New Economy Policy Malaysia dan Dampakny

1

NEW ECONOMIC POLICY MALAYSIA DAN
DAMPAKNYA BAGI ASEAN
ADE SATRIYA (HUBUNGAN INTERNASIONAL)

LANDASAN TEORI: PERSPEKTIF MAKRO-EKONOMI LIBERAL
Tujuan perekonomian nasional adalah mencapai tingkat pertumbuhan [growth]
yang tinggi. Secara murni teori, mekanisme ideal untuk pencapaian nya adalah
melalui "mekanisme pasar" [free market & free trade] . Konstruksi yang dibangun
dalam mekanisme pasar murni adalah dengan mengedepankan metoda "free entry
& free exit”, sehingga para pelaku ekonomi akan tersaring secara "alamiah" melalui
"free

competition"

[fair/un-fair

competition]

dengan landasan kekuatan


"comparative advantage dan competitive advantage". Dalam konstruksi ini,
pemerintah mengambil posisi pasif, sama sekali tidak melakukan "campurtangan"/intervensi terhadap pasar, hanya mengawasi dan memfasilitasi [posisi:
fasilitator] sesusai kebutuhan pasar [outer ring-road area ].1
PENDAHULUAN
Terhitung sejak tahun 1970-an, Negeri Jiran Malaysia mulai menerapkan sistem
perekonomian yang dilakukan oleh Empat Macan Asia Singapura, Taiwan,
Hongkong dan Korea Selatan yakni dengan merubah komitmen ekonomi dari yang
tadinya berbasis pada pertambangan dan pertanian beralih menjadi perekonomian
yang mengandalkan sektor manufaktur.2 Ketika Jepang mulai menanamkan

1
http://malaysia.panduanwisata.com/2012/02/15/kondisi-ekonomi-malaysia/ (Diunduh 12 Mei 2014
jam 10.00 WIB)
2
http://macroeconomicdashboard.com/index.php/id/asean/152-ekonomi-asean-pertumbuhanmelambat,-perbaikan-tidak-secepat-harapan (Diunduh 12 Mei 2014 jam 12.30 WIB)

2

investasinya, maka industri-industri berat mulai dicoba yang karenanya menjadi

ekspor Malaysia menjadi mesin pertumbuhan utamanya.3
Malaysiapun kemudian menerima lebih dari 70% pertumbuhan PDB dengan tingkat
inflasi yang rendah.4 Secara fundamental, pertumbuhan Malaysia tersebut sangat
bergantung pada ekspor bahan elektronik semacam chip komputer dan lainnya.
Keadaan demikian, kemudian membuat Malaysia merasa berat ketika krisis
ekonomi tahun 1998 melanda. Disamping itu, kemerosotan dalam sektor teknologi
informasi terjadi pada tahun 2001. Pemerintahan Malaysia pernah mengupayakan
untuk mengurangi angka kemiskinan dengan kebijakan yang cukup kontroversial
yang disebutnya Kebijakan Ekonomi Baru Malaysia (NEP). Goal utamanya yang
ingin dicapai ialah menghilangkan keterkaitan ras dengan fungsi ekonomi, dan lima
tahun pertama mulai mengimplementasikan NEP sebagai Rencana Malaysia
Kedua. Pro dan kontra tentang NEP ini terus bermunculan sekalipun program
tersebut kemudian dihapuskan pada tahun 1990-an.5
Malaysia memiliki keunggulan ekonomi yakni sejumlah elemen makroekonominya
stabil—tingkat inflasi dan pengangguran tetap bertahan dibawah angka 3%, utang
luar negeri yang rendah, serta simpanan pertukaran asing yang sehat. Keadaan
seperti itu tentu memungkinkan Malaysia mampu terhindar dari krisis yang sama
pada tahun 1998 silam. Sejak berabad silam, Semenanjung Malaya menjadi pusat
perdagangan di dunia—khususnya kawasan Asia. Berbagai komoditas seperti
keramik dan rempah aktif diperdagangkan bahkan jauh sebelum Kesultanan Melaka

dan Singapura mengemuka. Dan, sebagai salah satu dari tiga negara (bersama
Indonesia dan Singapura) menguasai Selat Malaka, perdagangan internasional
Malaysia ikut berperan penting dalam perekonomian negaranya.

3

http://macroeconomicdashboard.com/index.php/id/asean/152-ekonomi-asean-pertumbuhanmelambat,-perbaikan-tidak-secepat-harapan (Diunduh 12 Mei 2014 jam 12.30 WIB)
4
Ibid.
5
http://www.parunten.com/2014/04/13/menakar-integrasi-ekonomi-asia-tenggara-aec-2015/
(Diunduh 11 Mei 2014 jam 2.08 WIB).

3

PEREKONOMIAN MALAYSIA
Pada abad ke-17, di Semenanjung didirikan beberapa negara bagian. Sejak Britania
Raya mengambil-alih sebagai administrator Malaya, pohon karet dan kelapa sawit
diperkenalkan. Dalam waktu lama, Malaya jadi penghasil timah, karet, dan minyak
sawit terbesar di dunia. Tiga komoditas ini, dan bahan mentah lainnya, mengatur

tempo perekonomian Malaysia lebih baik sampai abad ke-20.6 Britania
mendatangkan kaum Tionghoa dan India memenuhi tenaga ahli bekerja di
pertambangan dan perkebunan sebagai ganti ketergantungan sumber tenaga kerja
pada suku Melayu. Walau banyak yang kembali ke negara asal sehabis kontrak,
7

sebagian menetap di Malaysia yang dikemudian hari, setelah negara itu merdeka,

menjadi warga negara Malaya/Malaysia.
Setelah merdeka pemerintah Malaya memulai perencanaan ekonomi lima tahunan
yang dimulai Rencana Lima Tahun Malaya Satu 1955. Pasca Malaysia (1963),
perencanaan 5 tahunan dimulai Rencana Malaysia Pertama 1965. Sejak 1970-an
Malaysia meniru perekonomian Empat Macan Asia (Taiwan, Korea Selatan,
Hongkong, dan Singapura), dan berkomitmen pada transformasi ekonomi
bergantung pertambangan/pertanian ke ekonomi berbasis manufaktur. Investasi
Jepang, industri-industri berat dibuka, dan dalam beberapa tahun ekspor Malaysia
menjadi mesin pertumbuhan primer negara ini.
Setelah mengalami krisis ekonomi 1998 dan juga kemunduran politik di dalam
negeri di bawah kepemimpinan PM Abdullah Ahmad Badawi, Mohammad Najib
Tun (Abdul) Razak saat dilantik menjadi PM keenam, 3 April 2009, mencanangkan

Satu Malaysia: Rakyat Didahulukan, Pencapaian Diutamakan sebagai strategi dan
pendekatan dalam mengakselerasi Visi Malaysia 2020. Sekarang, dengan semangat
Andrinof A. Chaniago, “Negara, Ekonomi Pasar, dan Pembangunan Kawasan”. (Diunduh 12 Mei
2014 jam 11.07 WIB).
7
Andrinof A. Chaniago, “Negara, Ekonomi Pasar, dan Pembangunan Kawasan”. (Diunduh 12 Mei
2014 jam 03.00 WIB)

6

4

tinggi/tekad baja, Malaysia kelihatan on the right track mencapai cita-cita/visi
Malaysia 2020.8
Adalah Malaysia menikmati pertumbuhan product domestic bruto (PDB) di atas 7
persen dan inflasi rendah (1980-an, 1990-an). Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi
Malaysia bergantung pada ekspor bahan elektronik chip komputer dan sebagainya.
Akibatnya, Malaysia dipukul tekanan hebat masa krisis ekonomi 1998, dan sektor
teknologi informasi merosot (2001). PDB 2001 meningkat 0,3 persen akibat ekspor
turun 11 persen.9 Dan, paket perangsang fiskal yang besar telah mampu mengatasi.

KEBIJAKAN EKONOMI BARU PRO-MELAYU
Pemerintah berupaya mengurangi angka kemiskinan dengan Kebijakan Ekonomi
Baru Malaysia (NEP) yang kontroversial, setelah peristiwa 13 Mei (kerusuhan
antar-etnis 1969). Tujuan utamanya, menghilangkan keterkaitan ras dengan fungsi
ekonomi, dan rencana lima tahun pertama mulai menerapkan NEP sebagai Rencana
Malaysia II. Kejayaan atau kegagalan NEP menjadi bahan perdebatan, kendati
secara resmi berakhir tahun 1990 dan diganti Kebijakan Pembangunan Nasional
(NDP).10
Banyak debat muncul tentang hasil/relevansi NEP. Sebagian pihak berdalih bahwa
NEP jelas-jelas berjaya menciptakan pengusaha dan tenaga profesional Melayu
menengah atas. Beberapa perbaikan di dalam kekuatan ekonomi Melayu secara
umum tampak nyata, lalu pemerintah Malaysia memelihara kebijakan diskriminasi
yang menguntungkan suku Melayu di atas suku lain—termasuk pengutamaan
penerimaan kerja, pendidikan, beasiswa, perdagangan, akses mendapatkan rumah
murah dan tabungan yang dibantu.

Severino, Rodolfo C.. “Regional Economic Integration and Cultural Change”. International
Culture Dialogue Bertelsmann Stiftung (Diunduh 13 Mei 2014 jam 01.12 WIB)
9
Ibid.

10
Dr. Dionisius A. Narjoko Economic Research Institute for ASEAN and East Asia dan Dr. Teguh
Y. Wicaksono Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Indonesia. “Achieving the
ASEAN Economic Community Agenda: an Indonesian Perspective”. (Diunduh 12 Mei 2014 jam
11.00 WIB).
8

5

Seperti negara didera krisis, terjadi penjualan singkat/spekulatif ringgit Malaysia.
Investasi asing jatuh ke tingkat berbahaya/modal menguap ke luar negara. Ringgit
melemah dari 2,50/dolar AS ke 4,80/dolar AS. Indeks Bursa Malaysia terjun dari
1.300 poin ke 400 poin. Menkeu Anwar Ibrahim dicopot, dan Dewan Aksi Ekonomi
Nasional dibentuk mengantisipasi krisis moneter. Bank Negara Malaysia
mengendalikan modal dan mematok nilai tukar ringgit pada 3,80/dolar. Malaysia
menolak paket ekonomi Dana Moneter Internasional (International Monotary
Fund/IMF) dan Bank Dunia. Tindakan itu mengejutkan analis asing.11
Maret 2005, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD)
menerbitkan rilis tentang langkah pemulihan Malaysia (ditulis Jomo KS dari
departemen ekonomi terapan Universitas Malaya KL).12 Rilis itu menyimpulkan,

kontrol yang ditentukan pemerintah Malaysia tidak memperparah/tidak pula
membantu pemulihan krisis. Faktor terbesar ekspor komponen elektronik naik,
karena peningkatan permintaan komponen di AS yang disebabkan kekhawatiran
dampak kedatangan tahun 2000 pada komputer/perangkat digital lain yang lebih
tua. Tanpa memperhatikan sebab/akibatnya, peremajaan ekonomi Malaysia
bergulir dengan defisit anggaran dan belanja pemerintah secara besar-besaran pada
tahun-tahun setelah krisis. Malaysia pun menikmati pemulihan ekonomi lebih
cepat. Bagaimana pun, di banyak cara negara lain belum mengalami kepulihan di
tingkat pra-krisis.13 Lalu, Malaysia kembali melanjutkan perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi cepat dengan tetap mengacu pada Wawasan Malaysia 2020
yang dicanangkan 1991.14

11

Ibid.
Dr. Dionisius A. Narjoko Economic Research Institute for ASEAN and East Asia dan Dr. Teguh
Y. Wicaksono Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Indonesia. “Achieving the
ASEAN Economic Community Agenda: an Indonesian Perspective”. (Diunduh 12 Mei 2014 jam
11.00 WIB).
13

Ibid.
14
http://bisnis.liputan6.com/read/2022835/ekspor-ri-ke-asean-masih-kalah-dari-malaysia (Diunduh
12 Mei 2014 jam 9.00 WIB).

12

6

Perspektif wawasan 2020 adalah visi Malaysia yang diintridusi PM Mahathir
Mohamad (1991).15 Bahwa Malaysia akan menjadi negara maju tahun 2020. Yang
dimaksudkan sepenuhnya terangkum bukan hanya dalam bidang ekonomi, tapi juga
bidang-bidang politik, sosial, kerohanian, psikologi, dan persatuan nasional dan
sosial. Semua ini juga melibatkan persoalan keadilan sosial, kestabilan politik,
sistem pemerintahan, kualitas hidup, nilai sosial dan kerohanian dan juga
keyakinan. Semasa pelancaran Majelis Perdagangan Malaysia 28 Februari 1991,
Mahathir Mohammad membentangkan kertas kerja bertajuk Malaysia-Melangkah
ke Hadapan yang mengandung satu pemikiran dan rangka kerja mengenai matlamat
(tujuan) Malaysia menjadi sebuah negara maju pada tahun 2020. Gagasan PM
Mahathir Mohammad itu yang kemudian dikenal sebagai Wawasan 2020.16

Menjelang tahun 2020, Malaysia sebagai negara merdeka akan menjadi negara
benar-benar maju, bersatu, mampu berdikari, progresif dan makmur. Rakyat
direncanakan akan menikmati kehidupan yang sempurna dalam satu masyarakat
yang demokratik, bertoleransi, bermoral, adil, mampu bersaing, dinamik dan
mempunyai daya ketahanan tinggi. Perwujudan visi tersebut sudah diingatkan PM
Mahathir sejak mula bahwa akan menghadapi berbagai cabara (tantangan dan
kesulitan). Terbukti pada krisis ekonomi 1998.17
Sejak dilantik, PM Najib Tun Abdul Razak bersemangat/bertekad mempercepat
pembangunan Malaysia segala bidang (sosial politik, sosial ekonomi, sosial
kesejahteraan, kemayarakatan, dan ilmu pengetahuan-teknologi) memperkokoh
dasar/kerangka pokok dengan apa yang ia canangan dengan Satu (1 Malaysia:
Rakyat Didahulukan, Pencapaian Diutamakan) yang dinyatakan sebagai mengacu
pada Wawasan Malaysia 2020 yang dicanang PM Mahathir Mohammad 1991.
Kini, negara dengan income perkapita 15.300 (2011—empat kali Indonesia) on the

Andrinof A. Chaniago, “Negara, Ekonomi Pasar, dan Pembangunan Kawasan”. (Diunduh 12
Mei 2014 jam 10.32 WIB).
16
http://www.parunten.com/2014/04/13/menakar-integrasi-ekonomi-asia-tenggara-aec-2015/
(Diunduh 12 Mei 2014 jam 11.00 WIB).

17
Yusoff, Mohammed B., et al. 2000. Globalisation, Economic Policy, and Equity: The Case of
Malaysia . (Diunduh 11 Mei 2014 jam 09.00 WIB).

15

7

right track to Malaysia 2020.18 Wawasan 2020, kata PM Najib, bukan slogan
dilaung-laungkan, tapi, kerangka dan tindakan framework of action bagi setiap
rakyat bagi mengambil langkah tertentu bagi memastikan Malaysia menjadi negara
yang benar-benar maju dan makmur.19 Dalam konteks ini, Wawasan 2020 perlu
diisi di antaranya, kualitas tenaga kerja yang dihasilkan sistem pendidikan,
perubahan sikap dan nilai, menekankan sains-teknologi, perancangan, dan peranan
sektor swasta yang dinamis. Mampukah Malaysia meujudkan Wawasan 2020.20
New Economic Policy (NEP) memang pernah dilakukan pemerintah Malaysia
selama sekitar 20 tahun, sebagai reaksi atas terjadinya kerusuhan antaretnis Melayu
dengan Tionghoa (Mei 1969).21 Dalam program NEP ini pengusaha-pengusaha
keturunan Cina dilarang masuk pada sektor-sektor strategis, yakni sektor
perbankan, jasa keuangan, transportasi dan telekomunikasi. Walaupun demikian
program ini jauh dari semangat anti-Cina dari pemerintah Malaysia. Tidak seperti
di sini. Selain itu pogram NEP ini pun tidak terlalu berhasil. Selain karena terjadi
praktek KKN di antara orang-orang bumi putera yang dekat dengan penguasa, juga
ternyata kekuatan pengusaha Cina sulit untuk dipatahkan.22 Setelah program NEP
dijalankan selama sekitar 20 tahun lebih, peningkatan peran bumi putera di sektor
bisnis kurang dari 20 persen.23
Grafik pemilikan perusahaan-perusahaan di Malaysia mencatat pada tahun 1970
(sebelum NEP), golongan bumiputra menguasai 2,4 persen, non-bumiputra 34,3
persen, dan orang asing 63,3 persen. Pada tahun 1995 komposisinya berubah
menjadi bumiputra 20,6 persen, non-bumiputra 43,4 persen, orang asing 27,7

18

Ibid.
Andrinof A. Chaniago, “Negara, Ekonomi Pasar, dan Pembangunan Kawasan”. (Diunduh 11
Mei 2014 jam 14.00 WIB).
20
http://www.parunten.com/2014/04/13/menakar-integrasi-ekonomi-asia-tenggara-aec2015/(Diunduh 12 Mei 2014 jam 11.00 WIB).
21
http://www.parunten.com/2014/04/13/menakar-integrasi-ekonomi-asia-tenggara-aec2015/(Diunduh 12 Mei 2014 jam 11.00 WIB).
22
Ibid.
23
Yusoff, Mohammed B., et al. 2000. Globalisation, Economic Policy, and Equity: The Case of
Malaysia .
http://www.parunten.com/2014/04/13/menakar-integrasi-ekonomi-asia-tenggara-aec2015/(Diunduh 13 Mei 2014 jam 08.00 WIB).

19

8

persen, dan calon perusahaan 8,3 persen. NEW Economic Model (NEM) yang
sudah lama ditunggu di Malaysia telah dikeluarkan PM Najib Razak. Kurang
tegasnya model yang hanya merupakan kerangka bagi tindakan yang akan diambil
di masa depan ini tidak memuaskan sektor swasta. Tetap saja, NEM ini bicara jujur
tentang kelemahan struktural Malaysia terutama berbagai kebijakan distorsi pasar
yang menguntungkan kaum mayoritas Melayu-Muslim.24 Bagaimanapun,
kegagalan memetakan bagaimana pemerintah akan mengatasi sejumlah masalah ini
untuk menghindari 'jebakan pendapatan menengah' merupakan kesalahan cukup
fatal. Terlebih lagi, NEM tidak berhasil menghentikan larinya modal. Sementara
Najib menyebut-nyebut beberapa sektor kunci dari minyak dan gas hingga layanan
finansial, belum ditemui adanya indikasi bagaimana sejumlah sektor itu akan
memberikan kontribusi bagi pertumbuhan yang lebih tinggi.25

Najib sekaligus juga menghadapi serangkaian kritik. Serangan paling keras justru
tidak

datang

dari

pihak

oposisi

yang

dipimpin

Anwar

Ibrahim.

Tapi, mantan pemimpin Malaysia Dr Mahathir Mohamad sekali lagi menentukan
kebijakan secara single-minded.26 Dengan dukungannya yang tidak digembargemborkan, kelompok tekanan ultra-konservatif di Malaysia bisa menyerang segala
jenis usaha liberalisasi. Ini tentu tidak menyenangkan bagi kalangan bisnis.
Kombinasi dari lanskap ekonomi yang telah berubah dramatis dan didominasi
China, dengan oposisi keras untuk reformasi di dalam negeri telah menggoyahkan
kepemimpinan Najib. Ia membutuhkan keberanian dalam mengambil keputusan,
dua hal yang sering tidak ditemukan dalam politik Malaysia. Namun, rakyat
Malaysia belum kehilangan segalanya.

24

http://www.parunten.com/2014/04/13/menakar-integrasi-ekonomi-asia-tenggara-aec2015/(Diunduh 12 Mei 2014 jam 11.00 WIB).
25
http://finance.detik.com/read/2014/05/13/092643/2580936/1016/pengusaha-mal-bikin-ekonomimalaysia-singapura-dan-hong-kong-maju. /(Diunduh 12 Mei 2014 jam 17.10 WIB)
26
Yusoff, Mohammed B., et al. 2000. Globalisation, Economic Policy, and Equity: The Case of
Malaysia . (Diunduh 11 Mei 2014 jam 09.00 WIB).

9

Ada satu kunci rahasia sektor layanan Malaysia yang bisa membawa rakyat pada
kesejahteraan di masa depan. Mengkoordinasi perkembangan sektor ini adalah
tantangan. Yang lebih penting, Malaysia harus memperhitungkan raksasa Asia
China, India, dan belakangan ini, Indonesia. Malaysia harus memanfaatkan lokasi
strategisnya sebagai titik temu layanan bagi kalangan kelas menengah Asia. Ini
merupakan strategi Singapura di era 1980 dan 1990-an, tapi Kota Singa itu kini
menjadi terlalu mahal untuk golongan kelas menengah yang kian menjamur di Asia.
Ini lantas menjadi kesempatan historis bagi sektor layanan kesehatan, pariwisata,
retail, pemukiman dan perbankan Malaysia. Contohnya, properti tanah di Iskandar
Malaysia, di Johor Selatan dapat dibeli dengan harga murah S$110.000.27
Coba bandingkan dengan kondominium di Singapura yang harga terendahnya
S$600.000.28 Pebisnis Singapura paham benar akan banyaknya kesempatan
arbitrase seperti ini, seiring melambungnya harga di dalam negeri. Mereka tahu
tempat-tempat seperti Iskandar adalah lahan basah, berkat dispensasi regulatoris
dari pemerintah. Di samping itu, Indonesia yang sedang berkembang adalah
kesempatan emas bagi sektor layanan Malaysia.

Kalangan kelas menengah

Indonesia semakin bertambah pesat. Menurut AC Nielsen, kini ada sekitar 30-35
juta di kategori ini, dan angka ini akan bertambah dua kali lipat pada 2015. Lebih
jauh lagi, pertumbuhan GDP Indonesia sejak 2006 terus-menerus mengalahkan
pencapaian Malaysia dan Singapura.29
Sejumlah propinsi seperti Kalimantan Timur (dengan rata-rata GDP per kapita
US$10.720) seringkali melebihi angka rata-rata nasional. Semakin banyak orang
Indonesia yang menempuh pendidikan dan mencari pengobatan di luar negeri.
Walaupun Australia masih menjadi pilihan utama untuk pendidikan, dan Singapura
untuk pengobatan, jumlah orang yang beralih ke Malaysia semakin meningkat.
Sekarang ada 15.000 pelajar Indonesia di Malaysia, dan 250.000 orang Indonesia
27

Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi
Pembangunan. LP3ES. Indonesia. (Diunduh 11 Mei 2014 jam 19.23 WIB).
28
Yusoff, Mohammed B., et al. 2000. Globalisation, Economic Policy, and Equity: The Case of
Malaysia . (Diunduh 11 Mei 2014 jam 20.34 WIB).
29
Ibid.

10

mencari pengobatan di Negeri Jiran ini tahun lalu. Angka ini akan semakin besar,
berkat dicabutnya beban pajak keluar Rp2,5 juta pada 2011. Malaysia dapat
meningkatkan pertumbuhan ini dengan melayani mereka. Meski bagaimanapun,
biaya perguruan tinggi dan rumah sakit di Malaysia lebih murah.30
Lebih jauhnya, strategi ini dapat menguntungkan seluruh negara. Membludaknya
sumber daya Indonesia akan melahirkan hubungan antara, misalnya Penang dan
Riau. Juga, Kaltim yang kaya dapat membantu sektor properti Sabah yang penuh
sesak. Tetapi, hambatan bagi reformasi ekonomi sebagian besar bersifat politis dan
administratif. Sejak dulu rakyat Malaysia melihat orang Indonesia hanya sebagai
tenaga kerja asing. Sikap seperti ini harus berubah. Birokrasi Malaysia yang
stagnan harus mengubah banyak kebiasaan buruknya, khususnya sikap
merendahkan terhadap orang asing. Di samping itu, penawaran Malaysia pada pasar
komunitas China dan India juga sedikit tidak nyaman di tengah sejumlah kebijakan
pro-Bumiputra yang mendiskriminasi kaum minoritas etnis.
Jelang pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di 2015 memang
Singapura masih memiliki nilai perdagangan terbesar di ASEAN dengan nilai
ekspor mencapai US$ 130,2 miliar, Malaysia mencapai US$ 50,9 miliar dan
Thailand yang mencapai US$ 56,7 miliar. Malaysia dianggap mampu untuk
menjadi kepala Negara ASEAN pada tahun 2015 nanti. Walaupun Malaysia
menerapkan NEP tetapi pada implementasinya hal itu dapat disesuaikan dengan
pola ekonomi yang diharapkan Malaysia. Pertumbuhan ekonomi ASEAN baik
perdagangan

maupun

tingkat

inflasi

cenderung

membaik

walaupun

pertumbuhannya lambat, tetapi hal itu dapat dimaklumi karena sebagian besar
Negara ASEAN adalah Negara berkembang.

30

http://bisnis.liputan6.com/read/2022835/ekspor-ri-ke-asean-masih-kalah-dari-malaysia (Diunduh
12 Mei 2014 jam 18.50 WIB).

11

Tingkat inflasi yang terjadi di negara-negara anggota ASEAN masih menjadi faktor
utama yang menghambat laju ekonomi dan peningkatan nilai kesejahteraan di
kawasan untuk mencapai tingkat potensi optimalnya. Secara berturut-turut pada
bulan Oktober 2013 ini, tingkat inflasi tertinggi dicapai oleh Indonesia (8,32%),
sejajar dengan berbagai negara yang bukan negara utama di kawasan ASEAN
seperti Laos (6,87%) dan Vietnam (5,87%). Sedangkan tingkat inflasi di Malaysia
naik 3,5 persen pada bulan Maret 2014 dari tahun lalu. Departemen Statistik
Malaysia mengatakan, raihan ini sudah sejalan dengan ekspektasi para ekonom.31

KESIMPULAN
NEP atau New Economy Policy merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah Malaysia yang dianggap sebagian orang merupakan undang-undang
yang ras karena sangat pro-melayu dan menomor duakan etnis lain. Kebijakan ini
dikeluarkan karena banyaknya etnis non-melayu yang memperoleh hak lebih
banyak daripada melayu unutk melakukan bisnis, terlebih kaum Negara lain yang

31

http://ekbis.sindonews.com/read/2014/02/12/35/835126/pertumbuhan-ekonomi-malaysia-2013susut-4-7 (Diunduh 12 Mei 2014 jam 21.08 WIB).

12

juga memperoleh keistimewaan khusus untuk berbisnis. Hal itu disesalkan oleh
partai konservatif Malaysia dan melalui PM Najib Razak segera mengeluarkan
kebijakan Pro-Melayu atau lebih dikenal dengan NEP (New Economy Policy).
Sejak diterapkan kebijakan ini ekonomi Malaysia cukup baik dan meningkat,
dimana sector swasta harus bekerja sama dengan kaum-Bumi Putera yang
merupakan kaum asli Malaysia. Dampak dari kebijakan ini tentu saja berdampak
kepada ASEAN yang akan memasuki MEA tahun 2015 dimana Malaysia yang
akan menjadi ketua ASEAN selajutnya setelah Myanmar. Hal ini ditakutkan akan
terjadinya sentiment negative dari para pelaku ekonomi di ASEAN maupun luar
ASEAN. Namun pemerintah Malaysia menegaskan akan menyiapkan sebaikbaiknya momen 2015 yang akan jadi gerbang baru bagi ekonomi Malaysia dan
regional Asia Tenggara.