Laporan Perencanaan dan Desain Sistem Se
Tugas Laporan Drainase Dan Penyaluran Air Buangan
SISTEM SEWERAGE SALURAN TERTUTUP CLUSTER
KAWASAN SURYA UNIVERSITY-TENJO
Oleh:
Cecilia Tiara Kusdiari
(103131817032664)
Cindy Lanovia Koleangan
(103134727544553)
Stefanny Trifena
(103136838229644)
Venessa Yunica Rodearni Damanik
(103131819527766)
Wardatul Jannah
(103139177890128)
Pengajar:
Dr. Maria Prihandrijanti, S.T.
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS CLEAN ENERGY AND CLIMATE CHANGE
SURYA UNIVERSITY
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air buangan dapat diartikan sebagai sisa air dari hasil kegiatan makhluk hidup
yang sudah tidak terpakai dan yang dibuang. Selain itu, air buangan juga dapat
diartikan sebagai air yang telah selesai digunakan oleh berbagai kegiatan manusia
(rumah tangga, industri, sarana umum, dll) dan pada umumnya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta
mengganggu lingkungan hidup. Menurut California Environmental Protection
Agency, air buangan merupakan air yang berisi limbah yang sumbernya sebagian
besar berasal dari permukiman atau perumahan, komersial, dan proses industri.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka perlu dipikirkan cara untuk
mengalirakan air buangan dari sumbernya ke tempat pengolahan air buangan
sebelum dibuang ke sungai maupun ke sumber outlet lainnya agar tidak
membahayakan kesehatan manusia dan tidak mengurangi nilai kualitas
lingkungan. Salah satu cara untuk menangani permasalahan diatas yakni dengan
membuat suatu sistem drainase air buangan atau yang biasa dikenal dengan sistem
sewerage.
Untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas lingkungan dan mencegah
terjadinya dampak terhadap kesehatan manusia oleh karena adanya air buangan
yang bersumber dari perumahan dan area komersil di daerah pembangunan
kampus Surya, Bogor maka penulis hendak merencanakan, dan mendesain suatu
sistem drainase air buangan dengan prinsip berkelanjutan di daerah tersebut.
Dengan adanya sistem drainase tersebut diharapkan tercipta kondisi lingkungan
yang baik.
1.2 Tujuan
Membuat desain sistem drainase air buangan dari area permukiman dan
komersial di daerah pembangunan kawasan kampus Surya Bogor dengan
menerapkan prinsip keberlanjutan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis Saluran Drainase dan Penyaluran Air Buangan
Menurut Hasmar (2002), berdasarkan konstruksinya drainase dikelompokan
menjadi dua, yaitu saluran terbuka dan saluran tertutup. Saluran terbuka adalah
sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk menampung dan
mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun kebanyakan sistem saluran ini
berfungsi sebagai saluran campuran (Nastiti 2013). Saluran terbuka pada
pinggiran kota biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung), namun khusus
untuk saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, pasangan
batu (mansory), ataupun dengan pasangan batu bata (Nastiti 2013). Sedangkan
saluran tertutup merupakan saluran untuk air kotor/ air buangan yang dapat
mengganggu kesehatan lingkungan (Nastiti 2013). Penerapan sistem ini cukup
bagus digunakan pada daerah perkotaan, terutama kota yang memiliki kepadatan
penduduk yang tinggi, seperti kota metropolitan dan kota-kota besar lainnya
(Nastiti 2013).
De Chaira dan Kopplemen (1994), membedakan saluran untuk pembuangan
air sebagai berikut:
2.1.1
Saluran Air Tertutup
a. Drainase bawah tanah tertutup, yaitu saluran yang menerima air
limpasan dari daerah yang diperkeras, maupun yang tidak diperkeras
dan membawanya ke sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran
permukaan atau sungai) ke sistem drainase kota.
b. Drainase bawah tanah tertutup dengan tempat penampungan pada
tapak, dimana drainase ini mampu menampung air limpasan dengan
volume dan kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan
kerusakan pada tapak.
2.1.2
Saluran Air Terbuka
Saluran terbuka merupakan saluran yang dapat mengalirkan air
dengan suatu permukaan bebas, dimana apabila terdapat sampah yang
menyumbat saluran ini dapat dengan mudah dibersihkan, namun bau
2
yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan. Menurut asalnya,
saluran dibedakan menjadi:
a. Saluran Alami (natural), meliputi selokan kecil, kali, sungai
kecil dan sungai besar sampai saluran terbuka alamiah.
b. Saluran Buatan (artificial), seperti saluran pelayaran, irigasi,
parit pembuangan, dan lain-lain.
2.1.3
Saluran Air Kombinasi
Limpasan air terbuka yang dikumpulkan pada saluran drainase
permukaan,
dimana
limpasan
dari
daerah
yang
diperkeras
dikumpulkan pada saluran drainase tertutup.
2.2 Jumlah Konsumsi Air Bersih dan Jumlah Limbah Domestik
Berikut ini merupakan tabel pemakaian air bersih dan debit air limbah
berdasarkan peruntukan yang mengacu Population Equivalen (PE) untuk
perancangan IPAL berdasarkan Peraturan Gubernur DKI No. 122 Tahun 2005:
Tabel 2.2.1 Pemakaian Air Bersih dan Debit Air Limbah Berdasarkan
Peruntukan Bangunan
(PerGub DKI No. 122 Tahun 2005)
3
Tabel 2.2.2 Kriteria Perencanaan Air Bersih
(Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU 1996)
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Air Bersih
Menurut Linsley et al. (1995) dalam Raharjo (2002), faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan air di perkotaan adalah sebagai berikut:
1. Iklim, kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari seperti mandi,
mencuci,
menyiram
tanaman
semakin
tinggi
pada
musim
kering/kemarau.
2. Ciri-ciri penduduk, taraf hidup dan kondisi sosial ekonomi penduduk
mempunyai korelasi positif dengan jumlah kebutuhan air. Artinya
pada penduduk dengan kondisi sosial ekonoi yang baik dan taraf
hidup yang tinggi akan membutuhkan air yang lebih banyak daripada
4
penduduk dengan sosial ekonomi yang kurang mencukupi dan taraf
hidupnya lebih rendah. Meningkatnya kualitas kehidupan penduduk
menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas hidup yang diikuti pula
dengan meningkatnya kebutuhan air.
3. Harga air dan meteran, bila harga air mahal, orang akan lebih
menaham diri dalam pemakaian air. Selain itu langganan yang jatah
air diukur dengan meteran cenderung untuk mempergunakan air
dengan jarang.
4. Ukuran kota, ukuran kita diindikasikan dengan jumlah saran dan
prasarana yang dimiliki oleh suatu kota seperti industri, perdagangan,
taman-taman dan sebagainya. Semakin banyak sarana dan prasarana
kota yang dimiliki pemakaian air juga semakin besar.
Selain itu penggunaan air bersih diperkotaan juga dipengaruhi oleh faktorfaktor sebagai berikut (Terence J. Mc Ghee, 1991 dalam Raharjo, 2002) :
1. Besaran kota, yang membawa pengaruh tidak langsung misalnya
komunitas yang kecil lebih cenderung membatasi pemakaian air.
2. Kehadiran industri dan fasilitas komersial, yang membawa pengaruh
terhadap peningkatan penggunaan air bersih guna menunjang segala
aktivitasnya.
3. Karakteristik penduduk, terutama tingkat sosial ekonomi. Dalam hal
ini semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk maka akan semakin
banyak pulaair bersih yang digunakan.
4. Penggunaan meter air, yaitu suplai air yang menggunakan meter air
akan cenderung dibatasi penggunaannya oleh penduduk.
5. Beracam-macam faktor, termasuk iklim dan kualitas air.
2.4 Ketentuan Desain Hidrolik Sistem Saluran Air Limbah (Sewer)
2.4.1
Manholes
Pada sistem drainase diperlukan adanya jalur untuk dapat
mengakses, menguji, memeriksa, dan membersihkan saluran air limbah
(Sewer ). Dalam sistem saluran air limbah (Sewer ), akses terhadap Sewer
dapat dilakukan melalui Manholes. Manholes adalah lubang yang
5
digunakan sebagai jalur masuk ke saluran air buangan untuk memeriksa,
memelihara, atau memperbaiki saluran dari kotoran/ limbah yang terbawa
alirannya, serta dari berbagai gangguan teknis/ fisik lingkungan, misalnya
keretakan pipa karena faktor usia, dan lain sebagainya (Departemen
Pekerjaan Umum 2015).
Gambar 2.4.1.1 Backdrop Manhole
(Butler 2011)
Penentuan perencanaan letak dan pemasangan manholes harus disediakan
setiap ada (Butler 2011):
-
Perubahan arah, baik vertikal maupun horisontal
-
Ujung saluran pipa/ Kepala saluran
-
Perubahan gradien
-
Perubahan dimensi/ ukuran pipa
-
Persimpangan utama dengan saluran lain
-
Jarak 90 m (kalau dimensi/ ukuran salurannya tidak terlalu besai) dan jarak
200 m (kalau dimensi/ ukuran salurannya besar)
Pada jalur saluran yang lurus, manholes dapat dipasang setiap jarak
tertentu sesuai dengan diameter salurannya. Berikut merupakan tabel ketentuan
jarak pemasangan antar-mahholes pada jalur saluran yang lurus:
6
Tabel 2.4.1.1 Jarak Antar Manhole Pada Jalur Lurus
Diameter (mm)
Jarak Antar Manhole (m)
Referensi
(20 – 50)
50 – 75
Materi Training + Hammer
(50 – 75)
75 – 125
Materi Training + Hammer
(100 – 150)
125 – 150
Materi Training + Hammer
(150 – 200)
150 – 200
Materi Training + Hammer
1000
100 – 150
Bandung (Jl. Soekarno – Hatta)
(Universitas Brawijaya 2012)
Berdasarkan kedalaman dan cover -nya, manhole dapat diklasifikasikan
menjadi (Universitas Brawijaya 2012):
-
Manhole dangkal: kedalaman (0,75 – 0,9) m, dengan cover kedap
-
Manhole normal: kedalaman 1,5 m, dengan cover berat
-
Manhole dalam: kedalaman di atas 1,5 m, dengan cover berat.
Bentuk umum manholes yang sering diterapkan dalam sistem sewer
adalah persesi panjang, kubus, dan lingkaran. Berikut merupakan beberapa
persyaratan bagian-bagian manholes (Departemen Pekerjaan Umum 2011):
1. Sumuran Pemeriksa:
-
Dinding dan pondasi harus kedap air
-
Cukup kuat dari gaya-gaya luar
-
Cukup luas agar petugas dapat masuk ke dalam manhole
-
Terbuat dari beton atau pasangan batu bata dan batu kali
-
Jika ø pipa cukup besar dengan kedalaman ≥2,5 m, maka
digunakan beton bertulang
-
Bagian atas manhole ditutup dengan rangka penutup (frame &
cover) yang kuat menahan beban
2. Rangka dan Penutup:
a. Bahan Rangka dan Tutup Manhole harus terbuat dari cast iron:
-
Kekuatan yang memadai untuk menopang beban yang tidak
terduga
-
Pemasangan yang baik untuk mengantisipasi adanya aliran
permukaan atau air hujan
7
-
Pemasangan engsel pintu dan atau kunci dari penutup untuk
mencegah kerusakan atau hal-hal yang tidak diinginkan masuk
ke dalam manhole
b. Berat dan dimensi dari rangka dan penutup manhole:
Tabel 2.4.1.2 Dimensi Rangka dan Penutup Manhole
No. Tipe dari Rangka
Dimensi
& Penutup
1.
Berat
Penggunaan
(lbs)
Kelas Ringan
460 mm x 620 mm
54
Dipakai untuk
pelayanan domestik
yang majemuk
2.
3.
Kelas Menengah
Penutup dalamnya 600
Kelas Berat
250
Melayani daerah
mm, ømin: 500 mm
domestik dan daerah
Kerangka: 760 mm x
dengan beban roda
760 mm
tidak lebih dari 1 ton
Sama seperti di atas
530
Dipakai untuk
pelayanan pada jalan
kereta
(Departemen Pekerjaan Umum 2011)
3. Tangga Manhole:
Ada 2 macam bahan manhole step, yaitu cast iron atau wrough iron step.
-
Perlengkapan ini merupakan sebuah tangga besi yang dipasang
menempel di dinding manhole sebelah dalam untuk keperluan
operasional
-
Dipasang vertikal dan zig-zag 20 cm dengan jarak vertikal masingmasing 30 – 40 cm
4. Dinding Manhole:
-
Bentuk bundar atau persegi
-
Bahan dari pasangan batu bata, batu kali, atau beton dengan
adukan kedap air (untuk mengurangi infiltrasi)
-
Bila diameter saluran cukup besar dengan kedalaman > 2,5 m,
bahan dinding manhole memakai konstruksi beton (buis beton)
8
-
Sebelah dalam manhole dapat di-lining dengan epoxy bila ada
resiko korosi sulfide
-
Ketebalan:
a. 20 cm untuk kedalaman sampai dengan 1,5 m
b. 30 cm untuk kedalaman > 1,5 m
Atau dengan formula:
t = 6.h, dimana t: tebal dinding manhole (cm) dan h: kedalaman
manhole (m).
2.4.2
Pipa
Pipa adalah saluran buatan pada sistem sewer yang digunakan untuk
mengalirkan air limbah dalam suatu sistem tertutup ke tempat pengolahan air
limbah sebelum dibuang ke badan air. Pada sistem drainase terpisah (separate),
pipa air limbah dan pipa air hujan mengalir pada pipa yang berbeda. Pemasangan
dan penanaman pipa air limbah dan pipa air bersih biasanya bersebelahan. Hal
tersebut bertujuan untuk dapat meminimalkan biaya pada saat galian waktu
konstruksi dan pemeliharaan pipa. Gambar 2.2.2.1 dan 2.2.2.2 berikut merupakan
gambar jaringan pipa retikulasi dan pipa induk air limbah:
Gambar 2.4.2.1 Perpipaan Retikulasi
(Universitas Brawijaya 2012)
9
Gambar 2.4.2.2 Pipa Induk Air Limbah
(Universitas Brawijaya 2012)
Pemilihan bahan saluran perpipaan air limbah harus selektif, agar tidak
menimbulkan masalah pencemaran di kemudian hari. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan bahan saluran perpipaan secara menyeluruh, antara
lain (Universitas Brawijaya 2012):
-
Umur ekonomis
-
Pengalaman pipa sejenis yang telah diaplikasikan di lapangan
-
Resistensi terhadap korosi (kimia) atau abrasi (fisik)
-
Koefisien kekasaran (hidrolik)
-
Kemudahan transport dan handling
-
Kekuatan struktur
-
Biaya suplai, transpor, dan pemasangan
-
Ketersediaan di lapangan
-
Ketahanan terhadap disolusi di dalam air
-
Kekedapan dinding
-
Kemudahan pemasangan sambungan
Pipa yang bisa dipakai untuk penyaluran air limbah, antara lain Vitrified
Clay (VC), Asbestos Cement (AC), Reinforced Concrete (RC), Steel, Cast Iron,
High Density Poly Ethylene (HDPE), Unplasticised Polyvinylchloride (uPVC)
dan Glass Reinforced Plastic (GRP). Berikut ini merupakan beberapa jenis pipa
beserta spesifikasinya yang akan digunakan dalam perancangan sistem sewerage
pada laporan ini (Universitas Brawijaya 2012):
10
A. Pipa Beton
a. Aplikasi:
1) Pada pengaliran gravitasi (lebih umum) dan bertekanan
2) Untuk pembuatan sifon
3) Untuk saluran drainase dengan diameter (300-3600) mm akan
lebih ekonomis mengingat durabilitasnya jauh lebih baik
dibandingkan dengan bahan saluran lainnya
4) Hindari aplikasi sebagai sanitary sewer dengan dimensi kecil
terutama bila ada air limbah industri atau mengandung H2S
berlebih. Untuk dimensi kecil hingga diameter 45 mm,
biasanya dipakai pipa dengan bahan PVC atau lempung
5) Pada sanitary trunk sewer, beton bertulang juga dipakai dengan
diameter lebih besar daripada diameter VCP maksimal, dengan
lining plastik atau epoksi (diproses monolit di pabrik); atau
pengecatan bitumas-tik atau coal tar epoxy (dilakukan setelah
instalasi di lapangan).
b. Ukuran dan Panjang Pipa
1) Pipa pracetak dengan diameter di atas 600 mm harus dipasang
dengan tulangan, meskipun pada diameter yang lebih kecil
tetap dibuat beton bertulang
2) Untuk konstruksi beton bertulang (pracetak), diameter dan
panjang yang tersedia di lapangan
a) Diameter: [(300)-600-2700] mm
b) Panjang: - 1,8 m untuk pipa dengan diameter < 375 mm
- 3 m untuk pipa dengan diameter > 375 mm
c) Tersedia 5 kelas berdasarkan pada kekuatan beban
eksternal
3) Untuk konstruksi beton tidak bertulang (pracetak)
a) Diameter : (100-600) mm
b) Panjang : (1,2-7,3) m
c. Sambungan
1) Tongue dan groove (khusus beton bertulang)
11
a) Untuk diameter > 760 mm
b) Dengan menggunakan sambungan senyawa mastik
atau gasket karet yang
membentuk seal kedap air
dengan plastik atau tar panas mastik, clay tile, atau
senyawa asphatik
2) Spigot dan soket dengan semen
a) Untuk diameter (305-760) mm
b) Ekonomis
c) Mudah pemasangannya
d) Aman dan memuaskan
3) Cincin karet fleksibel
d.
Lining (Lapisan Dasar Pipa)
Penerapan
lining
dilakukan
bila
pipa
yang
bersangkutan
menyalurkan air limbah yang belum terolah dengan bahan tahan korosi
seperti:
1) Spesi semen alumina tinggi
- Tebal 12 mm untuk diameter ≤ 675 mm
- Tebal 20 mm untuk diameter (750-825) mm
2) PVC atau ekuivalen untuk diameter ≥ 900 mm
3) PVC sheet
4) Penambahan ketebalan dinding sebagai beton deking
e.
Komponen bahan
Komponen bahan pipa beton menggunakan agregat limestone atau
dolomite dengan semen tipe 5.
f.
Kelebihan pipa beton. Beberapa pertimbangan pemilihan pipa beton:
1) Konstruksi: kuat
2) Dimensi: tersedia dalam variasi yang besar, dan dapat dipesan.
g. Kerugian/kelemahan pipa beton. Beberapa kelemahan aplikasi pipa
beton
(karena semen dari bahan alkali) adalah korosi terhadap asam atau
H2S, kecuali bila diberi lining, pemeliharaan kecepatan glontor,
ventilasi yang memadai dan pembubuhan bahan kimia.
12
h. Spesifikasi untuk pelaksanaan konstruksi dilapangan yang perlu
diminta atau diketahui adalah spesifikasinya, minimal mencakup:
1) Diameter
2) Klas dan/atau kekuatan
3) Metode manufakturf
4) Metode sambungan
5) Lining
6) Komposisi bahan (macam agregat bila limestone)
i. Penyambungan Sambungan Rumah
Untuk pipa beton diameter besar dapat dilakukan pelobangan,
dengan memasukkan spigot dari sambungan rumah sambil menutup
sela-selanya dengan spesi beton (mortar).
B. Pipa Plastik
a. Bahan
1) PVC (polyvinyl chloride)
2) PE (polyethylene)
b. Aplikasi
1) PVC: untuk sambungan rumah dan pipa cabang
2) PE: untuk daerah rawa atau persilangan di bawah air
c. Klasifikasi
1) Standar JIS K 6741-1984
- Klas D/VU dengan tekanan 5 kg/cm2
-
Klas AW/VP dengan tekanan 10 kg/cm2
2) Standar SNI 0084-89-A/SII-0344-82
- Seri S-8 dengan tekanan 12,5 kg/cm2
-
Seri S-10 dengan tekanan 10 kg/cm2
-
Seri S-12,5 dengan tekanan 8 kg/cm2
-
Seri S-16 dengan tekanan 6,25 kg/cm2
Pemilihan klas di atas tergantung pada beban pipa dan tipe bedding
dan dalam kondisi pengaliran secara gravitasi atau dengan adanya pompa
(tekanan).
13
d. Diameter dan Panjang Lapangan
1) Diameter sampai dengan 300 mm
2) Panjang standar 6 m
e. Sambungan
1) Solvent (lem): untuk diameter kecil
2) Cincin karet: untuk diameter lebih besar
f. Keuntungan
1) Ringan
2) Sambungan kedap
3) Peletakan pipa panjang
4) Beberapa jenis pipa tahan korosi
g. Kerugian
1) Kekuatannya mudah terpengaruh sinar matahari dan temperatur
rendah
2) Ukuran tersedia terbatas
3) Perlu lateral support
2.4.2.1 Kecepatan dan Kemiringan Pipa
1) Kemiringan pipa minimal diperlukan agar di dalam pengoperasiannya
diperoleh kecepatan pengaliran minimal dengan daya pembilasan
sendiri (tractive force) guna mengurangi gangguan endapan di dasar
pipa.
2) Koefisien kekasaran Manning untuk berbagai bahan pipa. Berikut ini
merupakan tabel koefisien kekasaran pipa:
Tabel 2.4.2.1.1 Koefisien Kekasaran Pipa
No.
Jenis Saluran
Koefisien
Kekasaran Manning (n)
Pipa Besi Tanpa Lapisan
0,012 – 0,015
1.1 Dengan Lapisan Semen
0,012 – 0,013
1.2 Pipa Berlapis Gelas
0,011 – 0,017
2.
Pipa Asbestos Semen
0,010 – 0,015
3.
Saluran Pasangan Batu Bata
0,012 – 0,017
4.
Pipa Beton
0,012 – 0,016
1.
14
5.
Pipa Baja Spiral & Pipa
0,013 – 0,017
Kelingan
6.
Pipa Plastik Halus (PVC)
0,002 – 0,012
7.
Pipa Tanah Liat (Vitrified
0,011 – 0,015
Clay)
(Universitas Brawijaya 2012)
3) Kecepatan pengaliran pipa minimal saat aliran penuh (full flow) atas
dasar tractive force
Tabel 2.4.2.1.2 Kecepatan Pengaliran Pipa
(Universitas Brawijaya 2012)
4) Kemiringan pipa minimal praktis untuk berbagai diameter atas dasar
kecepatan 0,60 m/s, saat pengaliran penuh adalah:
Tabel 2.4.2.1.3 Kemiringan Minimal Pada Kecepatan Aliran 0,6 m/s
(Universitas Brawijaya 2012)
Atau dengan formula praktis :
S min =
atau
0,01 Q0,667, dimana S min (m/m), D (mm) dan Q
(L/s). Berdasarkan jurnal studi literatur, kemiringan minimal pipa
15
dalam perancangan saluran air buangan kawasan adalah 0,006
(Secioputri 2014).
5) Kemiringan muka tanah yang lebih curam daripada kemiringan pipa
minimal bisa dipakai sebagai kemiringan desain selama kecepatannya
masih di bawah kecepatan maksimal.
2.4.2.2 Perencanaan dan Pembangunan IPAL Domestik
Sistem pembuangan air limbah yang umum digunakan masyarakat
yakni air limbah yang berasal dari toilet dialirkan ke dalam tangki septik
dan air lmpasan dari tangki septik diresapkan ke dalam tanah atau dibuang
ke saluran umum, sedangkan air limbah non-toilet yakni berasal dari
kegiatan MCK dibuang langsung ke saluran umum (BPPT NY).
1. Kriteria penentuan kapasitas IPAL Domestik Individual atau Komunal
Untuk menentukan kapasitas IPAL Individual yang harus dipasang
dilakukan dengan mengacu pada besaran People Equivalent (PE) yaitu
untuk
riumah
biasa
perkiraan
jumlah
air
limbah
adalah
120/liter/orang/hari. Untuk kategori jenis peruntukan bangunan yang
lain besaran People Equivalent (PE) dapat dilihat pada tabel PE (BPPT
NY).
Untuk menghitung besarnya kapasitas IPAL dapat dilakukan
berdasarkan besarnya koefisien luas bangunan atau berdasarkan jumlah
penghuni bangunan. Untuk bangunan yang baru, perkiraan jumlah air
limbah
umumnya
dilakukan
berdasarkan
PE
untuk
tiap-tiap
peruntukan dikalikan dengan satuan kapasitas (jumlah orang atau luas
lantai) (BPPT NY).
2. Kriteria Perencanaan IPAL Domestik
Pemilihan proses pengolahan air limbah domestik yang digunakan
didasarkan atas beberapa kriteria yang diinginkan oleh pengguna yaitu
antara lain (Said 2015):
Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar baku mutu air limbah
domestik yang diinginkan
Pengelolaannya harus mudah dan lahan yang diperlukan tidak
terlalu besar
16
Konsumsi energi sedapat mungkin rendah
Lumpur yang dihasilkan sedapat mungkin kecil
besar
Biaya operasinya rendah
Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup
Dapat menghilangkan padatan tersuspensi dengan baik
Dapat menghilangkan amoniak sampai mencapai standar baku
mutu yang berlaku
3. Kapasitas IPAL Domestik yang Direncanakan (Said 2015):
-
: 150 m3 per hari
Kapasitas Pengolahan
6,25 m3 per jam
104, 17 liter per menit
-
BOD Air Limbah rata-rata
: 300 mg/l
-
Konsentrasi TSS
: 300 mg/l
-
Total Efisiensi Pengolahan
: 90-95%
-
BOD Air Olahan
: 20 mg/l
-
TSS Air Olahan
: 20 mg/l
-
Bak pemisah lemak (luas)
: 3,6 m2
-
Bak ekualisasi (luas)
: 16 m2
-
Bak pengendap awal (luas)
: 10 m2
-
Biofilter anaerob (luas)
: 28 m2
-
Biofilter aerob (luas)
: 17,6 m2
-
Bak pengendap akhir (luas) : 10 m2
-
Total Luas IPAL
: 85.2 m2
17
BAB III
METODOLOGI
3.1 Gambaran Umum Wilayah Perencanaan
Gambar 3.1 Peta Desa Tenjo, Kecamatan Tenjo
Kawasan kampus Surya University baru yang masih dalam tahap
pembangunan bertempatan di desa Tenjo, kecamatan Tenjo terletak pada ujung
paling barat kabupaten Bogor, provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk ±
7000 orang dengan kepadatan sedang dengan perbatasan kabupaten Tangerang
(Ensiklopedia Dunia NY). Sebagian besar wilayah Tenjo merupakan lahan kosong
yang digunakan sebagai mata pencaharian pertanian. Desa Tenjo mempunyai luas
wilyah 2.221 Ha (Lembar Daerah Kabupaten Bogor 2002).
Secara geografis, desa Tenjo berbatasan dengan :
a. Batas wilayah sebelah utara : Desa Singabangsa, Kecamatan Tenjo
b. Batas wilayah sebelah timur : Desa Cilaku, Kecamatan Tenjo
c. Batas wilayah sebelah selatan : Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo
d. Batas wilayah sebelah barat : Kabupaten Tangerang, Banten
3.2 Uraian Perhitungan
3.2.1
Penentuan Debit Air Limbah
Perhitungan debit air limbah berdasarkan pada konsumsi air bersih
per orang per hari. Besarnya air bersih yang akan menjadi air limbah
18
tersebut diperkirakan sebanyak 70% hingga 80% dari penggunaan air
bersih. Estimasi debit air limbah diperoleh dengan persamaan berikut
(Pratiwi 2015) :
1. Q ave air bersih
= Kebutuhan air bersih per orang x Jumlah
penduduk
2. Q ave air limbah
= (80%) x Qave air bersih
3. Q peak
= Qave x fpeak
Nilai faktor peak didapatkan dari gambar 2.6.1 berikut:
Gambar 3.2.1 Grafik Peaking Factor for Domestic Wastewater Flows
3.2.2
Penentuan Diameter Miniamal Pipa
Dalam menentukan lebar diameter pompa menggunakan rumus
Hazen Williams:
QP =
Keterangan
x [D]8/3 x [S]1/2
: n = koefesien maining (0,012-untuk pipa PVC dan 0,016
untuk pipa beton)
Keterangan
: S = derajat kemiringan (0,006)
3.3 Desain Perencanaan Wilayah Cluster
Perancangan sistem sewerage saluran tertutup dilakukan pada kawasan
Tenjo, yaitu kawasan kampus baru Surya University. Berikut ini merupakan
gambaran kawasan cluster yang diambil dari kawasan kampus baru Surya
University untuk wilayah perencanaan sistem perpipaan yang akan digunakan:
19
Gambar 3.3.1 Kawasan Perencanaan Sistem Sewerage Saluran Tertutup yang
Dipakai
Wilayah Kecamatan Tenjo ini memiliki topografi sedang dengan
ketinggian beragam, ditunjukkan dengan ketinggian wilayah 3,25-5 meter di atas
permukaan laut. Berikut ini merupakan gambaran topografi dari wilayah
perancangan sistem sewerage:
Gambar 3.2 Topografi Wilayah Perancangan Tenjo
20
Perancangan sistem sewerage saluran tertutup kawasan Tenjo dilakukan
dengan langkah-langkah sebagi berikut:
Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Perancangan Sistem Sewerage Pada Cluster
21
BAB IV
HASIL DESAIN ALIRAN PIPA
4.1 Penamaan Area Cluster
Gambar 4.1 Denah Area Cluster Secara Keseluruhan
Pada daerah area cluster terdapat penamaan di setiap blok untuk
mempermudah dalam mengatur penamaan desain pipa.
Berikut ini merupakan keterangan dari hasil penamaan per blok:
Blok A
= Perumahan Dosen Tipe A dan Ruko
Blok H
= KSB Blok H
Blok B
= Perumahan Dosen Tipe B dan C
Blok I
= KSB Blok I
Blok C
= Perumahan Dosen Tipe B dan C
Blok J
= Rusunami
Blok D
= Asrama Hibah PU
Blok K
= Land Bank
Blok E
= KSB Blok E
Blok L
= Pasar Modern
Blok F
= Asrama
Blok M
= Kampus Surya
Blok G
= KSB Blok G
University
22
4.2 Detail Denah Area Cluster per Blok
Gambar 4.2 Detail Denah Area Cluster dengan Gedung per Blok
23
4.3 Detail Denah Pipa Area Cluster per Blok
Gambar 4.3 Detail Desain Aliran Pipa Denah Area Cluster
24
4.4 Blok A
= Perumahan Dosen Tipe A dan Ruko
Gambar 4.4.1 Detail Denah Blok A
Gambar 4.4.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok A
Gambar 4.4.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok A
25
Keterangan Blok A =
Perumahan Dosen tipe A
Total Jumlah penghuni (N)
= 81 unit x 5 orang = 405 orang
Konsumsi air bersih (Qd)
= 250 Liter/orang/hari
Ruko Blok A
Total Jumlah penghuni (N)
= 75 unit x 5 orang = 375 orang
Konsumsi air bersih (Qd)
= 100 Liter/orang/hari
4.5 Blok B
= Perumahan Dosen Tipe B
Gambar 4.5.1 Detail Denah Blok B
Gambar 4.5.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok B
26
Gambar 4.5.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok B
Keterangan Blok B =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 150 liter/orang/hari
Jumlah penghuni
= 1 unit @4 orangumlah penghuni
Total penghuni
= 162 x 4 = 648 orang
4.6 Blok C
= Perumahan Dosen Tipe C
Gambar 4.6.1 Detail Denah Blok C
27
Gambar 4.6.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok C
Gambar 4.6.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok C
Keterangan Blok C =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 150 liter/orang/hari
Jumlah penghuni
= 1 unit @4 orang
Total penghuni
= 157 x 4 = 628 orang
28
4.7 Blok D
= Asrama Hibah PU
Gambar 4.7.1 Detail Denah Blok D
Gambar 4.7.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok D
Gambar 4.7.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok D
Keterangan Blok D =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 120 liter/orang/hari
Jumlah penghuni
= 3 unit @260 orang
Total penghuni
= 260 x 3 = 780 orang
29
4.8 Blok E
= KSB Blok E
Gambar 4.8.1 Detail Denah Blok E
Gambar 4.8.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok E
Ga
Gambar 4.8.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok E
30
Keterangan Blok E =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 900 liter/orang/hari
Jumlah Unit
= 121 unit
Debit Air Limbah
= 1 x 10-3 m3/hari
4.9 Blok F
= Asrama
Gambar 4.9.1 Detail Denah Blok F
Gambar 4.9.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok F
31
Gambar 4.9.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok F
Keterangan Blok F =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 120 liter/orang/hari
Jumlah penghuni
= 6 Tower Besar @250 orang
Jumlah penghuni
= 4 Tower Kecil @50 orang
Total penghuni
= (6 x 250) + (4 x 50) = 1,500 + 200 = 1,700 orang
4.10
Blok G
= KSB Blok G
Gambar 4.10.1 Detail Denah Blok G
32
Gambar 4.10.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok G
Gambar 4.10.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok FG
Keterangan Blok G =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 900 liter/orang/hari
Jumlah Unit
= 128 unit
Debit Air Limbah
= 1,067 x 10-3 m3/hari
33
4.11
Blok H
= KSB Blok H
Gambar 4.11.1 Detail Denah Blok H
Gambar 4.11.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok H
34
Gambar 4.11.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok H
Keterangan Blok H =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 900 liter/unit/harI
Jumlah unit
= 121 unit
4.12 Blok I
= KSB Blok I
Gambar 4.12.1 Detail Denah Blok I
35
Gambar 4.12.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok I
Gambar 4.12.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok I
Keterangan Blok I =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 900 liter/unit/hari
Jumlah unit
= 96 unit
36
4.13 Blok J = Rusunami
Gambar 4.13.1 Detail Denah Blok J
Gambar 4.13.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok J
Gambar 4.13.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok J
37
Keterangan Blok J =
Konsumsi Air Bersih (QB) = 100 liter/orang/hari
Jumlah penghuni
= 20 Tower @300 orang
Total penghuni
= 20 x 300 = 6,000 orang
4.14 Blok K
= Land Bank
Gambar 4.14.1 Detail Denah Blok K
Gambar 4.14.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok K
38
Gambar 4.14.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok K
Keterangan Blok K=
Total Jumlah penghuni (N) = 130 unit x 5 orang = 650 orang
Konsumsi air bersih (Qd) = 100 Liter/orang/hari
4.15 Blok L = Pasar Modern
Gambar 4.15.1 Detail Denah Blok L
39
Gambar 4.15.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok L
Gambar 4.15.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok L
Keterangan Blok L =
Konsumsi Air Bersih (QB) = 40 liter/kios/hari
Luas Pasar 5000 m2
4.16 Blok M
= 800 kios @6.25 m2
= Kampus SuryaUniversity
Gambar 4.16.1 Detail Denah Blok M
40
Gambar 4.16.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok M
Gambar 4.16.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok M
Keterangan Blok M =
Total Jumlah penghuni (N) = 3 gedung x 2000 orang = 6000 orang
Konsumsi air bersih (Qd) = 80 Liter/orang/hari
41
BAB V
PERHITUNGAN DIAMETER DAN RAB
5.1 Blok A
= Perumahan Dosen Tipe A
Tabel 5.1.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok A
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
AT1-75
500
400
0,000005
AT76-156
1.250
1.000
AS1
16.250
AS2-4
Kode Pipa
faktor
D
Debit peak
0.3117/n
S
2
0,000009
26
0,006
0,010
9,968
0,000012
2
0,000023
26
0,006
0,014
14,055
13.000
0,000150
2
0,000301
26
0,006
0,037
36,776
25.000
20.000
0,000231
2
0,000463
26
0,006
0,043
43,223
AS5-6
6.250
5.000
0,000058
2
0,000116
26
0,006
0,026
25,701
AS7
5.000
4.000
0,000046
2
0,000093
26
0,006
0,024
23,638
AS8
88.750
71.000
0,000822
2
0,001644
26
0,006
0,070
69,511
AS9
20.000
16.000
0,000185
2
0,000370
26
0,006
0,040
39,754
peak
42
(meter)
D (milimeter)
Tabel 5.1.2 Perhitungan RAB Blok A
Kode
AT
AS
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4 meter
Harga Total
75
10,0
0,0100
10,0
22
19.030
3.568.125
47
13,0
0,0141
14,1
22
19.030
2.906.833
24
15,4
0,0141
14,1
22
19.030
1.752.663
9
22,2
0,0141
14,1
22
19.030
950.549
3
120,0
0,0432
43,2
48
61.380
5.524.200
2
58,1
0,0257
25,7
26
26.070
757.855
1
94,1
0,0368
36,8
42
53.460
1.257.914
1
92,1
0,0236
23,6
26
26.070
600.131
1
159,9
0,0695
69,5
76
114.620
4.580.788
1
247,8
0,0398
39,8
42
53.460
3.312.382
Jumlah Harga Total
43
25.211.439
5.2 Blok B
= Perumahan Dosen Tipe B
Tabel 5.2.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok B
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
BT1-162
600
480
0,000006
BS1-3
7.200
5.760
BS4-9
12.600
BS10-12
BS13
Kode Pipa
faktor
D
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
2
0,000011
25,975
0,006
0,011
10,673
0,000067
2
0,000133
25,975
0,006
0,027
27,101
10.080
0,000117
2
0,000233
25,975
0,006
0,033
33,429
19.800
15.840
0,000183
2
0,000367
25,975
0,006
0,040
39,604
59.400
47.520
0,000550
2
0,001100
25,975
0,006
0,060
59,794
peak
44
(milimeter)
Tabel 5.2.2 Perhitungan RAB Blok B
Kode
BT
BS
Panjang
Jumlah
D (meter)
(meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4
meter
Harga Total
108
8
0,1067
10,673
22
19.030
4.110.480
54
12
0,1067
10,673
22
19.030
3.082.860
9
110
0,2710
27,101
32
35.640
8.820.900
3
84
0,4764
47,637
48
61.380
3.866.940
1
288
0,7192
71,922
89
154.550
11.127.600
Jumlah Harga Total
45
31.008.780
5.3 Blok C
= Perumahan Dosen Tipe C
Tabel 5.3.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok C
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
CT1-157
600
480
0,0000056
CS1-9
4.800
3.840
CS10-12
9.600
CS13-15
CS16
Kode Pipa
faktor
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
D (milimeter)
2
0,000011
25,975
0,006
0,011
10,673
0,0000444
2
0,000089
25,975
0,006
0,023
23,279
7.680
0,0000889
2
0,000178
25,975
0,006
0,030
30,189
32.400
25.920
0,0003000
2
0,000600
25,975
0,006
0,048
47,637
97.200
77.760
0,0009000
2
0,001800
25,975
0,006
0,072
71,923
peak
46
Tabel 5.3.2 Perhitungan RAB Blok C
Kode
CT
CS
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter
Harga/4
Pipa
meter
Harga Total
138
7,3
0,1067
10,673
22
19.030
4.759.879
24
11,3
0,1067
10,673
22
19.030
1.284.525
3
71,5
0,4690
46,900
48
61.380
3.291.503
3
67,7
0,3019
30,188
32
35.640
1.808.819
9
67,7
0,2328
23,279
26
26.070
3.969.353
3
119,0
0,4764
47,637
48
61.380
5.478.165
1
346,5
0,9262
92,621
114
256.080
22.182.930
Jumlah Harga Total
42.775.173
47
5.4 Blok D
= Asrama Hibah PU
Tabel 5.4.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok D
Kode Pipa
DS1-3
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
31.200
24.960
0,00029
faktor
Debit
peak
peak
2
0,00058
0.3117/n
S
25,975
0,006
D
D
(meter)
(milimeter)
0,0470
46,97
Tabel 5.4.2 Perhitungan RAB Blok D
Kode
Jumlah
DT
3
Panjang
(meter)
119
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
0,47637
47,637
48
Jumlah Harga Total
48
Harga/4
meter
61.380
Harga Total
5.478.165
5.478.165
5.5 Blok E
= KSB Blok E
Tabel 5.5.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok E
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
ET1-136
900
720
0,00000833
ES1-3
18.000
14.400
ES4-7
7.200
ES8
Kode Pipa
faktor
D
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
2
0,00001667
25,975
0,006
0,012
12,426
0,00016667
2
0,00033333
25,975
0,006
0,038
38,214
5.760
0,00006667
2
0,00013333
25,975
0,006
0,027
27,101
4.500
3.600
0,00004167
2
0,00008333
25,975
0,006
0,023
22,722
ES9
9.000
7.200
0,00008333
2
0,00016667
25,975
0,006
0,029
29,467
ES10-11
7.200
5.760
0,00006667
2
0,00013333
25,975
0,006
0,027
27,101
ES12
15.300
12.240
0,00014167
2
0,00028333
25,975
0,006
0,036
35,954
ES13
19.800
15.840
0,00018333
2
0,00036667
25,975
0,006
0,040
39,604
ES14
27.900
22.320
0,00025833
2
0,00051667
25,975
0,006
0,045
45,039
ES15
49.500
39.600
0,00045833
2
0,00091667
25,975
0,006
0,056
55,843
ES16
18.000
14.400
0,00016667
2
0,00033333
25,975
0,006
0,038
38,214
ES17
86.400
69.120
0,00080000
2
0,00160000
25,975
0,006
0,069
68,815
ES18
18.000
14.400
0,00016667
2
0,00033333
25,975
0,006
0,038
38,214
ES19
36.000
28.800
0,00033333
2
0,00066667
25,975
0,006
0,050
49,557
peak
49
(milimeter)
Tabel 5.5.2 Perhitungan RAB Blok E
Kode
ET
ES
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter
Harga/4
Pipa
meter
Harga Total
20
15,00
0,0124
12,43
22
19.030
1.427.250
20
9,27
0,0124
12,43
22
19.030
882.041
2
22,30
0,0124
12,43
22
19.030
212.185
2
15,00
0,0124
12,43
22
19.030
142.725
32
10,40
0,0124
12,43
22
19.030
1.583.296
15
9,50
0,0124
12,43
22
19.030
677.944
5
15,50
0,0124
12,43
22
19.030
368.706
30
4,08
0,0124
12,43
22
19.030
582.318
10
10,08
0,0124
12,43
22
19.030
479.556
2
181,90
0,0382
38,20
42
53.460
4.862.187
4
84,45
0,0271
27,10
32
35.460
2.994.597
2
76,00
0,0227
22,70
26
26.070
990.660
1
89,61
0,0456
45,60
48
61.380
1.375.065
1
89,61
0,0360
36,00
42
53.460
1.197.638
1
97,76
0,0396
39,60
42
53.460
1.306.562
1
44,29
0,0558
55,80
60
78.540
869.634
1
18,79
0,0124
12,40
22
19.030
89.393
50
1
199,92
0,0688
68,80
76
114.620
5.728.708
2
80,50
0,0295
29,50
32
35.460
1.427.265
1
80,50
0,0382
38,20
42
53.460
1.075.883
1
44,61
0,0496
49,60
60
78.540
875.917
1
75,72
0,0496
49,60
60
78.540
1.486.762
Jumlah Harga Total
5.6 Blok F
30.636.292
= Asrama
Tabel 5.6.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok F
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
FT1-6
30.000
24.000
0,00028
FT7-10
6.000
4.800
FS1
30.000
FS2
FS3
Kode Pipa
faktor
D
D
(meter)
(milimeter)
0,006
0,046
46,282
25,975
0,006
0,025
25,310
0,00056
25,975
0,006
0,046
46,282
2
0,00167
25,975
0,006
0,070
69,877
2
0,00122
25,975
0,006
0,062
62,204
Debit peak
0.3117/n
S
2
0,00056
25,975
0,00006
2
0,00011
24.000
0,00028
2
90.000
72.000
0,00083
66.000
52.800
0,00061
peak
51
Tabel 5.6.2 Perhitungan RAB Blok F
Kode
FT
FS
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4 meter
Harga Total
1
63
0,0253
25,3
26
26.070
410.603
1
9
0,0463
46,3
48
61.380
138.105
1
22
0,0253
25,3
26
26.070
143.385
5
13
0,0463
46,3
48
61.380
997.425
1
13
0,0253
25,3
26
26.070
84.728
1
39
0,0253
25,3
26
26.070
254.183
1
81
0,0463
46,3
48
61.380
1.242.945
1
242
0,0699
69,9
76
114.620
6.934.510
1
232
0,0622
62,2
76
114.620
6.647.960
Jumlah Harga Total
16.853.843
52
5.7 Blok G
= KSB Blok G
Tabel 5.7.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok G
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
L/hari
L/hari
GT1-128
900
GS1-2
Debit Limbah
faktor
m3/sekon
peak
720
0,00000833
7.200
5.760
GS3-8
14.400
GS9-10
57.600
Kode Pipa
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
D (milimeter)
2
0,00001667
25,975
0,006
0,012
12,426
0,00006667
2
0,00013333
25,975
0,006
0,027
27,101
11.520
0,00013333
2
0,00026667
25,975
0,006
0,035
35,146
46.080
0,00053333
2
0,00106667
25,975
0,006
0,059
59,108
Tabel 5.7.2 Perhitungan RAB Blok G
Kode
GT
GS
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4 meter
Harga Total
64
18,45
0,01243
12,43
22
19.030
5.617.656
48
29,45
0,01243
12,43
22
19.030
6.725.202
16
17,95
0,01243
12,43
22
19.030
1.366.354
6
155,17
0,03515
35,15
42
53.460
12.443.082
2
155,17
0,0271
27,1
32
35.460
2.751.164
2
339,16
0,05622
56,22
60
78.540
13.318.813
Jumlah Harga Total
42.222.272
53
5.8 Blok H
= KSB Blok H
Tabel 5.8.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok H
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
HT1-121
900
720
0,000008
HS1
2.700
2.160
HS2
10.800
HS3
Kode Pipa
faktor
D
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
2
0,00002
25,975
0,006
0,012
12,426
0,000025
2
0,00005
25,975
0,006
0,019
18,761
8.640
0,000100
2
0,00020
25,975
0,006
0,032
31,552
23.400
18.720
0,000217
2
0,00043
25,975
0,006
0,042
42,164
HS4
41.400
33.120
0,000383
2
0,00077
25,975
0,006
0,052
52,223
HS5
64.800
51.840
0,000600
2
0,00120
25,975
0,006
0,062
61,778
HS6
2.700
2.160
0,000025
2
0,00005
25,975
0,006
0,019
18,761
HS7
8.100
6.480
0,000075
2
0,00015
25,975
0,006
0,028
28,325
HS8
12.600
10.080
0,000117
2
0,00023
25,975
0,006
0,033
33,429
HS9
18.000
14.400
0,000167
2
0,00033
25,975
0,006
0,038
38,214
HS10
23.400
18.720
0,000217
2
0,00043
25,975
0,006
0,042
42,164
HS11
28.800
23.040
0,000267
2
0,00053
25,975
0,006
0,046
45,579
HS12
15.300
12.240
0,000142
2
0,00028
25,975
0,006
0,036
35,954
peak
54
(milimeter)
Tabel 5.8.2 Perhitungan RAB Blok H
Kode
Jumlah
HT
121
HS
Panjang
Harga/4
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
14
0,0124
12,40
22
19.030
8.059.205
1
83
0,0188
18,76
76
114.620
2.378.365
1
86
0,0316
31,55
76
114.620
2.464.330
1
77
0,0422
42,16
76
114.620
2.206.435
1
86
0,0522
52,22
76
114.620
2.464.330
1
84
0,0618
61,78
76
114.620
2.407.020
1
33
0,0188
18,76
22
19.030
156.998
1
91
0,0283
28,33
32
35.640
810.810
1
151
0,0334
33,43
42
53.460
2.018.115
1
205
0,0382
38,21
42
53.460
2.739.825
1
266
0,0422
42,16
48
61.380
4.081.770
1
330
0,0456
45,58
48
61.380
5.063.850
1
330
0,036
35,95
42
53.460
4.410.450
(meter)
Jumlah Harga Total
meter
Harga Total
39.261.503
55
5.9 Blok I
= KSB Blok I
Tabel 5.9.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok I
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
IT1-196
900
720
0,0000083
IS1-2
14.400
11.520
IS3-4
28.800
23.040
Kode Pipa
faktor
D
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
2
0,000017
25,975
0,006
0,012
12,426
0,0001333
2
0,000267
25,975
0,006
0,035
35,146
0,0002667
2
0,000533
25,975
0,006
0,046
45,579
peak
(milimeter)
Tabel 5.9.2 Perhitungan RAB Blok I
Kode
Jumlah
IT
96
IS
Panjang
D (meter)
D (milimeter)
14
0,0124
12,40
22
19.030
6.394.080
2
329
0,0351
35,15
42
53.460
8.794.170
2
329
0,0456
45,58
48
61.380
10.097.010
(meter)
Jumlah Harga Total
Diameter Pipa Harga/4 meter
Harga Total
25.285.260
56
5.10
Blok J = Rusunami
Tabel 5.10.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok J
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
L/hari
L/hari
JT1-20
30.000
JS1-2
JS3-4
Kode Pipa
Debit Limbah
faktor
m3/sekon
peak
24.000
0,00028
120.000
96.000
180.000
144.000
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
D (milimeter)
2
0,000556
25,975
0,006
0,046
46,282
0,00111
2
0,002222
25,975
0,006
0,078
77,837
0,00167
2
0,003333
25,975
0,006
0,091
90,619
Tabel 5.10.2 Perhitungan RAB Blok J
Kode
JT
JS
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4 meter
Harga Total
10
8
0,0463
46,3
48
61.380
1.227.600
2
21
0,0463
46,3
48
61.380
644.490
2
31
0,0463
46,3
48
61.380
951.390
2
54
0,0463
46,3
48
61.380
1.657.260
2
30
0,0463
46,3
48
61.380
920.700
2
32
0,0463
46,3
48
61.380
982.080
1
277
0,0778
77,8
89
154.550
10.702.588
1
124
0,0906
90,6
114
256.080
7.938.480
Jumlah Harga Total
25.024.588
57
5.11 Blok K= Land Bank
Tabel 5.11.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok K
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
L/hari
L/hari
KT1-130
500
KS1
KS2
Kode Pipa
Debit Limbah
faktor
m3/sekon
peak
400
0,0000046
40.000
32.000
25.000
20.000
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
D (milimeter)
2
0,000009
25,975
0,006
0,010
9,968
0,0003704
2
0,000741
25,975
0,006
0,052
51,554
0,0002315
2
0,000463
25,975
0,006
0,043
43,223
Tabel 5.11.2 Perhitungan RAB Blok K
Kode
KT
KS
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4
meter
Harga Total
30
10,0
0,00997
9,97
22
19.030
1.427.250
20
19,9
0,00997
9,97
22
19.030
1.893.485
15
18,2
0,00997
9,97
22
19.030
1.298.083
25
10,0
0,00997
9,97
22
19.030
1.189.375
15
19,0
0,00997
9,97
22
19.030
1.354.460
25
10,0
0,00997
9,97
22
19.030
1.189.375
1
404,4
0,05155
51,55
60
78.540
7.940.983,05
1
260,9
0,04322
43,22
48
61.380
4.003.510,50
Jumlah Harga Total
20.296.522
58
5.12 Blok L
= Pasar Moder
Tabel 5.12.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok L
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
LT1
16.000
12.800
0,00015
LS1
316.000
252.800
LS2
300.000
240.000
Kode Pipa
faktor
D
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
2
0,00030
25,975
0,006
0,037
36,562
0,00293
2
0,00585
25,975
0,006
0,112
111,911
0,00278
2
0,00556
25,975
0,006
0,110
109,752
peak
(milimeter)
Tabel 5.12.2 Perhitungan RAB Blok L
Kode
Jumlah
LT1
1
LS1
LS2
Panjang
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4 meter
Harga Total
8
0,0366
36,6
42
53.460
106.920
1
197
0,1119
111,9
114
256.080
12.611.940
1
197
0,1098
109,8
114
256.080
12.611.940
(meter)
Jumlah Harga Total
25.330.800
59
5.13
Blok M = Kampus SuryaUniversity
Tabel 5.13.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok M
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
MT1-3
160.000
128.000
0,001481
MS1
320.000
256.000
0,002963
Kode Pipa
faktor
D
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
2
0,0029630
25,975
0,006
0,087
86,703
2
0,0059259
25,975
0,006
0,112
112,440
peak
(milimeter)
Tabel 5.13.2Perhitungan RAB Blok M
Kode
MT
MS1
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4
meter
Harga Total
1
109,9
0,0867
86,703
89
154.550
4.247.420
1
169,2
0,0867
86,703
89
154.550
6.537.465
1
99,5
0,0867
86,703
89
154.550
3.845.977
1
180,9
0,1124
112,440
114
256.080
11.583.779
Jumlah Harga Total
26.214.641
60
5.14 Perhitungan Pipa Primer
5.14.1 Perhitungan Dimensi Pipa Primer Kawasan Perumahan Dosen
Blok B, Perumahan Dosen Blok C, Asrama PU Blok D, KSB Blok
E, dan KSB Blok G:
Total Air Limbah yang dihasilkan Blok B, C, dan D = 6,9 x 10-3 m3/s
Total Air Limbah yang dihasilkan Blok E dan G = 2, 067 x 10-3 m3/s
Debit Air Limbah yang dihasilkan Kawasan 2 (QF) = 8,967 x 10-3 m3/s
Faktor Peak (CP) = 2,5 (dilihat dari Gambar 2.6.1)
Kekasaran pipa beton (n) = 0,016 (dilihat dari Tabel 2.4.2.1.1)
Debit Peak Air Limbah Kawasan 1 (QP) = Cp x QF
= 2,5 x 8,967 x 10-3
= 0,0224 m3/s
QP =
x [D]8/3 x [S]1/2
0,0224 =
x [D]8/3 x 0,0061/2
[D]8/3 =
D
= 0,207 m
= 207 mm
5.14.2 Perhitungan Dimensi Pipa Primer Kawasan Perumahan Dosen
Blok A, Asrama Blok F, KSB Blok H, KSB Blok I, Rusunami
Blok J, Land Bank Blok K, Pasar Modern Blok L, dan
Kampus SU Blok M:
Total Air Limbah yang dihasilkan Blok H dan I = 4,942 x 10-3 m3/s
Total Air Limbah yang dihasilkan Blok F, J, dan L = 7,87 x 10-3 m3/s
Total Air Limbah yang dihasilkan Blok A, K, dan M = 1,99 x 10-2 m3/s
Debit Air Limbah yang dihasilkan Kawasan 2 (QF) = 0,033 m3/s
Faktor Peak (CP) = 2,8 (dilihat dari Gambar 2.6.1)
Kekasaran pipa beton (n) = 0,016 (dilihat dari Tabel 2.4.2.1.1)
Debit Peak Air Limbah Kawasan 1 (QP) = Cp x QF
= 0,033 x 2,8
= 0,0924 m3/s
61
QP =
x [D]8/3 x [S]1/2
0,0924 =
x [D]8/3 x 0,0061/2
[D]8/3 =
D
= 0,351 m
= 351 mm
5.14.3 RAB Pipa Primer Kawasan 1 (sebelah kiri peta denah)
Dimensi Pipa = 207 mm
= 20,7 cm
Jadi Pipa yang digunakan adalah pipa beton ukuran = 30 cm , dengan
harga Rp. 110.000,00/meter dan tebal dinding 5 cm.
Harga pipa primer 1= 761,41 m x Rp. 110.000,00/meter
= Rp. 83.755.100,00
5.14.4 RAB Pipa Primer Kawasan 2 (sebelah kanan peta denah)
D
= 351 mm
= 35,1 cm
Jadi Pipa yang digunakan adalah pipa beton ukuran = 40 cm , dengan
harga Rp. 165.000,00/meter dan tebal dinding 6 cm.
Harga pipa primer 1= 761,41 m x Rp. 165.000,00/meter
= Rp. 125.632.650,00
62
5.15 Total Keseluruhan RAB
Tabel 5.15.1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
Kode
Harga Total
Blok A
25.211.439
Blok B
31.008.780
Blok C
42.775.173
Blok D
5.478.165
Blok E
30.636.292
Blok F
16.853.843
Blok G
42.222.272
Blok H
39.261.503
Blok I
25.285.260
Blok J
25.024.588
Blok K
20.296.522
Blok L
25.330.800
Blok M
26.214.641
Kawasan 1
83.755.100,00
Kawasan 2
125.632.650,00
Jumlah
564.987.028
63
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Perencanaan Sistem Sewerage
Pada perancangan sistem sewerage kawasan cluster ini digunakan sistem
tertutup. Hal ini dikarenakan saluran tersebut akan digunakan untuk penyaluran
air buangan, sehingga harus dikelola dengan sebaik mungkin agar tidak
menimbulkan dampak yang mengganggu masyarakat sekitar. Penggunaan sistem
tertutup untuk saluran sewerage ini juga mungkin bertujuan untuk lebih
meningkatkan dan menjaga estetika kawasan tersebut. Selain itu, penggunaan
sistem tertutup juga dapat mencegah terjadinya masalah bau yang dapat
ditimbulkan oleh saluran yang terbuka, mengingat saluran tersebut untuk
menyalurkan air buangan. Sistem tertutup juga dapat mengurangi penyebaran dan
perkembangan mikroorganisme patogen yang suka tinggal pada kawasan yang
kotor dan dapat berbahaya dan menimbulkan penyakit pada manusia.
6.2 Pembagian Aliran IPAL
Perancangan saluran air buangan di atas telah dipertimbangkan
berdasarkan kontur tanah kawasan Tenjo. Aliran air buangan akan disambung ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pembuatan dua IPAL pada kawasan
tersebut bertujuan agar penyaluran air buangan dapat disalurkan secara gravitasi,
tanpa menggunakan bantuan pompa. Hal itu disebabkan kontur tanah kawasan
yang eksisting cenderung tidak rata dan berbukit-bukit. Oleh karena itu, bagian
Perumahan Dosen Tipe B, Perumahan Dosen Tipe C, Asrama PU, KSB Blok E,
dan KSB Blok G akan disalurkan dan masuk ke IPAL 1, sedangkan KSB Blok H,
KSB Blok I, Asrama, Rusunami, Pasar Modern, Land Bank, Perumahan Dosen
Tipe A, dan Kampus SU akan disalurkan dan masuk ke IPAL 2. Pemilihan jalur
aliran air buangan itu juga dirancang sedemikian rupa supaya melalui jalur yang
terpendek menuju ke arah IPAL, sehingga penggunaan pipa yang terlalu boros
dapat diminimalisir dan pipa dapat dimanfaatkan secara efisien.
64
6.3 Desain Aliran Perpipaan
Pada perancangan pipa primer, wilayah perencanaan dibagi menjadi 2
kawasan, dimana pipa primer ditandai dengan pipa berwarna kuning pada wilayah
perancangan sistem sewerage. Pipa primer kawasan 1 merupakan pipa primer
yang menerima air limbah dari kawasan yang berada pada bagian kiri peta
perancangan, yaitu meliputi Kawasan Perumahan Dosen Blok B, Perumahan
Dosen Blok C, Asrama PU Blok D, KSB Blok E, dan KSB Blok G, sedangkan
pipa primer kawasan 2 merupakan pipa primer yang menerima air limbah dari
kawasan yang berada pada bagian kanan peta perancangan, yaitu meliputi
Kawasan Perumahan Dosen Blok A, Asrama Blok F, KSB Blok H, KSB Blok I,
Rusunami Blok J, Land Bank Blok K, Pasar Modern Blok L, dan Kampus SU
Blok M. Penentuan dimensi pipa primer kawasan 1 dan 2 ditentukan berdasarkan
beban air limbah yang dialirkan ke IPAL masing-masing kawasan. Jadi kapasitas
pipa primer tersebut dihitung dari akumulasi debit air limbah puncak yang dapat
dihasilkan kawasan masing-masing. Pipa primer utama pada perancangan saluran
air limbah ini dibuat lurus agar dapat mengurangi penggunaan aksesoris pipa
sebagai penyambung apabila pipanya berkelok-kelok. Pengurangan sambungan
pipa juga dilakuk
SISTEM SEWERAGE SALURAN TERTUTUP CLUSTER
KAWASAN SURYA UNIVERSITY-TENJO
Oleh:
Cecilia Tiara Kusdiari
(103131817032664)
Cindy Lanovia Koleangan
(103134727544553)
Stefanny Trifena
(103136838229644)
Venessa Yunica Rodearni Damanik
(103131819527766)
Wardatul Jannah
(103139177890128)
Pengajar:
Dr. Maria Prihandrijanti, S.T.
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS CLEAN ENERGY AND CLIMATE CHANGE
SURYA UNIVERSITY
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air buangan dapat diartikan sebagai sisa air dari hasil kegiatan makhluk hidup
yang sudah tidak terpakai dan yang dibuang. Selain itu, air buangan juga dapat
diartikan sebagai air yang telah selesai digunakan oleh berbagai kegiatan manusia
(rumah tangga, industri, sarana umum, dll) dan pada umumnya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta
mengganggu lingkungan hidup. Menurut California Environmental Protection
Agency, air buangan merupakan air yang berisi limbah yang sumbernya sebagian
besar berasal dari permukiman atau perumahan, komersial, dan proses industri.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka perlu dipikirkan cara untuk
mengalirakan air buangan dari sumbernya ke tempat pengolahan air buangan
sebelum dibuang ke sungai maupun ke sumber outlet lainnya agar tidak
membahayakan kesehatan manusia dan tidak mengurangi nilai kualitas
lingkungan. Salah satu cara untuk menangani permasalahan diatas yakni dengan
membuat suatu sistem drainase air buangan atau yang biasa dikenal dengan sistem
sewerage.
Untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas lingkungan dan mencegah
terjadinya dampak terhadap kesehatan manusia oleh karena adanya air buangan
yang bersumber dari perumahan dan area komersil di daerah pembangunan
kampus Surya, Bogor maka penulis hendak merencanakan, dan mendesain suatu
sistem drainase air buangan dengan prinsip berkelanjutan di daerah tersebut.
Dengan adanya sistem drainase tersebut diharapkan tercipta kondisi lingkungan
yang baik.
1.2 Tujuan
Membuat desain sistem drainase air buangan dari area permukiman dan
komersial di daerah pembangunan kawasan kampus Surya Bogor dengan
menerapkan prinsip keberlanjutan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis Saluran Drainase dan Penyaluran Air Buangan
Menurut Hasmar (2002), berdasarkan konstruksinya drainase dikelompokan
menjadi dua, yaitu saluran terbuka dan saluran tertutup. Saluran terbuka adalah
sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk menampung dan
mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun kebanyakan sistem saluran ini
berfungsi sebagai saluran campuran (Nastiti 2013). Saluran terbuka pada
pinggiran kota biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung), namun khusus
untuk saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, pasangan
batu (mansory), ataupun dengan pasangan batu bata (Nastiti 2013). Sedangkan
saluran tertutup merupakan saluran untuk air kotor/ air buangan yang dapat
mengganggu kesehatan lingkungan (Nastiti 2013). Penerapan sistem ini cukup
bagus digunakan pada daerah perkotaan, terutama kota yang memiliki kepadatan
penduduk yang tinggi, seperti kota metropolitan dan kota-kota besar lainnya
(Nastiti 2013).
De Chaira dan Kopplemen (1994), membedakan saluran untuk pembuangan
air sebagai berikut:
2.1.1
Saluran Air Tertutup
a. Drainase bawah tanah tertutup, yaitu saluran yang menerima air
limpasan dari daerah yang diperkeras, maupun yang tidak diperkeras
dan membawanya ke sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran
permukaan atau sungai) ke sistem drainase kota.
b. Drainase bawah tanah tertutup dengan tempat penampungan pada
tapak, dimana drainase ini mampu menampung air limpasan dengan
volume dan kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan
kerusakan pada tapak.
2.1.2
Saluran Air Terbuka
Saluran terbuka merupakan saluran yang dapat mengalirkan air
dengan suatu permukaan bebas, dimana apabila terdapat sampah yang
menyumbat saluran ini dapat dengan mudah dibersihkan, namun bau
2
yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan. Menurut asalnya,
saluran dibedakan menjadi:
a. Saluran Alami (natural), meliputi selokan kecil, kali, sungai
kecil dan sungai besar sampai saluran terbuka alamiah.
b. Saluran Buatan (artificial), seperti saluran pelayaran, irigasi,
parit pembuangan, dan lain-lain.
2.1.3
Saluran Air Kombinasi
Limpasan air terbuka yang dikumpulkan pada saluran drainase
permukaan,
dimana
limpasan
dari
daerah
yang
diperkeras
dikumpulkan pada saluran drainase tertutup.
2.2 Jumlah Konsumsi Air Bersih dan Jumlah Limbah Domestik
Berikut ini merupakan tabel pemakaian air bersih dan debit air limbah
berdasarkan peruntukan yang mengacu Population Equivalen (PE) untuk
perancangan IPAL berdasarkan Peraturan Gubernur DKI No. 122 Tahun 2005:
Tabel 2.2.1 Pemakaian Air Bersih dan Debit Air Limbah Berdasarkan
Peruntukan Bangunan
(PerGub DKI No. 122 Tahun 2005)
3
Tabel 2.2.2 Kriteria Perencanaan Air Bersih
(Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU 1996)
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Air Bersih
Menurut Linsley et al. (1995) dalam Raharjo (2002), faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan air di perkotaan adalah sebagai berikut:
1. Iklim, kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari seperti mandi,
mencuci,
menyiram
tanaman
semakin
tinggi
pada
musim
kering/kemarau.
2. Ciri-ciri penduduk, taraf hidup dan kondisi sosial ekonomi penduduk
mempunyai korelasi positif dengan jumlah kebutuhan air. Artinya
pada penduduk dengan kondisi sosial ekonoi yang baik dan taraf
hidup yang tinggi akan membutuhkan air yang lebih banyak daripada
4
penduduk dengan sosial ekonomi yang kurang mencukupi dan taraf
hidupnya lebih rendah. Meningkatnya kualitas kehidupan penduduk
menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas hidup yang diikuti pula
dengan meningkatnya kebutuhan air.
3. Harga air dan meteran, bila harga air mahal, orang akan lebih
menaham diri dalam pemakaian air. Selain itu langganan yang jatah
air diukur dengan meteran cenderung untuk mempergunakan air
dengan jarang.
4. Ukuran kota, ukuran kita diindikasikan dengan jumlah saran dan
prasarana yang dimiliki oleh suatu kota seperti industri, perdagangan,
taman-taman dan sebagainya. Semakin banyak sarana dan prasarana
kota yang dimiliki pemakaian air juga semakin besar.
Selain itu penggunaan air bersih diperkotaan juga dipengaruhi oleh faktorfaktor sebagai berikut (Terence J. Mc Ghee, 1991 dalam Raharjo, 2002) :
1. Besaran kota, yang membawa pengaruh tidak langsung misalnya
komunitas yang kecil lebih cenderung membatasi pemakaian air.
2. Kehadiran industri dan fasilitas komersial, yang membawa pengaruh
terhadap peningkatan penggunaan air bersih guna menunjang segala
aktivitasnya.
3. Karakteristik penduduk, terutama tingkat sosial ekonomi. Dalam hal
ini semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk maka akan semakin
banyak pulaair bersih yang digunakan.
4. Penggunaan meter air, yaitu suplai air yang menggunakan meter air
akan cenderung dibatasi penggunaannya oleh penduduk.
5. Beracam-macam faktor, termasuk iklim dan kualitas air.
2.4 Ketentuan Desain Hidrolik Sistem Saluran Air Limbah (Sewer)
2.4.1
Manholes
Pada sistem drainase diperlukan adanya jalur untuk dapat
mengakses, menguji, memeriksa, dan membersihkan saluran air limbah
(Sewer ). Dalam sistem saluran air limbah (Sewer ), akses terhadap Sewer
dapat dilakukan melalui Manholes. Manholes adalah lubang yang
5
digunakan sebagai jalur masuk ke saluran air buangan untuk memeriksa,
memelihara, atau memperbaiki saluran dari kotoran/ limbah yang terbawa
alirannya, serta dari berbagai gangguan teknis/ fisik lingkungan, misalnya
keretakan pipa karena faktor usia, dan lain sebagainya (Departemen
Pekerjaan Umum 2015).
Gambar 2.4.1.1 Backdrop Manhole
(Butler 2011)
Penentuan perencanaan letak dan pemasangan manholes harus disediakan
setiap ada (Butler 2011):
-
Perubahan arah, baik vertikal maupun horisontal
-
Ujung saluran pipa/ Kepala saluran
-
Perubahan gradien
-
Perubahan dimensi/ ukuran pipa
-
Persimpangan utama dengan saluran lain
-
Jarak 90 m (kalau dimensi/ ukuran salurannya tidak terlalu besai) dan jarak
200 m (kalau dimensi/ ukuran salurannya besar)
Pada jalur saluran yang lurus, manholes dapat dipasang setiap jarak
tertentu sesuai dengan diameter salurannya. Berikut merupakan tabel ketentuan
jarak pemasangan antar-mahholes pada jalur saluran yang lurus:
6
Tabel 2.4.1.1 Jarak Antar Manhole Pada Jalur Lurus
Diameter (mm)
Jarak Antar Manhole (m)
Referensi
(20 – 50)
50 – 75
Materi Training + Hammer
(50 – 75)
75 – 125
Materi Training + Hammer
(100 – 150)
125 – 150
Materi Training + Hammer
(150 – 200)
150 – 200
Materi Training + Hammer
1000
100 – 150
Bandung (Jl. Soekarno – Hatta)
(Universitas Brawijaya 2012)
Berdasarkan kedalaman dan cover -nya, manhole dapat diklasifikasikan
menjadi (Universitas Brawijaya 2012):
-
Manhole dangkal: kedalaman (0,75 – 0,9) m, dengan cover kedap
-
Manhole normal: kedalaman 1,5 m, dengan cover berat
-
Manhole dalam: kedalaman di atas 1,5 m, dengan cover berat.
Bentuk umum manholes yang sering diterapkan dalam sistem sewer
adalah persesi panjang, kubus, dan lingkaran. Berikut merupakan beberapa
persyaratan bagian-bagian manholes (Departemen Pekerjaan Umum 2011):
1. Sumuran Pemeriksa:
-
Dinding dan pondasi harus kedap air
-
Cukup kuat dari gaya-gaya luar
-
Cukup luas agar petugas dapat masuk ke dalam manhole
-
Terbuat dari beton atau pasangan batu bata dan batu kali
-
Jika ø pipa cukup besar dengan kedalaman ≥2,5 m, maka
digunakan beton bertulang
-
Bagian atas manhole ditutup dengan rangka penutup (frame &
cover) yang kuat menahan beban
2. Rangka dan Penutup:
a. Bahan Rangka dan Tutup Manhole harus terbuat dari cast iron:
-
Kekuatan yang memadai untuk menopang beban yang tidak
terduga
-
Pemasangan yang baik untuk mengantisipasi adanya aliran
permukaan atau air hujan
7
-
Pemasangan engsel pintu dan atau kunci dari penutup untuk
mencegah kerusakan atau hal-hal yang tidak diinginkan masuk
ke dalam manhole
b. Berat dan dimensi dari rangka dan penutup manhole:
Tabel 2.4.1.2 Dimensi Rangka dan Penutup Manhole
No. Tipe dari Rangka
Dimensi
& Penutup
1.
Berat
Penggunaan
(lbs)
Kelas Ringan
460 mm x 620 mm
54
Dipakai untuk
pelayanan domestik
yang majemuk
2.
3.
Kelas Menengah
Penutup dalamnya 600
Kelas Berat
250
Melayani daerah
mm, ømin: 500 mm
domestik dan daerah
Kerangka: 760 mm x
dengan beban roda
760 mm
tidak lebih dari 1 ton
Sama seperti di atas
530
Dipakai untuk
pelayanan pada jalan
kereta
(Departemen Pekerjaan Umum 2011)
3. Tangga Manhole:
Ada 2 macam bahan manhole step, yaitu cast iron atau wrough iron step.
-
Perlengkapan ini merupakan sebuah tangga besi yang dipasang
menempel di dinding manhole sebelah dalam untuk keperluan
operasional
-
Dipasang vertikal dan zig-zag 20 cm dengan jarak vertikal masingmasing 30 – 40 cm
4. Dinding Manhole:
-
Bentuk bundar atau persegi
-
Bahan dari pasangan batu bata, batu kali, atau beton dengan
adukan kedap air (untuk mengurangi infiltrasi)
-
Bila diameter saluran cukup besar dengan kedalaman > 2,5 m,
bahan dinding manhole memakai konstruksi beton (buis beton)
8
-
Sebelah dalam manhole dapat di-lining dengan epoxy bila ada
resiko korosi sulfide
-
Ketebalan:
a. 20 cm untuk kedalaman sampai dengan 1,5 m
b. 30 cm untuk kedalaman > 1,5 m
Atau dengan formula:
t = 6.h, dimana t: tebal dinding manhole (cm) dan h: kedalaman
manhole (m).
2.4.2
Pipa
Pipa adalah saluran buatan pada sistem sewer yang digunakan untuk
mengalirkan air limbah dalam suatu sistem tertutup ke tempat pengolahan air
limbah sebelum dibuang ke badan air. Pada sistem drainase terpisah (separate),
pipa air limbah dan pipa air hujan mengalir pada pipa yang berbeda. Pemasangan
dan penanaman pipa air limbah dan pipa air bersih biasanya bersebelahan. Hal
tersebut bertujuan untuk dapat meminimalkan biaya pada saat galian waktu
konstruksi dan pemeliharaan pipa. Gambar 2.2.2.1 dan 2.2.2.2 berikut merupakan
gambar jaringan pipa retikulasi dan pipa induk air limbah:
Gambar 2.4.2.1 Perpipaan Retikulasi
(Universitas Brawijaya 2012)
9
Gambar 2.4.2.2 Pipa Induk Air Limbah
(Universitas Brawijaya 2012)
Pemilihan bahan saluran perpipaan air limbah harus selektif, agar tidak
menimbulkan masalah pencemaran di kemudian hari. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan bahan saluran perpipaan secara menyeluruh, antara
lain (Universitas Brawijaya 2012):
-
Umur ekonomis
-
Pengalaman pipa sejenis yang telah diaplikasikan di lapangan
-
Resistensi terhadap korosi (kimia) atau abrasi (fisik)
-
Koefisien kekasaran (hidrolik)
-
Kemudahan transport dan handling
-
Kekuatan struktur
-
Biaya suplai, transpor, dan pemasangan
-
Ketersediaan di lapangan
-
Ketahanan terhadap disolusi di dalam air
-
Kekedapan dinding
-
Kemudahan pemasangan sambungan
Pipa yang bisa dipakai untuk penyaluran air limbah, antara lain Vitrified
Clay (VC), Asbestos Cement (AC), Reinforced Concrete (RC), Steel, Cast Iron,
High Density Poly Ethylene (HDPE), Unplasticised Polyvinylchloride (uPVC)
dan Glass Reinforced Plastic (GRP). Berikut ini merupakan beberapa jenis pipa
beserta spesifikasinya yang akan digunakan dalam perancangan sistem sewerage
pada laporan ini (Universitas Brawijaya 2012):
10
A. Pipa Beton
a. Aplikasi:
1) Pada pengaliran gravitasi (lebih umum) dan bertekanan
2) Untuk pembuatan sifon
3) Untuk saluran drainase dengan diameter (300-3600) mm akan
lebih ekonomis mengingat durabilitasnya jauh lebih baik
dibandingkan dengan bahan saluran lainnya
4) Hindari aplikasi sebagai sanitary sewer dengan dimensi kecil
terutama bila ada air limbah industri atau mengandung H2S
berlebih. Untuk dimensi kecil hingga diameter 45 mm,
biasanya dipakai pipa dengan bahan PVC atau lempung
5) Pada sanitary trunk sewer, beton bertulang juga dipakai dengan
diameter lebih besar daripada diameter VCP maksimal, dengan
lining plastik atau epoksi (diproses monolit di pabrik); atau
pengecatan bitumas-tik atau coal tar epoxy (dilakukan setelah
instalasi di lapangan).
b. Ukuran dan Panjang Pipa
1) Pipa pracetak dengan diameter di atas 600 mm harus dipasang
dengan tulangan, meskipun pada diameter yang lebih kecil
tetap dibuat beton bertulang
2) Untuk konstruksi beton bertulang (pracetak), diameter dan
panjang yang tersedia di lapangan
a) Diameter: [(300)-600-2700] mm
b) Panjang: - 1,8 m untuk pipa dengan diameter < 375 mm
- 3 m untuk pipa dengan diameter > 375 mm
c) Tersedia 5 kelas berdasarkan pada kekuatan beban
eksternal
3) Untuk konstruksi beton tidak bertulang (pracetak)
a) Diameter : (100-600) mm
b) Panjang : (1,2-7,3) m
c. Sambungan
1) Tongue dan groove (khusus beton bertulang)
11
a) Untuk diameter > 760 mm
b) Dengan menggunakan sambungan senyawa mastik
atau gasket karet yang
membentuk seal kedap air
dengan plastik atau tar panas mastik, clay tile, atau
senyawa asphatik
2) Spigot dan soket dengan semen
a) Untuk diameter (305-760) mm
b) Ekonomis
c) Mudah pemasangannya
d) Aman dan memuaskan
3) Cincin karet fleksibel
d.
Lining (Lapisan Dasar Pipa)
Penerapan
lining
dilakukan
bila
pipa
yang
bersangkutan
menyalurkan air limbah yang belum terolah dengan bahan tahan korosi
seperti:
1) Spesi semen alumina tinggi
- Tebal 12 mm untuk diameter ≤ 675 mm
- Tebal 20 mm untuk diameter (750-825) mm
2) PVC atau ekuivalen untuk diameter ≥ 900 mm
3) PVC sheet
4) Penambahan ketebalan dinding sebagai beton deking
e.
Komponen bahan
Komponen bahan pipa beton menggunakan agregat limestone atau
dolomite dengan semen tipe 5.
f.
Kelebihan pipa beton. Beberapa pertimbangan pemilihan pipa beton:
1) Konstruksi: kuat
2) Dimensi: tersedia dalam variasi yang besar, dan dapat dipesan.
g. Kerugian/kelemahan pipa beton. Beberapa kelemahan aplikasi pipa
beton
(karena semen dari bahan alkali) adalah korosi terhadap asam atau
H2S, kecuali bila diberi lining, pemeliharaan kecepatan glontor,
ventilasi yang memadai dan pembubuhan bahan kimia.
12
h. Spesifikasi untuk pelaksanaan konstruksi dilapangan yang perlu
diminta atau diketahui adalah spesifikasinya, minimal mencakup:
1) Diameter
2) Klas dan/atau kekuatan
3) Metode manufakturf
4) Metode sambungan
5) Lining
6) Komposisi bahan (macam agregat bila limestone)
i. Penyambungan Sambungan Rumah
Untuk pipa beton diameter besar dapat dilakukan pelobangan,
dengan memasukkan spigot dari sambungan rumah sambil menutup
sela-selanya dengan spesi beton (mortar).
B. Pipa Plastik
a. Bahan
1) PVC (polyvinyl chloride)
2) PE (polyethylene)
b. Aplikasi
1) PVC: untuk sambungan rumah dan pipa cabang
2) PE: untuk daerah rawa atau persilangan di bawah air
c. Klasifikasi
1) Standar JIS K 6741-1984
- Klas D/VU dengan tekanan 5 kg/cm2
-
Klas AW/VP dengan tekanan 10 kg/cm2
2) Standar SNI 0084-89-A/SII-0344-82
- Seri S-8 dengan tekanan 12,5 kg/cm2
-
Seri S-10 dengan tekanan 10 kg/cm2
-
Seri S-12,5 dengan tekanan 8 kg/cm2
-
Seri S-16 dengan tekanan 6,25 kg/cm2
Pemilihan klas di atas tergantung pada beban pipa dan tipe bedding
dan dalam kondisi pengaliran secara gravitasi atau dengan adanya pompa
(tekanan).
13
d. Diameter dan Panjang Lapangan
1) Diameter sampai dengan 300 mm
2) Panjang standar 6 m
e. Sambungan
1) Solvent (lem): untuk diameter kecil
2) Cincin karet: untuk diameter lebih besar
f. Keuntungan
1) Ringan
2) Sambungan kedap
3) Peletakan pipa panjang
4) Beberapa jenis pipa tahan korosi
g. Kerugian
1) Kekuatannya mudah terpengaruh sinar matahari dan temperatur
rendah
2) Ukuran tersedia terbatas
3) Perlu lateral support
2.4.2.1 Kecepatan dan Kemiringan Pipa
1) Kemiringan pipa minimal diperlukan agar di dalam pengoperasiannya
diperoleh kecepatan pengaliran minimal dengan daya pembilasan
sendiri (tractive force) guna mengurangi gangguan endapan di dasar
pipa.
2) Koefisien kekasaran Manning untuk berbagai bahan pipa. Berikut ini
merupakan tabel koefisien kekasaran pipa:
Tabel 2.4.2.1.1 Koefisien Kekasaran Pipa
No.
Jenis Saluran
Koefisien
Kekasaran Manning (n)
Pipa Besi Tanpa Lapisan
0,012 – 0,015
1.1 Dengan Lapisan Semen
0,012 – 0,013
1.2 Pipa Berlapis Gelas
0,011 – 0,017
2.
Pipa Asbestos Semen
0,010 – 0,015
3.
Saluran Pasangan Batu Bata
0,012 – 0,017
4.
Pipa Beton
0,012 – 0,016
1.
14
5.
Pipa Baja Spiral & Pipa
0,013 – 0,017
Kelingan
6.
Pipa Plastik Halus (PVC)
0,002 – 0,012
7.
Pipa Tanah Liat (Vitrified
0,011 – 0,015
Clay)
(Universitas Brawijaya 2012)
3) Kecepatan pengaliran pipa minimal saat aliran penuh (full flow) atas
dasar tractive force
Tabel 2.4.2.1.2 Kecepatan Pengaliran Pipa
(Universitas Brawijaya 2012)
4) Kemiringan pipa minimal praktis untuk berbagai diameter atas dasar
kecepatan 0,60 m/s, saat pengaliran penuh adalah:
Tabel 2.4.2.1.3 Kemiringan Minimal Pada Kecepatan Aliran 0,6 m/s
(Universitas Brawijaya 2012)
Atau dengan formula praktis :
S min =
atau
0,01 Q0,667, dimana S min (m/m), D (mm) dan Q
(L/s). Berdasarkan jurnal studi literatur, kemiringan minimal pipa
15
dalam perancangan saluran air buangan kawasan adalah 0,006
(Secioputri 2014).
5) Kemiringan muka tanah yang lebih curam daripada kemiringan pipa
minimal bisa dipakai sebagai kemiringan desain selama kecepatannya
masih di bawah kecepatan maksimal.
2.4.2.2 Perencanaan dan Pembangunan IPAL Domestik
Sistem pembuangan air limbah yang umum digunakan masyarakat
yakni air limbah yang berasal dari toilet dialirkan ke dalam tangki septik
dan air lmpasan dari tangki septik diresapkan ke dalam tanah atau dibuang
ke saluran umum, sedangkan air limbah non-toilet yakni berasal dari
kegiatan MCK dibuang langsung ke saluran umum (BPPT NY).
1. Kriteria penentuan kapasitas IPAL Domestik Individual atau Komunal
Untuk menentukan kapasitas IPAL Individual yang harus dipasang
dilakukan dengan mengacu pada besaran People Equivalent (PE) yaitu
untuk
riumah
biasa
perkiraan
jumlah
air
limbah
adalah
120/liter/orang/hari. Untuk kategori jenis peruntukan bangunan yang
lain besaran People Equivalent (PE) dapat dilihat pada tabel PE (BPPT
NY).
Untuk menghitung besarnya kapasitas IPAL dapat dilakukan
berdasarkan besarnya koefisien luas bangunan atau berdasarkan jumlah
penghuni bangunan. Untuk bangunan yang baru, perkiraan jumlah air
limbah
umumnya
dilakukan
berdasarkan
PE
untuk
tiap-tiap
peruntukan dikalikan dengan satuan kapasitas (jumlah orang atau luas
lantai) (BPPT NY).
2. Kriteria Perencanaan IPAL Domestik
Pemilihan proses pengolahan air limbah domestik yang digunakan
didasarkan atas beberapa kriteria yang diinginkan oleh pengguna yaitu
antara lain (Said 2015):
Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar baku mutu air limbah
domestik yang diinginkan
Pengelolaannya harus mudah dan lahan yang diperlukan tidak
terlalu besar
16
Konsumsi energi sedapat mungkin rendah
Lumpur yang dihasilkan sedapat mungkin kecil
besar
Biaya operasinya rendah
Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup
Dapat menghilangkan padatan tersuspensi dengan baik
Dapat menghilangkan amoniak sampai mencapai standar baku
mutu yang berlaku
3. Kapasitas IPAL Domestik yang Direncanakan (Said 2015):
-
: 150 m3 per hari
Kapasitas Pengolahan
6,25 m3 per jam
104, 17 liter per menit
-
BOD Air Limbah rata-rata
: 300 mg/l
-
Konsentrasi TSS
: 300 mg/l
-
Total Efisiensi Pengolahan
: 90-95%
-
BOD Air Olahan
: 20 mg/l
-
TSS Air Olahan
: 20 mg/l
-
Bak pemisah lemak (luas)
: 3,6 m2
-
Bak ekualisasi (luas)
: 16 m2
-
Bak pengendap awal (luas)
: 10 m2
-
Biofilter anaerob (luas)
: 28 m2
-
Biofilter aerob (luas)
: 17,6 m2
-
Bak pengendap akhir (luas) : 10 m2
-
Total Luas IPAL
: 85.2 m2
17
BAB III
METODOLOGI
3.1 Gambaran Umum Wilayah Perencanaan
Gambar 3.1 Peta Desa Tenjo, Kecamatan Tenjo
Kawasan kampus Surya University baru yang masih dalam tahap
pembangunan bertempatan di desa Tenjo, kecamatan Tenjo terletak pada ujung
paling barat kabupaten Bogor, provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk ±
7000 orang dengan kepadatan sedang dengan perbatasan kabupaten Tangerang
(Ensiklopedia Dunia NY). Sebagian besar wilayah Tenjo merupakan lahan kosong
yang digunakan sebagai mata pencaharian pertanian. Desa Tenjo mempunyai luas
wilyah 2.221 Ha (Lembar Daerah Kabupaten Bogor 2002).
Secara geografis, desa Tenjo berbatasan dengan :
a. Batas wilayah sebelah utara : Desa Singabangsa, Kecamatan Tenjo
b. Batas wilayah sebelah timur : Desa Cilaku, Kecamatan Tenjo
c. Batas wilayah sebelah selatan : Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo
d. Batas wilayah sebelah barat : Kabupaten Tangerang, Banten
3.2 Uraian Perhitungan
3.2.1
Penentuan Debit Air Limbah
Perhitungan debit air limbah berdasarkan pada konsumsi air bersih
per orang per hari. Besarnya air bersih yang akan menjadi air limbah
18
tersebut diperkirakan sebanyak 70% hingga 80% dari penggunaan air
bersih. Estimasi debit air limbah diperoleh dengan persamaan berikut
(Pratiwi 2015) :
1. Q ave air bersih
= Kebutuhan air bersih per orang x Jumlah
penduduk
2. Q ave air limbah
= (80%) x Qave air bersih
3. Q peak
= Qave x fpeak
Nilai faktor peak didapatkan dari gambar 2.6.1 berikut:
Gambar 3.2.1 Grafik Peaking Factor for Domestic Wastewater Flows
3.2.2
Penentuan Diameter Miniamal Pipa
Dalam menentukan lebar diameter pompa menggunakan rumus
Hazen Williams:
QP =
Keterangan
x [D]8/3 x [S]1/2
: n = koefesien maining (0,012-untuk pipa PVC dan 0,016
untuk pipa beton)
Keterangan
: S = derajat kemiringan (0,006)
3.3 Desain Perencanaan Wilayah Cluster
Perancangan sistem sewerage saluran tertutup dilakukan pada kawasan
Tenjo, yaitu kawasan kampus baru Surya University. Berikut ini merupakan
gambaran kawasan cluster yang diambil dari kawasan kampus baru Surya
University untuk wilayah perencanaan sistem perpipaan yang akan digunakan:
19
Gambar 3.3.1 Kawasan Perencanaan Sistem Sewerage Saluran Tertutup yang
Dipakai
Wilayah Kecamatan Tenjo ini memiliki topografi sedang dengan
ketinggian beragam, ditunjukkan dengan ketinggian wilayah 3,25-5 meter di atas
permukaan laut. Berikut ini merupakan gambaran topografi dari wilayah
perancangan sistem sewerage:
Gambar 3.2 Topografi Wilayah Perancangan Tenjo
20
Perancangan sistem sewerage saluran tertutup kawasan Tenjo dilakukan
dengan langkah-langkah sebagi berikut:
Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Perancangan Sistem Sewerage Pada Cluster
21
BAB IV
HASIL DESAIN ALIRAN PIPA
4.1 Penamaan Area Cluster
Gambar 4.1 Denah Area Cluster Secara Keseluruhan
Pada daerah area cluster terdapat penamaan di setiap blok untuk
mempermudah dalam mengatur penamaan desain pipa.
Berikut ini merupakan keterangan dari hasil penamaan per blok:
Blok A
= Perumahan Dosen Tipe A dan Ruko
Blok H
= KSB Blok H
Blok B
= Perumahan Dosen Tipe B dan C
Blok I
= KSB Blok I
Blok C
= Perumahan Dosen Tipe B dan C
Blok J
= Rusunami
Blok D
= Asrama Hibah PU
Blok K
= Land Bank
Blok E
= KSB Blok E
Blok L
= Pasar Modern
Blok F
= Asrama
Blok M
= Kampus Surya
Blok G
= KSB Blok G
University
22
4.2 Detail Denah Area Cluster per Blok
Gambar 4.2 Detail Denah Area Cluster dengan Gedung per Blok
23
4.3 Detail Denah Pipa Area Cluster per Blok
Gambar 4.3 Detail Desain Aliran Pipa Denah Area Cluster
24
4.4 Blok A
= Perumahan Dosen Tipe A dan Ruko
Gambar 4.4.1 Detail Denah Blok A
Gambar 4.4.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok A
Gambar 4.4.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok A
25
Keterangan Blok A =
Perumahan Dosen tipe A
Total Jumlah penghuni (N)
= 81 unit x 5 orang = 405 orang
Konsumsi air bersih (Qd)
= 250 Liter/orang/hari
Ruko Blok A
Total Jumlah penghuni (N)
= 75 unit x 5 orang = 375 orang
Konsumsi air bersih (Qd)
= 100 Liter/orang/hari
4.5 Blok B
= Perumahan Dosen Tipe B
Gambar 4.5.1 Detail Denah Blok B
Gambar 4.5.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok B
26
Gambar 4.5.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok B
Keterangan Blok B =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 150 liter/orang/hari
Jumlah penghuni
= 1 unit @4 orangumlah penghuni
Total penghuni
= 162 x 4 = 648 orang
4.6 Blok C
= Perumahan Dosen Tipe C
Gambar 4.6.1 Detail Denah Blok C
27
Gambar 4.6.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok C
Gambar 4.6.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok C
Keterangan Blok C =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 150 liter/orang/hari
Jumlah penghuni
= 1 unit @4 orang
Total penghuni
= 157 x 4 = 628 orang
28
4.7 Blok D
= Asrama Hibah PU
Gambar 4.7.1 Detail Denah Blok D
Gambar 4.7.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok D
Gambar 4.7.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok D
Keterangan Blok D =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 120 liter/orang/hari
Jumlah penghuni
= 3 unit @260 orang
Total penghuni
= 260 x 3 = 780 orang
29
4.8 Blok E
= KSB Blok E
Gambar 4.8.1 Detail Denah Blok E
Gambar 4.8.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok E
Ga
Gambar 4.8.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok E
30
Keterangan Blok E =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 900 liter/orang/hari
Jumlah Unit
= 121 unit
Debit Air Limbah
= 1 x 10-3 m3/hari
4.9 Blok F
= Asrama
Gambar 4.9.1 Detail Denah Blok F
Gambar 4.9.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok F
31
Gambar 4.9.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok F
Keterangan Blok F =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 120 liter/orang/hari
Jumlah penghuni
= 6 Tower Besar @250 orang
Jumlah penghuni
= 4 Tower Kecil @50 orang
Total penghuni
= (6 x 250) + (4 x 50) = 1,500 + 200 = 1,700 orang
4.10
Blok G
= KSB Blok G
Gambar 4.10.1 Detail Denah Blok G
32
Gambar 4.10.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok G
Gambar 4.10.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok FG
Keterangan Blok G =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 900 liter/orang/hari
Jumlah Unit
= 128 unit
Debit Air Limbah
= 1,067 x 10-3 m3/hari
33
4.11
Blok H
= KSB Blok H
Gambar 4.11.1 Detail Denah Blok H
Gambar 4.11.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok H
34
Gambar 4.11.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok H
Keterangan Blok H =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 900 liter/unit/harI
Jumlah unit
= 121 unit
4.12 Blok I
= KSB Blok I
Gambar 4.12.1 Detail Denah Blok I
35
Gambar 4.12.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok I
Gambar 4.12.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok I
Keterangan Blok I =
Konsumsi Air Bersih (QB)
= 900 liter/unit/hari
Jumlah unit
= 96 unit
36
4.13 Blok J = Rusunami
Gambar 4.13.1 Detail Denah Blok J
Gambar 4.13.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok J
Gambar 4.13.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok J
37
Keterangan Blok J =
Konsumsi Air Bersih (QB) = 100 liter/orang/hari
Jumlah penghuni
= 20 Tower @300 orang
Total penghuni
= 20 x 300 = 6,000 orang
4.14 Blok K
= Land Bank
Gambar 4.14.1 Detail Denah Blok K
Gambar 4.14.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok K
38
Gambar 4.14.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok K
Keterangan Blok K=
Total Jumlah penghuni (N) = 130 unit x 5 orang = 650 orang
Konsumsi air bersih (Qd) = 100 Liter/orang/hari
4.15 Blok L = Pasar Modern
Gambar 4.15.1 Detail Denah Blok L
39
Gambar 4.15.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok L
Gambar 4.15.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok L
Keterangan Blok L =
Konsumsi Air Bersih (QB) = 40 liter/kios/hari
Luas Pasar 5000 m2
4.16 Blok M
= 800 kios @6.25 m2
= Kampus SuryaUniversity
Gambar 4.16.1 Detail Denah Blok M
40
Gambar 4.16.2 Desain Jaringan Perpiaan Blok M
Gambar 4.16.3 Desain Aliran Debit Limbah Blok M
Keterangan Blok M =
Total Jumlah penghuni (N) = 3 gedung x 2000 orang = 6000 orang
Konsumsi air bersih (Qd) = 80 Liter/orang/hari
41
BAB V
PERHITUNGAN DIAMETER DAN RAB
5.1 Blok A
= Perumahan Dosen Tipe A
Tabel 5.1.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok A
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
AT1-75
500
400
0,000005
AT76-156
1.250
1.000
AS1
16.250
AS2-4
Kode Pipa
faktor
D
Debit peak
0.3117/n
S
2
0,000009
26
0,006
0,010
9,968
0,000012
2
0,000023
26
0,006
0,014
14,055
13.000
0,000150
2
0,000301
26
0,006
0,037
36,776
25.000
20.000
0,000231
2
0,000463
26
0,006
0,043
43,223
AS5-6
6.250
5.000
0,000058
2
0,000116
26
0,006
0,026
25,701
AS7
5.000
4.000
0,000046
2
0,000093
26
0,006
0,024
23,638
AS8
88.750
71.000
0,000822
2
0,001644
26
0,006
0,070
69,511
AS9
20.000
16.000
0,000185
2
0,000370
26
0,006
0,040
39,754
peak
42
(meter)
D (milimeter)
Tabel 5.1.2 Perhitungan RAB Blok A
Kode
AT
AS
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4 meter
Harga Total
75
10,0
0,0100
10,0
22
19.030
3.568.125
47
13,0
0,0141
14,1
22
19.030
2.906.833
24
15,4
0,0141
14,1
22
19.030
1.752.663
9
22,2
0,0141
14,1
22
19.030
950.549
3
120,0
0,0432
43,2
48
61.380
5.524.200
2
58,1
0,0257
25,7
26
26.070
757.855
1
94,1
0,0368
36,8
42
53.460
1.257.914
1
92,1
0,0236
23,6
26
26.070
600.131
1
159,9
0,0695
69,5
76
114.620
4.580.788
1
247,8
0,0398
39,8
42
53.460
3.312.382
Jumlah Harga Total
43
25.211.439
5.2 Blok B
= Perumahan Dosen Tipe B
Tabel 5.2.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok B
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
BT1-162
600
480
0,000006
BS1-3
7.200
5.760
BS4-9
12.600
BS10-12
BS13
Kode Pipa
faktor
D
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
2
0,000011
25,975
0,006
0,011
10,673
0,000067
2
0,000133
25,975
0,006
0,027
27,101
10.080
0,000117
2
0,000233
25,975
0,006
0,033
33,429
19.800
15.840
0,000183
2
0,000367
25,975
0,006
0,040
39,604
59.400
47.520
0,000550
2
0,001100
25,975
0,006
0,060
59,794
peak
44
(milimeter)
Tabel 5.2.2 Perhitungan RAB Blok B
Kode
BT
BS
Panjang
Jumlah
D (meter)
(meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4
meter
Harga Total
108
8
0,1067
10,673
22
19.030
4.110.480
54
12
0,1067
10,673
22
19.030
3.082.860
9
110
0,2710
27,101
32
35.640
8.820.900
3
84
0,4764
47,637
48
61.380
3.866.940
1
288
0,7192
71,922
89
154.550
11.127.600
Jumlah Harga Total
45
31.008.780
5.3 Blok C
= Perumahan Dosen Tipe C
Tabel 5.3.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok C
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
CT1-157
600
480
0,0000056
CS1-9
4.800
3.840
CS10-12
9.600
CS13-15
CS16
Kode Pipa
faktor
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
D (milimeter)
2
0,000011
25,975
0,006
0,011
10,673
0,0000444
2
0,000089
25,975
0,006
0,023
23,279
7.680
0,0000889
2
0,000178
25,975
0,006
0,030
30,189
32.400
25.920
0,0003000
2
0,000600
25,975
0,006
0,048
47,637
97.200
77.760
0,0009000
2
0,001800
25,975
0,006
0,072
71,923
peak
46
Tabel 5.3.2 Perhitungan RAB Blok C
Kode
CT
CS
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter
Harga/4
Pipa
meter
Harga Total
138
7,3
0,1067
10,673
22
19.030
4.759.879
24
11,3
0,1067
10,673
22
19.030
1.284.525
3
71,5
0,4690
46,900
48
61.380
3.291.503
3
67,7
0,3019
30,188
32
35.640
1.808.819
9
67,7
0,2328
23,279
26
26.070
3.969.353
3
119,0
0,4764
47,637
48
61.380
5.478.165
1
346,5
0,9262
92,621
114
256.080
22.182.930
Jumlah Harga Total
42.775.173
47
5.4 Blok D
= Asrama Hibah PU
Tabel 5.4.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok D
Kode Pipa
DS1-3
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
31.200
24.960
0,00029
faktor
Debit
peak
peak
2
0,00058
0.3117/n
S
25,975
0,006
D
D
(meter)
(milimeter)
0,0470
46,97
Tabel 5.4.2 Perhitungan RAB Blok D
Kode
Jumlah
DT
3
Panjang
(meter)
119
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
0,47637
47,637
48
Jumlah Harga Total
48
Harga/4
meter
61.380
Harga Total
5.478.165
5.478.165
5.5 Blok E
= KSB Blok E
Tabel 5.5.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok E
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
ET1-136
900
720
0,00000833
ES1-3
18.000
14.400
ES4-7
7.200
ES8
Kode Pipa
faktor
D
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
2
0,00001667
25,975
0,006
0,012
12,426
0,00016667
2
0,00033333
25,975
0,006
0,038
38,214
5.760
0,00006667
2
0,00013333
25,975
0,006
0,027
27,101
4.500
3.600
0,00004167
2
0,00008333
25,975
0,006
0,023
22,722
ES9
9.000
7.200
0,00008333
2
0,00016667
25,975
0,006
0,029
29,467
ES10-11
7.200
5.760
0,00006667
2
0,00013333
25,975
0,006
0,027
27,101
ES12
15.300
12.240
0,00014167
2
0,00028333
25,975
0,006
0,036
35,954
ES13
19.800
15.840
0,00018333
2
0,00036667
25,975
0,006
0,040
39,604
ES14
27.900
22.320
0,00025833
2
0,00051667
25,975
0,006
0,045
45,039
ES15
49.500
39.600
0,00045833
2
0,00091667
25,975
0,006
0,056
55,843
ES16
18.000
14.400
0,00016667
2
0,00033333
25,975
0,006
0,038
38,214
ES17
86.400
69.120
0,00080000
2
0,00160000
25,975
0,006
0,069
68,815
ES18
18.000
14.400
0,00016667
2
0,00033333
25,975
0,006
0,038
38,214
ES19
36.000
28.800
0,00033333
2
0,00066667
25,975
0,006
0,050
49,557
peak
49
(milimeter)
Tabel 5.5.2 Perhitungan RAB Blok E
Kode
ET
ES
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter
Harga/4
Pipa
meter
Harga Total
20
15,00
0,0124
12,43
22
19.030
1.427.250
20
9,27
0,0124
12,43
22
19.030
882.041
2
22,30
0,0124
12,43
22
19.030
212.185
2
15,00
0,0124
12,43
22
19.030
142.725
32
10,40
0,0124
12,43
22
19.030
1.583.296
15
9,50
0,0124
12,43
22
19.030
677.944
5
15,50
0,0124
12,43
22
19.030
368.706
30
4,08
0,0124
12,43
22
19.030
582.318
10
10,08
0,0124
12,43
22
19.030
479.556
2
181,90
0,0382
38,20
42
53.460
4.862.187
4
84,45
0,0271
27,10
32
35.460
2.994.597
2
76,00
0,0227
22,70
26
26.070
990.660
1
89,61
0,0456
45,60
48
61.380
1.375.065
1
89,61
0,0360
36,00
42
53.460
1.197.638
1
97,76
0,0396
39,60
42
53.460
1.306.562
1
44,29
0,0558
55,80
60
78.540
869.634
1
18,79
0,0124
12,40
22
19.030
89.393
50
1
199,92
0,0688
68,80
76
114.620
5.728.708
2
80,50
0,0295
29,50
32
35.460
1.427.265
1
80,50
0,0382
38,20
42
53.460
1.075.883
1
44,61
0,0496
49,60
60
78.540
875.917
1
75,72
0,0496
49,60
60
78.540
1.486.762
Jumlah Harga Total
5.6 Blok F
30.636.292
= Asrama
Tabel 5.6.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok F
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
FT1-6
30.000
24.000
0,00028
FT7-10
6.000
4.800
FS1
30.000
FS2
FS3
Kode Pipa
faktor
D
D
(meter)
(milimeter)
0,006
0,046
46,282
25,975
0,006
0,025
25,310
0,00056
25,975
0,006
0,046
46,282
2
0,00167
25,975
0,006
0,070
69,877
2
0,00122
25,975
0,006
0,062
62,204
Debit peak
0.3117/n
S
2
0,00056
25,975
0,00006
2
0,00011
24.000
0,00028
2
90.000
72.000
0,00083
66.000
52.800
0,00061
peak
51
Tabel 5.6.2 Perhitungan RAB Blok F
Kode
FT
FS
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4 meter
Harga Total
1
63
0,0253
25,3
26
26.070
410.603
1
9
0,0463
46,3
48
61.380
138.105
1
22
0,0253
25,3
26
26.070
143.385
5
13
0,0463
46,3
48
61.380
997.425
1
13
0,0253
25,3
26
26.070
84.728
1
39
0,0253
25,3
26
26.070
254.183
1
81
0,0463
46,3
48
61.380
1.242.945
1
242
0,0699
69,9
76
114.620
6.934.510
1
232
0,0622
62,2
76
114.620
6.647.960
Jumlah Harga Total
16.853.843
52
5.7 Blok G
= KSB Blok G
Tabel 5.7.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok G
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
L/hari
L/hari
GT1-128
900
GS1-2
Debit Limbah
faktor
m3/sekon
peak
720
0,00000833
7.200
5.760
GS3-8
14.400
GS9-10
57.600
Kode Pipa
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
D (milimeter)
2
0,00001667
25,975
0,006
0,012
12,426
0,00006667
2
0,00013333
25,975
0,006
0,027
27,101
11.520
0,00013333
2
0,00026667
25,975
0,006
0,035
35,146
46.080
0,00053333
2
0,00106667
25,975
0,006
0,059
59,108
Tabel 5.7.2 Perhitungan RAB Blok G
Kode
GT
GS
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4 meter
Harga Total
64
18,45
0,01243
12,43
22
19.030
5.617.656
48
29,45
0,01243
12,43
22
19.030
6.725.202
16
17,95
0,01243
12,43
22
19.030
1.366.354
6
155,17
0,03515
35,15
42
53.460
12.443.082
2
155,17
0,0271
27,1
32
35.460
2.751.164
2
339,16
0,05622
56,22
60
78.540
13.318.813
Jumlah Harga Total
42.222.272
53
5.8 Blok H
= KSB Blok H
Tabel 5.8.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok H
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
HT1-121
900
720
0,000008
HS1
2.700
2.160
HS2
10.800
HS3
Kode Pipa
faktor
D
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
2
0,00002
25,975
0,006
0,012
12,426
0,000025
2
0,00005
25,975
0,006
0,019
18,761
8.640
0,000100
2
0,00020
25,975
0,006
0,032
31,552
23.400
18.720
0,000217
2
0,00043
25,975
0,006
0,042
42,164
HS4
41.400
33.120
0,000383
2
0,00077
25,975
0,006
0,052
52,223
HS5
64.800
51.840
0,000600
2
0,00120
25,975
0,006
0,062
61,778
HS6
2.700
2.160
0,000025
2
0,00005
25,975
0,006
0,019
18,761
HS7
8.100
6.480
0,000075
2
0,00015
25,975
0,006
0,028
28,325
HS8
12.600
10.080
0,000117
2
0,00023
25,975
0,006
0,033
33,429
HS9
18.000
14.400
0,000167
2
0,00033
25,975
0,006
0,038
38,214
HS10
23.400
18.720
0,000217
2
0,00043
25,975
0,006
0,042
42,164
HS11
28.800
23.040
0,000267
2
0,00053
25,975
0,006
0,046
45,579
HS12
15.300
12.240
0,000142
2
0,00028
25,975
0,006
0,036
35,954
peak
54
(milimeter)
Tabel 5.8.2 Perhitungan RAB Blok H
Kode
Jumlah
HT
121
HS
Panjang
Harga/4
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
14
0,0124
12,40
22
19.030
8.059.205
1
83
0,0188
18,76
76
114.620
2.378.365
1
86
0,0316
31,55
76
114.620
2.464.330
1
77
0,0422
42,16
76
114.620
2.206.435
1
86
0,0522
52,22
76
114.620
2.464.330
1
84
0,0618
61,78
76
114.620
2.407.020
1
33
0,0188
18,76
22
19.030
156.998
1
91
0,0283
28,33
32
35.640
810.810
1
151
0,0334
33,43
42
53.460
2.018.115
1
205
0,0382
38,21
42
53.460
2.739.825
1
266
0,0422
42,16
48
61.380
4.081.770
1
330
0,0456
45,58
48
61.380
5.063.850
1
330
0,036
35,95
42
53.460
4.410.450
(meter)
Jumlah Harga Total
meter
Harga Total
39.261.503
55
5.9 Blok I
= KSB Blok I
Tabel 5.9.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok I
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
IT1-196
900
720
0,0000083
IS1-2
14.400
11.520
IS3-4
28.800
23.040
Kode Pipa
faktor
D
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
2
0,000017
25,975
0,006
0,012
12,426
0,0001333
2
0,000267
25,975
0,006
0,035
35,146
0,0002667
2
0,000533
25,975
0,006
0,046
45,579
peak
(milimeter)
Tabel 5.9.2 Perhitungan RAB Blok I
Kode
Jumlah
IT
96
IS
Panjang
D (meter)
D (milimeter)
14
0,0124
12,40
22
19.030
6.394.080
2
329
0,0351
35,15
42
53.460
8.794.170
2
329
0,0456
45,58
48
61.380
10.097.010
(meter)
Jumlah Harga Total
Diameter Pipa Harga/4 meter
Harga Total
25.285.260
56
5.10
Blok J = Rusunami
Tabel 5.10.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok J
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
L/hari
L/hari
JT1-20
30.000
JS1-2
JS3-4
Kode Pipa
Debit Limbah
faktor
m3/sekon
peak
24.000
0,00028
120.000
96.000
180.000
144.000
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
D (milimeter)
2
0,000556
25,975
0,006
0,046
46,282
0,00111
2
0,002222
25,975
0,006
0,078
77,837
0,00167
2
0,003333
25,975
0,006
0,091
90,619
Tabel 5.10.2 Perhitungan RAB Blok J
Kode
JT
JS
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4 meter
Harga Total
10
8
0,0463
46,3
48
61.380
1.227.600
2
21
0,0463
46,3
48
61.380
644.490
2
31
0,0463
46,3
48
61.380
951.390
2
54
0,0463
46,3
48
61.380
1.657.260
2
30
0,0463
46,3
48
61.380
920.700
2
32
0,0463
46,3
48
61.380
982.080
1
277
0,0778
77,8
89
154.550
10.702.588
1
124
0,0906
90,6
114
256.080
7.938.480
Jumlah Harga Total
25.024.588
57
5.11 Blok K= Land Bank
Tabel 5.11.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok K
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
L/hari
L/hari
KT1-130
500
KS1
KS2
Kode Pipa
Debit Limbah
faktor
m3/sekon
peak
400
0,0000046
40.000
32.000
25.000
20.000
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
D (milimeter)
2
0,000009
25,975
0,006
0,010
9,968
0,0003704
2
0,000741
25,975
0,006
0,052
51,554
0,0002315
2
0,000463
25,975
0,006
0,043
43,223
Tabel 5.11.2 Perhitungan RAB Blok K
Kode
KT
KS
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4
meter
Harga Total
30
10,0
0,00997
9,97
22
19.030
1.427.250
20
19,9
0,00997
9,97
22
19.030
1.893.485
15
18,2
0,00997
9,97
22
19.030
1.298.083
25
10,0
0,00997
9,97
22
19.030
1.189.375
15
19,0
0,00997
9,97
22
19.030
1.354.460
25
10,0
0,00997
9,97
22
19.030
1.189.375
1
404,4
0,05155
51,55
60
78.540
7.940.983,05
1
260,9
0,04322
43,22
48
61.380
4.003.510,50
Jumlah Harga Total
20.296.522
58
5.12 Blok L
= Pasar Moder
Tabel 5.12.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok L
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
LT1
16.000
12.800
0,00015
LS1
316.000
252.800
LS2
300.000
240.000
Kode Pipa
faktor
D
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
2
0,00030
25,975
0,006
0,037
36,562
0,00293
2
0,00585
25,975
0,006
0,112
111,911
0,00278
2
0,00556
25,975
0,006
0,110
109,752
peak
(milimeter)
Tabel 5.12.2 Perhitungan RAB Blok L
Kode
Jumlah
LT1
1
LS1
LS2
Panjang
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4 meter
Harga Total
8
0,0366
36,6
42
53.460
106.920
1
197
0,1119
111,9
114
256.080
12.611.940
1
197
0,1098
109,8
114
256.080
12.611.940
(meter)
Jumlah Harga Total
25.330.800
59
5.13
Blok M = Kampus SuryaUniversity
Tabel 5.13.1 Perhitungan Diameter Pipa Blok M
Debit
Debit
Debit
Konsumsi
Limbah
Limbah
L/hari
L/hari
m3/sekon
MT1-3
160.000
128.000
0,001481
MS1
320.000
256.000
0,002963
Kode Pipa
faktor
D
Debit peak
0.3117/n
S
D (meter)
2
0,0029630
25,975
0,006
0,087
86,703
2
0,0059259
25,975
0,006
0,112
112,440
peak
(milimeter)
Tabel 5.13.2Perhitungan RAB Blok M
Kode
MT
MS1
Jumlah
Panjang
(meter)
D (meter)
D (milimeter)
Diameter Pipa
Harga/4
meter
Harga Total
1
109,9
0,0867
86,703
89
154.550
4.247.420
1
169,2
0,0867
86,703
89
154.550
6.537.465
1
99,5
0,0867
86,703
89
154.550
3.845.977
1
180,9
0,1124
112,440
114
256.080
11.583.779
Jumlah Harga Total
26.214.641
60
5.14 Perhitungan Pipa Primer
5.14.1 Perhitungan Dimensi Pipa Primer Kawasan Perumahan Dosen
Blok B, Perumahan Dosen Blok C, Asrama PU Blok D, KSB Blok
E, dan KSB Blok G:
Total Air Limbah yang dihasilkan Blok B, C, dan D = 6,9 x 10-3 m3/s
Total Air Limbah yang dihasilkan Blok E dan G = 2, 067 x 10-3 m3/s
Debit Air Limbah yang dihasilkan Kawasan 2 (QF) = 8,967 x 10-3 m3/s
Faktor Peak (CP) = 2,5 (dilihat dari Gambar 2.6.1)
Kekasaran pipa beton (n) = 0,016 (dilihat dari Tabel 2.4.2.1.1)
Debit Peak Air Limbah Kawasan 1 (QP) = Cp x QF
= 2,5 x 8,967 x 10-3
= 0,0224 m3/s
QP =
x [D]8/3 x [S]1/2
0,0224 =
x [D]8/3 x 0,0061/2
[D]8/3 =
D
= 0,207 m
= 207 mm
5.14.2 Perhitungan Dimensi Pipa Primer Kawasan Perumahan Dosen
Blok A, Asrama Blok F, KSB Blok H, KSB Blok I, Rusunami
Blok J, Land Bank Blok K, Pasar Modern Blok L, dan
Kampus SU Blok M:
Total Air Limbah yang dihasilkan Blok H dan I = 4,942 x 10-3 m3/s
Total Air Limbah yang dihasilkan Blok F, J, dan L = 7,87 x 10-3 m3/s
Total Air Limbah yang dihasilkan Blok A, K, dan M = 1,99 x 10-2 m3/s
Debit Air Limbah yang dihasilkan Kawasan 2 (QF) = 0,033 m3/s
Faktor Peak (CP) = 2,8 (dilihat dari Gambar 2.6.1)
Kekasaran pipa beton (n) = 0,016 (dilihat dari Tabel 2.4.2.1.1)
Debit Peak Air Limbah Kawasan 1 (QP) = Cp x QF
= 0,033 x 2,8
= 0,0924 m3/s
61
QP =
x [D]8/3 x [S]1/2
0,0924 =
x [D]8/3 x 0,0061/2
[D]8/3 =
D
= 0,351 m
= 351 mm
5.14.3 RAB Pipa Primer Kawasan 1 (sebelah kiri peta denah)
Dimensi Pipa = 207 mm
= 20,7 cm
Jadi Pipa yang digunakan adalah pipa beton ukuran = 30 cm , dengan
harga Rp. 110.000,00/meter dan tebal dinding 5 cm.
Harga pipa primer 1= 761,41 m x Rp. 110.000,00/meter
= Rp. 83.755.100,00
5.14.4 RAB Pipa Primer Kawasan 2 (sebelah kanan peta denah)
D
= 351 mm
= 35,1 cm
Jadi Pipa yang digunakan adalah pipa beton ukuran = 40 cm , dengan
harga Rp. 165.000,00/meter dan tebal dinding 6 cm.
Harga pipa primer 1= 761,41 m x Rp. 165.000,00/meter
= Rp. 125.632.650,00
62
5.15 Total Keseluruhan RAB
Tabel 5.15.1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
Kode
Harga Total
Blok A
25.211.439
Blok B
31.008.780
Blok C
42.775.173
Blok D
5.478.165
Blok E
30.636.292
Blok F
16.853.843
Blok G
42.222.272
Blok H
39.261.503
Blok I
25.285.260
Blok J
25.024.588
Blok K
20.296.522
Blok L
25.330.800
Blok M
26.214.641
Kawasan 1
83.755.100,00
Kawasan 2
125.632.650,00
Jumlah
564.987.028
63
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Perencanaan Sistem Sewerage
Pada perancangan sistem sewerage kawasan cluster ini digunakan sistem
tertutup. Hal ini dikarenakan saluran tersebut akan digunakan untuk penyaluran
air buangan, sehingga harus dikelola dengan sebaik mungkin agar tidak
menimbulkan dampak yang mengganggu masyarakat sekitar. Penggunaan sistem
tertutup untuk saluran sewerage ini juga mungkin bertujuan untuk lebih
meningkatkan dan menjaga estetika kawasan tersebut. Selain itu, penggunaan
sistem tertutup juga dapat mencegah terjadinya masalah bau yang dapat
ditimbulkan oleh saluran yang terbuka, mengingat saluran tersebut untuk
menyalurkan air buangan. Sistem tertutup juga dapat mengurangi penyebaran dan
perkembangan mikroorganisme patogen yang suka tinggal pada kawasan yang
kotor dan dapat berbahaya dan menimbulkan penyakit pada manusia.
6.2 Pembagian Aliran IPAL
Perancangan saluran air buangan di atas telah dipertimbangkan
berdasarkan kontur tanah kawasan Tenjo. Aliran air buangan akan disambung ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pembuatan dua IPAL pada kawasan
tersebut bertujuan agar penyaluran air buangan dapat disalurkan secara gravitasi,
tanpa menggunakan bantuan pompa. Hal itu disebabkan kontur tanah kawasan
yang eksisting cenderung tidak rata dan berbukit-bukit. Oleh karena itu, bagian
Perumahan Dosen Tipe B, Perumahan Dosen Tipe C, Asrama PU, KSB Blok E,
dan KSB Blok G akan disalurkan dan masuk ke IPAL 1, sedangkan KSB Blok H,
KSB Blok I, Asrama, Rusunami, Pasar Modern, Land Bank, Perumahan Dosen
Tipe A, dan Kampus SU akan disalurkan dan masuk ke IPAL 2. Pemilihan jalur
aliran air buangan itu juga dirancang sedemikian rupa supaya melalui jalur yang
terpendek menuju ke arah IPAL, sehingga penggunaan pipa yang terlalu boros
dapat diminimalisir dan pipa dapat dimanfaatkan secara efisien.
64
6.3 Desain Aliran Perpipaan
Pada perancangan pipa primer, wilayah perencanaan dibagi menjadi 2
kawasan, dimana pipa primer ditandai dengan pipa berwarna kuning pada wilayah
perancangan sistem sewerage. Pipa primer kawasan 1 merupakan pipa primer
yang menerima air limbah dari kawasan yang berada pada bagian kiri peta
perancangan, yaitu meliputi Kawasan Perumahan Dosen Blok B, Perumahan
Dosen Blok C, Asrama PU Blok D, KSB Blok E, dan KSB Blok G, sedangkan
pipa primer kawasan 2 merupakan pipa primer yang menerima air limbah dari
kawasan yang berada pada bagian kanan peta perancangan, yaitu meliputi
Kawasan Perumahan Dosen Blok A, Asrama Blok F, KSB Blok H, KSB Blok I,
Rusunami Blok J, Land Bank Blok K, Pasar Modern Blok L, dan Kampus SU
Blok M. Penentuan dimensi pipa primer kawasan 1 dan 2 ditentukan berdasarkan
beban air limbah yang dialirkan ke IPAL masing-masing kawasan. Jadi kapasitas
pipa primer tersebut dihitung dari akumulasi debit air limbah puncak yang dapat
dihasilkan kawasan masing-masing. Pipa primer utama pada perancangan saluran
air limbah ini dibuat lurus agar dapat mengurangi penggunaan aksesoris pipa
sebagai penyambung apabila pipanya berkelok-kelok. Pengurangan sambungan
pipa juga dilakuk