Pengembangan Ekonomi Lokal berdasarkan S

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERDASARKAN SEKTOR DAN
KOMODITAS UNGGULAN TIAP DESA DI PULAU POTERAN, JAWA TIMUR
Fitri Ulvianti
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: fitriulvianti@yahoo.com
Abstrak

Pulau Poteran merupakan sebuah pulau yang berada di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa
Timur. Keseluruhan wilayahnya merupakan pedesaan sehingga dalam pengembangannya
menerapkan konsep pengembangan ekonomi lokal. Berdasarkan RZWP Kabupaten Sumenep,
terdapat tiga sektor utama yang menjadi potensi unggulan Pulau Poteran yaitu sektor
perikanan, pertanian, dan peternakan. Untuk mengurangi disparitas ekonomi antar desa,
maka pengembangan ekonomi lokal dilakukan di tiap desa dengan melihat sektor dan
komoditas unggulan masing-masing desa. Desa Padike unggul di sektor peternakan dengan
komoditas unggulan yaitu kambing dan ayam. Desa Cabbiya unggul di sektor perternakan
dengan komoditas unggulan sapi dan kambing. Desa Essang unggul di sektor perikanan
dengan komoditas ikan teri nasi. Desa Kombang unggul di dua sektor, yakni sektor perikanan
dengan komoditas perikanan tangkap serta sektor pertanian dengan komoditas jagung,
singkong, tembakau, dan lain-lain. Desa Poteran unggul di sektor peternakan dengan

komoditas kambing. Desa Palasa unggul di sektor pertanian dengan komoditas jagung,
singkong, tembakau dan lainnya serta sektor peternakan dengan komoditas ayam. Desa
Gapurana unggul di sektor peternakan dengan komoditas sapi. Desa Talango unggul di sektor
perikanan dengan komoditas berbeagai perikanan tangkap dan rumput laut. Untuk
mengembangkan ketiga sektor tersebut, setidaknya harus mencakup tiga hal yakni
pengembangan daya saing komoditas di tiap sektor, melakukan kemitraan antara masyarakat,
pemerintah dan swasta serta peningkatan peran kelembagaan di Pulau Poteran dan
Kabupaten Sumenep.
Kata Kunci: pengembangan ekonomi lokal, sektor perikanan, sektor pertanian, sektor
peternakan

I.
1.1

Pendahuluan
Latar Belakang
Pengembangan serta pembangunan wilayah diperlukan demi tercapainya peningkatan
kesejahteraan rakyat serta mendorong pertumbuhan perekonomian wilayah. Menurut
Direktorat Pengembangan Khusus dan Tertinggal Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(2004), pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan

hidup di wilayah tertentu, memperkecil kesenjangan pertumbuhan dan ketimpangan
kesejahteraan antarwilayah. Evariani B.R. Sembiring (2012) menyebutkan bahwa
pengembangan wilayah merupakan strategi memanfaatkan dan mengkombinasikan faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan tantangan untuk
meningkatkan produksi wilayah akan barang dan jasa. Faktor internal berupa sumber daya
alam, sumber daya manusia dan sumber daya teknologi, sedangkan faktor eksternal berupa
peluang dan ancaman yang muncul seiring interaksi yang terjadi.
Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) adalah salah satu strategi yang dianggap
dapat menciptakan pertumbuhan eknomi dan pada saat yang sama mampu mendorong
kemandirian dan ketahanan ekonomi. Melalui konsep PEL, pihak pemerintah, swasta dan
masyarakat dapat saling bersinergi untuk membentuk kondisi perekonomian yang lebih baik
dan menciptakan lapangan kerja. Empat aspek utama yang perlu diperhatikan dalam konsep
1

PEL adalah sumber daya fisik, sumber daya manusia, ekonomi, dan kemitraan (Prasetyo,
2014).
Pendekatan pada pengembangan wilayah, termasuk pada konsep PEL, selalu
mempertimbangkan aspek keruangan karena tiap wilayah memiliki karakteristik keruangan
yang berbeda dan spesifik. Perbedaan karakteristik tersebut membuat kebutuhan
pengembangan wilayah yang berbeda-beda pula.

Pulau Poteran merupakan sebuah pulau yang berada di Kabupaten Sumenep, Madura,
Jawa Timur. Keseluruhan wilayahnya merupakan pedesaan sehingga dalam
pengembangannya menerapkan konsep pengembangan ekonomi lokal. Berdasarkan RZWP
Kabupaten Sumenep, terdapat tiga sektor utama yang menjadi potensi unggulan Pulau
Poteran yaitu sektor perikanan, pertanian, dan peternakan. Untuk mengurangi disparitas
ekonomi antar desa, maka perlu diketahui sektor dan komoditas apa saja yang menjadi
potensi lokal tiap desa untuk dikembangkan. Dalam pengembangannya, tentu terdapat faktor
pendukung serta tantangan. Hal ini perlu diidentifikasi sebagai masukan bagi pemerintah
dalam mengembangkan ekonomi lokal di Pulau Poteran.
1.2

Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai barikut.
1. Mengetahui potensi ekonomi lokal yang dimiliki tiap desa di Pulau Poteran berdasarkan
sektor dan komoditas unggulan.
2. Mengetahui faktor pendukung dan tantangan dalam pengembangan potensi ekonomi lokal
tersebut.
3. Mengetahui arahan pengembangan ekonomi lokal di Pulau Poteran.
1.3


Ruang Lingkup Pembahasan
Penelitian ini dibatasi pada pengembangan potensi ekonomi lokal di tiap desa di Pulau
Poteran. Penelitian ini menganalisa faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
pengembangan ekonomi lokal yang selanjutnya diteruskan sebagai arahan
pengembangannya
II.
2.1

Analisis Pengembangan Ekonomi Lokal
Gambaran Umum
Pulau Poteran merupakan salah satu pulau yang terletak di Kabupaten Sumenep,
Madura, Jawa Timur. Letak geografis Pulau Poteran terletak antara 113,92 0-114,080 LS dan
7,020-7,120 BT. Pulau ini merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di sebelah tenggara
Pulau Madura. Pulau ini terletak pada Kecamatan Talango di Kabupaten Sumenep. Letak Pulau
Poteran merupakan pulau yang paling dekat dengan Kabupaten Sumenep. Batas wilayah
Pulau Poteran adalah sebagai berikut.
Utara
: Selat Talango
Selatan : Selat Madura
Timur

: Selat Sapudi
Barat
: Selat Talango
Luas wilayah Pulau Poteran ini mencapai 50.27 km 2 dan terdiri dari 8 desa, 62 dusun,
105 RW, dan 307 RT. Adapun desa-desa yang terdapat di Pulau Poteran adalah Desa Padike,
Desa Cabbiya, Desa Essang, Desa Kombang, Desa Poteran, Desa Palasa, Desa Gapurana, dan
Desa Talango.
Pulau Poteran yang dipengaruhi iklim tropis yang terbagi menjadi dua musim, yaitu
musim hujan/basah antara bulan November-Juni dan musim kemarau/kering antara bulan
Juli-Oktober. Hal ini menjadikan sebagian mata pencahariaan penduduk Pulau Poteran
disesuaikan dengan kondisi musim. Pada musim hujan/basah penduduk cenderung bekerja
sebagai petani sedangkan pada musim kemarau/kering penduduk beralih menjadi nelayan.

2

Pulau Poteran tergolong dalam kategori dataran rendah. Jenis tanah yang
mendominasi Pulau Poteran adalah tanah Litosol dan Mediteran Merah. Tanah jenis ini cocok
untuk ditanami jagung, palawija, jati, tembakau, jambu mete, karet, kelapa, dan sebagainya.
Sumber daya yang ada di Pulau Poteran dapat dibedakan menjadi tiga, yakni sumber
daya perikanan, sumber daya daratan dan sumber daya peternakan. Sumber daya perikanan

terdiri dari ikan teri nasi, rajungan, ikan tongkol, ikan kakap, rumput laut dan lain sebagainya.
Sumberdaya daratan berupa pertanian terdiri dari komoditas jagung, singkong, tembakau dan
lainnya. Sedangkan sumber daya peternakan terdiri dari komoditas sapi, kambing dan ayam.

Pulau Poteran

Gambar 1. Peta Orientasi Pulau Poteran
Sumber: Hasil Analisis, 2014

2.2
Analisis
2.2.1 Analisis Sektor dan Komoditas Unggulan
Analisis sektor unggulan dilakukakan dengan menggunakan metode Static Location
Quotient (SLQ), yaitu untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan
sebagai leading sector suatu kegiatan ekonomi di Pulau Poteran. Dalam perhitungan SLQ ini
membandingkan antara nilai produksi sektor-sektor perekonomian pada tiap desa dengan nilai
produksi sektor-sektor perekonomian Pulau Poteran. Hasil akhir yang diharapkan berupa
penentuan apa saja sektor yang memiliki laju pertumbuhan tinggi sehingga dapat menjadi
sektor unggulan tiap desa dan berpotensi untuk dikembangkan.
Analisis Sektor Unggulan

Dibutuhkan data nilai produksi tiap sektor, yaitu dengan mengalikan jumlah produksi
sektor-sektor perikanan, pertanian dan peternakan dengan harga jual komoditas tersebut.
Tabel 1. Data Nilai Produksi Sektor-sektor Perekonomian Tiap Desa di Pulau Poteran
No

Desa

1
Padike
2
Cabbiya
3
Essang
4
Kombang
5
Poteran
6
Palasa
7

Gapurana
8
Talango
Total Nilai Produksi
Pulau Poteran (Rp)

Perikanan
2.250.000.000
2.370.000.000
8.667.000.000
18.363.400.000
89.600.000
308.400.000
6.120.000.000
5.040.000.000
43.208.400.000

Nilai Produksi (Rupiah)
Pertanian
Peternakan

45.000.000
9.877.550.000
72.000.000
10.586.300.000
7.000.000
13.697.250.000
281.412.500
8.905.250.000
91.500.000
16.883.350.000
257.500.000
18.047.000.000
45.000.000
20.926.100.000
45.000.000
7.800.800.000
844.412.500

106.723.600.000


Total Nilai Produksi
Per Desa (Rp)
18.220.742.900
196.708.100.540
124.904.987.873
36.960.990.793
97.825.490.880
126.449.566.739
31.013.622.770
148.438.259.690
780.521.762.185

Sumber: Kecamatan Talango Dalam Angka 2012 dan hasil survey primer, diolah, 2014

3

Berikut Tabel 2 adalah hasil perhitungan SLQ sektor-sektor perekonomian per desa di
Pulau Poteran berdasarkan data nilai produksi tiap sektor.
Tabel 2. Hasil Perhitungan SLQ Sektor-sektor Perekonomian Tiap Desa di Pulau Poteran
SLQ Sektor Perekonomian

No
Desa
Perikanan
Pertanian
Peternakan
1
Padike
0.11
4.92
3.96
2
Cabbiya
1.13
0.73
0.39
3
Essang
1.12
0.07
0.80
4
Kombang
0.46
5.20
1.76
5
Poteran
0.94
1.16
1.26
6
Palasa
1.05
0.42
1.04
7
Gapurana
0.14
2.89
4.93
8
Talango
1.14
0.60
0.38
Sumber: Hasil Analisis, 2014

Dari hasil perhitungan SLQ sektor-sektor perekonomian pada Tabel 4.31
memperlihatkan bahwa tiap desa di Pulau Poteran memiliki sektor dengan nilai SLQ>1. Hal
ini menandakan bahwa masing-masing desa di Pulau Poteran memiliki sektor dengan laju
pertumbuhan tinggi yang berbeda antar satu sama lain. Sektor dengan nilai SLQ>1
merupakan sektor unggulan dan berpotensi untuk dikembangkan.
Analisis Komoditas Unggulan
A. Sektor Perikanan
Komoditas perikanan yang dapat ditemukan di Pulau Poteran antara lain ikan teri nasi,
rajungan, ikan lain-lain (kakap, tongkol, cakalang, dll) dan rumput laut.
Tabel 3. Data Nilai Produksi Komoditas Perikanan Tiap Desa di Pulau Poteran
No

Desa

1
Padike
2
Cabbiya
3
Essang
4
Kombang
5
Poteran
6
Palasa
7
Gapurana
8
Talango
Nilai Produksi
Pulau Poteran

Teri Nasi
1.501.448.670
0
6.292.835.910
50.342.780
29.145.820
23.846.580
3.179.538.180
0
11.077.157.940

Perikanan (Rupiah)
Rajungan
Ikan Lain-lain
66.240.420
0
0
1.656.009.450
33.120.198
0
33.120.198
13.432.076.500
0
0
150.144.884
0
132.480.780
0
0
3.643.220.880
415.106.480

18.731.306.830

Rumput laut
173.624.985.000
173.624.985.000
104.174.988.000
0
72.343.740.000
104.174.988.000
0
130.218.735.000

Total Nilai Produksi
Per Desa
1.567.689.090
175.280.994.450
110.500.944.108
13.515.539.478
72.372.885.820
104.348.979.464
3.312.018.960
133.861.955.880

584.537.436.000

614.761.007.250

Sumber: Kecamatan Talango Dalam Angka 2012 dan hasil survey primer, diolah, 2014

Berikut hasil perhitungan SLQ sektor perikanan berdasarkan data nilai produksi per
komoditas perikanan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Perhitungan SLQ Komoditas Perikanan Tiap Desa di Pulau Poteran
LQ Komoditas Perikanan
No
Desa
Ikan LainRumput
Teri Nasi
Rajungan
lain
laut
1
Padike
0.61
0.72
0.00
1.03
2
Cabbiya
0.00
0.00
0.40
1.03
3
Essang
4.05
0.57
0.00
0.98
4
Kombang
0.27
4.65
41.83
0.00
5
Poteran
0.03
0.00
0.00
1.04
6
Palasa
0.02
2.73
0.00
1.04
7
Gapurana
68.33
75.97
0.00
0.00
8
Talango
0.00
0.00
1.15
1.01
Sumber: Hasil Analisis, 2014

4

Dari hasil perhitungan SLQ sektor perikanan pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa
Desa Padike, Desa Cabbiya, Desa Essang, Desa Kombang, Desa Poteran, Desa Palasa, Desa
Gapurana, dan Desa Talango memiliki komoditas perikanan dengan nilai SLQ>1. Hal ini
menandakan bahwa tiap desa di Pulau Poteran memiliki komoditas perikanan dengan laju
pertumbuhan tinggi. yang mampu menjadi komoditas unggulan serta memiliki potensi untuk
dikembangkan.
B. Sektor Pertanian
Keterbatasan data mengenai jumlah produksi pertanian di tiap jenis komoditas
menyebabkan perhitungan pertanian dibatasi pada komoditas jagung, sedangkan komoditas
selain jagung (singkong, tembakau, dll) dimasukkan dalam komoditas non jagung.
Tabel 5. Data Nilai Produksi Komoditas Pertanian Tiap Desa di Pulau Poteran
Pertanian (Rupiah)
Total Nilai Produksi
No
Desa
Per Desa
Jagung
Non Jagung
1
Padike
6.775.503.810
0
6.775.503.810
2
Cabbiya
108.408.060.90
0
10.840.806.090
3
Essang
677.550.390
29.243.375
706.793.765
4
Kombang
12.195.906.840
2.344.294.475
14.540.201.315
5
Poteran
8.130.604.560
438.650.500
8.569.255.060
6
Palasa
1.129.250.625
2.924.336.650
4.053.587.275
7
Gapurana
6.775.503.810
0
6.775.503.810
8
Talango
6.775.503.810
0
6.775.503.810
Total Nilai Produksi
53.300.629.935 5.736.525.000
59.037.154.935
Pulau Poteran
Sumber: Kecamatan Talango Dalam Angka 2012 dan hasil survey primer, diolah, 2014

Berikut hasil perhitungan SLQ sektor pertanian berdasarkan data nilai produksi per
komoditas pertanian pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Perhitungan SLQ Komoditas Perikanan Tiap Desa di Pulau Poteran
LQ Komoditas Pertanian
No
Desa
Jagung
Non Jagung
1
Padike
1.11
0.00
2
Cabbiya
1.11
0.00
3
Essang
1.06
0.43
4
Kombang
0.93
1.66
5
Poteran
1.05
0.53
6
Palasa
0.31
7.42
7
Gapurana
1.11
0.00
8
Talango
1.11
0.00
Sumber: Hasil Analisis, 2014

Dari hasil perhitungan SLQ sektor pertanian pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa Desa
Padike, Desa Cabbiya, Desa Essang, Desa Kombang, Desa Poteran, Desa Palasa, Desa
Gapurana, dan Desa Talango memiliki komoditas pertanian dengan nilai SLQ>1. Hal ini
menandakan bahwa tiap desa memiliki komoditas pertanian yang mampu menjadi komoditas
unggulan serta memiliki potensi untuk dikembangkan. Mayoritas komoditas pertanian yang
diunggulkan adalah jagung.
C. Sektor Peternakan
Keterbatasan data mengenai jumlah produksi pertanian di tiap jenis komoditas
menyebabkan perhitungan pertanian dibatasi pada komoditas sapi, kambing dan ayam.

5

Tabel 7. Data Nilai Produksi Komoditas Peternakan Tiap Desa di Pulau Poteran
Peternakan (Rupiah)
Total Nilai
Produksi Per
No
Desa
Sapi
Kambing
Ayam
Desa
1
Padike
6.000.000.000
3.492.500.000
385.050.000
9.877.550.000
2
Cabbiya
7.854.000.000
2.485.000.000
247.300.000
10.586.300.000
3
Essang
11.388.000.000
2.077.500.000
231.750.000
13.697.250.000
4
Kombang
6462.000.000
2.237.500.000
205.750.000
8.905.250.000
5
Poteran
12.180.000.000
4.270.000.000
433.350.000
16.883.350.000
6
Palasa
13.326.000.000
4.180.000.000
541.000.000
18.047.000.000
7
Gapurana
17.340.000.000
3.072.500.000
513.600.000
20.926.100.000
8
Talango
4.458.000.000
3.130.000.000
212.800.000
7.800.800.000
Total Nilai Produksi 79.008.000.000 24.945.000.000 2.770.600.000 106.723.600.000
Pulau Poteran

Sumber: Kecamatan Talango Dalam Angka 2012 dan hasil survey primer, diolah, 2014

Berikut hasil perhitungan SLQ sektor pertanian berdasarkan data nilai produksi per
komoditas pertanian pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Perhitungan SLQ Komoditas Perikanan Tiap Desa di Pulau Poteran
LQ Komoditas Peternakan
No
Desa
Sapi
Kambing
Ayam
1
Padike
0.82
1.51
1.50
2
Cabbiya
1.00
1.00
0.90
3
Essang
1.12
0.65
0.65
4
Kombang
0.98
1.07
0.89
5
Poteran
0.97
1.08
0.99
6
Palasa
1.00
0.99
1.15
7
Gapurana
1.12
0.63
0.95
8
Talango
0.77
1.72
1.05
Sumber: Hasil Analisis, 2014

Dari hasil perhitungan SLQ sektor peternakan pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa
Desa Padike, Desa Cabbiya, Desa Essang, Desa Kombang, Desa Poteran, Desa Palasa, Desa
Gapurana, dan Desa Talango memiliki komoditas perikanan dengan nilai SLQ>1. Hal ini
menandakan bahwa seluruh desa di Pulau Poteran memiliki komoditas peternakan yang
mampu menjadi komoditas unggulan serta memiliki potensi untuk dikembangkan.
2.2.2 Analisis Faktor Pendukung dan Tantangan Pembangunan Ekonomi Lokal

A. Sektor Perikanan
Faktor Pendukung
1. Sumber daya perikanan yang melimpah.
Pulau Poteran sebagai wilayah pesisir memiliki sumber daya perikanan yang sangat
melimpah. Sektor perikanan yang berkembang berupa perikanan tangkap yaitu
dengan cara menangkap ikan dari perairan laut, antara lain ikan teri nasi, rajungan,
ikan kakap, ikan tongkol dan lainnya. Selain itu, sebagian nelayan juga
membudidayakan rumput laut di pesisir pulau.
2. Kerjasama dengan perusahaan swasta.
Sebagian besar hasil perikanan Pulau Poteran dipasarkan melalui pengepul yang
dimiliki oleh perusahaan swasta, yakni Kelola Mina Laut (KML) dan MPI (Marine
Prima Indonesia). Keuntungan dari kerjasama tersebut ialah pemasaran perikanan
yang semakin luas hingga Surabaya dan Gresik untuk nantinya diolah kembali dan
dipasarkan hingga mancanegara.

6

3. Keberadaaan industri pengolahan hasil perikanan.
Pulau Poteran memiliki satu industri pengolahan ikan teri nasi dan rajungan dalam
skala besar. Pengolahan yang dilakukan berupa perebusan dan pengeringan. Ikan
teri nasi dan rajungan yang telah melalui proses pengolahan ini memiliki harga jual
yang jauh lebih dibandingkan jika dijual mentah. Selain industri besar, beberapa
penduduk memiliki industri rumah tangga berupa pengolahan ikan menjadi
kerupuk ikan yang menjadi salah satu oleh-oleh khas Kabupaten Sumenep,
khususnya Pulau Poteran.
Tantangan
1. Kurangnya sumber daya manusia yang bekerja sebagai nelayan.
Kekayaan laut Pulau Poteran nyatanya tidak didukung pekerjaan mayoritas
penduduknya. Berdasarkan data Kecamatan Talango dalam Angka Tahun 2012,
hanya 3,8% dari jumlah penduduk Pulau Poteran yang bekerja sebagai nelayan.
Hal ini dikarenakan nelayan hanya dianggap sebagai pekerjaan sampingan pada
musim kemarau/kering, bukan sebagai mata pencaharian utama. Selain itu,
bekerja sebagai nelayan membutuhkan modal yang besar (perahu, jaring
penangkap, alat pengolah hasil perikanan, dan sebagainya) sehingga tidak banyak
penduduk yang berminat menjadi nelayan.
2. Belum ada dukungan pemerintah untuk pengembangan sektor perikanan.
3. Belum adanya sarana ekonomi sektor perikanan seperti Tempat Pelelangan Ikan
(TPI).
B. Sektor Pertanian
Faktor Pendukung
1. Dominasi sumber daya manusia sebagai petani.
Mayoritas setiap rumah tangga (kepala keluarga) bekerja pada sektor pertanian.
Penduduk Pulau Poteran yang bekerja sebagai petani adalah sebesar 17,8% dari total
penduduk keseluruhan. Pertanian juga dianggap lebih menguntungkan karena pemilihan
tanaman dapat beragam menyesuaikan dengan kondisi iklim dan cuaca Pulau Poteran.
Hal ini membuat kegiatan bercocok tanam dapat dilakukan sepanjang tahun.
2. Dominasi pola penggunaan lahan pertanian sebesar 77% dari luas keseluruhan. Hampir
tiap rumah memiliki lahan pertanian sendiri yang berada dekat dengan dengan rumahnya
sehingga bertani dianggap lebih mudah dan murah karena lahan tani merupakan milik
pribadi.
3. Dukungan Pemerintah
Dukungan pemerintah untuk sektor pertanian yakni dengan pengadaan koperasi dan
pembentukan Kelompok Tani pada masing-masing desa. Melalui Kelompok Tani inilah
pemerintah menyalurkan bantuan-bantuan berupa pemberian bibit jagung unggul, pupuk
dan lain sebagainya. Hasil-hasil sektor pertanian pun akan dikumpulkan kepada Kelompok
Tani untuk selanjutnya akan dipasarkan secara merata ke seluruh bagian wilayah Pulau
Poteran dan keluar Pulau Poteran.

Tantangan
1. Jenis tanah di sebagian Pulau Poteran yang berbatu sehingga sulit untuk bercocok
tanam. Pulau Poteran memiliki jenis tanah Litosol sehingga tanah cenderung kering
dan membutuhkan pengelolaan tanah khusus untuk menjadikannya subur.
2. Industri pengolahan hasil pertanian.
Sektor pertanian di Pulau Poteran memiliki jenis yang sangat beragam, mulai dari
sayuran hingga buah-buahan. Hasil pertanian ini masih dijual secara mentah
sehingga nilai jualnya pun cenderung rendah. Selain itu, menciptakan industri
7

pengolahan dapat memicu daya kreativitas masyarakat untuk lebih mengotimalkan
sumber daya yang ada.
C. Sektor Peternakan
Faktor Pendukung
1. Biaya pemeliharaan hewan ternak cenderung murah karena tidak membutuhkan
pemeliharaan khusus.
2. Banyaknya penggunaan hewan, khususnya sapi, untuk keperluan adat Madura
seperti karapan sapi dan arak-arakan pada pesta sunatan.
3. Sebagian besar penduduk Pulau Poteran menjadikan memelihara hewan ternak
sebagai pekerjaan sampingan selain sebagai nelayan dan petani. Hewan ternak
dijadikan sebagai investasi jika sewaktu-waktu pemilik membutuhkan uang maka
hewan ternak akan segera dijual.
Tantangan
1. Belum ada dukungan pemerintah untuk pengembangan sektor peternakan.
2. Tidak ada sarana ekonomi khusus sektor peternakan seperti lokasi penjagalan
hewan. Hal ini membuat pemilik hewan ternak, khususnya para peternak sapi dan
kambing, terkadang harus membawa hewan ternak yang masih hidup ke pusat
Kecamatan Talango diseberang Pulau Poteran hanya untuk menjual hewan ternak.
III.
3.1

Pembahasan
Hasil Analisis Sektor dan Komoditas Unggulan Tiap Desa
Pengembangan ekonomi lokal (PEL) atau Local Economic Development (LED)
merupakan suatu proses partisipatori di mana semua pihak dari semua sektor lokal tersebut
bekerja bersama-sama untuk menstimulasi aktivitas komersial, sehingga akan tercipta kondisi
ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan (UN-Habitat, 2009). Untuk menciptakan
pengembangan ekonomi lokal yang merata di Pulau Poteran, maka perlu diketahui sumber
daya lokal apa saja yang berpotensi untuk dikembangkan pada tiap desa.
Berikut hasil analisis sektor dan komoditas pada tiap desa berdasarkan hasil
perhitungan SLQ.
Tabel 9. Sektor dan Komoditas Unggulan Tiap Desa di Pulau Poteran
Sektor
No
Desa
Komoditas Unggulan
Unggulan
1 Padike
Peternakan
Kambing dan Ayam
2 Cabbiya
Peternakan
Sapi dan Kambing
3 Essang
Perikanan
Ikan Teri Nasi
Perikanan
Berbagai jenis ikan (kakap, tongkol, cakalang, dll)
4 Kombang
Pertanian
Jagung dan Non Jagung (singkong, tembakau, dll)
5 Poteran
Peternakan
Kambing
Pertanian
Jagung dan Non Jagung (singkong, tembakau, dll)
6
Palasa
Peternakan
Ayam
7 Gapurana
Peternakan
Sapi
Berbagai jenis ikan (kakap, tongkol, cakalang, dll)
8 Talango
Perikanan
dan rumput laut
Sumber: Hasil Analisis, 2014

Dengan mengetahui secara spesifik komoditas apa saja yang menjadi potensi sumber
daya lokal di masing-masing desa, maka dapat dijadikan sebagai masukan pengembangan
perekonomian di Pulau Poteran. Dukungan yang diberikan pada tiap desa dapat dilakukan
secara tepat sasaran sesuai dengan potensi unggulan masing-masing. Secara umum,
dukungan dapat dilakukan dengan memberikan nilai tambah pada komoditas unggulan
8

sehingga nantinya akan tercipta produk-produk yang memiliki daya saing. Inisiatif
pengembangan ekonomi lokal ini tentunya tidak akan terlaksana jika hanya dilakukan oleh
masyarakat. Harus ada integrasi antara masyarakat, pemerintah dan membangun kemitraan
dengan pihak swasta agar produk-produk lokal dapat lebih berkembang.
3.2

Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal di Pulau Poteran
Pulau Poteran memiliki beberapa sektor unggulan yang dapat menjadi potensi
pengembangan perekonomian, yakni sektor perikanan, sektor pertanian dan sektor
peternakan. Tiap-tiap desa memiliki sektor unggulan yang berbeda-beda sehingga strategi
pengembangannya pun dilakukan secara berbeda-beda.
Menurut Supriyadi (2007), secara umum pengembangan eknonomi lokal dilaksanakan
melalui tiga prinsip yaitu prinsip ekonomi, prinsip kemitraan dan prinsip kelembagaan. Prinsip
ekonomi difokuskan padan pengembangan produk untuk dijual keluar daerah ( economic
base). Selain itu, prinsip ekonomi juga menghubungkan produsen dari skala kecil dengan
supplier kepada perusahaan pengekspor sehingga akan terjadi mata rantai produksi pasar
(supply chain). Prinsip kemitraan dilihat dari kemitraan yang dilakukan oleh pemerintah dan
sektor swasta yang bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan. Sektor swasta disini
memiliki peran aktif, sedangkan pemerintah berfungsi untuk mendengar dan merespon, tidak
sekedar memerintah dan mengontrol. Prinsip kemitraan ini juga mengandalkan keberadaan
sumber daya lokal yang ada. Prinsip kelembagaan memfasilitasi dialog antara stakeholder
untuk menghasilkan ide dan inisiatif. Dengan adanya kelembagaan ini diharapkan dapat
memobilisasi sumber daya lokal untuk menunjang inisiatif yang diusulkan dari stakeholder.
Strategi pengembangan ekonomi lokal di Pulau Poteran ini setidaknya mencakup hal
sebagai berikut:
1. Peningkatan daya saing produk pada komoditas-komoditas unggulan di tiap desa.
peningkatan saya saing ini dapat dilakukan dengan melakukan pengolahan terhadap
komoditas unggulan sehingga akan meningkatkan nilai tambah.
2. Melakukan kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan swasta. Pembangunan ekonomi
ini dilakukan dengan mendukung peningkatan partisipasi dari masyarakat. Masyarakat
sebagai penggerak perekonomian lokal yang didukung oleh peran dari pemerintah dan
swasta.
3. Peningkatan peran kelembagaan. Dalam hal ini untuk meningkatkan iklim industri rumah
tangga yang kondusif maka harus ada intervensi dari Dinas UMKM dan Koperasi serta
Dinas Perdagangan yang dibantu oleh Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan serta Dinas Peternakan Kabupaten Sumenep.
Adapun strategi yang dapat dilakukan pada tiap sektor unggulan di Pulau Poteran
adalah sebagai berikut.
A. Sektor Perikanan
1. Dukungan yang dapat dilakukan untuk pengembangan sektor perikanan ialah dengan
meningkatkan peran pemerintah dalam pengelolaan sumber daya perikanan yang ada
di Pulau Poteran. Rendahnya minat masyarakat untuk bekerja sebagai nelayan
membutuhkan dukungan dari pemerintah, misalnya dengan penyediaan bantuan
perahu serta alat tangkap ikan. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan peningkatan
mutu pendidikan dan keterampilan nelayan.
2. Intervensi terhadap industri kecil menengah dalam pengolahan perikanan juga mutlak
diperlukan. Selain menambah lapangan pekerjaan, hal ini juga akan dapat
meningkatkan penghasilan yang secara langsung akan meningkatkan minat
masyarakat untuk bekerja sebagai nelayan dan mengoptimalkan potensi laut yang ada
di Pulau Poteran.
3. Dalam upaya pemasaran hasil produksi tangkapan nelayan dibutuhkan pulan sarana
berupa Tempat Pelelangan Ikan sehingga pemasaran dan pendistribusian akan lebih
terstruktur
9

4. Sektor perikanan telah memiliki kemitraan dengan perusahaan swasta. Hal ini perlu
diperhatikan pemerintah serta diberlakukan aturan insentif dan disinsentif.
B. Sektor Pertanian
1. Mengoptimalkan fungsi dari Kelompok Tani agar semakin meningkatkan peran
partisipatif dari masyarakat.
2. Pemberian wawasan mengenai bidang pertanian serta cara mengolah lahan di Pulau
Poteran yang cenderung kering.
3. Pembentukan industri kecil dan menengah dalam pengolahan berbasis pertanian.
4. Kerjasama dengan pihak swasta misalnya dalam hal pemasaran komoditas pertanian.
C. Sektor Peternakan
1. Dukungan permodalan untuk usaha peternakan untuk meningkatkan skala usaha.
2. Kerjasama dengan pemerintah dan swasta untuk pengembangan usaha hewan ternak,
misalnya dengan melakukan usaha hewan ternak potong secara terpusat yang disertai
dengan tempat penjualan.
3. Pemberian wawasan mengenai bidang peternakan.
4. Mempermudah sarana penjualan hewan ternak untuk keluar Pulau Poteran.
IV.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, beberapa hal dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pengembangan perekonomian di Pulau Poteran difokuskan pada tiga sektor
pengembangan, yakni sektor perikanan, sektor pertanian dan sektor peternakan.
2. Tiap desa di Pulau Poteran memiliki sektor dan komoditas unggulan masing-masing. Desa
Padike unggul di sektor peternakan dengan komoditas unggulan yaitu kambing dan ayam.
Desa Cabbiya unggul di sektor perternakan dengan komoditas unggulan sapi dan kambing.
Desa Essang unggul di sektor perikanan dengan komoditas ikan teri nasi. Desa Kombang
unggul di dua sektor, yakni sektor perikanan dengan komoditas perikanan tangkap serta
sektor pertanian dengan komoditas jagung, singkong, tembakau, dan lain-lain. Desa
Poteran unggul di sektor peternakan dengan komoditas kambing. Desa Palasa unggul di
sektor pertanian dengan komoditas jagung, singkong, tembakau dan lainnya serta sektor
peternakan dengan komoditas ayam. Desa Gapurana unggul di sektor peternakan dengan
komoditas sapi. Desa Talango unggul di sektor perikanan dengan komoditas berbeagai
perikanan tangkap dan rumput laut.
3. Strategi pengembangan ekonomi lokal di Pulau Poteran ini setidaknya mencakup hal
pengembangan daya saing komoditas di tiap sektor, melakukan kemitraan antara
masyarakat, pemerintah dan swasta serta peningkatan peran kelembagaan di Pulau
Poteran dan Kabupaten Sumenep.

Daftar Pustaka
Kecamatan Talango Dalam Angka 2012.
Prasetyo, Rusyidi Huda. 2014. Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Jagung Kecamatan

Merakurak Kabupaten Tuban Dengan Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal
(PEL). Surabaya: ITS.
Sembiring, Evariani B.R. 2012. Analisis Dampak Peningkatan Jalan Desa Kuta Rayat
Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo terhadap Pengembangan Wilayah. Medan:
USU.
Supriyadi, Ery. 2007. Telaah Kendala Penerapan Pengembangan Ekonomi Lokal; Pragmatisme
Dalam Praktek Pendekataan PEL. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.

10

UN-HABITAT. 2009. Promoting Local Economic Development through Strategic Planning, The

Local Economic Development Series, Volume 5: Trainer‟s Guide, United Nations
Human Settlements Programme.

11

Dokumen yang terkait

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY PADA PRODUK KARTU SELULER PRABAYAR SIMPATI, IM3, DAN JEMPOL (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember)

2 69 20

Analisis Konsentrasi Geografis Sektor Ekonomi di Kabupaten Situbondo

9 121 186

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

PENGEMBANGAN PROGRAM ACARA CHATZONE(Studi Terhadap Manajemen Program Acara di Stasiun Televisi Lokal Agropolitan Televisi Kota Batu)

0 39 2

MANAJEMEN BERITA TELEVISI PADA MEDIA NUSANTARA CITRA (MNC) NEWS CENTER BIRO SURABAYA (Studi Pada Pengelola Berita Lokal di RCTI, TPI, dan Global TV

2 40 2

Dari Penangkapan Ke Budidaya Rumput Laut: Studi Tentang Model Pengembangan Matapencaharian Alternatif Pada Masyarakat Nelayan Di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur

2 37 2

Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Implikasinya pada Model Pengembangan Strategi Perusahaan di masa Depan

0 38 1

Pengembangan infrastruktur jaringan clint-server Kelurahan Bintaro

17 108 114

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Tinjauan atas pembuatan laporan anggaran Bulan Agustus 2003 pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung

0 76 64