DPNS LK TW I Revisi

P.T. DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk DAN ENTITAS ANAK

LAPORAN KEUANGAN INTERIM KONSOLIDASIAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL

31 MARET 2013 DAN 31 MARET 2012 (TIDAK DIAUDIT) KECUALI LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL

31 MARET 2013 (TIDAK DIAUDIT) DAN 31 DESEMBER 2012 (DIAUDIT)

PT. DUTA PERTIWI NUSANTARA Tbk DAN ENTITAS ANAK DAFTAR ISI

Halaman

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Konsolidasian

Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian

Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian

Laporan Arus Kas Konsolidasian

Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasian

Tidak Diaudit Diaudit

Rp ASET

Rp

ASET LANCAR

Kas dan setara kas

29.573.096.121 44.932.029.262 Investasi jangka pendek

2d , 3

23.204.950.000 7.835.000.000 Piutang Usaha - Pihak ketiga

2e , 4

13.854.055.516 16.472.501.171 Piutang lain-lain - Pihak ketiga

2f , 5

6 1.984.117.473 856.223.351 Persediaan

31.924.723.814 37.051.645.774 Biaya dibayar di muka

2g , 7

466.000.884 308.425.056 Pajak dibayar dimuka

2h , 8

1.178.605.807 - Total Aset Lancar

18a

ASET TIDAK LANCAR

Investasi pada entitas asosiasi

9.607.473.842 8.800.051.174 Properti Investasi

2e , 9

2.203.676.250 2.203.676.250 Aset Keuangan tidak lancar lainnya

2i , 10

11 25.211.323.318 23.342.617.208 Aset tetap

10.504.311.869 10.915.692.913 Aset pajak tangguhan

2j , 12

17.223.408.898 22.713.062.288 Uang muka jaminan

2o , 18d

4.540.000 4.540.000 Biaya eksplorasi ditangguhkan

29 44.481.329.520 9.200.880.112 Total Aset Tidak Lancar

TOTAL ASET

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian ini.

Pontianak, 25 April 2013 S.E. & O.

Budiono Direktur

Catatan

31 Maret 2013 31 Desember 2012

LIABILITAS JANGKA PENDEK

Utang usaha

13 8.334.909.450 7.915.877.697 Utang lain-lain

14 336.819.175 336.819.175 Utang dividen

15 1.200.911.690 1.200.911.690 Biaya yang masih harus dibayar

16 275.773.826 384.802.747 Pendapatan sewa diterima dimuka

92.907.000 92.907.000 Jaminan Sewa Kantor

17 122.877.000 122.877.000 Utang pajak

1.668.536.022 2.451.817.019 Total liabilitas jangka pendek

18b

LIABILITAS JANGKA PANJANG

Liabilitas imbalan pasca kerja

16.495.034.961 16.433.810.159 Total Liabilitas jangka panjang

2n , 19

16.495.034.961 16.433.810.159 TOTAL LIABILITAS

EKUITAS

Modal saham Nilai nominal Rp 250 per saham Modal dasar 540.000.000 saham pada

31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012 Modal ditempatkan dan disetor penuh 331.129.952 saham pada 31 Maret 2013 331.129.952 saham pada 31 Desember 2012

20 82.782.488.000 82.782.488.000 Agio Saham

21 93.450.650 93.450.650 Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi dari efek yang tersedia untuk dijual

11 337.789.019 412.882.909 Saldo laba Ditentukan penggunaannya

22 4.200.000.000 4.200.000.000 Belum ditentukan penggunaannya

Total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada Pemilik entitas induk

Kepentingan nonpengendali

Total Ekuitas

TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian ini.

Pontianak, 25 April 2013 S.E. & O.

Budiono Direktur

(Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

Rp Pendapatan bersih

Rp

29.280.648.393 43.343.081.561 Beban Pokok penjualan

LABA BRUTO

Pendapatan lainnya

26 964.903.435 1.404.471.939 Beban usaha

27 (4.963.150.431) (4.365.707.532) Beban lainnya

28 (11.135.881) (20.564.414) Pemulihan beban penyisihan kerugian penurunan nilai atas beban eksplorasi & pengembangan

LABA USAHA

Beban pendanaan

30 - (19.527.053) Bagian laba (rugi) bersih dari entitas asosiasi

9 807.422.668 545.130.294 Laba sebelum pajak penghasilan

32.892.364.400 5.231.023.286 Penghasilan (beban) pajak penghasilan

2o 18c

LABA TAHUN BERJALAN

Pendapatan komprehensif lain Keuntungan (kerugian) aktuarial atas program pensiun manfaat pasti

487.021.246 - Pajak penghasilan terkait

(121.755.312) - PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN

SETELAH PAJAK 365.265.934 -

TOTAL LABA KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN

Laba rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada :

Pemilik entitas induk 17.297.069.678 4.749.134.321 Kepentingan nonpengendali

Total laba rugi komprehensif tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada :

Pemilik entitas induk 17.662.335.612 4.749.134.321 Kepentingan nonpengendali

Laba per saham dasar

52,24 14,34 Catatan atas laporan keuangan konsolidasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian ini.

2p 31

Pontianak, 25 April 2013 S.E. & O.

Budiono

UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 MARET 2013 DAN 31 MARET 2012 (TIDAK DIAUDIT) (Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

Laba yang belum

direalisasi dari

Saldo Laba

Total ekuitas

Kepentingan

Total

Modal Ditempatkan

efek yang tersedia

Tidak Ditentukan

Ditentukan

Entitas Induk

dan Disetor

Agio Saham

untuk dijual

Saldo 01 Januari 2012 82.782.488.000 93.450.650 100.432.478 34.020.968.642 4.200.000.000 121.197.339.770 9.971.848.491 131.169.188.261 Cadangan Umum Deviden Tunai

Laba yang belum direalisasikan dari efek yang tersedia untuk dijual

Laba komprehensif tahun berjalan

Saldo 31 Maret 2012

Saldo 01 Januari 2013 82.782.488.000 93.450.650 412.882.909 58.863.099.622 4.200.000.000 146.351.921.181 9.344.600.891 155.696.522.072 Cadangan Umum

- Deviden Tunai

- Rugi yang belum direalisasikan dari

efek yang tersedia untuk dijual (75.093.890) - Laba komprehensif tahun berjalan

Saldo 31 Maret 2013

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI :

Penerimaan kas dari pelanggan 34.778.494.549 54.918.240.586 Pembayaran kepada pemasok dan karyawan

(26.497.489.754) (45.241.197.740) Kas yang dihasilkan operasi

8.281.004.795 9.677.042.846 Pembayaran pajak penghasilan

(1.901.263.682) (1.513.570.351) Arus kas neto dari aktivitas operasi

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI:

Penerimaan bunga 729.689.156 878.715.941 Pencairan (Penempatan) investasi sementara

(17.313.750.000) (5.000.000.000) Hasil penjualan aset tetap

300.000.000 Penambahan aset tetap

12 (31.425.944) (1.437.767.500) Penambahan aset tidak lancar (biaya eksplorasi ditangguhkan)

(5.266.000.000) (3.255.705.700) Arus kas neto untuk aktivitas investasi

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN:

4.714.538.400 Arus kas neto untuk aktivitas pendanaan

Penambahan (pengurangan) hutang bank

KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS (15.501.745.675) 4.363.253.636 KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN

44.932.029.262 44.487.214.905 Pengaruh perubahan kurs mata uang asing

142.812.534 198.181.233 KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN

Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian.

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

1. UMUM

a. Pendirian dan Informasi Umum PT Duta Pertiwi Nusantara (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta No. 45 tanggal 18 Maret 1982 dari Jahja Irwan

Sutjiono, S.H., notaris di Jakarta. Akta Pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-2-12-HT-01.04 th. 86 tanggal 4 Januari 1986. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No. 34 tanggal 11 Juni 2009 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, mengenai perubahan anggaran dasar untuk disesuaikan dengan Peraturan Bapepam-LK No. IX.J.1. tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik sebagaimana dimuat dalam Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor : Kep-79/BL/2008 tanggal 14 Mei 2008. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah didaftarkan kepada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Direktorat Jendral Administrasi Hukum Umum dengan No. AHU- 0002536.AH.01.09. Th 2010 tanggal 14 Januari 2010.

Perusahaan berdomisili di Pontianak, Kalimantan Barat. Kantor Pusat beralamat di Jl Tanjungpura No. 263 D, Pontianak 78122 sedangkan pabrik berlokasi di Jl. Adisucipto Km. 10,6 Desa Teluk Kapuas, Kec. Sei Raya, Kab. Kubu Raya, Pontianak 78391.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi industri lem, barang-barang kimia dan pertambangan. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1987. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam negeri.

Pada periode laporan yang disajikan tidak terdapat ekspansi maupun penciutan usaha Jumlah karyawan Perusahaan rata-rata 114 orang per 31 Maret 2013 dan 113 orang per 31 Desember 2012.

Susunan pengurus Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012 sebagai berikut:

Dewan Komisaris

31 Maret 2013

31 Desember 2012

Komisaris Utama

Tn. Ng Tjie Koang

Tn. Ng Tjie Koang

Komisaris

Tn. Budi Satria Sanusi Komisaris Independen

Tn. Budi Satria Sanusi

Tn. Corneiles Tedjo E..,SE,MBA

Tn. Corneiles Tedjo E..,SE,MBA

Direksi

Direktur Utama

Tn. Siang Hadi Widjaja Direktur

Tn. Siang Hadi Widjaja

Tn. Ir. Winata Indradjaja Direktur

Tn. Ir. Winata Indradjaja

Tn. Ir. Honky Widjaja Direktur Tidak Terafiliasi

Tn. Ir. Honky Widjaja

Tn. Budiono

Tn. Budiono

Komite Audit

Ketua

Tn. Corneiles Tedjo E..,SE,MBA Anggota

Tn. Corneiles Tedjo E..,SE,MBA

Tn.Tjhin Khim Kiat, SE

Tn.Tjhin Khim Kiat, SE

Tn. Drs. Halim Makopolo Jumlah kompensasi yang diterima oleh Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Perusahaan, untuk periode yang

Tn. Drs. Halim Makopolo

berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2013 dan 31 Desember 2012 masing-masing sebesar Rp 3.020.215.899 dan Rp 11.151.378.758

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

1. UMUM (LANJUTAN)

b. Penawaran Umum Saham Perusahaan

Pada tanggal 18 Juni 1990 Perusahaan memperoleh persetujuan dari Menteri Keuangan dengan Surat No. SI- 118/SHM/MK.10/1990, untuk menawarkan 2.270.000 sahamnya kepada masyarakat, dan pada tanggal 8 Agustus 1990 seluruh saham Perusahaan telah tercatat di PT. Bursa Efek Indonesia (d/h PT. Bursa Efek Jakarta).

c. Entitas Anak

Perusahaan memiliki saham Entitas anak, sebagai berikut :

Persentase

Entitas Anak

Domisili Jenis Usaha

Kepemilikan

Jumlah aset (Rp)

31 Desember 2012 PT. Intitirta Primasakti

49.069.603.686 22.705.230.094 Sampai dengan tanggal 31 Maret 2013, Entitas anak masih dalam tahap pengembangan. Rencana produksi

komersial Entitas anak pada tahun 2011 ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

d. Penerbitan laporan keuangan

Manajemen Perusahaan bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan konsolidasian dan telah menyetujui untuk menerbitkan laporan keuangan konsolidasi Perusahaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal

31 Maret 2013, pada tanggal 25 April 2013

2. KEBIJAKAN AKUNTANSI

a. Penyajian laporan keuangan konsolidasian

Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan menggunakan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yaitu Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) No. VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik, yang terlampir dalam surat keputusan No. KEP-347/BL/2012.

Laporan keuangan konsolidasian tersebut disusun berdasarkan nilai historis Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam

aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Untuk tujuan laporan arus kas, kas dan setara kas mencakup kas, bank dan investasi jangka pendek yang jatuh

tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dan yang tidak dijadikan jaminan Laporan keuangan konsolidasian disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

Mata uang fungsional Perusahaan adalah dalam Rupiah dan setiap Entitas Anak di dalam Kelompok Usaha menetapkan mata uang fungsionalnya sendiri dan transaksi-transaksi di dalam laporan keuangan dari setiap entitas diukur berdasarkan mata uang fungsional tersebut. Mata uang penyajian yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan konsolidasian adalah mata uang Rupiah (Rp).

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (“PSAK”) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (“ISAK”) yang berlaku efektif pada tahun 2012

Dalam tahun berjalan, Perusahaan dan Entitas Anak telah menerapkan semua standar baru dan revisi interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan dari Ikatan Akuntan Indonesia yang relevan dengan operasinya dan efektif untuk periode akuntansi yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2012.

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (LANJUTAN)

a. Penyajian laporan keuangan konsolidasian (lanjutan)

Berikut ini standar baru dan standar revisi serta interpretasi yang diterapkan dalam laporan keuangan konsolidasian. Penerapan ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan atas jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasian tetapi mempengaruhi akuntansi untuk transaksi masa depan:

PSAK /SFAS 10 (revisi/revised 2010)

: Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing

PSAK/SFAS 13 (revisi/revised 2011)

: Property Investasi

PSAK/SFAS 16 (revisi/revised 2011)

: Aset tetap

PSAK/SFAS 18 (revisi/revised 2010) : Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya PSAK/SFAS 24 (revisi/revised 2010)

: Imbalan Kerja

PSAK/SFAS 26 (revisi/revised 2011)

: Biaya Pinjaman

PSAK/SFAS 28 (revisi/revised 2011)

: Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian

PSAK/SFAS 30 (revisi/revised 2011)

: Sewa

PSAK/SFAS 33 (revisi/revised 2011) : Aktivitas Pengupasan Lapisan Tanah dan Pengelolaan Lingkungan

PSAK/SFAS 34 (revisi/revised 2010)

: Kontrak Konstruksi

PSAK/ SFAS

36 (revisi/ revised 2011)

: Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa

PSAK/ SFAS

50 (revisi/ revised 2010)

: Instrumen Keuangan : Penyajian

PSAK/SFAS 53 (revisi/revised 2010)

: Pembayaran Berbasis Saham

PSAK/SFAS 55 (revisi/revised 2011) : Instrumen Keuangan Pengakuan dan Pengukuran PSAK/SFAS 56 (revisi/revised 2010)

: Laba per Saham PSAK/ SFAS 60 : Instrumen Keuangan : Pengungkapan

PSAK/ SFAS 61 : Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah

PSAK/SFAS 62

: Kontrak Asuransi

PSAK/SFAS 63 : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi PSAK/SFAS 64

: Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya

Mineral

ISAK/IFAS 13 : Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri ISAK/IFAS 15

: Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan

Interaksinya

ISAK/IFAS 16

: Perjanjian Jasa Konsesi

ISAK/IFAS 18 : Bantuan Pemerintah – Tidak Berelasi Spesifik dengan Aktivitas

Operasi

ISAK/IFAS 19 : Penerapan Pendekatan Penyajian Kembali dalam SFAS 63: Pelaporan

Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi

ISAK/IFAS 20 : Pajak Penghasilan - Perubahan dalam Status Pajak Perusahaan atau

Para Pemegang Saham

ISAK/IFAS 22

: Perjanjian Konsensi Jasa: Pengungkapan

ISAK/IFAS 23

: Sewa Operasi – Insentif

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (LANJUTAN)

a. Penyajian laporan keuangan konsolidasian (lanjutan)

ISAK/IFAS 24 : Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk

Legal Sewa

ISAK/IFAS 25

: Hak Atas Tanah

ISAK/IFAS 26

: Sewa Operasi – Insentif

Standar dan interpretasi telah diterbitkan tetapi belum diterapkan

Ikatan Akuntansi Indonesia telah menerbitkan standar akuntansi yang mungkin mempunyai dampak terhadap laporan keuangan yang periode dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2013, sebagai berikut :

ISAK/IFAS 21

: Perjanjian Kontrak Real Estat

PSAK/SFAS 38 (revisi/revised 2012)

: Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali

ISAK/IFAS 21

: Perjanjian Kontrak Real Estat

Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan Konsolidasian , manajemen sedang mengevaluasi dampak dari standar dan interpretasi terhadap laporan keuangan konsolidasian.

Pencabutan standar akuntansi

Pencabutan standar dan interpretasi standar berikut yang penerapannya efektif untuk tahun buku yang dimulai 1 Januari 2012 tidak berdampak material terhadap kinerja dan posisi keuangan Perusahaan :

- PSAK / SFAS No. 11 : Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing - PSAK / IFAS No. 52

: Mata Uang Pelaporan

- ISAK / IFAS No. 4 : Alternatif Perlakuan yang Diizinkan atas Selisih Kurs

b. Prinsip konsolidasian Sejak tanggal 1 Januari 2011

Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian telah diterapkan secara konsisten oleh Perusahaan dan Entitas Anak , kecuali dinyatakan lain.

Laporan keuangan konsolidasian meliputi laporan keuangan Entitas Anak seperti yang disebutkan pada Catatan 1b, dimana Perusahaan baik secara langsung atau tidak langsung, memiliki lebih dari 50% kepemilikan saham.

Semua saldo dan transaksi antar Perusahaan yang material, termasuk keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi, jika ada, dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil operasi Perusahaan dan Entitas Anak sebagai satu kesatuan usaha.

Entitas Anak dikonsolidasi secara penuh sejak tanggal akuisisi, yaitu tanggal Perusahaan memperoleh pengendalian, sampai dengan tanggal perusahaan induk kehilangan pengendalian. Pengendalian dianggap ada ketika Perusahaan memiliki secara langsung atau tidak langsung melalui Entitas Anak , lebih dari setengah kekuasaan suara perusahaan.

Rugi Entitas Anak yang tidak dimiliki secara penuh diatribusikan pada KNP bahkan jika hal ini mengakibatkan KNP mempunyai saldo defisit.

Sebelum tanggal 1 Januari 2011

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (LANJUTAN)

b. Prinsip konsolidasian (lanjutan)

Laporan keuangan konsolidasian menggabungkan laporan keuangan Perusahaan dan perusahaan yang dikendalikan oleh Perusahaan (dan Entitas Anak) yang disusun sampai dengan 31 Desember setiap tahunnya. Pengendalian dianggap ada apabila Perusahaan mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dana operasional dari investee untuk memperoleh manfaat dari aktivitasnya. Pengendalian juga dianggap ada apabila induk Perusahaan memiliki baik secara langsung maupun tidak langsung melalui Entitas Anak lebih dari 50% hak suara.

Pada saat akuisisi, aset dan liabilitas Entitas Anak diukur sebesar nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Selisih lebih antara biaya perolehan dan bagian Perusahaan atas nilai wajar aset dan liabilitas yang dapat diidentifikasi diakui sebagai goodwill dan diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus selama lima tahun.

Jika biaya perolehan lebih rendah dari bagian Perusahaan atas nilai wajar aset dan liabilitas yang dapat diidentifikasi yang diakui pada tanggal transaksi, maka nilai wajar aset non-moneter yang diakuisisi harus diturunkan secara proporsional, sampai seluruh selisih tersebut tereliminasi. Sisa selisih lebih setelah penurunan nilai wajar aset dan liabilitas non moneter tersebut diakui sebagai goodwill negatif, dan diperlakukan sebagai pendapatan ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan menggunakan garis lurus selama 20 tahun

Hak pemegang saham minoritas dinyatakan sebesar bagian minoritas dari biaya perolehan historis aset bersih. Hak minoritas akan disesuaikan untuk bagian minoritas dari perubahan ekuitas. Kerugian yang menjadi bagian minoritas melebihi hak minoritas dialokasikan kepada bagian induk perusahaan.

Hasil akuisisi atau penjualan Entitas Anak selama tahun berjalan dari tanggal efektif akuisisi atau sampai dengan tanggal efektif penjualan termasuk dalam laporan laba rugi konsolidasi

Penyesuaian dapat dilakukan terhadap laporan keuangan Entitas Anak agar kebijakan akuntansi yang digunakan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh Perusahaan.

Seluruh transaksi antar perusahaan, saldo, penghasilan, dan beban dieliminasi pada saat proses konsolidasi.

c. Transaksi dan penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing

Pembukuan Perusahaan, diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi tahun yang bersangkutan.

d. Kas dan setara kas

Kas dan setara kas terdiri dari kas, bank dan semua investasi yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal penempatannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi penggunaannya.

e. Investasi

Deposito berjangka Deposito berjangka yang jatuh temponya lebih dari satu tahun dari tanggal neraca disajikan sebagai investasi

jangka panjang dan dinyatakan sebesar nilai nominal.

Investasi efek ekuitas yang nilai wajarnya tersedia

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (LANJUTAN)

e. Investasi (lanjutan)

Investasi dalam efek yang tersedia untuk dijual dinyatakan sebesar nilai wajarnya. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui langsung dalam ekuitas sampai pada saat efek tersebut dijual atau telah terjadi penurunan nilai. Pada saat itu, keuntungan atau kerugian kumulatif yang sebelumnya telah diakui dalam ekuitas dibebankan dalam laba rugi tahun berjalan.

Efek yang tersedia untuk dijual yang dimiliki sementara disajikan sebagai investasi sementara. Untuk menghitung laba atau rugi yang direalisasi, biaya perolehan efek ditentukan berdasarkan metode rata-rata

tertimbang.

Investasi pada entitas asosiasi Entitas asosiasi adalah suatu perusahaan dimana induk perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan, namun

tidak mempunyai pengendalian atau pengendalian bersama, melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan atas kebijakan finansial dan operasional investee.

Investasi pada entitas asosiasi dicatat di neraca sebesar biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk perubahan dalam bagian kepemilikan perusahaan atas aset bersih entitas asosiasi yang terjadi setelah perolehan, dikurangi dengan penurunan nilai yang ditentukan untuk setiap investee secara individu. Bagian perusahaan atas kerugian entitas asosiasi yang melebihi nilai tercatat dari investasi tidak diakui kecuali jika perusahaan mempunyai kewajiban melakukan pembayaran kewajiban entitas asosiasi yang dijaminnya, dalam hal demikian, tambahan kerugian diakui sebesar kewajiban atau pembayaran tersebut.

Goodwill dan goodwill negatif dari investasi pada entitas asosiasi diakui dan diamortisasi dengan cara yang sama dengan akuisisi dari entitas yang dikendalikan (Lihat kebijakan akuntansi mengenai prinsip konsolidasi).

Amortisasi goodwill dan goodwill negatif termasuk dalam bagian perusahaan atas laba entitas asosiasi.

f. Piutang usaha

Piutang usaha disajikan dalam jumlah neto. Penyisihan piutang ragu-ragu dibentuk berdasarkan hasil penelaahan atas keadaan piutang masing-masing pelanggan pada akhir tahun.

g. Persediaan

Persediaan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan dengan metode first-in, first-out (FIFO).

Penyisihan persediaan usang ditentukan berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan persediaan pada akhir periode.

h. Biaya Dibayar Dimuka

Biaya dibayar dimuka diamortisasi selama manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.

i. Properti investasi

Perusahaan menerapkan model nilai biaya atas akun pembelian properti investasi selama tahun berjalan. Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan termasuk pengeluaran yang bisa langsung diatribusikan.

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (LANJUTAN)

i. Properti investasi (lanjutan)

Properti investasi dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau ketika properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya. Setiap laba atau rugi yang berasal dari tidak diakuinya aset (perhitungan selisih antara hasil bersih pengurangan dan jumlah tercatat aset) termasuk dalam laporan laba rugi akhir tahun dimana akun tersebut dihentikan pengakuannya.

j. Aset tetap - pemilikan langsung

Efektif tanggal 1 Januari 2012, Kelompok Usaha menerapkan PSAK No. 16 (Revisi 2011), “Aset Tetap”. Revisi PSAK No. 16 ini juga mengatur akuntansi tanah sehingga PSAK ini juga mencabut PSAK No. 47, “Akuntansi Tanah”. ISAK No. 25 yang juga berlaku efektif pada tanggal yang sama, memberikan pedoman lebih lanjut mengenai perlakuan beberapa hak atas tanah di Indonesia beserta biaya terkait.

Perusahaan dan Entitas Anak memilih model biaya dalam kebijakan akuntansi aset tetap dimana aset tetap dicatat berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan, aset tetap digolongkan menjadi :

- Tanah - Golongan bangunan dana prasarana - Golongan bukan bangunan dan prasarana yang terdiri dari :

Golongan II : meliputi kendaraan/alat angkutan dan inventaris kantor dengan masa manfaat lebih dari 4 tahun

dan tidak lebih dari 8 tahun.

Golongan III : meliputi mesin dan perlengkapan dengan masa manfaat lebih dari 8 tahun.

Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan. Golongan bangunan dan prasarana disusutkan dengan metode garis lurus (straight-line method) sebesar 5% per

tahun dari biaya perolehan, sedangkan golongan bukan bangunan sesuai dengan golongannya disusutkan dengan metode saldo menurun ganda (double declining balance method), masing-masing dengan tarif per tahun sebagai berikut :

Group II : 25% Group III : 10%

Bila nilai tercatat suatu aset melebihi taksiran jumlah yang dapat diperoleh kembali ( estimated recoverable amount ) maka nilai tersebut diturunkan ke jumlah yang dapat diperoleh kembali tersebut, yang ditentukan sebagai nilai tertinggi antara harga jual neto dan nilai pakai.

Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laporan laba rugi pada saat terjadinya. Pengeluaran yang memperpanjang masa manfaat atau memberi manfaat ekonomis di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi atau peningkatan standar kinerja dikapitalisasi.

Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutannya. Keuntungan atau kerugian dari penjualan aset tetap tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi pada tahun yang bersangkutan.

Apabila manfaat ekonomi suatu aset tetap tidak lagi sebesar jumlah tercatatnya, maka aset tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat ekonomi yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aset tetap tersebut dilaporkan sebagai kerugian tahun berjalan.

Nilai residu, umur manfaat aset dan metode penyusutan ditelaah, dan jika perlu disesuaikan, pada setiap akhir periode pelaporan.

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (LANJUTAN)

j. Aset tetap - pemilikan langsung (lanjutan)

Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan. Akumulasi biaya perolehan aset dalam penyelesaian akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap bila telah selesai dan siap untuk digunakan.

k. Beban eksplorasi ditangguhkan

Biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan penyelidikan umum, perijinan dan eksplorasi, geologi dan fisika Entitas Anak ditangguhkan dan akan diamortisasi mulai saat tambang umum yang bersangkutan mulai menghasilkan dengan menggunakan metode unit produksi berdasarkan estimasi cadangan batubara yang ada.

l. Transaksi hubungan berelasi

Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan PSAK No. 7 (Revisi 2010), “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi”. PSAK revisi ini mensyaratkan pengungkapan hubungan, transaksi dan saldo pihak-pihak berelasi, termasuk komitmen, dalam laporan keuangan konsolidasian dan juga diterapkan terhadap laporan keuangan secara individual. Tidak terdapat dampak signifikan dari penerapan PSAK yang direvisi tersebut terhadap laporan keuangan konsolidasian

Suatu pihak dianggap berelasi dengan Perusahaan dan Entitas anak jika:

1. Langsung atau tidak langsung melalui satu atau lebih perantara, suatu pihak (i) mengendalikan atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama dengan Perusahaan dan Entitas anak ; (ii) memiliki kepentingan dalam Perusahaan dan Entitas anak yang memberikan pengaruh signifikan atas Perusahaan dan Entitas anak ; atau (iii) memiliki pengendalian bersama atas Perusahaan dan Entitas Anak ;

2. suatu pihak yang berelasi dengan Perusahaan dan Entitas Anak ;

3. suatu pihak adalah ventura bersama dimana Perusahaan dan Entitas Anak sebagai venture;

4. suatu pihak adalah anggota dari personil manajemen kunci Perusahaan dan Entitas Anak atau induk;

5. Suatu pihak adalah anggota keluarga dekat dengan individu yang diuraikan dalam butir (a) atau (d);

6. Suatu pihak adalah perusahaan yang dikendalikan, dikendalikan bersama atau dipengaruhi signifikan oleh atau untuk dimana hak suara signifikan pada beberapa perusahaan, langsung maupun tidak langsung, individu seperti diuraikan dalam butir (d) atau (e); atau

7. suatu pihak adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari Perusahaan dan Entitas Anak atau perusahaan lain yang berelasi dengan Perusahaan dan Entitas Anak .

Semua transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan berelasi, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan tingkat bunga atau harga, persyaratan dan kondisi yang sama sebagaimana dilakukan dengan pihak ketiga, diungkapkan dalam laporan keuangan konsolidasian.

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (LANJUTAN)

m. Pengakuan pendapatan dan beban

Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan Entitas anak menerapkan PSAK No. 23 (revisi 2010), “Pendapatan”. PSAK revisi ini mengidentifikasi terpenuhinya kriteria pengakuan pendapatan, sehingga pendapatan dapat diakui, dan mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan yang timbul dari transaksi dan kejadian tertentu, serta memberikan panduan praktis dalam penerapan kriteria mengenai pengakuan pendapatan. Tidak terdapat dampak signifikan dari penerapan PSAK yang direvisi tersebut terhadap laporan keuangan konsolidasian.

Pendapatan dari penjualan diakui pada saat barang diserahkan dan hak kepemilikan berpindah kepada pelanggan. Beban diakui sesuai manfaatnya pada tahun yang bersangkutan (accrual basis).

n. Imbalan Pasca Kerja

Efektif 1 Januari 2012, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 24 (revisi 2010), “Imbalan Kerja”. Revisi PSAK ini antara lain memperbolehkan entitas untuk menerapkan metode sistematis atas pengakuan yang lebih cepat dari keuntungan/kerugian aktuaria yang timbul dari imbalan pasti, antara lain pengakuan langsung keuntungan/kerugian yang terjadi pada periode berjalan ke dalam pendapatan komprehensif lain. Perusahaan dan Entitas Anak memilih mempertahankan metode yang dipakai sebelumnya yaitu metode 10% koridor sehubungan dengan pengakuan keuntungan/ kerugian aktuaria yang timbul.

Perusahaan dan Entitas Anak di Indonesia memberikan imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13/2003. Tidak terdapat pendanaan yang disishkan sehubungan dengan imbalan pasca kerja ini.

Perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Projected Unit Credit. Akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui yang melebihi jumlah yang lebih besar diantara 10% dari nilai kini imbalan pasti dan 10% nilai wajar aset program diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja yang diprakirakan dari para pekerja dalam program tersebut.

Biaya jasa lalu dibebankan langsung apabila imbalan tersebut menjadi hak atau vested, dan sebaliknya akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi hak.

Jumlah yang diakui sebagai imbalan pasti di laporan posisi keuangan konsolidasian merupakan nilai kini liabilitas imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian aktuarial yang belum diakui, biaya jasa lalu yang belum diakui dan nilai wajar aset program.

o. Pajak Penghasilan

Efektif tanggal 1 Januari 2012, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 46 (Revisi 2010) “Pajak Penghasilan”, yang menetapkan perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan dalam memperhitungkan konsekuensi pajak kini dan mendatang dari pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) masa depan yang diakui dalam laporan posisi keuangan konsolidasian dan transaksi dan kejadian lain dari periode kini yang diakui dalam laporan keuangan konsolidasian. PSAK revisi ini juga mensyaratkan entitas untuk mencatat kekurangan/kelebihan pembayaran pajak penghasilan beserta bunga/denda, jika ada, sebagai bagian dari “Beban Pajak Kini” dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.

Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.

Aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan antara jumlah tercatat aset dan liabilitas menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aset dan liabilitas. Liabilitas pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang.

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (LANJUTAN)

o. Pajak Penghasilan (lanjutan)

Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian. Perubahan nilai tercatat aset dan liabilitas pajak tangguhan yang disebabkan oleh perubahan tarif pajak dibebankan pada tahun berjalan, kecuali untuk transaksi-transaksi yang sebelumnya telah langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.

Aset dan liabilitas pajak tangguhan disajikan di laporan posisi keuangan konsolidasian atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian aset dan liabilitas pajak kini, kecuali aset dan liabilitas pajak tangguhan untuk perusahaan yang berbeda.

Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dengan Surat Ketetapan Pajak ("SKP") diakui sebagai pendapatan atau beban dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian periode berjalan, kecuali jika diajukan upaya penyelesaian selanjutnya. Jumlah tambahan pokok pajak dan denda yang ditetapkan dengan SKP ditangguhkan pembebanannya sepanjang memenuhi kriteria pengakuan aset.

Sebelum tanggal 1 Januari 2012, Perusahaan dan Entitas Anak mencatat bunga dan denda untuk kekurangan pembayaran pajak penghasilan, jika ada, dalam Penghasilan (Beban) Lain-lain sebagai bagian dari “Lain-lain - bersih” dalam laporan laba rugi komprehensif interim konsolidasian.

Efektif tanggal 1 Januari 2012, Grup menerapkan PSAK 46 (Revisi 2010), yang mensyaratkan Grup mencatat bunga dan denda untuk kekurangan/kelebihan pembayaran pajak penghasilan, jika ada, sebagai bagian dari “Manfaat (Beban) Pajak Penghasilan - Periode Berjalan” dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.

p. Laba bersih per saham

Sesuai dengan PSAK No. 56, "Laba per Saham", LPS dasar dihitung dengan membagi laba atau rugi bersih yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba bersih residual) dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam satu periode

q. Informasi segmen

Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan dan anak Perusahaan menerapkan PSAK No. 5 (Revisi 2009), “Segmen Operasi”. PSAK revisi ini mengatur pengungkapan yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari aktivitas bisnis serta lingkungan ekonomi di mana perusahaan beroperasi.

Segmen adalah bagian khusus dari Perusahaan dan Entitas Anak yang terlibat baik dalam menyediakan produk dan jasa (segmen usaha), maupun dalam menyediakan produk dan jasa dalam lingkungan ekonomi tertentu (segmen geografis), yang memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dari segmen lainnya.

Pendapatan, beban, hasil, aset dan liabilitas segmen termasuk item-item yang dapat diatribusikan langsung kepada suatu segmen serta hal-hal yang dapat dialokasikan dengan dasar yang sesuai kepada segmen tersebut. Segmen ditentukan sebelum saldo dan transaksi antar Perusahaan dan Entitas Anak dieliminasi sebagai bagian dari proses konsolidasi.

Aset dan liabilitas yang digunakan bersama dalam satu segmen atau lebih dialokasikan kepada setiap segmen jika, dan hanya jika, pendapatan dan beban yang terkait dengan aset tersebut juga dialokasikan kepada segmen- segmen tersebut.

r. Penggunaan Estimasi

Penyusunan laporan keuangan konsolidasian yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengharuskan manajemen untuk membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan liabilitas dan pengungkapan aset dan liabilitas kontinjen pada tanggal laporan keuangan konsolidasian serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Hasil yang sebenarnya mungkin berbeda dari jumlah yang diestimasi.

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (LANJUTAN)

s. Instrumen keuangan

Efektif tanggal 1 Januari 2012, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK No. 50 (revisi 2010), “Instrumen Keuangan: Penyajian”, PSAK No. 55 (revisi 2011), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” dan PSAK No. 60, “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”.

PSAK 50 (Revisi 2010), berisi persyaratan penyajian dari instrumen keuangan dan mengidentifikasikan informasi yang harus diungkapkan. Persyaratan pengungkapan berlaku terhadap klasifikasi instrumen keuangan, dari perspektif penerbit, dalam aset keuangan, liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian yang terkait dengan suku bunga, dividen, kerugian dan keuntungan; dan keadaan dimana aset keuangan dan liabilitas keuangan akan saling hapus. PSAK ini mensyaratkan pengungkapan, antara lain, informasi mengenai faktor yang mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat kepastian arus kas masa datang suatu entitas yang terkait dengan instrumen keuangan dan kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk instrumen tersebut.

PSAK 55 (Revisi 2011) mengatur prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan dan beberapa kontrak pembelian atau penjualan items non-keuangan. PSAK ini, antara lain, menyediakan definisi dan karakteristik derivatif, kategori instrumen keuangan, pengakuan dan pengukuran, akuntansi lindung nilai dan penetapan hubungan lindung nilai.

PSAK No. 60 mensyaratkan pengungkapan signifikansi instrumen keuangan untuk posisi keuangan dan kinerja; beserta sifat dan tingkat yang timbul dari resiko keuangan Kelompok Usaha yang terekspos selama periode berjalan dan pada akhir periode pelaporan, dan bagaimana Kelompok Usaha mengelola risiko mereka.

s1. Aset keuangan Pengakuan awal

Aset keuangan dalam lingkup PSAK 55 (Revisi 2011) diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo, atau aset keuangan tersedia untuk dijual, mana yang sesuai.

Perusahaan dan Entitas Anak menentukan klasifikasi aset keuangan tersebut pada pengakuan awal dan, jika diperbolehkan dan diperlukan, mengevaluasi kembali pengklasifikasian aset tersebut pada setiap akhir periode keuangan.

Aset keuangan pada awalnya diakui sebesar nilai wajarnya ditambah, dalam hal investasi yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.

Pembelian atau penjualan aset keuangan yang memerlukan pengiriman aset dalam kurun waktu yang ditetapkan oleh peraturan atau kebiasaan yang berlaku di pasar (perdagangan yang lazim) diakui pada tanggal perdagangan, yaitu tanggal Perusahaan dan Entitas Anak berkomitmen untuk membeli atau menjual aset tersebut.

Aset keuangan Perusahaan dan Entitas Anak meliputi kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang lainnya, investasi jangka pendek dan investasi pada entitas asosiasi.

Pengukuran setelah pengakuan awal

Pengukuran aset keuangan setelah pengakuan awal tergantung pada klasifikasinya sebagai berikut: • Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi komprehensif

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (LANJUTAN)

s. Instrumen keuangan (lanjutan) s1. Aset keuangan (lanjutan)

Pengukuran setelah pengakuan awal (lanjutan)

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi termasuk aset keuangan untuk diperdagangkan dan aset keuangan yang ditetapkan pada saat pengakuan awal untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi komprehensif.

Aset keuangan diklasifikasikan sebagai kelompok diperdagangkan jika mereka diperoleh untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat. Aset derivatif juga diklasifikasikan sebagai kelompok diperdagangkan kecuali mereka ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai efektif. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian pada nilai wajar dengan keuntungan atau kerugian dari perubahan nilai wajar diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi.

Derivatif yang melekat pada kontrak utama dicatat sebagai derivatif yang terpisah apabila karakteristik dan risikonya tidak berkaitan erat dengan kontrak utama, dan kontrak utama tersebut tidak dinyatakan dengan nilai wajar. Derivatif melekat ini diukur dengan nilai wajar dengan laba atau rugi yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui pada laporan laba rugi konsolidasian. Penilaian kembali hanya terjadi jika terdapat perubahan dalam ketentuan-ketentuan kontrak yang secara signifikan mengubah arus kas yang akan diperlukan.

• Pinjaman yang diberikan dan piutang Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah

ditentukan, yang tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan tersebut diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi (amortized cost) dengan menggunakan metode suku bunga efektif (effective interest rate). Keuntungan dan kerugian diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada saat pinjaman yang diberikan dan piutang dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, demikian juga pada saat proses amortisasi.

Kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang lainnya, dan investasi jangka pendek Perusahaan dan Entitas Anak termasuk dalam kategori ini.

• Investasi dimiliki hingga jatuh tempo [Held-To-Maturity (“HTM”)] Aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah

ditetapkan diklasifikasikan sebagai HTM ketika Perusahaan memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Setelah pengukuran awal, investasi HTM diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Metode ini menggunakan suku bunga efektif yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang selama perkiraan umur dari aset keuangan ke nilai tercatat bersih (net carrying amount) dari aset keuangan. Keuntungan dan kerugian diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian pada saat investasi tersebut dihentikan pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, serta melalui proses amortisasi.

• Aset keuangan tersedia untuk dijual [Available For Sale (“AFS”)] Aset keuangan AFS adalah aset keuangan non derivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau

yang tidak diklasifikasikan dalam tiga kategori sebelumnya. Setelah pengukuran awal, aset keuangan AFS diukur dengan nilai wajar dengan keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi diakui dalam ekuitas sampai investasi tersebut dihentikan pengakuannya.

Pada saat itu, keuntungan atau kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui dalam ekuitas akan direklas ke laporan laba rugi sebagai penyesuaian reklasifikasi.

Perusahaan memiliki investasi berikut yang diklasifikasikan sebagai AFS:

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (LANJUTAN)

s. Instrumen keuangan (lanjutan)

s1. Aset keuangan (lanjutan) Pengukuran setelah pengakuan awal (lanjutan)

- Investasi saham yang nilai wajarnya tidak tersedia dengan pemilikan modal kurang dari 20%, dan investasi jangka panjang lainnya. Investasi ini dinyatakan sebesar biaya perolehan.

- Investasi saham ekuitas yang nilai wajarnya tersedia dengan pemilikan modal kurang dari 20% dan yang diklasifikasikan dalam kelompok AFS. Investasi ini dicatat sebesar nilai wajarnya.

s2. Liabilitas keuangan Pengakuan awal

Liabilitas keuangan dalam lingkup PSAK 55 (Revisi 2006) dapat dikategorikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui Laporan laba rugi komprehensif, pinjaman dan hutang, atau derivatif yang ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai dalam lindung nilai yang efektif, mana yang sesuai. Perusahaan dan Entitas Anak menentukan klasifikasi liabilitas keuangan mereka pada saat pengakuan awal.

Liabilitas keuangan diakui pada awalnya sebesar nilai wajar dan, dalam hal pinjaman dan utang, termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.

Liabilitas keuangan Perusahaan dan Entitas Anak meliputi utang usaha, utang lain-lain, biaya masih harus dibayar, utang bank, utang lain-lain kepada pihak berelasi, dan liabilitas imbalan pasca kerja.

Pengukuran setelah pengakuan awal

Pengukuran liabilitas keuangan tergantung pada klasifikasinya sebagai berikut: • Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi komprehensif

Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui Laporan laba rugi komprehensif termasuk liabilitas keuangan untuk diperdagangkan dan liabilitas keuangan yang ditetapkan pada saat pengakuan awal untuk diukur pada nilai wajar melalui Laporan laba rugi komprehensif.

Liabilitas keuangan diklasifikasikan sebagai kelompok diperdagangkan jika mereka diperoleh untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat. Liabilitas derivatif juga diklasifikasikan sebagai kelompok diperdagangkan kecuali mereka ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai efektif.

Keuntungan atau kerugian atas liabilitas yang dimiliki untuk diperdagangkan diakui dalam Laporan laba rugi koonsolidasi

• Pinjaman dan utang Setelah pengakuan awal, pinjaman dan utang yang dikenakan bunga selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

Keuntungan dan kerugian diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian pada saat liabilitas tersebut dihentikan pengakuannya serta melalui proses amortisasi.

s3. Saling hapus dari intrumen keuangan

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam Laporan posisi keuangan konsolidasi jika, dan hanya jika, entitas saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui dan berniat untuk menyelesaikan secara neto, atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan.

(Dinyatakan Dalam Rupiah Penuh)

2. KEBIJAKAN AKUNTANSI (LANJUTAN)

s. Instrumen keuangan (lanjutan) s4. Nilai wajar intrumen keuangan

Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan secara aktif di pasar keuangan yang terorganisasi ditentukan dengan mengacu pada kuotasi harga penawaran atau permintaan (bid or ask prices) di pasar aktif pada penutupan bisnis pada akhir periode pelaporan. Untuk instrumen keuangan yang tidak memiliki pasar aktif, nilai wajar ditentukan dengan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian mencakup penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar oleh pihak-pihak yang berkeinginan dan memahami (recent arm’s length market transactions); penggunaan nilai wajar terkini instrumen lain yang secara substansial sama; analisa arus kas yang didiskonto; atau model penilaian lain.

s5. Biaya perolehan diamortisasi dari instrumen keuangan

Biaya perolehan diamortisasi dihitung dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi dengan penyisihan atas penurunan nilai dan pembayaran pokok atau nilai yang tidak dapat ditagih. Perhitungan tersebut mempertimbangkan premium atau diskonto pada saat perolehan dan termasuk biaya transaksi dan biaya yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suku bunga efektif.

s6. Penurunan nilai dari aset keuangan

Pada setiap akhir periode pelaporan Perusahaan dan Entitas Anak mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai.

• Aset keuangan dicatat pada biaya perolehan diamortisasi Untuk pinjaman yang diberikan dan piutang yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi, Perusahaan dan

Entitas Anak pertama kali menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau secara kolektif untuk aset keuangan yang jumlahnya tidak signifikan secara individual. Jika Perusahaan dan Entitas Anak menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan atau tidak, maka mereka memasukkan aset tersebut ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.

Dalam mengevaluasi penurunan nilai secara kolektif, Perusahaan menggunakan model statistik dari tren historis atas probabilitas wanprestasi, waktu pemulihan kembali dan jumlah kerugian yang terjadi, yang disesuaikan dengan pertimbangan manajemen mengenai apakah kondisi ekonomi dan kredit terkini sedemikian rupa sehingga dapat mengakibatkan kerugian aktual yang jumlahnya akan lebih besar atau lebih kecil daripada jumlah yang ditentukan oleh model historis. Tingkat wanprestasi, tingkat kerugian dan waktu yang diharapkan untuk pemulihan di masa datang akan diperbandingkan secara berkala terhadap hasil aktual untuk memastikan estimasi tersebut masih memadai.