Asosiasi Balanophora elogata Blume denga

Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

PO-18

ASOSIASI Balanophora elongata Blume DENGAN TUMBUHAN BAWAH DI
HUTAN KAWASAN KEBUN RAYA CIBODAS
Musyarofah Zuhri
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas – LIPI. PO Box 19 SDL Cipanas, Cianjur 43253
e-mail: ova_zuhri@yahoo.com
Abstrak. Balanopohora elongata Blume merupakan tumbuhan holoparasit pada akar tumbuhan lain dan
rimpangnya mengandung lilin lengket yang dimanfaatkan untuk penerangan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui asosiasi B. elongata dengan tumbuhan bawah lainnya yang berada di hutan
kawasan Kebun Raya Cibodas. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - April 2016 di empat buah hutan
sekunder yang ada di dalam kawasan Kebun Raya Cibodas menggunakan teknik petak disarangkan (nested
pot technique). B. elongata yang dijumpai dalam penelitian ini menempel pada inang F. ribes dan S.
pendula. Total ditemukan B. elogata sejumlah 186 individu dengan jumlah terbanyak dijumpai di Hutan
Kompos. Pola dispersi dari B. elongata menunjukkan pola sebaran kelompok dengan nilai indeks dispersi
Morisita 1,62. Sebanyak 45% tumbuhan bawah memiliki tipe asosiasi positif dengan B. elongata antara lain
S. acuminatissima, Cyathea sp., Begonia multangula, Calathea lietzei, dan Euchresta horsfieldii. Dari 39
jenis tumbuhan bawah, hanya 2 jenis yang menunjukkan tidak adanya asosiasi yaitu D. febrifuga dan L.

laevigatus sementara itu 37 jenis lainnya memiliki asosiasi dengan B. elongata dengan derajat asosiasi yang
berbeda-beda. Banyaknya hubungan asosiasi menunjukkan B. elongata dapat hidup bersama dengan
mayoritas tumbuhan bawah lainnya dan tidak memiliki preferensi khusus untuk berasosiasi.
Kata kunci: Asosiasi; B. elongata; Kebun Raya Cibodas; tumbuhan bawah.
Abstract. Balanopohora elongata Blume is a holoparasitic plant on plant roots and its rhizomes contain
sticky wax that is used for lighting. The aim of this study was to determine the association of B. elongata with
understorey vegetation in the Cibodas Botanic Gardens remnant forest. The study was conducted on January
- April 2016 in four secondary forests using nested plot technique. The resuts was found total 186 individuals
of B. elongata and it attached to the host F. ribes and S. pendula. Morisita dispersion index for B. elongata
was 1.62. 45% of understorey vegetation has a positive association with B. elongata e.g. Schismatoglottis
acuminatissima, Cyathea sp., Begonia multangula, Calathea lietzei, and Euchresta horsfieldii. Only two
plant species that showed no association with B. elongata e.g. Dichroa febrifuga and Lasianthus laevigatus.
While 37 plant species have associations with B. elongata with various associate degrees. It was indicated B.
elongata could life together with majority of understorey vegetation and do not have a specific preference
for association.
Keywords: Association; B. elongata; Cibodas Botanic Gardens; understorey vegetation.

PENDAHULUAN
Balanophora merupakan anggota suku Balanophoraceae dan terdapat 15 jenis Balanophora
yang tersebar di daerah temperata dan Asia tropis (van Steenis, 2010). Tumbuhan ini merupakan

holoparasit pada akar tumbuhan lain dan melalui akar mereka menyerap hara makanannya termasuk
karbohidrat karena tumbuhan ini tudak memiliki pigmen hijau daun. Balanophora merupakan jenis
tumbuhan berbunga yang paling aneh dan memiliki perbungaan yang berwarna kuning, jingga, atau
merah yang muncul dari umbi yang melekat pada tumbuhan inangnya (Barkman et al., 2003). Dua

1071

Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

jenis Balanophora yang banyak terdapat di daerah tropis khususnya kawasan dataran tinggi basah,
yaitu Balanophora elongata dan B. fugosa.
Balanophora elongata Blume merupakan salah satu yang sering dijumpai di lantai hutan di
kawasan dataran tinggi tropis pada ketinggian 1.000-3.000 m. Tumbuhan berumah dua ini berwarna
merah dan jarang sekali berwarna kuning, banyak tersebar di Jawa bagian barat dan juga Sumatera.
Memiliki umbi dengan bentuk padat atau bercabang seperti batu karang. Permukaan kasar dan
memiliki tanda khas berupa benjolan seperti bintang. Batang pendek (5-15 cm) dan terdiri hingga
20 daun berwarna merah yang seperti sisik dan tersusun spiral dengan ukuran yang semakin
membesar dari bawah ke atas. Perbungaan terminal dibentuk di dalam umbi dan menembusnya
meninggalkan sisa umbi berbentuk cawan. Satu umbi hanya menghasilkan bunga satu kelamin saja

(Backer & van den Brink, 1965; Shu, 2003; van Steenis, 2010; Mukhti et al., 2012). Rimpang B.
elongata mengandung lilin lengket yang disebut sebagai balanophorin dengan jumlah yang banyak.
Pada zaman dahulu masyarakat di sekitar Cibodas memanfaatkan rimpang B. elongata untuk
penerangan dengan cara merebus potongan umbi dan mengambil zat lilinnya (Shu, 2003; van
Steenis 2010).
Asosiasi adalah hubungan antara dua jenis dalam komunitas yang selalu hadir bersama-sama
dan terjadi apabila kedua jenis tumbuh pada lingkungan yang sama, distribusi geografi kedua jenis
sama, salah satu jenis hidupnya bergantung pada jenis yang lain, dan satu jenis menyediakan
perlindungan bagi jenis yang lain (Kusmana, 1995). Terdapat dua macam tipe asosiasi, yaitu positif
dan negatif (Kershaw, 1964). Asosiasi mengenai B. elongata dengan jenis tumbuhan bawah lainnya
belum pernah tercatat sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asosiasi B.
elongata dengan tumbuhan bawah lainnya yang berada di hutan kawasan Kebun Raya Cibodas.
METODOLOGI
Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan April 2016 di empat buah hutan
sekunder yang ada di dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, yaitu Hutan Kompos, Hutan
Pembibitan, Hutan Tanjakan Bagong, dan Hutan Jalan Akar. Penelitian dilakukan dengan sampling
vegetasi menggunakan teknik petak disarangkan (nested pot technique) dimana tegakan pohon
dihitung dalam petak 10x10 m2 dan di dalamnya terdapat sebuah petak 5x5 m2 untuk menghitung
perdu dan dua buah petak 1x1 m2 untuk menghitung herba yang ada di dalamnya.
Vegetasi yang diamati berupa tegakan pohon dengan diameter lebih dari 10 cm dan tumbuhan

bawah yang meliputi semak, perdu rendah, herba, anakan pohon, paku-pakuan, pemanjat, dan jenis
palem. Variabel yang diukur meliputi jenis tumbuhan, jumlah individu, diameter dan tinggi pohon,
serta kondisi abiotik lokasi penelitian. Identifikasi jenis tumbuhan dilakukan di lapangan dan jenis
yang tidak teridentifikasi dibuat voucher herbariumnya untuk selanjutnya diidentifikasi di
Herbarium Kebun Raya Cibodas.
Data dianalisis dengan menghitung kerapatan, dominansi, dan frekuensi untuk mendapatkan
nilai indeks nilai penting dari tiap jenis tumbuhan, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H'),
dan indeks kemerataan. Pola dispersi ditunjukkan melalui indeks dispersi Morisita untuk
menunjukkan apakah sebarannya acak, seragam, atau kelompok. Asosiasi antara dua jenis
tumbuhan dianalisis menggunakan tabel contingency 2x2 yang selanjutnya diuji dengan chi-square
(x2) dan indeks asosiasi Jaccard (Tabel 1).

1072

Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Tabel 1. Parameter yang dihitung (Morisita, 1959; Pielou, 1966 dalam Heip, 1974; Odum, 1971; Mueller-Dombois
& Ellenberg, 2016)


Parameter
Indeks nilai penting

Rumus
INP adalah Indeks nilai penting; KR adalah kerapatan relatif (%); DR
adalah dominansi relatif (%); FR adalah frekuensi relatif (%)

Indeks keanekaragaman
jenis Shannon-Wiener
H' adalah indeks keanekaragaman jenis; ni adalah jumlah individu jenis
ke-n; N adalah total jumlah individu
Indeks kemerataan jenis
Pielou
E adalah indeks kemerataan jenis; S adalah jumlah jenis
Indeks dispersi Morisita
(Id)

n adalah ukuran contoh; ∑ x adalah jumlah total individu dalam plot. Id <
1 sebaran acak; Id = 0 sebaran seragam; Id > 1 sebaran mengelompok


Tabel contingency 2x2
Jenis A
Ada
Tidak ada
Jumlah

Ada
a
c
a+c

Jenis B
Tidak ada
b
d
b+d

Jumlah
a+b
c+d

n = a+b+c+d

a adalah jumlah sampling dengan kedua jenis hadir; b adalah jenis a hadir
dan b tidak hadir; c adalah jenis a tidak hadir dan b hadir; d adalah jenis a
dan b tidak hadir; n adalah jumlah sampling keseluruhan
Uji chi-square (x2)

Indeks Jaccard

a > E(a) tipe asosiasi positif; a < E(a) negatif; x2 test > x tabel asosiasi; x2
test < x tabel tidak asosiasi; x tabel 3,84
%

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hutan yang disurvei dalam penelitian ini merupakan hutan sekunder yang terfragmen di
dalam kawasan Kebun Raya Cibodas. Beberapa dari fragmen hutan tersebut berbatasan langsung
dengan hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, seperti Hutan Pembibitan dan Hutan Jalan
Akar. Secara umum kawasan tersebut tersusun atas tumbuhan khas dataran tinggi basah seperti
Castanopsis argentea, Dacrycarpus imbricatus, Altingia excelsa, dan Acer laurinum (Zuhri &
Mutaqien, 2011).

Lokasi penelitian memiliki lingkungan abiotik yang seragam dengan kisaran ketinggian antara
1.339 sampai dengan 1.357 mdpl (Tabel 2). Lokasi petak dimana B. elongata ditemui memiliki
kemiringan dengan sudut yang landai sampai cukup curam dan ketebalan serasah yang cukup
1073

Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

tinggi. Kondisi tanah di lokasi penelitian memiliki pH normal dengan kelembaban berkisar 50-75%.
Intensitas cahaya berkisar 96-340 x 10 lux dengan suhu udara berkisar 20,1-21,3oC dan kelembaban
udara yang cukup tinggi yaitu 88-99%.
Tabel 2. Kondisi abiotik lokasi penelitian

S 06o44'23.80"
E 107o00'27.81"

S 06o44'23,52"
E 107o00'28,15"

1339

45
5
7
55

1357
10
3
7
75

Hutan
tanjakan
bagong
S 06o44'23,68"
E
107o00'28,00"
1345
25
2

6,9
50

340

220

149

96

20,5
92

20,1
91

21
99


21,3
88

Hutan kompos
Koordinat

Ketinggian (mdpl)
Kemiringan (%)
Ketebalan seresah (cm)
pH tanah
RH tanah (%)
Intensitas cahaya (lux x
10)
suhu (oC)
Kelambaban udara (%)

Hutan
pembibitan

Hutan jalan
akar
S 06o44'27,12"
E
107o00'21,12"
1344
45
2
7
58

Kekayaan dan Keragaman Jenis
Hasil inventarisasi tumbuhan menunjukkan terdapat 28 jenis pohon yang terdiri dari 16 suku
dan 23 marga. Jenis dengan jumlah individu terbanyak adalah Saurauia pendula sebanyak 7
individu, Ficus ribes sebanyak 5 individu, dan Ostodes paniculata sebanyak 4 individu. Selain itu,
tercatat terdapat 21 jenis perdu dan 13 jenis herba di kawasan tersebut (Tabel 3). Jenis pohon
memiliki indeks keanekaragaman yang cukup tinggi yaitu 3,07. Sementara itu untuk jenis perdu dan
herba memiliki indeks keanekaragaman jenis yang lebih rendah, yaitu berturut-turut 2,96 dan 2,79.
Indeks kemerataan menunjukkan struktur komunitas dalam plot penelitian dan nilai indeks yang
mendekati 1 menunjukkan penyebaran jenis semakin merata. Indeks kemerataan untuk jenis pohon
dan perdu adalah sama yaitu 0,93 sementara untuk jenis herba memiliki angka yang lebih rendah
yaitu 0,76. Hal tersebut menunjukkan kawasan hutan tersebut memiliki komunitas vegetasi yang
cukup stabil.
Tabel 3. Kekayaan dan keragaman jenis di hutan kawasan Kebun Raya Cibodas

Pohon
28
3,07
0,93

Kekayaan jenis
Indeks keanekaragaman (H')
Indeks kemerataan

Perdu
21
2,96
0,93

Herba
13
2,79
0,76

Indeks nilai penting menunjukkan kepentingan suatu jenis tumbuhan dan peranannya dalam
komunitas, dimana nilai penting merupakan jumlah dari kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan
dominansi relatif (Mueller-Dombois & Ellenberg, 2016). INP tertinggi untuk jenis pohon, perdu,
dan herba berturut-turut adalah S. pendula (45,98%), Dichroa febrifuga (53,45%), dan B. elongata
(69,11%) (Tabel 4). Terdapat 7 individu S. pendula yang tersebar di 2 petak pengamatan dengan
rata-rata dbh mencapai 23,33 cm. Meskipun demikian Altingia excelsa dan Castanopsis argentea
yang masing-masing hanya terdiri dari 1 individu memiliki dbh yang jauh lebih besar yaitu berturut1074

Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

turut 170 cm dan 147,5 cm dengan tinggi pohon mencapai 30 m. A. excelsa merupakan jenis pohon
emergen khas dataran tinggi basah (Zuhri & Mutaqien, 2011).
D. febrifuga memiliki nilai INP yang tertinggi untuk jenis perdu yaitu sebesar 53,45.
Sebanyak 7 individu D. febrifuga ditemui di 2 petak pengamatan dengan diameter rata-rata 2,6 cm.
Sementara itu untuk jenis herba nilai INP tertinggi setelah B. elongata adalah jenis talas-talasan
yaitu S. acuminatissima dengan 49 individu yang tersebar di 9 sub-petak pengamatan.
Tabel 4. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi berdasarkan habitus

Habitus
Pohon

Perdu & Semak

Herba

Suku
Actinidiaceae
Altingiaceae
Fagaceae
Moraceae
Euphorbiaceae
Hydrangeaceae
Urticaceae
Rubiaceae
Magnoliaceae
Annonaceae
Balanophoraceae
Araceae
Gesneriaceae
Thelypteridaceae
Pteridaceae

Jenis
Saurauia pendula
Altingia excelsa
Castanopsis argentea
Ficus ribes
Ostodes paniculata
Dichroa febrifuga
Villebrunea rubescens
Lasianthus laevigatus
Magnolia sp.
Polyalthia subcordata
Balanophora elongata
Schismatoglottis acuminatissima
Cyrtandra longifolia
Cyclosorus heterocarpus
Coniograme fraxinea

INP
45,98
33,23
26,19
25,64
20,38
53,45
24,94
14,38
9,60
9,60
69,11
24,08
9,93
8,54
6,87

Individu B. elongata dan Inangnya
B. elongata yang dijumpai dalam penelitian ini merupakan tumbuhan holoparasit yang
menempel pada inang F. ribes dan S. pendula. Total ditemukan B. elogata sejumlah 186 individu
yang berada di empat buah hutan kawasan KRC (Tabel 5). B. elongata terbanyak dijumpai di Hutan
Kompos yaitu sebanyak 121 individu yang tersebar di 11 titik sub-plot pengamatan. Sementara
individu B. elongata dengan jumlah paling sedikit terdapat di Hutan Tanjakan Bagong, dimana
hanya ditemui 5 individu pada satu buah sub-plot pengamatan. Tingginya jumlah individu B.
elongata di Hutan Kompos dapat disebabkan oleh kawasan hutan tersebut relatif masih baik
kondisinya dibandingan dengan kawasan hutan lain yang ada di KRC.
Terdapat dua jenis inang dari B. elongata yaitu F. ribes dan S. pendula. F. ribes menjadi
inang bagi B. elongata yang ada di Hutan Kompos, Tanjakan Bagong, dan Jalan Akar. Sementara S.
pendula menjadi inang B. elongata yang ada di Hutan Pembibitan. B. elongata menginfeksi akar
inangnya dengan membentuk benjolan besar yang sekaligus juga menjadi substrat bagi B. elongata.
Sistem perakaran dari F. ribes dan S. pendula dengan banyak akar lateral menyebabkan tersedianya
banyak substrat bagi B. elongata. Inang dengan dbh dan tinggi pohon yang lebih besar juga lebih
disukai oleh B. elongata. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah individu B. elongata yang banyak
terdapat pada inang F. ribes yang ada di Hutan Kompos.

1075

Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Tabel 5. Jumlah individu B. elongata dan jenis inangnya

Hutan kompos

Hutan
pembibitan

Jumlah individu B.
elongata
Inang
Jenis

121

37

Ficus ribes

Dbh (cm)
Tinggi (m)

15,8
18

Saurauia
pendula
15
10

Hutan
tanjakan
bagong
5

Hutan jalan
akar
15

Ficus ribes

Ficus ribes

8,1
9

10
11,2

Pola Dispersi dan Asosiasi B. elongata dengan Tumbuhan Bawah
Pola dispersi dari B. elongata menunjukkan pola sebaran kelompok dengan nilai indeks
dispersi Morisita 1,62. Indeks Morisita dengan nilai lebih dari 1 menunjukkan sebaran
mengelompok (Morisita, 1959).
Asosiasi positif terjadi apabila suatu jenis tumbuhan hadir secara bersamaan dengan jenis
tumbuhan lainnya. Sementara itu asosiasi negatif terjadi apabila suatu jenis tumbuhan tidak hadir
secara bersamaan (McNaughton & Wolf, 1992). Tipe asosiasi positif ditunjukkan dengan nilai a >
E(a) dan negatif yang ditunjukkan dengan nilai a < E(a). Sebanyak 45% tumbuhan bawah memiliki
tipe asosiasi positif dengan B. elongata dengan nilai a (jumlah sampling dengan kedua jenis hadir)
berkisar 0-9 dan nilai E(a) berkisar 0-6,75. Beberapa jenis tumbuhan bawah yang memiliki tipe
asosiasi positif dengan B. elongata antara lain S. acuminatissima, Cyathea sp., Begonia multangula,
Calathea lietzei, dan Euchresta horsfieldii. Sementara itu sisanya yaitu sebanyak 55% tumbuhan
bawah memiliki tipe asosiasi negatif dengan B. elongata, antara lain D. febrifuga, Lasianthus
laevigatus, Dendrochnide stimulans, Calamus adspersus, dan Coniograme fraxinea.
Nilai indeks asosiasi antara B. elongata dengan jenis tumbuhan lainnya disajikan dalam Tabel
6. Nilai tersebut menunjukkan derajat asosiasi semua jenis tumbuhan bawah dengan B. elongata
dalam bentuk persentase. S. acuminatissima memiliki tingkat asosiasi yang paling tinggi dengan B.
elongata dibandingkan dengan jenis tumbuhan bawah lainnya, yaitu mencapai 60%. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh tingginya nilai INP dari S. acuminatissima yang ditunjukkan dengan
tingginya kehadiran S. acuminatissima pada sub-petak pengamatan. Selain itu S. acuminatissima
juga memiliki tipe asosiasi positif dengan B. elongata.
Cyathea sp. dan D. febrifuga memiliki derajat asosiasi yang sama terhadap B. elongata yaitu
sebesar 33% namun D. febrifuga tidak memiliki asosiasi dengan B. elongata. Hal tersebut
menunjukkan tingginya tingkat asosiasi tidak selalu menunjukkan adanya asosiasi diantara 2 jenis
tumbuhan. Dari 39 jenis tumbuhan bawah, hanya 2 jenis yang menunjukkan tidak adanya asosiasi
yaitu D. febrifuga dan L. laevigatus sementara itu 37 jenis lainnya memiliki asosiasi dengan B.
elongata dengan derajat asosiasi yang berbeda-beda. Banyaknya hubungan asosiasi menunjukkan B.
elongata dapat hidup bersama dengan mayoritas tumbuhan bawah lainnya dan tidak memiliki
preferensi khusus untuk berasosiasi.

1076

Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Tabel 6. Nilai indeks asosiasi Jaccard berdasarkan kehadiran B. elongata dengan jenis tumbuhan bawah lainnya

Jenis
Schismatoglottis
acuminatissima
Cyathea sp.
Dichroa febrifuga
Lasianthus laevigatus
Cyclosorus heterocarpus
Dendrocnide stimulans

Tingkat Asosiasi/
asosiasi tidak
(%)
Asosiasi
60
33
33
24
21
21

Calamus adspersus

20

Coniograme fraxinea

20

Cyrtandra longifolia

20

Ficus sp.
Urticaceae
Cestrum aurantiacum
Begonia multangula
Calathea lietzei
Euchresta horsfieldii
Freycinetia sp.
Pinanga coronata
Mycetia cauliflora
Ardisia fuliginosa
Gesneriaceae

20
16
15
13
13
13
13
13
13
12
12

Asosiasi
Tidak
Tidak
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi

Jenis

Tingkat
asosiasi
(%)

Piper sp.

11

Homalomena sp.
Cyrtandra picta
Trevesia sundaica
Plectocomia elongata
Smilax zeylanica
Chimonobambusa
quadrangularis
Macodes javanica
Brassaiopsis
glomerulata
Clidemia hirta
Magnolia sp.
Polygonum chinense
Syzygium pycnanthum
Flacourtia rukam
Polyalthia subcordata
Ageratina riparia
Pinanga javana
Angiopteris sp.
Athyrium sp.

10
10
10
7
7
7
7
7
7
7
7
7
6
6
6
5
5
5

Asosiasi/
tidak
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi
Asosiasi

KESIMPULAN
Inang dari B. elongata yang dijumpai dalam penelitian adalah F. ribes dan S. pendula. Total
ditemukan B. elogata sejumlah 186 individu dengan jumlah terbanyak dijumpai di Hutan Kompos.
Pola dispersi dari B. elongata menunjukkan pola sebaran kelompok dengan nilai indeks dispersi
Morisita 1,62. Sebanyak 45% tumbuhan bawah memiliki tipe asosiasi positif dengan B. elongata
antara lain S. acuminatissima, Cyathea sp., Begonia multangula, Calathea lietzei, dan Euchresta
horsfieldii. Hanya 2 jenis yang menunjukkan tidak adanya asosiasi yaitu D. febrifuga dan L.
laevigatus sementara itu 37 jenis lainnya memiliki asosiasi dengan B. elongata dengan derajat
asosiasi yang berbeda-beda. Banyaknya hubungan asosiasi menunjukkan B. elongata dapat hidup
bersama dengan mayoritas tumbuhan bawah lainnya dan tidak memiliki preferensi khusus untuk
berasosiasi.

1077

Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) 2017
“PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

DAFTAR PUSTAKA
Backer, C.A., B. van den Brink. 1965. Balanophoraceae. In Flora of Java (Spermatophytes only)
Vol. II. N.V.P. Noordhoof, Groningen, The Netherlands.
Barkman, T.J., B.E. Emoi, R. Repin. 2003. The genus Balanophora (Balanophoraceae) in Sabah,
Malaysia. Blumea 48(3): 465-474.
Heip, C. 1974. A New Index Measuring Eveness. Journal of the Marine Biological Associations of
the United Kingdom 54: 555-557.
Kershaw, K.A. 1964. Quantitative and Dynamic Ecology. Arnold London.
Kusmana, C. 1995. Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
McNaughton, S.J., L. Wolf. 1992. Ekologi Umum. Edisi 2. Pringgoseputro, Sunaryo, B.
Srigundono (Eds.). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Mukhti, R.P., Syamsuardi, Chairul. 2012. Jenis-jenis Balanophoraceae di Sumatera Barat. Jurnal
Biologi Universitas Andalas 1(1): 5-22.
Morisita, M. 1959. Measuring of the Dispersion on Individuals and Analysis of the Distributional
Patterns. Memoirs Faculty of Science, Kyushu University, Seri E (Biology) 40: 3-5.
Mueller-Dombois, D., H. Ellenberg. 2016. Ekologi Vegetasi: Tujuan dan Metode. K. Kartawinata,
R. Abdulhadi (Eds.). LIPI Press, Jakarta.
Odum, B.P. 1971. Fundamentals of Ecology. 3rd editions. W.B. Saunders Company, New York.
Shu, S.G. 2003. Balanophora J.R. Forster & G. Forster, Char. Gen. Pl. 50. 1775. Flora of Cina 5:
272-276.
van Steenis, C.G.G.J. 2010. Flora Pegununga Jawa. Kartawinata, J.A (Eds). Pusat Penelitian
Biologi, Bogor, Indonesia.
Zuhri, M., Z. Mutaqien. 2011. Perubahan Komposisi Vegetasi dan Struktur Pohon pada Plot Meijer
(1959-2009) di Gunung Gede, Jawa Barat. Buletin Kebun Raya 14 (1): 37-45.

1078