi jumlah uang beredar
2. Menjelaskan tentang lembaga-lembaga aau pihak terkait dalam
penciptaan uang beredar
a.

Menjelaskan tentang teori-teori penawaran uang atau jumlah
uang beredar

Deskripsi Singkat:
Paba bab 5: Teori Jumlah Uang Beredar, membahas tentang definisi jumlah uang
beredar dan erkembangannya, penciptaan uang beredar, dan teori-teori tentang jumlah
uang beredar atau penawaran uang.

5.1. Konsep dan Pengertian
Jumlah uang beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat. Namun definisi
ini terus berkembang, seiring dengan perkembangan perekonomian suatu negara.
Cakupan definisi jumlah uang beredar di negara maju umumnya lebih luas dan
kompleks dibandingkan negara sedang berkembang (NSB).
Pengertian paling sempit atau biasa dikenal dengan istilah narrow money adalah daya
beli yang langsung bisa digunakan untuk pembayaran atau dapat diperluas mencakup
alat-alat pembayaran yang mendekati “uang” (deposito berjangka dan tabungan).
Narrow money yang biasanya disimbolkan dengan M1 terdiri dari uang tunai/kartal
(currency) dan uang giral (Demand Deposit). Uang kartal merupakan uang kertas dan
uang logam yang ada di tangan masyarakat umum, sedangkan uang giral mencakup
saldo rekening koran/giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank.
M1 = C + D
Dimana:
C

= Currency (uang kartal: kertas dan logam)

D

= Demand Deposits (uang giral: rekening koran/giro)

Pengertian uang beredar dalam arti lebih luas (Broad Money) adalah M1 ditambah
dengan deposito berjangka dan tabungan milik masyarakat pada bank-bank.
M2 = M1 + TD + SD
Dimana:
TD

= Time deposits (deposito berjangka)

SD

= Savings Deposits (Saldo Tabungan)

Definisi uang beredar yang lebih luas lagi adalah M3 yang mencakup semua TD dan
SD, besar kecil, rupiah atau dollar milik penduduk pada bank atau lembaga keuangan
non bank (uang kuasi)

M3 = M1 + QM
Dimana: QM = uang kuasi

5.2. Bank sebagai Pencipta Uang
Otorita moneter mempunyai peran utama sebagai sumber awal dari terciptanya uang
beredar. Kelompok pelaku ini merupakan sumber ”penawaran” uang kartal untuk
memenuhi permintaan akan uang tersebut dari masyarakat dan sumber ”penawaran”
uang yang dibutuhkan oleh lembaga-lembaga keuangan, yang disebut cadangan bank
(bank reserve). Uang kartal dan cadangan bank merupakan sumber bagi terciptanya
unsur dari uang beredar yang disebut dengan “uang inti” atau “uang primer” (Primary
Money).
B=C+R
Dimana: B = uang primer
Lembaga keuangan yang terdiri dari bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan non
bank lainnya (kantor pos giro, lembaga investasi, perusahaan asuransi, dll) sebagai
sumber penawaran uang giral (DD), deposito berjangka (TD), simpanan tabungan (SD)
dan aktiva-aktiva keuangan lain yang diminta masyarakat yang disebut sebagai “uang
sekunder”.
Contoh Kasus
1. Tuan X, seorang pengusaha mebel, memiliki stok meja kantor senilai
Rp. 100.000,- (sebagai penyederhanaan: merupakan satu-satunya
modal). Neraca Tuan X yang menggambarkan hal ini adalah:
Tuan X

Meja

100.000

Modal

100.000

1. Kemudian pemerintah (negara) membeli seluruh stok meja Tuan X
tersebut untuk keperluan negara dengan cara mencetak uang baru
senilai meja tersebut (100.000). Setelah terjadi transaksi, maka neraca
Tuan X dan pemerintah adalah sebagai berikut:
Tuan X

Uang Tunai

100.000

Modal

100.000

Pemerintah

Meja

100.000

Uang Tunai

100.000

1. Seandainya Tuan X memutuskan untuk tidak memegang seluruh
kekayaannnya dalam bentuk uang tunai, misalnya: 25.000 untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, 50.000 disimpan dalam bentuk
rekening koran, dan sisanya 25.000 disimpan dalam bentuk deposito
berjangka dengan memperoleh imbalan bunga 18% per tahun.
Transaksi ini akan tercatat dalam neraca Tuan X dan neraca bank
sebagi berikut:
Tuan X

Uang Tunai

25.000

Rekening koran

50.000

Deposito berjangka 25.000

Modal

100.000

100.000

100.000

Bank

Uang Tunai

75.000

Rekening koran

50.000

(Tuan X)
Deposito berjangka 25.000
(Tuan X)
75.000

75.000

Uang beredar yang tercipta:


Sebelum Tuan X mengambil keputusan untuk menyimpan sebagian



uangnya di bank, maka JUB adalah 100.000 (dalam bentuk uang kartal)
Setelah Tuan X menyimpan sebagian uangnya di bank, maka JUB (M1)
adalah sebagai berikut:

Uang kartal

25.000

Saldo Rekening koran masyarakat

50.000

Jumlah M1

75.000



Sedangkan uang beredar dalam arti luas (M2) adalah M1 plus TD =
75.000 + 25.000 = 100.000
1. Kemudian bank sentral menetapkan cadangan/reserve bank sebesar
15% dari nilai total saldo rekening koran dan deposito berjangka yang
dimiliki nasabah.

Uang tunai yang dipegang bank untuk menjamin saldo DD dan TD adalah: 15% x
75.000 = 11.250
Sisa uang tunai (75.000 – 11.250 = 63.750) bisa digunakan bank untuk usaha-usaha
lain yang dapat memberikan penghasilan kepada bank (memberikan pinjaman/kredit
kepada masyarakat, misalnya kepada Tuan Y)
Dengan demikian telah terjadi transaksi yang baru dan dapat dicatat sebagai berikut:
Tuan X

Uang Tunai

25.000

Rekening koran

50.000

Deposito berjangka 25.000

Modal

100.000

100.000

100.000

Bank

Uang Tunai

75.000

Rekening koran

50.000

(Tuan X)
Deposito berjangka 25.000
(Tuan X)
75.000

75.000

Tuan Y

Uang Tunai

63.750

Uang Beredar yang tercipta:


JUB dalam arti sempit (M1):

Uang Kartal:
Pada Tuan X

25.000

Pada Tuan Y

63.750

Bank

63.750

88.750
Rekening Koran (Tuan X)
Jumlah M1


50.000
138.750

JUB dalam arti luas (M2) = 138.750 + 25.000 = 163.750

5.3.

Teori Penawaran Uang

5.3.1.

Teori Penawaran uang tanpa bank

Teori ini menganggap seakan-akan perbankan tidak ada, kalaupun ada tidak
mempunyai pengaruh terhadap proses penciptaan uang.Teori yang paling sederhana
adalah gambaran dari sistem standart emas, dimana emas adalah satu-satunya alat
pembayaran. JUB naik-turun sesuai dengan tersedianya emas di masyarakat. Jumlah
uang (emas) dapat turun apabila emas dikirim ke luar negeri untuk menutup defisit
neraca pembayaran (impor), industri-industri yang menggunakan emas dalam proses
produksinya menyedot emas yang ada. JUB (emas) naik apabila ada surplus neraca
pembayaran atau karena produksi emas meningkat
Uang beredar benar-benar ditentukan oleh proses pasar, sedangkan pemerintah, bank
sentral atau perbankan tidak mempunyai pengaruh terhadap besarnya uang beredar.
Contoh sederhana, suatu perekonomian tertutup yang menggunakan emas untuk alat
pembayarannya. Dalam hal ini uang hanya akan bertambah apabila orang memproduksi
emas. Sedangkan produsen emas akan memproduksi emas hanya apabila
menguntungkan, yaitu apabila harga emas di pasaran lebih tinggi daripada biaya
produksinya.

5.3.2.

Teori penawaran uang modern

Dalam perekonomian modern digunakan sistem standart kertas dan sebagai sumber
terciptanya uang beredar adalah otorita moneter (pemerintah dan bank sentral) dan
lembaga keuangan. Otorita moneter sebagai sumber penawaran uang inti dan lembaga
keuangan sebagai sumber penawaran uang sekunder. JUB merupakan proses pasar,
artinya hasil interaksi anatara permintaan dan penawaran, dan bukan ahanya
pencetakan uang atau merupakan keputusan pemerintah saja. Apabila suatu waktu
permintaan uang inti tidak sesuai dengan penawaran uang inti, maka para pelaku dalam
pasar uang masing-masing akan melakukan “penyesuaian” berupa tindakan-tindakan
(mengubah struktur/komposisi dari kekayaan) di sub-pasar uang inti sehingga terjadi
keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Demikian juga jika terjadi
ketidakseimbangan di pasar uang sekunder. Kedua sub-pasar ini harus mencapai
keseimbangan secara bersama-sama.
Sebagai contoh, ketika pasar dalam posisi keseimbangan, pemerintah penambah
penawaran uang inti kepada masyarakat (ada kenaikan gaji pegawai).


Pertama: tambahan uang inti akan diterima masyarakat sebagai
tambahan uang tunai (kartal). Hal ini dapat mengganggu keseimbangan



karena masyarakat akan merasa terlalu banyak memegang uang tunai.
Misalkan tindakan penyesuaian yang dilakukan masyarakat adalah
dengan menyimpan kelebihan tersebut dalam rekening giro, maka berarti



bahwa cadangan bank menjadi lebih besar.
Bank pada gilirannya merasa kelebihan cadangan (uang tunai), dan
bank mungkin akan menanamkan kelebihan cadangan tersebut dengan



membeli SBI
Dalam transaksi tersebut, bank menerima SBI dan BI menerima uang



tunai
Kesimpulan: tambahan uang inti oleh pemerintah, kembali ke BI



sebagai otorita moneter.
Uang kartal yang dipegang masyarakat tetap, tetapi ada tambahan
uang giral, sehingga M1 bertambah.

Soal-Soal:
1. Jelaskan tentang definisi jumlah uang beredar!
2. Jelaskan lembaga apa saja, atau siapa saja pihak yang terkait dalam
penciptaan uang beredar

3. Sebutkan dan jelaskan tentang teori-teori penawaran uang.

Daftar Pustaka
1. Nopirin (1998), Ekonomi Moneter Buku I, BPFE UGM, Yogyakarta.
2. Mishkin, Frederic S. (2006), The Economics of Money, Banking, and
Financial Markets, Pearson – Addison Weasley
3. Insukindro (1997), Ekonomi Uang dan Bank, BPFE UGM, Yogyakarta
4. Karim, Adi Warman (2002), Ekonomi Islam: Suatau Kajian Ekonomi
Makro, The International Institute of Islamic Thought (IIIT), Jakarta.

[1] Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit, hal.29
[2] Sri Redjeki Hartono, 1995, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi,
Sinar Grafika, Jakarta, hal.62
[3] Subekti, Op. Cit, hal.59
[4] Harimurti Subanar, 1998, Manajemen Usaha Kecil, BPFE, Yogyakarta,
hal.84
[5] premi risiko di sini dapat dianggap sebagai gabungan dari “premi risiko
yang gagal” (yang dicerminkan dalam perbedaan tingkat pengembalian
obligasi dan pada tingkat jatuh tempo yang sama dari obligasi
pemerintah) dan “premi struktur jangka waktu” (yang dicerminkan pada
perbedaan antara tingkat obligasi jangka pendek pemerintah dalam
90hari dan obligasi jangka panjang pemerintah).