BAB II KERANGKA TEORI - Strategi Pengembangan Bisnis pada Peternakan Bibit Ikan Lele di Kota Binjai (Studi Kasus pada Ternak Lele Asio Jalan Lincun Binjai Barat)

BAB II KERANGKA TEORI

2.1. Pengertian dan Tipe-tipe Strategi

  Strategi merupakan tindakan yang merupakan incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelnggan dimasa yang akan dating. Dengan demikian perencanaan strategis hamper selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi” bukan dimulai dari “ apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memrlukan kompensasi inti (core

  

competencies ). Perusahaan perlu mencari kompensasi inti didalam bisnis yang

dilakukan.

  Definisi pertama yang dikeluarkan oleh Chandler dalam Fuad (2005:12) menyebutkan bahwa “Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut”. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun.Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut : (1) Distinctive

  

Competence : tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan

  kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya, dan (2) Competitive

  

Advantege : kegiatan sfesifik yang dikembankan oleh perusahaan agar lebih

unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

  Pada prisnispnya strategi dapat dikelompokan menjadi tiga tipe strategi yaitu:

  1. Strategi Manajemen Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakuakan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi pemgembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi keuangan, dan sebagainya

  2. Strategi Investasi Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi.

  Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi psar,strategi bertahan, serta pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya.

  3. Strategi Bisnis Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi, strategi distribusi, strategi organisasi, strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.

  Strategi-strategi ini sangat berpengaruh pada kelangsungan perushaan, Hal ini diakibatkan karena akan terjadi persaingan yang ketat untuk memenangkan persaingan psar. Oleh karena itu banyak perusahaan yang menggunakan berbagai cara untuk memberikan hal yang berbeda kepada konsumen agar persaingan diantara perusahaan dapat dihindarkan.

  Ketiga elemen ini sangat menentukan arah dari strategi pemasaran perusahaan. Strategi tersebut merupakan rencana jangka panjang yang digunakan sebagai pedoman bagi kegiatan-kegiatan personalia pemasaran.

2.2. Pengertian Bisnis

  Bisnis merupakan suatu cabang ilmu ekonomi, yang berarti suatu organisasi dalam menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba / keuntungan. Menurut Machfoedz (2004:3) bahwa ”Secara historis kata bisnis berasal dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan demi mendatangkan keuntungan”.

  Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, terbentuk demi mendapatkan profit serta meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik maupun operator dari perusahaan mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semuanya mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif dimana bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana perusahaan besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.

  Menurut segi etimologi, bisnis berarti suatu keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan menghasilkan keuntungan.

  Kata “bisnis” sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung penggunaan maupun ruang lingkupnya, penggunaan dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan secara lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya “perusahaan media.” Penggunaan paling luas terkait pada seluruh aktivitas dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi “bisnis” yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.

  Menurut Griffin dan Ebert (2007:18) ada beberapa bentuk bisnis sesuai dengan tipe pengelolaan beserta modal yang digunakan, yaitu : (1) Perusahaan perseroan, (2) Persekutuan, (3) Perseroan dan (4) Koperasi.

  1. Perusahaan perseorangan Perusahaan perseorangan adalah kepemilikannya dipegang oleh satu orang. Pemilik perusahaan perseorangan memiliki tanggung jawab tak terbatas atas harta maupun kekayaan perusahaan. Artinya, apabila mengalami kerugian, pemiliklah yang wajib menanggung seluruh kerugian itu.

  2. Persekutuan Persekutuan adalah sistem kepemilikan dimana dua orang atau lebih bekerja sama mengoperasikan perusahaan untuk mendapatkan profit. Sama seperti perusahaan perseorangan, setiap sekutu (anggota persekutuan) memiliki tanggung jawab tak terbatas atas harta perusahaan. Persekutuan dapat dikelompokkan menjadi persekutuan komanditer dan firma.

  3. Perseroan Perseroan dimana kepemilikannya dipegang oleh beberapa orang serta diawasi oleh dewan direktur. Setiap pemilik memiliki tanggung jawab yang terbatas atas harta perusahaan.

  4. Koperasi Koperasi beranggotakan orang-orang atau badan hukum dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Usahanya bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya. Karateristik utamanya yaitu membedakan dengan badan usaha lain adalah anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.

  Bisnis terdiri dari berbagai macam tipe, dimana dikelompokkan dengan cara berbeda. Satu dari banyak cara dapat digunakan adalah dengan mengelompokkannya berdasarkan aktivitas dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Grifin dan Ebert (2007:20) klasifikasi yang dimaksud, yaitu :

  Manufaktur adalah memproduksi produk berasal dari barang mentah atau beberapa komponen, kemudian dijual untuk mendapatkan keuntungan. Contoh manufaktur adalah perusahaan dimana memproduksi barang fisik seperti mobil atau pipa; Jasa adalah menghasilkan barang intangible, dan mendapatkan keuntungan dengan cara meminta bayaran atas jasa yang mereka berikan. Contoh bisnis jasa adalah konsultan maupun psikolog; Pengecer dan distributor adalah pihak dimana berperan sebagai perantara barang antara produsen dengan konsumen. Kebanyakan toko dan perusahaan berorientasi pada konsumen adalah distributor atau pengecer. Seperti sejumlah toko waralaba, Indomaret ataupun Alfamaret dimana keduanya memiliki kesamaan secara tujuan yaitu profit oriented; Barang pertanian dan pertambangan dimana memproduksi barang-barang mentah, seperti tanaman atau mineral tambang; Finansial servis mendapatkan keuntungan dari investasi dan pengelolaan modal secara korporasi maupun perseorangan. Contohnya Perusahaan berjangka ataupun emiten sebagai broker penyedia jasa keuangan di pasar modal; Jasa informasi menghasilkan keuntungan terutama dari penjualan kembali properti intelektual dalam bentuk buku ataupun literatur; Utilitas dimana mengoperasikan jasa untuk publik, seperti listrik dan air, biasanya didanai oleh pemerintah; Real estate menghasilkan keuntungan dengan cara menjual, menyewakan, serta mengembangkan properti, rumah, dan bangunan, dan; Jasa Transportasi, mendapatkan keuntungan dengan cara mengantarkan barang atau individu dari sebuah lokasi ke lokasi yang lain.

2.3. Formulasi Strategi Melalui Pendekatan SWOT

  Analisis SWOT adalah keseluruhan evaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan (Kotler, 2009). Analisis situasi ini mengharuskan para manager strategis untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal. Dari hasil analisis SWOT akan diperoleh strategi alternatif perusahaan untuk membantu manajer strategis memutuskan kearah mana perusahaan dapat tumbuh dan berkembang.

2.3.1. Analisis Lingkungan Internal

  Husein (2001) berpendapat bisnis perusahaan sebagai suatu sistem akan berkaitan dengan sekumpulan faktor tertentu yang dapat mempengaruhi arah dan kebijakan perusahaan dalam mengelola bisnisnya. Lingkungan internal merupakan aspek-aspek (kekuatan dan kelemahan) yang ada dalam perusahaan.

  Menurut David (2004:67) bidang fungsional yang menjadi variabel dalam analisis internal adalah: Manajemen, merupakan pengaturan organisasi secara keseluruhan, mencakup aktivitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf serta pengendalian/control; Keuangan, sangat penting untuk memformulasikan strategi secara efektif; Pemasaran, merupakan proses penetapan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa sehingga pemasar perlu memperhatikan bauran pemasaran yang disebut 4 P (produk, tempat, harga dan promosi); Produksi/operasional, merupakan seluruh aktivitas yang merubah input menjadi output terdiri dari kualitas produk, persediaan, desain proses dan kapasitas, sumber daya manusia, rantai pasokan, perawatan; Penelitian dan pengembangan, biasanya diarahkan pada produk-produk baru sebelum pesaing melakukannya.

2.3.2. Analisis Lingkungan Eksternal

  Husein (2003) berpendapat bahwa lingkungan ini mencakup sejumlah variabel (peluang dan ancaman) yang berada diluar organisasi. David (2004:82) mengelompokkan lingkungan eksternal menjadi dua bagian, yaitu:

  Lingkungan umum, merupakan lingkungan luar atau lingkungan jauh dari perusahaan, lingkungan umum terdiri dari faktor politik, ekonomi, sosial dan teknologi; Lingkungan industri, merupakan lingkungan eksternal yang memiliki implikasi relatif lebih lagsung terhadap operasional perusahaan, terdiri dari ancaman produk pengganti, kekuatan tawar menawar pembeli, dan ancaman pesaing baru.

2.4. Strategi Pengembangan Biisnis

  Strategi pengembangan bisnis baik bisnis pribadi, perusahaan besar maupun usaha skala kecil dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sederhana untuk memperbaiki diri.mengharuskan untuk memiliki visi atau gagasan tentang apa yang harus memperbaiki. Lalu ada langkah yang diikuti, termasuk pengukuran, pengorganisasian, mengurangi biaya dan mendapatkan lebih banyak pelanggan. Usaha mengembangkan bisnis sarana untuk bergerak maju dari situasi sekarang. Itu bisa berarti untuk meningkatkan keuntungan, mengurangi kerugian, mendapatkan lebih banyak pelanggan, memperluas pasar, menjadi lebih terlihat di masyarakat, go public atau sejumlah barang lain yang dianggap diinginkan.

  Tahap-tahap pengembangan usaha menurut Solihin (2006:26) adalah ”Memiliki ide bisnis, penyaringan ide/konsep usaha, pengembangan rencana usaha dan implementasi rencana usaha pada pengendalian usaha”.

  Strategi mengembangkan usaha bisnis antara lain sebagai berikut (http://www.peluangbisnis.co.id, 2012, diakses tanggal 3 April 2014): (1) Mengukur dimana berada, (2) Mengatur operasi, (3) Mengurangi biaya, (4) Mendapatkan lebih banyak pelanggan, dan (5) Mengukur kembali.

  1. Mengukur dimana anda berada.

  Meskipun kita bisa mendapatkan firasat bahwa bisnis kita adalah memperbaiki, satu-satunya cara untuk memverifikasinya adalah dengan beberapa cara pengukuran yang valid. Hal ini dilakukan baik sebelum maupun setelah beberapa upaya peningkatan.

  2. Mengatur operasi.

  Dengan mengorganisir atau re-organisasi dan proses operasi kita, kita dapat membuat bisnis kita mesin yang lebih efektif. Ini termasuk menentukan tujuan, perencanaan, dan menggunakan standar ISO 9000.

  3. Mengurangi biaya.

  Dengan menggunakan Total Quality Management (TQM) metode dan alat, serta konsep-konsep serupa lainnya, kita dapat mengurangi bahan yang terbuang, usaha, dan waktu dalam membuat, menjual, dan memberikan produk kita. Hasilnya adalah perbaikan dalam alur dasar perusahaan dan peningkatan keunggulan kompetitif.

  4. Mendapatkan lebih banyak pelanggan.

  Dengan memuaskan pelanggan kita dengan produk-produk berkualitas tinggi dan layanan tambahan, kita akan mendapatkan bisnis yang berulang dan arahan. Tentu saja, kita harus harga kompetitif, dan mereka harus memiliki akses yang mudah ke produk kita.

  5. Mengukur lagi.

  Mengukur lagi untuk memverifikasi perbaikan pengembangan usaha bisnis kita.

  Strategi pengembangan bisnis juga harus memperhatikan beberapa tantangan yang harus dihadapi. Apabila dilihat dari sisi alasan/pendorong seorang wirausahawan merintis usaha baru, maka kita akan mendapatkan jawaban yang sangat beragam. Berdasarkan salah satu studi ditemukan ada tujuh alasan seorang wirausahawan memulai/membuka usaha baru, yaitu: (1) Kebutuhan akan pengakuan diri, (2) Kebutuhan untuk kebebasan, (3) Kebutuhan pengembangan diri dan kepribadian, (4) Keamanan dan pengembangan asset (philanthropic), (5) Persepsi kemakmuran (perception of wealth), (6) Pengurangan pajak, dan (7) Mengikuti mental model.

  Namun demikian dari setiap latar belakang yang beragam perlu ditekankan bahwa dalam mengembangkan usaha baru dibutuhkan komitmen tinggi, waktu, tenaga dan biaya. Pengerjaan dan persiapan yang asal-asalan atau setengah hati tidak akan menjadikan suatu usaha berhasil. Satu hal yang perlu dicermati lagi, evaluasi terhadap internal dan eksternal sangat menentukan keberhasilan usaha baru. Berikut beberapa elemen yang mempengaruhi kinerja usaha baru (new star-up venture) atau faktor-faktor penentu berhasilnya usaha baru adalah sebagai berikut: (1) Karakteristik wirausahawan, (2) Proses pendirian, (3) Lingkungan, dan (4) Karakteritik jenis usaha. Masing-masing elemen saling terkait dan memiliki pengaruh yang besar dalam keberhasilan dan berkembangnya suatu usaha.

2.5. Kualitas Pelayan an

  Unsur-unsur kualitas pelayanan menurut Tjiptono dan Diana (2003:3) terdiri dari : (1) Produk, (2) Jasa, (3) Manusia, (4) Proses, dan (5) Lingkungan.

1. Produk

  Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada suatu pasar untuk memenuhi keinginanatau kebutuhan, segala sesutu yang termasuk didalamnya adalah barang berwujud, jasa, tempat,dan organisasi. Salah satu cara untuk membedakan antara perusahaan atau lembaga yang bergerak di bidang jasa adalah memberikan jasa dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaing secara konsisten.

  Termasuk dalam pengertian produk menurut Laksana (2008:69) adalah :

  Goods, yaitu semua barang-barang fisik, Services, yaitu jasa atau

  pelayanan yang bersifat non fisik yang menyertai atau tidak menyertai produk dengan fisik, Experiences, pengalaman kegiatan seseorang yang dapat dinikmati orang lain, Events, kegiatan atau peristiwa yang dibutuhkan orang lain, Persons, keahlian atau ketenaran seseorang,

  Places , tempat atau kota yang memiliki, keunikan (sejarah ) atau

  keindahan, Propertis, hak kepemilikan bisa berupa benda nyata (real

  estate ) atau finansial (saham atau obligasi), Organization, lembaga atau

  wadah yang dapat memberikan citra atau nilai jual suatu produk,

  Information , informasi yang dapat diproduksi dan dipasarkan (sekolah,

  surat kabar dan sebagainya), Ideas, gagasan yang menghasilkan produk yang diminta. Yang perlu diperhatikan dalam permasalahan produk adalah bahwa konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi memberi benefit dan value dari produk tersebut.

  Purnama (2005:162) menyatakan terdapat 7 tingkatan hirarki produk, yaitu:

  Keluarga kebutuhan (need family), kebutuhan inti yang mendasari keberadaan suatu kelompok produk, Keluarga produk (product family), semua kelas produk yang dapat memenuhisuatu kebutuhan ini dengan efektifitas memadai, Kelas produk (product class), sekelompok produk dalam keluarga produk yang diakui memiliki kesamaan fungsional, Lini produk (product line), sekelompok produk dalam suatu kelas yang berkaitan erat, karena mereka melaksanakan suatu fungsi yang serupa,dijual pada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama, atau berada dalam rentang harga tertentu, Jenis produk (product type), suatu kelompok produk dalam suatu line produk yang sama-sama memiliki salah satu dari berbagai kemungkinan bentuk produk tersebut, Merek (brand), nama yang diasosiasikan dengan satu atau beberapa produk dalamline produk yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber atau karakter produk tersebut, Unit produk (item/stokckkeeping unit/product variance), merupakan satu unit tersendiri dalam suatu merek atau line produk yang dapat dibedakan menurut ukuran, harga , penampilan, atau atribut lain.

  2. Jasa

  Tjiptono dan Diana (2003:144) menyatakan bahwa “layanan pelanggan seringkali dilihat sebagai bagian dari unsur bauran pemasaran tempat (place) dan dikaitkan dengan komponen distribusi dan logistik dari unsur tersebut”.

  Pemasaran interaktif membangun kualitas layanan dalam usahanya mendapatkan keunggulan bersaing jangka panjang. Pada dasarnya kriteria kualitas sulit untuk ditukar.

  Customer service meliputi semua aktifitas untuk memberikan kegunaan

  waktu dan tempat (time and place utility) termasuk pelayanan pra transaksi, saat transaksi dan pasca transaksi. Kegiatan sebelum transaksi akan turut mempengaruhi kegiatan transaksi.Oleh karena itu, kegiatan pendahuluannya harus dibuat sebaik mungkin. Sehingga konsumen memberikan respons yang positif dan menunjukkan loyalitas yang tinggi.

  3. Manusia

  Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa, maka manusia atau person yang berfungsi sebagai service provider sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam manusia berarti sehubungan dengan seleksi, training, motivasi, dan manajemen sumber daya manusia. Pentingnya manusia dalam memberikan pelayanan berkualitas berkaitan dengan internal marketing, yaitu interaksi antara setiap karyawan dan tiap departemen dalam organisasi.

  Manusia merupakan unsur terpenting dalam organisasi dan juga dalam bauran pemasaran, karena perusahaan jasa banyak melakukan kontak secara langsung dengan pelanggan. Oleh karena itu kualitas jasa sangat tergantung kepada kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh personalia organisasi, sehingga pelatihan dan pengembangan pegawai sering merupakan kunci keberhasilan pelayanan jasa. Banyak lembaga rumah sakit mengutamakan pengembangan pegawai khususnya tenaga perawat dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan dalam proses perawatan pasien. Pentingnya orang dalam pemasaran jasa mengarah pada minat yang lebih besar dalam pemasaran internal. Ini menyadari pentingnya menarik, memotivasi, melatih dan mempertahankan kualitas karyawan dengan pengembangan pekerjaan-pekerjaan untuk memuaskan kebutuhan individu.

  Lupiyoadi (2004:162) menjelaskan 4 kriteria peranan atau pengaruh dari aspek manusia terhadap konsumen, yaitu:

  Contractor , person disini berinteraksi langsung dengan konsumen dalam

  frekuensi yang cukup sering dan sangat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli, Modifier, mereka tidak secara langsung mempengaruhi konsumen,tetapi cukup sering berhubungan dengan konsumen, misalnya resepsionis, Influencer, mereka mempengaruhi konsumen dalam keputusan untuk membeli tetapi tidak secara langsung kontak dengan konsumen, Isolated, person tidak secara langsung ikut serta dalam marketing mix dan juga tidak sering bertemu dengan konsumen. Misalnya, karyawan bagian administrasi penjualan, ADM dan data processing.

  4. Proses

  Proses dapat dibedakan dalam dua cara, yaitu: complexity, berhubungan dengan langkah dan tahap dalam proses, serta divergence: berhubungan dengan adanya perubahan dalam langkah atau tahap proses.

  Proses atau berlangsungnya operasi merupakan faktor penting bagi konsumen yang kontak pelayanannya cukup tinggi, yang seringkali merupakan perwakilan perusahaan tersebut. Misalnya pasien rumah sakit sangat terpengaruh dengan cara staf atau karyawan yang menangani pasien.Demikian juga dengan calon siswa akan terlebih dahulu datang dan melihat gedung, ruangan kelas tempat belajar, laboratorium, perpustakaan, serta fasilitas lainnya yang turut serta menunjang aktivitas atau proses belajar.

  Jadi dalam konteks pemasaran jasa, konteks sosial dan fisik sangat mempengaruhi, dimana hal tersebut dapat dikatakan sebagai hal yang mutlak diperlukan dalam setiap proses pelayanan. Interaksi sosial yang terjadi dalam kegiatannya secara tidak langsung akan mempengaruhi setiap fasilitas yang ada serta lingkungan dimana setiap konsumen dan penjual saling berinteraksi akan berupaya meningkatkan setiap service yang dilakukan.

  5. Lingkungan

  Tjiptono dan Diana (2003:90) menyatakan bahwa “lingkungan berkenan dengan keputusan perusahaan mengenai dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan”. Pentingnya lingkungan untuk jasa tergantung pada jenis dan tingkat internal yang terlibat. Interaksi antara penyedia jasa dengan pelanggan terdiri dari pelanggan mendatangi penyedia jasa atau penyedia jasa dan pelanggan mentransaksikan bisnis dalam jarak jauh.

  Menurut Lupiyoadi (2004:171), “keputusan tentang lingkungan dan sistem penyampaian harus sejalan dengan strategi lembaga secara keseluruhan”. Jika strateginya adalah spesialisasi menawarkan produk tertentu pada pasar tertentu , ini dapat menunjukkan lingkungan yang pasti.Contohnya, sekolah seni menawarkan produk yang beragam karena lingkungan dekat museum seni. Galeri, teater, dan sebagainya yang memperkaya peluang tersebut.

  Desain dan tata letak fasilitas jasa erat kaitannya dengan pembentukan persepsi pelanggan. Pada sejumlah tipe jasa, persepsi yang terbentuk dari interaksi antara pelanggan dengan fasilitas jasa berpengaruh terhadap kualitas jasa tersebut di mata pelanggan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam mengambil keputusan desain fasilitas jasa meliputi (Lupiyoadi, 2004:173):

  Sifat dan tujuan organisasi jasa, sifat suatu jasa seringkali menentukan berbagai persyaratan desainnya. Desain fasilitas yang baik dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya perusahaan mudah dikenali dan desain eksterior bisa menjadi ciri khas atau petunjuk mengenai sifat jasa di dalamnya; Ketersediaan tanah dan kebutuhan akan ruang/tempat setiap perusahaan jasa yang membutuhkan lokasi fisik untuk mendirikan fasilitas jasanya perlu mempertimbangkan sejumlah faktor, seperti kemampuan financial , ketersediaan tanah , peraturan pemerintah berkenan dengan kepemilikan tanah dan pembebasan tanah dan sebagainya. Sebaiknya lokasi tersebut memadai sebab lokasi juga salah satu daya tarik tersendiri; Fleksibilitas desaian sangat diperlukan apabila permintaan sering berfluktuasi dan jika spesifikasi jasa cepat berkembang.sehingga resiko keuangan relatif besar. Kedua kondisi ini menyebabkan fasilitas jasaharus dapat disesuaikan secara mudah dengan memperhitungkan kemungkinan perkembangan di masa mendatang; Faktor estesis, fasilitas jasa yang tertata secara rapi,menarik dan estetis akan dapat meningkatkan sikap positif pelanggan terhadap suatu jasa; Masyarakat dan lingkungan sekitar masyarakat (terutama memperhatikan masalah sosial dan lingkungan hidup) dan lingkungan di sekitar fasilitas jasa memainkan peranan penting dan berpengaruh besar terhadap perusahaan, Biaya kontruksi dan operasi, kedua jenis biaya ini dipengaruhi desain fasilitas. Biaya kontruksi dipengaruhi oleh jumlah dan jenis bahan bangunan yang digunakan. Biaya operasi dipengaruhi oleh kebutuhan operasional fasilitas termasuk biaya pemasaran.

2.6.Indikator Keberhasilan Bisnis

  "Apakah kesuksesan itu ?" Ketika pertanyaan ini diajukan, setiap pengusaha akan memberikan jawaban yang berbeda. Sebagian akan mengatakan bahwa sukses adalah mencapai kemandirian, kendali, dan keamanan. Sebagian lain mengatakan kesuksesan adalah kekuasaan, pengakuan, dan uang. Sebagian lain akan mengatakan mengenai persahabatan, praktek, dan bahkan bangkit dari kegagalan dan lain-lain

  Kesuksesan tidak mudah didefinisikan. Sebuah bisnis biasanya melalui jalan yang panjang dan berliku, dan pada saat mencapai apa yang menjadi tujuannya, membuktikan bahwa bisnis berada dijalur yang tepat. Perjalanan inilah yang digunakan sebagai indikator dimana bisnis tumbuh dan berkembang - di jalur yang benar.

  Kesuksesan sebuah bisnis tidak terjadi dalam sekejap. Anda tidak bisa memulai bisnis hari ini, dan berharap mendapatkan profit pada keesokan harinya.

  Indikator keberhasilan bisnis tersebut antara lain (www.powerhomebiz.com, 2009, diakses tanggal 5 April 2014):

  1. Mencapai Break Even Point Setelah menentukan ide bisnis yang visible, kita harus fokus pada upaya pengembangan bisnis. Ini melibatkan riset pasar, kalkulasi biaya untuk melihat

  Kita bisa menghasilkan keuntungan dan menetapkan harga. Sebelum launching bisnis, Kita harus tahu biaya-biaya yang muncul pada saat start-up. Pengusaha yang cerdas harus mengetahui dengan tepat biaya start-up yang diperlukan dalam bisnis, dan memastikan memiliki modal yang lebih dari cukup untuk menutup biaya-biaya tersebut dan biaya tidak terduga yang mungkin muncul.

  Pengusaha pemula juga harus membuat kalkulasi data yang sangat penting: breakeven point. Sederhananya, breakeven point menunjukkan di level mana penjualan (dalam volume unit atau mata uang ) diperlukan untuk menutup semua biaya fixed cost dalam bisnis dan variable cost dalam memproduksi barang.

  

Fixed cost adalah pengeluaran dimana level penjualan tidak memberikan

  pengaruh, termasuk pembayaran sewa, pinjaman atau leasing. Variable cost secara langsung dipengaruhi oleh volume sales dan termasuk biaya upah buruh dan utilitas pekerja perjam serta konsumsi listrik. Banyak yang meyakini semakin tinggi sales, secara otomatis profit juga tinggi. Tapi profit hanya akan dihasilkan jika Kita telah melampaui break-even point.

  Pencapaian break even poin setiap bulannya adalah indikasi pertama dimana bisnis Kita visible. Pada poin ini pemilik masih belum mendapatkan income. Breakeven berarti pengeluaran sama dengan revenue. Profit masih nol.

  2. Menghasilkan Biaya Hidup Bisnis Kita mulai berjalan dan ketika bisnis mampu memberikan Kita biaya hidup. Setelah berbulan-bulan hidup dengan anggaran yang sangat ketat dan tidak ada penghasilan ketika memulai usaha, sekarang Kita mencapai tahapan dimana Kita dapat menarik income.

  Namun, masih belum ada profit real, karena semua income dikonsumsi oleh pengusaha untuk kebutuhan hidupnya. Biaya hidup adalah: dimana Kita dapat menghidupi keluarga. Tahapan ini mirip dengan pekerjaan dengan gaji teratur.

  Pada titik ini, pengusaha kecil telah melakukannya dengan baik seperti mereka bekerja untuk orang lain pada level yang sama. Namun, bisnis belum menunjukkan kemampuan return on investment. Kebanyakan usaha kecil hanya mencapai tahap ini, hanya memberikan penghasilan yang layak bagi pemilik.

  3. Mencapai Real Profit Investasi Kita menjadi bisnis yang berhasil jika mampu berpindah dari kategori sekedar memberikan upah menjadi memberikan kontribusi profit real.

  Real profit adalah tunai yang tersisa setelah upah yang dikeluarkan. Kemampuan memberikan real profit adalah garis pembatas antara memiliki pekerjaan dan memiliki usaha.

  Pada tahap ini, bisnis tidak hanya memberikan upah atas waktu yang telah dikeluarkan, tapi juga mengembalikan semua yang telah Kita investasikan. Diluar pembayaran hutang atau pajak pendapatan. Pada level ini sebuah usaha menjadi lebih berharga daripada nilai asetnya, karena memberikan return on investment dan alur kas yang positif.

2.7.Teknik Pembibitan Ikan Lele

  Ikan Lele termasuk salah satu ikan yang budidayanya cukup mudah dan pertumbuhannya sangat cepat. Sehingga banyak banyak pelaku bisnis perikanan yang memilih ikan lele sebagai komoditas budidayanya.

  Menurut Prasetya dkk (2013:27) bahwa ”Lele merupakan salah satu ikan populer yag sudah akrab di kalangan masyarakat. Menjamurnya warung makan pecel lele saat ini, baik dalam bentuk rumah makan maupun warung tenda, merupakan potensi bisnis yang cukup besar”.

  Lele termasuk ikan yang mudah untuk beradaptasi sehingga ikan ini bisa dipelihara di berbagai media pemeliharan, salah satunya di kolam terpal. Kolam terpal adalah kolam yang dasar maupun sisi dindingnya di buat dari terpal. Dari mulai proses pemijahan sampai pembesaran ikan lele bisa dilakukan pada kolam terpal. Untuk cara pembuatan kolam terpal bisa anda lihat di artikel sebelumnya.

  Untuk melakukan pemijahan ikan lele ada beberapa hal yang harus dipersiapkan antara lain:

  1. Kolam Kolam yang harus disiapkan yaitu kolam pemijahan dan kolam penetasan telur. Untuk kolam pemijahan bisa bisa menggunakan kolam dengan ukuran panjang 3 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi kolam 50 centimeter yang di isi air dengan ketinggian 20 – 25 cm. Untuk kolam penetasan bisa menggunakan kolam bekas pemijahan atau kolam lain yang di lengkapi dengan pelindung dari hujan dan sinar matahari yang bisa di buka tutup sesuai kebutuhan.

  2. Kakaban Kakaban berfungsi untuk menempelnya telur lele

  3. Seleksi Induk

  a. Ciri-ciri indu k lele jantan: - Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.

  • Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
  • Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang,terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
  • Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng (depress).

  • Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding indu k ikan lele betina.
  • Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).
  • Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.

  b. Ciri-ciri indu k lele betina - Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.

  • Warna kulit dada agak terang.
  • Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.
  • Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembun g.
  • Perutnya lebih gembung dan lunak.
  • Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).

  Dalam pembibitan ikan lele dilakukan proses pemijahan sebagai berikut:

  1. Masukan induk lele jantan dan betina yang sudah terpilih ke kolam pemijahan. Biasanya induk lele yang siap mijah akan saling berdekatan,usahakan kondisi disekitar kolam pemijahan tenang agar lele tidak stress.

  2. Masukan kakaban ke dalam kolam pemijahan, atur kakaban sedemikian rupa sehingga kakaban tetap berada di dasar kolam selama proses pemijahan.

  3. Tutup kolam pemijahan, tujuannya untuk mencegah lele loncat dari kolam pemijahan.

  4. Pemijahan biasanya akan berlangsung malam hari sekitar pukul 10 malam dan akan berakhir menjelang pagi.

  5. Keesokan harinya telur akan terlihat menempel pada kakaban, telur yang terbuahi akan terlihat putih kekuning kuningan (cerah)

  6. Kakaban di angkat untuk memudahkan mengambil induk yang sudah dipijahkan. Jika penetasan telur dilakukan di kolam bekas pemijahan kakaban di susun kembali usahakan semua telur terendam oleh air. Jika menggunakan kolam lain untuk menetaskan maka kakaban dimasukan ke kolam penetasan.

  7. Dalam rentang waktu 20-24 jam telur lele akan menetas menjadi larva, akan tetapi larva lele masih lemah biasa masih berada pada kakaban.

  Keesokan harinya setelah lele menetas baru larva lele meninggalkan kakaban, biasanya larva lele akan berkumpul di pojok dasar kolam, segera kakaban diangkat karena apabila kakaban tidak segera diangkat telur yang tidak menetas akan membusuk dan mencemari kolam

  8. Larva lele mulai diberi makanan setelah 3 hari menetas. Pakan yang di berikan yaitu cacing sutra segar. Pemberian cacing sutra dilakukan selama 20 hari, berikan cacing sutra sedikit – sedikit usakan cacing sutra selalu tersedia di kolam agar diperoleh pertumbuhan lele yang baik.

  9. Setelah berumur 20 hari lele berukuran 3-4 cm lakukan penyortiran.

  Kemudian lele dipelihara di kolam pendederan.

2.8. Konsep Konseptual

  Untuk mengarahkan penulisan skripsi diperlukan konsep konseptual yang menunjukkan adanya hubungan teoritis antara variabel yang diteliti. Menurut Sugiyono (2009:36) bahwa “kerangka pemikiran atau juga sering disebut kerangka berfikir adalah merupakan model konseptual tentang teori hubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting.”

  Sebuah strategi bisnis biasanya adalah sebuah dokumen yang jelas mengartikulasikan arah bisnis akan mengejar dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuannya melalui Analisis SWOT yaitu keseluruhan evaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan. Analisis situasi ini mengharuskan para manager strategis untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal. Dari hasil analisis SWOT akan diperoleh strategi alternatif perusahaan untuk membantu manajer strategis memutuskan kearah mana perusahaan dapat tumbuh dan berkembang.

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Telur Ayam Ras di Kota Pematangsiantar

0 1 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Periodontal - Pengaruh Susu Probiotik Terhadap Akumulasi Plak Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Angkatan 2010

0 0 12

BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum - Studi Perancangan Jaringan Wireless Fidelity (Wi-Fi) Menggunakan Model Propagasi Radio di Kantor Bappeda Kabupaten Simeulue

1 1 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informed consent - Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut Rsgmp Usu Tentang Informed Consent Untuk Pencabutan Gigi Posterior Mandibula

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Efektivitas Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia (Chrism.) Swingle) Terhadap Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans Secara In Vitro

0 0 8

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengenalan Antena - Studi Antena J-Pole untuk Penguatan Sinyal Global System for Mobile Frekuensi 900MHz dan 1800 MHz

0 1 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Distribusi Maloklusi Skeletal Klas I, II dan III Berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need Pada Pasien Periode Gigi Permanen Yang Dirawat di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) Terhadap Volume Dan Harga Impor Apel Di Sumatera Utara

0 0 15

Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres, dan Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Evaluasi Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Hutaraja di Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Propinsi Sumatera Utara

0 0 48