Job Distribusi Dan Tenaga Listrik

3.2

Job Distribusi Tenaga Listrik (TM)

3.2.1 Tujuan
Setelah melakukan praktik, mahasiswa diharapkan dapat :
a.

Mengetahui dan memahami dari mata kuliah teori dan praktik sistem distribusi.

b. Mengetahui dan memahami apa saja komponen peralatan serta peralatan dan meterial
yang digunakan dalam pemasangan konstruksi saluran udara tegangan menengah
(SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
c. Mengetahui bagaimana cara kerja , pengoperasian serta pemasangan konstruksi saluran
udara teganan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan rendah (SUTR).
d. Mengetahui SOP dalam pengerjaan saluran udara tegangan menengah.
e. Mengembangkan dan memanfaatkan potensi mahasiswa serta perbandingan antara teori
dan praktik yang telah dilaksanakan.
f. Meninggakatkan keterampilan mahasiswa yang nantinya turun langsung dalam kerja
dilapangan serta mampu menerapkannya sesuai dengan teori yang ada.
3.2.2 Deskripsi Kerja

Di dalam praktik pada job tegangan menengah ini kami diajarkan beberapa hal tentang
gardu distribusi 20 kV, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.

Pengertian Gardu Distribusi

b.

Jenis-Jenis Gardu Distribusi

c.

Komponen Utama Gardu Distribusi

d.

Pengukuran Tahanan Pembumian

e.


SOP Pengoperasian Gardu Pasangan dalam dan Pasangan luar

f.

Pengoperasian Kubikel

a.

Pengertian Gardu Distribusi
Gardu Distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi

Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Trafo Distribusi, dan
Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan daya
listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20kV) maupun Tegangan
Rendah (TR 220/380 V). Konstruksi Gardu Distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi

biaya terhadap maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan
dengan peraturan pemerintah daerah setempat.
b.


Jenis-Jenis Gardu Distribusi
 Jenis Pemasangannya
-

Gardu Pasangan Luar : Gardu Portal, Gardu Cantol

-

Gardu Pasangan Dalam : Gardu Beton, Gardu Kios

 Jenis Konstruksinya
-

Gardu Beton

-

Gardu Tiang

-


Gardu Kios

 Jenis Penggunaannya
-

Gardu Pelanggan Umum

-

Gardu Pelanggan Khusus

Khusus untuk pengertian dari Gardu Hubung adalah gardu yang ditujukan untuk
memudahkan manuver pembebanan dari satu penyulang ke penyulang lain yang dapat
dilengkapi / tidak dilengkapi Remote Terminal Unit (RTU). Untuk fasilitas ini biasanya
dilengkapi fasilitas DC Supply dari Trafo Distribusi pemakaian sendiri atau Trafo Distribusi
untuk umum yang diletakkan dalam satu kesatuan.
-

Gardu Tiang

Merupakan sebuh Gardu distribusi tenaga listrik yang komponen kontruksi utamanya

menggunakan Tiang, Tiang tersebut bisa berupa Tiang Beton Atau Tiang Besi, yang
memiliki kekuatan beban kerja sekurang kurangnya 500 dAn dan memmiliki panjang 11, 12
bahkan 13 meter sesuai dengan kebutuhan dan lokasi pendiriannya.



Secara garis besarnya, Gardu Tiang ini ada 2 jenis, yaitu Gardu Potal dan Gardu Cantol.
Gardu Portal

Gambar 3.5 Gardu portal dan Diagram Satu Garis Gardu Portal

Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai konstruksi
dua tiang. Pada umumnya gardu portal digunakan untuk menopang transformator dengan
kapasitas daya di atas 50 kVA sampai 250 kVA, hal ini dikarenakan beban transformator

yang sangat berat sehingga diperlukan dua tiang untuk menopangnya. Tetapi bisa saja
transformator dengan kapasitas di bawah 50 kVA menggunakan gardu portal, karena untuk
memper mudah jika suatu saat nanti terjadi penambahan daya pada saluran tersebut.

Gardu Cantol


Gambar 3.6 Gardu Cantol
Gardu cantol adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai konstruksi
satu tiang. Transformator yang terpasang adalah transformator dengan daya 25 kVA sampai
50 kVA fase 3 atau fase 1.
-

Gardu Beton

Gambar 3.7 Gardu Beton
Seluruh komponen instalasi yaitu transformator dan peralatan switching/proteksi
terangkai didalam bangunan yang dirancang, dibangun, dan difungsikan dengan konstruksi
pasangan batu dan beton (masonrywall building). Konstruksi ini dimaksudkan untuk
pemenuhan persyaratan terbaik bagi keselamatan ketenagalistrikan. Penggunaan gardu beton

sendiri adalah untuk transformator dengan kapasitas daya diatas 250 kVA karena jika
menggunakan tiang tidak akan sanggup menopang berat transformator tersebut.
-


Gardu Kios

Gambar 3.8 Gardu Kios
Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi baja, fiberglass,
atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana pembangunan gardu distribusi.
Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu Kios Kompak, Kios Modular, dan Kios Bertingkat.
Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan atau tidak memenuhi
standart untuk dibangun gardu beton. Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas
transformator distribusi yang terpasang terbatas. Kapasitas maksimum adalah 400 kVA
dengan 4 saluran tegangan rendah.
Khusus untuk Kios Kompak, seluruh seluruh instalasi komponen utama gardu sudah
dirangkai selengkapnya di pabrik, sehingga dapat langsung diangkut kelokasi dan
disambungkan pada sistem distribusi yang sudah ada untuk difungsikan sesuai tujuannya.
-

Gardu Pelanggan Umum
Umumnya konfigurasi Gardu Pelanggan Umum adalah π section, sama halnya seperti

dengan gardu tiang yang dicatu dari Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM). Karena

keterbatasan lokasi dan pertimbangan keandalan yang dibutuhkan, bisa saja konfigurasi
gardu berupa T section dengan catu daya diambil dari PHB-TM gardu terdekat yang sering
disebut dengan Gardu Antena. Untuk tingkat keandalan yang dituntut lebih dari Gardu
Pelanggan Umum biasa, maka gardu dipasok oleh SKTM lebih dari satu penyulang sehingga

jumlah saklar hubung lebih dari satu dan dapat digerakkan secara otomatis (ACOS ;
Automatic Change Over Switch) atau secara remote control.

Gambar 3.9 Diagram Satu Garis Konfigurasi π Section

-

Gardu Pelanggan Khusus
Gardu ini dirancang dan dibangun untuk sambungan daya listrik bagi pelanggan ber-

daya besar. Selain komponen utama peralatan hubung dan proteksi, gardu ini dilengkapi
dengan alat-alat ukur yang dipersyaratkan. Untuk pelanggan dengan daya lebih dari 197
kVA, komponen utama gardu distribusi adalah peralatan PHB-TM, proteksi dan pengukuran
Tegangan Menengah. Transformator penurun tegangan berada di sisi pelanggan atau diluar
area kepemilikan dan tanggung jawab PT. PLN (Persero). Pada umumnya gardu pelanggan

khusus ini dapat juga dilengkapi dengan transformator untuk melayani pelanggan umum.

Gambar 3.10 Diagram Satu Garis Gardu Pelanggan Khusus
Keterangan :

TP

: Pengaman Tansformator

PMB

: Pemutus Beban

PT

: Trafo Tegangan

PMT

: Pemutus Tenaga


SP

: Sambungan Pelanggan

-

Gardu Hubung

Gambar 3.11 Gardu Hubung
Gardu Hubung atau disingkat GH atau Switching Substation adalah gardu yang
berfungsi sebagai sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi gangguan aliran
listrik, program pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud mempertahankan kontinuitas
pelayanan.
Isi dari Gardu Hubung adalah rangkaian saklar beban (Load Break Switch/LBS), dan
atau pemutus tenaga terhubung paralel. Gardu Hubung juga dapat dilengkapi sarana pemutus
tenaga pembatas beban pelanggan khusus tegangan menengah. Konstruksi gardu hubung
sama dengan konstruksi gardu distribusi tipe beton. Pada ruang dalam Gardu Hubung dapat

dilengkapi dengan ruang untuk gardu distribusi yang terpisah dan ruang untuk sarana

pelayanan kontrol jarak jauh.

c.

Komponen Utama Gardu Distribusi

Terdapat beberapa komponen utama pada gardu distribusi yaitu :
 Transformator Daya
 Low Voltage Main Distribution Panel (LVMDP)
 APP
 Sistem Pengaman
 Sistem Pentanahan
 Isolator
 Penghantar
 Komponen lainnya
 Transformator
Transformator atau trafo adalah komponen elektromagnet yang dapat merubah tegangan
tinggi ke rendah atau sebaliknya dalam frekuensi sama. Trafo merupakan jantung dari
distribusi dan transmisi yang diharapkan beroperasi maksimal (kerja terus menerus tanpa
henti). Agar dapat berfungsi dengan baik, makan trafo harus dipelihara dan dirawat dengan
baik menggunakan sistem dan peralatan yang tepat. Transformator pada jaringan distribusi
berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20kV) menjadi tegangan rendah
(220/380)Volt.

Gambar 3.12 Transformator

Gambar 3.13 Name Plate Transformator
 Low Voltage Main Distribution Panel (LVMDP)
Fungsi dari low Voltage main distribution panel (LVMDP) adalah sebagai panel
penerima daya/power dari transformer (trafo) dan mendistribusikan power tersebut lebih
lanjut ke panel Low voltage sub distribution (LVSDP), menggunakan Air Circuit Breaker
atau moulded case Circuit Breakers. Panel sub distribusi akan mendistribusikan power
tersebut

ke peralatan

electrical

sedangkan

fungsi Low

voltage

(LVSDP) adalah mendistribusikan power tersebut ke peralatan electrical.

sub

distribution

Gambar 3.14 LVMDP

 APP
Untuk mengetahui besarnya tenaga listrik yang digunakan oleh pemakai / pelanggan
listrik (untuk keperluan rumah tangga, sosial, usaha/bangunan komersial, gedung pemerintah
dan instansi), maka perlu dilakukan pengukuran dan pembatasan daya listrik.
APP merupakan bagian dari pekerjaan dan tanggung jawab pengusaha ketenagalistrikan
(PT. PLN), sebagai dasar dalam pembuatan rekening listrik. Pada sambungan tenaga listrik
tegangan rendah, letak penempatan APP dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut ini :

Gambar 3.15 Diagram Garis Tunggal Rangkaian Tenaga Listrik Tegangan Menengah
Keterangan :
GD

: Gardu Distribusi

TR

: Jaringan Tegangan Rendah

SLP

: Sambungan Luar Pelayanan

SMP

: Sambungan Masuk Pelayanan

APP

: Alat Pengukur dan Pembatas

PHB

: Panel Hubung Bagi

IP

: Instalasi Pelanggan

 Kwh meter
Kwh meter adalah alat yang digunakan oleh pihak PLN untuk menghitung besar
pemakaian daya konsumen. Alat ini sangat umum dijumpai di masyarakat. Bagian utama
dari sebuah KWH meter adalah kumparan tegangan, kumparan arus, piringan aluminium,
magnet tetap yang tugasnya menetralkan piringan aluminium dari induksi medan magnet
dan gear mekanik yang mencatat jumlah perputaran piringan aluminium. Alat ini bekerja
menggunakan metode induksi medan magnet dimana medan magnet tersebut menggerakkan
piringan yang terbuat dari aluminium. Putaran piringan tersebut akan menggerakkan counter
digit sebagai tampilan jumlah Kwh-nya.

Gambar 3.16 Kwh Meter

Gambar 3.17 Wiring Diagram Pengukuran Langsung Kwh Meter

Gambar 3.18 Wiring Diagram Pengukuran Tidak Langsung Kwh Meter
SLTR yang menghubungkan antara listrik penyambungan pada GD / TR merupakan
penghantar dibawah atau diatas tanah. Seperti telah dijelaskan dimuka bahwa pengukuran
yang dimaksud adalah untuk menentukan besarnya pemakaian daya dan energi listrik.
Adapun alat ukur / instrumen yang digunakan adalah alat pengukur : kWh, KVARh, KVA
maksimum, arus listrik dan tegangan listrik.
Pembatas arus listrik menggunakan satuan Ampere. Penggunaan pembatas disebut
sebagai penentuan demand (kebutuhan) pengguna. Besar arus trip pelebur atau pemutus
yang digunakan sebagai pembatas maksimum ditetapkan sebesar 10% di atas arus nominal
trafo yang dilindungi.
Penggunaan pembatas sebagai salah satu interface antara PLN dengan pelanggan, bila
pelanggan memakai lebih pembatas akan bekerja, dan terjadi pemadaman. Dari sudut

pandang pelanggan kejadian ini berarti berkurangnya keandalan suplai tenaga listrik. Jenisjenis alat pembatas yang paling banyak digunakan adalah jenis termis dan elektromagnet.
 Sistem Pengaman
Dalam Tegangan Menengah terdapat beberapa komponen sistem pengaman, yaitu :
 Fuse Cut Out (CO)
Sebagai pengaman penyulang, bila terjadi gangguan di gardu (trafo) dan melokalisir
gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak rusak. CO dipasang pada sisi tegangan
menengah (20kV)

Gambar 3.19 Fuse Cut Out

Kawat Fuse
Link

Gambar 3.20 Fuse Link

Kawat Timah

Fuse link akan memutuskan rangkaian jika arus yang melewatinya sangat besar
sehingga kawat fuse link akan panas dan timah akan melebur yang menyebabkan
terputusnya rangkaian.

 Arrester
Sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh sambaran
petir dan switching (SPLN se.022/PTS/73). Arrester ini inputnya dipasang paralel dengan
fuse cut out setiap fasanya (fasa yg sama) sedangkan outputnya dipasang paralel dengan
ketiga fasanya dan diteruskan ke grounding.

Gambar 3.21 Lightning Arrester
 Fuse Catridge
Sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang pada sisi tegangan
rendah (20kV), maupun karena beban lebih.

Gambar 3.22 Fuse Catridge
 Sistem Pentanahan
- Grounding Arrester : Untuk menyalurkan arus ketanah yang disebabkan oleh tegangan
lebih karena sambaran petir dan switching.
- Grounding Trafo : Untuk menghindari tegangan lebih pada phasa yang sehat bila
terjadi gangguan satu phasa ke tanah maupun yang disebabkan oleh beban tidak
seimbang.

- Grounding LV Panel : sebagai pengaman apabila terjadi arus bocor yang mengalir pada
LV Panel.

 Isolator
Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfunsi untuk mengisolasi konduktor atau
penghantar.Menurut fungsinya isolator dapat menahan berat dari konduktor / kawat
penghantar, mengatur jarak dan sudut antar konduktor serta menahan adanya perubahan
pada kawat penghantar akibat temperatur dan angin.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator yang banyak digunakan pada sistem
distribusi tenaga listrik adalah isolator dari bahan porselin / keramik dan isolator dari bahan
gelas.
Ada beberapa jenis konstruksi isolator dalam sistem distribusi, antara lain :
- Isolator gantung ( Suspension type Insulator )

Gambar 3.23 Suspension Type Insulator
Gambar di atas adalah gambar fisik dari suspension insulator yang berfusi sebagai
penarik kabel jaringan distribusi agar lendutan tidak terlalu melengkung ke bawah.
- Isolator jenis Pasak ( Pin type Insulator )

Gambar 3.24 Pin Type Insulator
Gambar di atas adalah gambar fisik dari pin insulator yang berfusi sebagai penopang
kabel jaringan distribusi agar kabel tidak bersentuhan langsung dengan tiang listrik.
- TUI Isolator

Gambar 3.25 TUI Insulator
Tui insulator yang berfungsi sebagai penarik seling baja pada tiang jaringan distribusi
agar tiang tersebut kokoh berdiri.

 Penghantar
Penghantar adalah sebuah konduktor yang dapat dialiri arus listrik.Konduktor yang baik
terbuat dari logam misalnya, tembaga, emas, perak, timah, baja, besi, almunium dan lainlain.
Ada beberapa jenis konduktor dalam sistem distribusi, antara lain :
-

Kabel Alumunium

Gambar 3.26 Bentuk fisik Kabel Alumunium
Gambar di atas adalah gambar fisik dari kabel alumunium yang dipilin menjadi satu dan
berfusi sebagai penghantar di system jaringan distribusi tegangan menengah.

-

Kabel Tembaga

Gambar 3.27 Bentuk Kabel Tembaga
Kabel tembaga yang dipilin dan dijadikan satu bungkus dengan isolator. Kabel ini
berfusi sebagai penghantar di dari trafo ke jaringan distribusi tegangan rendah.

-

Kabel BC Grounding

Gambar 3.28 Bentuk fisik Kabel BC
Gambar di atas adalah gambar fisik dari kabel tembaga BC yang dipilin dan dijadikan
satu.Kabel ini penghantar grounding ini berfungsi sebagai penyaluran arus lebih ke tanah
agar tidak adanya kebocoran arus pada system.

 Pembumian
Pembumian pada peralatan ditiang diperlukan untuk tujuan :
-

Membatasi besar tegangan yang disebabkan petir.

-

Membatasi besar tegangan yang disebabkan oleh terjadinya hubung tidak sengaja
dengan bagian yang bertegangan.

-

Menstabilkan tegangan ke tanah dalam kondisi normal.
Karena itu pemasangan sistem pembumian harus dilakukan dengan standard sesuai

ketentuan yang berlaku sebagai elektroda pembumian biasanya digunakan elektroda batang
berbentuk pipa baja galvanis diameter 25 mm atau baja berdiameter 15 mm yang dilapisi
tembaga setebal 2,5 meter dengan panjang 2,5 m atau 3 m. untuk penghantr bumi biasanya
digunakan tembaga 50 mm2 dan sampai dengan 2,5 meter dari atas tanah harus dilindungi
dengan pipa baja dari kerusakan mekanis.
Pada beberapa tiang beton penghantar bumi sudah merupakan komponen dari tiang dan
untuk menghubungkannya dengan penghantar bumi diluar tiang beton digunakan mur baut
yang dipasang pada bagian atas dan bawah tiang.

Tahanan pembumian yang dapat dicapai sangat tergantung pada jenis elektroda, jenis
tanah dan ke dalaman penanaman elektroda.Pada tanah kering yang berbatu tidak mungkin
untuk mendapatkan harga di bawah 100 ohm bila hanya ditanam 1 batang elektroda 3 m.
Walaupun dengan memasang beberapa elektroda secara parallel dapat menurunkan
harga tahanan pembumian, tetapi kenyataannya penurunannya tidaklah menjadi R/n (R
tahanan untuk 1 elektroda, n jumlah elektroda seperti diperkirakan. Bila peralatan dan
kondisi tanah setempat memungkinkan akan lebih menguntungkan bila elektroda ditanam
secara seri. Keuntungan lain dengan cara ini adalah pengaruh musim dapat diperkecil karena
dicapainya air tanah.
Bila kondisi tanah tidak memungkinkan untuk menanam secara seri beberapa batan
pipa, maka untuk memperoleh harga tahanan yang rendah pipa – pipa elektroda dapat
dipasang secara parallel.Jarak antar elektroda tersebut minimum harus dua kali panjang
elektroda (PUIL 1987 pasal 3221 A4).
Pemeliharaan Pembumian antara lain yang dilakukan pada :
-

Pemeriksaan secara visual kondisi pembumian.

-

Pemeriksaan / perbaikan terhadap baut kelm yng kendor, lepas atau putus.

-

Membersihkan bagian–bagian dari kotoran dan benda–benda yang bersifat menyekat.

-

Mengganti kabel yang sudah rusak

Pembumian badan trafo dan LV Panel berfungsi :
-

Untuk membatasi tegangan antara bagian peralatan yang dialiri arus dengan peralatan
ke bumi pada suatu harga yang aman (tidak membahayakan) pada kondisi operasi
normal dan gangguan.

-

Untuk memperoleh impedansi yang kecil dari jalan balik arus hubung singkat ke bumi
sehingga bila terjadi satu fasa ke badan peralatan, arus yang terjadi mengikuti sifat
pada pembumian netral.

 Komponen lainnya
-

Cross Arm (lengan tiang)/Travers

Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu dipasang di
atas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang pada tiang.
Pemasangan dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan baut dan mur secara
langsung. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator dan peralatan lainnya,
biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk membuat lubang-lubang baut.
-

NH Fuse
NH Fuse umumnya dipasang pada PHB trafo listrik yang berfungsi sebagai pemutus

atau pengaman terhadap arus lebih. Cara menghitung berapa Ampere NH Fuse yang harus
dipasang adalah sebagai berikut:
I= P / V x 1.73
I = Arus (A)
P = Daya (VA)
V = Tegangan (Volt) = 400 volt tegangan TR
Contohnya: jika trafo yang terpasang 100 KVA = 100.000 VA, maka NH Fuse yang
terpasang adalah:
I = 100.000/400x1.73
I = 144.5 A
Karena tidak ada NH Fuse dengan ukuran 144.5 A, maka NH Fuse yang dipasang adalah
160A
-

Strain Clamp
Strain Clamp atau sering orang awam menyebutnya streng klem untuk memudahkan

memberi nama dalam menyebutnya, Material perlengkapan ini sering digunakan untuk
penjepit kabel pada jaringan listrik yang sering digunakan oleh beberapa perusahaan
jaringan listrik.

Gambar 3.29 Strain Clamp
-

Suspension assembly
Suspension assembly, yaitu penggantungan untuk kabel lvtc yang terletak pada ujung

tiang. Suspension dipakai apabila ada jaringan yang di pasang lurus.

Gambar 3.30 Suspension assembly
-

Fix Dead

Untuk menarik kabel tegangan rendah pada tiang akhir

d. Pengukuran Tahanan Pembumian
 Pengukuran Tahanan pembumian
Data pengukuran tahanan pembumian Trafo Praktik Bengkel Listrik tanggal 14
November 2016


Menggunakan Earth tester Hioky

Tembaga : 5,1 Ohm
Aluminium : 3,6 Ohm

Gambar 3.31 Pengukuran dengan Earthtester Hioky


Menggunakan Earth tester Sanwa
Tembaga : 2,6 Ohm
Aluminium : 1,9 Ohm

Gambar 3.32 Pengukuran Munggunakan Earthtester Sanwa



Megger

MEGA OHM METER atau yang biasa disebut MEGGER merupakan salah satu alat
ukur yang berfungsi untuk mengukur tahan isolasi dari suatu instalasi atau untuk
mengetahui apakah penghantar dari suatu instalasi terdapat hubung langsung, apakah
antara fasa dengan fasa atau dengan nol atau dengan pembumian.
Biasanya sebelum instalasi listrik dioperasikan, ada tahapan yang harus dipenuhi, yaitu
pengujian isolasi.Pada pengujian isolasi inilah MEGA OHM METER atau yang biasa
disebut MEGGER digunakan. Pada pengujian isolasi ini dilakukan atas :uji isolasi fasafasa, uji isolasi fasa-pembumian (jika penghantar netral tidak dihubungkan ke
penghantar pembumian), uji isolasi fasa-netral.
MEGA OHM METER atau yang biasa disebut MEGGER memiliki kriteria
pengukuran sebagai berikut : (a) tegangan alat ukur tersebut umumnya dengan tegangan
tinggi arus searah yang besarnya berkisar antara 500 volt sampai dengan 10.000 volt. (b)
tegangan MEGGER dipilih berdasarkan pada tegangan kerja suatu peralatan atau instalasi
yang akan diuji. (c) besarnya pengujian ditetapkan bahwa harga penahan isolasi minimum
adalah 1000 kali tegangan kerja peralatan yang akan diuji.
Cara Pengukuran Listrik Menggunakan MEGA OHM METER analog


Periksa terlebih dahulu baterai apakah dalam kondisi normal atau tidak.



Periksa Mekanikal zero dalam kondisi megger off, posisi jarum penunjuk harus
berada diposisi berimpit dengan garis skala. Bila tidak bisa tepat silahkan posisikan
pointer zero ke 10 pada alat ukur.



Posisikan pada zero check.



Posisikan kabel test pada terminal MEGA OHM METER, serta hubungkan ujung
yang lain.



Pilihlah saklar pada posisi 500.



Posisikan saklar skala pada skala 1.



Atur ke posisi On, maka jarum akan bergerak ketika itu harus menunjukkan tepat ke
pada angka nol, bila pengecekan tidak tepat atur pointer. Bila pengecekan dengan
pengaturan pointer tidak juga berhasil silahkan periksa atau mengganti baterai.



Off lagi MEGA OHM METER dan ulangi poin pengecekan elektrikal zero seperti
tadi.



Posisikan kembali kabel test ke peralatan yang sedang diukur .



Posisikan saklar sesuai tegangan kerja alat yang diukur.



On kan kembali MEGA OHM METER dan baca tampilan pada skalanya yang
ditunjuk.
Bila skala 1 hasil ukur, pindahkan dan pilih skala 2, bila hasilnya masih sama pilih ke

skala 3, dan silahkan tunggu sampai waktu pengukuran yang ditentukan dari 0,5 – 1
menit atau jarum penunjuk tidak bergerak lagi. Catat hasil pengukuran kemudian silahkan
kalikan dengan skala alat ukur, bandingkan hasil ukur dengan standard tahanan
isolasi.hasil terendah adalah 1 MΩ / kV.
Hal yang harus juga diperhatikan adalah setelah mengukur tahanan isolasi baik pada
generator, motor, maupun jaringan SUTM kabel yang di ukur tadi harus digroundingkan,
karena kabel tersebut masih mempunyai tegangan listrik jadi berhati-hatilah.Untuk
caranya anda cukup menghubungkan kabel yang diukur lalu hubungkan dengan body.

e.

SOP Pengoperasian Gardu Pasangan dalam dan Pasangan luar

 Pengoperasian Gardu distribusi Pasangan Dalam
 Persiapan Pengoperasian
-

Membaca dan memahami prinsip kerja gardu distribusi dan sistem JTM

-

Mampu berkomunikasi dengan pengatur / posko untuk pengoperasian instalasi Gardu
Distribusi

-

Menyusun rencana kerja yang berisi langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan

-

Menyiapkan alat kerja, alat K3 / K2 dan alat bantu yang diperlukan dan dalam kondisi
siap pakai dan aman

-

Memeriksa hasil ukur atau mengukur indikator kondisi peralatan instalasi gardu :


Tahanan isolasi trafo sesuai ketentuan



Nilai fuse link sesuai dengan kapasitas trafo



Nilai NH fuse sesuai dengan ukuran kabel dan kapasitas trafo



Tahanan pembumian kerangka peralatan/ konstruksi instalasi gardu sesuai
ketentuan

-

Menghubungi pihak-pihak yang berwenang untuk memastikan bahwa pekerjaan telah
dikoordinasikan secara efektip dengan pihak-pihak terkait

-

Memastikan bahwa surat perintah kerja dapat dilaksanakan sesuai SOP

-

Memahami dan dapat melaksanakan prosedur dan peraturan K3 / K2

 Prosedur Pengoperasikan Gardu
-

Periksa keadaan di sekitar trafo dan yakinkan trafo aman dioperasikan

-

Laporkan kepada pihak yang yang berwenang bahwa pengoperasian siap dilaksanakan ,
tunggu sampai jawaban izin pengoperasian keluar

-

Masukkan FCO

-

Periksa urutan fasa

-

Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa penyetelan sadapan trafo sudah benar

-

Operasikan saluran jurusan dengan cara :


Untuk pelanggan umum : masukkan saklar utama, menyusul kemudian NH fuse
satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat pada saluraan
jurusan



Untuk palanggan industri : masukkan seluruh nh fuse, menyusul kemudian saklar
utama

 Pengoperasian Gardu distribusi Pasangan Dalam
 Persiapan Pengoperasian
-

Membaca dan memahami prinsip kerja Gardu distribusi pasangan dalam dan sistem
JTM

-

Berkomunikasi dengan pengatur / posko untuk pengoperasian instalasi Gardu Distribusi

-

Menyusun rencana kerja yang berisi langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan

-

Menyiapkan alat kerja, alat K3 / K2 dan alat bantu yang diperlukan dan dalam kondisi
siap pakai dan aman

-

Memeriksa hasil ukur atau mengukur indikator kondisi peralatan instalasi gardu :


Tahanan isolasi trafo sesuai ketentuan



Nilai MV Fuse sesuai dengan kapasitas trafo



Nilai NH fuse sesuai dengan ukuran kabel dan kapasitas trafo



Tahanan isolasi, tahanan kontak kubikel sesuai ketentuan



Tahanan pembumian kerangka peralatan/ konstruksi instalasi gardu sesuai
ketentuan

-

Menghubungi pihak-pihak yang berwenang untuk memastikan bahwa pekerjaan telah
dikoordinasikan secara efektip dengan pihak-pihak terkait

-

Memastikan bahwa surat perintah kerja dapat dilaksanakan sesuai SOP

-

Memahami dan dapat melaksanakan prosedur dan peraturan K3 / K2

 Prosedur Pengoperasian Gardu

- Periksa keadaan disekitar gardu dan yakinkan aman untuk dioperasikan
- Laporkan kepada pihak yang berwenang untuk pengoperasian gardu dan tunggu izin
pengoperasian keluar

- Masukkan PMB 1, periksa adanya kelainan, lanjutkan pengoperasian bila tidak ada
kelainan

- Masukkan PMB 2, periksa adanya kelainan, lanjutkan pengoperasian bila tidak ada
kelainan

- Masukkan PMB 3, periksa adanya kelainan, lanjutkan pengoperasian bila tidak ada
kelainan

- Periksa urutan fasa keluaran trafo
- Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa penyetelan sadapan trafo sudah benar
- Operasikan saluran jurusan dengan cara :
 Untuk pelanggan umum, masukkan saklar utama menyusul kemudian nh fuse satu
persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat pada saluran jurusan

 Untuk pelanggan industri masukkan saluran nh fuse, menyusul kemudian saklar
utama

f.

Pengoperasian Kubikel

Gambar 3.33 Kubikel

 Pengoperasian secara mekanik
Sebelum melakukan pengoperasian pada kubikel periksa dan pastikan kabel grounding
terpasang pada tempatnya dan pegas dalam keadaan tidak bekerja atau dalam keadaan
terbuka, kemudian kita dapat mengoperasikan kubikel.
a. Masukkan kunci ke kontak C kemudian putar untuk membuka pengaman pada handle
spring,

b. Kemudian pompa handle pegas menggunakan tangan (manual) yang terletak di motor
raise sampai pegas rapat ditandai dengan indikasi pegas pada Q1 telah berubah, dan
siap untuk dioperasikan.

Gambar 3.34 Motor Raise
c. Setelah pegas rapat dan siap dioperasikan, tekan tombol ON untuk mengoperasikan
kubikel disertakan dengan posisi pegas yang telah rapat pada Q1 membuka kembali
(kosong).

Gambar 3.35 Tombol ON Tekan
d. Setelah kubikel beroperasi, tekan tombol OFF untuk mematikan pengoperasian
kubikel.
e. Lepas kunci yang ada di kontak C, dengan cara menekan tombol OFF disertakan
memutar dan melepas kunci yang ada di kontak C
f. Kemudian pindahkan kunci dari kontak C dan masukkan kunci ke kontak B.

g. Ketika kunci telah berada pada kontak B, lalu putar kunci untuk membuka pengaman
pada Q2 agar handle dapat diputar untuk memindahkan indikasi dari posisi ground ke
posisi terhubung beban.

Terletak pada posisi
ground

Gambar 3.36 Indikasi Terletak Pada Posisi Ground
h. Dimana sebelum Q2 dapat diputar ke posisi terhubung, Q3 harus beroperasi terlebih
dahulu untuk memudahkan bergeraknya indikasi dari posisi ground ke posisi
terhubung ke pengukuran.
 Pengoperasian secara elektrikal
Untuk mengoperasikan kubikel secara elektrikal langkah kerja pengoperasiannya
hampir sama seperti dengan cara pengoperasian secara elektrikal, hanya saja yang
membedakan adalah pengoperasian secara elektrikal dalam pemompaan pegas pada motor
raise pegas dilakukan secara otomatis oleh motor. Untuk menghidupkan motor sambungkan
steker motor pada sumber tegangan maka motor akan hidup dan memompa pegas. Dan
dalam pengoperasian secara elektrikal, operator dapat menekan tombol ON atau OFF dari
motor raise maupun tombol OPEN (rangkaian terbuka) atau CLOSE (rangkaian tertutup)
yang terletak pada bagian outgoing kubikel.
3.2.3 Kendala Pelaksanaan Praktik
Dalam pelaksanaan praktik instalasi listrik IV, Job TM (Tegangan Menengah)

ada

kendala yang kami alami adalah cuaca diluar yang selalu mendung sehingga kami tidak bisa
praktik dilapangan.

3.2.4 Cara Mengatasi Kendala
Untuk mengatasi kendala diatas yang kami lakukan adalah mempelajari komponenkomponen yang tersedia di dalam ruangan bengkel.

Langkah – langkah membuat Skun Pada Kabel
 Pertama, Menyiapkan Bahan – bahan Seperti Kabel Twisted Berukuran 50mm2
dan Skun Kabel berukuran 50mm2.
 Kemudian, Menyiapkan Peralatan seperti Tang Potong, Cutter, Tang Skun.
 Lalu, Memotong Kabel Twisted sepanjang 30cm, setelah itu Mengupas ujung
Kabel Twisted dengan menggunakan Cutter sepanjang lubang pada Skun kabel.
 Selanjutnya, Memasang Skun pada ujung Kabel yag telah dikupas, Lalu
Mempress dengan menggunakan Tang Skun. Dalam Proses Mempress ini Ada
dua Jenis Tang Skun yang biasa dikan yaitu Tang Skun Hidrolik dan Tang Skun
Manual. Tetapi Pada Praktek Kali ini kami menggunakan Tang Skun Manual.
 Terakhir, Memastikan Skun pada kabel telah merekat dengan kuat dengan cara
Menarik Skun Kabel tersebut.

Langkah – langkah Memasang dan Melepas kembali Tabung FCO (Fuse Cut Out)
 Pertama, Menyiapkan Peralatan Seperti Stick, dan Helm,.
 Kemudian, Mengenakan Helm.
 Lalu, Menyesuaikan Panjang Stick dengan letak FCO. Pada ujung stick terdapat 2
Pengait yang berbeda. Pengait pertama berbentuk Seperti Palu, dan Pengait kedua
Berbentuk seperti sabit kecil.
 untuk melepas FCO Menggunakan Pengait yang berbentuk seperti Sabit, dengan
Cara Memasukan Pengait ke dalam Ring FCO lalu ditarik.
 Apabila FCO telah terlepas, Baik secara otomatis atau secara paksa, Maka untuk
menurunkan FCO Menggunakan Pengait yang berbentuk seperti palu, dengan

cara memasukkan Pengait kedalam Hole in Trunnion lalu diangkat dari Trunnion
Pocket dan diturunkan.
 Untuk Memasang FCO, Dengan menggunakan Pengait yang berbentuk seperti
palu Pada stick, dimasukkan kedalam Hole in Trunnion lalu Diangkat dengan
stick selanjutnya dimasukkan ke dalam Trunnion Pocket. Lalu mengaitkan
Pengait berbentuk seperti palu ke dalam ring dari FCO lalu Mendorong Stick
sehingga FCO terpasang kembali.

Langkah – langkah Memasang dan Melepas kembali Fuse Catridge
 Pertama, Menyiapkan puller Fuse Catridge
 Kemudian, Untuk Memasang Fuse Catridge, Fuse Catridge dihubungkan dengan
lubang dari Puller Fuse Catridge Ke dua kaki Fuse Catridge, Lalu Mendorong
Puller Fuse Catridge ke Holding Fuse.
 Untuk Melepas Fuse Catridge, Fuse Catridge dihubungkan dengan Lubang Dari
Puller Fuse Catridge Ke dua kaki Fuse Catridge lalu mendorong Puller kebawah
lalu Tarik Puller sehingga Fuse Catridge terlepas.