Istilah dan Definisi Penyakit Menular
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
“Istilah dan Definisi Penyakit Menular”
Disusun Oleh :
Widyasmara Nur T
Rizki Afriliana
122110101085
142110101018
Maulidia Nur Rohma
142110101019
Nurul Fasilah
142110101025
Nurul Khotimah
142110101037
Faza Qonitatul’An
142110101042
Siti Indriyatul Affierni142110101078
Yuniar Rofiqotul M
142110101104
Octavia Panca Puspita Sari
152110101005
Tahta Alfiani Wuri S
152110101006
Ika Amaliya
152110101008
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular tentang
“Istilah dan Definisi Penyakit Menular”. Alasan utama terbentuknya makalah ini adalah
guna melengkapi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Epidemiologi Penyakit
Menular.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jember, 17 Februari 2017
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................iv
1.1
Latar Belakang....................................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3
Tujuan.................................................................................................................2
1.3.1
Tujuan Umum..............................................................................................2
1.3.2
Tujuan Khusus.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
2.1
1.
Sejarah Epidemiologi..........................................................................................3
Generasi Pertama....................................................................................................3
2.2
Pengertian Epidemiologi Penyakit Menular.......................................................6
2.3
Manfaat epidemiologi dalam kesehatan masyarakat..........................................6
2.4
Tujuan.................................................................................................................8
2.5
Istilah..................................................................................................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................31
3.1
Kesimpulan.......................................................................................................31
3.2
Saran.................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................32
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia di berbagai negara termasuk di
Indonesia tidak dapat terlepas dari segi peningkatan kualitas kesehatan. Tujuan
utama dari pembangunan tersebut yaitu terciptanya lingkungan yang memungkinkan
bagi masyarakat Indonesia untuk menikmati umur yang panjang, sehat serta dapat
menjalankan kehidupan yang produktif (Moeloek,2015:2). Dilihat dari hal tersebut,
kesehatan merupakan salah satu aspek yang penting dalam pembangunan
masyarakat. Namun, hingga saat ini permasalahan kesehatan mengenai penyakit
menular di Indonesia masih tergolong tinggi.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2015;133-134),
proporsi pasien baru BTA positif diantara seluruh kasus TB paru belum mencapai
target yang diharapkan yaitu minimal 65%. Pada tahun 2014 ditemukan jumlah
kasus baru BTA+ sebanyak 176.677 kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru
BTA+ yang ditemukan tahun 2013 yang sebesar 196.310 kasus. Menurut jenis
kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 1,5 kali
dibandingkan kasus BTA+ pada perempuan. Pada masing-masing provinsi di seluruh
Indonesia kasus BTA+ lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Disparitas paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di Kep. Bangka
Belitung, kasus pada laki-laki hampir dua kali lipat dari kasus pada perempuan.
Menurut kelompok umur, kasus baru paling banyak ditemukan pada kelompok umur
25- 34 tahun yaitu sebesar 20,76% diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar
19,57% dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 19,24%.
Sedangkan pada kasus baru AIDS menurut kelompok umur menunjukkan
bahwa sebagian besar kasus baru AIDS terdapat pada usia 20-29 tahun, 30-39 tahun,
dan 40-49 tahun. Kelompok umur tersebut masuk ke dalam kelompok usia produktif
yang aktif secara seksual dan termasuk kelompok umur yang menggunakan NAPZA
suntik. Dalam penularan penyakit HIV/AIDS, faktor hubungan heteroseksual
merupakan cara penularan dengan persentase tertinggi pada kasus AIDS yaitu
sebesar 81,3%, diikuti oleh homoseksual sebesar 5,1% dan perinatal sebesar 3,5%.
Penyakit AIDS dilaporkan bersamaan dengan penyakit penyerta. Pada tahun 2014
penyakit kandidiasis, tuberkulosis, dan diare merupakan penyakit penyerta AIDS
tertinggi masing-masing sebesar 1.316 kasus, 1.085 kasus, dan 1.036 kasus (Profil
Kesehatan Indonesia,2015;139-140).
Berdasarkan data dan permasalan tersebut, penerapan ilmu epidemiologi
penyakit menular sangat penting dalam menanggulangi dan mencegah penyebaran
penyakit menular di Indonesia. Epidemiologi sendiri merupakan ilmu yang
mempelajari
distribusi,
determinan,
frekuensi
penyakit,
dan
faktor
yang
mempengaruhi status kesehatan pada populasi manusia (Rajab,2009;2). Oleh karena
itu, penulis tertari untuk menulis makalah dengan judul “Istilah dan Definisi
Epidemiologi Penyakit Menular”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah apa yang dimaksud dengan
epidemiologi penyakit menular serta istilah dari epidemilogi penyakit menular ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui definisi beserta istilahistilah mengenai epidemiologi penyakit menular.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui sejarah mengenai epidemiologi penyakit menular.
b. Mengetahui mengenai manfaat epidemiologi penyakit menular.
c. Mengetahui mengenai tujuan epidemiologi penyakit menular.
d. Mengetahui berbagai istilah mengenai epidemiologi penyakit menular.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Epidemiologi
1. Generasi Pertama
Dipelopori oleh Hippocrates (bapak kedokteran modern) yang dianggap
sebagai epidemiologispertama yang mengemukakan teori tentang penyebab
penyakit. Ia berpendapat bahwa penyakitterjadi karena adanya kontak dengan
jasad hidup yang tidak terlihat oleh mata dan penyakit berkaitan dengan
lingkungan eksternal dan internal. Ia juga menduga adanya hubungan antara
berbagai penyakit dan faktor tempat tinggal, geografis, kondisi air, iklim,
kebiasaan makan yang mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh. Ia juga
memperkenalkan istilah epidemik dan endemik.
Selain Hippocrates, tokoh lain yang memiliki pengaruh adalah Galen,
seorang ahli bedah Romawi yang dianggap sebagai bapak fisiologi eksperimental.
Ia berpendapat bahwa cara hidup dan kondisi cairan tubuh diduga berhubungan
dan mempengaruhi kesehatan serta timbulnya penyakit.
Thomas Sydenham (1624-1689), dianggap Hippocrates-nya orang
Inggris
dan
dianggap
sebagai
bapak
epidemiologi
Inggris.
Thomas
menghubungkan terjadinya penyakit dengan udara, air, dan tempat. Noah Webster
(1758-1843), seorang epidemiologis Amerika yang terkenal, berpendapat bahwa
wabah berkaitan dengan faktor lingkungan tertentu.
2. Konsep Contagion Germ
Zaman ini merupakan era keemasan teori kuman. Para ilmuwan berhasil
membuktikan mikroba sebagai etiologi (penyebab). Penemuan ini tidak terlepas
dengan penemuan mikroskop oleh Antonio Lawenhock sehingga para ilmuwan
berlomba melakukan penelitian tentang penyakit yang disebabkan oleh mikroba.
Beberapa tokoh yang terkenal pada zaman ini adalah:
Hieronymous Fracastorius (1478-1553), adalah seorang dokter dan
sastrawan Italia yang mempopulerkan teori konsep kuman tersebut. ia
berpendapat bahwa penyakit ditularkan dari orang ke orang melalui partikel
kecil yang tidak dapat dilihat.
Igmatz Semmelweis (1818-1865), seorang ahli kandungan dari Hungaria
yang mengemukakan bahwa dokter-dokter yang setelah melakukan autopsi
mayat apabila melakukan pertolongan persalinan jarang melakukan cuci tangan
sehingga kuman menular ke ibu dan bayi yang ditolong saat persalinan (infeksi
nosokomial). Sehingga dapat disimpulkan bahwa deman “child bed fever” dapat
dikurangi jika dokter yang menolong persalinan membasuh tangannya.
Edward Jenner (1749-1823), berjasa dalam penemuan vaksin cacar yang
efektif.
Louis Pasteur (1822-1895), mendemonstrasikan imunisasi rabies yang
efektif.
Robert Koch (1843-1910), berjasa dalam penemuan vaksin BCG.
3. Kelahiran Statistik Kehidupan
Dekade ini merupakan awal ditemukannya ilmu statistik yang sangat
dibutuhkan oleh epidemiolog. Dengan pengamatan dan pencatatan data suatu
kejadian penyakit, dapat diambil suatu kesimpulan atau prediksi/estimasi tentang
kejadian dari awal sampai akhir penyakit tersebut. tokoh yang terkenal pada era
ini adalah:
John Graunt (1622), adalah orang terpenting yang berkontribusi bagi
ilmu epidemiologi pada tahap awal. Beliau merupakan penjual pakaian di kota
London yang menjadi orang pertama kali mengkuantitatifkan pola penyakit
penduduk. John Graunt pula yang menekankan pentingnya pengumpulan data
secara rutin, sehingga pendapatnya menjadikan dasar epidemiologi modern. Hal
tersebut menjadikan John Graunt sebagai pencipta dasar statistik estimasi
populasi dan konstruksi life table
William Farr (1880), adalah ahli statistik Inggris yang dianggap sebagai
bapak statistik kehidupan dan surveilans modern. William Farr berhasil
mengembangkan analisis dari statistik kematian yang digunakan untuk
mengevaluasi masalah kesehatan penduduk. Selain itu ia mengembangkan
konsep populasi berisiko yang hasilnya terkenal dengan metode pemilihan kasus
dan kontrol.
4. Epidemiologi Klasik
Era ini adalah era tentang penelusuran terjadinya penyakit yang sering
timbul di masyarakat luas dan penyebabnya yaitu perilaku yang tidak baik dalam
hal menjaga kesehatan. Tokoh yang berperan penting dalam era ini adalah:
John Snow (1813-1858), terkenal sebagai bapak epidemiologi lapangan
karena hasil penelusuran atau investigasinya mengenai penyebab kematian yang
disebabkan oleh muntah-berak dan berhasil menyusun postulat bahwa kolera
ditularkan melalui air yang tercemar. Metode investigasinya merupakan
landasan langkah investigasi wabah.
P.L.Panum, dikenal karena berhasil melakukan penelitian dalam studi
epidemiologi klasik tentang campak.
5. Epidemiologi Modern
Perkembangan pada bagian ini mengarah pada pemahaman hubungan
sebab-akibat terhadap berbagai peristiwa penyakit serta gangguan kesehatan.
Hal ini lebih menuntun para ahli untuk menggunakan model pendekatan sistem.
Analisis didasarkan pada sekelompok faktor yang saling berkaitan erat dalam
bentuk hubungan yang konsisten. Tokoh yang menonjol pada era ini adalah:
Doll dan Hill (1950), melalui studinya mengenai hubungan merokok dan
kanker paru dan sampai sekarang ini tidak ada yang menyangkal hasil studinya
bahwa merokok dapat mengakibatkan kanker paru.
Salk melakukan studi uji komunitas vaksin polio dan Framingham heart
study, terkenal dengan studi Kohort penyakit kardiovaskuler.
Dari berbagai perkembangan tersebut di atas, para ahli kesehatan
masyarakat
khususnya
epidemiologi
mulai
mengembangkan
metode
epidemiologi, yaitu suatu metode pendekatan ilmiah yang diarahkan pada
analisis faktor penyebab serta hubungan sebab-akibat. Di samping itu
dikembangkan epidemiologi sebagai bagian dari ilmu kesehatan masyarakat.
2.2 Pengertian Epidemiologi Penyakit Menular
a. Pengertian epidemiologi
Jika ditinjau dari asal kata epidemiologi berasal dari bahasa yunani yang
terdiri dari 3 kata dasar yaitu epi yang berarti pada atau tentang, demos yang
berati penduduk dan kata terakhir adalah logos yang berarti ilmu pengetahuan.
Jadi epidemilogi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. sedangkan
dalam pengertian modern pada saat ini epidemiologi adalah : “ilmu yang
mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinat
masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta determinannya
(faktor – factor yang mempengaruhinya).
b. Pengertian penyakit menular
Penyakit yang disebabkan oleh penularan dari suatu agent infeksi atau
produk racunnya dari orang atau hewan yang terinfeksi ke penjamu yang peka
baik secara langsung maupun tidak. Tiga Kelompok utama penyakit menular
yaitu :
1. Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian cukup tinggi.
2. Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan
cacat, walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama
3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapi
dapat mewabah yang menimbulkan kerugian materi.
c. Pengertian Epidemiologi Penyakit Menular
Merupakan studi epidemiologi yang berfokus pada distribusi dan determinan
penyakit menular.
2.3 Manfaat epidemiologi dalam kesehatan masyarakat
1. Membantu pekerjaan administrasi kesehatan
Membantu pekerjaan dalam perencanaan (Planing) dari pelayanan kesehatan,
pemantauan (Monitoring), dan penilaian (Evaluation) suatu upaya kesehatan.
2. Menerangkan penyebab suatu masalah kesehatan
Dengan diketahuinya penyebab masalah kesehatan maka dapat disusun
langkah-langkah penanggulang\]an selanjutnya, baik bersifat pencegahan
ataupun bersifat pengobatan.
3. Menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit
Melalui pemanfaatan keterangan tentang frekuensi dan penyebaran penyakit
terutama penyebaran penyakit menurut waktu. Dengan diketahuinya waktu
muncul dan berakhirnya suatu penyakit, maka dapatlah diperkirakan
perkembangan penyakit tersebut.
4. Untuk mempelajari riwayat penyakit
a. Epidemiologi mempelajari tren penyakit untuk memprediksi tren penyakit
yang mungkin akan terjadi.
b. Hasil penelitian epidemiologi dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan
kesehatan dan kesehatan masyarakat.
5. Diagnosis masyarakat
a. Memberikan
gambaran
Penyakit,
kondisi,
cedera,
gangguan,
ketidakmampuan, defek/cacat apa sajakah yang menyebabkan kesakitan,
masalah kesehatan, atau kematian di dalam suatu komunitas atau wilayah
6. Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat
mempengaruhi kelompok maupun populasi
a. Faktor risiko, masalah, dan perilaku apa sajakah yang dapat mempengaruhi
kelompok atau populasi.
b. Setiap kelompok dikaji dengan melakukan pengkajian terhadap faktor risiko
dan menggunakan tekhnik pemeriksaan kesehatan, misalnya risiko
kesehatan, pemeriksaan , skrining kesehatan, tes kesehatan, dll.
7. Pengkajian, evaluasi, dan penelitian
a. Memberikan manfaat dan menilai sebaik apa pelayanan kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan dalam mengatasi masalah dan
memenuhi kebutuhan populasi atau kelompok.
b. Untuk mengkaji keefektifan, efisiensi, kualitas, kuantitas, akses, ketersediaan
layanan untuk mengobati, mengendalikan atau mencegah penyakit, cedera,
ketidakmampuan atau kematian.
8. Melengkapi gambaran klinis
a. Berguna dalam Proses identifikasi dan diagnosis untuk menetapkan bahwa
suatu kondisi memang ada atau bahwa seseorang memang menderita
penyakit tertentu.
b. Berguna untuk menentukan hubungan sebab akibat misalnya radang
tenggorokan dapat menyebabkan demam rematik.
9. Identifikasi sindrom
a. Membantu menyusun dan menetapkan kriteria untuk mendefinisikan
sindrom, misalnya sindrom down, fetal alcohol, kematian mendadak pada
bayi.
10. Menentukan penyebab dan sumber penyakit
a. Temuan epidemiologi memungkinkan memberi manfaat dalam dilakukannya
pengendalian, pencegahan, dan pemusnahan penyebab penyakit, kondisi,
cedera, ketidakmampuan atau kematian. (Timmreck, 2004)
2.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui berbagai fakta dan data tentang berbagai masalah yang ada
dalam masyarakat.
2. Untuk mengetahui sifat dan penyebab masalah kesehatan.
3. Untuk mengetahui dalam merencanakan pemecahan masalah dan evaluasi
aktivitas pelaksanannya.
4. Untuk mengetahui status kesehatan penduduk, dan menetapkan prioritas
masalah dalam perencanaan.
5. Untuk mengetahui riwayat alamiah suatu penyakit atau masalah kesehatan,
upaya bagi pencegahan, dan mekanisme pengendalian.
6. Untuk mengetahui penyebab faktor resiko suatu penyakit.
7. Untuk mengetahui sistem pengendalian dan pemberantasan penyakit dalam
suatu sistem administrasi.
2.5 Istilah
1. “Carrier”
Orang atau binatang yang mengandung bibit penyekit tertentu tanpa
menunjukkan gejala klinis yangjelas dan berpotensi sebagai sumber penularan
penyakit. Status sebagai “carrier” bisa bertahan dalam individu dalam waktu
yang lama dalam perjalanan penyakit tanpa menunjukkan gejala klinis yang
jelas, (dikenal sebagai carrier sehat atau “asymptomatic carrier”). Bisa juga
status
“carrier”
ini
terjadi
pada
waktu
masa
inkubasi,
pada
masa
“convalescence” atau sesudah masa “convalescence” dimana disini gejala klinis
penyakitnya jelas (dikenal sebagai “carrier” inkubasi atau “concalescence
carrier”). Dari berbagai jenis “carrier” diatas, status “carrier” bisa pendek bisa
sangat panjang (disebuat sebagai “carrier” sementara atau “transient carrier”
atau “carrier” kronis).
2. “Case Fataly Rate”
(Angka Kematian Kasus) : Biasanya dinyatakan dalam presentase orang
yang didiagnosa dengan penyakit tertentu kemudian meninggal karena penyakit
tersebut dalam kururn waktu tertentu.
3. “Chemoprophylaxis”
Pemberian bahan kimia termasuk antibiotik yang ditujukan untuk
mencegah berkembangnya infeksi atau berkembangnya infeksi menjadi penyakit
yang manifes. “Chemoprophylaxis” juga dimaksudkan untuk mencegah
penularan
penyakit
kepada
orang
lain.
Sedangkan
“Chemotherapy”
dimaksudkan pemberian bahan kimia dengan tujuan untuk mengobati suatu
penyakit yang secara klinis sudah manifes dan untuk mencegaj perkembangan
penyakit lebih lanjut.
4. Pembersihan
Menghilangkan bahan organic atau bahan infeksius dri suatu permukaan
dengan cara mencuci dan menggosok menggunakan deterjen atau pembersih
vacuum dimana agen infeksi ini kemungkinan tempat yang cocok untuk hidup
dan berkembang biak pada permukaan tersebut.
5. Penyakit Menular
Penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu atau oleh produk
toxin yang didapatkan melalui penularan bibit penyakit atau toxin yang
diproduksi oleh bibit penyakit tersebut dari orang yang terinfeksi, dari binatang
atau dari reservoir kepada orang yang rentan; baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui tumbuh-tumbuhan atau binatang pejamu, melalui vector atau
melalui lingkungan.penyakit yang dapat ditularkan atau berpindah dari orang
yang sakit ke orang yang sehat atau belum terkena penyakit menular tersebut.
Penularan penyakit tersebut dapat terjadi baik melalui perantara maupun secara
langsung.
6. Masa Penularan
Adalah waktu pada saat dimana bibit penyakit mulai ditularkan baik
secara langsung maupun tidak langsung dari orang yang sakit ke orang lain, dari
binatang yang sakit ke manusia atau dari orang yang sakit ke binatang termasuk
ke arthropoda. Untuk penyakit tertentu seperti Diptheria dan Infeksi
Streptococcus dimana selaput lendir terkena sejak awal masuknya bibit penyakit,
maka masa penularannya dihitung mulai dari saat kontak pertama dengan
sumber infeksi sampai dengan saat bibit penyakit tidak lagi ditularkan dari
selaput lendir yang terinfeksi, yaitu waktu sebelum munculnya gejala prodromal
sampai berhentinya status sebagai carrier, jika yang bersagkutan berkembang
menjadi carrier. Ada penyakit-penyakit tertentu justru lebih menular pada masa
inkubasi dibandingkan dengan pada waktu yang bersangkutan memang benarbenar jatuh sakit (contohnya adalah Hepatitis A, campak). Pada penyakitpenyakit sepeti TBC, kusta, sifilis, gonorrhea dan jenis salmonella tertentu masa
penularannya berlangsung lama dan terkadang intermiten pada saat lesi kronis
secara terus menerus mengeluarkan cairan yang infeksius dari permukaan atau
lubang-lubang tubuh.
Untuk penyakit yang ditularkan oleh arthropoda seperti malaria, demam
kuning, masa penularannya atau masa infektivitasnya adalah pada saat bibit
penyakit ada dalam jumlah cukup dalam tubuh manusia baik itu dalam darah
maupun jaringan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi sehingga
memungkinkan vector terinfeksi dan menularkannya kepada orang lain.
Masa penularan untuk vector arthropoda yaitu pada saat bibit penyakit
dapat disemikan dalam jaringan tubuh arthropoda dalam bentuk tertentu dalam
jaringan tertentu (stadium infektif) sehingga dapat ditularkan.
7. Kontak
Orang atau binatang sedemikian rupa mempunyai hubungan dengan
orang atau binatang yang sakit atau dengan lingkungan yang tercemar yang
menyebabkan mereka kemungkinan besar terkena infeksi
8. Kontaminasi
Ditemukannya bibit penyakit dipermukaan tubuh, pakaian, tempat tidur,
mainan anak-anak, instrumen, duk atau pada benda-benad lainnya termasuk air
dan makanan. Polusi berbeda dengan kontaminasi, dimana polusi diartikan
adanya bahan pencemar dalam jumlah yang berlebihan di dalam lingkungan dan
tidak harus berupa agen insfeksius. Kontaminasi permukaan tubuh manusia
tidak berati orang tersebut berperan sebagai “carrier”.
9. Disinfektan
Upaya untuk membunuh bibit penyakit di luar tubuh manusia dengan
menggunakan bahan kimia atau bahan fisis. Disinfektan pada tingkat yang tinggi
akan membunuh semua mikro organisme kecuali spora. Diperlukan upaya lebih
jauh untuk membunuh spora dari bakteri.
Untuk membunuh spora diperlukan kontak yang lebih lama dengan
disinfektan dalam konsentrasi tertentu setelah dilakukan pencucian dengan
deterjen secara benar. Konsentrasi bahan kimia yang diperlukan antara lian
Glutaraldehyde 2%, H2O2 6% yang sudah distabilkan, Asam paracetat 1%,
paling sedikitnya diberikan minimal 20 menit. Disinfektan pada tingkat
menengah tidak membunuh spora. Spora akan mati jika dilakukan pasteurisasi
selama 30 menit 75o C (167o F) atau dengan menggunakan disinfektan yang
sudah direkomendasikan oleh EPA.
Disinfektasi Segera, adalah disinfektasi yang dilakukan segera setelah
lingkungan tercemar oleh cairan tubuh dari orang yang sakit atau suatu barang
yang tercemar oleh bahan infeksius. Sebelum dilakukan disinfektasi terhadap
barang atau lingkungan maka upayakan agar sesedikit mungkin kontak dengan
cairan tubuh atau barang-barang yang terkontaminasi tersebut.
Disinfektasi Terminal, adalah upaya disinfektasi yang dilakukkan setelah
penderita meninggal, atau setelah penderita dikirm ke Rumah Sakit, atau setelah
penderita berhenti sebagai sumber infeksi, atau setelah dilakukan isolasi di
Rumah Sakit atau setelah tindakan-tindakan lain dihentikan. Disinfektasi
terminal jarang dilakukan; biasanya melakukan pemebersihan terminal sudah
mencukupi dilakukan bersama-sama dengan aerasi kamar serta membiarkan
sinar matahari masuk kamar sebanya-banyaknya menyinari ruangan tempat tidur
dan meja kursi. Disinfektasi hanya diperlukan untuk penyakit yang ditularkan
secara tidak langsung; sentralisasi dengan uap atau Insenerasi tempat tidur dan
peralatan lain dianjurkan untuk penyakit demam Lassa atau penyakit yang
sangat infeksius lainnya.
Sterilisasi, adalah penghancuran semua bentuk dari bibit penyakit baik
dengan cara memanaskan, penyinaran, menggunakan gas (ethylene oksida,
formaldehyde) atau denganpemberian bahan kimia.
10. Disnfestasi
Tindakan yang dilakukan baik fisis maupun kimiawi dengan maksud
untuk menghancurkan atau menghilangkan binatang-binatang kecil yang tidak
diinginkan khususnya arthropoda atau rodensia yang hadir di lingkungan
manusia, binatang peliharaan, dipakaian (lihat Insektisida dan Rodentisida).
Disinfestasi termasuk menghilangkan kutu yaitu Pediculus humanus,
pada manusia.
Synonim dari disinfestsai adalah disinseksi, disinsektisasi jika yang dihilangkan
hanya insekta.
11. Endemis
Suatu keadaan dimana suatu penyakit atau agen infeksi tertentu secara
terus menerus ditemukan disuatu wilayah tertentu, bisa juga dikatakan sebagai
suatu
penyakit
yang
umum
ditemukan
disuatu
wilayah.
Sedangkan
Hyperendemis adalah keadaan diman penyakit tertentu selalu ditemukan di suatu
wilayah dengan insiden yang tinggi. Dan Holoendemis adalah keadaan dimana
suatu penyakit selalau ditemukan di suatu wilayah dengan prevalensi yang
tinggi, awalnya menyerang penduduk usia muda dan menimpa sebagian besar
penduduk contohnya malaria di daerah tertentu (lihat zoonosis).
12. Epidemi (Wabah)
Timbulnya suatu penyakit yang menimpa sekelompok masyarakat atau
suatu wilayah dengan angka kejadian yang melebihi angka normal dari kejadian
penyakit tersebut. Beberapa jumlah penderita untuk bisa dikatakan telah terjadi
Epidemi sangat tergantung dari jenis penyakit, jumlah dan tipe penduduk yang
tertimpa, pengalaman masa lalau, jarangnya terpajan dengan penyakit tersebut,
waktu dan tempat kejadian. Dengan demikian epidemisitas sangat relatif
tergantung kepada bagaumana kejadian biasanya dari penyakit tersebut di suatu
wilayah yang sama, pada penduduk tertentu pada musim yang sama.
Sebagai contoh satu kasus penyakit tertentu yang lama tidak muncul
kemudian tiba-tiba muncul atau suatu kasus penyakit yang sebelumnya belum
pernah
dikenal,
muncul
maka
segera
harus
dilakukan
penyelidikan
epidemiologis dan juika kemudian penyakit tersebut menjadi dua kasus dalam
waktu yang cepat di tempat tersebut maka ini sebagai bukti telah terjadi
penularan dan dianggap telah terjadi epidemi (lihat laporan suatu penyakit dan
zoonosis).
13. Penyinaran Makanan
Adalah teknologi tertentu yang dapat memberikan dosis spesifik dari
radiasi pengion dari suatu sumber radio isotope (Cobalt 60) atau dari mesin yang
dapat menghasilkan sinar electron atau sinar X. Dosis yang diperlukan untuk
penyinaran makanan dan alat-alat : rendah yaitu sekitar 1 kilo Grays (kGy) atau
kurang, digunakan untuk sisinfeksi insekta dari buah-buahan, bumbu atau bijibijian; disinfeksi parasit dari ikan dan daging; medium 1 – 10 kGy (biasanya 1-4
kGy), dipakai untuk pasteurisasi dan untuk menghancurkan bakteri dan jamur,
dan tinggi 10 – 15 kGy, digunakan untuk sterilisasi makanan, peralatan medis dn
alat kesehatan (cairan iv, implan, semprit, jarum suntik, benang, klip, jas operasi,
duk).
14. Fumigasi
Adalah proses yang ditujukan untik membunuh binatang tertentu seperti
arthropoda dan rodensia dengan menggunakan gas kimia (lihat insektisida dan
rodentisida).
15. Penyuluhan Kesehatan
Adalah suatu proses yang ditujukan kepada individu atau kelompok
penduduk agar mereka bisa berperilaku sehat dalam menjaga dan memelihara
kesehatan mereka. Penyuluhan kesehatan dimulai dari masyarakat dalam
keadaan seperti apa adanya yaitu pandangan mereka selama ini terhadap
masalah kesehatan. Dengan memebrikan penyuluhan kesehatan kepada mereka
dimaksudkan untuk mengembangkan sikap dan tanggung jawab sebagai
individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dalam masalah kesehatan.
Khusus kaitannya dengan pemberantasan penyakit menular maka penyuluhan
kesehatan ditujukan kepada upaya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
penyakit menular, penilaian terhadap perilaku masyarakat yang ada kaitannya
dengan penyebaran serta peningkatan frekuensi penyakit menular, pengenalan
cara-cara pengobatan (Synonim : pendidikan penderita, pendidikan untuk
kesehatan, pendidikan kepada masyarakat, pendidikan kesehatan masyarakat).
16. Kekebalan Kelompok (Herd inmunixty)
Adalah kekebalan dari sekelompk orang atau masyarakat. Kemampuan
dari sekelompok orang untuk menanngkal invasi atau penyebaran suatu penyakit
infeksi jika mereka yang kebal mencapai proporsi yang cukup tinggi di
masyarakat.
17. Pejamu/Tuan Rumah/Inang
Disebut juga “Host”, hospes ialah orang atau binatang termasuk burung
dan arthropoda yang mengandung bibit penyakit tertentu yang didapatkan secara
alamiah (bukan sebagai hasil eksperimen). Protozoa dan cacing tertentu
mempunyai beberapa oejamu dari spesies binatang yang berbeda dalam stadium
perkembangan mereka. Pejamu dimana parasit mencapai maturitas atau
melewatkan stadium seksual mereka disebut sebagai pejamu perimer atau
pejamu difinitif, sedangkan pejamu dimana parasit melewatkan stadium larva
atau stadium asexual disebuet sebagai pejamu sekunder atau pejamu
intermediair. Pejamu perantara (transport host) adalah “carrier” dimana
organisme bertahan hidup tetapi tidak mengalamui perkembangan.
18. Individu yang Kebal
Adalah orang atau binatang yang memiliki antibody spesifik dan atau
memiliki antibody seluler akibat infeksi atau pemberian imunisasi yang dialami
sebelumnya. Atau suatu kondisi sebagai akibat pengalaman spesifik sebelumnya
sebagai suatu respons sedemikian rupa yang mencegah berkembangnya penyakit
terhadap reinfeksi dari bibit penyakit tertentu. Tingkat imunitas seseorang sangat
relatif; tingkat perlindungan tertentu mungkin cukup kuat terhadap infeksi yang
biasanya tetapi tidak mencukupi untuk infeksi yang berat atau infeksi yang
melewati “Port d’entre” yang tidak biasanya; Daya lindung juga berkurang pada
pemberian pengobatan “immumosuppressive” atau karena menderita penyakit
lain dan proses ketuaan (lihat Resistensi).
19. Imunitas
Adalah kekebalan yang dikaitkan dengan adanya antibody atau sel yang
mempunyai tanggap kebal terhadap mikro organisme dari penyakit infeksi
tertentu atau terhadap toksinnya. Kekeblan yang efektif meliputi kekebalan
seluler berkaitan dengan sentisisai T-Lymphocite dan atau imunitas humoral
yang didasarkan kepada reaksi B-Lymphocite.
Kekebalan Pasif di dapat baik secara alamiah maupun didapat dari ibu
melalui ari ari, atau didapat secara buatan dengan memberikan suntikan zat
kebal (dari serum binatang yang sudah dikebalkan, serum hiperium dari orang
yang baru sembuh dari penyakit tertentu atau “human immune serum globulin”;
kekebalan yang diberikan relatif pendek (beberapa hari atau beberapa).
Imunitas humorial aktif, hilang setelah beberapa tahun yang didapat baik
secara alamiah karena infeksi dengan atau tanpa gejala klinis atau diperoleh
secara buatan dengan menyuntikkan agen infeksi yang sudah dibunuh atau
dilemahkan atau dalam bentuk vaksinnya ke dalam tubuh manusia.
20. Infeksi yang tidak kelihatan (Inapparent Infection)
Adalah terjadinya infeksi pada pejamu tanpa disertai dengan gejala
klinis yang jelas. Infeksi ini hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan
laboratorium seperti melalui pemeriksaan darah, skin test (Synonim;
asymptomatik, subklinis, “occult infection”)
21. Angka Insidensi (Incidence Rate)
Adalah jumlah kasus baru penyakit tertentu yang dilaporkan pada
periode waktu tertentu, tempat tertentu dibagi dengan jumlah penduduk dimana
penyakit tersebut berjanngkit. Biasanya dinyatakan dalam jumlah kasus per 1000
dtau per 100.000 penduduk per tahun. Angka ini bisa diberlakukan bagi umur
tertentu, jenis kelamin tertentu atau karakteristik spesifik dari penduduk. (lihat
Angka morbiditas, Angka Prevalensi).
“Attack rate” atau “Case Rate” adalah proporsi yang menggambarkan
insidensi kumulatif dari kelompok tertentu, yang diamati dalam waktu yang
terbatas dalam situasi tertentu misalnya pada waktu terjadi kejadian luar biasa
atau wabah. Dinyatakan dalam prosentase (jumlah kasus per 100 penduduk).
Sedangkan “Attack rate” Sekunder adalah jumlah penderita baru yang
terjadi dalam keluarga atau institusi dalam periode masa inkubasi tertentu
setelah terjadi kontak dengan kasus primer, dihubungkan dengan total
keseluruhan kontak; deniominatornya/penyebutnya bisa terbatas hanya kepada
kontak yang rentan saja jika hal ini diketahui dengan jelas.
Angka Infeksi adalah proporsi yang menggambarkan insidensi dari
semua infeksi yang terjadi baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
22. Masa Inkubasi
Interval waktu antara kontak awal dengan bibit penyakit dan awal
munculnya gejala penyakit yang dikaitkan dengan infeksi tersebut. Didalam
tubuh vector adalah waktu antara msauknya mikro organisme ke dalam tubuh
vector dan waktu dimana vector tersebut mampu menyebarkan penyakit (Masa
Inkubasi Ekstrinsik).
Waktu antara orang terpajan dengan parasit sampai ditemukannya parasit
tersebut dalam darah atau feces dinamakan masa percobaan.
23. Orang yang terinfeksi
Adalah seseorang atau binatang yang mengandung bibit penyakit baik
dia menunjukkan gejala klinis maupun tidak (lihat pasien atau orang sakit), atau
infeksi yang tidak kelihatan (lihat Carrier). Orang atau binatang yang infeksius
adalah dari mana bibit penyakit secara alamiah bisa didapat.
24. Infeksi
Adalah masuk dan berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit ke
dalam tubuh manusia atau binatang. Infeksi tidak sama dengan penyakit
infeksius; akibatnya mungkin tidak kelihatan (lihat infeksi yang tidak kelihatan)
mungkin juga manifes (lihat penyakit infeksi). Ditemukannya bibit penyakit di
permukaan tubuh, dipermukaan alat-alat, pada alat-alat yang tercemar tanah
disebut sebagai kontaminasi (lihat infestrasi dan kontaminasi) bukan infeksi.
25. Agen Infeksius
Adalah organisme (virus, rickettsia, bacteria, fungus, protozoa, cacing)
yang bisa menimbulkan infeksi atau penyakit infeksi.
26. Infektivitas
Menunjukkan kemampuan dari agen infeksius untuk masuk, hidup dan
berkembang biak di dalam tubuh pejamu; contohnya Rabies : melalui gigitan
binatang.
27. Tingkat infeksius
Adalah tingkat kemudahan dari bibit penyakit tertentu ditularkan dari
satu pejamu ke pajamu lain. Contohnya terdapat arga yang terkena flu dan batuk
hal ini bisa menular ke orang lain bisa melalui kontak langsung seperti melalui
sentuhan percikan pada waktu orang lain bersin, batuk.
28. Penyakit Infeksius
Penyakit pada manusia atau binatang yang manifes secara klinis sebagai
akibat dari infeksi. Contoh yang disebabkan oleh Bakteri, TBC : ditularkan
memalui udara, Tetanus : melalui luka yang kotor, Mencret : lalat, air dan jari
yang kotor, Pneumonia : lewat batuk (udara). Disebabkan oleh Virus, Selesma,
influenza, campak, gondok : ditularkan melalui udara, batuk, ataupun lalat,
Rabies : melalui gigitan binatang, Penyakit kulit : melalui sentuhan. Disebabkan
oleh Jamur Kurap, kutu air, dan gatal pada lipatan paha : ditularkan melalui
sentuhan atau dari pakaian yang di pakai secara bergantian. Disebabkan oleh
Parasit internal (hewan berbahaya yang hidup di dalam tubuh) Malaria : malalui
gigitan nyamuk.
29. Infeksi Nosokomial
Infeksi yang terjadi pada pnederita yang sedang dirawat di Rumah Sakit
dimana infeksi ini belum ada pada waktu penderita masuk ke Rumah Sakit; atau
infeksi residual pada waktu dirawat di Rumah Sakit sebelumnya. Termasuk juga
infeksi yang muncul setelah penderita keluar Rumah Sakit, dan juga infeksi yang
mengenai staf dan fsailitas Rumah Sakit (synonym : infeksi yang didapat di
Rumah Sakit).
30. Infestasi
Berlaku untuk orang atau binatang yaitu hinggap dan berkembang
biakanya arthropoda di permukaan tubuh manusia atau di pakaian. Sedangkan
tempat atau peralatan yang terinfestasi adalah apabila alat atau tenpat tersebut
memberikan tempat berteduh bagi arthropoda atau rodensia.
31. Insektisida
Bahan kimia yang dipakai untuk memusnahkan insekta, pemakaiannya
bisa dalam bentuk tepung, cairan, cairan yang dibuat menjadi pertikel, aerosol,
disemprotkan baik yang menggunakan residu maupun tidak. Contoh produk
pembasmi serangga atau insektisida digunakan untuk membunuh serangga yang
merusak atau mengganggu manusia, seperti nyamuk, lalat, dan kecoa.
32. Larvasida
Istilah yang digunakan bagi bahan kimia yang dipakai untuk bahan kimia
yang digunakan untuk membunuh bentuk dewasa dari arthropoda. Istilah
Insektisida kerap dipakai untuk membunuh kutu dan agas.
33. Isolasi
Dilakukan terhadap penderita, isolasi menggambarkan pemisahan
penderita atau pemisahan orang atau binatang yang terinfeksi selama masa
inkubasi dengan kondisi tertentu untuk mencegah/mengurangi terjadinya
penularan baik langsung maupun tidak langsung dari orang atau binatang yang
rentan.
34. Moluskasida
Bahan kimia yang dipakai untuk membunuh keong dan mollusca lainnya.
35. Angka Kesakitan
Adalah angka insidensi yang dipakai untuk menyatakan jumlah
keseluruhan orang yang menderita penyakit yang menimpa sekelompok
penduduk pada periode waktu tertentu. Sekelompok penduduk bisa mengacu
pada jenis kelamin tertentu, umur tertentu atau yang mempunyai cirri-ciri
tertentu.
36. Angka Kematian
Angka yang perhitungannya sama dengan perhitungan angka insidensi
yaitu pembilangnya (Numerator) adalah jumlah mereka yang mati pada periode
waktu tertentu yang menimpa sekelompok penduduk, biasanya dalam satu
tahun, sedangkan penyebutnya (Denominator) adalah jumlah orang yang
mempunyai resiko mati pada paeriode yang sama.
37. Angka Kematian Kasar
Dinyatakan dalam seluruh kematian oleh karena semua sebab.
38. Angka Kematian Spesifik
Untuk penyakit tertentu adalah jumlah kematian oleh sebab penyakit
tertentu saja, biasanya terhadap 100.000 penduduk. Penduduk bisa dirujuk
berdasarkan umur, jenis kelamin atau ciri-ciri lainya
39. Patogenisitas
Adalah kemampuan yang dimiliki oleh bibit penyakit untuk membuat
orang menjadi sakit, atau untuk membuat sekelompok penduduk yang terinfeksi
menjadi sakit.
40. Penderita atau Orang Sakit
Adalah orang yang menderita suatu penyakit.
41. Higiene Perorangan
Dalam bidang peberantasan penyakit menular maka upaya untuk
mellindungi diri terhadap penyakit menjadi tanggung jawab individu dalam
menjaga kesehatan mereka dan mengurangi penyebaran penyakit, terutama
penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung.
42. Angka Prevalensi
Jumlah keseluruhan orang yang sakit yang menggambarkan kondisi
tertentu yang menimpa sekelompok penduduk tertentu pada titik waktu tertentu
(Point Prevalence), atau pada periode waktu tertentu (Period Prevalence),
tanpa melihat kapan penyakit itu mulai dibagi dengan jumlah penduduk yang
mempunyai resiko tertimpa penyakit pada titik waktu tertentu atau periode
waktu tertentu.
43. Karantina
Pembatasan aktivitas yang ditujukan terhadap orang atau binatang yang
telah kont ak dengan orang/binatang yang menderita penyakit menular pada
masa penularan (lihat Kontak). Tujuannya adalah untuk mencegah penularan
penyakit pada masa inkubasi jika penyakit tersebut benar-benar diduga akan
terjadi. Ada dua jenis tindakan karantina yaitu :
a. Karantina Absolut atau Karantina Lengkap : ialah pembatasan ruang
gerak terhadap mereka yang telah terpajan dengan penderita penyakit
menular. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mencegah orang ini kontak
dengan orang-orang lain yang belum terpajan.
b. Karantina yang dimodifikasi : Suatu tindakan selektif berupa pembatasan
gerak bagi mereka yang terpajan dengan penderita penyakit menular.
Biasanya pertimbangannya adalah perkiraan terhadap adanya perbedaan
tingkat kerentanan terhadap bahaya penularan. Modifikasi ini dilakukan
untuk menghadapi situasi tertentu. Sebagai contoh misalnya melarang anakanak tertentu masuk sekolah. Pengecualian terhadap anak-anak yang sudah
dianggap kebal terhadap tindakan-tindakan tertentu yang ditujukan kepada
anak-anak yang rentan. Pembatasan yang dilakukan terhadap annggota
militer pada pos-pos atau asrama-asrama militer.
44. Surveilans Individu
Pengamatan medis yang ketat dilakukan terhadap individu yang diduga
terpajan dengan sumber penyakit agar timbulnya gejala penyakit dapat segera
diketahui tanpa membatasi ruang gerak mereka.
45. Repelan
Adalah bahan kimia yang digosokkan di kulit, pakaian atau tempat lain
dengan maksud mencegah serangga menggigit/menyerang, pencegah larva
cacing masuk melalui kulit. Contoh ketika kita memakai autan dengan maksud
agar tidak digigit nyamuk.
46. Pelaporan Penyakit
Pelaporan penyakit adalah laporan resmi yang ditujukan kepada pejabat
kesehatan yang berwenang berisikan kejadian penyakit yang menimpa orang
atau binatang. Penyakit yang menimpa manusia dilaporkan ke Dinas Kesehatan
setempat sedangkan penyakit yang menyerang binatang/ternak dilaporkan
kepada Dinas Pertanian/Dinas Peternakan. Pejabat Kesehatan yang berwenang
akan menerbitkan daftar dari penyakit-penyakit yang harus dilaporkan sesuai
dengan keperluan. Laporan penyakit juga meliputi penyakit-penyakit yang
diduga memerlukan tindakan investigasi atau pemberantasan tertentu jika
seseorang mendapatkan infeksi daerah tertentu sedangkan laporan penyakitnya
dilaporkan di daerah lain, dan kemudian pemberitahuan mengenai asal daerah
penyakit tersebut. Hal ini penting dilakukan terutama jika diperlukan
pemeriksaan kontak (contact person), pemeriksaan makanan atau jika diperlukan
pemeriksaan air atau barang-barang lain yang diduga sebagai sumber infeksi
(Kandun, 2000 : xliv).
Notifikasi diperlukan hanya terhadap penyakit-penyakit yang rutin harus
dilaporkan tetapi juga terhadap penyakit yang timbul KLB/Wabah walaupun
penyakit tersebut tidak masuk dalam daftar penyakit yang wajib dilaporkan.
Pelapoan khusus yang diperlukan dalam IHR (International Health Regulation)
tercantum dalam Pelaporan Penyakit Menular (Kandun, 2000 : xlv).
47. Reservoir (dari penyakit infeksi)
Reservoir (dari penyakit infeksi) merupakan tempat perkembangbiakan
dan bertahan hidup serta sangat tergantung dengan inang tempatnya
menumpang. Bibit penyakit tersebut berkembang biak sedemikian rupa sehingga
dapat ditularkan kepada inang lain yang rentan. Terdapat ada 2 tipe reservoir
yaitu pada manusia dan hewan (Kandun, 2000 : xlv).
a. Reservoir pada Manusia
Pada penyakit menular, sumber infeksi berasal dari orang yang sedang
mengalami infeksi dapat berupa kasus atau karier. Karier terjadi karena
proses penyembuhan tidak sempurna dan secara bakteriologis agen penyakit
masih ada dalam tubuh. Contohnya; penyakit demam tifoid (Chandra,
2009:23).
Kasus dapat berbentuk subklinis dan klinis. Pada kasus subklinis tidak
ditemukan gejala penyakit atau bersifat asimtomatis tetapi berpotensi untuk
menularkan infeksi kepada orang lain. Contoh; penyakit poliomyelitis
(Chandra, 2009:23).
b. Reservoir Hewan
Sumber infeksi dapat berasal dari hewan atau burung dan berupa kasus atau
karier seperti pada manusia (Chandra, 2009:23).
48. Resistensi
Resistensi merupakan resultante dari mekanisme tubuh yang dapat
menghalangi atau mencegah invasi, multiplikasi dari bibit penyakit ke dalam
tubuh atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh racun
yang dikeluarkan oleh bibit penyakit (Kandun, 2000 : xlv).
a. Resistensi Inheren
adalah kemampuan tubuh bertahan terhadap serangan bibit penyakit yang
tidak tergantung kepada kekebalan spesifik baik humoral maupun seluler;
daya tahan ini biasanya dalam bentuk struktur anatomis dan fisiologis yang
menjadi ciri individu dan didapatkan secara genetis baik bersifat permanen
ataupun temporer (Kandun, 2000 : xlv).
49. Rodentisia
Rodentisia merupakan suatu bahan kimia yang dipergunakan untuk
membunuh rodent, umumnya setelah ditelan oleh rodent tersebut (Kandun, 2000
: xlvi).
50. Sumber Infeksi
Sumber infeksi merupakan orang, binatang, barang/bahan yang menjadi
bibit penyakit ditularkan kepada orang lain. Sumber infeksi harus dibedakan
dengan sumber kontaminasi ialah sebagai contoh septic tank yang meluap
mencemari sumber air (Kandun, 2000 : xlvi).
51. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit merupakan kegiatan yang dilakukan secara terusmenerus dengan melihat seluruh aspek dari muncul dan menyebarnya suatu
penyakit agar dapat dilakukan penanggulangan yang efektif (Kandun, 2000 :
xlvi).
a. Surveilans Serologis ialah kegiatan yang mengidentifikasi pola infeksi masa
lalu sampai saat ini dengan menggunakan pemeriksaan serologis (Kandun,
2000 : xlvi).
Didalam surveilans penyakit meliputi pengumpulan secara sistematik dan
evaluasi dari;
1. Laporan kesakitan dan kematian.
2. Laporan khusus dari hasil investigasi atau dari perseorangan.
3. Isolasi dan identifikasi dari bahan infeksius oleh laboratorium.
4. Data tentang ketersediaan dan pemakaian serta dampak dari pemakaian
vaksin dan toxoids, globulin imun, insektisida dan bahan-bahan yang
digunakan dalam pemberantasan.
5. Informasi yang berkaitan dengan tingkat imunitas dari segmen
masyarakat tertentu.
6. Data epidemiologis yang dianggap relevan.
b. Surveilans epidemiologi
Penelitian atau survei di lapangan terhadap segala sesuatu yang diduga
penyebab terjadinya penyakit (Chandra, 2009:36).
52. Susceptible (Retan)
Susceptible (Retan) merupakan seseorang atau binatang yang tidak
memiliki daya tahan cukup untuk melawan bibit penyakit tertentu untuk
mencegah dirinya tertulari jika mereka terpajan dengan bibit penyakit tersebut
serologis (Kandun, 2000 : xlvii).
53. Tersangka
Tersangka merupakan arti tersangka dalam pemberantasan penyakit
menular dimaksudkan adalah kesakitan yang diderita seseorang dimana gejala
dan perjalanan penyakitnya mengidentifikasi bahwa mereka kemungkinan
menderita sesuatu penyakit menular tertentu serologis (Kandun, 2000 : xlvi).
54. Penularan Penyakit Infeksi
Penularan penyakit infeksi merupakan mekanisme penyakit infeksi
ditularkan dari suatu sumber atau reservoir kepada seseorang. Mekanisme
tersebut adalah sebagai berikut;
a. Penularan Langsung merupakan mekanisme menularkan bibit penyakit
langsung dari sumbernya kepada orang atau binatang lain melalui “Port
d’entre”. Penularannya melalui kontak langsung sepeti sentuhan, gigitan,
ciuman, hubungan seksual, percikan yang mengenai conjunctiva, selaput
lender dari mata, hidung atau mulut pada waktu yang lain bersin, batuk,
meludah, atau saat berbicara serologis (Kandun, 2000 : xlvii). Jenis penyakit
yang ditularkan, antara lain; penyakit kelamin, trakoma, antraks, penyakit
pada kaki dan mulut, HIV (AIDS), Skabies, Gas-gangrean, Rabies, dan
Erispelas (Chandra, 2009:25).
b. Penularan Tidak Langsung merupakan penularan yang ditularkan melalui
perantara antara lain yaitu;
1. Penularan melalui alat-alat/barang yang terkontaminasi
Penularan dapat berasal dari mainan anak, sapu tangan, kain
kotor, tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrument bedah atau
duk; air, makanan, susu, produk biologi seperti darah, serum,
plasma,jaringan organ tubuh kemudian menjadi perantara untuk
mengangkut atau membawa bibit penyakit kepada orang/binatang yang
rentan dan masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai. Bibit penyakit
dapat juga berkembang biak tidak pada alat sebelum ditularkan pada
orang/ binatang yang rentan (Kandun, 2000 : xlix).
2. Penularan melalui vektor
Penularan melalui vektor atau Arthroped-borne disease dan
sering juga disebut vector-borne disease merupakan penyakit penting
yang bersifat endemis maupun epidemis dan sering menimbulkan
bahaya kematian (Chandra, 2009:27).
Secara umum ada 3 cara transmisi Arthroped-borne disease pada
manusia yaitu melalui; (Chandra, 2009:30).
a) Transmisi secara langsung
Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi
dari satu orang ke orang lain melalui ontak lansung. Contoh:
Skabies,Pedikulus).
b) Transmisi secara mekanik
Arthropoda sebagai vektor mekanik membawa agen penyakit dari
manusia, yaitu dari tinja, darah, ulkus superfisial atau eksudat. Kontaminasi bisa
hanya dari permukaaan turbuh arthropoda tapi juga bisa dari sesuatu yang sudah
dicernakan dan kemudian dimuntahkan atau dikeluarkan melalui tinja vektor
(30). Selain itu juga ditularkan dengan cara terbawanya bibit penyakit pada saat
merayap di tanah baik.
55. Penularan Penyakit Infeksi
Penularan penyakit infeksi merupakan mekanisme penyakit infeksi
ditularkan dari suatu sumber atau reservoir kepada seseorang. Mekanisme
tersebut adalah sebagai berikut;
c. Penularan Langsung merupakan mekanisme menularkan bibit penyakit
langsung dari sumbernya kepada orang atau binatang lain melalui “Port
d’entre”. Penularannya melalui kontak langsung sepeti sentuhan, gigitan,
ciuman, hubungan seksual, percikan yang mengenai conjunctiva, selaput
lender dari mata, hidung atau mulut pada waktu yang lain bersin, batuk,
meludah, atau saat berbicara serologis (Kandun, 2000 : xlvii). Jenis penyakit
yang ditularkan, antara lain; penyakit kelamin, trakoma, antraks, penyakit
pada kaki dan mulut, HIV (AIDS), Skabies, Gas-gangrean, Rabies, dan
Erispelas (Chandra, 2009:25).
d. Penularan Tidak Langsung merupakan penularan yang ditularkan melalui
perantara antara lain yaitu;
1. Penularan melalui alat-alat/barang yang terkontaminasi
Penularan dapat berasal dari mainan anak, sapu tangan, kain
kotor, tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrument bedah atau
duk; air, makanan, susu, produk biologi seperti darah, serum,
plasma,jaringan organ tubuh kemudian menjadi perantara untuk
mengangkut atau membawa bibit penyakit kepada orang/binatang yang
rentan dan masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai. Bibit penyakit
dapat juga berkembang biak tidak pada alat sebelum ditularkan pada
orang/ binatang yang rentan (Kandun, 2000 : xlix).
2. Penularan melalui vektor
Penularan melalui vektor atau Arthroped-borne disease dan
sering juga disebut vector-borne disease merupakan penyakit penting
yang bersifat endemis maupun epidemis dan sering menimbulkan
bahaya kematian (Chandra, 2009:27).
Secara umum ada 3 cara transmisi Arthroped-borne disease pada
manusia yaitu melalui; (Chandra, 2009:30).
c) Transmisi secara langsung
Arthropoda secara lan
“Istilah dan Definisi Penyakit Menular”
Disusun Oleh :
Widyasmara Nur T
Rizki Afriliana
122110101085
142110101018
Maulidia Nur Rohma
142110101019
Nurul Fasilah
142110101025
Nurul Khotimah
142110101037
Faza Qonitatul’An
142110101042
Siti Indriyatul Affierni142110101078
Yuniar Rofiqotul M
142110101104
Octavia Panca Puspita Sari
152110101005
Tahta Alfiani Wuri S
152110101006
Ika Amaliya
152110101008
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular tentang
“Istilah dan Definisi Penyakit Menular”. Alasan utama terbentuknya makalah ini adalah
guna melengkapi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Epidemiologi Penyakit
Menular.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jember, 17 Februari 2017
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................iv
1.1
Latar Belakang....................................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3
Tujuan.................................................................................................................2
1.3.1
Tujuan Umum..............................................................................................2
1.3.2
Tujuan Khusus.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
2.1
1.
Sejarah Epidemiologi..........................................................................................3
Generasi Pertama....................................................................................................3
2.2
Pengertian Epidemiologi Penyakit Menular.......................................................6
2.3
Manfaat epidemiologi dalam kesehatan masyarakat..........................................6
2.4
Tujuan.................................................................................................................8
2.5
Istilah..................................................................................................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................31
3.1
Kesimpulan.......................................................................................................31
3.2
Saran.................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................32
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia di berbagai negara termasuk di
Indonesia tidak dapat terlepas dari segi peningkatan kualitas kesehatan. Tujuan
utama dari pembangunan tersebut yaitu terciptanya lingkungan yang memungkinkan
bagi masyarakat Indonesia untuk menikmati umur yang panjang, sehat serta dapat
menjalankan kehidupan yang produktif (Moeloek,2015:2). Dilihat dari hal tersebut,
kesehatan merupakan salah satu aspek yang penting dalam pembangunan
masyarakat. Namun, hingga saat ini permasalahan kesehatan mengenai penyakit
menular di Indonesia masih tergolong tinggi.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2015;133-134),
proporsi pasien baru BTA positif diantara seluruh kasus TB paru belum mencapai
target yang diharapkan yaitu minimal 65%. Pada tahun 2014 ditemukan jumlah
kasus baru BTA+ sebanyak 176.677 kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru
BTA+ yang ditemukan tahun 2013 yang sebesar 196.310 kasus. Menurut jenis
kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 1,5 kali
dibandingkan kasus BTA+ pada perempuan. Pada masing-masing provinsi di seluruh
Indonesia kasus BTA+ lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Disparitas paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di Kep. Bangka
Belitung, kasus pada laki-laki hampir dua kali lipat dari kasus pada perempuan.
Menurut kelompok umur, kasus baru paling banyak ditemukan pada kelompok umur
25- 34 tahun yaitu sebesar 20,76% diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar
19,57% dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 19,24%.
Sedangkan pada kasus baru AIDS menurut kelompok umur menunjukkan
bahwa sebagian besar kasus baru AIDS terdapat pada usia 20-29 tahun, 30-39 tahun,
dan 40-49 tahun. Kelompok umur tersebut masuk ke dalam kelompok usia produktif
yang aktif secara seksual dan termasuk kelompok umur yang menggunakan NAPZA
suntik. Dalam penularan penyakit HIV/AIDS, faktor hubungan heteroseksual
merupakan cara penularan dengan persentase tertinggi pada kasus AIDS yaitu
sebesar 81,3%, diikuti oleh homoseksual sebesar 5,1% dan perinatal sebesar 3,5%.
Penyakit AIDS dilaporkan bersamaan dengan penyakit penyerta. Pada tahun 2014
penyakit kandidiasis, tuberkulosis, dan diare merupakan penyakit penyerta AIDS
tertinggi masing-masing sebesar 1.316 kasus, 1.085 kasus, dan 1.036 kasus (Profil
Kesehatan Indonesia,2015;139-140).
Berdasarkan data dan permasalan tersebut, penerapan ilmu epidemiologi
penyakit menular sangat penting dalam menanggulangi dan mencegah penyebaran
penyakit menular di Indonesia. Epidemiologi sendiri merupakan ilmu yang
mempelajari
distribusi,
determinan,
frekuensi
penyakit,
dan
faktor
yang
mempengaruhi status kesehatan pada populasi manusia (Rajab,2009;2). Oleh karena
itu, penulis tertari untuk menulis makalah dengan judul “Istilah dan Definisi
Epidemiologi Penyakit Menular”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah apa yang dimaksud dengan
epidemiologi penyakit menular serta istilah dari epidemilogi penyakit menular ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui definisi beserta istilahistilah mengenai epidemiologi penyakit menular.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui sejarah mengenai epidemiologi penyakit menular.
b. Mengetahui mengenai manfaat epidemiologi penyakit menular.
c. Mengetahui mengenai tujuan epidemiologi penyakit menular.
d. Mengetahui berbagai istilah mengenai epidemiologi penyakit menular.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Epidemiologi
1. Generasi Pertama
Dipelopori oleh Hippocrates (bapak kedokteran modern) yang dianggap
sebagai epidemiologispertama yang mengemukakan teori tentang penyebab
penyakit. Ia berpendapat bahwa penyakitterjadi karena adanya kontak dengan
jasad hidup yang tidak terlihat oleh mata dan penyakit berkaitan dengan
lingkungan eksternal dan internal. Ia juga menduga adanya hubungan antara
berbagai penyakit dan faktor tempat tinggal, geografis, kondisi air, iklim,
kebiasaan makan yang mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh. Ia juga
memperkenalkan istilah epidemik dan endemik.
Selain Hippocrates, tokoh lain yang memiliki pengaruh adalah Galen,
seorang ahli bedah Romawi yang dianggap sebagai bapak fisiologi eksperimental.
Ia berpendapat bahwa cara hidup dan kondisi cairan tubuh diduga berhubungan
dan mempengaruhi kesehatan serta timbulnya penyakit.
Thomas Sydenham (1624-1689), dianggap Hippocrates-nya orang
Inggris
dan
dianggap
sebagai
bapak
epidemiologi
Inggris.
Thomas
menghubungkan terjadinya penyakit dengan udara, air, dan tempat. Noah Webster
(1758-1843), seorang epidemiologis Amerika yang terkenal, berpendapat bahwa
wabah berkaitan dengan faktor lingkungan tertentu.
2. Konsep Contagion Germ
Zaman ini merupakan era keemasan teori kuman. Para ilmuwan berhasil
membuktikan mikroba sebagai etiologi (penyebab). Penemuan ini tidak terlepas
dengan penemuan mikroskop oleh Antonio Lawenhock sehingga para ilmuwan
berlomba melakukan penelitian tentang penyakit yang disebabkan oleh mikroba.
Beberapa tokoh yang terkenal pada zaman ini adalah:
Hieronymous Fracastorius (1478-1553), adalah seorang dokter dan
sastrawan Italia yang mempopulerkan teori konsep kuman tersebut. ia
berpendapat bahwa penyakit ditularkan dari orang ke orang melalui partikel
kecil yang tidak dapat dilihat.
Igmatz Semmelweis (1818-1865), seorang ahli kandungan dari Hungaria
yang mengemukakan bahwa dokter-dokter yang setelah melakukan autopsi
mayat apabila melakukan pertolongan persalinan jarang melakukan cuci tangan
sehingga kuman menular ke ibu dan bayi yang ditolong saat persalinan (infeksi
nosokomial). Sehingga dapat disimpulkan bahwa deman “child bed fever” dapat
dikurangi jika dokter yang menolong persalinan membasuh tangannya.
Edward Jenner (1749-1823), berjasa dalam penemuan vaksin cacar yang
efektif.
Louis Pasteur (1822-1895), mendemonstrasikan imunisasi rabies yang
efektif.
Robert Koch (1843-1910), berjasa dalam penemuan vaksin BCG.
3. Kelahiran Statistik Kehidupan
Dekade ini merupakan awal ditemukannya ilmu statistik yang sangat
dibutuhkan oleh epidemiolog. Dengan pengamatan dan pencatatan data suatu
kejadian penyakit, dapat diambil suatu kesimpulan atau prediksi/estimasi tentang
kejadian dari awal sampai akhir penyakit tersebut. tokoh yang terkenal pada era
ini adalah:
John Graunt (1622), adalah orang terpenting yang berkontribusi bagi
ilmu epidemiologi pada tahap awal. Beliau merupakan penjual pakaian di kota
London yang menjadi orang pertama kali mengkuantitatifkan pola penyakit
penduduk. John Graunt pula yang menekankan pentingnya pengumpulan data
secara rutin, sehingga pendapatnya menjadikan dasar epidemiologi modern. Hal
tersebut menjadikan John Graunt sebagai pencipta dasar statistik estimasi
populasi dan konstruksi life table
William Farr (1880), adalah ahli statistik Inggris yang dianggap sebagai
bapak statistik kehidupan dan surveilans modern. William Farr berhasil
mengembangkan analisis dari statistik kematian yang digunakan untuk
mengevaluasi masalah kesehatan penduduk. Selain itu ia mengembangkan
konsep populasi berisiko yang hasilnya terkenal dengan metode pemilihan kasus
dan kontrol.
4. Epidemiologi Klasik
Era ini adalah era tentang penelusuran terjadinya penyakit yang sering
timbul di masyarakat luas dan penyebabnya yaitu perilaku yang tidak baik dalam
hal menjaga kesehatan. Tokoh yang berperan penting dalam era ini adalah:
John Snow (1813-1858), terkenal sebagai bapak epidemiologi lapangan
karena hasil penelusuran atau investigasinya mengenai penyebab kematian yang
disebabkan oleh muntah-berak dan berhasil menyusun postulat bahwa kolera
ditularkan melalui air yang tercemar. Metode investigasinya merupakan
landasan langkah investigasi wabah.
P.L.Panum, dikenal karena berhasil melakukan penelitian dalam studi
epidemiologi klasik tentang campak.
5. Epidemiologi Modern
Perkembangan pada bagian ini mengarah pada pemahaman hubungan
sebab-akibat terhadap berbagai peristiwa penyakit serta gangguan kesehatan.
Hal ini lebih menuntun para ahli untuk menggunakan model pendekatan sistem.
Analisis didasarkan pada sekelompok faktor yang saling berkaitan erat dalam
bentuk hubungan yang konsisten. Tokoh yang menonjol pada era ini adalah:
Doll dan Hill (1950), melalui studinya mengenai hubungan merokok dan
kanker paru dan sampai sekarang ini tidak ada yang menyangkal hasil studinya
bahwa merokok dapat mengakibatkan kanker paru.
Salk melakukan studi uji komunitas vaksin polio dan Framingham heart
study, terkenal dengan studi Kohort penyakit kardiovaskuler.
Dari berbagai perkembangan tersebut di atas, para ahli kesehatan
masyarakat
khususnya
epidemiologi
mulai
mengembangkan
metode
epidemiologi, yaitu suatu metode pendekatan ilmiah yang diarahkan pada
analisis faktor penyebab serta hubungan sebab-akibat. Di samping itu
dikembangkan epidemiologi sebagai bagian dari ilmu kesehatan masyarakat.
2.2 Pengertian Epidemiologi Penyakit Menular
a. Pengertian epidemiologi
Jika ditinjau dari asal kata epidemiologi berasal dari bahasa yunani yang
terdiri dari 3 kata dasar yaitu epi yang berarti pada atau tentang, demos yang
berati penduduk dan kata terakhir adalah logos yang berarti ilmu pengetahuan.
Jadi epidemilogi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. sedangkan
dalam pengertian modern pada saat ini epidemiologi adalah : “ilmu yang
mempelajari tentang frekuensi dan distribusi (penyebaran) serta determinat
masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat serta determinannya
(faktor – factor yang mempengaruhinya).
b. Pengertian penyakit menular
Penyakit yang disebabkan oleh penularan dari suatu agent infeksi atau
produk racunnya dari orang atau hewan yang terinfeksi ke penjamu yang peka
baik secara langsung maupun tidak. Tiga Kelompok utama penyakit menular
yaitu :
1. Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian cukup tinggi.
2. Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan
cacat, walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama
3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapi
dapat mewabah yang menimbulkan kerugian materi.
c. Pengertian Epidemiologi Penyakit Menular
Merupakan studi epidemiologi yang berfokus pada distribusi dan determinan
penyakit menular.
2.3 Manfaat epidemiologi dalam kesehatan masyarakat
1. Membantu pekerjaan administrasi kesehatan
Membantu pekerjaan dalam perencanaan (Planing) dari pelayanan kesehatan,
pemantauan (Monitoring), dan penilaian (Evaluation) suatu upaya kesehatan.
2. Menerangkan penyebab suatu masalah kesehatan
Dengan diketahuinya penyebab masalah kesehatan maka dapat disusun
langkah-langkah penanggulang\]an selanjutnya, baik bersifat pencegahan
ataupun bersifat pengobatan.
3. Menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit
Melalui pemanfaatan keterangan tentang frekuensi dan penyebaran penyakit
terutama penyebaran penyakit menurut waktu. Dengan diketahuinya waktu
muncul dan berakhirnya suatu penyakit, maka dapatlah diperkirakan
perkembangan penyakit tersebut.
4. Untuk mempelajari riwayat penyakit
a. Epidemiologi mempelajari tren penyakit untuk memprediksi tren penyakit
yang mungkin akan terjadi.
b. Hasil penelitian epidemiologi dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan
kesehatan dan kesehatan masyarakat.
5. Diagnosis masyarakat
a. Memberikan
gambaran
Penyakit,
kondisi,
cedera,
gangguan,
ketidakmampuan, defek/cacat apa sajakah yang menyebabkan kesakitan,
masalah kesehatan, atau kematian di dalam suatu komunitas atau wilayah
6. Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat
mempengaruhi kelompok maupun populasi
a. Faktor risiko, masalah, dan perilaku apa sajakah yang dapat mempengaruhi
kelompok atau populasi.
b. Setiap kelompok dikaji dengan melakukan pengkajian terhadap faktor risiko
dan menggunakan tekhnik pemeriksaan kesehatan, misalnya risiko
kesehatan, pemeriksaan , skrining kesehatan, tes kesehatan, dll.
7. Pengkajian, evaluasi, dan penelitian
a. Memberikan manfaat dan menilai sebaik apa pelayanan kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan dalam mengatasi masalah dan
memenuhi kebutuhan populasi atau kelompok.
b. Untuk mengkaji keefektifan, efisiensi, kualitas, kuantitas, akses, ketersediaan
layanan untuk mengobati, mengendalikan atau mencegah penyakit, cedera,
ketidakmampuan atau kematian.
8. Melengkapi gambaran klinis
a. Berguna dalam Proses identifikasi dan diagnosis untuk menetapkan bahwa
suatu kondisi memang ada atau bahwa seseorang memang menderita
penyakit tertentu.
b. Berguna untuk menentukan hubungan sebab akibat misalnya radang
tenggorokan dapat menyebabkan demam rematik.
9. Identifikasi sindrom
a. Membantu menyusun dan menetapkan kriteria untuk mendefinisikan
sindrom, misalnya sindrom down, fetal alcohol, kematian mendadak pada
bayi.
10. Menentukan penyebab dan sumber penyakit
a. Temuan epidemiologi memungkinkan memberi manfaat dalam dilakukannya
pengendalian, pencegahan, dan pemusnahan penyebab penyakit, kondisi,
cedera, ketidakmampuan atau kematian. (Timmreck, 2004)
2.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui berbagai fakta dan data tentang berbagai masalah yang ada
dalam masyarakat.
2. Untuk mengetahui sifat dan penyebab masalah kesehatan.
3. Untuk mengetahui dalam merencanakan pemecahan masalah dan evaluasi
aktivitas pelaksanannya.
4. Untuk mengetahui status kesehatan penduduk, dan menetapkan prioritas
masalah dalam perencanaan.
5. Untuk mengetahui riwayat alamiah suatu penyakit atau masalah kesehatan,
upaya bagi pencegahan, dan mekanisme pengendalian.
6. Untuk mengetahui penyebab faktor resiko suatu penyakit.
7. Untuk mengetahui sistem pengendalian dan pemberantasan penyakit dalam
suatu sistem administrasi.
2.5 Istilah
1. “Carrier”
Orang atau binatang yang mengandung bibit penyekit tertentu tanpa
menunjukkan gejala klinis yangjelas dan berpotensi sebagai sumber penularan
penyakit. Status sebagai “carrier” bisa bertahan dalam individu dalam waktu
yang lama dalam perjalanan penyakit tanpa menunjukkan gejala klinis yang
jelas, (dikenal sebagai carrier sehat atau “asymptomatic carrier”). Bisa juga
status
“carrier”
ini
terjadi
pada
waktu
masa
inkubasi,
pada
masa
“convalescence” atau sesudah masa “convalescence” dimana disini gejala klinis
penyakitnya jelas (dikenal sebagai “carrier” inkubasi atau “concalescence
carrier”). Dari berbagai jenis “carrier” diatas, status “carrier” bisa pendek bisa
sangat panjang (disebuat sebagai “carrier” sementara atau “transient carrier”
atau “carrier” kronis).
2. “Case Fataly Rate”
(Angka Kematian Kasus) : Biasanya dinyatakan dalam presentase orang
yang didiagnosa dengan penyakit tertentu kemudian meninggal karena penyakit
tersebut dalam kururn waktu tertentu.
3. “Chemoprophylaxis”
Pemberian bahan kimia termasuk antibiotik yang ditujukan untuk
mencegah berkembangnya infeksi atau berkembangnya infeksi menjadi penyakit
yang manifes. “Chemoprophylaxis” juga dimaksudkan untuk mencegah
penularan
penyakit
kepada
orang
lain.
Sedangkan
“Chemotherapy”
dimaksudkan pemberian bahan kimia dengan tujuan untuk mengobati suatu
penyakit yang secara klinis sudah manifes dan untuk mencegaj perkembangan
penyakit lebih lanjut.
4. Pembersihan
Menghilangkan bahan organic atau bahan infeksius dri suatu permukaan
dengan cara mencuci dan menggosok menggunakan deterjen atau pembersih
vacuum dimana agen infeksi ini kemungkinan tempat yang cocok untuk hidup
dan berkembang biak pada permukaan tersebut.
5. Penyakit Menular
Penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu atau oleh produk
toxin yang didapatkan melalui penularan bibit penyakit atau toxin yang
diproduksi oleh bibit penyakit tersebut dari orang yang terinfeksi, dari binatang
atau dari reservoir kepada orang yang rentan; baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui tumbuh-tumbuhan atau binatang pejamu, melalui vector atau
melalui lingkungan.penyakit yang dapat ditularkan atau berpindah dari orang
yang sakit ke orang yang sehat atau belum terkena penyakit menular tersebut.
Penularan penyakit tersebut dapat terjadi baik melalui perantara maupun secara
langsung.
6. Masa Penularan
Adalah waktu pada saat dimana bibit penyakit mulai ditularkan baik
secara langsung maupun tidak langsung dari orang yang sakit ke orang lain, dari
binatang yang sakit ke manusia atau dari orang yang sakit ke binatang termasuk
ke arthropoda. Untuk penyakit tertentu seperti Diptheria dan Infeksi
Streptococcus dimana selaput lendir terkena sejak awal masuknya bibit penyakit,
maka masa penularannya dihitung mulai dari saat kontak pertama dengan
sumber infeksi sampai dengan saat bibit penyakit tidak lagi ditularkan dari
selaput lendir yang terinfeksi, yaitu waktu sebelum munculnya gejala prodromal
sampai berhentinya status sebagai carrier, jika yang bersagkutan berkembang
menjadi carrier. Ada penyakit-penyakit tertentu justru lebih menular pada masa
inkubasi dibandingkan dengan pada waktu yang bersangkutan memang benarbenar jatuh sakit (contohnya adalah Hepatitis A, campak). Pada penyakitpenyakit sepeti TBC, kusta, sifilis, gonorrhea dan jenis salmonella tertentu masa
penularannya berlangsung lama dan terkadang intermiten pada saat lesi kronis
secara terus menerus mengeluarkan cairan yang infeksius dari permukaan atau
lubang-lubang tubuh.
Untuk penyakit yang ditularkan oleh arthropoda seperti malaria, demam
kuning, masa penularannya atau masa infektivitasnya adalah pada saat bibit
penyakit ada dalam jumlah cukup dalam tubuh manusia baik itu dalam darah
maupun jaringan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi sehingga
memungkinkan vector terinfeksi dan menularkannya kepada orang lain.
Masa penularan untuk vector arthropoda yaitu pada saat bibit penyakit
dapat disemikan dalam jaringan tubuh arthropoda dalam bentuk tertentu dalam
jaringan tertentu (stadium infektif) sehingga dapat ditularkan.
7. Kontak
Orang atau binatang sedemikian rupa mempunyai hubungan dengan
orang atau binatang yang sakit atau dengan lingkungan yang tercemar yang
menyebabkan mereka kemungkinan besar terkena infeksi
8. Kontaminasi
Ditemukannya bibit penyakit dipermukaan tubuh, pakaian, tempat tidur,
mainan anak-anak, instrumen, duk atau pada benda-benad lainnya termasuk air
dan makanan. Polusi berbeda dengan kontaminasi, dimana polusi diartikan
adanya bahan pencemar dalam jumlah yang berlebihan di dalam lingkungan dan
tidak harus berupa agen insfeksius. Kontaminasi permukaan tubuh manusia
tidak berati orang tersebut berperan sebagai “carrier”.
9. Disinfektan
Upaya untuk membunuh bibit penyakit di luar tubuh manusia dengan
menggunakan bahan kimia atau bahan fisis. Disinfektan pada tingkat yang tinggi
akan membunuh semua mikro organisme kecuali spora. Diperlukan upaya lebih
jauh untuk membunuh spora dari bakteri.
Untuk membunuh spora diperlukan kontak yang lebih lama dengan
disinfektan dalam konsentrasi tertentu setelah dilakukan pencucian dengan
deterjen secara benar. Konsentrasi bahan kimia yang diperlukan antara lian
Glutaraldehyde 2%, H2O2 6% yang sudah distabilkan, Asam paracetat 1%,
paling sedikitnya diberikan minimal 20 menit. Disinfektan pada tingkat
menengah tidak membunuh spora. Spora akan mati jika dilakukan pasteurisasi
selama 30 menit 75o C (167o F) atau dengan menggunakan disinfektan yang
sudah direkomendasikan oleh EPA.
Disinfektasi Segera, adalah disinfektasi yang dilakukan segera setelah
lingkungan tercemar oleh cairan tubuh dari orang yang sakit atau suatu barang
yang tercemar oleh bahan infeksius. Sebelum dilakukan disinfektasi terhadap
barang atau lingkungan maka upayakan agar sesedikit mungkin kontak dengan
cairan tubuh atau barang-barang yang terkontaminasi tersebut.
Disinfektasi Terminal, adalah upaya disinfektasi yang dilakukkan setelah
penderita meninggal, atau setelah penderita dikirm ke Rumah Sakit, atau setelah
penderita berhenti sebagai sumber infeksi, atau setelah dilakukan isolasi di
Rumah Sakit atau setelah tindakan-tindakan lain dihentikan. Disinfektasi
terminal jarang dilakukan; biasanya melakukan pemebersihan terminal sudah
mencukupi dilakukan bersama-sama dengan aerasi kamar serta membiarkan
sinar matahari masuk kamar sebanya-banyaknya menyinari ruangan tempat tidur
dan meja kursi. Disinfektasi hanya diperlukan untuk penyakit yang ditularkan
secara tidak langsung; sentralisasi dengan uap atau Insenerasi tempat tidur dan
peralatan lain dianjurkan untuk penyakit demam Lassa atau penyakit yang
sangat infeksius lainnya.
Sterilisasi, adalah penghancuran semua bentuk dari bibit penyakit baik
dengan cara memanaskan, penyinaran, menggunakan gas (ethylene oksida,
formaldehyde) atau denganpemberian bahan kimia.
10. Disnfestasi
Tindakan yang dilakukan baik fisis maupun kimiawi dengan maksud
untuk menghancurkan atau menghilangkan binatang-binatang kecil yang tidak
diinginkan khususnya arthropoda atau rodensia yang hadir di lingkungan
manusia, binatang peliharaan, dipakaian (lihat Insektisida dan Rodentisida).
Disinfestasi termasuk menghilangkan kutu yaitu Pediculus humanus,
pada manusia.
Synonim dari disinfestsai adalah disinseksi, disinsektisasi jika yang dihilangkan
hanya insekta.
11. Endemis
Suatu keadaan dimana suatu penyakit atau agen infeksi tertentu secara
terus menerus ditemukan disuatu wilayah tertentu, bisa juga dikatakan sebagai
suatu
penyakit
yang
umum
ditemukan
disuatu
wilayah.
Sedangkan
Hyperendemis adalah keadaan diman penyakit tertentu selalu ditemukan di suatu
wilayah dengan insiden yang tinggi. Dan Holoendemis adalah keadaan dimana
suatu penyakit selalau ditemukan di suatu wilayah dengan prevalensi yang
tinggi, awalnya menyerang penduduk usia muda dan menimpa sebagian besar
penduduk contohnya malaria di daerah tertentu (lihat zoonosis).
12. Epidemi (Wabah)
Timbulnya suatu penyakit yang menimpa sekelompok masyarakat atau
suatu wilayah dengan angka kejadian yang melebihi angka normal dari kejadian
penyakit tersebut. Beberapa jumlah penderita untuk bisa dikatakan telah terjadi
Epidemi sangat tergantung dari jenis penyakit, jumlah dan tipe penduduk yang
tertimpa, pengalaman masa lalau, jarangnya terpajan dengan penyakit tersebut,
waktu dan tempat kejadian. Dengan demikian epidemisitas sangat relatif
tergantung kepada bagaumana kejadian biasanya dari penyakit tersebut di suatu
wilayah yang sama, pada penduduk tertentu pada musim yang sama.
Sebagai contoh satu kasus penyakit tertentu yang lama tidak muncul
kemudian tiba-tiba muncul atau suatu kasus penyakit yang sebelumnya belum
pernah
dikenal,
muncul
maka
segera
harus
dilakukan
penyelidikan
epidemiologis dan juika kemudian penyakit tersebut menjadi dua kasus dalam
waktu yang cepat di tempat tersebut maka ini sebagai bukti telah terjadi
penularan dan dianggap telah terjadi epidemi (lihat laporan suatu penyakit dan
zoonosis).
13. Penyinaran Makanan
Adalah teknologi tertentu yang dapat memberikan dosis spesifik dari
radiasi pengion dari suatu sumber radio isotope (Cobalt 60) atau dari mesin yang
dapat menghasilkan sinar electron atau sinar X. Dosis yang diperlukan untuk
penyinaran makanan dan alat-alat : rendah yaitu sekitar 1 kilo Grays (kGy) atau
kurang, digunakan untuk sisinfeksi insekta dari buah-buahan, bumbu atau bijibijian; disinfeksi parasit dari ikan dan daging; medium 1 – 10 kGy (biasanya 1-4
kGy), dipakai untuk pasteurisasi dan untuk menghancurkan bakteri dan jamur,
dan tinggi 10 – 15 kGy, digunakan untuk sterilisasi makanan, peralatan medis dn
alat kesehatan (cairan iv, implan, semprit, jarum suntik, benang, klip, jas operasi,
duk).
14. Fumigasi
Adalah proses yang ditujukan untik membunuh binatang tertentu seperti
arthropoda dan rodensia dengan menggunakan gas kimia (lihat insektisida dan
rodentisida).
15. Penyuluhan Kesehatan
Adalah suatu proses yang ditujukan kepada individu atau kelompok
penduduk agar mereka bisa berperilaku sehat dalam menjaga dan memelihara
kesehatan mereka. Penyuluhan kesehatan dimulai dari masyarakat dalam
keadaan seperti apa adanya yaitu pandangan mereka selama ini terhadap
masalah kesehatan. Dengan memebrikan penyuluhan kesehatan kepada mereka
dimaksudkan untuk mengembangkan sikap dan tanggung jawab sebagai
individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dalam masalah kesehatan.
Khusus kaitannya dengan pemberantasan penyakit menular maka penyuluhan
kesehatan ditujukan kepada upaya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
penyakit menular, penilaian terhadap perilaku masyarakat yang ada kaitannya
dengan penyebaran serta peningkatan frekuensi penyakit menular, pengenalan
cara-cara pengobatan (Synonim : pendidikan penderita, pendidikan untuk
kesehatan, pendidikan kepada masyarakat, pendidikan kesehatan masyarakat).
16. Kekebalan Kelompok (Herd inmunixty)
Adalah kekebalan dari sekelompk orang atau masyarakat. Kemampuan
dari sekelompok orang untuk menanngkal invasi atau penyebaran suatu penyakit
infeksi jika mereka yang kebal mencapai proporsi yang cukup tinggi di
masyarakat.
17. Pejamu/Tuan Rumah/Inang
Disebut juga “Host”, hospes ialah orang atau binatang termasuk burung
dan arthropoda yang mengandung bibit penyakit tertentu yang didapatkan secara
alamiah (bukan sebagai hasil eksperimen). Protozoa dan cacing tertentu
mempunyai beberapa oejamu dari spesies binatang yang berbeda dalam stadium
perkembangan mereka. Pejamu dimana parasit mencapai maturitas atau
melewatkan stadium seksual mereka disebut sebagai pejamu perimer atau
pejamu difinitif, sedangkan pejamu dimana parasit melewatkan stadium larva
atau stadium asexual disebuet sebagai pejamu sekunder atau pejamu
intermediair. Pejamu perantara (transport host) adalah “carrier” dimana
organisme bertahan hidup tetapi tidak mengalamui perkembangan.
18. Individu yang Kebal
Adalah orang atau binatang yang memiliki antibody spesifik dan atau
memiliki antibody seluler akibat infeksi atau pemberian imunisasi yang dialami
sebelumnya. Atau suatu kondisi sebagai akibat pengalaman spesifik sebelumnya
sebagai suatu respons sedemikian rupa yang mencegah berkembangnya penyakit
terhadap reinfeksi dari bibit penyakit tertentu. Tingkat imunitas seseorang sangat
relatif; tingkat perlindungan tertentu mungkin cukup kuat terhadap infeksi yang
biasanya tetapi tidak mencukupi untuk infeksi yang berat atau infeksi yang
melewati “Port d’entre” yang tidak biasanya; Daya lindung juga berkurang pada
pemberian pengobatan “immumosuppressive” atau karena menderita penyakit
lain dan proses ketuaan (lihat Resistensi).
19. Imunitas
Adalah kekebalan yang dikaitkan dengan adanya antibody atau sel yang
mempunyai tanggap kebal terhadap mikro organisme dari penyakit infeksi
tertentu atau terhadap toksinnya. Kekeblan yang efektif meliputi kekebalan
seluler berkaitan dengan sentisisai T-Lymphocite dan atau imunitas humoral
yang didasarkan kepada reaksi B-Lymphocite.
Kekebalan Pasif di dapat baik secara alamiah maupun didapat dari ibu
melalui ari ari, atau didapat secara buatan dengan memberikan suntikan zat
kebal (dari serum binatang yang sudah dikebalkan, serum hiperium dari orang
yang baru sembuh dari penyakit tertentu atau “human immune serum globulin”;
kekebalan yang diberikan relatif pendek (beberapa hari atau beberapa).
Imunitas humorial aktif, hilang setelah beberapa tahun yang didapat baik
secara alamiah karena infeksi dengan atau tanpa gejala klinis atau diperoleh
secara buatan dengan menyuntikkan agen infeksi yang sudah dibunuh atau
dilemahkan atau dalam bentuk vaksinnya ke dalam tubuh manusia.
20. Infeksi yang tidak kelihatan (Inapparent Infection)
Adalah terjadinya infeksi pada pejamu tanpa disertai dengan gejala
klinis yang jelas. Infeksi ini hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan
laboratorium seperti melalui pemeriksaan darah, skin test (Synonim;
asymptomatik, subklinis, “occult infection”)
21. Angka Insidensi (Incidence Rate)
Adalah jumlah kasus baru penyakit tertentu yang dilaporkan pada
periode waktu tertentu, tempat tertentu dibagi dengan jumlah penduduk dimana
penyakit tersebut berjanngkit. Biasanya dinyatakan dalam jumlah kasus per 1000
dtau per 100.000 penduduk per tahun. Angka ini bisa diberlakukan bagi umur
tertentu, jenis kelamin tertentu atau karakteristik spesifik dari penduduk. (lihat
Angka morbiditas, Angka Prevalensi).
“Attack rate” atau “Case Rate” adalah proporsi yang menggambarkan
insidensi kumulatif dari kelompok tertentu, yang diamati dalam waktu yang
terbatas dalam situasi tertentu misalnya pada waktu terjadi kejadian luar biasa
atau wabah. Dinyatakan dalam prosentase (jumlah kasus per 100 penduduk).
Sedangkan “Attack rate” Sekunder adalah jumlah penderita baru yang
terjadi dalam keluarga atau institusi dalam periode masa inkubasi tertentu
setelah terjadi kontak dengan kasus primer, dihubungkan dengan total
keseluruhan kontak; deniominatornya/penyebutnya bisa terbatas hanya kepada
kontak yang rentan saja jika hal ini diketahui dengan jelas.
Angka Infeksi adalah proporsi yang menggambarkan insidensi dari
semua infeksi yang terjadi baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
22. Masa Inkubasi
Interval waktu antara kontak awal dengan bibit penyakit dan awal
munculnya gejala penyakit yang dikaitkan dengan infeksi tersebut. Didalam
tubuh vector adalah waktu antara msauknya mikro organisme ke dalam tubuh
vector dan waktu dimana vector tersebut mampu menyebarkan penyakit (Masa
Inkubasi Ekstrinsik).
Waktu antara orang terpajan dengan parasit sampai ditemukannya parasit
tersebut dalam darah atau feces dinamakan masa percobaan.
23. Orang yang terinfeksi
Adalah seseorang atau binatang yang mengandung bibit penyakit baik
dia menunjukkan gejala klinis maupun tidak (lihat pasien atau orang sakit), atau
infeksi yang tidak kelihatan (lihat Carrier). Orang atau binatang yang infeksius
adalah dari mana bibit penyakit secara alamiah bisa didapat.
24. Infeksi
Adalah masuk dan berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit ke
dalam tubuh manusia atau binatang. Infeksi tidak sama dengan penyakit
infeksius; akibatnya mungkin tidak kelihatan (lihat infeksi yang tidak kelihatan)
mungkin juga manifes (lihat penyakit infeksi). Ditemukannya bibit penyakit di
permukaan tubuh, dipermukaan alat-alat, pada alat-alat yang tercemar tanah
disebut sebagai kontaminasi (lihat infestrasi dan kontaminasi) bukan infeksi.
25. Agen Infeksius
Adalah organisme (virus, rickettsia, bacteria, fungus, protozoa, cacing)
yang bisa menimbulkan infeksi atau penyakit infeksi.
26. Infektivitas
Menunjukkan kemampuan dari agen infeksius untuk masuk, hidup dan
berkembang biak di dalam tubuh pejamu; contohnya Rabies : melalui gigitan
binatang.
27. Tingkat infeksius
Adalah tingkat kemudahan dari bibit penyakit tertentu ditularkan dari
satu pejamu ke pajamu lain. Contohnya terdapat arga yang terkena flu dan batuk
hal ini bisa menular ke orang lain bisa melalui kontak langsung seperti melalui
sentuhan percikan pada waktu orang lain bersin, batuk.
28. Penyakit Infeksius
Penyakit pada manusia atau binatang yang manifes secara klinis sebagai
akibat dari infeksi. Contoh yang disebabkan oleh Bakteri, TBC : ditularkan
memalui udara, Tetanus : melalui luka yang kotor, Mencret : lalat, air dan jari
yang kotor, Pneumonia : lewat batuk (udara). Disebabkan oleh Virus, Selesma,
influenza, campak, gondok : ditularkan melalui udara, batuk, ataupun lalat,
Rabies : melalui gigitan binatang, Penyakit kulit : melalui sentuhan. Disebabkan
oleh Jamur Kurap, kutu air, dan gatal pada lipatan paha : ditularkan melalui
sentuhan atau dari pakaian yang di pakai secara bergantian. Disebabkan oleh
Parasit internal (hewan berbahaya yang hidup di dalam tubuh) Malaria : malalui
gigitan nyamuk.
29. Infeksi Nosokomial
Infeksi yang terjadi pada pnederita yang sedang dirawat di Rumah Sakit
dimana infeksi ini belum ada pada waktu penderita masuk ke Rumah Sakit; atau
infeksi residual pada waktu dirawat di Rumah Sakit sebelumnya. Termasuk juga
infeksi yang muncul setelah penderita keluar Rumah Sakit, dan juga infeksi yang
mengenai staf dan fsailitas Rumah Sakit (synonym : infeksi yang didapat di
Rumah Sakit).
30. Infestasi
Berlaku untuk orang atau binatang yaitu hinggap dan berkembang
biakanya arthropoda di permukaan tubuh manusia atau di pakaian. Sedangkan
tempat atau peralatan yang terinfestasi adalah apabila alat atau tenpat tersebut
memberikan tempat berteduh bagi arthropoda atau rodensia.
31. Insektisida
Bahan kimia yang dipakai untuk memusnahkan insekta, pemakaiannya
bisa dalam bentuk tepung, cairan, cairan yang dibuat menjadi pertikel, aerosol,
disemprotkan baik yang menggunakan residu maupun tidak. Contoh produk
pembasmi serangga atau insektisida digunakan untuk membunuh serangga yang
merusak atau mengganggu manusia, seperti nyamuk, lalat, dan kecoa.
32. Larvasida
Istilah yang digunakan bagi bahan kimia yang dipakai untuk bahan kimia
yang digunakan untuk membunuh bentuk dewasa dari arthropoda. Istilah
Insektisida kerap dipakai untuk membunuh kutu dan agas.
33. Isolasi
Dilakukan terhadap penderita, isolasi menggambarkan pemisahan
penderita atau pemisahan orang atau binatang yang terinfeksi selama masa
inkubasi dengan kondisi tertentu untuk mencegah/mengurangi terjadinya
penularan baik langsung maupun tidak langsung dari orang atau binatang yang
rentan.
34. Moluskasida
Bahan kimia yang dipakai untuk membunuh keong dan mollusca lainnya.
35. Angka Kesakitan
Adalah angka insidensi yang dipakai untuk menyatakan jumlah
keseluruhan orang yang menderita penyakit yang menimpa sekelompok
penduduk pada periode waktu tertentu. Sekelompok penduduk bisa mengacu
pada jenis kelamin tertentu, umur tertentu atau yang mempunyai cirri-ciri
tertentu.
36. Angka Kematian
Angka yang perhitungannya sama dengan perhitungan angka insidensi
yaitu pembilangnya (Numerator) adalah jumlah mereka yang mati pada periode
waktu tertentu yang menimpa sekelompok penduduk, biasanya dalam satu
tahun, sedangkan penyebutnya (Denominator) adalah jumlah orang yang
mempunyai resiko mati pada paeriode yang sama.
37. Angka Kematian Kasar
Dinyatakan dalam seluruh kematian oleh karena semua sebab.
38. Angka Kematian Spesifik
Untuk penyakit tertentu adalah jumlah kematian oleh sebab penyakit
tertentu saja, biasanya terhadap 100.000 penduduk. Penduduk bisa dirujuk
berdasarkan umur, jenis kelamin atau ciri-ciri lainya
39. Patogenisitas
Adalah kemampuan yang dimiliki oleh bibit penyakit untuk membuat
orang menjadi sakit, atau untuk membuat sekelompok penduduk yang terinfeksi
menjadi sakit.
40. Penderita atau Orang Sakit
Adalah orang yang menderita suatu penyakit.
41. Higiene Perorangan
Dalam bidang peberantasan penyakit menular maka upaya untuk
mellindungi diri terhadap penyakit menjadi tanggung jawab individu dalam
menjaga kesehatan mereka dan mengurangi penyebaran penyakit, terutama
penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung.
42. Angka Prevalensi
Jumlah keseluruhan orang yang sakit yang menggambarkan kondisi
tertentu yang menimpa sekelompok penduduk tertentu pada titik waktu tertentu
(Point Prevalence), atau pada periode waktu tertentu (Period Prevalence),
tanpa melihat kapan penyakit itu mulai dibagi dengan jumlah penduduk yang
mempunyai resiko tertimpa penyakit pada titik waktu tertentu atau periode
waktu tertentu.
43. Karantina
Pembatasan aktivitas yang ditujukan terhadap orang atau binatang yang
telah kont ak dengan orang/binatang yang menderita penyakit menular pada
masa penularan (lihat Kontak). Tujuannya adalah untuk mencegah penularan
penyakit pada masa inkubasi jika penyakit tersebut benar-benar diduga akan
terjadi. Ada dua jenis tindakan karantina yaitu :
a. Karantina Absolut atau Karantina Lengkap : ialah pembatasan ruang
gerak terhadap mereka yang telah terpajan dengan penderita penyakit
menular. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mencegah orang ini kontak
dengan orang-orang lain yang belum terpajan.
b. Karantina yang dimodifikasi : Suatu tindakan selektif berupa pembatasan
gerak bagi mereka yang terpajan dengan penderita penyakit menular.
Biasanya pertimbangannya adalah perkiraan terhadap adanya perbedaan
tingkat kerentanan terhadap bahaya penularan. Modifikasi ini dilakukan
untuk menghadapi situasi tertentu. Sebagai contoh misalnya melarang anakanak tertentu masuk sekolah. Pengecualian terhadap anak-anak yang sudah
dianggap kebal terhadap tindakan-tindakan tertentu yang ditujukan kepada
anak-anak yang rentan. Pembatasan yang dilakukan terhadap annggota
militer pada pos-pos atau asrama-asrama militer.
44. Surveilans Individu
Pengamatan medis yang ketat dilakukan terhadap individu yang diduga
terpajan dengan sumber penyakit agar timbulnya gejala penyakit dapat segera
diketahui tanpa membatasi ruang gerak mereka.
45. Repelan
Adalah bahan kimia yang digosokkan di kulit, pakaian atau tempat lain
dengan maksud mencegah serangga menggigit/menyerang, pencegah larva
cacing masuk melalui kulit. Contoh ketika kita memakai autan dengan maksud
agar tidak digigit nyamuk.
46. Pelaporan Penyakit
Pelaporan penyakit adalah laporan resmi yang ditujukan kepada pejabat
kesehatan yang berwenang berisikan kejadian penyakit yang menimpa orang
atau binatang. Penyakit yang menimpa manusia dilaporkan ke Dinas Kesehatan
setempat sedangkan penyakit yang menyerang binatang/ternak dilaporkan
kepada Dinas Pertanian/Dinas Peternakan. Pejabat Kesehatan yang berwenang
akan menerbitkan daftar dari penyakit-penyakit yang harus dilaporkan sesuai
dengan keperluan. Laporan penyakit juga meliputi penyakit-penyakit yang
diduga memerlukan tindakan investigasi atau pemberantasan tertentu jika
seseorang mendapatkan infeksi daerah tertentu sedangkan laporan penyakitnya
dilaporkan di daerah lain, dan kemudian pemberitahuan mengenai asal daerah
penyakit tersebut. Hal ini penting dilakukan terutama jika diperlukan
pemeriksaan kontak (contact person), pemeriksaan makanan atau jika diperlukan
pemeriksaan air atau barang-barang lain yang diduga sebagai sumber infeksi
(Kandun, 2000 : xliv).
Notifikasi diperlukan hanya terhadap penyakit-penyakit yang rutin harus
dilaporkan tetapi juga terhadap penyakit yang timbul KLB/Wabah walaupun
penyakit tersebut tidak masuk dalam daftar penyakit yang wajib dilaporkan.
Pelapoan khusus yang diperlukan dalam IHR (International Health Regulation)
tercantum dalam Pelaporan Penyakit Menular (Kandun, 2000 : xlv).
47. Reservoir (dari penyakit infeksi)
Reservoir (dari penyakit infeksi) merupakan tempat perkembangbiakan
dan bertahan hidup serta sangat tergantung dengan inang tempatnya
menumpang. Bibit penyakit tersebut berkembang biak sedemikian rupa sehingga
dapat ditularkan kepada inang lain yang rentan. Terdapat ada 2 tipe reservoir
yaitu pada manusia dan hewan (Kandun, 2000 : xlv).
a. Reservoir pada Manusia
Pada penyakit menular, sumber infeksi berasal dari orang yang sedang
mengalami infeksi dapat berupa kasus atau karier. Karier terjadi karena
proses penyembuhan tidak sempurna dan secara bakteriologis agen penyakit
masih ada dalam tubuh. Contohnya; penyakit demam tifoid (Chandra,
2009:23).
Kasus dapat berbentuk subklinis dan klinis. Pada kasus subklinis tidak
ditemukan gejala penyakit atau bersifat asimtomatis tetapi berpotensi untuk
menularkan infeksi kepada orang lain. Contoh; penyakit poliomyelitis
(Chandra, 2009:23).
b. Reservoir Hewan
Sumber infeksi dapat berasal dari hewan atau burung dan berupa kasus atau
karier seperti pada manusia (Chandra, 2009:23).
48. Resistensi
Resistensi merupakan resultante dari mekanisme tubuh yang dapat
menghalangi atau mencegah invasi, multiplikasi dari bibit penyakit ke dalam
tubuh atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh racun
yang dikeluarkan oleh bibit penyakit (Kandun, 2000 : xlv).
a. Resistensi Inheren
adalah kemampuan tubuh bertahan terhadap serangan bibit penyakit yang
tidak tergantung kepada kekebalan spesifik baik humoral maupun seluler;
daya tahan ini biasanya dalam bentuk struktur anatomis dan fisiologis yang
menjadi ciri individu dan didapatkan secara genetis baik bersifat permanen
ataupun temporer (Kandun, 2000 : xlv).
49. Rodentisia
Rodentisia merupakan suatu bahan kimia yang dipergunakan untuk
membunuh rodent, umumnya setelah ditelan oleh rodent tersebut (Kandun, 2000
: xlvi).
50. Sumber Infeksi
Sumber infeksi merupakan orang, binatang, barang/bahan yang menjadi
bibit penyakit ditularkan kepada orang lain. Sumber infeksi harus dibedakan
dengan sumber kontaminasi ialah sebagai contoh septic tank yang meluap
mencemari sumber air (Kandun, 2000 : xlvi).
51. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit merupakan kegiatan yang dilakukan secara terusmenerus dengan melihat seluruh aspek dari muncul dan menyebarnya suatu
penyakit agar dapat dilakukan penanggulangan yang efektif (Kandun, 2000 :
xlvi).
a. Surveilans Serologis ialah kegiatan yang mengidentifikasi pola infeksi masa
lalu sampai saat ini dengan menggunakan pemeriksaan serologis (Kandun,
2000 : xlvi).
Didalam surveilans penyakit meliputi pengumpulan secara sistematik dan
evaluasi dari;
1. Laporan kesakitan dan kematian.
2. Laporan khusus dari hasil investigasi atau dari perseorangan.
3. Isolasi dan identifikasi dari bahan infeksius oleh laboratorium.
4. Data tentang ketersediaan dan pemakaian serta dampak dari pemakaian
vaksin dan toxoids, globulin imun, insektisida dan bahan-bahan yang
digunakan dalam pemberantasan.
5. Informasi yang berkaitan dengan tingkat imunitas dari segmen
masyarakat tertentu.
6. Data epidemiologis yang dianggap relevan.
b. Surveilans epidemiologi
Penelitian atau survei di lapangan terhadap segala sesuatu yang diduga
penyebab terjadinya penyakit (Chandra, 2009:36).
52. Susceptible (Retan)
Susceptible (Retan) merupakan seseorang atau binatang yang tidak
memiliki daya tahan cukup untuk melawan bibit penyakit tertentu untuk
mencegah dirinya tertulari jika mereka terpajan dengan bibit penyakit tersebut
serologis (Kandun, 2000 : xlvii).
53. Tersangka
Tersangka merupakan arti tersangka dalam pemberantasan penyakit
menular dimaksudkan adalah kesakitan yang diderita seseorang dimana gejala
dan perjalanan penyakitnya mengidentifikasi bahwa mereka kemungkinan
menderita sesuatu penyakit menular tertentu serologis (Kandun, 2000 : xlvi).
54. Penularan Penyakit Infeksi
Penularan penyakit infeksi merupakan mekanisme penyakit infeksi
ditularkan dari suatu sumber atau reservoir kepada seseorang. Mekanisme
tersebut adalah sebagai berikut;
a. Penularan Langsung merupakan mekanisme menularkan bibit penyakit
langsung dari sumbernya kepada orang atau binatang lain melalui “Port
d’entre”. Penularannya melalui kontak langsung sepeti sentuhan, gigitan,
ciuman, hubungan seksual, percikan yang mengenai conjunctiva, selaput
lender dari mata, hidung atau mulut pada waktu yang lain bersin, batuk,
meludah, atau saat berbicara serologis (Kandun, 2000 : xlvii). Jenis penyakit
yang ditularkan, antara lain; penyakit kelamin, trakoma, antraks, penyakit
pada kaki dan mulut, HIV (AIDS), Skabies, Gas-gangrean, Rabies, dan
Erispelas (Chandra, 2009:25).
b. Penularan Tidak Langsung merupakan penularan yang ditularkan melalui
perantara antara lain yaitu;
1. Penularan melalui alat-alat/barang yang terkontaminasi
Penularan dapat berasal dari mainan anak, sapu tangan, kain
kotor, tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrument bedah atau
duk; air, makanan, susu, produk biologi seperti darah, serum,
plasma,jaringan organ tubuh kemudian menjadi perantara untuk
mengangkut atau membawa bibit penyakit kepada orang/binatang yang
rentan dan masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai. Bibit penyakit
dapat juga berkembang biak tidak pada alat sebelum ditularkan pada
orang/ binatang yang rentan (Kandun, 2000 : xlix).
2. Penularan melalui vektor
Penularan melalui vektor atau Arthroped-borne disease dan
sering juga disebut vector-borne disease merupakan penyakit penting
yang bersifat endemis maupun epidemis dan sering menimbulkan
bahaya kematian (Chandra, 2009:27).
Secara umum ada 3 cara transmisi Arthroped-borne disease pada
manusia yaitu melalui; (Chandra, 2009:30).
a) Transmisi secara langsung
Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi
dari satu orang ke orang lain melalui ontak lansung. Contoh:
Skabies,Pedikulus).
b) Transmisi secara mekanik
Arthropoda sebagai vektor mekanik membawa agen penyakit dari
manusia, yaitu dari tinja, darah, ulkus superfisial atau eksudat. Kontaminasi bisa
hanya dari permukaaan turbuh arthropoda tapi juga bisa dari sesuatu yang sudah
dicernakan dan kemudian dimuntahkan atau dikeluarkan melalui tinja vektor
(30). Selain itu juga ditularkan dengan cara terbawanya bibit penyakit pada saat
merayap di tanah baik.
55. Penularan Penyakit Infeksi
Penularan penyakit infeksi merupakan mekanisme penyakit infeksi
ditularkan dari suatu sumber atau reservoir kepada seseorang. Mekanisme
tersebut adalah sebagai berikut;
c. Penularan Langsung merupakan mekanisme menularkan bibit penyakit
langsung dari sumbernya kepada orang atau binatang lain melalui “Port
d’entre”. Penularannya melalui kontak langsung sepeti sentuhan, gigitan,
ciuman, hubungan seksual, percikan yang mengenai conjunctiva, selaput
lender dari mata, hidung atau mulut pada waktu yang lain bersin, batuk,
meludah, atau saat berbicara serologis (Kandun, 2000 : xlvii). Jenis penyakit
yang ditularkan, antara lain; penyakit kelamin, trakoma, antraks, penyakit
pada kaki dan mulut, HIV (AIDS), Skabies, Gas-gangrean, Rabies, dan
Erispelas (Chandra, 2009:25).
d. Penularan Tidak Langsung merupakan penularan yang ditularkan melalui
perantara antara lain yaitu;
1. Penularan melalui alat-alat/barang yang terkontaminasi
Penularan dapat berasal dari mainan anak, sapu tangan, kain
kotor, tempat tidur, alat masak atau alat makan, instrument bedah atau
duk; air, makanan, susu, produk biologi seperti darah, serum,
plasma,jaringan organ tubuh kemudian menjadi perantara untuk
mengangkut atau membawa bibit penyakit kepada orang/binatang yang
rentan dan masuk melalui “Port d’entre” yang sesuai. Bibit penyakit
dapat juga berkembang biak tidak pada alat sebelum ditularkan pada
orang/ binatang yang rentan (Kandun, 2000 : xlix).
2. Penularan melalui vektor
Penularan melalui vektor atau Arthroped-borne disease dan
sering juga disebut vector-borne disease merupakan penyakit penting
yang bersifat endemis maupun epidemis dan sering menimbulkan
bahaya kematian (Chandra, 2009:27).
Secara umum ada 3 cara transmisi Arthroped-borne disease pada
manusia yaitu melalui; (Chandra, 2009:30).
c) Transmisi secara langsung
Arthropoda secara lan