PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA surya

NATIONAL IDEA COMPETITION
HASANUDDIN TECHNO FEST 2017

PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA (PLT)
GELOMBANG LAUT DENGAN SISTEM OSCILLATING WATER
COLOUM (OWC) SEBAGAI SOLUSI PEMENUHAN KEBUTUHAN
ENERGI DI SULAWESI UTARA

Diusulkan Oleh:
Josua Collins (1406574794/2014)
Adya Sepasthika (1406536202/2014)
Elizabeth B. V. Simanjuntak (1406535906/2014)

UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2017

“Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Gelombang Laut dengan Sistem Oscillating
Water Column (OWC) sebagai Solusi Pemenuhan Kebutuhan Energi di Sulawesi Utara”
(Josua Satria Collins, Elizabeth Basana Simanjuntak, Adya Sephastika, Ari Wahyudi)
Universitas Indonesia


Abstrak:
Indonesia memiliki potensi kelautan yang sangat besar karena 60% dari total luas
wilayahya adalah perairan. Namun, pemanfaatan potensi energi kelautan belum dilakukan secara
optimal, terutama di bidang pembangkit listrik. Padahal, penggunaan energi alternatif bersumber dari
laut sangat perlu. Hal ini disebabkan Indonesia termasuk negara yang boros dalam pengunaan energi,
dimana Indonesia secara relatif mengeluarkan 482 Ton Oil Equivalent (TOE) per tahun. Distribusi
pengadaan listrik yang belum merata membuat permasalahan semakin parah. Salah satu daerah yang
belum mendapat akses listrik yang memadai adalah Sulawesi Utara. Data menunjukkan bahwa provinsi
Sulawesi Utara mengalami defisit listrik 6,8% pada tahun 2015. Di sisi lain, berdasarkan data KESDM
tahun 2016, energi terbarukan di Indonesia baru terpakai 6%, khususnya laut baru terpakai sebesar 0.01
MW dari 49.000 MW. Menyikapi hal tersebut, PLT gelombang laut dapat menjadi pilihan. Pada
dasarnya, prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut menjadi energi listrik
adalah dengan mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin generator. Alternatif
teknologi yang dapat digunakan adalah adalah dengan menggunakan sistem kolom air berosilasi atau
Oscilating Water Column (OWC). Sistem OWC terdiri dari ruang udara dan Turbin Udara Generator.
Keduanya dirancang untuk membangkitkan energi listrik melalui turbin generator yang dapat berpputar
karena tekanan udara yang disebabkan oleh naik turunnya gelombang di dalam ruang udara tetap.
Gerakan tersebut diibaratkan sebagai piston hidraulik yang dapat berfungsi sebagai fluida udara. Udara
yang bertekanan tersebut akan menggerakkan turbin udara yang dapat menggerakkan generator listrik.

Dengan dikembangkannya PLT Gelombang Laut, dapat diprediksi pada tahun 2040 kapasitas total EBT
akan mencapai 40,4 GW.
Kata kunci: Gelombang Laut, Oscillating Water Column, Pembangkit Listrik, Sulawesi Utara

1

I.
1.1.

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Sulitnya akses pelayanan dan pemasangan jaringan listrik di daerah sekitar pesisir pantai menjadi
faktor penyebab tidak meratanya sebaran jaringan listrik. Padahal, listrik sudah menjadi kebutuhan
pokok manusia. Bahkan, menurut Adrian J Bradbrook, Profesor Hukum di University of Adelaide,
akses terhadap layanan listrik adalah norma dalam HAM secara universal.1 Oleh karena itulah perlu
ada perhatian yang lebih dalam menghadapi permasalahan kesulitan mengakses jaringan listrik.
Salah satu wilayah di Indonesia yang mengalami kesulitan mengakses listrik adalah Sulawesi
Utara. Jika terjadi kelangkaan bahan bakar seperti ini untuk Sulawesi Utara, maka terjadi
permasalahan yang sangat besar yang harus dihadapi oleh perusahaan penyedia energi listrik. Pada

tahun 2016, beban puncak yang harus dipikul di Sulawesi Utara berkisar 335 MW dan angka ini akan
terus bertambah dari tahun ke tahun. Menurut data PT PLN yang diambil pada tahun 2016, jumlah
kapasitas terpasang yang dapat disediakan oleh pembangkit di Sulawesi Utara sebesar ± 400 MW. Hal
ini memang menunjukkan Sulawesi Utara surplus listrik ± 65 MW. Namun, jika ditelisik lebih jauh,
surplus ini berkat beroperasinya kapal genset MVPP Karadeniz Karpowership Zeynep Sulthan yang
mampu menyuplai daya sebesar 119,9 MW.2 Dari kondisi ini, dapat dilihat bahwa sifat daya tahan
listrik dari kapal merupakan pemenuhan jangka pendek. Mengacu dari pertumbuhan beban puncak
tadi, maka terlihat jelas kebutuhan akan energi listrik juga ikut meningkat. Meningkatnya kebutuhan
ini juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk itu,
dibutuhkan energi alternatif pengganti energi fosil untuk memenuhi kebutuhan energi jangka panjang.
Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) tersebut tertera dalam garis besar kebijakan
Indonesia sesuai dengan kebijakan ketahanan energi nasional yang mengacu pada UU Energi No. 30
tahun 2007 serta Pepres No. 5 Tahun 2006 mengenai Kebijakan Energi Nasional (2006-2025) yang
diantaranya menjelaskan hal-hal sebagai berikut:3
1. Tercapainya target bauran energi (energy mix) yang lebih besar pada tahun 2025 sehingga proporsi
penggunaan minyak bumi akan berkurang secara bertahap hingga maksimal 20% (saat ini sekitar
52%); gas bumi menjadi 30%; batubara menjadi 33%; panas bumi dan biofuel menjadi 5%; dan
EBT lainnya menjadi 5%.
2. Memperkuat kerangka legislasi dan kebijakan diversifikasi energi melalui pengembangan energi
baru dan terbarukan dan energi alternatif.

Jika melihat kondisi alam dan letak geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau dan selat,
salah satu potensi energi yang cukup berprospek untuk dikembangkan adalah energi kinetik dari
gelombang laut. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai banyak
pulau dan selat sehingga gelombang laut akibat interaksi Bumi-Bulan-Matahari dan juga angin
mengalami percepatan saat melewati selat-selat tersebut. Posisi Indonesia yang strategis dipengaruhi
oleh Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) yang terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air laut
rerata di Samudera Pasifik sebelah barat dengan Samudera Hindia dan ketinggian permukaan laut di
bagian barat Samudera Pasifik ke Samudera Hindia yang mendukung,
Pada dasarnya, prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut menjadi energi
listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin generator. Oleh karena itu,
sangat penting memilih lokasi yang secara topografi memungkinkan akumulasi energi. Meskipun
penelitian untuk mendapatkan teknologi yang optimal dalam mengkonversi energi gelombang laut
masih terus dilakukan, saat ini ada beberapa alternatif teknologi yang dapat dipilih. Salah satu
alternatif teknologi itu adalah dengan menggunakan sistem kolom air berosilasi atau biasa disebut
Oscillating Water Column (OWC). Pengembangan energi terbarukan berupa gelombang laut untuk
menjadi energi listrik sejalan dengan visi Kementerian ESDM yang baru saja meluncurkan Peraturan
Menteri ESDM Nomor 38 Tahun 2016 yang bertujuan untuk mendorong percepatan penyediaan listrik
(elektrifikasi) di 2.500 desa, yang di antaranya berlokasi di Sulawesi Utara. Percepatan elektrifikasi ini
merupakan implementasi dari Nawacita ketiga, yakni membangun Indonesia dari pinggiran, salah
satunya dengan menyediakan listrik hingga ke pelosok desa.

1 Victor Ricardo, 2014, Mendorong Pembangunan Infrastruktur Pembangkit Listrik melalui Public Private Partenrship:
Menjawab Pemenuhan Hak Asasi Manusia atas Akses Listrik dan Peningkatan Investasi di Era Jokowi-JK, Bunga Rampai
LK2 FHUI 2014 1(5) : 20.
2Jantje Rau, 2016, Surplus Daya, Lebran di Sulut Aman dari Gangguan Listrik”
http://mediasulut.co/detailpost/surplus-daya-lebaran-di-sulut-aman-dari-gangguan-listrik [17 Januari 2017].
3 Indonesia, Peraturan Presiden tentang Kebijakan Energi Nasional, Perpres No. 5 Tahun 2006.

2

Dalam tulisan ini penulis menilai Sulawesi Utara merupakan lokasi yang strategis untuk
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) dengan sistem OWC. Dalam hal
perwujudan PLTGL, diperlukan pula instrumen lain seperti payung hukum dalam hal perizinan lokasi
dan pelaksanaan, kontrak-kontrak yang diperlukan untuk pembiayaan oleh investor serta penjualan
listrik pada sole buyer yaitu PLN. Energi gelombang laut bila dibandingkan dengan sumber energi
terbarukan lainnya, selain ramah lingkungan juga potensinya dapat diprediksi dengan tepat, tersedia
secara melimpah. Energi gelombang laut merupakan energi alternatif yang cukup menjanjikan
dibandingkan dengan sumber daya energi alternatif lain seperti angin dan panas matahari (solar).4
Atas dasar pemikiran tersebut, maka Penulis menganggap bahwa untuk memenuhi kebutuhan listrik
daerah Sulawesi Utara dalam jangka panjang dan tidak ketergantungan pada energi fosil maupun
energi yang berasal dari kapal, maka dibutuhkan energi alternatif sebagai jawabannya.

2.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di awal tulisan ini,
maka pada akhir penulisan diharapkan dapat menjawab beberapa pokok permasalah yaitu:
1. Bagaimana cara kerja PLTGL dengan sistem Oscillating Water Column?
2. Bagaimana peran instrumen hukum dalam merealisasikan PLTGL dengan sistem Oscillating
Water Column di Sulawesi Utara?
3. Bagaimana implikasi pengembangan PLTGL dengan sistem Oscillating Water Column dengan
pemenuhan kebutuhan energi di Sulawesi Utara?

1.3.

Tujuan dan Manfaat Penulisan
Karya tulis ilmiah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. mengkaji cara kerja PLTGL dengan sistem Oscillating Water Column;
2. mengkaji berbagai peran istrumen hukum dalam merealisasikan pembangunan PLTGL dengan
sistem Oscillating Water Column di Sulawesi Utara; dan
3. mengkaji implikasi pengembangan PLTGL dengan sistem Oscillating Water Column dengan
pemenuhan kebutuhan energi di Sulawesi Utara.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Energi Alternatif
Energi alternatif adalah energi yang tidak bersumber dari sumber energi tradisional (seperti bahan
bakar fosil seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam). Oxford Dictionary mengkorelasikan sumber
energi alternatif dengan lingkungan dan menyatakan bahwa istilah sumber energi alternatif mengacu
pada sumber energi yang tidak merugikan lingkungan.5 Sehingga, energi alternatif merujuk pada
sumber energi yang tidak memiliki dampak buruk terhadap lingkungan. 6 Keterbatasan cadangan
energi, khususnya energi berbasis fosil, dan dampak perubahan iklim mendorong munculnya
transformasi sistem energi global ke arah energi alternatif.7 Indonesia sendiri kini terancam krisis
minyak bumi. Data menunjukkan bahwa konsumsi minyak Indonesia pada tahun 2015 menyentuh
angka 1.628.000 barel, namun pada tahun yang sama produksi minyak Indonesia hanya sebesar
825.000 barel.8
Indonesia sendiri memiliki sejumlah potensi sumber energi alternatif seperti produk energi
biomassa yang merupakan produk / bahan biologis dan produk energi terbarukan, seperti energi panas
bumi, angin, dan air.9 Pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah mulai menjadikan sektor energi
baru terbarukan sebagai fokus mewujudkan politik ketahanan energi bersih untuk melepas
ketergantungan nasional terhadap tren harga minyak dan batu bara. Hal ini terlihat dari Daftar Isian
Penggunaan Anggaran (DIPA) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang
mencapai Rp 8,5 triliun, dimana Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

4

Tim Kajian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2012, Atlas Potensi Energi Laut
http://litbang.esdm.go.id/images/stories/majalah_me_des_2012/des_2012-atlas_potensi_energi_laut.pdf [17 Januari 2017]
5 Indoenergi, 2013, Pengertian Energi Alternatif,
http://www.indoenergi.com/2012/04/pengertian-energi-alternatif.html
[15 Januari 2017].
6 Alan Davison, 2017, Alternative Energy, http://www.altenergy.org/ [15 Januari 2017].
7 Citra Yuda Nur Fatihah, 2012, Indonesia dan Potensi Energi Baru Terbarukan Dalam Mewjudukan Ketahanan Energi,
Juris 2(2): 34-35.
8 Indonesia Investments, 2016, Minyak Bumi,
http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-bumi/item267? [16 Januari 2017].
9 Citra Yuda Nur Fatihah, Op.cit., 31.
3

(Ditjen EBTKE) mendapat porsi sebesar Rp 2,1 triliun.10
2.2.

Gelombang Laut
Gelombang laut atau Ocean Waves adalah pergerakan naik turunnya air pada arah yang tegak

lurus dengan permukaan laut sehingga membentuk kurva sinusoidal. 11 Prinsip dasar terjadinya
gelombang laut adalah jika ada dua massa benda yang berbeda kerapatannya bergesekan satu sama
lain, maka pada bidang geraknya akan terbentuk gelombang.12 Gelombang laut dapat disebabkan oleh
angin, daya tarikan bulan-bumi-matahari, gempa di dasar laut, ataupun gelombang yang disebabkan
oleh gerakan kapal.13 Namun, sumber utama terjadinya gelombang laut adalah angin. Arah dan
kecepatan angin sangat mempengaruhi besaran gelombang laut yang dihasilkan. Semakin besar angin
yang berhembus di atas permukaan laut, maka semakin besar tinggi gelombang yang dihasilkan.14
Gelombang laut yang bergerak menjalar menuju pantai menimbulkan pergerakan partikel dan
energi gelombang. Energi gelombang bersifat dapat diperbaharui, ramah lingkungan, dan selalu
tersedia sepanjang waktu.15Energi potensial dan kinetik yang terkandung pada gelombang laut tersebut
sejatinya dapat dikonversikan menjadi tenaga listrik. 16 Semakin tinggi gelombang yang ada di
perairan, maka semakin besar pula daya listrik yang dihasilkan.17 Indonesia sendiri sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia memiliki potensi daya listrik dari gelombang laut sebesar 1.200 MW.18
III. METODE PENULISAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengolahan data dan analisis data.
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan besar arah dan kecepatan angin yang dapat membangkitkan
gelombang, tinggi, dan periode gelombang untuk mendapatkan seberapa besar potensi energi listrik
yang ada di lokasi penelitian yaitu dengan menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasikan ke
dalam data sehingga diperoleh pemecahan masalah secara sistematis. Sedangkan, jenis data yang
dikumpulkan dalam penulisan ini adalah data sekunder dan primer. Data sekunder meliputi berbagai

dokumen, laporan, dan publikasi lainnya yang terkait dengan kebutuhan informasi energi gelombang,
seperti peraturan perundangan, data potensi energi gelombang, serta hasil kajian yang ada terkait
dengan pemanfaatan energi laut. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka, baik cetak
maupun elektronik. Sementara itu, data primer meliputi data terkait besarnya investasi, khususnya
biaya instalasi darat, yang diperoleh dari wawancara dengan pegawai Kementerian di bidang
pembangunan pembangkit listrik.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Potensi energi listrik dari gelombang laut
Penelitian mengenai pemanfaatan energi gelombang laut sebetulnya sudah banyak dilakukan,
bahkan oleh pemerintah sekalipun, namun realisasinya belum optimal. Di negara lain, PLTGL dengan
sistem OWC pernah diujicobakan di pulau Islay, di lepas pantai barat Skotlandia, dan menghasilkan
500 kW listrik yang cukup untuk kebutuhan 400 rumah tangga. 19 Selain itu, berdasarkan hasil
10

Dodi Esvandi, 2016, Pemerintah Jokowi Mulai Fokus ke Energi Baru dan Terbarukan,
http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/02/24/pemerintah-jokowi-mulai-fokus-ke-energi-baru-dan-terbarukan [16 Januari
2017].
11 Mochammad Abdul Aziz, Toni Bambang Musriyadi, Irfan Syarif Arief, 2015, Pengaruh Perbandingan Rasio Inlet
Dan Oulet Pada Tabung Reservoir Oscillating Water Column (OWC) Menggunakan Fluida Cair, Jurnal Teknik ITS 4(2): 146.
12 Valens Tae, Jahirwan Ut Jasron, Nurhayati, Verdy A. Koehuan, 2015, Perencanaan Turbin Wells Sistem Osilasi

Kolom Air pada Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dengan Kapasitas 10 KW, Jurnal Teknik Mesin UNDANA 2(2):
74.
13 Siti Rahma Utami, 2010, Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dengan Menggunakan Sistem
Oscilating Water Column (OWC) di Tiga Puluh Wilayah Kelautan Indonesia [skripsi], Depok (ID) : Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia, hlm. 4.
14 Lutfi Agung Mardiansyah, Aris Ismanto, Wahyu Budi Setyawan, 2014, Kajian Potensi Gelombang Laut Sebagai
Sumber Energi Alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) dengan Sistem Oscilatting Water Column
(OWC) Di Perairan Pantai Bengkulu, Jurnal Oseanografi Universitas Diponegoro 3(3): 332.
15 I Wayan Arta Wijaya, 2010, Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Menggunakan Teknologi Oscilating Water
Column Di Perairan Bali, Jurnal Teknologi Elektro Universitas Udayana 9(2): 165.
16 Rico Ary Sona, Sutopo Purwono Fitri, Beni Cahyono, 2014, Analisa Kinerja Pneumatic Wave Energy Converter
(WEC) Dengan Menggunakan Oscillating Water Column (OWC), Jurnal Teknik Pomits 3(1): 39.
17 Lutfi Agung Mardiansyah, Aris Ismanto, Wahyu Budi Setyawan, op.cit., 334.
18 Estu Sri Luhur, Rizky Muhartono dan Siti Hajar Suryawati, 2013, Analisis Finansial Pengembangan Energi Laut Di
Indonesia, Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan 8(1): 29.
19 Nison Hastari Raharjo, 2004, Studi Pemanfaatan Energi Panas Laut dan Gelombang Laut untuk Sistem Kelistrikan
4

pengamatan di Selandia Baru, deretan ombak gelombang dengan tinggi rata-rata 1 meter dan periode 9
detik, mempunyai daya sebesar 4.3 kW permeter panjang ombak.20 Sedangkan deretan ombak serupa
dengan tinggi 2 meter dan 3 meter dapat menghasilkan 39 kW permeter panjang ombak. Lalu, untuk
ombak dengan ketinggian 100 meter dan periode 12 detik dapat menghasilkan 600 kW permeter.21
Sedangkan di Indonesia sendiri, melalui Balai Pengkajian Dinamika Pantai Universitas Gadjah Mada
(BPDP-UGM) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pernah membangun prototipe
pertama PLTGL dengan sistem OWC pada tahun 2004 di pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul,
Yogyakarta. Prototipe yang dibangun dengan luas Chamber 3 m x 3 m tersebut mampu menghasilkan
19 kW/panjang gelombang dengan efisiensi 11%.22 BPPT juga mencatat sebetulnya terdapat banyak
ombak yang ketinggiannya lebih dari 5 meter sehingga potensi energi gelombangnya dapat diteliti
lebih jauh.23
Lokasi yang berpotensial untuk membangun sistem energi gelombang adalah di laut lepas, daerah
lintang sedang, dan di perairan pantai, yang mana dalam karya tulis ini adalah menurut Penulis sangat
cocok dibangun di Sulawesi Utara. Berdasarkan perkiraan rata-rata mingguan tinggi gelombang laut di
wilayah Indonesia yang berlaku dari tanggal 28 April sampai 5 Mei 2010, Laut Sulawesi memiliki
angin rata-rata sebesar 4 - 15 knot, tinggi siginifikan gelombang rata-rata sebesar 0.4 – 1.25 meter,
tinggi maksimum gelombang rata-rata sebesar 0.7-2.0 meter, dan frekuensi gelombang diatas 3 meter
sebesar 0 – 5 %.24 Selain itu, Perairan Kepulauan Sangihe Talaud, Sulawesi Utara, memiliki angin
rata-rata sebesar 6-15 knot, tinggi siginifikan gelombang rata-rata sebesar 0.6 – 1.5 meter, tinggi
maksimum gelombang rata-rata sebesar 1.2-2.0 meter, dan frekuensi gelombang diatas 3 meter sebesar
0 – 5 %.25 Oleh karena itulah, Sulawesi Utara berpotensi untuk dibangun PLTGL berbasis sistem
OWC.
Pembangunan PLTGL di Sulawesi Utara juga memiliki urgensi tersendiri. Pada 2014 lalu, mantan
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapkan bahwa Sulawesi Utara
termasuk daerah yang mengalami krisis listrik, dimana defisit listriknya sebesar 6,8 %.26 Sejatinya,
pemerintah pusat sudah mencoba mengatasi persoalan defisit kelistrikan Sulawesi Utara dengan
mengoperasikan kapal pemasok listik "Marine Vessel Power Plant" (MVVP) Zeynep Sultan pada
tahun lalu. 27 Namun, pengadaan kapal pemasok listrik ini tentunya tidak bersifat solusi jangka
panjang. Padahal, Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah yang sangat potensial dilihat dari segi
sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Provinsi dengan jumlah penduduk sebanyak
2.175.808 jiwa ini memiliki potensi dalam pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan, kehutanan, pertambangan, hingga pariwisata yang dapat membangun perekonomian daerah
bahkan perekonomian nasional. Salah satu potensi yang telah nyata perkembangannya adalah Taman
Laut Bunaken yang sudah menjadi objek wisata dunia.28 Potensi-potensi ini tentunya tidak akan
berkembang jika masih kesulitan dalam akses listrik.
4.2. Cara Kerja PLTGL dengan Sistem Oscillating Water Column
Ada tiga cara untuk membangkitkan listrik dengan tenaga ombak. Pertama dengan energi
gelombang yang merupakan energi kinetik yang digunakan untuk menggerakkan turbin. Ombak yang
naik ke dalam ruang generator akan naik menekan udara keluar dari ruang generator dan menyebabkan
turbin berputar ketika air turun, udara bertiup dari luar ke dalam ruang generator dan pada akhirnya
memutar turbin kembali. Kedua, dengan pasang-surut. Akan tetapi, untuk dapat berkerja optimal tentu
dibutuhkan gelombang pasang yang besar dengan perbedaan kira-kira 16 kaki antara gelombang
pasang dan gelombang surut. Ketiga, dengan memanfaatkan temperatur air laut (ocean thermal
di Kabupaten Karangasem Bali, [tugas akhir], Surabaya (ID) : Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, hlm. 3.
20 Siti Rahma Utami, op.cit., hlm. 4.
21 Ibid.
22 Lutfi Agung Mardiansyah, Aris Ismanto, Wahyu Budi Setyawan, op.cit., 329.
23 Siti Rahma Utami, op.cit., hlm. 5.
24 Ibid.
25 Ibid.
26 Anonim, 2014, Daftar Wilayah Indonesia yang Kena Krisis Listrik,
http://finance.detik.com/energi/d-2761049/daftar-wilayah-indonesia-yang-kena-krisis-listrik [17 Januari 2017].
27 Taufik Rachman, 2016, Kapal Listrik Dioperasikan, Krisis Listrik Sulut dan Gorontalo Teratasi?
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/02/01/o1tyij219-kapal-listrik-dioperasikan-krisis-listrik-sulut-dangorontalo-teratasi [17 Januari 2017].
28 Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, 2014, Kekayaan Alam Sulawesi Utara,
http://sulutprov.go.id/kekayaan-alam.html [17 Januari 2017].
5

energy).29 Perbedaan suhu yang dibutuhkan sekurang-kurangnya 38o F antara suhu permukaan dan
suhu bawah laut.
Dalam karya tulis ini, sistem yang digunakan adalah Oscillating Water Column (OWC). Cara
kerja PLTGL dengan sistem OWC ini sangat sederhana, dimana sistem terdiri dari dua komponen
utama, yaitu ruang udara (Air Chamber) dan Turbin Udara Generator (Air Turbine Generator).
Keduanyalah yang dapat membangkitkan energi listrik melalui turbin generator yang dapat berputar
disebabkan oleh gerakan naik-turunnya gelombang di dalam ruang udara tetap. Pada prinsipnya,
energi listrik muncul dari naik turunnya air laut akibat gelombang laut masuk ke dalam sebuah kolom
osilasi yang berlubang. Naik turunnya air laut ini yang mengakibatkan keluar-masuknya udara di
lubang bagian atas kolom dan tekanan yang dihasilkan dari naik turunnya air laut dalam kolom
tersebut yang kemudian dapat menggerakkan turbin. Akan tetapi potensi energi gelombang sebagai
pembangkit listrik sistem OWC ini juga sebetulnya ditentukan oleh besar kerapatan energi setiap
panjang gelombang di dalam lubang chamber sistem OWC.
Tabung beton dipasang pada suatu ketinggian tertentu di pantai dan ujungnya dipasang di bawah
permukaan air laut. Tiap kali ada ombak yang datang ke pantai, air di dalam tabung beton itu akan
mendorong udara yang terdapat di bagian tabung yang terletak di darat. Pada saat ombak surut, terjadi
gerakan udara yang sebaliknya dalam tabung tadi. Gerakan naik turunnya air pada kolom tersebut
digambarkan sebagai piston hidraulik yang dapat menekan udara yang berfungsi sebagai fluida udara.
Udara tersebutlah yang berfungsi untuk menggerakkan turbin udara yang selanjutnya menggerakkan
generator listrik. Proses pengubahan energi gelombang menjadi energi potensial tekanan udara
berlangsung secara isothermis karena dalam proses kompresi ini diasumsikan tidak terjadi peningkatan
temperatur yang signifikan. Akan tetapi, besarnya kompresi memang tergantung kepada panjang
langkah piston yang sebetulnya itu sendiri dipengaruhi oleh tinggi gelombang dan efisiensi aborsi
gelombang pada kolom osilasi. Berikut ilustrasi alat PLTGL dengan sistem OWC :

Gambar 1 Ilustrasi Alat Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dengan sistem Oscillating
Water Column
Optimalisasi desain akhir PLTGL dengan sistem OWC pada akhirnya sangat bergantung pada
topografi kelautan atau barimetri di sekitas lokasi. Dalam menentukan lokasi PLTGL dengan sistem
OWC ini, setidaknya ada 4 hal yang harus dipertimbangkan. Pertama, tinggi Gelombang Laut. Tinggi
gelombang yang dapat dimanfaatkan untuk alat ini adalah gelombang yang selalu terbentuk sepanjang
tahun dengan tinggi minimal satu sampai dua meter. Kedua, arah datang gelombang. Mulut konektor
harus sesuai dengan arah datang gelombang. Jika tidak searah, maka energi gelombang yang masuk
akan berkurang sebab banyak yang hilang akibat refleksi, difraksi, maupun refraksi pada gelombang.
29

Ibid.
6

Ketiga, gelombangnya harus baik. Gelombang baik disini artinya gelombang tidak pecah akibat
pendangkalan. Pada saat gelombang terpecah, ada energi yang terbuang dimana masa air akan
mengandung gelombang udara sehingga mempengaruhi besar kerapatan massa. Dan keeempat,
keadaan topografi lautan mendukung. Morfologi dasar laut dari lokasi pemasangan pembangkit ini
harus relatif rata dan landai.30
Akan tetapi, jika dilihat dari segi potensi konstruksi aplikasi PLTGL dengan sistem OWC ini,
khususnya merujuk pada prototipe yang telah diterapkan di pantai Baron Yogyakarta, efesiensinya
dapat mencapai 24,544%.31 Berdasarkan penelitian, dengan kemampuan daya sebesar 245 Watt saja
dapat digunakan untuk memberikan pasokan daya listrik baru bagi penggunaan listrik di sekitar
wilayah perairan Selat Malaka, dimana daya yang dihasilkan dapat digunakan untuk penerangan
rumah nelayan sederhana. Jika satu rumah nelayan membutuhkan pasokan daya listrik sekitar 100
Watt, maka keberadaan pembangkit listrik ini dapat menghidupkan kurang lebih 18 rumah nelayan
sederhana di wilayah Selat Malaka. Selain untuk rumah nelayan, potensi daya yang ada juga dapat
digunakan sebagai sumber listrik pada mercusuar yang terdapat di sekitar pantai atau digunakan pada
penyedia jasa resort atau wisata di sekitar tempat tersebut.32
Pengukuran besarnya biaya pembangunan PLTGL dilakukan dengan analisis finansial. Meskipun
PLTGL tidak memanfaatkan bahan bakar minyak sebagai sumber energi utama, namun tetap
menggunakan pelumas mesin sebesar USD cent 0,09/kW dan juga adanya biaya operasional dan
pemeliharaan (O&M cost) sebesar USD cent 0,03/kW. Adapun berdasarkan hasil analisis, besar biaya
total PLTGL adalah Rp 1.709/kW dengan jumlah energi pembangkit tenaga listrik (kW) adalah
524.600 kW/tahun.33 Data juga menunjukkan bahwa umur pembangkit atau plant life bisa mencapai
20 tahun dengan biaya perawatan dan operasi sebesar USD 0,03 cent/kW.34 Dengan jumlah energi
listrik yang dapat dihasilkan oleh PLTGL dengan sistem OWC yang berjumlah 524.600 kW/tahun,
sedangkan sebagaimana telah disebutkan di bagian pendahuluan bahwa Sulawesi Utara sebetulnya
mengalami defisit tanpa kapal genset MVPP Karadeniz Karpowership Zeynep Sulthan yang mampu
menyuplai daya sebesar 119,9 MW, maka untuk menutupi defisit tersebut (119.900 kW), dibutuhkan
dua PLTGL yang masing-masing mampu menyuplai 524.600 kW. Dengan dikembangkannya PLT GL
dapat diprediksi pada tahun 2040 kapasitas total EBT akan mencapai 40,4 GW.
4. 3. Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam Mewujudukan Pembangunan PLTGL dengan
Sistem Oscillating Water Column
Upaya Pemerintah dalam memenuhi semua kebutuhan infrastruktur tidak cukup hanya
mengandalkan dari APBN karena itu diperlukan investasi yang besar dan pengembalian dalam jangka
waktu yang relatif lama sehingga manajemen oprasionalnya tentu saja membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Dari permasalahan tersebut yang sering dialami negara berkembang khususnya Indonesia
membuat Pemerintah harus berfikir kreatif untuk mencari solusi dari permasalahan yang timbul guna
memenuhi kewajiban Pemerintah dalam menyediakan infrastruktur yang memadai.
Pemerintah untuk mengatasi permasalahan modal melakukan upaya berupa pola kerjasama
yang dinamakan Public Private Partnership (PPP/Kerjasama Pemerintah Swasta/KPS) yang
memberikan keuntungan dan manfaat bagi para pihak sehingga dianggap mampu untuk mengatasi
permasalahan modal yang tidak dimiliki Pemerintah. Salah satu tipe kontrak konstruksi adalah Build
Operate Transfer (BOT). BOT adalah praktek kerja sama di mana pihak swasta mendanai,
membangun, memiliki, dan mengoerasikan suatu fasilitas untuk suatu periode waktu tertentu atau
sampai kembalinya dana investasi dengan tingkat keuntungan tertentu. Setelah itu barulah fasilitas ini
diserahkan kepada instansi pemerintah. Dengan demikian proyek yang cocok untuk diberikan sistem
BOT adalah proyek-proyek yang menghasilkan revenue yang cepat.35 Pada akhir-akhir ini Pemerintah
lebih cenderung tertarik dengan skema dari kontrak konstruksi BOT karena modal awal yang
disiapkan Pemerintah tidak begitu besar, sehingga hal itu sangat tepat dengan kondisi negara
berkembang. Pemerintah bisa saja melakukan kerjasama langsung dengan swasta atau melalui
30

Siti Rahma Utami, op.cit., hlm. 21-22.
Valens Tae, Jahirwan Ut Jasron, Nurhayati, dan Verdy A. Koehuan, op.cit., hlm. 76.
32 Siti Rahma Utami, op.cit., hlm. 16.
33 Estu Sri Luhur, Rizky Muhartono, dan Siti Hajar Suryawati, op.cit., hlm. 36.
34 Ibid.
35 Kedeputian Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang
Perekenomian, 2010, Prinsip dan Strategi Penerapan “Public Private Partnership” dalam Penyediaan Infrastruktur
Transportasi, Jakarta (ID) : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, hlm. 146.
31

7

lembaga-lembaga Pemerintah terkait maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD).
Skema BOT dipilih oleh Pemerintah karena dianggap dapat menjawab permasalahan
Pemerintah dari keterbasan modal. Dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) untuk menugaskan PT PLN (Persero) sebagai pihak yang bertanggung jawab sekaligus yang
mengawasi perjanjian pembangunan pembangkit tenaga listrik tersebut. Sesuai dengan Peraturan
Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Jo. Nomor 13 Tahun 2010 mengenai Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, digantikan dengan Peraturan Presiden Nomor Peraturan
Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam
Penyediaan Infrastruktur menggantikan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 beserta
perubahannya. Berdasarkan ketentuan pasal-pasal yang terdapat pada Peraturan Presiden Nomor 38
tahun 2015 dalam Pasal 32 syarat yang ditentukan dalam perjanjian kerjasama bertujuan untuk
memberikan kepastian hukum bagi para pihak dalam melakukan kesepakatan kerjasama.
Setiap proyek ditetapkan sebagai kendaraan tujuan khusus (Special Purpose Vehicle) atau
“perusahaan proyek”. Perusahaan proyek menandatangani perjanjian jual beli tenaga listrik (Power
Purchase Agreement/PPA) dengan PLN. Selanjutnya, proyek energi terbarukan skala kecil terhubung
ke jaringan PLN dan menjual listrik yang dihasilkannya kepada PLN, yang merupakan satu-satunya
pembeli. Sponsor proyek harus memastikan ketersediaan modal untuk proyek tersebut, umumnya
20-35 % dari total biaya investasi, melalui sumber daya sendiri (modal pemilik), investor (pemegang
saham), perusahaan modal swasta, atau investasi dana di sebuah perusahaan pengembangan proyek
yang pada gilirannya akan memiliki proyek tersebut.36 Pemberi pinjaman - biasanya bank umum atau
bank syariah - memberikan pinjaman pokok. Lembaga keuangan non-bank juga dapat memberikan
pinjaman kedua. Pembiayaan utang untuk proyek umumnya mencapai 65-80 % dari total biaya
investasi.37 Perusahaan proyek dapat menyewa perusahaan konsultan teknik untuk mempersiapkan
studi kelayakan dan desain teknik awal dan rinci. Setelah pembiayaan terselesaikan, perusahaan
proyek dapat menyewa beberapa kontraktor untuk konstruksi, yang meliputi pekerjaan sipil, dan
mekanik serta listrik (jika ingin mengalihkan risiko konstruksi kepada kontraktor, perusahaan proyek
dapat menyewa kontraktor tunggal bidang rekayasa pengadaan konstruksi (Engineering Procurement
Construction / EPC)). Pengembang pembangkit energi terbarukan di Indonesia, calon bankir mereka,
dan PLN sebagai pelanggan mereka, memiliki kepentingan bersama yang bisa diterapkan dalam PPA.
Oleh karena itu, calon pengembang pembangkit listrik harus bergantung pada kontrak, dan harga yang
sesuai, bersama dengan karakteristik khusus ekonomi dan lainnya dari usulan instalasi mereka dan
kekuatan manajemen mereka, untuk menjamin pembiayaan untuk pembangunan pembangkit. Oleh
karena itu, calon penyandang dan untuk proyek energi yang terbarukan melihat PPA sebagai bagian
dari penilaian mereka apakah mereka dapat memberikan pinjaman kepada proyek tersebut.

V.

PENUTUP

Energi listrik, sebagai kepentingan hajat hidup orang banyak sudah seharusnya menjadi hak setiap
warga negara Indonesia. Sulawesi utara, yang secara geografis kaya akan potensi alam laut seharusnya
dapat memanfaatkan potensi yang ada untuk pembangunan daerah secara merata tentunya dengan
energi listrik. Semakin tipisnya energi fossil, membuat Pemerintah menggencarkan berbagai progam
pengembangan energi alternatif. Penulis menawarkan solusi untuk mengatasi pemerataan energi listrik
di Sulawesi Utara yang sejak tahun 2016 tergantung pada penyuplaian kapal genset MVPP Karadeniz
Karpowership Zeynep Sulthan yang didatangkan dari Turki yaitu dengan pembangunan PLTGL sistem
OWC. Dengan memanfaatkan potensi alam yang ada, maka diharapkan PLTGL dengan sistem OWC
dapat memenuhi kebutuhan warga Sulut dalam jangka panjang. PLTGL merupakan jawaban yang
tepat karena disamping mempunyai keunggulan ramah lingkungan, pembangunan PLTGL dapat
mendukung progam pemerintah untuk Indonesia menjadi negara yang mandiri melalui energi
alternatif.

36 Asclepias R. Indriyanto, Bill Meade, Christian Pichard, Daniel Jordan, Floriano Ferreira, Hanny J. Berchmans,
Kendrick W. Wentzel, Mark Yancey, Miguel Franco, Phil Hoover, Pramod Jain, Raymond Bona, 2014, Buku Pedoman Energi
Bersih, Jakarta (ID) : Otoritas Jasa Keungan (OJK), hlm. 21.
37 Ibid.

8

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal
Atmoko BD, Kusuma IR, Masroeri AA. 2012. Kajian Teknis Fenomena Getaran Vorteks pada Variasi
Jumlah Oscillating Part Pembangkit Listrik Tenaga Arus Air Laut. Jurnal Teknik ITS 1(1):
236-240.
Aziz MA, Musriyadi TB, Arief IS. 2015. Pengaruh Perbandingan Rasio Inlet Dan Oulet Pada Tabung
Reservoir Oscillating Water Column (OWC) Menggunakan Fluida Cair. Jurnal Teknik ITS 4(2):
145-150.
Luhur ES, Muhartono R, Suryawati SH. 2013. Analisis Finansial Pengembangan Energi Laut Di
Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan 8(1): 25-37.
Mardiansyah LA, Ismanto A, Setyawan WB. 2014. Kajian Potensi Gelombang Laut Sebagai Sumber
Energi Alternatif Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) dengan Sistem
Oscilatting Water Column (OWC) Di Perairan Pantai Bengkulu. Jurnal Oseanografi Universitas
Diponegoro 3(3): 328-337.
Rachmat B, Ilahude D. 2015. Penentuan Lokasi Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Skala
Kecil di Perairan Selat Lirung, Talaud, Sulawesi Utara. Jurnal Geologi Kelautan 13(3):
127-142.
Ricardo V. 2014. Mendorong Pembangunan Infrastruktur Pembangkit Listrik melalui Public Private
Partenrship: Menjawab Pemenuhan Hak Asasi Manusia atas Akses Listrik dan Peningkatan
Investasi di Era Jokowi-JK. Bunga Rampai LK2 FHUI 1(5): 19-22.
Sona RA, Fitri SP, Cahyono B. 2014. Analisa Kinerja Pneumatic Wave Energy Converter (WEC)
Dengan Menggunakan Oscillating Water Column (OWC). Jurnal Teknik Pomits 3(1): 39-42.
Tae V, Jasron JU, Nurhayati, Koehuan VA. 2015. Perencanaan Turbin Wells Sistem Osilasi Kolom Air
pada Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dengan Kapasitas 10 KW. Jurnal Teknik
Mesin UNDANA 2(2): 73-80.
Wijaya IWA. 2010. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Menggunakan Teknologi Oscilating
Water Column Di Perairan Bali. Jurnal Teknologi Elektro Universitas Udayana 9(2): 165-174.
Buku
Indriyanto AR, Meade B, Pichard C, Jordan D, Ferreira F, Berchmans HJ, Wentzel KW, Yancey M,
Franco M, Hoover P, Jain P, Bona R. 2014. Buku Pedoman Energi Bersih. Jakarta (ID) :
Otoritas Jasa Keungan (OJK).
Kedeputian Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator
Bidang Perekenomian. 2010. Prinsip dan Strategi Penerapan “Public Private Partnership”
dalam Penyediaan Infrastruktur Transportasi. Jakarta (ID) : Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Komunitas Dian Aksara. 2007. Energi Alternatif (ID) : Yudhistira.

Tugas Akhir / Skripsi / Tesis / Disertasi
Heryana RE. 2008. Pengembangan Alat Konversi Energi Gelombang, [tugas akhir]. Bandung (ID) :
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
Raharjo NH. 2004. Studi Pemanfaatan Energi Panas Laut dan Gelombang Laut untuk Sistem
Kelistrikan di Kabupaten Karangasem Bali, [tugas akhir]. Surabaya (ID) : Fakultas Teknologi
Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Utami SR. 2010. Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dengan Menggunakan
Sistem Oscilating Water Column (OWC) di Tiga Puluh Wilayah Kelautan Indonesia [skripsi].
Depok (ID) : Fakultas Teknik,. Universitas Indonesia.
Terbitan Berkala
Enny, S. Desember, 2007. Energi Alternatif Bikin Irit!. Inovasi, hlm. 6-7.
Publikasi Elektronik
Anonim.
2014.

Daftar

Wilayah

Indonesia

yang

Kena

Krisis

Listrik.
9

http://finance.detik.com/energi/d-2761049/daftar-wilayah-indonesia-yang-kena-krisis-listrik [17
Januari 2017].
Davison A. 2017. Alternative Energy. http://www.altenergy.org/ [15 Januari 2017].
Esvandi D. 2016. Pemerintah Jokowi Mulai Fokus ke Energi Baru dan Terbarukan,
http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/02/24/pemerintah-jokowi-mulai-fokus-ke-energi-baru-d
an-terbarukan [16 Januari 2017].
Ikatan Ahli Geologi Indonesia. 2013. Energi Ombak Sebagai Energi Terbarukan Yang Berpotensi Di
Pantai Parang Rancuk, Wonosari, Kab. Gunung Kidul, D.I Yogyakarta Menggunakan Perangkat
Oscillating Water Column : Sebagai Analog Energi Ombak Yang Berpotensi Di Indonesia.
http://www.iagi.or.id/paper/energi-ombak-sebagai-energi-terbarukan-yang-berpotensi-di-pantai
-parang-rancuk-wonosari-kab-gunung-kidul-d-i-yogyakarta-menggunakan-perangkat-oscillatin
g-water-column-sebagai-analog-energi-ombak [17 Januari 2017].
Indoenergi.
2013.
Pengertian
Energi
Alternatif.
http://www.indoenergi.com/2012/04/pengertian-energi-alternatif.html [15 Januari 2017].
Indonesia
Investments.
2016.
Minyak
Bumi,
http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-bumi/item267? [16 Januari
2017].
Ivo. 2017. Bitung. https://www.windytv.com/1.443/125.194?3.583,98.667,6 [15 Januari 2017].
Pemerintah
Provinsi
Sulawesi
Utara.
2014.
Kekayaan
Alam
Sulawesi
Utara,
http://sulutprov.go.id/kekayaan-alam.html [17 Januari 2017].
Rachman T. 2016. Kapal Listrik Dioperasikan, Krisis Listrik Sulut dan Gorontalo Teratasi?.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/02/01/o1tyij219-kapal-listrik-dioperas
ikan-krisis-listrik-sulut-dan-gorontalo-teratasi [17 Januari 2017].
Riadi
M.
2012.
Teori
Gelombang
Laut.
http://www.kajianpustaka.com/2016/01/teori-gelombang-laut.html [17 Januari 2017].
Tim Kajian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2012, Atlas Potensi Energi Laut
http://litbang.esdm.go.id/images/stories/majalah_me_des_2012/des_2012-atlas_potensi_e
nergi_laut.pdf [17 Januari 2017]

10

LAMPIRAN

Analisis Finansial Pengembangan Energi Laut di Indonesia ................ (Estu Sri Luhur, Rizky Muhartono dan Siti Hajar Suryawati)

Energi Gelombang Laut
Data yang digunakan dalam perhitungan
biaya pembangkit untuk energi gelombang laut
disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Biaya Investasi Energi Gelombang Laut.
Table 2. Investment Cost of Wave Ocean Energy.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis Data/Types of Data

Nilai/Value

Kapasitas Terpasang/Investment Capacity
Umur Pembangkit/Plant Life
Biaya Investasi/Investment Cost
Suku bunga/Interest
Faktor Kapasitas (kWh terpasang/kWh terpakai)/
Capacity Factor (installed kWh/used kWh)
Biaya bahan bakar/Fuel Cost (fixed cost – FC)
Biaya operasi dan perawatan/
Operation and Maintenance Cost (O & M)

100 kW
20 tahun
USD 811.111,11
10%
60%
USD 0,09 cent/kWh
USD 0,03 cent/kWh

Sumber: data diolah dari berbagai sumber, 2012/Source: Secondary data, 2012 (processed)

1. Perhitungan Biaya Modal (Capital Cost – CC)

biaya investasi (investment cost)
Biaya pembangunan =
Biaya pembangunan

kapasitas investasi (investment capacity)
USD 811.111,11
100 kW

a. CRF = [i (1+i)n] / [(1+i)n-1]
CRF = 0,11
b. Jumlah pembangkit tenaga listrik (kWh) adalah:
kWh = daya terpasang x faktor kapasitas x
8.760 hari (24 jam x 365 hari)
= 100 kW x 0,6 x 8.760
= 524.600 kWh/tahun
Berdasarkan perhitungan di atas maka
besarnya biaya modal (capital cost) adalah:

(811.111,11/kW x 100 x 0,11)
CC =

525.600

= USD 0,1697 /kwh

= USD Cent 16,97/kWh

= USD 811.111,11/kW

2. Perhitungan Total Biaya Pembangkit
Total Cost (TC)

= Capital Cost (CC) + Fixed
Cost (FC) + O&M
TC = USD cent 16,97 /kWh +
USD Cent 0,09/kWh +
USD Cent 0,03/kWh
= USD cent 17,09 /kWh =
,USD 0,1709 /kwh

Dengan menggunakan asumsi USD 1 setara
dengan Rp 10.000 maka besarnya total biaya
pembangkit untuk energi gelombang laut adalah
sebesar Rp 1.709 /kWh.
Energi Pasang Surut
Data yang digunakan dalam perhitungan
biaya pembangkit untuk energi pasang surut
disajikan dalam Tabel 3.

35