5. MAKALAH KELOMPOK I PROFESIONAL TENAGA KEPENDIDIKAN

  

TUGAS KELOMPOK

PROFESIONAL TENAGA PENDIDIKAN DAN

PENGEMBANGAN PROFESIONAL GURU

Mata Kuliah : Etika Profesional Pendidikan Dosen : Dr. Purwanto, MM.

  Disusun Oleh :

  1. Subhan

  2. Junian Gusti

  3. Erik MA

  4. Setiawati

  5. Maulina P 6. Amir N.

  

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN IMMI JAKARTA

TAHUN 2014

Bab I Profesionalisasi Tenaga Pendidikan

1. Tenaga Kependidikan

  Mengacu kepada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, maka seorang Pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan tinggi disebut dosen. (pasal 39 ayat 2 dan 3 No.

  20 / 2003).

  Berdasarkan pengertian di atas, maka seorang guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, akan tetapi ia juga merupakan tenaga professional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. Sehingga sudah menjadi lumrah bahwa sebaiknya seorang guru hendaklah bercita-cita tinggi , berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar serta berprikemanusiaan yang mendalam.

  Meskipun gambaran mengenai guru yang ideal masih sulit didapat karena profesionalisasi guru berhubungan dengan profil guru. Dalam Mimbar Pendidikan

  IKIP Bandung No. 3/ September 1987 :87 dipaparkan bahwa guru idaman merupakan produk dari keseimbangan antara penguasaan aspek keguruan dan disiplin ilmu.

  Dari paparan di atas, maka tenaga kependidikan merupakan salah satu kunci utama berhasil atau tidaknya gerakan pendidikan dalam rangka memenuhi standar mutu, baik standar produk dan pelayanan maupun standar customer pendidikan pada umumnya. Menurut Jiyono (1980) mengemukakan bahwa mutu pendidikan umumnya diartikan sebagai gambaran keberhasilan pendidikan dalam mengubah tingkah laku anak didik yang dikaitkan dengan tujuan pendidikan.

  Dalam rangka profesinalisasi tenaga kependidikan, maka diperlukan adanya pendidikan dan pelatihan. Kegiatan pendidikan, pelatihan dan pengembangan di tenaga kependidikan. Untuk lebih spesifik dimaksudkan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pribadi, professional dan sosial tenaga kependidikan bahkan dapat dilakukan sebagai wahana promosi.

2. Komponen Pendidik dan Tenaga Kependidikan

  Berbagai cara dapat dikombinasikan antar elemen yang terpaut dalam proses pendidikan. Cara tersebut diarahkan untuk menciptakan kondisi pengembangan professional dalam irama masa depan yang baik, atas dasar gaya-gaya penguasaan pendekatan-pendekatan baru. Baik sendiri-sendiri maupun dengan kombinasinya, komponen pelatihan memberikan kontribusi terhadap aktivitas pelatihan secara sekuensial. Komponen pelatihan yang berjalan secara padu akan menciptakan tenaga yang lebih besar daripada bila komponen itu berjalan sendiri-sendiri. Komponen-komponen tersebut antara lain :

  1. Penyajian teori

  

2. Peragaan atu pendemonstrasian keterampilan-keterampilan atau model-model

  3. Praktek yang disimulasikan dan setting kelas

  4. Umpan balik terstruktur

  5. Umpan balik open-ended 6. Pembekalan untuk aplikasi.

  Komponen komponen di atas ditata sedemikian rupa bagi pengembangan aktivitas pendidikan , baik secara sendiri-sendiri maupun dipadu-padankan. Menggunakan irama dan gaya tertentu, model yang tepat, praktek dengan kondisi yang disimulasikan, yang di kelas dikombinasikan dengan pemanfaatan umpan balik, barang kali akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Dalam menerapkan pendekatan-pendekatan baru diperlukan teori. Presentasi teori-teori itu melalui diskusi-diskusi dan melatih peserta pelatihan untuk aplikasi.

3. Model Pengembangan Tenaga Kependidikan

  Pengertian model disini ialah merupakan suatu visualisasi atau konstrusi konkret dari suatu konsep. Menurut Page & Thomas (1978) memberikan pengertian model sebagai “ means of transferring a relationship or process from its actual setting to

  

constructed and serving as the plan from which the finished work, ussualy larger

will be produced.”. Selain itu, model juga diartikan sebagai “ A tentative ideational

structure used as a testing device.”. Model yang dimaksudkan disini ialah kegiatan-

  kegiatan pengembangan tenaga kependidikan pada instansi terkait. Tiap-tiap model dimaksud dapat berbeda strategi pelaksanaannya.

  Bagian integral dari kegiatan pengelolaan tenaga kependidikan secara keseluruhan ialah aplikasi dari model tersebut. Adapau pengelolaan tenaga kependidikan merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sistemik dan fungsional dengan tujuan mendapatkan tenaga dengan baku mutu tertentu dalam jumlah memadai.

  Guru, sebagai salah satu komponen tenaga kependidikan , memegang fungsi dan mengemban tanggung jawab paling besar dalam proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas, termasuk pelaksanaan tugas-tugas bimbingan penyuluhan dan bimbingan karir bagi mereka. Kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin cepat dan pesat menuntut adanya upaya peningkatan mutu guru, baik dilakukan secara privat, kelompok maupun dilembagakan. Upaya ini perlu dilakukan secara berlanjut dengan baku mutu yang berbeda secara berjenjang.

  Pendidikan tenaga guru dapat dilakukan melalui dua jalur, yaitu jalur pendidikan prajabatan (preservice education) dan pendidikan dalam jabatan (inservice

  

education). Pendidikan dalam jabatan merupakan salah satu aktivitas untuk

  meningkatkan dan mengembangkan kemampuan guru, bak secara pribadi, social maupun professional. Praktisnya merupakan aktivitas aktivitas pendidikan, pelatihan dan pengembangan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan staf sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan tuntutan masyarakat. Berkaitan dengan pendidikan dalam jabatan (inservice

  

education), Page & Thomas (1978) mengemukakan, “training undertaken during a

break in professional service on in conjunction with it ( e.g. after school or in the

evening) as distinct from initial training. Pendidikan dalam jabatan merupakan bagian

  dari aktivitas pengembangan staf. Little, Spark and Loucks-Horsley (Joyce, 1990)

  

mengemukakan , “Staff development is conceived broadly to include any activity or

process intended to improve skills, attitudes, understanding or performances in

  Definisi pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerjaan pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya. Istilah pelatihan sering disamakan dengan dengan pengembangan , yaitu suatu aktivitas yang merujuk pada peluang-peluang belajar (learning opportunities) yang didesain khusus untuk membantu pertumbuhan professional tenaga kependidikan. Mengenai pola pendidikan dan pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas industry, Komisi Produktivitas dari Massachussetts Institute of Technology membedakannya menjadi dua pola, yaitu Pola A dan Pola B (Boediono, 1994). Pola A dikembangkan di Amerika Serikat, Swedia dan Inggris, yaitu lembaga pendidikan formal memberikan hampir seluruh keterampilan khusus yang diperlukan untuk bekerja dan pelatihan di tempat kerja memberikan sedikit lebih banyak instruksi yang berkaitan dengan tugas yang segera harus dilaksanakan. Pola B dikembangkan di Negara-negara seperti Jepang dan Jerman Barat, sangat bersandar pada pelatihan di tempat kerja ( on-the-job) untuk mengembangkan keterampilan khusus dan umum.

  Dengan mempertimbangkan dimensi jangkau, di Indonesia tingkat wilayah dan propinsi , maka Dinas Diknas melaksanakan kegiatan penataran tenaga kependidikan, khususnya guru, dengan menggunakan tiga model penataran, yaitu : Model A, B, dan C. (Depdikbud, 1994). Model A adalah pola penataran guru SMP dan SMU yang berada di satu lokasi. Model B adalah pola penataran untuk guru di kota kabupaten yang para instrukturnya harus dating ke kabupaten untuk menatar. Model C adalah pola penataran untuk guru-guru yang bertugas di daerah terpencil, yang didatangkan ke kota provinsi dengan fasilitas pondokan.

  Salah satu alas an diperlukannya pembinaan dan pengembangan guru dan tenaga kependidikan adalah karakteristik tugasnya yang berkembang seirama dengan perkembangan iptek.

  Kegiatan pendidikan dan pelatihan , serta pengembangan dalam jabatan bagi tenaga kependidikan merupakan aktivitas yang dilakukan secara kontekstual dan situasional. Kegiatan yang diutamakan adalah mentransformasikan kebenaran ilmiah, antara lain dalam arti hukum-hukum umum yang bersifat referensial atau bersifat logical atau yang bersifat empirical. Sanusi (1994) mengemukakan bahwa dan situasional, yang semua kegiatan itu mengemban fungsi untuk terjadinya transformasi nilai-nilai ilmiah, edukatif dan fungsional.

BAB II PENGEMBANGAN PROFESIONAL GURU

1. Tujuan Pengembangan Profesioanal Guru dan Masalah Formulasi Model

  Pengembangan profesional guru dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan: Pertama, kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk penyusunan kebutuhan-kebutuhan sosial. Kedua, kebutuhan untuk menemukan Cara-cara untuk membantu staf pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan potensi sosial dan potensi akademik generasi muda dalam interaksinya dengan alam hng- kungannya. Ketiga, kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong keinginan guru untuk menikmati dan mendorong kehidupan pribadi nya, seperti halnya dia membantu siswanya dalam mengembangkan keinginan dan keyakinan untuk memenuhi tuntutan pribadi yang sesuai dengan potensi dasarnya.

  Kebutuhan pertama, terkait langsung dengan kepedulian kemasyarakatan

  guru di tempat mereka berdomisili. Kebutuhan kedua, terkait dengan spirit dan moral guru di sekolah tempat mereka bekerja. Kebutuhan ketiga, dan mungkin yang paling penting adalah sebagai proses seleksi untuk menentukan mutu guru- guru yang akan disertakan dalam berbagai kegiatan pelatihan dan penjenjangan jabatan.

  Perencanaan program-program pengembangan profesional guru melahirkan pertanyaan yang serius tentang kualitas hidup, tidak hanya dalam kehidupan sekolah, tetapi juga pada seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dikarenakan lembaga pendidikan adalah sebuah institusisosial raksasa. Dalam terminologi ekonomi, sebagai gambaran, anggaran pendidikan menyerap hampir 8 persen dari sumber- sumber pendapatan nasional di Amerika Serikat setiap tahunnya. Lebih dari 2.250 juta orang menyandang posisi profesional di lembaga pendidikan publik, belum lagi

  Institusi raksasa ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pendidikan, minimal kepada anak-anak berusia sekitar 12-15 tahun, suatu usia kritis dari kehidupan manusia untuk bermasyarakat. Kualitas hidup anak-anak dan orang dewasa mendekati seperempat waktu dari jenjang kehidupan individual dipengaruhi langsung oleh kualitas sekolah kita. Lebilt dari itu, segala hal yang terjadi pada para siswa pada kurun waktu tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas kemampuannya untuk menikmati hidup ini di kelak kemudian hari.

  Hubungan antara sekolah dan masyarakat rnengandung makna mentransformasikan masalah-masalah persekolahan ke dalam masyarakat. Karena itu, dibalik isu tentang keberhasilan dan kegagalan program-program pengembangan profesional, muncul pertanyaan-pertanyaan baru. Adakah usaha kita telah memadai untuk memelihara dan memanfaatkan potensi masyarakat agar mereka mau menginvestasikan sumber-sumber yang ada padanya secara cukup dalam upaya memperbaiki kualitas sekolah? Adakah kita cukup usaha untuk memelihara dan memanfaatkan sumber-sumber potensial sekolah agar sumber- sumber itu dapat menciptakan dinarnika, kreativitas, dan keterarnpilan orang-orang yang bekerja dengan anak didik? Akhirnya, adakah kita cukup usaha untuk memelihara dan menciptakan kondisi agar guru-guru dapat menentukan cara atau alat yang dapat mereka gunakan untuk tetap tampil secara penuh vitalitas dan untuk tetap meraih pertumbuhan yang terus-menerus?

  Guru sebagai Pusat

  Pengembangan profesional guru dapat didekati berdasarkan orientasi kemasyarakatan,sekolah atau perseorangan. Fokus aktivitas pengembangan profesional guru adalahkehidupan guru itu sendiri. banyak di antara guru pernula yang merasa sedih karena mereka tidak dipersiapkan secara matang untuk melaksanakan tugas-tugas kompleks dan diperlukan di dalam kelas. Pendidikan prajabatan bagi guru-guru dinilai masih terlalu lemah sehingga guru-guru pemula masih harus banyak belajar di dalam pekerjaan, serta saling, membantu satu sama lainnya dalam batas-batas yang bisa mereka perbuat.

  Profesi guru tampaknya masih relatif berbeda dengan profesiprofesi yang praktiknya berdasarkan teori keilmuan, teori yang benar-benar menjadi masukan dalam praktek. Di samping itu, penyandang profesi didukung oleh suprastruktur lainnya. Sebagai contoh, fisikawan didukung oleh sains yang kompleks, tradisi otoritas profesional yang tercakup, institusi yang kuat clan bepenaaruh, dan kesejahteraan pribadi. Demikian juga dalam biding kedokteran. Tidak sama dengan fisikawan, guru menerima sangat sedikit Jumlah peiatihan awal, dimasukkan dalam pekerjaan yang kompieks dengan sedikit bantuan formal, mempunyai sedikit prestise dan banyak mendapat cacian, berada di bawah naungan institusi yang kurang berpengaruh, dilatih menjadi spesialis untuk membantu inernecahkan masalah-masalah keseharian dalam berhubungan dengan siswa. Guru secara terus-menerus menghadapi tugas rutin, dibebani tanggung jawab atau akuntabilitas dan diliarapkan dapat menemukan inovasi-inovasi, tetapi disambut dengan rasa curiga oleh banyak anggota masyarakat.

  Tujuan pendidikan senantiasa mengundang perdebatan luas. Karena itu, guru senantiasa diingatkan agar menjadi dan tampil human is dan personal. Mereka diharuskan untuk mengajarkan keterampiian-keterampiian dasar, memperlakukan setiap anak didik secara individual, menumbuhkan keyakinan pada setiap orang. khususnya peserta didik untuk menerima standar yang ditetapkan di lembaga pendidikan.

B. MASALAH FORMULASI MODEL

  Beranjak dari semua latar yang sangat kompleks itu maka untuk berhasil menjadi guru perlu melibatkan reorganisasi, tidak hanya proses pelatihan formal, tetapi juga kondisi tenaga kerja, pemantauan yang konstan dari kinerja guru dan cara mengajarnya, siap mengakses segenap informasi baru yang berkaitan dengan alat-alat bantu pengajaran mutakhir dan pelatihan yang mereka gunakan, serta keterlibatan yang besar dalam masyarakat di sekitar sekolah. Akhir-akhir ini, tam- paknya ada keharusan agar pengembangan profesional guru dikuatkan dan diprakarsai dengan jalan melahirkan produk hukurn tertentu dan tindakan eksekutif. Tanpa itu, usaha pengembangan profesional guru akan berdampak kecil terhadap praktik penyelenggaraan pendidikan yang efisien. berupa putusan dalam .bentuk dan jenis yang sangat berbeda dengan sistem sosial lainnya. Sungguhpun secara kekinian terdapat ketidakpuasan yang besar dari para praktisi dan teoretisi mengenai struktur pendidikan dalant jabatan bagi guru, telah ada sejumlah organisasi yang besar dan kompleks berikut sumber-sumber yang diusahakan untuk menunjang penyeienggaraan pendidikan profesional. Pada sebagian orang, karena insentif ditentukan oleh persyaratan-persyaratan sertifikasi, pertambahan gaji dan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan profesional, proporsi guru dan administrator untuk mendaftarkan diri ke universitas dan menjalani pendidikan di atas jenjang sarjana muda, semakin besar. Oleh karena itu, banyak di antara mereka yang berhasil menyelesaikan pendidikan dengan menyandang gelar master dan doktor.

  Formulasi model-model untuk meningkatkan mutu pelatihan dalam jabatan masih bergumul dalam suasana yang kompleks dan berbenturan dengan masalah- rnasalah kebahasaan. Sebagai contoh, .Joyce, Howey, dan Yarger (1976) berkomentar bahwa untuk membuat formulasi mengenai definisi pendidikan dalam jabatan guru (ISIL=in-service teacher education) amatlah sulit, sebagaimana dinyatakan dalam banyak Bahasa yang digunakan dalam kertas kerja atauwawancaea.

  Kenyataan ini menyebabkan banyak orang bcrbicara negatit. tentang pendidikan dalam jabatan guru dan secara relatif hanya ada sedikit kesepakatan tentang definisi pendidikan dalam jabatan guru atau bagaimana hal itu harus dilakukan. Sungguhpun wahana pengembangan dan sumber-sumbernya telah ada di universitas-universitas atau di sekolah-sekolah distrik, ketidakpuasan terhadap saluran-saluran tradisional pelayanan pengembangan profesional.guru tetap ada. Hal ini merupakan akibat rendahnya aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam mencari kesepakatan mengenai terminologi dan masalah pendidikan dalam jabatan guru.

C. INISIATIF PENGEMBANGAN PROFESI GURU

  Pada saat ini, sejumlah modal telah ditanamkan di berbagai universitas dan sekolah-sekolah distrik. Pada tahun-tahun terakhir ini, banyak prakarsa telah dibuat bagian California untuk memetakan kebijakan pengembangan profesional itu. Sebagai gambaran, inisiatif negara bagian ini dalam kegiatan pengembangan profesional guru adalah sebagai berikut:

  1. Mendirikan lembaga baru dan memantapkan usaha-usaha

  Sebagai contoh, dana-dana dari negara federal dan negara bagian digunakan untuk mendirikan lembaga baru, yang disebut "pusat-pusat kegiatan guru" (teacher centres). Peraturan perundang-undangan, seperti perundang-undangan tentang Program Pengembangan Sekolah (School improvement Programme) dirancang untuk menguatkan kemampuan sekolah daiam memperbaiki program pendidikan. Sebagian di antaranya dilakukan melalui aktivitas pendidikan dalam jabatan.

  2. Usaha-usaha terprogram dengan kurikulum yang dikhususkan

  Sebagian dana dari negara bagian dan/atau dana peniel intuit federal dialokasikan oleh otoritas moneter kegiatan pengembangan protesional dengan kurikulum yang dikhususkan. Misalnya, Women’s Equality Act atau Undang-undang Persamaan Wanita di tingkat federal. Di bawah undang-undang ini, program pengembangan profesional didesain sedemikian rupa, tanpa membedakan jenis kelamin dalam penyusunan kurikulum. Pada gilirannya, tidak terkecuali apakah itu pria atau wanita, sama-sama mendapatkan keuntungan dan kerugian mengenai apa yang diajarkan kepada mereka, bagaimana mereka diajar, demikian juga akses mereka terhadap pelatihan vokasional.

  3. Program-program dengan dana proporsi yang dialokasikan bagi pengembangan profesional

  Kategori ketiga ini memungkinkan pihak otorita untuk menyediakan dana khusus bagi pelayanan pendidikan untuk keperluan anak didik. Dengan ketentuan, pihak otorita juga harus mengalokasikan dana untuk mendidik guru-guru pada program yang diinginkannya. Pengalokasian itu tidak diatur melalui perundang- undangan khusus, melainkan hanya diatur oleh administrator lokal. Proporsi itu diatur menurut pembidangan tertentu, seperti pendidikan khusus, pendidikan bilingual, program pekerjaan regional, dan sebagainya.

  Dari sebuah survei ekstensif kepada anggota-anggota komunitas, personel pendidikan tinggi, dan guru-guru di California, Michigan, dan Georgia, Joyce, Howey. dan Yarger (1976) menyusun sintesis pandangan-pandangan kelompok ini mengenai kehadiran negara bagian dalam pendidikan dan juga dalam jabatan dan permasalahannya. Hal yang cukup menarik dari hasil survai ini adalah tiga kelompok peran mempunyai persepsi yang hampir sama di tiga negara bagian, yaitu mengenai pendidikan dalam jabatan dan permasalahannya walaupun guru-guru dan personel pendidikan tinggi, menurut pandangan umum, percaya bahwa mereka mempunyai persepsi yang berbeda.

  Dalam tiga kelompok peran umumnya setuju bahwa program pendidikan dalam jabatan guru masih ditempatkan pada level rendah. Guru-guru melaporkan bahwa mereka hanya menerima sedikit bantuan pengembangan prolesional pada saat memulai mengajar dan pada akhir-akhir ini pun, bantuan yang diterimanya sangat sedikit. Pemanfaatan guru dari lembaga pendidikan tinggi mengalami penurunan secara tajam dan kenyataannya tidak menunjukkan kehidupan guru secara keseluruhan. Di California, sebagai contoh, sepertiga guru belum pernah mengikuti pendidikan dalam jabatan di perguruan tinggi selama tiga tahun terakhir.

  Hanya ada sedikit perbedaan di antara ketiga negara bagian. Dilaporkan, tingkat pendidikan dalam jabatan dari semua jenis hampir sama pada ketiga negara bagian. Hanya ada sedikit perubahan antara daerah urban dengan daeralr pedesaan atau antara sekolah-sekolah yang knya dengan yang miskin di distrik. Selain itn, usia atau pengalaman guru menyebabkan adanya perbedaan yang nyata.

  Guru-guru pada dasarnya tidak saling mengunjungi dan mengobservasi pada saat mereka sedang mengajar dan sangat sedikit guru yang menerima banyak umpan balik tentang performansinya. Dapat ditambahkan, hanya sedikit guru menerima bantuan dari kegiatan-kegiatan pelatihan yang kompeten. Mereka pun sedikit memperoleh tambahan pengalaman dari penelitian dan pengembangan sistem pengajaran. Para guru percaya bahwa bantuan utama diterima mereka ketika mulai mengajar dan bantuan itu diorientasikan terhadap peran-peran barunya. Mereka pun kemudian perlu mendapatkan bantuan untuk memelihara dan meningkatkan keterampilan-keterampilan baru, seperti dianjurkan oleh guru-guru

  Para guru banyak menerima bantuan dari guru-guru lainnya dan ini lebih banyak daripada yang mereka dapatkan dari kegiatan pendidikan dalam jabatan yang mereka terima secara formal, yang dinilai tidak menampakkan sumbangannya. Kebanyakan mereka justru mengambil manfaat dari layanan yang dikembangkan secara informal flail guru-guru yang bekerja sama dengan mereka pada konteks yang sama. Bagaimana pun juga, guru-guru tidak semuanya muncul untuk menerima layanan dari yang lainnya. Pada banyak situasi, sistem informal tidak sama efektifitya bagi kebanyakan guru.

E. KONSTRUKSI MODEL-MODEL PENDIDIKAN DALAM JABATAN

  Pada masa datang tampaknya ada suatu keharusan bahwa model pendidikan dalam jabatan harus didesain secara khusus bagi banyak sekolah, yang sifatnya cukup komprehensif dan spesifik untuk digunakan. Sebagaimana halnya model, keberadaannya tidak dapat dilepaskan dengan masalah kultural dan secara organik terkait langsung dengan kondisi politik dan ekonomi. Bagaimana pun juga, dengan adanya karakter multidimensional dari pengembangan profesional guru, kita dapat menjamin bahwa tingkatan kekomprehensifan model-model dapat diketahui dan kita gunakan, ketika kegiatan itu boleh diterapkan pada satu dimensi, yang satu dan lainnya bersama-sama membangun keseluruhan sistem.

  Melatih Diri sendiri untuk Mengajar: Pesan-pesan Penelitian

  Dari analisis terhadap hasil penelitian tentang pelatihan, kita dapat membangun dan menguji model-model dan program-program pelatihan dalam jabatan yang dianggap cocok. Meskipun demikian, dari sekian banyak model pelatihan yang dianggap paling memungkinkan dapat dibangun sekarang, program pelatihan memiliki keterbatasail tertentu karena tidak mungkin didemonsirasikan untuk memecahkan sernua masalah yang mengitari pendidikan dalam jabatan itu sendiri.

  Mari kita menguji pendekatan pertama yang berorientasi pada pemerintah. pelatihan itu manfaatnya dapat dirasakan sekarang. Metode-metode ini mempresentasikan praktik terbaik yang mutakhir bagi guru agar mereka berkembang secara mandiri melalui pendidikan dan pengajaran sesuai dengan kaidah pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan. Penelitian tentang cara memperbaiki pengajaran melalui pelatihan langsung telah dilakukan analisis 200 hasil studi melakukan investigasi mengenai keefektifan beraneka ragam metode pelatihan, dari hasil itu dikembangkan hipotesis kerja yang dapat kita gunakan untuk merancang program perbaikan sekolah yang terkait kegiatan pelatihan.

F. KOMPONEN-KOMPONEN PELATIHAN

  Kebanyakan Iiteratur yang membahas masalah pelatihan memuat hasil pengkajian tentang elemen-elemen pelatihan. Elemen-elemen yang terpaut dalam proses pelatihan dikombinasikan dengan berbagai cara. yang diarahkan untuk menciptakan kondisi pengembangan profesional dalam irama masa depan yang balk, atas dasar gaya-gaya atau penguasaan pendekatan-pendekatan baru.

  Dari hasil analisis terhadap sejumlah literatur, Bruce Joyce (1990) mengidentifikasi komponen-komponen pelatihan, yang telah dikaji dengan sejumlah cara. Secara sistem, baik sendiri-sendiri maupun dengan kombinasinya, komponen- komponen pelatihan mengontribusi aktivitas pelatihan secara sekuensial. Komponen-komponen pelatihan yang berjalan secara padu akan menciptakan tenaga yang lebih besar daripada komponen-komponen itu berjalan sendiri-sendiri. Komponen-komponen utama pelatihan adalah:

  1. Penyajian teori

  2. Peragaan atau pendern®nstrasian keterampilan-keterampiIan atau model- model

  3. Praktik yang disimulasikan dan setting kelas

  4. Umpan balik terstruktur

  5. Umpan balik open-ended 6. Pembekalan untuk aplikasi. balk pendidikan prajabatan maupun pendidikan dalam jabatan. Dengan irama dan gaya tertentu, model yang tepat, praktik dengan kondisi yang disimulasikan, dan di kelas dikombinasikan dengan pemanfaatan umpan balik, perubahan yang diinginkan barangkali dapat diperoleh. Ketika menerapkan pendekatan- pendekatan baru ini diperlukan teori. Presentasi teori-teori itu dilakukan melalui diskusi dan melatih peserta pelatihan untuk aplikasi. Hal ini harus dilakukan sebaik mungkin.

  Teori-teori tentang pendekatan baru harus dipresentasikan secara baik dan didemonstrasikan dengan disertai praktik dalam kondisi-kondisi yang disimulasikan dengan umpan balik yang baik dan konsisten. Selanjutnya, diterapkan di dalam kelas, disertai dengan pembekalan lebih lanjut dan pemanfaatan umpan balik. Jika semuakomponen ini dilaksanakan secara baik, kegiatan ini akan memberikan sumbangan maksimum bagi peningkatan keterampilan staf disertai dengan kepuasan tertentu.

G. MODEL PELIBATAN MASYARAKAT

  Di Amerika Serikat, pengembangan sekolah di pedesaan atau di daerah- daerah urban berada di tangan dewan masyarakat-sekolah (SCC = School Community Council). Dewan ini terdiri atas unsur-unsur tenaga profesional pendidikan dan anggota-anggota masyarakat. Mereka bertanggung jawab dalam membuat keputusan tentang pengembangan staf untuk masing-masing sekolah atau kelompok sekolah. Anggota dewan dipilih oleh staf profesional sekolah.

  Aspek struktural dari pelibatan masyarakat berarti adanya kesamaan atau keseimbangan antarstruktur yang terlibat dalam pernbuatan keputusan. Aspek prosedural dari pelibatan masyarakat mengandung arti adanya kesamaan masukan dari kelompok profesional dan anggota-anggota masyarakat dalam menentukan aktivitas pengembangan staf untuk meningkatkan praktik-praktik sekolah. Secara organisatoris, program ini menjadi tanggung jawab dan berada di tangan dewan.

  Pada berbagai tingkatan, dewan dan pimpinan tim mempekerjakan anggota staf yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan program. Langkah- langkah pemrograman program pengembangan staf adalah sebagai berikut: 1. Survei kebutuhan.

  Sebagian tugas dewan adalah bertanggung jawab untuk menyelenggarakan survei kebutuhan sekolah dan masyarakat. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui pertemuan, survai kuesioner, pengkajian oleh para konsultan, dan konsultasi dengan kepala sekolah. Dewan kernudian berusaha keras untuk menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan ke dalam aktivitas pengembangan profesional yang bermanfaat bagi pendidikan anak didik. Orientasi program ini ditekankan pada usaha membantu guru dan anggota masyarakat untuk bekerja dengan para siswa dan orang tua murid dalam rangka mengembangkan dan mengintepretasikan warisan budaya masyarakat secara lebill efektif. Program itu kemudian di implementasikan dengan berbagai pola, seperti workshops, kursus, dan kegiatan lainnya yang relevan dengan keragaman kebutuhan sekolah dan masyarakat.

  Bagaimana Menyukseskan Program-program?'

  Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menyukseskan program, sebagai berikut.

  1. Program harus menyeluruh dan harus ada kesesuaian relatif antara masukan-masukan dari masyarakat dan kaum profesional.

  2. Efek partisipasi yang sama bagi guru-guru untuk menghindari keterasingan dan untuk mengembangkan perasaan bermanfaat. guru harus lebilt aktif.

  3. Partisipan guru harus ada dalam proses perencanaan, perlu diperbesar partisipasi dalam kelompok, dan mempekuat persepsi mereka mengenai manfaat program.

  4. Memungkinkan bagi guru dan masyarakat untuk mengakses kebutuhan- kebutuhan lokal dan mengambil tindakan yang mereka senangi.

  5. Program-program diarahkan bagi dan tefokus pada guru, anggota masyarakat dan profesional, dan hal itu tidak telepas dari masalah-maslah penting yang ada di sekitar mereka.

  H. BEBERAPA PREPOSISI UNTUK PENINGKATAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN PROFESIONAL Ada beberapa preposisi untuk meningkatkan mutu pengembangan profesional, yaitu berikut ini. mutu sekolah, dan memperkaya khasanah kehidupan individual guru.

  2. Ada banyak bentuk pendidikan dalam jabatan yang dapat menampung tujuan- tujuan itu. Persyaratan ini membutuhkan kondisi yang berbeda bagi penghantaran yang efektif.

  3. Banyak basil penelitian bidang pendidikan dalam jabatan yang bermutu.

  Sesungguhnya metode-metode pelatihan yang dianjurkan dan diyakini sangat efektif telah banyak pula, tetapi hingga saat ini belum sepenuhnya diterapkan dalam system pendidikan dalam jabatan.

  4. Latihan meneliti akan mendorong, guru untuk menemukan ide pengembangan profesional, model dan keterampilan mengajar. Hal ini lebih menentukan daripada kondisi-kondisi kekuatan yang dikreasi.

  5. Hambatan-hambatan dalam mengaplikasikan pengalaman menuntut adanya perluasan kegiatan pelatihan secara besar-besaran bagi guru. Kegiatan ini harus dilakukan secara teratur untuk mengoperasikannya pada skala yang lebih luas.

  6. Bagaimana pun juga guru dapat menjadi peserta pelatihan yang Iebih efektif daripada peserta lainnya sehingga banyak star sekolah yang mempunyai kemampuan mengajar, termasuk kemampuan mengajar orang dewasa lainnya.

  7. Barangkali banyak sumber pengembangan yang secara potensial efektif menjadi lemah atau salah digunakan saat ini.

  8. EkologI: berbeda secara luas dan membangun kombinasi-kombinasi yang sangat berbeda clad pilihan-pilihan stafnya. Pada berbagai situasi yang ada, suasana produktif yang memungkinkan setiap orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas pengembangan, dengan kata lain, penerapan konversi.

  9. Ada perbedaan besar di dalam keluasan, yang individui-ndividunya mengambil keuntungan secara berbeda dari peluang-peluang yang ada dalam lingkungan mereka. Orang-orang yang berpartisipasi secara aktif dalam satu jenis pengembangan staf cenderung mengerjakanpekerjaan lainnya secara balk, dan mempunyai sikap yang favorable menghadapi pilihan yang ditawarkan. Dengan kata lain, kebanyakan orang yang aktif cenderung, lebih aktif "menyeberang keluar", dan merasa lebih tampil percaya diri. Oleh karena itu, tokoh masyarakat sangat esensial. Kepala, guru, dan anggota masyarakat, personel universitas, dan asisten teknis, semuanya muncui menjadi vital bagi usaha membangun lingkungan yang favorable dan keterlibatannya sangat krusial.

I. FUNGSI PENGEMBANGAN PROFESIONAL

  Bruce Joyce (1990) menulis bahwa program komprehensif pengembangan profesional hendaknya memenuhi tiga fungsi, yaitu sebagai acuan sistem untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dalam jabatan (in-service training) yang cocok bagi guru, sebagai bekal bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas program- programnya, dan menciptakan suasana atau kondisi yang memungkinkan guru untuk sebisa mungkin mengembangkan potensinya secara optimal. Untuk memenuhi fungsi tersebut, menurut Bruce Joyce.adanva model komprehensif bagi pengembangan profesional guru benar-benar dirasakan mendesak. Untuk itu, Bruce .Ioy cemenawarkan tiga model parsial pengembangan profesional, yaitu pelatihan dalam jabatan, menjajaki kemungkinan adanya keterlibatan pemerintah untuk memberi pengakuan yang sama terhadap pekerjaan professional dan anggota-anggota komunitasnya, dan mencoba memanfaatkan potensi program- program pengembangan protesional dan program-program perbaikan sekolah sebagai proses yang berkelanjutan.

  Salah satu bentuk kegiatan pendidikan tambahan dalam jabatan adalah penataran. Permasalahannya, hingga saat ini masih ada kesan kuat bahwa kegiatan penataran beim dikelola secara profesional.

  Menurut Oteng Sulisna (1983), kegiatan penataran perlu dilakukan secara hati- hati, dan hams ada kejelasan dalam tujuan dan arah, pengetahuan dan keterampilan yang luas. serta koniitmen prolesioua yang mendalam.

  Kebutuhan sebagai Pendorong

  Kemampuan profesional guru antara lain dapat ditingkatkan melalui program pendidikan dalam jabatan. Bruce Joyce mengemukakan bahwa pengembangan profesional dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan yang sungguhpun sosial, kebutuhan untuk mengembangkan potensi akademik, dan kebutuhan untuk mendorong guru agar dapat menikmati kehidupan pribadinya.

  Di Indonesia, ada tiga jenis kompetensi atau kemampuan yang harus dimiliki oleh para guru dalam men.jalankan tugasnya, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial (PBSP1K, 1983). Ketiga aspek kompetensi tersebut sesungguhnya tidak berbeda dengan apa yang dikernukakan oleh Bruce Joyce. ALIII pengembangan profesional guru-guru di sekolah kita, karenanya ditujukan agar para guru memenuhi persyaratan dari tiga aspek kompetensi tersebut. Pengembangan profesional itu sendiri dapat didekati berdasarkan tiga orientasi, yaitu orientasi kemasyarakatan orientasi sekolah, dan orientasi perseorangan. Apakah kita mendekati pengembangan profesional dari orientasi masyarakat, sekolah atau perseorangan, bukanlah hal yang patut dipersoalkan di sini.

  Guru sehagai Fokus

  Fokus aktivitas pengembangan profesional, menurut Bruce Joyce, adalah kehidupan guru itu sendiri. Oleh karena itu, guru harus menjadi fokus utama dalam kegiatan pengembangan profesional tenaga kependidikan secara keseluruhan. Di sekolah-sekolah kita banyak di antara guru pemula yang merasa sedih karena mereka tidak dipersiapakan secara matang untuk melaksanakan tugas-tugas rutin apalagi tugas-tugas progresif.

  Apalagi tugas-tugas yang lebih progresif. Pendidikan prajabatan bagi guru lulusan LPTK dinilai masilt terlalu lemah, sehingga guru pemula masih harus banyak belajar dalam pekerjaan serta saling membantu satu sama lainnya dalam batas-batas yang mereka bisa perbuat.

  Pelaksanaan pendidikan dalam jabatan atau pengembangan profesional guru pada umumnya, berkaitan langsung dengan masalah-masalah struktural. Artinya, struktur pelatihan dalam jabatan itu dibentuk oleh beberapa dimensi yang berinteraksi satu sama lain, seperti sekolah dan Dinas Diknas. Keefektitan sebuah usaha sangat tergantung pada interaksi produktif beberapa dimensi atau instansi ..iii kn. Kelemahan satu dimensi menjadi sebab utama . nentuan kekuatan dimensi

  Beberapa dimensi yang terkait dengan program pendidikan dalam jabatan guru mulai dikibarkan secara serius akhir-akhir ini. Meskipun demikian, timbal balik antar beberapa dimensi itu masilt jauh dari optimal. Masalah struktural umum melatarbelakangi masalah spesifik menimbulkan keterbatasan dan melahirkan nilai yang ragu-ragu.

  Masalah selanjutnya adalah bagaimana program pengembangan profesional itu dilakukan secara sukses. Bruce Joyce mengemukakan ada beberapa Cara yang dapat dipakai untuk menyukseskan program. Cara dimaksud adalah sebagai berikut:

  1. Program harus menyeluruh dan hams ada kesesuaian relatif i masukan masyarakat dan kaum profesional.

  2. Efek partisipasi yang sama bagi guru-guru untuk menghindari keterasingan dan mengembangkan perasaan bermanfaat: guru lebilt aktif.

  3. Partis.ipan harus dilibatkan dalam proses perencanaan, memperpartisipasi dalam kelompok, dan memperkuat persepsi mereka mengenai manfaat program. 4. memungkinkan bagi guru dan masyarakat untuk mengakses iiilian-kebutuhan lokal dan mengambil tindakan yang mereka senangi.

  5. Program-program diarahkan dan terfokus pada guru, anggo masyarakat dan profesional, yang tidak terlepas dari masalall masalah penting yang ada di sekitar mereka. Oteng Sutisna mengemukakan bahwa program penataran int hams mampu menjadi wahana untuk meningkatkan efektivih sekolah. Oleh karcna itu, menurut

  Oteng Sutisna, kegiatan penatant hams dilakukan dengan menggunakan prinsip berikut.

  1. Program penataran hendaknya ditujukan pada pen ingkaia perbuatan profesional.

  2. Program penataran hendaknya ditandai dengan suasana penteril scan profesional.

  3. Program penataran hendaknya mendatangkan keterlihatan alit dengan masalah-masalah penting dalam suasana behas (Ian ketentraman psikologis.

  4. Program penataran hendaknya menyediakan kesempatan hajti kegiatan bersifat percobaan kreatif maupun studi mat pelajaran atau latihan mempersiapkan satuan pelajaran serta all bantu pengajaran yang rutin, kegiatan-kegiatan yang discht pertama hendaknya lehih dipentingkan daripada yang kedua.

  6. Program penataran hendaknya tidak diselenggarakan melal surat perintah administratif dan implikasi yang diikat path: so rencana atau sistem penyesuaian gaji hendaknya dihindarkan.

  7. Program penataran hendaknya meliputi prosedur bagi evaluasi Jika program pengembangan profesional dapat berjalan secara efektif, eksistensi pendidikan nasional sebagai proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju insan yang beragama, berbudaya. dan mandiri sebagai pribadi-sosial dan pribadi ekonomi, dapat dinyatakan dan Keberhasilan institusi pendidikan dalam mengemban misinya sangat ditentukan oleh mutu keinterelasian unsur-unsur sistemik yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas proses transformasi dan mutu hasil kerja institusi pendidikan, seperti tenaga kependidikan (kepala sekolah, guru dan lain-lain), sarana dan prasarana, biaya, anak didik, masyarakat organisasi yang membawahkannya.