Efektivitas Peran dan Kinerja Direktorat

Efektivitas Peran dan Kinerja Direktorat
Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri
Republik Indonesia dalam Mensosialisasikan
ASEAN Community 2015
Rizki Damayanti
Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Paramadina,
Jakarta

ABSTRAK
Sejalan dengan tujuan mencapai integrasi yang lebih kuat, ASEAN, kemudian
berupaya untuk merealisasikan pembentukan ASEAN Community. Penelitian
ini bertujuan untuk melihat seberapa efektif peran dan kinerja Direktorat
Diplomasi Publik di Departemen Luar Negeri Republik Indonesia dalam
upaya untuk mensosialisasikan ASEAN Community 2015. Penelitian ini
dilakukan pada publik di kota Jakarta melalui penyebaran kuesioner dan
wawancara. Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa peran dan
kinerja Direktorat Diplomasi Publik, masih belum optimal. Penelitian ini juga
menenukan bahwa dukungan publik dalam proses pembuatan kebijakan
pemerintah, masih sangat lemah. Oleh karena itu, optimalisasi peran dan
kinerja Direktorat Diplomasi Publik, perlu ditingkatkan.
Kata-Kata Kunci: ASEAN Community 2015, Direktorat Diplomasi Publik,

Diplomasi Publik.
In line with the goal of further integration, ASEAN, concentrates on framing
an ASEAN Community. This study aimed to see how effective the role and
performance of the Directorate of Public Diplomacy at the Department of
Foreign Affairs of the Republic of Indonesia in an effort to promote ASEAN
Community 2015. This study is generally done where the population is located,
namely Jakarta. Thus, distributing questionnaires or interviews to the
community of Jakarta. Through this research, it can be concluded that the role
and performance of the Directorate of Public Diplomacy, still not optimal. This
research also concluded that the public support of the government's policymaking process, is still very weak. Therefore, the optimization of the role and
performance of the Directorate of Public Diplomacy, needs to be improved.
Keywords: ASEAN Community 2015, Directorate of Public Diplomacy, Public
Diplomacy.

109

Rizki Damayanti

Tidak dapat dipungkiri pembahasan dinamika politik internasional
masa kini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari arus

globalisasi yang kian menghantam dunia. Globalisasi telah merubah
tatanan sistem internasional termasuk pola interaksi aktor-aktor
didalamnya. Proses transformasi ruang dan waktu yang didorong
revolusi teknologi dan komunikasi membuat interaksi dan
ketergantungan antar berbagai aktor, baik aktor negara maupun nonnegara menjadi tidak terelakkan bahkan seakan mutlak ada. Hal ini
dikarenakan globalisasi telah memberikan kesempatan kepada sebagian
besar individu untuk dapat berinteraksi dengan individu lain tanpa
adanya batasan ruang dan waktu (transformation of space and time)
(Giddens 1999). Globalisasi juga menimbulkan berbagai konsekuensi
dan tuntutan bagi setiap individu yang terlibat didalamnya. Munculnya
pengakuan secara luas bahwa dunia menjadi “smaller” dan “borderless”
yang ditandai dengan adanya inovasi dalam teknologi komunikasi serta
arus informasi global instan telah menciptakan ilusi, dan kadang-kadang
realitas, dalam masyarakat global. Ilmu dan teknologi sulit dan bahkan
mustahil untuk dinyatakan dalam batas-batas nasional (Dugis 2010).
Realitanya, globalisasi memang “opening up our view of the world”
dalam pengertian bahwa globalisasi telah membuka mata dan
pemahaman masyarakat global mengenai kompleksitas dan berbagai hal
yang ada di dunia. Salah satu wujud tata hubungan global saat ini
mengarah kepada regionalisme yang ditandai dengan terbentuknya

blok-blok regional termasuk keberadaan Association of Southeast Asia
Nations (ASEAN) di kawasan Asia Tenggara yang beranggotakan 10
negara yaitu
Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura,
Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Brunei Darussalam. Dalam
perkembangannya sejak didirikan tahun 1967, ASEAN menyepakati
untuk mengembangkan sebuah kawasan yang terintegrasi dengan
membentuk suatu komunitas negara-negara Asia Tenggara yang
terbuka, damai, stabil dan sejahtera, saling peduli, diikat bersama dalam
kemitraan yang dinamis di tahun 2020 (Wahid 2008). Harapan tersebut
dituangkan dalam Visi ASEAN 2020 di Kuala Lumpur pada tahun 1997.
Untuk merealisasikan harapan tersebut, ASEAN kemudian
mengesahkan Bali Concord II pada KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003
yang menyetujui pembentukan ASEAN Community (Komunitas
ASEAN) dimana target tersebut kemudian dipercepat menjadi tahun
2015. Ada 3 pilar yang disepakati sebagai bagian dari pembentukan
ASEAN Community 2015, yaitu ASEAN Economic Community (AEC),
ASEAN Political Security Community (APSC) dan ASEAN SocioCultural Community (ASCC) (Jones & Smith 2007).
Sebagai salah satu negara kunci di kawasan Asia Tenggara sekaligus
sebagai Ketua ASEAN di tahun 2011, Indonesia dituntut tampil optimal

dalam proses regional tersebut. Tetapi peran ini hanya dapat dilakukan

110

Global & Strategis, Th. 8, No. 1

Efektivitas Peran dan Kinerja Direktorat Diplomasi Publik DEPLU RI

bila Indonesia memperlihatkan kemajuan berarti dalam proses
demokrasi dan menjaga stabilitas dalam negeri. Jika dilihat dari sisi
potensi ekonomi, Indonesia merupakan salah satu emerging country
yang saat ini menjadi salah satu kekuatan ekonomi ASEAN, dimana
rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,3% jika dibandingkan
dengan Malaysia 5,4%, Thailand 5%, Singapura 1,2%, Filipina 6,6%, dan
Vietnam 5,7% (Wanandi 2008).
Dari sisi jumlah penduduk, Indonesia adalah negara berpenduduk
terbesar yakni 247 juta jiwa sebagai pasar potensial dan tenaga kerja.
Prospek Indonesia sebagai negara dengan perekonomian nomor 16 di
dunia, nomor 4 di Asia setelah China, Jepang dan India, serta terbesar di
Asia Tenggara, semakin menjanjikan karena didukung oleh

melimpahnya sumber daya alam, pertumbuhan konsumsi swasta dan
iklim investasi yang makin kondusif. Itu, sebabnya Indonesia diprediksi
bersama negara-negara Brazil, Rusia, India dan China (BRIC) akan
mendominasi Pendapatan Domestik Brutto (PDB) dunia dengan share
lebih dari 50% pada tahun 2025 dimana PDB perkapita Indonesia
diperkirakan akan mencapai sekitar US$ 15.000 (Wanandi 2008).
Semua prediksi diatas ternyata tidaklah mudah untuk diwujudkan.
Indonesia menghadapi banyak tantangan untuk mencapainya. Salah
satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia
terkait kesiapan dalam menghadapi ASEAN Community 2015 adalah
menyangkut kesiapan masyarakat Indonesia untuk terintegrasi dalam 3
pilar ASEAN Community tersebut. Fakta menunjukkan masih banyak
masyarakat Indonesia yang bahkan belum memahami konteks dan
urgensitas ASEAN Community 2015.
Berlandaskan pada kondisi diatas, penelitian ini akan berupaya
menjawab seberapa efektif peran dan kinerja pemerintah, dalam hal ini
terfokus pada Direktorat Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri
Republik Indonesia dalam upaya mensosialisasikan ASEAN Community
2015. Hal ini penting dilakukan, mengingat peranan publik sebagai
aktor-aktor baru hubungan internasional dalam hal ini tidak dapat

diabaikan begitu saja. Penelitian ini juga akan berupaya menjawab
seberapa besar dukungan publik dalam proses decision making
pemerintah Indonesia terkait ASEAN Community 2015 mengingat
dukungan publik dalam politik luar negeri menjadi sesuatu yang sifatnya
mutlak dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan diplomasi suatu
negara.

Global & Strategis, Januari-Juni 2014

111

Rizki Damayanti

Peran Direktorat Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri
Republik Indonesia dalam Mensosialisasikan ASEAN
Community 2015
Departemen Luar Negeri (Deplu) memiliki signifikansi peran dan fungsi
dalam merespon dan menjembatani kehidupan domestik suatu negara
dengan dunia internasional. Deplu sebagai bagian dari pemerintah,
tidak hanya merepresentasikan suatu negara dalam hubungan

internasional, tetapi juga berperan dalam merumuskan kebijakankebijakan negara dengan merespon berbagai permasalahan dan isu dari
dalam maupun luar negeri (Badri 1994).
Sebagai ujung tombak implementasi hubungan internasional Indonesia,
Deplu RI dituntut untuk senantiasa beradaptasi dengan dinamika
internasional demi mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam
GBHN dan UUD 1945. Untuk menjawab tantangan dan dinamika
internasional tersebut, Deplu RI pada 1 Februari 2002 lalu berdasarkan
Keputusan Menteri Luar Negeri No. 053 membentuk Direktorat
Diplomasi Publik yang berfungsi membantu Deplu RI untuk lebih
memasyarakatkan kebijakan luar negeri Indonesia kepada seluruh
lapisan masyarakat dalam dan luar negeri. Diharapkan melalui peran
dan eksistensi Direktorat Diplomasi Publik, Indonesia dapat lebih
berperan aktif dalam menggalang dukungan terhadap setiap
pelaksanaan politik luar negeri dan diplomasi demi tercapainya
kepentingan nasional RI.
Dengan melakukan diplomasi publik, berarti Deplu RI tidak hanya
menggunakan first track diplomacy melalui perwakilan diplomatik
resmi antar negara (government-to-government) tetapi juga
menggunakan second track diplomacy melalui aktor-aktor non
pemerintah secara tidak resmi (unofficial). Dalam melaksanakan peran

diplomasi publik, Deplu RI dapat melakukan serangkaian program
kegiatan seperti seminar dan kuliah umum kepada civitas akademik di
perguruan tinggi, misi pertukaran kebudayaan, program beasiswa,
menyelenggarakan dialog dan diskusi, dan lain-lain.
Ada beberapa tujuan dan alasan kuat yang melandasi peran dan kinerja
Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI dalam menjalankan perannya,
yaitu: (1) Publik dalam maupun luar negeri adalah aktor yang amat
berpengaruh terhadap kesuksesan diplomasi sebuah negara; (2) Adanya
internasionalisasi
dari
permasalahan-permasalahan
domestik
dikarenakan arus globalisasi sehingga diplomasi harus bergerak secara
dinamis dan kreatif diantara isu-isu domestik maupun internasional; (3)
Kemudahan, kecepatan dan ketepatan publik dalam mengakses segala
data dan informasi, membuat diplomasi harus juga memiliki
kemampuan dalam mengakses dan menyediakan secara cepat dan

112


Global & Strategis, Th. 8, No. 1

Efektivitas Peran dan Kinerja Direktorat Diplomasi Publik DEPLU RI

akurat; (4) Citra atau image sebuah negara sangat bergantung dengan
kinerja dan persepsi negara tersebut yang muncul di benak publik; (5)
Pentingnya membina hubungan yang erat dengan masyarakat dari
negara lain, saat ini menjadi semakin penting seperti halnya menjalin
hubungan dengan pemerintah negara lain tersebut; (6) Kepentingan
nasional tidak bisa lagi secara maksimal tercapai apabila hanya
mengandalkan sarana atau diplomatic tools yang konvensional dan
klasik seperti communiques, demarches, dan aid memoires, tetapi harus
juga dilengkapi sarana atau tools serta strategi yang dirumuskan melalui
diplomasi kepada publik; dan (7) Kesuksesan dalam pelaksanaan
diplomasi, salah satunya tergantung dari sejauhmana memelihara
sebuah dialog atau hubungan dua arah dan secara timbal balik dengan
publik.
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu penelitian yang
bermaksud untuk memecahkan permasalahan yang diselidiki dengan

melukiskan dan menganalisis keadaan subyek dan objek penelitian
berdasarkan fakta-fakta yang dikumpulkan (Koentjaraningrat 1985).
Semua data yang terkumpul akan menjadi kunci pemecahan
permasalahan atau pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei, yaitu
penggunaan sampel dari suatu populasi tertentu dengan membagikan
kuesioner atau melakukan wawancara kepada subjek penelitian untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan (Newman 2000).
Jenis kuesioner yang diajukan adalah kuesioner tertutup dengan skala
Likert yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang (Karsadi 2002). Kuesioner
tertutup adalah kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih pada kolom yang sudah disediakan dengan
memberi tanda. Alasan digunakannya kuesioner tertutup adalah (1)
memberikan kemudahan kepada responden dalam memberikan
jawaban; (2) jenis kuesioner ini lebih praktis dan sistematis; dan (3)
keterbatasan biaya dan waktu untuk menyelesaikan penelitian ini.
Kuesioner dengan skala Likert adalah instrumen yang umumnya
digunakan untuk meminta responden agar memberikan respon
terhadap beberapa pernyataan dengan menunjukkan apakah responden

sangat setuju, setuju, tidak menentukan, tidak setuju, sangat tidak
setuju terhadap tiap-tiap pernyataan, atau memberikan bobot
berdasarkan prioritas tertentu yang diyakini oleh responden.
Pengertian dari populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek yang
akan diteliti (Suhartono 1995). Dalam hal ini, peneliti menempatkan

Global & Strategis, Januari-Juni 2014

113

Rizki Damayanti

masyarakat Jakarta untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Dari
keseluruhan jumlah subjek penelitian, diambil sejumlah subjek sebagai
sampel penelitian. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti
dan dianggap menggambarkan populasinya (Suhartono 1995). Guilford
dan Fruchter kemudian menyatakan bahwa dengan jumlah subjek
minimal 30 orang, maka kurva akan selalu kembali menunjuk kurva
normal (Fruchter dan Guilford 1981). Menurut Kerlinger, untuk
kelompok yang besar, sampel dapat diambil sebanyak 30 atau lebih
sehingga akan lebih mewakili populasi (Kerlinger 1996). Berdasarkan
pernyataan tersebut, maka dalam penelitian ini, hanya akan digunakan
jumlah responden sebanyak 100 orang. Kemudian sampel akan diambil
dengan menggunakan teknik convenience sampling yang merupakan
teknik pengambilan sampel dengan subjek yang bersedia dan mau
memberikan respon (Newman 2000).
Setelah data terkumpul melalui kuesioner, selanjutnya dilakukan
kegiatan menganalisis data. Kegiatan ini terdiri atas tiga tahap, yaitu: (1)
Tahap persiapan, pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan antara
lain: (1) mengecek nama dan kelengkapan identitas responden,
memeriksa isi instrumen pengisian data dan mengecek isian data; dan
(2) tahap tabulasi kegiatan: pada tahap ini dilakukan pengelompokan
data kedalam tabel frekuensi untuk mempermudah dalam menganalisa.
Kegiatan tabulasi, antara lain: coding, yaitu pembahasan kode untuk
setiap data yang telah di edit, scoring, yaitu pemberian skor terhadap
jawaban responden. Pada penelitian ini digunakan skala Likert yang
sudah dimodifikasi. Dalam skala Likert, jawaban yang diberikan diberi
pembobotan nilai, dan tahap penerapan data. Setelah diperoleh jawaban
berdasarkan pembobotan, maka dilakukan tabulasi dengan menghitung
frekuensi (presentase) pada masing-masing jawaban. Alat bantu yang
dibutuhkan untuk mengolah data statistik (frekuensi dan presentase)
adalah software program SPSS.
Pada tahap ini, telah disebarkan kuesioner kepada 100 responden.
Kuesioner tahap ini terdiri dari dua bagian, yaitu data kontrol dan
kuesioner. Data kontrol berguna untuk mendapatkan gambaran
mengenai responden, yaitu mengenai jenis pekerjaan, tingkat
pendidikan dan jenis kelamin. Namun untuk tetap menjaga anonimitas
dan kerahasiaan, maka nama responden tidak termasuk dalam data
kontrol. Gambaran responden tahap ini adalah sebagai berikut:

114

Global & Strategis, Th. 8, No. 1

Efektivitas Peran dan Kinerja Direktorat Diplomasi Publik DEPLU RI

Sumber: Hasil Olahan Data.

Sumber: Hasil Olahan Data.

Global & Strategis, Januari-Juni 2014

115

Rizki Damayanti

Sumber: Hasil Olahan Data.

Hasil Penelitian
Menjawab pertanyaan penelitian mengenai efektifitas peran dan kinerja
Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI dalam mensosialisasikan ASEAN
Community 2015 serta berupaya menjawab seberapa besar dukungan
masyarakat dalam proses decision making pemerintah Indonesia terkait
ASEAN Community 2015, peneliti telah menetapkan sejumlah isu yang
kemudian diajukan kepada para responden untuk diketahui opini dan
rekomendasinya. Isu-isu tersebut adalah, (1) aktivitas sosialisasi
Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI terkait ASEAN Community 2015;
(2) kejelasan program dan strategi kerja Direktorat Diplomasi Publik
Deplu RI terkait sosialisasi ASEAN Community 2015; (3) kebutuhan
publik akan sosialisasi ASEAN Community 2015; (4) manfaat sosialiasi
ASEAN Community 2015 oleh Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI;
(5) evaluasi bobot materi dan waktu sosialisasi Direktorat Diplomasi
Publik Deplu RI terkait ASEAN Community 2015; dan (6) evaluasi
dukungan publik dalam proses decision making pemerintah Indonesia
terkait ASEAN Community 2015.
Dari hasil interview dan pengisian kuesioner, diperoleh informasi dalam
merumuskan jawaban terhadap pertanyaan penelitian.
Aktivitas Sosialisasi Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI
terkait ASEAN Community 2015
Informasi yang didapat dari para responden terkait dengan aktivitas
sosialisasi Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI terkait ASEAN

116

Global & Strategis, Th. 8, No. 1

Efektivitas Peran dan Kinerja Direktorat Diplomasi Publik DEPLU RI

Community 2015 menunjukkan bahwa mayoritas responden
menganggap bahwa hal tersebut sangat minim, aktivitas sosialisasi
hanya diketahui kalangan tertentu saja. Tingginya persentase responden
yang menyatakan bahwa aktivitas sosialisasi hanya diketahui oleh
kalangan terbatas, mengindikasikan lemahnya upaya dari Direktorat
Diplomasi Publik Deplu RI dalam melakukan diplomasi publik yang
efektif.
Gambar 1: Aktivitas Sosialisasi Direktorat Diplomasi Publik
Deplu RI terkait ASEAN Community 2015.

Sumber: Hasil Olahan Data.

Kejelasan Program dan Strategi Kerja Direktorat Diplomasi
Publik Deplu RI terkait Sosialisasi ASEAN Community 2015
Penelitian ini juga menemukan bahwa lemahnya aspek aktivitas
sosialiasi Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI terkait ASEAN
Community 2015, juga mengakibatkan lemahnya pemahaman publik
terhadap konsep dan strategi dari Direkrorat Diplomasi Publik. Artinya,
harapan agar strategi diplomasi publik dapat dipahami menjadi semakin
sulit karena pada fase “awareness” atau kesadaran atas eksistensi
aktivitas sosialiasi dari Direktorat Diplomasi Publik itu saja sudah
sangat minim.

Global & Strategis, Januari-Juni 2014

117

Rizki Damayanti

Gambar 2: Kejelasan Program dan Strategi Kerja Direktorat
Diplomasi Publik Deplu RI terkait Sosialisasi ASEAN
Community 2015.

Sumber: Hasil Olahan Data.

Kebutuhan Publik akan Sosialisasi ASEAN Community 2015
Gambar 3: Kebutuhan
Community 2015.

Publik

akan

Sosialisasi

ASEAN

Sumber: Hasil Olahan Data.

Informasi yang didapat dari para responden terkait dengan kebutuhan
publik akan sosialisasi ASEAN Community 2015 menunjukkan bahwa

118

Global & Strategis, Th. 8, No. 1

Efektivitas Peran dan Kinerja Direktorat Diplomasi Publik DEPLU RI

mayoritas responden menganggap bahwa hal tersebut sangat diperlukan
terutama dalam upaya kesiapan menghadapi ASEAN Community 2015.
Manfaat Sosialiasi ASEAN Community 2015 oleh Direktorat
Diplomasi Publik Deplu RI
Mayoritas responden menyatakan bahwa sosialisasi ASEAN Community
2015 oleh Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI sangat diperlukan.
Kondisi ini berkorelasi erat dengan pandangan responden terkait
manfaat sosialisasi ASEAN Community 2015. Faktor menumbuhkan
kesadaran (awareness) dikalangan publik terkait urgensi ASEAN
Community 2015 dan meningkatkan kesiapan dalam kompetisi regional
dan global sebagai dampak diberlakukannya ASEAN Community 2015,
merupakan faktor utama dan kedua yang dinyatakan responden sebagai
manfaat terbesar dari dilakukannya sosialiasi ASEAN Community 2015
oleh Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI.
Gambar 4: Manfaat Sosialiasi ASEAN Community 2015 oleh
Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI.

Sumber: Hasil Olahan Data.

Evaluasi Bobot Materi dan Waktu Sosialisasi Direktorat
Diplomasi Publik Deplu RI terkait ASEAN Community 2015
Mayoritas responden menyatakan bahwa bobot materi dan waktu
sosialiasi ASEAN Community 2015 oleh Direktorat Diplomasi Publik
Deplu RI masih belum memberikan pencapaian yang optimal. Hal ini
mengindikasikan bahwa sosialisasi ASEAN Community 2015 oleh

Global & Strategis, Januari-Juni 2014

119

Rizki Damayanti

Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI dipandang responden tidak hanya
cukup dilakukan melalui jalur formal (government to government),
melainkan harus juga melibatkan diplomasi multi-jalur (multi-track
diplomacy).
Gambar 5: Evaluasi Bobot Materi dan Waktu Sosialisasi
Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI terkait ASEAN
Community 2015.

Sumber: Hasil Olahan Data.

Gambar 6: Efektivitas Website Deplu sebagai Salah Satu
Media Informasi/Penghubung antara Kebijakan Deplu RI
dengan Publik.

Sumber: Hasil Olahan Data.

120

Global & Strategis, Th. 8, No. 1

Efektivitas Peran dan Kinerja Direktorat Diplomasi Publik DEPLU RI

Mayoritas responden juga menyatakan bahwa website Deplu yang
seharusnya berfungsi sebagai salah satu media informasi/penghubung
dalam penyampaian kebijakan Deplu RI dengan publik, dianggap
kurang berhasil mencapai sasaran. Sementara penyelenggaraan seminar
dan workshop, dianggap sebagai aktivitas yang paling berhasil
dilakukan untuk mengoptimalkan peran Direktorat Diplomasi Publik
Deplu RI dalam mensosialiasikan ASEAN Community 2015.
Gambar 7: Aktivitas-aktivitas Sosialiasi ASEAN Community
2015 oleh Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI yang
dianggap akan Optimal untuk Dilakukan.

Sumber: Hasil Olahan Data.

Evaluasi Dukungan Publik dalam Proses Decision Making
Pemerintah Indonesia terkait ASEAN Community 2015
Mayoritas responden menyatakan bahwa keterlibatan dan dukungan
publik dalam proses decision-making pemerintah Indonesia terkait
ASEAN Community 2015, sangat minim. Transparansi dan akses publik
untuk terlibat dalam proses decision-making pemerintah Indonesia
perlu dibenahi.

Global & Strategis, Januari-Juni 2014

121

Rizki Damayanti

Gambar 8: Evaluasi Dukungan Publik dalam Proses Decision
Making Pemerintah Indonesia terkait ASEAN Community
2015.

Sumber: Hasil Olahan Data.

Simpulan
Menghadapi ASEAN Community 2015 yang segera akan disongsong
dalam beberapa tahun kedepan, maka sosialisasi kepada publik terkait
peluang dan tantangan yang akan dihadapi merupakan sebuah tuntutan
yang tidak bisa ditunda lagi. Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI
bertanggungjawab untuk membangun hubungan yang harmonis dan
sinergis, baik secara horizontal dan vertikal dengan membangun
hubungan yang konstruktif dengan elemen non-pemerintah dimulai dari
civitas akademika perguruan tinggi, agamawan, budayawan, usahawan,
media massa, organisasi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat,
organisasi kepemudaan, tokoh-tokoh masyarakat dan lapisan publik
secara menyeluruh. Dengan melakukan diplomasi publik, berarti Deplu
RI tidak hanya menggunakan first track diplomacy yaitu diplomasi
melalui perwakilan diplomatik resmi antar negara (government-togovernment) tetapi juga menggunakan second track diplomacy yaitu
melalui aktor-aktor non pemerintah secara tidak resmi (unofficial).
Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa peran dan kinerja
Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI, dirasa belum optimal, baik dari
sisi aktivitas sosialisasi maupun terkait bobot dan materi sosialisasi.
Penelitian ini juga memperoleh simpulan bahwa dukungan publik dalam
proses decision-making kebijakan pemerintah, sangat lemah.

122

Global & Strategis, Th. 8, No. 1

Efektivitas Peran dan Kinerja Direktorat Diplomasi Publik DEPLU RI

Saran
Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian awal mengenai
efektifitas peran dan kinerja Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI
terkait sosialisasi ASEAN Community 2015 serta evaluasi seberapa besar
dukungan publik dalam proses decision making pemerintah Indonesia
terkait ASEAN Community 2015. Oleh karena itu, sejumlah temuan dari
penelitian ini dapat dielaborasi lebih lanjut melalui penelitian-penelitian
lain. Penelitian lain tersebut, bukan saja dimaksudkan untuk melakukan
verifikasi dan konfirmasi pada temuan penelitian ini, namun juga untuk
memberikan rekomendasi yang lebih konkrit terkait dengan peran dan
kinerja Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI sehingga dapat
memberikan kontribusi pada pencapaian optimalisasi peran dan kinerja
Direktorat Diplomasi Publik Deplu RI.

Daftar Pustaka
Buku
Badri, Jusuf, 1994. Kiat Diplomasi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Creswell, John W, 2005. Educational Research: Planning, Conducting,
and Evaluating Qualitative and Quantitative Research. Pearson
Higher Education.
Giddens, A, 1999. The Third Way: The Renewal of Social Democracy.
Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka.
Guilford, JP & Fruchter, B, 1981. Fundamental Statistic in Psychology
and Education. Singapore:
McGraw Hill.
Karsadi, A, 2002. Metodologi Penelitian Sosial dan Bisnis. Jakarta:
Universitas Prof. DR.
Moestopo.
Kerlinger, FN, 1996. Asas-asas Penelitian Behaviorall. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Koentjaraningrat, 1985. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka
Utama.
Newman, WL, 2000. Social Research Methods: Qualitative and
Quantitative Approaches.
Needham Heights, MA: Allyn and
Bacon.
Suhartono I, 1995. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian
Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Wahid, Abu. N.M, 2008. The Asean Region in Transition: A
Socioeconomic Perspective.
Ashgate Publishing

Global & Strategis, Januari-Juni 2014

123

Rizki Damayanti

Jurnal
Dugis, Vinsensio M.A, 2010. “Defining Nationalism in the Era
Globalization”, Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik, 12 (2):
51-57.
Jones, David Martin & Michael L. R Smith, 2007. “Making Process, Not
Progress: ASEAN and the Evolving East Asian Regional Order”,
International Security, 32 (1): 148-184.
Koran
Wanandi, Yusuf, 2008. “ASEAN dan Kebijakan RI“, Kompas, 25 Juli,
hlm 5.

124

Global & Strategis, Th. 8, No. 1