Pengertian ekonomi mikro dan contohnya

pengertian ekonomi mikro dan contohnya – Yang dimaksud dengan ekonomi mikro adalah
suatu ilmu ekonomi yang melihat dan menganalisis kegiatan-kegiatan ekonomi dengan
menganalisis bagian-bagian yang kecil dari keseluruhan kegiatan ekonomi.
Atau definisi ekonomi mikro yang lain yaitu merupakan suatu cabang ilmu ekonomi yang
mempelajari mengenai perilaku konsumen dan perodusen serta penentuan dari harga pasar
maupun kuantitas faktor input, produk dan jasa yang diperjualbelikan dalam pasar.
Kegiatan ekonomi mikro umumnya mengacu kepada ruang lingkup yang lebih kecil seperti
misalnya: rumah tangga dan perusahaan. Contoh yang mendasar seperti interaksi di pasar
yaitu kegiatan jual-beli antara penjual dan pembeli atau konsumen dan produsen.
Pada dasarnya konsumen selalu berusaha untuk memuaskan seluruh keperluan atau
kebutuhannya dan penjual selalu berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Baca juga mengenai: Pengertian ekonomi makro dan permasalahannya yang dihadapi.
A. Analisa pada ekonomi mikro
Analisa ekonomi mikro dibagi menjadi 3, diantaranya seperti di bawah ini:
1. Teori harga
Yaitu sebagai dasar untuk menganalisa interaksi antara penawaran dan permintaan barang
atau jasa yang ada dalam pasar serta berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhinya.
Yang di analisa seperti:


Proses dari pembentukan harga yang dipengaruhi oleh interaksi antar permintaan dan

penawaran suatu produk atau jasa didalam suatu pasar.



Lalu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan permintaan maupun
perubahan penawaran.



Selanjutnya hubungan antara harga permintaan dan penawaran.



Bentuk-bentuk pasar.



Dan konsep elastisitas permintaan dan penawaran.

2. Teori produksi

Yaitu sebagai dasar untuk menganalisa biaya produksi dan tingkat dari produksi. Yang
dianalisa seperti:


Masalah mengenai biaya produksi barang atau jasa.



Lalu tingkat produksi yang paling menguntungkan bagi pihak produsen.



Dan kombinasi dari faktor produksi yang harus dipilih oleh produsen supaya tujuan
mendapatkan laba yang maksimal bisa tercapai.

3. Teori distribusi
Yaitu teori yang menganalisa ekonomi mikro mengenai upah karyawan atau tenaga kerja,
besarnya bunga yang perlu dibayarkan kepada pemilik modal dan besarnya keuntungan yang
didapatkan oleh produsen.


B. Aktivitas unit-unit dari ekonomi yang dikaji dalam ekonomi mikro
Adapun aktivitas unit-unit dari ekonomi yang dikaji dalam ekonomi mikro, diantaranya
seperti di bawah ini:


Yang pertama, mempelajari mengenai bagaimana perilaku seseorang sebagai
konsumen atau pembeli, sebagai pemilik dari sumber ekonomi dan sebagai produsen.



Yang kedua, mempelajari bagaimana arus dari perputaran barang ataupun jasa yang
dimulai dari produsen sampai kepada konsumen.



Yang ketiga, mempelajari mengenai bagaimana harga-harga barang atau jasa dapat
dibentuk.




Yang keempat, mempelajari mengenai bagaimana pihak produsen dalam menentukan
tingkat produksinya supaya dapat tercapai keuntungan yang maksimal.



Dan yang kelima, mempelajari menganai bagaimana konsumen mengalokasikan
penghasilannya yang terbatas untuk mendapatkan produk atau jasa yang
dibutuhkannya sehingga bisa tercapai kepuasan yang maksimal.

C. Komponen yang terdapat pada ekonomi mikro
1. Interaksi di Pasar Barang
Hal pertama yang dijelaskan dalam teori ekonomi mikro yaitu tentang aktivitas suatu pasar
barang. Dilihat dari segi pandangan ekonomi mikro, suatu perekonomian adalah gabungan

bari berbagai jenis pasar, termasuk pasar barang. Maka untuk mengenal corak dari kegiatan
suatu perekonomian, perlu untuk memperhatikan corak dari suatu pasar barang.
Aktivitas tawar menawar mengenai harga barang yang dilakukan oleh penjual dan pembeli di
pasar. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk membentuk harga yang sesuai dengan
kesepakatan dari kedua belah pihak. Pembentukan harga barang terjadi melalui proses
interaksi permintaan dan penawaran antar pihak penjual dan pembeli, dan kesepakatan harga

dapat menghasilkan keseimbangan. Dengan mendalami ekonomi mikro dapat diketahui
persoalan yang sedang terjadi dalam interaksi di dalam pasar.
2. Tingkah Laku Penjual dan Pembeli
Lalu hal yang dijelaskan dalam teori ekonomi mikro yaitu mengenai tingkah laku konsumen
dan produsen atau pembeli dan penjual di dalam pasar. Kegiatan produsen dan konsumen
pada kegiatan ekonomi dilandasi oleh tujuan mereka masing-masing. Dalam ekonomi mikro
dibahas mengenai upaya konsumen dalam mencukupi kebutuhan dengan pendapatannya yang
sangat terbatas, dan sementara itu perilaku produsen dibahas tentang upaya bagaimana
produsen dalam memperoleh keuntungan yang maksimal. Anggapan yang dipakai dalam
menganalisis prilaku konsumen dan produsen dalam kegiatan ekonomi yaitu sebagaimana
berikut ini:


Yang pertama, pihak produsen dan konsumen melakukan kegiatan ekonomi secara
rasional.



Yang kedua, konsumen berusaha mendapatkan kepuasan yang maksimal dengan dana
yang sangat terbatas.




Yang ketiga, produsen berusaha mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan
pengorbanan tertentu.

3. Interaksi di Pasaran
Dan hal terpenting lainnya yang dibahas dalam teori ekonomi mikro yaitu interaksi antara
konsumen dan produsen atau penjual dan pembeli di pasaran faktor-faktor produksi. Pasar
faktor produksi menyediakan faktor-faktor produksi yang diperlukan oleh pihak produsen
untuk dapat melakukan kegiatan produksinya. Faktor produksi diantaranya seperti: SDA
(sumber daya alam), SDM (Sumber daya manusia), modal dan kewirausahaan. Faktor-faktor
produksi tersebut disediakan oleh rumah tangga konsumen, atas penyediaan dari faktor-faktor
produksi rumah tangga konsumen akan mendapatkan balasan jasa. Di pasar faktor produksi
juga akan terjadi tawar-menawar antar produsen dan konsumen dalam pembentukan harga.
Itulah tulisan yang membahas tentang pengertian ekonomi mikro, jika terdapat kekurangan
atau kesalahan perbaiki dan lengkapi saja oleh kamu sendiri. Jika tulisan ini bermanfaat apa
salahnya jika di Share ke teman kamu yang lain.

ILMU EKONOMI MIKRO

Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari
ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta
penentuan hargaharga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang
diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai keputusan dan
perilaku tersebut mempengaruhi penawaran dan permintaan atas barang dan jasa,
yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada gilirannya, menentukan
penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya. Individu yang melakukan
kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal, bersama-sama individu lainnya di
pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi
bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris paribus).
Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas
ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi,
pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta dampak
atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap halhal tersebut.
Tinjauan umum
Salah satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisa pasar beserta
mekanismenya yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi
dari sumber terbatas diantara banyak penggunaan alternatif. Ekonomi mikro
menganalisa kegagalan pasar,yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi hasil
yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan bagi suatu

pasar persaingan sempurna. Bidangbidang penelitian yang penting dalam ekonomi
mikro, meliputi pembahasan mengenai keseimbangan umum (general equilibrium),
keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta
berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah
pembahasan mengenai elastisitas produk dalam sistem pasar.
Asumsi dan definisi
Teori penawaran dan permintaan biasanya mengasumsikan bahwa pasar
merupakan pasar persaingan sempurna. Implikasinya ialah terdapat banyak pembeli
dan penjual di dalam pasar, dan tidak satupun diantara mereka memiliki kapasitas
untuk mempengaruhi harga barang dan jasa secara signifikan. Dalam berbagai
transaksi di kehidupan nyata, asumsi ini ternyata gagal, karena beberapa individu
(baik pembeli maupun penjual) memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga.
Seringkali, dibutuhkan analisa yang lebih mendalam untuk memahami persamaan

penawaran-permintaan terhadap suatu barang. Bagaimanapun, teori ini bekerja
dengan baik dalam situasi yang sederhana.
Ekonomi arus utama (mainstream economics) tidak berasumsi apriori bahwa
pasar lebih disukai daripada bentuk organisasi sosial lainnya. Bahkan, banyak
analisa telah dilakukan untuk membahas beragam kasus yang disebut “kegagalan
pasar”, yang mengarah pada alokasi sumber daya yang suboptimal, bila ditinjau dari

sudut pandang tertentu (contoh sederhananya ialah jalan tol, yang menguntungkan
semua orang untuk digunakan tetapi tidak langsung menguntungkan mereka untuk
membiayainya). Dalam kasus ini, ekonomi akan berusaha untuk mencari kebijakan
yang akan menghindari kesia-siaan langsung di bawah kendali pemerintah, secara
tidak langsung oleh regulasi yang membuat pengguna pasar untuk bertindak sesuai
norma konsisten dengan kesejahteraan optimal, atau dengan membuat “pasar yang
hilang” untuk memungkinkan perdagangan efisien dimana tidak ada yang pernah
terjadi sebelumnya. Hal ini dipelajari di bidang tindakan kolektif. Harus dicatat juga
bahwa “kesejahteraan optimal” biasanya memakai norma Pareto, dimana dalam
aplikasi matematisnya efisiensi Kaldor-Hicks, tidak konsisten dnegan norma
utilitarian dalam sisi normatif dari ekonomi yang mempelajari tindakan kolektif,
disebut pilihan masyarakat/publik. Kegagalan pasar dalam ekonomi positif (ekonomi
mikro) dibatasi dalam implikasi tanpa mencampurkan kepercayaan para ekonom
dan teorinya.
Permintaan untuk berbagai komoditas oleh perorangan biasanya disebut
sebagai hasil dari proses maksimalisasi kepuasan. Penafsiran dari hubungan antara
harga dan kuantitas yang diminta dari barang yang diberi, memberi semua barang
dan jasa yang lain, pilihan pengaturan seperti inilah yang akan memberikan
kebahagiaan tertinggi bagi para konsumen.
Model operasi

Diasumsikan bahwa semua perusahaan mengikuti pembuatan keputusan
rasional, dan akan memproduksi pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Dalam
asumsi ini, ada empat kategori dimana keuntungan perusahaan akan
dipertimbangkan:
• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan ekonomi ketika
average total cost lebih rendah dari setiap produk tambahan pada keluaran
maksimalisasi keuntungan. Keuntungan ekonomi adalah setara dengan kuantitas
keluaran dikali dengan perbedaan antara average total cost dan harga.
• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan normal ketika
keuntungan ekonominya sama dengan nol. Keadaan ini terjadi ketika average total
cost setara dengan harga pada keluaran maksimalisasi keuntungan.
• Jika harga adalah di antara average total cost dan average variable cost pada
keluaran maksimalisasi keuntungan, maka perusahaan tersebut dalam kondisi
kerugian minimal. Perusahaan ini harusnya masih meneruskan produksi, karena
kerugiannya akan makin membesar jika berhenti produksi. Dengan produksi terus
menerus, perusahaan bisa menaikkan biaya variabel dan akhirnya biaya tetap, tetapi
dengan menghentikan semuanya akan mengakibatkan kehilangan semua biaya
tetapnya.
• Jika harga dibawah average variable cost pada maksimalisasi keuntungan,
perusahaan harus melakukan penghentian. Kerugian diminimalisir dengan tidak

memproduksi sama sekali, karena produksi tidak akan menghasilkan keuntungan
yang cukup signifikan untuk membiayai semua biaya tetap dan bagian dari biaya
variabel. Dengan tidak berproduksi, kerugian perusahaan hanya pada biaya tetap.

Dengan kehilangan biaya tetapnya, perusahaan menemui tantangan. Akan keluar
dari pasar seutuhnya atau tetap bersaing dengan resiko kerugian menyeluruh.
Kegagalan pasar Dalam ekonomi mikro, istilah “kegagalan pasar” tidak berarti
bahwa sebuah pasar tidak lagi berfungsi. Malahan, sebuah kegagalan pasar adalah
situasi dimana sebuah pasar efisien dalam mengatur produksi atau alokasi barang
dan jasa ke konsumen. Ekonom normalnya memakai istilah ini pada situasi dimana
inefisiensi sudah dramatis, atau ketika disugestikan bahwa institusi non pasar akan
memberi hasil yang diinginkan. Di sisi lain, pada konteks politik, pemegang modal
atau saham menggunakan istilah kegagalan pasar untuk situasi saat pasar dipaksa
untuk tidak melayani “kepentingan publik”, sebuah pernyataan subyektif yang
biasanya dibuat dari landasan moral atau sosial.

Materi Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro
Sistem Harga
SISTEM HARGA
Dalam kehidupan ekonorni modern harga-harga memainkan peranan yang
amat penting, justru karena produsen dan konsumen (termasuk dunia perbankan,
pedagang ckspor-impor dan pemerintah sendiri) bertindak atas dasar pertimbangan
dan perbandingan harga.
a. NILAI DAN HARGA
Para ahli filsafat telah memikirkan persoalan harga dan nilai. Karena pada
waktu itu uang helum begitu berperanan, yang diutamakan adalah pengertian Nilai
barang.
ARISTOTELES (384-322 seb.M.) pada tahun 300 sebelum Masehi telah
membahas masalah ini, Menurut Aristoteles suatu barang mempunyai nilai karena
berguna untuk yang memilikinya (= Nilai pakai), atau karena barang tsb. dapat
dipertukarkan dengan barang lain (= Nilai tukar). Jenis-jenis nilai mi masih dapat
dibedakan obyektif dan subyektif.
Nilai pakal (Value in use atau Utility) adalah kemampuan suatu barang untuk
dapat memenuhi suatu kebutuhan manusia.
1. Nilai pakai obyektif = kemampuan atau sifat barang untuk dapat memenuhi suatu
kebutuhan manusia, jadi kegunaan atau faedah barang.
2. Nilai pakai subyektif = penilaian yang diberikan seseorang terhadap suatu barang
karena kemampuan barang tsb. dalam memenuhi kebutuhannya. Pcnilaian subyektif
mi dapat sangat berbeda-beda menurut situasi dan kondisi, seperti mendesaknya
kebutuhan seseorang dan jumlah barang yang tersedia.
Nilai tukar (Value in exchange) adalah kemampuan suatu barang untuk dilukarkan
dengan barang lain di pasar.
a. Nilai tukar obyektif = kemampuan suatu barang untuk dipertukarkan dengan barang
lain.
b. Nilai tukar subyektif = penilaian yang diberikan seseorang bila barang tsb. akan
ditukarnya dengan barang lain.
Harga suatu barang adalah nilai (tukar) barang tsb. dinyatakan atau diukur
dengan uang. Jadi antara nilai dan harga tidak sama: Nilai (tukar) suatu barang

diukur dengan membandingkannya dengan barang lain. Sedang harga diukur
dengan uang. Nilai suatu barang adalah dasar untuk penentuan harga barang tsb.
Pada abad pertengahan masalah harga terutama disoroti dan segi moral baikburuk, halal dan haram. Yang dipersoalkan adalah apakah harga suatu barang itu
“adil” (wajar/pantas = just price). Karena harga yang diminta oleh produsen penjual
barang tertentu ikut mempengaruhi kesejahteraan pembeli atau masyarakat, perlu
dijaga jangan sampai orang mencari keuntungan dengan memeras sesamanya yang
miskin. Hal ini khususnya berlaku untuk pinjam-meminjam uang dengan bunga yang
tinggi.
Sementara itu kaum klasik mempersoalkan faktor apa yang penentuan tinggi
rendahnya harga suatu barang Meskipun jelas bagi mereka bahwa suatu barang
tidak akan diproduksikan kalau barang tsb. tidak berguna bagi konsumen, tetapi
perhatian mereka dipusatkan pada segi biaya produksi.
Biaya produksi sebagai dasar harga dan nilai: Teori nilai obyektif
ADAM SMITH (1723-1790) menegaskan bahwa nilai (= nilai tukar atau harga)
suatu barang diteniukan oleh biaya produksinya. Dalam masyarakat yang masih
sangat sederhana, nilai tukar atau harga suatu harang terutama ditentukan oleh
banyak-sedikitnya kerja manusia yang telah dicurahkan untuk menghasilkan barang
tsb. Tetapi dalam masyarakat yang sudah lebih maju, biaya-biayaproduksi lain harus
ikut diperhitungkan pula, yaitu upah tenaga kerja, biaya bahan-hahan. sewa tanah.
bunga modal dan laba pengusaha.
DAVID RICARDO (1772-1823) membatasi biaya produksi hanya pada tenaga
kerja nianusia saja. Jadi harga suatu harang tergantung dan banyak-sedikitnyakerja
manusia yang telah dicurahkan dalarn produksi barang tsb. Ia membedakan antara
barang seni dan barang biasa. Nilai harang seni memang ditentukan oleh
banyaknya pengaguran barang seni tsb.: makin banyak penggernarnya, makin tinggi
nilai dan harganya, karena harang seni tidak dapat diperbanyak. Lain halnya dengan
barang biasa yang dapat diproduksi dalarnjumlah yang banyak. Teorinya dikenal
dengan nama teori nilai kerja.
Contoh:
Andaikan kita dapat mengukur berapa jumlah jam kerja yang diperlukan untuk
produksi agung, beras dan pakaian (kain ). Angka—angka di hawah mi hanya
sebagai misal saja:
Produk Jumlah jam kerja yg diperlukan
Jagung (kg) 20
Beras (kg) 10
Kain (meter) 80
Menurut teori ini, jagung dan beras akan dipertukarkan dengan perbandingan 2
kg jagung untuk 1 kg beras. Satu meter kain dapat dijual dengan “harga” 4kg jagung
atau 2kg beras. Satu kg beras cukup untuk membayar ½ meter kain. Satu kg jagung
dapat ditukar dengan ½ kg beras atau 74 meter kain.
Cara berpikir seperti ini memang masuk di akal pada jaman itu. Karena pada
waktu itu tenaga kerja adalah faktor produksi yang utama, peralatan produksi masih
serba primitif. dan kehutuhan masyarakat rnasih terbatas pada kebutuhan dasar
sandang, pangan dan papan. Lagi pula penggunaan baang masih sangat terhatas.
Dalam keadaan seperti itu barang-barang dipertukarkan dengan harga sesuai
dengan biaya produksinya.
KARL MARX (1818-1883) mengambil alih teori Ricardo tsh., tetapi lebih
diperseinpitlagi. Menurut Marx tenaga kerja merupakan satu-satunya sumher nilai.
Nilai dan harga setiap barang ditentukan oleh jumlah kerja (rata-rata) yang telah

dicurahkan dalam proses produksinya. Dan itu Marx menarik kesimpulan, hahwa
laba (selisih antara harga jual suatu barang dan biaya produksinya, atau yang
disebutnya “nilai lebih”)
HENRY CAREY (1793-1879) memperbaiki teori nilai biaya produksi dengan
mtnunjukkan hahwa yang penting sebenarnya bukan biaya-biaya yang telah
dikeluarkati (= harga histonis). melainkan biaya-biaya yang penlu untuk
rnenghasilkan kembali harang yang sama (= biaya reproduksi).
Teori-teori di atas dikenal dengan nama teori nilai obyektif.
Kelemahan teori tsb adalah bahwa hendak menjelaskan terjadinya nilai dan dari
satu segi saja, yaitu dan segi biaya produksi atau dan segi produsen saja.
Memang, biaya produksi itu penting dalam penentuan harga jual oleh produsen.
tetapi nilai dan harga tidak hanya tergantung dan produsen saja! Sebenarnya
mereka pun tahu bahwa kehutuhan dan selera konsumen pentingjuga. Kalau begitu.
mengapa mereka membatasi hanya pada segi hiaya saja. Sementara itu segi
kegunaan barang sama sekali diabaikan.

PENDEKATAN MARGINAL UTILITY
Perilaku konsumen bisa diterangkan dengan menggunakan pendekatan
marginal utility sebagai berikut:
(a) Utility bisa diukur dengan uang, dan
(b) Hukum Gossen (law of diminishing marginal utility) berlaku, yaitu bahwa semakin
banyak sesuatu barang dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan (marginal utility)
yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun,
dan
(c) Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.
Perhatikan perbedaan antara kepuasan total (total utility) dan kepuasan
marjinal (marginal utility).

Pada Gambar 1 marginal utility diatas :
1. Dari konsumsi suatu barang X , Semakin banyak barang X yang dikonsumsikan,
semakin kecil marginal utility yang diperoleh dari barang X yang terakhir
dikonsumsikan [anggapan (b) di atas].
2. Bila harga barang X adalah OPx, maka pada tingkat konsumsi yang lebih rendah
dari 0X 3, tingkat kepuasan total (total utility) konsumen belum mencapai maksimum.
Misalnya pada tingkat konsumsi OX1, maka setiap tambahan pembelian 1 (satu) unit
X akan memberikan tambahan kepuasan (yang dinilai dengan uang) sebesar X1 B

sedangkan pengorbanan (berupa pembayaran harga) untuk 1 unit tersebut adalah
hanya X1 A ( = OPx).
Jadi ada tambahan kepuasan netto sebesar AB bila konsumen membeli lebih
banyak X. Oleh sebab itu masih menguntungkan baginya apabila ia menambah
pembelian barang X.
3. Sebaliknya, pada tingkat konsumsi lebih besar dari OX 3 maka kepuasan total
konsumen juga tidak maksimum. Misalnya pada imgkat konsumsi OX2, maka
tambahan kepuasan yang diperoleh dari pembelian 1 (satu) unit terakhir dari barang
X hanya sebesar X2E, sedangkan pengorbanan konsumen adalah sebesar X2D (=
OPx); jadi
4. Akan menambah kepuasan total konsumen bila ia mengurangi tingkat konsumsi
(pembeliannya). Konsumen akan mencapai kepuasan total yang maksimum pada
tingkat konsumsi (pembelian) di mana pengorbanan untuk pembelian unit terakhir
dari barang tersebut (yang tidak lain adalah harga unit terakhir tersebut) adalah
sama dengan kepuasan tambahan yang didapatkan dari unit terakhir tersebut.
Kepuasan total maksimum tercapai bila :

Penjelasannya :
1. Bila seandainya harga barang X naik dari OPx menjadi OPx, maka untuk mencapai
posisi kepuasan total yang maksimum (atau sering disebut posisi equilibrium
konsumen), konsumen akan me-milih tingkat konsumsi (pembelian) sebesar OX4
(yang lebih kecil dari OX3). Jadi perilaku konsumen yang dinyatakan oleh Hukum
Permintaan terbukti.
2. Perhatikan bahwa dengan pendekatan marginal utility ini, kurva Marginal Utility (yang
diukur dengan uang) tidak lain adalah kurva permintaan konsumen, karena
menunjukkan tingkat pembeliannya (atau jumlah yang ia minta) pada berbagai
tingkat harga.
Untuk kasus di mana konsumen menghadapi beberapa macam barang yang
dibeli, maka posisi equilibrium konsumen adalah :

1. Syarat ini bisa dicapai dengan anggapan bahwa konsumen mempunyai uang (atau
penghasilan atau “budget” yang cukup untuk dibelanjakan untuk setiap barang
sampai marginal utility setiap barang sama dengan harga masing-masing barang.
2. Bila kita menganggap suatu kasus yang lebih realistis di mana konsumen hanya
mempunyai sejumlah uang yang tertentu yang tidak cukup untuk membeli barangbarang sampai pada tingkat MU = P untuk setiap barang, maka bisa dibuktikan
bahwa dengan uang yang ter-batas tersebut ia bisa mencapai kepuasan total yang
paling tinggi bila ia mengalokasikan pembelanjaannya sehingga dipenuhi
persyaratan tersebut :

Syarat ini disebut equilibrium konsumen dengan constraint. (Yaitu dengan
pembatasan jumlah uang yang dipunyai).
Dalam kasus banyak barang ini pun kita bisa menunjukkan bahwa Hukum
Permintaan berlaku bagi masing-masing barang (X, Y,Z dan seterusnya).