BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Tunjangan Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan Dan Kinerja Guru Di Smp Swasta Dharma Patra Rantau Kabupaten Aceh Tamiang
PENDAHULUAN
Seorang guru terpaksa harus menjadi pemulung demi mencari uang tambahan untuk menghidupi keluarganya.Itulah yang dirasakan Mahmud, seorang guru sekaligus kepala sekolah di salah satu satu sekolah agama di Jakarta Barat.Ia hidup di antara dua dunia yang sangat berbeda, menjadi guru di satu saat, dan karena alasan ekonomi menjadi pemulung sampah di saat lain. Sudah hampir 40 tahun Mahmud menjadi guru, sejak ia berusia 14 tahun. Penghasilannya sebagai guru di sebuah sekolah hanya sekitar 500 ribu rupiah, sedangkan ia harus membiayai sekolah anaknya dan membiayai perobatan istrinya yang terkena kanker otak. Itulah sebabnya di luar profesi guru, diam-diam Mahmud menjadi pemulung sampah.. Inilah potret nyata kehidupan guru di tanah air (Masrun, 2007).
Rendahnya gaji guru menyulitkan guru bertindak professional dalam menjalankan tugasnya.Sudah bukan hal yang aneh lagi bila guru harus merelakan waktu istirahatnya untuk bekerja di sektor informal untuk menambah penghasilan.Menambah gaji sebulan yang tak cukup untuk sebulan.Akibatnya, kegiatan penunjang profesi seperti membaca buku, browsing di internet, mengikuti seminar, atau bahkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi lagi tidak dapat dilakukan karena ketiadaan waktu dan biaya.Hal ini tentunya berdampak pada rendahnya kemampuan guru dalam mengajar. tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%. Guru SMP Negeri 54,12%, swasta 60,99%; Guru SMA Negeri 65,29%, swasta 64,73%; Guru SMK Negeri 55,91%, swasta 58,26% (Sukarti, 2013: 39). Faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru antara lain disebabkan oleh : 1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh sebagian guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan diri, baik membaca, menulis, apalagi membuka internet; 2) belum adanya standar professional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju; 3) kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta yang mencetak guru asal jadi, atau setengah jadi, tanpa memperhitungkan outputnya kelak di lapangan, sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesinya; 4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.
Untuk mengatasi rendahnya kualitas guru, maka pemerintah mengadakan program sertifikasi bagi guru dan dosen, yang diterbitkan melalui UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang telah disahkan tanggal 6 Desember 2005 menekankan pada tiga aspek penting dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dilihat dari tenaga pendidik dan kependidikan, yakni kualifikasi, sertifikasi, dan kesejahteraan. Sedangkan lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ini juga mensyaratkan adanya kompetensi, sertifikasi, dan kesejahteraan guru. guru sekaligus tuntutan kualifikasi dan kompetensi guru, guna menjawab tantangan dunia global yang semakin kompleks dan kompetitif.Dalam kondisi seperti ini dibutuhkan sumber daya manusia yang handal dan ini biasa dihasilkan dari dunia pendidikan yang dikelola guru yang professional. Ditetapkannya UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur hak dan kewajiban guru bermuara pada kesejahteraan dan kompetensi guru, seperti yang tertulis pada pasal 14 ayat 1 UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam poin (a) disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Sebagaimana Journal PAT (2001) juga menjelaskan bahwa pemerintah Inggris dan Wales melakukan kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan guru dalam meningkatkan profesionalisme guru, sebab semakin sejahteranya seseorang maka semakin tinggi kemungkinan untuk meningkatkan kinerjanya. Selain itu, terpenuhinya berbagai macam kebutuhan manusia akan menimbulkan kepuasan dalam melaksanakan apapun tugasnya (Mulyasa, 2007: 9).
Menurut teori hierarki kebutuhan Maslow terdapat lima tingkatan kebutuhan, dari kebutuhan manusia yang paling rendah sampai pada kebutuhan manusia yang paling tinggi. Ada beberapa kebutuhan, terutama kebutuhan-kebutuhan jasmaniah yang lebih asasi, ada pula kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi sebelum memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Menurut Maslow, kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum dan tidur, menuntut sekali untuk dipuaskan. Sekali kebutuhan-kebutuhan ini dipenuhi, muncullah kebutuhan pada tingkat berikutnya, yaitu kebutuhan keamanan, seperti kebutuhan untuk kasih seperti dorongan untuk mempunyai kawan dan berkeluarga, dorongan untuk menjadi anggota kelompok dan sebagainya.
Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan ini bisa mendorong seseorang berbuat lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian. Misalnya orang menggunakan prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Berikutnya adalah kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan dipercaya oleh orang lain.
Selanjutnya Maslow berasumsi bahwa jika seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu.Cara aktualisasi diri pada setiap orang berbeda-beda.Setelah itu, terdapat pula kebutuhan untuk tahu dan mengerti, kebutuhan untuk memuaskan dorongan ingin tahu, mencari ilmu dan memperoleh pemahaman.Maslow juga berpendapat bahwa tidak sedikit orang yang mempunyai kebutuhan estetis, dorongan keindahan, yaitu kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan dan kelengkapan (Mahmud, 1990: 167-169).
Teori kebutuhan menurut Maslow ini juga berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan bagi kehidupan guru. Kebijakan pemerintah mengenai tunjangan sertifikasi ini dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat guru dalam kesejahteraannya, hak-haknya, dan memiliki posisi yang seimbang dengan profesi lain yang lebih mapan kehidupannya. Besaran tunjangan sertifikasi guru ini berbeda- beda, tergantung pada status guru tersebut.Bagi guru atau pengawas yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) diberikan tunjangan sebesar gaji pokok per bulan.Sedangkan guru yang bukan PNS diberikan bantuan tunjangan profesi setara akademik, pangkat, dan masa kerja yang berlaku bagi guru PNS, diberikan bantuan tunjangan profesi sebesar Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) per bulan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Melalui standar kompetensi dan sertifikasi guru sebagai pemberdayaan, diharapkan adanya perbaikan tata kehidupan yang lebih adil, demokratis, serta tegaknya kebenaran dan keadilan di kalangan guru dan tenaga kependidikan.Tunjangan sertifikasi bagi guru ini berdampak positif bagi guru dan dunia pendidikan di Indonesia.Selain meningkatkan motivasi kerja dan kinerja, juga meningkatkan kesejahteraan guru.Sebelum adanya kebijakan mengenai tunjangan sertifikasi ini, masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh sebagian guru bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan diri, baik membaca, menulis, apalagi membuka internet. Tetapi setelah adanya kebijakan tunjangan sertifikasi ini, guru dituntut untuk lebih professional dalam bekerja dan tidak meninggalkan pekerjaannya dengan semena-mena, karena akan ada sanksi bagi guru yang melepaskan tanggung jawabnya, dan hal itu juga berdampak pada tunjangan sertifikasi yang diterima apabila jam kerja guru itu tidak memenuhi syarat untuk menerima tunjangan sertifikasi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai seberapa berpengaruhnya tunjangan sertifikasi terhadap kesejahteraan dan kinerja guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang.SMP Swasta Dharma Patra merupakan sekolah menengah pertama bukan milik pemerintah, tetapi di sekolah tersebut terdapat guru-guru yang kinerja guru-guru di sekolah tersebut, yang dirangkum dalam skripsi berjudul “Pengaruh Tunjangan Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan dan Kinerja Guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh tunjangan sertifikasi terhadap kesejahteraan dan kinerja guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tunjangan sertifikasi terhadap kesejahteraan dan kinerja guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan kualitas guru dan dalam rangka pengembangan pendidikan.
2. Diharapkan pula penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan mutu pendidikan serta perbaikan kebijakan yang berkenaan dengan kesejahteraan guru.
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan definisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan uraian metodologi penelitian yang terdiri
dari tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Deskripsi lokasi penelitian berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian. BAB V : ANALISIS DATA Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya. BAB VI : PENUTUP Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah dilakukan.