Analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja

Pusat Berdasarkan Kementrian/Lembaga serta Evaluasi Anggaran dan Kinerja Kementerian Indonesia Tahun 2011-2015

Tugas Perekonomian Indonesia

Disusun Oleh

Veronika Lipat Olla

NIM 041311133100

Maulana Arief W

NIM 041311133108 Rahmaniah Halim NIM 041311133111

Titah Rahayu Pangestuti

NIM 041411131001

Ilham Maulana

NIM 041411131002

Anita Lucky Kurniasari

NIM 041411131003

Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Anggaran Pendapatan Belanja Negara(APBN) di Indonesia telah tercantum dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 1 amandemen keempat yang berbunyi, ”Anggaran Pendapatan

Belanja Negara merupakan wujud dari pengelolaan keuangan negara setiap tahun berdasarkan undang-undang yakni pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dilaksanakan secara terbuka dan tanggung jawab untuk sebesar- besarnya kesejahteraan masyarakat”. Pada hakikatnya, APBN merupakan instrumen yang memperlihatkan government spending, dimana pengeluaran pemerintah merupakan bagian dalam menghasilkan Y(output negara berupa GDP). Namun, pengeluaran pemerintah bukan satu-satunnya variabel yang menentukan besaran Y karena masih terdapat faktor lainnya seperti konsumsi, investasi, ekspor, impor, dan lain-lain.

Penyusunan APBN dilakukan setiap departemen atau lembaga negara sesuai UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dimanaMenteri/ Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya dengan pedoman Rencana Kerja Pemerintah(RKP), asumsi dasar ekonomi makro, dan pokok kebijakan fiskal yang telah disepakati oleh DPR-RI. Anggaran dan perencanaan yang dilakukan harus menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, evaluasi dan pengendalian. Begitu juga dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian yang menjadi salah satu entitas pelapor yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan menyusun lapooran keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan, selain Laporan Kinerja Kementerian selama periode waktu berjalan.

Dalam makalah ini kami selaku penulis ingin melakukan analisa terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selama 5 tahun ini- Tahun 2011 hingga tahun 2015. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai target pendapatan dan target penyaluran belanja negara selama lima tahun berdasarkan organisasi, kementerian dan lembaga yang ada di Indonesia. Lebih spesifik kami akan melakukan evaluasi terhadap penyerapan APBN di tiga kementerian di Indoenesia, yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. Alasan yang menjadi dasar Dalam makalah ini kami selaku penulis ingin melakukan analisa terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selama 5 tahun ini- Tahun 2011 hingga tahun 2015. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai target pendapatan dan target penyaluran belanja negara selama lima tahun berdasarkan organisasi, kementerian dan lembaga yang ada di Indonesia. Lebih spesifik kami akan melakukan evaluasi terhadap penyerapan APBN di tiga kementerian di Indoenesia, yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. Alasan yang menjadi dasar

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampai sebelumnya, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana proyeksi target pendapatan dan belanja negara tahun 2011 hingga tahun 2015?

1.2.2. Bagaimana program kerja Kementrian pertanian, Kementrian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan selama 5 tahun terakhir?

1.2.3. Bagaimana penyerapan APBN terhadap program kerja Kementerian Pertanian, Kementrian Perindustrian dan Kementrian Perdagangan?

1.2.4. Bagaimana evaluasi kinerja dan penyerapan anggran Kementerian Pertanian, Kementrian Perindustrian dan Kementrian Perdagangan?

1.3.Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah yang telah ditulis diatas, sehingga dapat disimpulkan tujuan dari penulisan makalah ini adalah

1.3.1. Mengetahui dan memahami proyeksi target pendapatan dan belanja negara tahun 2011 hingga tahun 2015

1.3.2. Mengetahui program kerja Kementrian pertanian, Kementrian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan selama 5 tahun terakhir

1.3.3. Mengetahui penyerapan APBN terhadap program kerja Kementerian Pertanian, Kementrian Perindustrian dan Kementrian Perdagangan

1.3.4. Memahami evaluasi kinerja dan penyerapan anggran Kementerian Pertanian, Kementrian Perindustrian dan Kementrian Perdagangan

1.4.Manfaat Penulisan

1.4.1. Bagi Penulis  Sebagai bahan pembelajaran dan penelitian terkait topic yang diambil,

sehingga dapat meningkatkan wawasan dan pegetahuan penulis  Dapat menganalisa besarnya anggaran belanja negara yang dialokasikan

kepada kementrian yang menjadi pokok bahasan

1.4.2. Bagi Pembaca  Dapat menambah wawasan dan ilmu terkait Anggaran Penerimaan dan

Belanja Negara, dan lebih khusus pengalokaisan anggaran belanja berdasarkan organisasi atau lembaganya

 Menambah daya kritis pembaca sehingga bisa dilanjutkan dan diperbaiki oleh penelitian selanjutnya

1.4.3. Bagi Pemerintah Informasi tentang analisis tentang pendapatan dan pembiayaan anggaran ini dapat digunakan sebagai salah satu indicator keberhasilan program pemerintah dan bagaimana hasil atau output dari pembiayaan anggaran ini dapat diserap dengan baik oleh setiap kementrian atau lembaga lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Landasan Teori

2.1.1. Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara Pengertian APBN Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). APBN merupakan instrumen penting untuk mencapai perbaikan kesejahteraan rakyat dan mewujudkan keadilan sosial serta bertujuan bernegara. APBN terbagi atas tiga bagian, yaitu pendapatan (revenue), belanja atau pengeluarn (expenditure) dan Pembiayaan (Financing).

2.1.1.1.Pendapatan Negara (Revenue) Pendapatan Negara adalah hak Pemerintah Pusat yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Ada dua bentuk sumber pendapatan dalam APBN, yaitu penerimaan dalam negeri (domestic revenue) dan hibah. Sedangkan sumber-sumber pendapatan dalam APBN bisa dilihat pada dua pos utama, yaitu penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak. Secara rinci sumber-sumber penerimaan negara dijelaskan sebagai berikut:

A. Penerimaan Perpajakan Penerimaan Perpajakan adalah semua penerimaan negara yang terdiri atas Pendapatan Pajak Dalam Negeri dan Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional. Mengingat besarnya peran dari pos perpajakan, maka perpajakan dikelola oleh institusi khusus di bawah naungan Departemen Keuangan RI, yaitu Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak bersama Dirjen Bea dan Cukai.

a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri

1. Pendapatan pajak penghasilan (PPh), yang dibagi menjadi PPh migas dan PPh non Migas

2. Pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah

3. Pendapatan pajak bumi dan bangunan

4. Pendapatan cukai

5. Pendapatan pajak lainnya

b. Pendapatan Pajak Internasional

1. pendapatan bea masuk

2. pendapatan bea keluar

B. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang selanjutnya disingkat PNBP, adalah semua penerimaan Pemerintah Pusat yang diterima dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam, pendapatan bagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PNBP lainnya, serta pendapatan Badan Layanan Umum (BLU).

a. Penerimaan Sumber Daya Alam merupakan pendapatan pemerintah yang diperoleh

dari bagi hasil dengan perusahaan asing yang mengelola SDA di dalam negeri

1. Penerimaan sumber daya alam migas, yang terdiri dari minyak bumi dan gas bumi

2. Penerimaan sumber daya alam non-migas, yang terdiri dari pertambangan umum, kehutanan, perikanan dan pertambangan panas bumi

b. Pendapatan Bagian Laba BUMNdiperoleh dari penyisihan keuntungan bersih dari masing-masing BUMN, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

1. Pendapatan laba BUMN perbankan

2. Pendapatan laba BUMN non perbankan

c. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) lainnya

1. Pendapatan dari pengolahan BMN

2. Pendapatan Jasa

3. Pendaptan Bunga

4. Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan dan Hasil Tindak Pidana Korupsi

5. Pendapatan Pendidikan

6. Pendaptan Grafikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi

7. Pendapatan Iuran dan Denda

d. Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)

1. Pendapatan Layanan Umum

2. Pendaptan Hibah Badan Layanan Umum

3. Pendaptan Hasil Kerjasama BLU

4. Pendapatan Badan Layanan Umum lainnya

C. Hibah Penerimaan Hibah adalah semua penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, jasa, dan/atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali dan yang tidak mengikat, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

2.1.1.2.Belanja atau Pengeluaran Negara (Expenditure)

Belanja Negara adalah kewajiban Pemerintah Pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih yang terdiri atas belanja Pemerintah Pusat, Transfer ke Daerah dan Suspen

A. Belanja Pemerintah Pusat Belanja pemerintah pusat secara ummum didalam APBN dibagi menjadi tiga, yaitu belanja pemerintah pusat berdasarkan jenis, fungsi dan organisasi. Belanja pemeritah pusat berdasarkan organsasi adalah belanja Pemerintah Pusat yang dialokasikan kepada Kementerian Negara/Lembaga dan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara.Anggaran belanja Pemerintah Pusat menurut organisasi secara umum dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu: Pertama, anggaran yang dialokasikan melalui bagian anggaran kementerian negara/lembaga (BA K/L) dengan menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran (Chief Operational Officer). Kedua, anggaran yang dialokasikan melalui bagian anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) dengan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Chief Financial Officer). Jumlah BA K/L adalah 88 bagian anggaran pada APBN tahun 2015 dengan rincian:

33 kementerian, tiga kementerian koordinator, enam lembaga negara, 38 lembaga pemerintah, dan enam komisi. Sementara itu, BA BUN terkait belanja Pemerintah Pusat terdiri atas: (1) BA BUN Pengelolaan Utang Pemerintah (BA 999.01); (2) BA BUN Pengelolaan Hibah (BA 999.02); (3) BA BUN Pengelolaan Belanja Subsidi (BA 999.07); (4) BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08); serta (5) BA BUN Pengelola Transaksi Khusus (BA 999.99). Anggaran belanja pemerintah pusat berdasarkan fungsinya secara rinci terdapat 11 fungsi utama pembiayaan, yaitu pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan dan perlindungan sosial, masing-masing dari fungsi tersebut lebih diperinci lagi di dalam APBN Belanja Pemerintah Pusat menurut Jenisnya

1. Belanja Pegawai, tediri dari gaji dan tunjangan, honorarium dan vakasi, dan konstribusi sosil

2. Belanja Barang

3. Belanja Modal

4. Pembayaran Bunga Utang, terdiri dari utang dalam negeri dan utang luar negeri

5. Subsidi, terdiri dari energy dan non energy. Dimana pada pos energy terdiri dari subsidi BBM dan Subsidi Listrik. Pos nonenergi terbagi menjadi susidi pangan, 5. Subsidi, terdiri dari energy dan non energy. Dimana pada pos energy terdiri dari subsidi BBM dan Subsidi Listrik. Pos nonenergi terbagi menjadi susidi pangan,

6. Belanja Hibah

7. Bantuan Sosial, terdiri dari penanggulangan bencana dan bantuan yang diberikan oleh k/l

8. Belanja Lain-lain, terdiri dari policy measure dan belanja lainnya

B. Transfer Daerah Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa transfer ke desa dan dana desa. Lebih rinci transfer kedesa terdiri dari dana perimbangan, dana otonomi khusus dan penyesuaian, dana keistimewaan DIY ( mulai tahun 2015), dana transfer lainnya.

a. Dana perimbangan

1. Dana bagi hasil - Pajak, terdiri dari pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan, BPHTB dan cukai - Sumber daya alam, terdiri dari migas, pertambangan umum, kehutannan,

perikanan, dan pertambangan panas bumi - Suspen

2. Dana alokasi umum, terdiri dari DAU murni, tambahan tunjangan profesi guru, koreksi alokasi DAU kab. indramayu

3. Dana alokasi khusus

b. Dana Otonomi khusus dan penyesuaian

1. Dana otonomi khusus

2. Dana penyesuaian

C. Suspen 2.1.1.3.Pembiayaan (Financing) Pada pos inilah nantinya akan diketahui cara pembiayaan atas kondisi defisit ataupun surplus dari APBN. Tentunya pos-pos di dalam pembiayaan APBN sudah ditentukan berdasarkan ketentuan undang-undang. Ada dua bentuk sumber pembiayaan dalam APBN, yaitu pembiayaan yang berasal dari luar negeri dan pembiayaan yang berasal dari luar negeri.

A. Pembiayaan Dalam Negeri

a. Perbankan dalam negeri

1. Rekening Pemerintah - Rekening Dana Investaasi - Penerimaan Cicilan Pengembalian Penerusan Pinjaman (RDI)

- Rekening Pembangunan Hutan - Rekening Pemerintahan Lainnya - Rekening KUN untuk Pembiayaan Kredit Investasi Pemerintah - SAI - Rekening Cadangan Dana Reboisasi

2. Eks. Moratorium NAD dan Nias, Sumut

b. Non Perbankan dalam negeri

1. Privatisasi

2. Hasil PEngolahan asset, yang terdiri dari Pengolahan asset dan PMN untuk Restrukturasi BUMN

3. Surat Berharga Negara

4. Pinjaman Dalam Negeri

5. Dana Investasi Pemerintah dan Restr. BUMN - Penerimaan kembali investasi - Investasi Pemerintah - PMN dan Restrukturisasi BUMN - Dana Bergulir - Pembiayaan Investasi dalam Rangka Pengambilalihan PT Inalum - Cadangan Pembiayaan

6. Kewajiban Penjamin

7. Dana Pengembangan Pendidikan Nasional

8. Pinjaman Kepada PT.PLN

9. Cadangan Pembiayaan Investasi

10. Cadangan Pembiayaan untuk Pengembangan Pendidikan Nasional

B. Pembiayaan Luar Negeri

a. Penarikan pinjaman luar negeri

1. Pinjaman Program

2. Pinjaman Proyek

b. Penerusan pinjaman

c. Pembiayaan cicilan poko utang LN 2.1.1.4.Fungsi APBN

1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

2. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana- rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.

3. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak.

4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.

5. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan

6. Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian

2.1.1.5.Dasar Hukum APBN Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang paling tinggi dalam struktur perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu pengaturan mengenai keuangan negara selalu didasarkan pada undang-undang ini, khususnya dalam bab VIII Undang Undang Dasar 1945 Amandemen IV pasal 23 mengatur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Bunyi pasal 23: ayat (1): “Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”. ayat (2): “Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan

memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah”. Berdasarkan hal tersebut maka Pemerintah bersama-sama DPR menyusun Rancangan Undang-

Undang APBN untuk nantinya ditetapkan, sehingga akan menjadi dasar bagi Pemerintah dalam mengelola APBN dan bagi DPR sebagai alat pengawasan. ayat (3): “Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu”.

2.1.2. Kementerian Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia (disingkat Kementan RI) adalah salah satu Kementerian di Indonesia yang membidangi urusan pertanian, perkebunan dan peternakan. Kementerian Pertanian Republik Indonesia dipimpin oleh seorang Menteri Pertanian. Sejak 27 Oktober 2014, Menteri Pertanian dijabat oleh Amran Sulaiman.

Kementerian Pertanian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang pertanian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Pertanian menjalankan fungsi:

1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pertanian

2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pertanian

3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pertanian

4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Pertanian di daerah

5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional Pada APBN 2016 anggaran belanja Kementerian Pertanian mencapai Rp 31.507,2

milyar yang digunakan untuk mendanai program-program yang akan dilaksanakan yaitu:

1. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan

2. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan

3. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan

4. Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat

5. Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian

2.1.3. Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia disingkat Kemenperin RI adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan perindustrian. Kementerian Perindustrian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, serta dipimpin oleh menteri yang sejak tanggal 27 Juli 2016 dijabat oleh Airlangga Hartarto.

Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perindustrian;

2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian

3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perindustrian;

4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Perindustrian di daerah; dan

5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Pada APBN 2016 anggaran belanja Kementerian Perindustrian mencapai Rp 3.256,7

milyar yang digunakan untuk mendanai program-program yang akan dilaksanakan yaitu:

1. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Tekstil dan Aneka

2. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro

3. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika

4. Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

2.1.4. Kementerian Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (disingkat Kemendag) adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan perdagangan. Kementerian Perdagangan dipimpin oleh seorang Menteri Perdagangan (Menperdag) yang sejak tanggal 12 Agustus 2015 dijabat oleh Thomas Trikasih Lembong.

Kementerian Perdagangan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang perdagangan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Perdagangan menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang perdagangan

2. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Perdagangan

3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perdagangan

4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Perdagangan di daerah

5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Pada APBN 2016 anggaran belanja Kementerian Perdagangan mencapai Rp 3.952,7

milyar untuk mendanai program-program yang akan dilaksanakan, yaitu:

1. Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri

2. Program Peningkatan Perdagangan Luar Negeri

3. Program Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Internasional

4. Program Pengembangan Ekspor Nasional

5. Program Peningkatan Perlindungan Konsumen

2.2.Penelitian Sebelumnya

Mei, dkk (2015) dalam analisisnya mengenai realisisasi APBN 2005-2006 menyimpulkan bahwa dari sisi pendapatan negara, meningkatnya pendapatan Negara dan hibah salah satunya ditunjukkan oleh komposisi sektor perpajakan yang mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan semakin membaiknya perkembangan perekonomian nasional sehingga menyebabkan berkembang pula penerimaan pajak secara perlahan- lahan.Dari sisi belanja negara, anggaran belanja ditahun 2005 ke 2006 mengalami kenaikan dengan pesat, khususnya pada anggaran belanja pemerintah pusat yang mengalami kenaikan tertinggi dibanding anggaran belanja yang lain.

Purbo (2014) dalam analisisnya mengenai data APBN 2009-2014 menyimpulkan bahwa mayoritas anggaran APBN bagi tiap sektor mengalami kenaikan, dan selama 5 tahun tersebut Indonesia selalu mengalami defisit anggaran karna belanja negara selalu ebih besar dibandingkan dengan pendapatan negara

Haerani (2012) dalam analisisnya mengenai faktor-faktor yang mempangeruhi defisit APBN 2001-2010 menyimpulkan bahwa defisit APBN mengalami naik turun , pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung meningkat, nilai tukar riil berfluktuasi dan terdepresiasi sangat tajam terhadap dolar Amerika, harga minyak dunia cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan tingkat inflasi cenderung mengalami penurunan. Jadi, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui pertumbuhan ekonomi, nilai tukar riil, harga minyak dunia, dan tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap defisit APBN.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Jenis penilitian yang digunakan dalam makalah dengan judul “Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Kementerian/Lembaga serta Evaluasi Anggaran dan Kinerja Kementerian Indonesia Tahun 2011- 2015” adalah deskriptif. Penelitian deskriptif ialah salah satu cara penelitian dengan menggambarkan serta menginterpretasi suatu objek sesuai dengan kenyataan yang ada. Penelitian deskriptif sering disebut sebagai noneksperimen, dikatakan demikian karena penelitian ini seseorang yang meneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan juga selalu mengutamakan fakta, sehingga peneliti ini murni menjelaskan dan menggambarkannya. Disebut penelitian deskriptif karena dalam makalah ini penulis menganalisa proyeksi APBN terhadap anggran kementerian selama lima taun terakhir, dan penulis juga mengevaluasi kinerja kemnterian-kementerian berdasarkan penyerapan anggran APBN terhadap program kerja yang dijalankan setiap kementerian tersebut

3.2.Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam makalah ini adalah data skunder. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu merupakan sampel yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS), Website Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Keuangan. Data yang diteliti meliputi data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Belanja Pemerintah Pusat berdasarkan Organisasi, Belanja Kementerian Pertanian, PDB sector Pertanian, Belanja Kementerian Perindustrian, Belanja Kementerian Perdagangan, Penilaian Kinerja Kementerian Perdagangan

BAB IV PEMBAHASAN

4.1.Overview Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selama 5 tahun

4.1.1. Pendapatan dan Belanja Negara Periode 2011 sampai 2015 Dari data Kementerian Keuangan Republik Indonesia menunjukkan bahwa selama lima tahun ini- Tahun 2011 hingga 2015, anggaran pendapatan dan belanja negara terus mengalami peningkatan secara bertahap dari tahun ke tahun. Berikut adalah data ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2011 hingga 2015.

Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Periode 2011-2015

2014 2015 Pendapatan Negara dan

Uraian (Triliun Rupiah)

Hibah Belanjan Negara

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia, diolah

Dari table 1.1 dapat diketahui bahwa ada kenaikan APBN secara bertahap dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Dari data tersebut juga diketahui bahwa rata-rata persentase kenaikan APBN untuk pos Pendapatan Negara dan Hibah adalah 12,9%, jika dilihat dari persentase laju kenaikan pos APBN Pendapatan Negara dan Hibah Selama lima tahun ini terus mengalami penurunan, dan penurunan terbesar dari persentase pendapatan negara ini terjadi pada tahun 2013 yang mengalami penurunan hampir setengahnya, yaitu kenaikan sebesar 16,6% pada tahun 2012 menjadi 8,9% pada tahun 2013.

Dari table 1.1 menunujukkan bahwa target proyeksi penerimaan negara pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebasar Rp. 206,4 triliun atau kenaikan sebesar 18% dari tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 2013 ada kenaikan sebesar Rp. 218,2 triliun pada target penerimaan negara pada tahun tersebut atau turun sebesar 2% dari proyeksi anggaran tahun sebelumnya. Berikutnya terdapat kenaikan target APBN sebesar Rp. 137,4 triliun dan Rp. 126,4 triliun pada tahun berikutnya- 2014 dan 2015. Target pencapaian pada tahun 2014 mengalami penurunan hingga 8% dari tahun 2013 dan pada tahun 2015 target penerimaan negara turun sebesar 1% dari target yang penerimaan pada tahun 2014.

Dari pos APBN Belanja Negara pada table 1.1 diatas dapat disimpulkan bahwa ada kenaikan secaranominal pada pos APBN belanja negara, sedangkan pada persentase kenaikannya atau secara rill lebih ber-fluktuatif. Pada tahun 2012 target belanja negara yang telah ditetap meningkat Rp. 205,8 triliun atau sebesar 16,7% dari target belanja tahun 2011. Pada tahun 2013 kenaikan proyeksi belanja negara meningkat Rp. 247,6 triliun atau meningkat 1% dari tahun sebelumnya, sedangkan untuk tahun 2014 kenaikan belanja negara hanya sebesar Rp. 159,4 triliun atau turun sebesar 3% dari tahun 2013. Pada tahun 2015 proyeksi belanja negra kembali meningkat sebesar 1% dari tahun 2014 atau sebesar Rp. 196,9 triliun. Persentase laju pos APBN belanja negara ditunjukkan oleh Grafik 1.1 berikut:

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Diolah

Grafik 4.1.

Laju Pertumbuhan Aanggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Tahun 2011-2015 (dalam Persentase )

Dari pembahasan sebelumnya telah disampaikan bahwa terjadi penurunan persentase APBN pada tahun 2011 hingga tahun 2015 dan secara grafik ditunjukkan oleh Grafik 1.1, ada beberapa alasan yang menjadi dasar dari penurunan APBN secara rill. Pada sisi pendapatan penurunan proyeksi pendapatan selain dipengaruhi oleh asumsi dasar ekonomi makro juga dipengaruhi oleh perkiraan realisasi pendapatan APBN sebelumnya dan kebijakan pendapatan negara yang ditempuh pada tahun berjalan. Secara khusus target penerimaan tahun 2015 mengalami penurunan target secara rill karena pada tahun tersebut, kebijakan pendapatan negara masih terfokus pada optimalisasi pendapatan negara baik dari sisi penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak, oleh karena secara nominal proyeksi target kenaikan pendapatan yang ditentukan sangat rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Dari sisi penerimaan perpajakan pemerintah menempuh kebijakan Dari pembahasan sebelumnya telah disampaikan bahwa terjadi penurunan persentase APBN pada tahun 2011 hingga tahun 2015 dan secara grafik ditunjukkan oleh Grafik 1.1, ada beberapa alasan yang menjadi dasar dari penurunan APBN secara rill. Pada sisi pendapatan penurunan proyeksi pendapatan selain dipengaruhi oleh asumsi dasar ekonomi makro juga dipengaruhi oleh perkiraan realisasi pendapatan APBN sebelumnya dan kebijakan pendapatan negara yang ditempuh pada tahun berjalan. Secara khusus target penerimaan tahun 2015 mengalami penurunan target secara rill karena pada tahun tersebut, kebijakan pendapatan negara masih terfokus pada optimalisasi pendapatan negara baik dari sisi penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak, oleh karena secara nominal proyeksi target kenaikan pendapatan yang ditentukan sangat rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Dari sisi penerimaan perpajakan pemerintah menempuh kebijakan

Selain itu penurunan proyeksi pendapatan negara menurun pada tahun 2015 juga terjadi karena dipengaruhi penurunan ekspektasi harga minyak mentah di Indonesia dari USD105 per barel menjadi USD75 perbarel. Penurunan ekspektasi lifting minyak bumi dari 900 MBOPD menjadi 849 MOPDM dan lifting gas dari 1248 MBORPD menjadi 17 MBOEPD, menjadi alasan yang melatar belakangi penurunan proyeksi target pendapatan pada periode 2015.

Dengan mengacu pada asumsi dasar ekoonomi makro yang disesuikan dan perubahan kebijakan di bidang belanja negara menjadi faktor penentu dalam perubahan proyeksi belanja negara. Pos terbesar dalam belanja negara disumbang oleh belanja pemerintah pusat yang mendominasi hampir setengah anggaran belanja yang di tentukan pada tahun berjaalan. Oleh karena itu peningkatan volume belanja negara tersebut, disebabkan oleh peningkatan belanja pemerintah pusat yang terus mangalami peningkatan setiap tahunnya disisi lain penngkatan ini juga disebabkan oleh peningkatan transfer ke daerah.

4.1.2. Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Organisasi Periode 2011-2015

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Diolah

Grafik 4.2

Anggaran Belanja Kementerian Negara/ Lembagaa Tahun 2011-2015 (dalam triliun rupiah )

Dari Grafik 4.2 Anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga dapat kita lihat bahwa anggaran belanja berdasarkan kementerian dan lembaga yang ada di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Target belanja pemerintah pusat berdasarkan organisasi pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesaar Rp. 75 triliun atau naik sebesar 17,4% dari tahun 2011 Proyeksi belanja pemerintah pusat kembali meingkat pada tahun 2013 sebsar Rp. 86 triliun atau naik sebesar 16% dari tahun sebelumnya, peningktan ini secara rill menurun sebesaar 1% dari peningkatan tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 dan 2015 proyeksi belanja pemerintah berdasarkan organisasi meningkat masing-masing sebesar Rp. 43 dan Rp. 9 triliun, angka ini menurun cukup signifikan dari proyeksi belanja tahun- tahun sebelumnya.

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Diolah

Grafik 4.3

Belanja Peemerintah Berdasarkan Kementerian Tahun 2011-2015 (dalam triliun rupiah )

Dari data belanja pemerintah pusat berdasarkan organisasi, terdapat 33 kementerian dan 3 kementerian coordinator yang terdaftar didalmnya, salah satunya adalah kementerian pertanian, perdagangan dan perindustrian. Pemilihan tiga kementerian tersebut didasarkan kepada pada sumbangan output dari ketiga kementerian tersebut pada PDB dan sumbangsihnya terhadap perekonomian Indonesia. Dari Grafik 4.3 menunjukkan bahwa target belanja pemerintahan pusat berdasarkan organisasi berdasarkan tiga kementerian tersebut terbesar ada pada kementerian pertanian, hal mendasar yang menjadi alasan besarnya anggaran belanja pemerintah di kementerian pertanian adalah latar belakang negara Indonesia yang merupakan negara agraris. Proyeksi belanja pemerintah pusat untuk kementerian pertanian dari tahun 2011 hingga tahun 2015 dimulai dari angka Rp. 16,7 triliun kemudian naik Rp. 1,1 triliun atau sebesar Rp. 17,8 triliun. Pada tahun 2013 anggaran Dari data belanja pemerintah pusat berdasarkan organisasi, terdapat 33 kementerian dan 3 kementerian coordinator yang terdaftar didalmnya, salah satunya adalah kementerian pertanian, perdagangan dan perindustrian. Pemilihan tiga kementerian tersebut didasarkan kepada pada sumbangan output dari ketiga kementerian tersebut pada PDB dan sumbangsihnya terhadap perekonomian Indonesia. Dari Grafik 4.3 menunjukkan bahwa target belanja pemerintahan pusat berdasarkan organisasi berdasarkan tiga kementerian tersebut terbesar ada pada kementerian pertanian, hal mendasar yang menjadi alasan besarnya anggaran belanja pemerintah di kementerian pertanian adalah latar belakang negara Indonesia yang merupakan negara agraris. Proyeksi belanja pemerintah pusat untuk kementerian pertanian dari tahun 2011 hingga tahun 2015 dimulai dari angka Rp. 16,7 triliun kemudian naik Rp. 1,1 triliun atau sebesar Rp. 17,8 triliun. Pada tahun 2013 anggaran

Anggaran belanja pemerinntah pusat untuk kementerian perdagangan dan perindustrian memiliki tren yang sama, yaitu dimulai dari angka Rp. 2 triliun pada tahun 2011, angka ini terus naik hingga tahun 2013 walupun kenaikannya tidak secara signifikan, kemudian angka ini mulai turun pada 2014 dan kembali turun pada tahun 2015.

4.2.Overview Kinerja Kementrian Pertanian

4.2.1. Program Kerja

1. Pembangunan Infrastruktur Pertanian: Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT); Jaringan Irigasi Desa (JIDES); Tata Air Mikro (TAM); Jalan Usaha Tani (JUT), Jalan Produksi, konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS), embung, sawah, sumur, dam parit, dan konservasi lahan. Dari tahun 2009 sampai 2013, telah dibangun JITUT seluas 388.106 ha; JIDES seluas 227.282 ha; TAM seluas 116.702 ha; optimasi, konservasi dan reklamasi lahan seluas 80.457 ha, JUT dan jalan produksi sepanjang 3.992,24 km, konservasi DAS Hulu seluas 30.050 ha; perluasan sawah sebanyak 82.514 ha; embung sebanyak 1.885 unit; sumur serapan sebanyak 2.469 unit; dan Dam Parit sejumlah 295 unit.

2. Pembangunan Kelembagaan dan Penguatan Modal Petani Bantuan penguatan modal dan pengembangan kelembagaan merupakan upaya untuk mengatasi keterbatasan modal dan kapasitas yang dimiliki petani. Melalui kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat - Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (BLM- PUAP).

3. Penelitian dan Pengembangan Dikembangkan inovasi pola tanam; pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yang adopsinya dipercepat dengan Sekolah Lapang (SL-PTT), dimana sejak tahun 2008 dilaksanakan melalui SL-PTT padi, jagung dan kedelai; sistem integrasi tanaman, ternak bebas limbah (SITTBL); pemupukan, pupuk produk bio; bioteknologi; PHT; alsintan; dan pasca panen; dan lain-lain.

4.2.2. Laporan Keuangan Kementerian Pertanian

Tabel 4.2 Alokasi Anggaran APBN tahun 2013-2014 Kementerian Pertanian

No Eselon

1 Ditjen Pengelolaan Lahan

593,276,200 dan Air

2 Ditjen Tanaman Pangan

2,732,204,375 3 Badan Litbang Pertanian

Sumber : Kementerian Pertanian, diolah

Alokasi anggaran kementerian pertanian terbesar ada pada tiga eselon ini. Yang paing besar adalah alokasi anggaran untuk Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air, adapun program kerja yang dilakukan Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air antara lain; Melakukan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), melakukan perluasan areal di kawasan tanaman pangan, melakukan pemanfaatan terhadap lahan tidak produktif. Dalam bidang pengairan antara lain merahabilitasi jaringan irigasi serta membangun sarana pengembangan air tanah dan permukaan tanah.

Sementara alokasi anggaran terbesar kedua adalah Ditjen Tanaman Pangan, dimana Ditjen Tanaman Pangan ini memiliki program kerja dalam swasembada pangan terutama untuk komoditas padi, jagung, kedelai, program diversifikasi pangan dan program ekspor-impor komoditas pangan pertanian.

Sedangkan alokasi anggaran terbesar nomor tiga adalah Badan Litbang dan Pertanian, dimana Badan Litbang dan Pertanian ini memiliki peran yang sangat penting, yaitu melakukan program dalam rangka penelitian dan pengembangan inovasi bidang pertanian. Dari poin ini dapat dilihat bahwa kementerian pertanian memiliki concern terhadap inovasi dan pengembangan di bidang pertanian sehingga alokasi dana untuk divisi ini memiliki porsi yang besar.

4.2.3. Evaluasi Kinerja Kementerian Pertanian

Tabel 4.3. Pengalokasian APBN Kementerian Pertanian dan PDB Pertanian Tahun 2011-2015

APBN Kementerian Pertanian PDB Pertanian Tahun

Sumber : Kementerian Pertanian, diolah

Tabel 4.3 menunjukkan perbandingan antara belanja kementerian pertanian yang telah dianggarkan dalam APBN dari tahun 2011-2015 dan PDB yang dihasilkan dari sektor perekonomian dari tahun 2011-2015. Dalam tabel ini akan dibahas mengenai dampak anggaran terhadap kementerian pertanian terhadap jumlah PDB yang dihasilkan oleh sektor pertanian.

Peningkatan Anggaran dana untuk kementerian pertanian paling tinggi adalah pada tahun 2012. Tahun 2012 jumlah anggaran untuk kementerian pertanian adalah

17,761.2. Tingginya jumlah anggaran dana dari Negara untuk kementrian pertanian pada tahun 2012 ini karena adanya wacana peningkatan alokasi dana untuk kementrian pertanian minimal 10% dari APBN. Karena selama ini dana yang dikucurkan untuk kementrerian pertanan dianggap sangat sedikit. Peningkatan anggaraan pada tahun 2012 tersebut juga dipengaruhi oleh pelaksanaan program swassembada pangan oleh pemerintah.

Dengan anggaran yang diperbesar dari tahun sebelumnya, PDB pertanian pada tahun 2012 mengalami peningkatan daripada tahun 2011. Tahun 2011 PDB pertanian sebesar 3.37% sementara setelah mengalami peningkatan anggaran oleh Negara, PDB pertanian meningkat menjadi 4.2% pada tahun 2012.

Sementara itu, pemotongan anggaran untuk kementerian pertanian terendah yaitu pada tahun 2014. Dimana angka anggaran sebesar 15,470.6, yang jauah lebih kecil dri anaggaran tahun 2013 yang sebesar 17,819.5. Penurunan anggaran pada tahun 2014 ini disebabkan karena adanya Inpres tahun 2014 atau instruksi presiden tahun 2014 tentang penghematan Aggaran. Penghematan anggaran tersebut dalam rangka pengendalian dan pengamanan pelaksanaan APBN tahun anggaran 2014.

Dengan turunnya anggaran untuk kementerian pertanian pada tahun 2014, tidak mempengaruhi kinerja kementrian pertanian. Hal tersebut dilihat dari semakin meningkatnya PDB sektor pertanian pada tahun 2014 yaitu sebesar 4.24

4.3.Overview Laporan Kinerja Kementrian Perindustrian

4.3.1. Program Kerja Pemerintah dalam visinya menjadikan Indonesia sebagai Negara Industri Tangguh Dunia, telah merencakan pembangunan industri jangka nasional jangka panjang 2020. Indonesia harus memenuhi beberapa kriteria untuk mewujudkannya antara lain :

1. Industri kelas duni

2. PDB sektor industri yang seimbang antar pulau

3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaanpasar

Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut:

1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri

2. Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional

3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung

4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri

5. Memfasilitasi penguatan struktur industry

6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa

7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB. Kementrian Perindustrian pada tahun 2015 memiliki 2 tahapan perencanaan. Dua tahapan tersebut meliputi tahapan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015 dan tahapan penyusunan Perjanjian Kinerja (Perkin) Tahun 2015. Dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) disusun pada tahun anggaran 2014 dan Perkin disusun berdasarkan pada awal tahun anggaran 2015.

RKT tahun 2015 merupakan perencanaan pemerintah yang disusun berdasarkan Peta Strategis tahun 2010-2014 dan dokumen Peta Strategi serta Indikator Kinerja Utama Kementerian Perindustrian sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 114 Tahun 2013 pada tanggal 27 Desember 2013 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 41/MIND/PER/3/2010 tentang Peta Strategi dan Indikator Kinerja Utama Kementerian Perindustrian dan Unit Eselon I Kementerian Perindustrian.

Sedangkan Perjanjian Kineja tahun 2015 disusun bersumber dari hasil evaluasi kinerja Kementerian Perindustrian tahun 2014. Hasil evaluasi dan beberapa penyesuaian ini berdampak pada sasaran strategis, indikator kinerja maupun target yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015. Penyesuaian ini didasari dengan pertimbangan ketersediaan data dukung pengukuran indikator kinerja, rasionalitas ketercapaian target sasaran dan indikator kinerja serta kesesuaian target dengan ketersediaan sumber daya.

4.3.2. Laporan Keuangan Kementerian Perindustrian Tabel 4.4 Rincian Aset Lancar Kementerian Perindustrian

Sumber: Kementerian Perindustrian Nilai Aset Lancar per 31 Desember 2014 dan 2013 adalah masing-masing sebesar Rp92.296.114.340,00 dan Rp77.072.140.778,00. Aset lancar merupakan aset Sumber: Kementerian Perindustrian Nilai Aset Lancar per 31 Desember 2014 dan 2013 adalah masing-masing sebesar Rp92.296.114.340,00 dan Rp77.072.140.778,00. Aset lancar merupakan aset

Tabel 4.5 Rincian Kas Pengeluaran per Eselon 1 Kementerian Perinndustrian

Sumber : Kementerian Perindustrian Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2014 dan 2013 masing-

masing sebesar Rp363.691.428,00 dan Rp3.130.717.786,00 yang merupakan kas yang dikuasai, dikelola, dan di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran yang berasal dari sisa UP/TUP yang belum dipertanggungjawabkan atau disetorkan kembali ke Kas Negara per tanggal neraca. Kas di Bendahara Pengeluaran tersebut keseluruhannya telah disetor ke rekening Kas Negara

4.3.3. Evaluasi Kinerja Kementerian Perdagangan Tabel 4.6 Peran Sektor Industri terhadap PDB

Sumber : Kementerian Perindustrian

4.4.Overview Laporan Kinerja Kementrian Perdagangan

4.4.1. Program Kerja Seperti halnya kementerian lainnya, kementerian mempunyai beberapa program kerja yang menjadi targetnya selama periode tahun berjalan. Program kerja yang diusung oleh kementerian perdagangan setiap tahunnya berbeda, sesuai dengan program kerja atau tujuan perekonomian pada tahun tersebut, tetapi ada beberapa program kerja dasar yang menjadi ciri atau program kerja wajib bagi Kementerian Perdagangan ini. Beberapa program kerja Kementerian Perdagangan yang menjadi target kerja dan pembangunan perekonomian Indonesia, antara lain:

1. Peningkatan Pertumbuhan Ekspor Untuk meningkatkan pertumbuhan ekpor ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh kementerian perdagangan, diantaranya meningkatnya pertumbuhan ekspor non migas, sebagai salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi nasional

2. Peningkatan diversifikasi pasar dan produk ekspor Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya keunggulan komparatif produk ekspor Indonesia di pasar global, yang menunjukkan semakin banyaknya produk- produkdalam negeri yang mampu bersaing di pasar global

3. Peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional Sasaran yang dicai adalah meningkatnya intensitas dan kualitas keikutsertaan Indonesia di berbagai forum internasional dan meningkatnya hasil perundingan yang dihasilkandi berbagai forum internasional, yang mampu memberi nilai tambah bagikepentingan nasional

4. Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Dalam dan Luar Negeri Kementerian Perdagangan juga melakukan upaya peningkatan kinerja pelayanan publik kepada masyarakat melalui penyederhanaan jumlah perijinan impor dan peningkatankualitas pelayanan perijinan perdagangan melalui Unit Pelayanan Perdagangan (UPP)sebagai unit khusus yang memberikan pelayanan perijinan perdagangan kepada dunia usaha.

5. Peningkatan output sektor perdagangan

6. Peningkatan Perlindungan Konsumen Sasran yang ingin dicapai untuk program kerja perlindungan konsumen adalah meningkatkan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya,menumbuhkan kesadaran pelaku usaha akan pentingnya perlindungankonsumen, meningkatkan 6. Peningkatan Perlindungan Konsumen Sasran yang ingin dicapai untuk program kerja perlindungan konsumen adalah meningkatkan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya,menumbuhkan kesadaran pelaku usaha akan pentingnya perlindungankonsumen, meningkatkan

7. Stabilisasi harga bahan pokok Sasaran yang ingin dicapai adalah stabilitas harga bahan pokok yang terkendali, sehingga harga tetap terjangkau sesuai kondisi daya beli masyarakat, sehingga adanya peningkatan perdagangan didalam negeri

4.4.2. Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintahan Pusat serta Peraturan Direktur Jendral Perbendaharaan Nomor PER-57/PB/2013 tentang pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.

Sumber: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Diolah

Grafik 4.4

Realisasi Anggaran Kementerian Perdagangan

Tahun 2011-2015 (rupiah )

Grafik 4.4 menunjukkan berapa besar serapan APBN yang diberikan kepada kementerian perdagangan selama 5 tahun terakhir- tahun 2011-2015. Pagu anggaran adalah besarnya proyeksi APBN untuk kementerian Perdagangan, sedangkan realisasi adalah anggaran yang digunakan oleh kementerian perdagangan untuk memenuhi belanja kementerian dan untuk menjalankan program kerja yang telah disusun untuk pada tahun berjalan.

Dari data realisasi anggaran Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa pada tahun 2011 penyerapan proyeksi APBN pada kementerian perdagangan mencapai 89%, penyerapan anggaran ini terus menurun hingga tahun 2013, yaitu Dari data realisasi anggaran Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa pada tahun 2011 penyerapan proyeksi APBN pada kementerian perdagangan mencapai 89%, penyerapan anggaran ini terus menurun hingga tahun 2013, yaitu

4.4.3. Evaluasi Kinerja Kementerian Perdagangan Tabel 4.7 Pengukuran Pencapaian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2013-2015

2014 2015 No

Sasaran Strategis

Capaian Kinerja (%) 1 Peningkatan Pertumbuhan ekspor

13.95 6.18 -25.8 2 Peningkatan diverifikasi pasar tujuan ekspor dan diverifikasi

- 68.9 99.22 produk ekspor

119.225 3 Perbaikan citra Produk Ekspor Indonesia

97 114.97 103.7 4 Peningkatan peran dan kemampuan kementerian perdagangan

302.6 -28.9 89.53 dalam diplomasi perdagangan internasional

5 Penyederhanaan perizinan perdagangan dalam negeri dan luar 117.45

90.5 60.55 negeri

6 Peningkatan output sektor perdagangan 98.42 87.04 58.97 7 Peningkatan perlindungan konsumen

170.8 227 99.26 8 Pengembangan sarana distribusi perdagangan dalam

100 303 46.87 mendukung kinerja logistik nasional