Kesalahan Ejaan dan Tanda Baca EYD (1)

Kesalahan Ejaan dan Tanda Baca
Nunung Triyana

Pendahuluan
Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi ujaran atau bahasa
adalah satu bunyi ujaran yang membedakan arti dilambangkan dengan satu lambang
tertentu. Lambang yang dipakai untuk mewujudkan bunyi ujaran itu biasa disebut
huruf. Dengan huruf-huruf itulah manusia dapat menuliskan gagasan yang semula
hanya disampaikan secara lisan.
Keseluruhan peraturan tentang cara menggambarkan lambang-lambang
bunyi ujaran dalam suatu bahasa termasuk masalah yang dibicarakan dalam ejaan.
Yang dimaksud dengan ejaan adalah cara melafalkan dan menuliskan huruf, kata,
unsur serapan, dan tanda baca. Bahasa Indonesia menggunakan ejaan fonemik, yaitu
hanya satu bunyi yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan
berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan huruf. Jumlah lambang
yang diperlukan tidak terlalu banyak.
Sampai sekarang sudah hampir tiga puluh tujuh tahun kita menggunakan
ejaan baru yang diresmikan oleh Bapak Presiden kita pada tanggal 16 Agustus 1972,
yaitu Ejaan Van Ophuysen (1901) dan Ejaan Republik (1947). Ejaan yang berlaku
dalam bahasa Indonesia sekarang menganut sistem ejaan fonemik, yaitu satu tanda
(huruf) satu bunyi. Namun, sampai hari ini masih banyak sekali kesalahan yang

dibuat orang dalam menuliskan kata atau kalimat. Penggunaan huruf kapital dan

huruf kecil, penggunaan koma, titik koma, titik dua, dan penulisan kata gabung yang
terpisah masih saja kacau. Hal ini tentu saja disebabkan oleh kekurangan dalam
penguasaan ejaan.
Soal ejaan bukanlah soal yang sukar. Sekali kita menguasai cara menuliskan
kata atau kalimat dengan baik, seterusnya kita tidak akan me,buat kesalahankesalahan. Oleh sebab itu, kita dituntut untuk memberikan perhatian terhadap cara
penulisan yang benar, apalagi bila pekerjaan kita dalam tulis-menulis. Tanpa
mempelajarinya dengan sengaja, kita tidak akan pernah menguasainya dengan baik.

Pembahasan
A.

Pelafalan
Salah satu yang diatur dalam ejaan adalah cara pelafalan atau cara
pengucapan dalam bahasa Indonesia. Ketentuan pelafalan yang berlaku dalam
bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia
harus diucapkan atau dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal
atau ucapan dalam nahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan. Contoh:
Tulisan


Lafal yang salah

Lafal yang benar

Teknik

tehnik

teknik / t e k n i k /

Tegel

tehel

tegel / t e g e l /

Energi

enerhi, enersi, enerji


energi / e n e r g i

Masalah atau kesalahan lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah
mengenai

singkatan

kata

dengan

huruf.

Sebaiknya

pemakaian

bahasa


memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang sudah dibakukan dalam ejaan.
Contohnya sebagai berikut:
Tulisan

Lafal yang salah

Lafal yang benar

TV

/tivi/

/ te ve /

MTQ

/ emtekyu /

/ em te ki /


Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai pemakaian dan
pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan
pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hokum, lembaga, kota, sungai,
gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali

ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang dimaksud adalah pertimbangan adat,
hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan kebebasan memilih apakah mengikuti
Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang disempurnakan. Jadi, melafalkan
nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang tertulis, bergantung
pada pemilik nama tersebut.
Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman,
atau nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama
tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai
dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari para
pakar yang bersangkutan. Contohnya sebagai berikut:

B.

Tulisan


Lafal yang benar

Coca cola

/ ko ka ko la /

HCl

/ Ha Se El /

CO2

/ Se O2 /

Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan menggunakan 26 huruf di
dalam abjadnya, yaitu mulai dengan huruf “a” sampai dengan huruf “z”. beberapa
huruf diantaranya yaitu huruf “f”, “v”, “x”, dan “z”, merupakan huruf serapan dan
sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia.
Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan jangann diganti

dengan huruf lain. Contoh:
Fitnah tidak boleh diganti dengan pitnah

Pasif tidak boleh diganti dengan pasip
Vitamin tidak boleh diganti dengan pitamin
Aktif tidak boleh diganti dengan aktip
Zamrud tidak boleh diganti dengan samrud, jamrud
Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa
Indonesia, harus kita ingat ketentuan pemakaian huruf “q” dan “x”. Huruf “q”
hanya dapat dipakai untuk nama dan istilah, sedangkan untuk istilah umum harus
diganti dengan huruf “k”. demikian pula huruf “x” dapat dipakai untuk lambang,
seperti xenon, sinar X, X + Y. Huruf “x” apabila terdapat pada tengah kata dan
akhir kata diganti dengan huruf gugus konsonan “ks”. Contoh:
Quran tetap ditulis Quran (nama)
Aquarium harus ditulis dengan akuarium
Quadrat harus ditulis dengan kuadrat
Taxi harus ditulis dengan taksi
Latex harus ditulis dengan lateks
Huruf “k” selain untuk melambangkan bunyi “k”, juga digunakan untuk
melambangkan bunyi hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa yang

menggunakan tanda “ain” (‘) untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut. Contoh:
Ta’lim harus ditulis dengan taklim
Ma’ruf harus ditulis dengan makruf
Da’wah harus ditulis dengan dakwah
Ma’mur harus ditulis dengan makmur

C.

Pemisahan Suku Kata
Didalam bahasa Indonesia setiap suku kata ditandai oleh sebuah vokal.
Vokal itu dapat diikuti maupun didahului oleh konsonan. Persukuan atau
pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat
pada bagian akhir setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh sewenangwenang melakukan pemotongan atau pemisahan kata, melainkan harus taat pada
kaidah yang berlaku. Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata
berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir
baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan. Penulis harus
mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang
Disempurnakan (EYD)
1. Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata, yaitu:
a. V


: i-nang, a-ku, ma-u, a-du, i-par

b. VK

: in-duk, la-in, om-pong, om-bak

c. KV

: ra-jut, ma-ju, bi-ru, cu-kup

d. KVK

: ram-but, lam-bat, pan-tul, rim-bun

2. Disamping itu, bahasa Indonesia masih memiliki beberapa pola suku kata
yang seperti berikut ini:
a. KKV

: pra-ja, su-pra, sas-tra, in-fra


b. KKVK

: blok, prak-tek, trak-tor, trak-tir, skan-dal

c. VKK

: eks, ons, ohm, ing-kar, ang-sa

d. KVKK

: teks, pers, lam-bang, ter-jang, jan-tung

e. KKVKK

: kom-pleks, ge-nyang, le-ngang

f. KKKV

: stra-ta, stra-te-gi, in stru-men


g. KKKVK

: struk-tur, in struk-si

Keterangan

: K = konsonan
V = vokal

3. Cara pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut:
a.

Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan,
maka pemisahan dilakukan diantara kedua vokal tersebut.
Contoh: bu-at, ta-at, sa-at, ni-an, sa-uh, bu-ah, ma-in.

b.

Apabila di tengah kata terdapat dua konsonan berurutan,
maka pemisahan dilakukan diantara dua konsonan tersebut.
Contoh: man-di, som-bong.

c.

Apabila di tengah kata terdapat konsonan diantara dua
vokal, maka pemisahan dilakukan sebelum konsonan tersebut.
Contoh: ba-rang, ma-kan, su-kar, za-kat, ba-pak, sa-kit, a-nak, sa-rang.
Untuk ng, ny, sy, dank h yang melambangkan satu konsonan, maka
gabungan huruf-huruf itu tidak pernah diceraikan sehingga pemisahan
suku kata dilakukan sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.
Contoh: nyo-nya, sya-rat, ang-ka, akh-lak, sa-ngat.

d.

Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan,
maka pemisahan dilakukan diantara konsonan pertama dan konsonan
kedua.

Contoh: ben-trok, bang-krut, ul-tra, in-fra, am-bruk, ang-klung.
e.

Untuk kata yang mendapatkan imbuhan, termasuk awalan
yang mengalami perubahan bentuk sehingga biasanya ditulis serangkai
dengan dasarnya, maka pemisahan suku kata tersebut dilakukan untuk
dipisahkan sebagai satu kesatuan.
Contoh: mi-num-an, bel-a-jar, me-nya-bit, me-lak-san-na-kan, mem-bantu, da-tang-lah, ter-ta-wa.

f.

Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan ada
huruf yang berdiri sendiri, baik vokal maupun konsonan.

Contoh:

g.

Salah

Benar

… hal i-

… hal

ni

ini

Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan
diletakkan di bawah huruf dan juga tidak boleh berjauhan dengan huruf,
tetapi diletakkan di samping kanan huruf, tetapi diletakkan di samping
kanan huruf.
Contoh:
Salah

Benar

… pengam

… pengam-

bilan ….

bilan ….

… menu

-

… menu-

lis

D.

lis

Penulisan Huruf
Ada dua hal yang diatur dalam penulisan huruf di dalam Ejaan yang
Disempurnakan (EYD), yaitu aturan penulisan huruf besar atau huruf capital dan
aturan penulisan huruf miring.
1. Huruf Kapital atau Huruf Besar
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
Contoh:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
b. Huruf kapital dipakai sebagai uruf pertama petikan langsung.
Contoh:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat,” katanya
“Besok pagi,” kata Ibu, “dia akan berangkat”.
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
milik untuk Tuhan
Contoh:

Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih
Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii,
Nabi Ibrahim.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jubatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo,
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh:
Amir

Hamzah,

Dewi

Sartika,

Wage

Rudolf

Supratman,

Halim

Perdanakusumah.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Contoh:
Bahasa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.

h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
Tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat,
hari Galungan, hari Lebaran, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi (daerah).
Contoh:
Asia Tenggara, Bayuwangi, Bukit Barisan, Teluk Benggala.
j. Huruf kapital sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata
seperti dan.
Contoh:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
k. Huruf kapital diapakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contoh:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar,

dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, yang, dan untuk yang
terletak pada posisi awal.
Contoh:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr.

doctor

M.A.

master of arts

S.E.

sarjana ekonomi

Sdr

saudara

n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan.
Contoh:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Besok Paman akan dating.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam penyapaan.
Contoh:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
2. Huruf Miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:
Majalah Bahasa dan Kesusastraan, buku Negara-kertagama karangan
Prapanca, surat kabar Suara Karya.
b. Huruf

miring

dalam

cetakan

dipakai

untuk

menegaskan

atu

mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
c. Huruf miring dan cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.

Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.

E.

Kata depan “di” dan awalan “di-“
Sampai sekarang masih banyak kesalahan yang dibuat orang dalam
menuliskan kata yang berlawanan di- atau berkata depan di. Dalam surat-surat
kabar dan majalah pun masih banyak kita temukan kesalahan, padahal mudah
sekali membedakan mana di yang harus dituliskan terpisah dari kata yang
mengikutinya dan mana di yang harus diserangkaikan.
Awalan di- hanya terdapat pada kata kerja baik kata kerja itu berakhiran
–kan atau –I maupun tanpa akhiran-akhiran itu.
Contoh: dipukul, dipukulkan, dipukuli
Kata kerja yang berlawanan di- itu ialah semua kata yang menjadi
jawaban pertanyan diapakan dia, atau diapakan benda itu. Ini adalah salah satu
cara mengenal kata depan awalan di-. Cara yang kedua ialah bahwa kata-kata
kerja berawalan di- mempunyai bentuk awalan me-.
Dipukul

lawannya

memukul

Dipukulkan

lawannya

memukulkan

Dipukuli

lawannya

memukuli

Jadi, kalau kita ragu apakah di pada kata itu dirangkaikan, kita cobalah
membentuk lawan kata itu dengan cara di atas. Apabila ada lawan bentuknya
dengan awalan me-, pastilah di pada kata itu adalah awalan dan oleh karenanya
haruslah dirangkaikan.

Kata depan di memang harus ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya karena di jenis ini mempunyai kedudukan sebagai kata. Fungsinya
mrnyatakan ‘tempat’. Cara mengenalnya mudah sekali. Semua kata yang menjadi
jawaban pertanyaan di mana pastilah kata yang mengandung kata depan di,
karena itu jawaban itu harus dituliskan dengan dua patah kata yang terpisah