MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS SMKN7 BANDUNG 2011

  MODUL PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS UNTUK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KOMPETENSI KEJURUAN FARMASI Disusun Oleh; Irvan Khairudin S.Si., Apt. Humaedi S.Si. Hilma Hendrayanti S. Si., Apt

  LABORATORIUM KIMIA FARMASI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGRI 7

BANDUNG DINAS PENDIDIKAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

  KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011-2012 PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 7

  (STM NEGERI KIMIA BANDUNG) Program Keahlian : Kimia Industri, Tekn. Penyemp. Tekstil, Analisis Kimia, dan Farmasi Jalan Soekarno-Hatta No. 596 Telp/Fax. 7563077 Bandung e-mail : web : www.smkn7bandung.com

  

BIODATA SISWA

  NAMA : __________________________________________________________________ NIS : __________________________________________________________________ KELAS : __________________________________________________________________ ALAMAT : __________________________________________________________________ __________________________________________________________________ TELEPON : __________________________________________________________________ EMAIL : __________________________________________________________________

  Pas Foto

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang tak henti-hentinya memberikan nikmat kepada kita sehingga selalu terbuka jalan untuk kita meraih apa yang kita cita-citakan. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai teladan dan guru besar kita dalam menapaki kehidupan dunia.

  Meski dengan berbagai keterbatasan, alhamdulillah Modul Praktikum Kimia Analisis Farmasi edisi pertama untuk tingkat SMK ini dapat diterbikan dengan baik. Modul ini hanyalah merupakan rangkuman dari beberapa buku acuan dan contoh – contoh modul kimia analisis lain yang ditujukan untuk kalangan sekolah menengah kejuruan, dengan maksud agar lebih sistematis dan mudah dipahami sesuai dengan tingkat pendidikannya. Hendaknya tidak dijadikan sebagai referensi standar dalam pembuatan laporan/karya ilmiah karena terdapat banyak keterbatasan dan kekurangan dalam penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan buku ini.

  Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  PENDAHULUAN

  Praktikum Kimia Analisis Farmasi untuk kalangan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Kompetensi Kejuruan Farmasi ini merupakan pendukung Dasar Kompetensi Kejuruan pada Kompetensi Keahlian Farmasi yang tergabung dalam

  cluster Kimia Analisis Farmasi Untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Secara umum

  bertujuan untuk memberikan keterampilan dasar kepada siswa tingkat SMK dalam melakukan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif dengan benar dan dengan disertai penguasaan konsep-konsep dasar analisis kualitatif maupun kuantitatif yang dapat bermanfaat baik dalam praktek kehidupan sehari –hari maupun untuk dikembangkan di dunia industri. Keterampilan dasar analisis kualitatif meliputi cara-cara mencampur zat dengan pereaksi, mengendapkan, mencuci endapan, melarutkan endapan, menyaring endapan, memijarkan zat, memanaskan, serta teknik reaksi kristal dengan mikroskop. Teknik analisis kuantitatif meliputi cara pembuatan larutan uji maupun pereaksi, pengenceran, pengukuran dan penimbangan dengan saksama, penggunaan buret, teknik titrasi, penentuan titik akhir, pembacaan volume titrasi, analisis data secara statistik sampai dengan penarikan kesimpulan hasil analisis.

POLA METODE PRAKTIKUM

  Pola yang digunakan adalah pola kegiatan yang didasarkan pada prinsip

  Penjelasan teori berikut responsi

  mengaplikasikan konsep dalam praktek. Yaitu pelaksanaan praktikum yang disadari dengan benar alasan dan tujuan dari praktikum sehingga tidak menjadi beban bagi

  Tes lisan dan tulisan untuk memastikan pemahaman peserta

  peserta praktikum. Pola ini bertujuan membentuk pola pikir ilmiah yang edukatif dan tidak sekedar aplikatif. Siswa sebagai calon asisten apoteker diharapkan mampu melaksanakan praktikum dengan penuh kesadaran dan kehati-hatian

  Pembuatan Jurnal Praktikum dan tugas pendahuluan oleh peserta praktikum

  karena mengerti betul akan kegiatan yang dilakukan dalam praktikum. Secara umum sistematika praktikum kimia analisis farmasi dapat dijelaskan dengan skema pada Gambar1.

  Pelaksanaan praktikum baik perorangan ataupun perkelompok Pembuatan Laporan

  SISTEM PENILAIAN

  Penilaian Praktikum meliputi semua tahap, mulai dari tes lisan dan tulisan, jurnal praktikum, tata tertib peserta selama praktikum, dan diakhiri dengan penilaian laporan. Sistem yang digunakan adalah sistem standar mutlak dengan nilai akhir. Sistematika penilaian Praktikum Kimia Analisis Farmasi Untuk Jenjang SMK adalah sebagai berikut:

  Alokasi Penilaian :  Test awal (lisan/tulisan) :2 5 %  Jurnal praktikum/Tugas pendahuluan : 10 %  Tata tertib selama praktikum: 40 %  Laporan Hasil : 25 %

TATA TERTIB PRAKTIKUM

  Siswa yang diperkenankan melakukan praktikum adalah yang terdaftar secara akademik sebagai siswa SMKN 7 Bandung, yang selanjutnya disebut sebagai

  Praktikan.

1. KETENTUAN PRAKTIKUM

  1. Praktikan diwajibkan menghadiri pertemuan teori ataupun responsi yang dilakukan sebelum praktikum dilaksanakan

  2. Sebelum praktikum dimulai, praktikan membawa perlengkapan praktikum lengkap yang telah ditetapkan baik yang umum untuk semua praktikum maupun perlengkapan yang ditugaskan untuk masing-masing praktikum.

  3. Praktikan tidak diperbolehkan makan, minum, dan atau merokok di dalam laboratorium selama praktikum berlangsung

  4. Praktikan tidak diperbolehkan bersenda-gurau yang mengakibatkan terganggunya kelancaran praktikum

  5. Dilarang bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan Kimia

  6. Selama praktikum praktikan tidak diperbolehkan menggunakan peralatan elektronik selain yang disediakan untuk praktikum

  7. Praktikan bertanggung jawab atas peralatan yang dipinjamnya, kebersihan meja masing-masing, serta lantai di sekitarnya

  8. Setelah menggunakan reagen atau bahan yang diambil dari gudang bahan, praktikan wajib meletakkan kembali pada tempatnya semula

  17.Dilarang bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada asisten yang mengawasi.

  2. Sanksi ringan terhadap pelanggaran tata tertib saat praktikum

  1. Sanksi terhadap pelanggaran tata tertib yang dilanggar sebelum praktikum dimulai yang menyebabkan ketidaksiapan praktikan adalah tidak diperbolehkan mengikuti praktikum pada hari itu.

  Sanksi yang diberikan pada praktikan adalah sebagai berikut:

  20.Wanita yang berambut panjang harus diikat kecuali bagi yang berkerudung.

  19.Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.

  18.Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan Kimia.

  16.Jika berhalangan hadir, praktikan dapat memberikan keterangan tertulis dan resmi terkait dengan alasan ketidakhadirannya dan diwajibkan mengganti praktikum di hari lain.

  9. Praktikan dilarang menghambur-hamburkan reagen praktikum dan membuang sisa praktikum dengan memperhatikan kebersihan dan keamanan

  15.Seluruh jadwal praktikum wajib diikuti praktikan, dengan kata lain kehadiran 100 %

  14.Praktikan wajib hadir tepat waktu, keterlambatan lebih dari 10 menit sejak praktikum dimulai, praktikan dianggap tidak hadir

  13.Praktikan dilarang menggunakan peralatan atau bahan-bahan di luar yang telah disediakan untuk praktikum

  12.Praktikan dilarang mengerjakan pekerjaan yang belum dipahami atau belum dikuasainya

  11.Praktikan melakukan kegiatan sesuai bagiannya masing-masing, mencatat hasilnya pada lembar kerja praktikum, serta meminta penjelasan bila terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan sebelumnya

  10.Jika akan meninggalkan ruang laboratorium, praktikan wajib meminta izin kepada pengawas praktikum atau asisten jaga

2. SANKSI-SANKSI

  3. Sanksi berat terhadap pelanggaran saat praktikum dimulai adalah dikeluarkan dari laboratorium atau tidak diperkenankan melanjutkan praktikum.

  4. Bila praktikan telah mendapat sanksi berat minimal dua kali akan dilaporkan kepada wali siswa dengan alasan ketidakdisiplinan dan menunggu keputusan dari wali siswa akan hak untuk mengikuti praktikum selanjutnya

3. PERLENGKAPAN UMUM YANG WAJIB DIBAWA

  Selain perlengkapan untuk tiap-tiap pertemuan yang berbeda tergantung kegiatan masing-masingnya, praktikan diwajibkan membawa perlengkapan umum sebagai berikut

   jas laboratorium sesuai kesepakatan  laporan hasil praktikum sebelumnya jika sebelumnya jika ada praktikum sebelumnya yang mewajibkan penulisan laporan  jurnal praktikum atau tugas pendahuluan yang dikerjakan sendiri  masker  sarung tangan karet untuk praktikum  spatula  tisu  korek api  pipet tetes  penutup kepala  lap kering  sikat tabung  kalkulator Scientifiec  sistem periodik peralatan untuk praktikum sesuai dengan ketentuan tiap modul dapat berupa:

  a. satu set peralatan umum  gelas kimia 100 cc (atau sesuai kebutuhan)  Erlenmeyer 200 cc (atau sesuai kebutuhan)

   Batang pengaduk  Spatula logam  Kaca arloji sedang (atau sesuai kebutuhan)  Pipet tetes (minimal 1 pendek, 1 panjang)  Corong (minimal 1 kecil)  Botol semprot berisi aquades

  b. Satu set peralatan titrasi  Erlenmeyer 200 cc (atau sesuai kebutuhan)  Pipet tetes (minimal 1 pendek, 1 panjang)  Buret sesuai ukuran yang dibutuhkan  Statip buret lengkap dengan klem buret dan alas berwarna putih polos  Corong (minimal 1 kecil)  Batang pengaduk  gelas kimia 100 cc (atau sesuai kebutuhan)  Botol semprot berisi aquades  Kertas saring  Pipet volume dengan ukuran sesuai kebutuhan  Ball pipet atau filler  Labu ukur dengan ukuran sesuai kebutuhan

  c. Satu set peralatan pengenceran  Gelas kimia 200 cc (atau sesuai kebutuhan)  Pipet volume dengan ukuran sesuai kebutuhan  Labu ukur dengan ukuran sesuai kebutuhan  Corong  Kertas saring  Ball pipet atau filler

  KEAMANAN & KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM

  1. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah melakukan praktikum.

  2. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar segera melapor ke pembimbing praktikum.

  3. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan segera pada pembimbing praktikum. Segera pergi ke dokter untuk mendapat pertolongan secepatnya.

  4. Sebelum dan sesudah praktikum disarankan meminum susu murni segar minimal 250 cc

  5. Gunakan peralatan kerja seperti masker, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk melindungi kaki.

  6. Zat yang akan dianalisis disimpan dalam tempat tertutup agar tidak kena kotoran yang mempersulit analisis

  7. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.

  8. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia, tetapi kipaslah uap tersebut dengan tangan ke muka anda

  9. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus.

  10.Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih atau gatal).

  11.Baca label bahan Kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan.

  12.Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan, jangan menggunakan bahan Kimia secara berlebihan.

  13.Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula untuk mencegah kontaminasi.

  14.Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktikum basah segera keringkan dengan lap

  15.Hindarkan dari api bahan-bahan yang mudah terbakar seperti eter, kloroform, dsb.

  16.Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan luka bakar, misalnya asam-asam pekat (H 2 SO 4 , HNO 3 , HCl), basa-basa kuat (KOH, NaOH, dan NH 4 OH), dan oksidator kuat (air brom, iod, senyawa klor, permanganat)

  17.Percobaan dengan penguapan menggunakan asam-asam kuat dan menghasilkan gas-gas beracun dilakukan di lemari asam

  18.Jangan memanaskan zat dalam gelas ukur/labu ukur

  19.Menetralkan asam/basa dengan penetral sebagai berikut

  a. asam pada pakaian: dengan amonia encer

  b. basa pada pakaian : dengan asam cuka encer, kemudian amonia encer c. asam/basa pada meja/lantai: dicuci dengan air yang banyak

  d. asam, basa, dan zat-zat yang merusak kulit: dicuci dengan air, kemudian diberi vaselin

BAB I PENGENALAN PERALATAN DAN BAHAN

  1.1. Tujuan Praktikum

  Pada akhir praktikum siswa mendapat nilai ketuntasan dengan indikasi:

  a. Alat-alat kimia dapat disebutkan dengan benar (kode kompetensi 079DK010202)

  b. Karakteristik bahan-bahan kimia disebutkan dengan benar (kode kompetensi 079DK010202)

  1.2. Dasar Teori

  

1.2.1. Pengenalan Alat Laboratorium Kimia dan

Penyimpanannya

  Alat laboratorium kimia merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium kimia yang dapat dipergunakan berulang–ulang. Contoh alat laboratorium kimia: pembakar spiritus, termometer, tabung reaksi, gelas ukur jangka sorong dan lain sebagainya. Alat yang digunakan secara tidak langsung di dalam praktikum merupakan alat bantu laboratorium, seperti pemadam kebakaran dan kotak Pertolongan Pertama. Sebelum mulai melakukan praktikum di laboratorium, praktikan harus mengenal dan memahami cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia serta menerapkan K3 di laboratorium. Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang digunakan pada Praktikum IPA kimia, di antaranya:

  Tabel 1 Daftar Peralatan Kimia Beserta Fungsi Dan Penyimpanannya

  Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu alat kita dapat menentukan atau mempertimbangkan cara penyimpanannya. Alat yang terbuat dari logam tentunya harus dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas atau porselen. Jadi alat seperti kaki tiga harus dikelompokkan dengan Statip atau klem tiga jari karena ketiganya memiliki bahan dasar yang sama yaitu logam, sedangkan gelas kimia dikelompokkan dengan labu Erlenmeyer dan labu dasar rata karena bahan dasarnya gelas. Belumlah cukup hanya dengan memperhatikan bahan dasar dari alat, namun penyimpanan alat yang memiliki bahan dasar yang sama harus ditata kembali. Jika tempat penyimpanan kaki tiga dan klem tiga jari adalah menggunakan lemari rak, maka tahapan rak untuk kaki tiga harus berbeda dengan tahap rak klem tiga jari, akan tetapi kedua tahap rak harus berdekatan. Dengan memperhatikan bahan dasar alat pula, peralatan yang terbuat dari logam umumnya memiliki bobot lebih tinggi dari peralatan yang terbuat dari gelas atau plastik. Oleh karena itu dalam penyimpanan dan penataan alat aspek bobot benda perlu juga diperhatikan. Janganlah menyimpan alat-alat yang berat di tempat yang lebih tinggi,agar mudah diambil dan disimpan kembali.

1.2.2. Pengenalan Bahan – Bahan Kimia dan Penyimpanannya

  Bahan kimia yang ada di lab jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan risiko bahaya cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan lab aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia di antaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat risiko bahaya (multiple

  

hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah

  sekunder (secondary containment), bahan kadaluwarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi risiko bahaya (hazard information). Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama

  Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia. Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki risiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada kabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada kabinet bahan toxic. Berikut ini merupakan panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya:

  Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas. Label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan tersebut diberi label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah. label bahan flammable label bahan oksidator label bahan toksik label bahan korosif label bahan dengan tingkat bahaya rendah Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagen jauh lebih penting. Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen di antaranya :

  

Gambar 1 Label bahan beserta tingkat bahayanya

  Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagen jauh lebih penting. Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen di antaranya : Nama kimia dan rumusnya, konsentrasi, Tanggal penerimaan, Tanggal pembuatan, Nama orang yang membuat reagen, Lama hidup, Tingkat bahaya, Klasifikasi lokasi penyimpanan, Nama dan alamat pabrik, Sebaiknya bahan kimia ditempatkan pada fasilitas penyimpanan secara tertutup seperti dalam kabinet, loker, dsb. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan.

  Pada penataan bahan kimia pun diperlukan sumber literatur untuk mengetahui spesifikasi masing-masing bahan kimia tersebut. Spesifikasi bahan kimia akan dijumpai pada buku katalog bahan.

1.2.3. Pengenalan Simbol Bahaya (Hazard Symbol) a. Harmful (Berbahaya).

  Bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit, berlendir, mengganggu sistem pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai sifat seperti ini (harmful) khususnya bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan

  Gambar 2 Simbol bahan berbahaya

  Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila bahan kimia tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui kulit

  Gambar 3 Simbol bahan beracun

c. Corrosive korosif)

  Produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Awas! Jangan sampai terpercik pada Mata.

  Gambar 4 Simbol bahan korosif

  d. Flammable (Mudah terbakar) Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau membasahi udara

  (berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar (seperti misalnya hidrogen) dari hidrida metal. Sumber nyala dapat dari api bunsen, permukaan metal panas, loncatan bunga.

  Gambar 5 Simbol bahan mudah terbakar

e. Explosive (mudah meledak)

  Produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikkan bunga api, guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk garam yang eksplosif pada kontak (singgungan dengan logam/metal)

  Gambar 6 Simbol bahan mudah meledak

f. Oksidator (Pengoksidasi)

  Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas pada kontak dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor) api listrik, dan lain-lain.

  Gambar 7 Simbol bahan oksidator

  Kecelakaan bisa saja terjadi di laboratorium. Beberapa jenis kecelakaan yang sering terjadi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti tercantum pada tabel di bawah ini

  Tabel 2 Beberapa Jenis Kecelakaan Yang Sering Terjadi

1.3. Bahan dan Alat

  1.3.1. Bahan

  Perwakilan bahan untuk masing -masing jenis bahan

  1.3.2. Alat

  Seperangkat alat-alat praktikum yang mewakili

  1.4. Prosedur Percobaan

  a. disiapkan beberapa bahan dan peralatan yang mewakili

  b. semua label yang tertera pada bahan dicatat dan diberi keterangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bahan tersebut c. digambar beberapa peralatan yang telah disiapkan untuk kemudian diberi nama dan fungsinya

  1.5. Lembar Kerja

  Nama Siswa : ……………………………. Pembimbing : ………………….. NIS : ……………………………. Paraf : …………………..

  Tanggal : ……………………………..

  1.5.1. Tugas Pendahuluan

  a. Bacalah dengan seksama teori dasar pada bagian dari bab ini!

  b. Tulislah pertanyaan-pertanyaan yang tidak dimengerti dari penjelasan pada teori dasar dan dibawa sebagai persyaratan sebelum praktikum!

  1.5.2. Hasil Kegiatan :

BAB II PENGGUNAAN PERALATAN LABORATORIUM KIMIA

  2.1. Tujuan Praktikum

  Pada akhir praktikum siswa mempunyai kompentesi dengan indikasi

  a. peralatan laboratorium kimia dapat digunakan dengan benar (kode kompetensi 079DK010203) b. teknik dasar analisis kualitatif dapat dilakukan dengan benar (kode kompetensi 079DK010202) c. teknik dasar analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan benar

  2.2. Dasar Teori

2.2.1. Teknik-Teknik Dasar Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif

2.2.1.1. Memanaskan larutan

  a. Cara memanaskan zat dalam cawan porselen/Erlenmeyer/gelas beker ambillah kaki

   tiga dan letakkan kasa kawat di atasnya  letakkan gelas kimia yang berisi larutan di

  Gambar 8

  atas kasa dan panaskan dengan pemanas

  Memanaskan Zat

  spiritus

b. Cara memanaskan zat dalam tabung reaksi

   jepit tabung reaksi yang berisi larutan dengan penjepit kayu/besi,  panaskan dengan nyala api spiritus, api pemanas hendaknya terletak pada bagian atas larutan goyangkan tabung reaksi agar pemanasan

   merata  arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya tidak melukai

  Gambar 9 Cara memanaskan zat dalam tabung reaksi

  orang lain maupun diri sendiri

  Gambar 10 Batu didih dan penggunaannya

  Pada saat memanaskan larutan perlu ditambahkan batu didih untuk menghindari letupan larutan ketika mendidih dikarenakan pemanasan yang tidak merata. Batu didih berupa serpihan kasar keramik atau porselen yang berpori dengan ukuran seragam. Ditambahkan dalam larutan sebelum dipanaskan.

  2.2.1.2. Cara menyaring endapan Gambar 11 Menyiapkan Kertas Saring a. gunakan kertas saring yang dibentuk seperti gambar di atas untuk kemudian disimpan pada corong gelas b. bilas terlebih dahulu dengan cara melewatkan pelarut mulai dari pinggir atas kertas bergerak memutar hingga ke tengah dan cairan bilasan dibuang

  c. saringlah sedikit demi sedikit, kira-kira banyaknya larutan adalah sepertiga tinggi kertas

  2.2.1.3. Meneteskan larutan ke dalam tabung reaksi

  cara meneteskan seperti ini berlaku untuk cairan yang umum, tidak mudah bereaksi dengan cepat dan bukan bahan yang berbahaya hanya dibutuhkan untuk mempercepat proses penetesan.

  Cara meneteskan seperti ini sangat dianjurkan untuk setiap penetesan terutama untuk zat-zat seperti berikut: 1. zat yang sangat reaktif 2. zat yang pekat dan berbahaya 3. zat yang proses terjadinya reaksi sangat diperhatikan 4.

  Gambar 12 Cara meneteskan zat pada tabung reaksi

  2.2.1.4. Cara mengocok larutan

  a. Cara mengocok larutan dalam labu ukur

  Gambar 13 Cara mengocok zat dalam labu ukur

  b. Cara mengocok zat dalam Erlenmeyer

  Gambar 14 Mengocok zat dalam Erlenmeyer

2.2.1.5. Menimbang

  a. Neraca:  menimbang zat baku primer dengan neraca analitis

  Gambar 15 Timbangan analitis digital

   Menimbang zat baku sekunder atau zat untuk pereaksi dengan neraca teknis

  Gambar 16 Timbangan teknis

  b. wadah timbang  Gunakan botol timbang kaca untuk zat yang reaktif, oksidator

  Gambar 17 Wadah zat untuk ditimbang

   Dapat digunakan kaca arloji atau kertas timbang untuk zat yang tidak reaktif

  Gambar 18 wadah-wadah lain untuk menimbang

  c. Prosedur umum penimbangan Gunakan sendok atau spatula untuk mengambil zat yang akan ditimbang sesuai dengan karakteristik zat yang akan ditimbang. Gunakanlah sendok porselen untuk zat yang bersifat oksidator. Pilih timbangan yang tepat sesuai kapasitasnya. Jangan menimbang zat melebihi kapasitas maksimal timbangan yang digunakan. Catat hasil timbangan. Perhatikan contoh perintah penimbangan berikut:

  “ Timbang lebih kurang…” artinya: jumlah yang harus ditimbang tidak boleh kurang dari 90% dan tidak boleh lebih dari 110% dari jumlah yang harus ditimbang. “ Timbang dengan saksama…” artinya: deviasi penimbangan tidak boleh

  lebih dari 0,1% dari jumlah yang ditimbang. Misalnya dengan pernyataan timbang seksama 500 mg, berarti batas kesalahan penimbangan tidak boleh lebih dari 0,5 mg. Oleh karena itu, penimbangan harus dilakukan dengan neraca analitis kepekaan minimal 0,5 mg. Penimbangan saksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka 0 di belakang koma pada akhir bilangan bersangkutan. Misalnya, dengan pernyataan timbang 200,0 mg dimaksudkan bahwa penimbangan harus dilakukan dengan tepat tanpa ada lebih di belakang koma.

2.2.1.6. Mengukur volume zat cair dengan alat ukur volume gelas

  Pengukuran volume larutan bisa menggunakan gelas ukur, kecuali jika dinyatakan perintah ukur dengan saksama...”, dimaksudkan bahwa pengukuran dilakukan dengan memakai pipet standar dan harus digunakan sedemikian rupa sehingga kesalahannya tidak melebihi batas yang ditetapkan. Penggunaan pipet dapat diganti dengan buret yang sesuai dan memenuhi standar. Pengukuran saksama dapat juga dinyatakan dengan menambahkan angka 0 di belakang angka koma terakhir bilangan yang bersangkutan. Misalnya dengan pernyataan pipet 10,0 ml atau ukur 10,0 ml dimaksudkan bahwa pengukuran harus dilakukan dengan saksama

  Gambar 19 Cara mengukur zat cair dalam alat ukur volume gelas

2.2.1.7. Cara memepet dan mengeluarkan larutan dari pipet yang benar

  Katup pengeluaran udara

Badan Balon Penghisap, di keluarkan udara di dalamnya sebelum digunakan atau ketika akan disimpan

Katup penarikan zat oleh pipet bila balon penghisap bertekanan rendah

Katup pengeluaran zat dari pipet

  

Pipet yang dipasangkan untuk mengambil zat Bila Ball Pipet dalam kondisi siap pakai (badan balon kempes) maka cara pengambilan zat menggunakan pipet adalah: 1. tekan katup hisap

  (nomor 2) hingga zat terhisap dalam pipet sesuai tanda ukuran.

  Gambar 20 Cara mengambil zat dengan volume pipet

  2. Lepaskan katup hisap (nomor 2) dan pastikan cairan dalam pipet tidak berubah posisi. Kemudian angkat dari sumber zat dan ujung pipet dikeringkan dengan cara diusap menggunakan tissue kering dari atas ke bawah namun jangan sampai cairan di ujung pipet bersentuhan dengan tissue.

  Gambar 21 Cara membersihkan ujung pipet volume 3.

  Pemind ahan zat dalam pipet berisi zat yang akan dituangkan seperti gambar di samping.

  Tekan katup pengeluaran zat (nomor 3) secara perlahan hingga zat tertuang dengan perlahan.

  Gambar 22 Memindahkan zat dari pipet volume

2.2.2. Teknik dasar titrasi

2.2.2.1. Penggunaan buret

  • Periksa terlebih dahulu apakah buret dalam kondisi baik (tidak pecah atau bocor), berikan sedikit saja vaselin pada kran agar pengaturan penetesan mudah dilakukan.
  • Bersihkan buret sebelum digunakan dengan aquades, bilaslah buret tersebut dengan sedikit aquades pada tahap pertama dan bilasan kedua dengan sedikti zat kimia yang akan dimasukkan ke dalamnya minimal tiga kali untuk tahap aquades dan satu kali untuk zat kimia yang akan dimasukkan. Cara pembilasan adalah dengan posisi kran buret tertutup dan buret dibaringkan dan diputar dengan tangan sehingga zat dapat membilas keseluruhan dalam buret kemudian zat dibuang lewat kran buret yang dibuka.
  • Masukkan zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret tersebut dengan menggunakan corong. Lakukan pengisian sampai seluruh bagian buret terisi (perhatikan bagian bawahnya !) dan tidak terdapat gelembung gas pada buret.
  • Pasang buret pada statip dan klem agar posisinya stabil seperti gambar di atas 2.2.2.2. Pemilihan buret.
  • Lakukan titrasi orientasi terlebih dahulu menggunakan buret kapasitas 50,0 ml. Untuk selanjutnya, pada titrasi replikasi pemilihan buret harus berdasarkan ketentuan: Volume terukur yang teliti adalah sebanyak 30 – 70% dari kapasitas buret.
  • Jika dari hasil orientasi didapat volume titrasi 10,0 ml, maka titrasi selanjutnya gantilah dengan buret kapasitas 25,0 ml 2.2.2.3. Cara titrasi.
  • Zat yang akan di titrasi disebut sebagai titrat (ditampung dalam

  Erlenmeyer), sedangkan larutan yang digunakan untuk menitrasi disebut sebagai titran (dimasukkan ke dalam buret). Posisi tangan pada saat titrasi ditunjukkan seperti gambar di bawah.

  Gambar 23 Posisi tangan saat titrasi

  2.3.1. Alat

  a. Seperangkat peralatan untuk peragaan teknik dasar kimia

  b. Seperangkat peralatan untuk peragaan teknik dasar titrasi

  2.3.2. Bahan

  a. Aquades

  b. Bahan lain untuk mendukung peragaan

  2.4. Prosedur

  a. Setiap peragaan yang diperlihatkan oleh pembimbing praktikum diamati dengan baik b. Setiap peragaan yang diperintahkan oleh pembimbing praktikum dilakukan dengan baik

  2.5. Lembar Kerja Siswa Nama Siswa : ……………………………. Pembimbing : …………………..

  NIS : ……………………………. Paraf : …………………..

  Tangan kiri memegang & mengatur kran buret Tangan kanan memegang dan mengocok/memutar gelas Erlenmeyer Kertas putih untuk alas Tambahkan titran sedikit

2.3. Alat Dan Bahan

  Tanggal : ……………………………..

  2.5.1. Tugas Pendahuluan

  a. Bacalah dengan seksama teori dasar pada bagian dari bab ini!

  b. Tulislah pertanyaan-pertanyaan yang tidak dimengerti dari penjelasan pada teori dasar dan dibawa sebagai persyaratan sebelum praktikum!

  2.5.2. Hasil Kegiatan

BAB III ORGANOLEPTIK DAN REAKSI KERING

  3.1. TUJUAN

  Pada akhir kegiatan praktikum, siswa dapat memiliki kompetensi dengan indikator:

  1. Uji kering dapat dilakukan dengan benar

  2. Uji Organoleptis dapat dilakukan dengan benar

  3.2. DASAR TEORI

  Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 terdapat sejumlah uji yang dapat dilakukan dalam keadaan kering yakni tanpa melarutkan contoh. Pengujian ini dapat dilakukan dengan :

  a. Organoleptis Setiap zat mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan beberapa di antaranya ada yang menjadi ciri khas tersendiri yang dapat dimanfaatkan sebagai indikasi dalam identifikasi zat tersebut. Dengan menggunakan panca indra secara langsung, kita dapat mengenali beberapa zat yang mempunyai ciri khas mulai dari wujud, bentuk serbuk,bau, warna, serta rasa dari zat tersebut. Pada umumnya kumpulan dari berbagai karakteristik tersebut ditetapkan dalam daftar monografi yang dapat dilihat pada farmakope sebagai uji pendahuluan. Dengan adanya uji pendahuluan maka akan memudahkan identifikasi suatu zat terutama senyawa obat pada tahapan berikutnya.

  b. Pemanasan Beberapa zat dapat memberikan menunjukkan sifat-sifat tertentu yang muncul saat zat dipanaskan. Sifat-siat yang muncul tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengenali zat tersebut dalam upaya identifikasi suatu zat. Meskipun tidak semua zat menunjukkan ciri khas saat dipanaskan, beberapa zat dapat dikenali setelah menunjukkan perubahan warna, wujud, bau dan sifat-sifat lain seperti dapat terjadi sublimasi, pelelehan, atau penguraian yang disertai perubahan warna, atau dapat dibebaskan suatu gas yang dapat dikenali dari sifat-sifat khas tertentu saat dipanaskan.

  Sejumlah zat dimasukkan ke dalam sebuah tabung pengapian (tabung bola) yang terbuat dari pipa kaca lunak untuk dapat dengan mudah diamati saat dipanaskan, kemudian dipanaskan dalam sebuah nyala bunsen. Mula-mula dengan nyala kecil kecil kemudian dengan nyala yang lebih kuat agar perubahan yang terjadi tidak ada yang terlewat. Tabung reaksi kecil, 60-70 mm x 7-8mm, yang mudah diperoleh dan murah dapat juga dipakai.

  c. Uji Nyala Beberapa zat dapat memberikan ciri khas yang unik yaitu memberikan warna nyala yang tajam pada saat terbakar. Halaman ini menguraikan bagaimana melakukan sebuah uji nyala untuk berbagai ion logam dan secara ringkas menjelaskan bagaimana warna nyala bisa terbentuk. Uji nyala digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan ion logam dalam jumlah yang relatif kecil pada sebuah senyawa. Tidak semua ion logam menghasilkan warna nyala. Untuk senyawa-senyawa Golongan 1 pada sistem periodik unsur, uji nyala biasanya merupakan cara yang paling mudah untuk mengidentifikasi logam mana yang ter- dapat dalam senyawa. Untuk logam-logam lain, biasanya ada metode mudah lainnya yang lebih dapat dipercaya - meski demikian uji nyala bisa memberikan petunjuk bermanfaat seperti metode mana yang akan dipakai. Untuk ini maka perlu mengetahui struktur nyala bunsen tak terang. C nona mengoksid atas (d) A E D F nona temperatur bawah (a) nona mereduksiatas (e) nona mereduksi bawah (f) nona mengoksidbawah (c) Bagian terpanas nyala (b) B

  Gambar 24 Struktur Nyala Bunsen

  Temperatur yang terendah adalah pada dasar nyala (a), ini dimanfaatkan untuk menguji nyala dari zat-zat atsiri. Bagian terpanas nyala adalah zona dan juga melengkapi (a) dalam menguji keatsirian relatif dari campuran zat-zat. Zat mengoksid bawah terletak ada batas luar (b) dan dapat digunakan untuk mengoksid zat-zat yang terlarut dalam manik borak, natrium karbonat atau garam mikroskopik. Zat mengoksid atas (d), daerah ini digunakan untuk semua proses oksidasi yang tidak diperlukan temperatur tinggi. Zona reduksi atas (e) adalah ujung kerucut biru dalam. Daerah ini berguna untuk mereduksi oksida kerak menjadi logam. Zona mereduksi bawah (f) berguna untuk mereduksi boraks lelehan.

3.3. ALAT DAN BAHAN

  3.3.1. Organoleptis

  Alat : kaca arloji, tabung reaksi, spatula, pipet tetes Bahan : beberapa zat kimia padat dan zat kimia cair

  3.3.2. Uji Pemanasan

  3.3.3. Uji nyala

  Alat : 1. kawat Ni-krom 3. penjepit tabung reaksi

  2. Tabung reaksi 4. lampu spiritus atau Bunsen Bahan : zat padat atau larutan zat yang diperiksa

3.4. PROSEDUR

  3.4.1. Organoleptis

  a. sejumlah zat padat diletakkan pada kaca arloji untuk bahan padat

  b. jika zat yang diperiksa cairan maka dimasukkan zat cair tersebut secukupnya ke dalam tabung reaksi.

  c. Berbagai karakteristik zat diamati seperti warna, bentuk kristal dan bau dari tiap-tiap zat

  3.4.2. Uji Pemanasan

  a. Sejumlah zat yang sudah disiapkan pengawas praktikum dimasukkan ke dalam tabung reaksi b. Panaskan zat tersebut dengan api spiritus atau api bunsen yang dapat diatur besar kecilnya api dan mulai dari api kecil

3.4.3. Uji Nyala

  a. Kawat Ni-krom dicelupkan ke dalam HCl pekat dan dibakar pada nyala api oksidasi sampai tidak timbul warna nyala sebagai tanda bahwa kawat telah terbebas dari zat yang mempengaruhi reaksi nyala

  b. Kawat Ni-krom tersebut ditusukkan ke dalam padatan atau dicelupkan ke dalam larutan zat yang diperiksa dan kemudian dibakar kembali pada nyala api oksidasi.

  c. Warna nyala yang timbul diamati dan dicatat.

  3.5. LEMBAR KERJA SISWA Nama Siswa : ……………………………. Pembimbing : …………………..

  NIS : ……………………………. Paraf : ………………….. Judul Praktikum : REAKSI KERING DAN ORGANOLEPTIS Tanggal : ……………………………..

  3.6. Tugas Pendahuluan

  3.7. Hasil Pengamatan

3.7.1. Organoleptis

  1 CuSO 4

  2 FeSO 4

  3 FeCl 3

  Karakteristik lainnya

  5 MgSO 4

  6 K 2 CrO 4

  7 K 2 CrO 7

  8 K 3 Fe(CN) 6

  9 NaOH

  10 KMnO 4

  11 Vaselin album

  12 Vaselin flavum

  13 Adeps lanae

  No Zat (Senyawa) padat & semipadat Bentuk Warna Bau

  4 NiSO 4

  15

  10 Oleum Mentha Piperita

  5 Sr2+

  4 Ba2+

  3 Ca2+

  2 K+