6. POWERPOINT KELOMPOK I PROFESIONAL T.KEPENDIDIKAN

BAB I PROFESIONALISASI TENAGA KEPENDIDIKAN

  1.Tenaga Kependidikan

  2.Komponen Pendidikan dan Pelatihan

  3.Model Pengembangan Tenaga Kependidikan

BAB II PENGEMBANGAN PROFESIONAL GURU

  1.Tujuan Pengembangan profesional guru dan masalah formulasi model

2.Pengembangan Profesional Guru

  3.Pandangan Praktisi terhadap profesional guru

  4.Pelatihan dan Fungsi pengembangan profesional

  

1.Tenaga Kependidikan

  

1.Tenaga Kependidikan

  Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional: Pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan tinggi disebut dosen. (pasal 39 ayat 2 dan 3 No. 20 / 2003). Seorang guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, juga merupakan tenaga professional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi, guru hendaklah bercita-cita tinggi ,berpendidikan luas, berkepribadian,tegar serta berprikemanusiaan.

KEMBALI KE MENU KEMBALI KE MENU

  1.Tenaga Kependidikan (Lanjutan)

  1.Tenaga Kependidikan (Lanjutan)

Mimbar Pendidikan IKIP Bandung No. 3/

September 1987 :87 : Guru idaman

merupakan produk dari keseimbangan

antara penguasaan aspek keguruan dan

disiplin ilmu.

  

Tenaga kependidikan merupakan salah

satu kunci utama berhasil atau tidaknya

gerakan pendidikan dalam rangka

memenuhi standar mutu, baik standar

produk dan pelayanan maupun standar KEMBALI KE MENU

  KEMBALI KE MENU customer pendidikan pada umumnya.

  2. Komponen Pendidikan dan Pelatihan

  2. Komponen Pendidikan dan Pelatihan

  1. Penyajian teori

  2. Peragaan atau pendemonstrasian keterampilan- keterampilan atau model-model

  3. Praktek yang disimulasikan dan setting kelas

  4. Umpan balik terstruktur

  5. Umpan balik open-ended 6. Pembekalan untuk aplikasi.

  Semua ditata sedemikian rupa bagi pengembangan aktivitas pendidikan baik prajabatan maupun pendidikan jabatan. Praktek di kelas, melakukan umpan balik, Presentasi teori, diskusi-diskusi dan pelatihan untuk aplikasi

KEMBALI KE MENU KEMBALI KE MENU

  3. Model Pengembangan Tenaga Kependidikan

  3. Model Pengembangan Tenaga Kependidikan

Pengertian model Menurut Page & Thomas (1978) :

  visualisasi atau konstrusi konkret dari suatu konsep berupa kegiatan-kegiatan pengembangan tenaga kependidikan pada instansi terkait.

  Pengelolaan tenaga kependidikan: serangkaian aktivitas

  yang dilakukan secara sistemik dan fungsional dengan tujuan mendapatkan tenaga dengan baku mutu tertentu dalam jumlah memadai.

  Guru memegang fungsi dan mengemban tanggung

  jawab paling besar dalam proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas, termasuk pelaksanaan tugas-tugas bimbingan penyuluhan dan bimbingan karir bagi mereka.

  

Pendidikan tenaga guru dapat dilakukan melalui dua jalur,

KEMBALI KE MENU KEMBALI KE MENU

  yaitu jalur pendidikan prajabatan (preservice education) dan pendidikan dalam jabatan (inservice education).

  3. Model Pengembangan Tenaga Kependidikan

  3. Model Pengembangan Tenaga Kependidikan Pola A dan Pola B

  Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerjaan pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya. didesain khusus untuk membantu pertumbuhan professional tenaga kependidikan.

  

Pola A dikembangkan di Amerika Serikat, Swedia dan Inggris,

  yaitu lembaga pendidikan formal memberikan hampir seluruh keterampilan khusus yang diperlukan untuk bekerja dan pelatihan di tempat kerja memberikan sedikit lebih banyak instruksi yang berkaitan dengan tugas yang segera harus dilaksanakan.

  

Pola B dikembangkan di Negara-negara seperti Jepang dan

  Jerman Barat, sangat bersandar pada pelatihan di tempat kerja (

  

on-the-job) untuk mengembangkan keterampilan khusus dan

KEMBALI KE MENU KEMBALI KE MENU umum.

  3. Model Pengembangan Tenaga Kependidikan

  3. Model Pengembangan Tenaga Kependidikan

Di Indonesia memilih Model A, B, dan C. (Depdikbud, 1994) karena

Faktor Geografis

Model A adalah pola penataran guru SMP dan SMU yang berada di

satu lokasi.

Model B adalah pola penataran untuk guru di kota kabupaten yang

para instrukturnya harus datang ke kabupaten untuk menatar.

  

Model C adalah pola penataran untuk guru-guru yang bertugas di

daerah terpencil, yang didatangkan ke kota provinsi dengan fasilitas pondokan.

  

Kegiatannya mentransformasikan kebenaran ilmiah: arti hukum-hukum

umum yang bersifat referensial atau bersifat logical atau yang bersifat

empirical (Sanusi 1994) mengemukakan bahwa didik-mendidik, ajar-

mengajar, latih-melatih serta pengelolaan program dan satuan-satuan

kelembagaannya merupakan satu rangkaian kegiatan, bersifat

kontekstual dan situasional, yang semua kegiatan itu mengemban KEMBALI KE MENU

KEMBALI KE MENU

  

fungsi untuk terjadinya transformasi nilai-nilai ilmiah, edukatif dan

  

1.Tujuan Pengembangan profesional guru dan

  

1.Tujuan Pengembangan profesional guru dan

masalah formulasi model masalah formulasi model

  

Pertama, kebutuhan sosial untuk meningkat kan kemampuan

  sistem pendidikan yang efisien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk penyusunan kebutuhan-kebutuhan sosial.

  

Kedua, kebutuhan untuk menemukan Cara-cara untuk

  membantu staf pendidikan mengembangkan pribadinya secara luas, mengembangkan potensi sosial dan potensi akademik generasi muda dalam interaksinya dengan alam ling kungannya.

  

Ketiga, kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong

  keinginan guru untuk menikmati dan mendorong kehidupan pribadinya, seperti halnya dia membantu siswanya dalam Masalah Formulasi

  Model

  mengembangkan keinginan dan keyakinan untuk memenuhi

KEMBALI KE MENU

  tuntutan pribadi yang sesuai dengan potensi dasarnya. KEMBALI KE MENU

  1.Masalah Formulasi

  1.Masalah Formulasi Model Model

Untuk berhasil menjadi guru perlu reorganisasi ( kondisi

tenaga kerja, pemantauan kinerja guru dan cara

mengajarnya, siap mengakses segenap informasi baru

yang berkaitan dengan alat-alat bantu peng ajaran

mutakhir dan pelatihan yang mereka gunakan, serta

keterlibatan yang besar dalam masyarakat di sekitar

sekolah).

Pengembangan profesional guru harus dikuatkan dan

diprakarsai dengan jalan melahirkan produk hukum

tertentu dan tindakan eksekutif berupa putusan dalam

bentuk dan jenis yang sangat berbeda dengan sistem

sosial lainnya.

  Masalah Formulasi Model

Persyaratan-persyaratan sertifikasi, pertambahan gaji

  KEMBALI KE MENU dan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan KEMBALI KE MENU

profesional, proporsi guru dan administrator untuk

  

1.Masalah Formulasi

  

1.Masalah Formulasi

Model Model Formulasi model-model untuk meningkatkan mutu pelatihan dalam jabatan masih bergumul dalam suasana yang kompleks dan berbenturan dengan masalah-masalah Kenyataan ini menyebabkan banyak orang berbicara negatit tentang pendidikan dalam jabatan guru dan secara relatif hanya ada sedikit kesepakatan tentang definisi pendidikan dalam jabatan guru. Sungguhpun wahana pengembangan dan sumber- sumbernya telah ada di universitas- universitas atau di sekolah-sekolah distrik, ketidakpuasan terhadap saluran-saluran tradisional pelayanan pengembangan profesional guru tetap ada, akibat rendahnya aspek-

aspek yang dipertimbangkan dalam mencari

  KEMBALI KE MENU KEMBALI KE MENU kesepakatan mengenai terminologi dan masalah pendidikan dalam jabatan guru.

  2. Pengembangan

  2. Pengembangan Profesional Guru Profesional Guru Mendirikan lembaga baru dan meman tapkan usaha-usaha Dana-dana dari negara federal dan negara bagian digunakan untuk mendirikan lembaga baru, yang disebut "pusat-pusat kegiatan guru" (teacher centres). Adanya Peraturan perundang-undangan, tentang Program Pengembangan Sekolah   Usaha-usaha terprogram dengan kuri kulum yang dikhususkan Sebagian dana dari negara bagian dan/atau dana peniel intuit federal dialokasikan oleh otoritas moneter kegiatan pengembangan protesional dengan kurikulum yang dikhususkan. Program pengembangan profesional didesain sedemikian rupa, tanpa membedakan jenis kelamin dalam penyusunan kurikulum.

  Program-program dengan dana proporsi yang dialokasikan bagi pengem bangan profesional Kategori ketiga ini memungkinkan pihak otorita untuk menyedia kan dana khusus bagi pelayanan pendidikan untuk keperluan anak didik. Dengan ketentuan, pihak otorita juga harus mengalokasikan dana untuk mendidik guru-guru pada program yang diinginkannya.

KEMBALI KE MENU KEMBALI KE MENU

  

3. Pandangan Praktisi terhadap profesional

  

3. Pandangan Praktisi terhadap profesional

guru

guru

  

Dari sebuah survei ekstensif kepada anggota-anggota komunitas,

personel pendidikan tinggi, dan guru-guru di California, Michigan, dan

Georgia, Joyce, Howey. dan Yarger (1976) :

Dalam tiga kelompok peran umumnya setuju bahwa program pen

didikan dalam jabatan guru masih ditempatkan pada level rendah.

Guru-guru melaporkan bahwa mereka hanya menerima sedikit ban

tuan pengembangan prolesional yang diterimanya sangat sedikit.

Di California sepertiga guru belum pernah mengikuti pendidikan

dalam jabatan di perguruan tinggi selama tiga tahun terakhir.

Guru-guru pada dasarnya tidak saling mengunjungi dan mengob

servasi pada saat mereka sedang mengajar dan sangat sedikit guru

yang menerima banyak umpan balik tentang performansinya.

Hanya sedikit guru menerima bantuan dari kegiatan- kegiatan

pelatihan yang kompeten. Mereka pun sedikit memperoleh tambahan

pengalaman dari penelitian dan pengembangan sistem peng ajaran.

KEMBALI KE MENU KEMBALI KE MENU

  

4. Pelatihan dan Fungsi pengembangan

  

4. Pelatihan dan Fungsi pengembangan

profesional profesional Bruce Joyce (1990) mengidentifikasi komponen- komponen pelatihan adalah:

  1. Penyajian Teori

  2. Peragaan atau pendemonstrasian keterampilan- keterampiIan atau model-model

  3. Praktik yang disimulasikan dan setting kelas

  4. Umpan balik terstruktur

  5. Umpan balik open-ended 6. Pembekalan untuk aplikasi.

   

KEMBALI KE MENU KEMBALI KE MENU

  4. Pelatihan dan Fungsi

  4. Pelatihan dan Fungsi pengembangan profesional pengembangan profesional Bruce Joyce (1990): Pengembangan profesional harus memenuhi tiga fungsi:

  a. Sebagai acuan sistem untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dalam jabatan (in-service training) yang cocok bagi guru,

  b. Sebagai bekal bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas program-programnya, dan c. Menciptakan suasana atau kondisi yang memungkinkan guru untuk sebisa mungkin mengembangkan potensinya secara optimal.

  Untuk memenuhi fungsi tersebut, perlu dilakukan:

  1. Pelatihan dalam jabatan,

  2. Menjejaki kemungkinan adanva keterlibatan pemerintah untuk memberi pengakuan yang sama terhadap pekerjaan profesional dan anggota-anggota komunitasnya, dan

  3. Mencoba memanfaatkan potensi program-program

KEMBALI KE MENU KEMBALI KE MENU

  pengembangan protesional dan program- program perbaikan sekolah sebagai proses yang berkelanjutan.

  4. Pelatihan dan Fungsi

  4. Pelatihan dan Fungsi pengembangan profesional pengembangan profesional Pendidikan dalam jabatan merupakan bagian dari aktivitas pengembangan staf