Unfunded Past Service Liability UPSL dan

Resume Mengenai Unfunded Past Service Liability dan
Pengaturan Pensiun dalam Undang-Undang Kepegawaian
I.

Definisi Unfunded Past Service Liability
Unfunded Past Service Liability adalah kewajiban masa lalu untuk Program

Dana pensiun atau Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri Sipil yang belum terpenuhi.
Pembayaran dana pensiun yang dilakukan oleh pemerintah menggunakan metode
Pay As You Go dengan skema pembiayaan menggunakan Program Manfaat Pasti.

II.

Metode dan Formulasi perhitungan

A. Pay as You Go (Current Cost Method)
Pay as You Go adalah sistem pendanaan pensiun di mana biaya untuk pembayaran
pensiun dipenuhi secara langsung oleh perusahaan (pemberi kerja).
Pada pay as you go, perusahaan membiayai manfaat pensiun peserta begitu
peserta memasuki masa pensiun. Di sini tidak ada pemupukan dana yang dilakukan
peserta ataupun pemberi kerja yang dikelolah badan khusus.

Kelebihan Pay as You Go
a. Pemberi

kerja

tidak

mempunyai

kewajiban

menyediakan

dana

untuk

diinvestasikan pada dana pensiun.
b. Dana yang ada (mestinya untuk pembayaran iuran sebagai pemberi kerja),
dapat dialihkan untuk keperluan investasi perusahaan.

Kelemahan Pay as You Go
a. Peserta atau pensiunan tidak memiliki kepastian pembayaran manfaat pensiun,
karena memang tidak ada pemupukan dana.
b. Apabila perusahaan mengalami kebankrutan, peserta atau pensiunan akan
kehilangan manfaat pensiun.
c. Perusahaan akan mendapat beban yang berat, sejalan dengan semakin
banyaknya jumlah pensiunan.

Gigih Surya Prakasa, Kementerian Keuangan, gigihprakasa@live.com

2

B. Program Pensiun Manfaat Pasti (Defined Benefit)
Program Pensiun Manfaat Pasti adalah suatu program pensiun yang menggunakan
formula tertentu atas manfaat pensiun yang diterima peserta yang sudah ditetapkan
peraturan dana pensiun. Sedangkan besarnya iuran pensiun ditetapkan berdasarkan
perhitungan aktuaria, kecuali iuran peserta yang ditetapkan dalam peraturan dana
pensiun. Besarnya iuran merupakan perkiraan kebutuhan dana yang harus
disisihkan sekarang untuk merealisasikan pembayaran manfaat pensiun.
Kelebihan Program Pensiun Manfaat Pasti

a. Besarnya manfaat pensiun mudah dihitung.
b. Lebih memberikan kepastian kepada peserta.
c. Lebih mudah memberikan penghargaan untuk masa kerja tertentu.
Kekurangan Program Pensiun Manfaat Pasti
a. Beban biaya mudah berfluktuasi.
b. Nilai hak peserta sebelum pensiun tidak mudah ditentukan.
Formula yang umum digunakan untuk menentukan besarnya manfaat pensiun untuk
program pensiun manfaat pasti, yaitu:
1.

Final Earning Pension Plan, yaitu perhitungan besarnya manfaat pensiun

berdasarkan persentase tertentu dari gaji terakhir peserta pada saat mencapai usia
pensiun yang biasanya ditetapkan maksimum masa kerja (past services). Formula
perhitungan final earning pension plan adalah sebagai berikut :
2,5% x Past Services x Final Earnings
2.

Final Average Earning, yaitu perhitungan besarnya manfaat pensiun


menggunakan formula final average earning hampir sama dengan formula final
earning, bedanya perhitungan berdasarkan rata-rata gaji pada beberapa tahun

3
terakhir, misalnya 3-5 tahun terakhir. Formula final average earning adalah sebagai
berikut:
2,5% x Past Services x Final Average Earnings
3.

Career Average Earning, yaitu perhitungan besarnya manfaat pensiun

dihitung dari persentase tertentu terhadap masa kerja dan gaji rata-rata selama
masa karer karyawan. Formula career average earning adalah sebagai berikut :
2,5% x Past Services x Career Average Earnings
4.

Flat Benefit, yaitu perhitungan besarnya manfaat pensiun didasarkan atas

jumlah uang tertentu untuk setiap tahun masa kerja karyawan setelah memenuhi
masa kerja minimum. Misalnya besarnya pensiun Rp. 50.000 perbulan untuk setiap

tahun masa kerja. Jika karyawan mempunyai masa kerja 20 tahun, jumlah pensiun
yang diterima perbulan adalah Rp. 50.000 x 20 = Rp. 1.000.000,Dari keempat formula perhitungan besarnya manfaat pensiun tersebut di atas yang
paling menguntungkan dilihat dari sudut pandang peserta adalah final average
earning, karena peserta menerima manfaat pensiun dihitung dari rata-rata gaji
beberapa tahun terakhir. Sehingga manfaat pensiun yang diterima akan lebih besar
dibandingkan dengan menggunakan formula yang lain.
Pemerintah dalam menentukan besar manfaat yang akan dibayarkan menggunakan
ketentuan dalam pasal 11, UU nomor 11 tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan
Pensiun Janda/Duda Pegawai yang menjelaskan bahwa besarnya pensiun-pegawai
adalah 2.5% (dua setengah persen) dari dasar pensiun untuk tiap-tiap tahun masakerja, dengan ketentuan:
a. pensiun-pegawai sebulan adalah sebanyak-banyaknya 75% (tujuh puluh lima
perseratus) dari dasar-pensiun;
b. pensiun-pegawai sebulan tidak boleh kurang dari gaji-pokok terendah menurut
Peraturan Pemerintah tentang gajidan pangkat yang berlaku bagi pegawai
negeri yang bersangkutan

4
Dasar pensiun yang digunakan sebagai dasar perhitungan besar pensiun adalah gaji
pokok (termasuk gaji pokok tambahan dan/atau gaji pokok tambahan peralihan)
terakhir sebulan yang berhak diterima oleh pegawai yang berkepentingan

berdasarkan peraturan gaji yang berlaku baginya.

III.

Faktor yang Mempengaruhi Besaran Pembayaran Dana
Pensiun dan UPSL

Faktor-faktor yang mempengaruhi besaran belanja pensiun dalam APBN terkait
dengan PT TASPEN :
a. Kebijakan gaji pokok PNS
b. Kebijakan pensiun pokok
c. Perkembangan jumlah penerima pensiun
d. Perekembangan Grand Design pensiun kedepan
e. Lainnya, termasuk kebijakan terkait dengan harga beras
TASPEN berada dalam posisi sebagai pihak yang membayarkan tetapi ada
ketentuan-ketentuan mengenai pembayaran. Terkait kenaikan tunjangan beras atau
pensiun pokok terkadang tidak sesuai dengan perencanaan, sehingga kedepannya
harus ada koordinasi ketika akan menyusun aturan tentang kenaikan. Terkait
manfaat kenaikan pokok naik, Rasio terhadap belanja pegawai cenderung turun, hal
ini bias terjadi akibat remunerasi yang tidak menaikan gaji pokok pegawai tetapi

tunjangannya.
Menurut Pasal 2 PMK 25 Tahun 2013, mengatur UPSL yang diakui

Menteri

Keuangan adalah yang terjadi akibat:
a. Perubahan formula manfaat THT PNS,
b. Kenaikan tabel gaji pokok PNS, dan/atau
c. Penambahan peserta baru yang tanggal penempatan berbeda dengan tanggal

pengangkatan

5
Contoh kasus di tahun sebelumnya dari hasil pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun
2009, BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian atas LKPP Tahun 2009
karena masih terdapat beberapa permasalahan di PT Taspen, salah satunya karena
Pemerintah belum mencatat kewajiban kepada PT Taspen senilai Rp 7,34 triliun
atas program THT PNS yang timbul akibat adanya kenaikan gaji PNS tahun 2007
s.d. 2009.
Program THT PNS menggunakan skema Manfaat Pasti (Defined Benefit). Sesuai

dengan KMK-478/2002 perhitungan manfaat program THT PNS berdasarkan pada
gaji pokok terakhir sebelum pensiun. Dengan formula yang diatur dalam KMK478/2002 tersebut, kecukupan investasi PT Taspen (Persero) hanya dapat
mendanai kenaikan gaji pokok sebesar 2,5% yang merupakan kenaikan gaji pokok
secara reguler.
Kebijakan kenaikan gaji pokok PNS di atas 2,5% menimbulkan kekurangan
pendanaan (unfunded past service liability) karena meningkatnya Kewajiban
Manfaat Polis Masa Depan (KMPMD) yang tidak diimbangi dengan kenaikan iuran.
Secara aktuaria, kenaikan gaji pokok di atas 2,5% tersebut akan membebani
keuangan PT Taspen (Persero) dalam menyelenggarakan program THT PNS
karena adanya keharusan untuk membukukan KMPMD.

IV.

Penyelesaian Unfunded Past Service Liability

Contoh kasus penyelesaian UPSL untuk UPSL tahun 2007-2010
1. Pemerintah telah mencatatkan Unfunded Past Service Liability (UPSL) program
THT PNS tahun 2007-2010 sebagai kewajiban dalam neraca LKPP sebesar
Rp8,389 triliun dan pengakuan kewajiban tersebut disampaikan oleh Menteri
Keuangan kepada Direksi Taspen (Persero)

2. Pelunasan UPSL dilakukan setelah dilakukannya proses:
a. due diligence/audit secara menyeluruh atas PT Taspen (Persero) oleh auditor
dan aktuaris independen; dan
b. pemisahan kekayaan dan kewajiban THT non-PNS dan PNS.
3. Terkait dengan due diligence/audit secara menyeluruh terhadap PT Taspen,
Menteri Keuangan menyetujui penyelesaian sebagai-berikut

6
a. Menteri

Keuangan

menunjuk

Badan

Pengawasan

Keuangan


dan

Pembangunan (BPKP) sebagai auditor internal Pemerintah, sedangkan PT
Taspen

(Persero)

melakukan

pengadaan

aktuaris

independen

atas

persetujuan BPKP dan atas rekomendasi dari Menteri Keuangan.
b. Menteri Keuangan menetapkan metode, asumsi, dan data yang digunakan
aktuaris.

c. Biaya due diligence dibebankan kepada PT Taspen (Persero).
4. Dasar penugasan Kepala BPKP untuk melakukan due diligence atas PT Taspen
(Persero). Ruang lingkup due diligence/audit secara menyeluruh terhadap PT
Taspen, yang ditetapkan Menteri Keuangan adalah:
a. mendeteksi seluruh penyebab yang mengakibatkan UPSL baik yang berupa
kurangnya pembayaran premi di masa lalu, ketidaksesuaian pengalaman dan
asumsi, kurang optimalnya kinerja investasi, fraud, dan lain-lain;
b. mengkuantifikasi UPSL yang diakibatkan oleh masing-masing sebab;
c. mengidentifikasi

dasar-dasar

hukum

untuk

pembayaran

UPSL

yang

seharusnya ada atau yang telah ada;
d. mengidentifikasi standar kinerja yang idealnya digunakan untuk mengukur
kinerja investasi, kinerja operasional dan lain-lain; dan
e. menghitung kewajaran besaran UPSL yang telah diakui Pemerintah.
5. Untuk membantu pelaksanaan due diligence oleh BPKP, PT Taspen menunjuk
Konsultan Aktuaria Independen untuk menghitung nilai UPSL program THT PNS
tahun 2007-2011
6. Menteri Keuangan menyetujui penggunaan metode dan asumsi yang diusulkan
oleh PT Taspen (Persero) untuk perhitungan KMPMD program THT PNS tahun
2011. PT Taspen (Persero) juga diminta melakukan perubahan asumsi tingkat
kenaikan gaji dan asumsi tingkat bunga aktuaris secara bertahap untuk
perhitungan KMPMD tahun 2012 dan seterusnya. Kedua asumsi tersebut harus
menggambarkan perilaku yang wajar untuk jangka waktu yang sesuai dengan
durasi KMPMD. Selain itu, PT Taspen (Persero) diminta segera menyelesaikan
kajian mengenai tingkat pengunduran diri, tingkat keuzuran jasmani dan tabel
mortalita.

7
7. BPKP menyampaikan hasil due diligence PT Taspen (Persero) kepada Menteri
Keuangan.
8. Direksi PT Taspen (Persero) menyampaikan rencana aksi pengalihan portofolio
pertanggungan program THT Bukan PNS. Disamping itu, dalam surat dimaksud
Direksi PT Taspen (Persero), memohon kirannya dana UPSL yang sudah
tersedia dalam APBN tahun 2012 dapat segera dicairkan.
9. Direktur Jenderal Anggaran dan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menyampaikan kepada Menteri Keuangan
permohonan pembayaran angsuran UPSL tahun 2007-2011. Dalam APBN
Tahun 2012 telah dialokasikan anggaran pembayaran UPSL sebesar Rp1 triliun.
Pemerintah kepada PT Taspen (Persero) sebesar Rp1 triliun. Pada bulan
Desember 2012 telah dibayarkan angsuran UPSL.
10. Menteri menyetujui penggunaan metode dan asumsi yang diusulkan oleh PT
Taspen (Persero) untuk perhitungan KMPMD program THT PNS tahun 2012,
yaitu dengan menggunakan tingkat bunga teknis sebesar 9,83%. Disamping itu,
PT Taspen (Persero) tetap diminta melakukan perubahan asumsi tingkat
kenaikan gaji dan asumsi tingkat bunga aktuaria secara bertahap.
11. Direktur Jenderal Anggaran dan Ketua Bapepam-LK menyampaikan draf
Rancangan

Peraturan

Menteri

Keuangan

(RPMK)

tentang

Tata

Cara

Perhitungan, Pengakuan, dan Pembayaran Unfunded Past Service Liability
Program Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri Sipil Yang Dilaksanakan oleh PT
Taspen (Persero) kepada Menteri Keuangan untuk mendapat penetapan.
12. RPMK tersebut telah ditetapkan menjadi PMK Nomor: 25/PMK.02/2013 tentang
Tata Cara Perhitungan, Pengakuan, Dan Pembayaran Unfunded Past Service
Liability Program Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri Sipil Yang Dilaksanakan
Oleh PT Taspen (Persero) tanggal 16 Januari 2013.
13. Berdasarkan hasil due diligence, Menteri Keuangan menetapkan jumlah UPSL
THT PNS tahun 2007 – 2011 sebesar Rp19.161.745 juta, dimana jumlah
tersebut termasuk jumlah UPSL sebesar Rp11.822.231 juta yang telah dicatat
dalam LKPP tahun 2011.

8
14. PT Taspen (Persero mengajukan permohonan pencairan pembayaran UPSL
program

THT

PNS

sebesar

Rp3

triliun

kepada

Direktorat

Jenderal

Perbendaharaan (DJPb) selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
15. Terkait dengan permohonan pencairan pembayaran UPSL program THT PNS
sebesar Rp3 triliun, setelah dilakukan pengecekan, dana yang dialokasikan
dalam APBN Tahun Anggaran 2013 untuk pembayaran UPSL program THT
PNS hanya sebesar Rp1 triliun. Jumlah dana tersebut masih dialokasikan dalam
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Bagian Anggaran (BA) 999-08
sehingga tidak dapat dilakukan pencairan.
16. Berdasarkan

hasil

koordinasi

Biro

Hukum-Sekretariat

Jenderal

dengan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) diperoleh informasi bahwa DJPb
akan segera berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) agar:
a. Menggeser alokasi DIPA BA 999-08 menjadi DIPA BA 999-99, sehingga dana
pembayaran UPSL program THT PNS sebesar Rp1 triliun dapat dicairkan;
dan
b. mengalokasikan sisa dana pembayaran UPSL program THT PNS sebesar
Rp2 triliun pada APBN Perubahan.
17. Rapat koordinasi antara DJA (Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat A III,
Direktorat Harmonisasi Peraturan Penganggaran), DJPb (Direktorat Sistem
Perbendaharaan) dan PT Taspen (Persero) yang membahas rencana
penyelesaian UPSL THT PNS menyimpulkan antara lain:
 Pihak DJPb selaku KPA akan menindaklanjuti tagihan PT Taspen (Persero)
dengan mengusulkan kepada DJA mengenai revisi DIPA.
 Pihak PT Taspen akan mengusulkan skema budget settlement atas
outstanding UPSL tahun 2007-2011 kepada Menteri Keuangan.
18. PT Taspen (Persero) mengajukan permohonan persetujuan skema pembayaran
UPSL program THT PNS tahun 2007-2011 sebesar Rp19.161.745 juta dengan
skema fix settlement masa angsuran 6 (enam) tahun. Skema tersebut belum
memperhitungkan jumlah UPSL tahun berikutnya sebagai akibat kebijakan
menaikkan gaji pokok PNS dan perhitungan hasil pengembangan.
19. Rincian Jumlah UPSL program THT PNS PT Taspen (Persero) tahun 2007-2013:

9
UPSL Tahun 2007 -2011 yang ditetapkan
Pemerintah

19.161.745.000.000

Pembayaran Cicilan Tahun 2012

(1.000.000.000.000
)

Rencana Pembayaran Cicilan Tahun 2013

(1.000.000.000.000
)

Saldo

17.161.745.000.000

UPSL Tahun 2012 (Berdasarkan Laporan
Keuangan Audited)

3.846.992.067.789

UPSL Tahun 2013 (Berdasarkan Laporan
Keuangan Q1 2013)

3.030.169.244.261

Jumlah UPSL s.d. Tahun 2013

24.038.906.312.050

20. Rata-rata Kenaikan Gaji Pokok dan Pensiun Pokok PNS setiap tahun dalam
APBN:
Tahun
Persentase
Kenaikan

V.

2006
15%

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

15%

20%

15%

5%

10%

10%

7%

Definisi Pegawai, Penghasilan, dan Kesejahteraan, serta
Pensiun Pegawai dalam Undang-undang

Peraturan mengenai pensiun tidak terlepas dari ketentuan pegawai yang menjadi
peserta pensiun, penghasilan yang menjadi dasar pensiun serta kesejahteraan yang
didapat oleh pegawai setelah memasuki masa pensiun. Kepegawaian di
pemerintahan diatur dalam UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian, UU No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas UU No. 8 Tahun
1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, dan akhirnya diubah menjadi aparatur
sipil negara yang ketentuannya diatur di dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara.

10
1. UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
Pegawai Negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan Negeri atau
diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan
perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
Pegawai Negeri terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil, dan
b. Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Pegawai Negeri Sipil terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat;
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah; dan
c. Pegawai Negeri Sipil lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah:
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga
Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi
Negara, Instansi Vertikal di Daerah-daerah, dan Kepaniteraan Pengadilan.
b. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang bekerja pada Perusahaan Jawatan.
c. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan atau dipekerjakan pada
Daerah Otonom.
d. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berdasarkan sesuatu peraturan perundangundangan diperbantukan atau dipekerjaan pada badan lain, seperti
Perusahaan Umum, Yayasan dan lain-lain.
e. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang menyelenggarakan tugas Negara lainnya,
seperti Hakim pada Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi dan lain-lain.

11
Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil
Daerah Otonom.
Di Pasal 7 berbunyi Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang layak
sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Gaji adalah sebagai balas jasa
atau penghargaan atas hasil kerja seseorang.
Di Pasal 10 Undang-undang tersebut juga menjelaskan bahwa setiap Pegawai
Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, berhak atas pensiun.
Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap Pegawai Negeri
yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada Negara. Pada pokoknya
adalah menjadi kewajiban dari setiap orang untuk berusaha menjamin hari tuanya,
dan untuk ini setiap Pegawai Negeri wajib menjadi peserta dari sesuatu badan
asuransi sosial yang dibentuk oleh Pemerintah. Karena pensiun bukan saja sebagai
jaminan hari tua, tetapi juga adalah sebagai balas jasa, maka Pemerintah
memberikan sumbangannya kepada Pegawai Negeri. Iuran pensiun Pegawai Negeri
dan sumbangan Pemerintah tersebut dipupuk dan dikelola oleh badan asuransi
sosial.
2. UU No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas UU No. 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pegawai Negeri terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pegawai Negeri Sipil terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja

12
pada Departemen, Lembaga pemerintah non-Departemen, Kesekretariatan
Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan untuk
menyelenggarakan tugas negara lainnya.
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah, atau
dipekerjakan di luar instansi induknya.
Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang diperbantukan di
luar instansi induk, gajinya dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan.
Di samping Pegawai Negeri, pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai
tidak tetap. Yang dimaksud dengan pegawai tidak tetap adalah pegawai yang
diangkat untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan
pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai tidak tetap tidak berkedudukan
sebagai Pegawai Negeri.
Mengenai gaji pada UU No. 43 Tahun 1999 diatur dalam pasal 7 yaitu:
a. Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai
dengan beban pekerjaan dan tanggungjawabnya. Yang dimaksud dengan gaji
yang adil dan layak adalah bahwa gaji Pegawai Negeri harus mampu
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga Pegawai Negeri yang
bersangkutan dapat memusatkan perhatian, pikiran, dan tenaganya hanya
untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya.
b. Gaji yang diterima oleh Pegawai Negei harus mampu memacu produktivitas
dan menjamin kesejahteraannya.
c. Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pengaturan gaji Pegawai
Negeri yang adil dimaksudkan untuk mencegah kesenjangan kesejahteraan,
baik antar Pegawai Negeri maupun antara Pegawai Negeri dengan swasta.
Sedangkan gaji yang layak dimaksudkan untuk menjamin terpenuhinya

13
kebutuhan pokok dan dapat mendorong produktivitas dan kreativitas Pegawai
Negeri.
Aturan mengenai pensiun di dalam UU No. 43 Tahun 1999 tidak mengalami
perubahan, tetap mengacu pada UU no. 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian.
3. UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi
pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang
bekerja pada instansi pemerintah.
a. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN
adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian
kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi
tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara
lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.
b. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan. Pegawai ASN diangkat sebagai pegawai
tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk
pegawai secara nasional
c. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat
PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Pengangkatan
disesuaikan dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan
Undang-Undang ini.
Di pasal 21 Bab VI mengenai Hak dan Kewajiban, bagian hak PNS, PNS berhak
memperoleh:
a. gaji, tunjangan, dan fasilitas

14
b. cuti;
c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. perlindungan; dan
e. pengembangan kompetensi.
Pasal selanjutnya di pasal 22 PPPK memperoleh hak yang sama seperti PNS
kecuali bagian jaminan pensiun dan jaminan hari tua. Yang dimaksud dengan
“gaji” di pasal 22 mengenai gaji PPPK adalah kompensasi dasar berupa
honorarium sesuai dengan beban kerja, tanggung jawab jabatan dan resiko
pekerjaan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
Lebih lanjut mengenai gaji dan tunjangan dibahas dalam Paragraf 9 tentang
Penggajian dan Tunjangan yaitu pada:
Pasal 79
1) Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta
menjamin kesejahteraan PNS.
2) Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan sesuai dengan
beban kerja, tanggungjawab, dan resiko pekerjaan.
3) Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pelaksanaannya dilakukan
secara bertahap.
4) Gaji PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja negara.
5) Gaji PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Pasal 80
1) Selain gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, PNS juga menerima
tunjangan dan fasilitas.

15
2) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tunjangan
kinerja dan tunjangan kemahalan.
3) Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibayarkan sesuai
pencapaian kinerja.
4) Tunjangan kemahalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibayarkan
sesuai dengan tingkat kemahalan berdasarkan indeks harga yang
berlaku di daerah masing-masing.
5) Tunjangan PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja negara.
6) Tunjangan PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah dibebankan
pada anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Pasal 81
Ketentuan lebih lanjut mengenai gaji, tunjangan kinerja, tunjangan kemahalan, dan
fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 dan Pasal 80 diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Kemudian diatur juga batas usia pensiun di dalam pasal 90 yaitu:
a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi;
b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat PimpinanTinggi;
c. sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan bagi Pejabat
Fungsional.
Di atur juga dalam Paragraf 13 mengenai Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua
yang berisi:
Pasal 91
1) PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan
hari tua PNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) PNS diberikan jaminan pensiun apabila:

16
a. meninggal dunia;
b. atas permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja tertentu
c. mencapai batas usia pensiun;
d. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan
pensiun dini; atau
e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan
tugas dan kewajiban.
3) Jaminan pensiun PNS dan jaminan hari tua PNS diberikan sebagai
perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua, sebagai hak dan
sebagai penghargaan atas pengabdian PNS.
4) Jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mencakup jaminan pensiun dan jaminan hari tua yang
diberikan dalam program jaminan sosial nasional.
5) Sumber pembiayaan jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS berasal
dari pemerintah selaku pemberi kerja dan iuran PNS yang bersangkutan.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan program jaminan pensiun
dan jaminan hari tua PNS diatur dalam Peraturan Pemerintah
Untuk PPPK memang tidak terdapat aturan yang berisi hak PPPK untuk
mendapatkan jaminan pensiun dan jaminan hari tua namun pemerintah memberikan
jaminan hari tua kepada PPPK dalam bentuk perlindungan yang menjadi hak PPPK.
Hak Perlindungan PPPK diatur dalam Pasal 106 yaitu Pemerintah wajib memberikan
perlindungan berupa:
a. jaminan hari tua;
b. jaminan kesehatan;
c. jaminan kecelakaan kerja;
d. jaminan kematian; dan

17
e. bantuan hukum.
Perlindungan berupa jaminan hari tua, jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan
kerja, dan jaminan kematian sebagaimana dimaksud di atas dilaksanakan sesuai
dengan sistem jaminan sosial nasional

Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 25 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perhitungan,
Pengakuan, dan Pembayaran Unfunded Past Service Liability Program Tabungan
Hari Tua Pegawai Negeri Sipil yang dilaksanakan PT TASPEN (Persero)
Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1981 tentang Asuransi Sosial PNS
UU No. 11 tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai
UU No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
UU no. 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas UU No. 8 tahun 1974 tentang PokokPokok Kepegawaian
UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
UU No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

18

Sumber Internet
Kusnanto, Amir. “METODE PENDANAAN PROGRAM PENSIUN (BAGIAN 3)”.
Blognya Pak Amir. http://blog.stie-mce.ac.id/amirkusnanto/2014/03/11/metodependanaan-program-pensiun-bagian-3/. 11 Maret 2014. Diakses 17 Maret 2014
Jam 16.00
Kusnanto, Amir. “METODE PENDANAAN PROGRAM PENSIUN (BAGIAN 4)”.
Blognya Pak Amir. http://blog.stie-mce.ac.id/amirkusnanto/2014/03/11/metodependanaan-program-pensiun-bagian-3/. 11 Maret 2014. Diakses 17 Maret 2014
Jam 16.30