Jurnal pengaruh video pembelajaran dan

PENGARUH PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN DAN
GAYA KOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
SISWA KELAS V SDN 187/IV KOTA JAMBI

Jurnal yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan

Oleh
JUNIAR SIREGAR
NIM. A2E011058

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013

PENGARUH PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN DAN
GAYA KOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA
KELAS V SDN 187 KOTA JAMBI
Juniar Siregar, Emosda, Rahmat Murbojono
ABSTRACT

Goals of this research is to study and describe the effect of using
instructional videos and cognitive style on sudents’ achievement
of science. This study is a 2x2 factorial design experiment. The
design of experiment is Quasi-experiments Nonequivalent
Control Group Design. The experiment was conducted at SDN
187 South Jambi, in August 2013 to November 2013. The
subjects were all 5th grade students who totaled 60
people. Instruments used were: 1) instrument test for student’s
ahievement of science, 2) instrument test for cognitive style.
Data analysis was using two-way ANOVA and Tukey analysis with
α = 0,05. The common finding is: there is interaction between
the using of instructional media and cognitive style on the
student’s achievement. Based on the finding, the study result
that there is an effect of using instructional videos and cognitive
style on sudents’ achievement. It is recommended that teachers
should use instructional videos as a tool to convey the message
of learning. Teachers also must be selective in choosing
instructional media, so it can improve students’ achievement
who have FD cognitive style. Teachers can help the students who
have FD cognitive style by giving enough guidence and extrinsic

motivation. Teachers can help the students who have FI cognitive
style by reduce direct involvement in providing gidance.
PENDAHULUAN
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains di
Sekolah Dasar pada dasarnya diberikan untuk membekali siswa
agar memiliki wawasan, keterampilan, dan sikap ilmiah sejak
dini. IPA berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip, dan juga proses
penemuan

itu

sendiri.

Pembelajaran

IPA

bertujuan

untuk


mengembangkan kemampuan pemahaman konsep-konsep sains,
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

1

sekitar, serta mempersiapkan siswa agar mampu memecahkan
masalah dan membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari.
Agar tujuan penyelenggaraan pembelajaran IPA di sekolah
tercapai, maka diperlukan lingkungan belajar yang mendukung
bagi

siswa.

Dalam

hal

ini


guru

bertugas

membantu,

membimbing, dan memimpin siswa agar berlangsung interaksi
edukatif seperti yang diharapkan. Sebagai pendidik yang harus
melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang guru harus
memiliki kemampuan profesional, yaitu terpenuhinya syarat
kompetensi guru, di mana salah satunya adalah menggunakan
media atau sumber dalam kegiatan pembelajaran. Kompetensi
guru untuk menggunakan media atau sumber meliputi kegiatan
pengenalan, pemilihan, dan penggunaan media, pembuatan alat
bantu

pelajaran

yang


sederhana,

serta

penggunaan

perpustakaan dalam proses pembelajaran.
Media “mengacu pada segala sesuatu yang membawa
informasi antara sumber dan penerima” (Smaldino, Lowther, &
Russell, dalam Newby dan kawan-kawan, 2011:15). Selain itu,
jika pesan-pesan berisi informasi dengan tujuan pembelajaran,
pesan-pesan tersebut dianggap sebagai media pendidikan.
Setiap

media

pendidikan

merupakan


sarana

yang

menghubungkan siswa, guru, dan isi pembelajaran (Newby dan
kawan-kawan, 2011:16).

2

Sejalan

dengan

perkembangan

ilmu

pengetahuan

dan


teknologi, penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran
menjadi semakin penting. Pada mulanya media hanya dikenal
sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yang dianggap
sebagai kendaraan pembawa pesan pembelajaran namun tidak
mempengaruhi

pencapaian

siswa.

Namun

hasil

penelitian

selanjutnya menunjukkan bahwa penggunaan media audio dan
video berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, dan dilaporkan
bahwa penggunaan media audio visual lebih efektif dalam

mencapai hasil belajar dibandingkan bila dengan menggunakan
media visual teks atau tanpa media (Asyhar, 2011:19).
Sebagai upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran
di sekolah, pihak pemerintah dan semua pihak yang terkait
berupaya memperlengkap sarana dan fasilitas yang dapat
dimanfaatkan oleh guru sebagai media pembelajaran. Media
yang disediakan tidak lagi hanya terbatas pada buku teks saja,
tetapi juga ada tape recorder, radio, CD player, dan komputer,
serta berbagai jenis CD pembelajaran, model, gambar, foto, film,
dan sebagainya. Dengan tersedianya beragam jenis dan format
media di sekolah, diharapkan guru dapat memanfaatkannya
sehingga pembelajaran dapat menjadi lebih menarik bagi siswa
dan dapat membantu guru dalam menyampaikan pesan dan
informasi sehingga menjadi lebih jelas.

3

Berdasarkan

observasi


awal

di

lapangan,

peneliti

menemukan bahwa tersedianya beragam jenis dan format media
di sekolah tidak diimbangi oleh kemauan dan kreatifitas guru
untuk memanfaatkannya. Masih banyak guru yang bertahan
dengan

model

pembelajaran

konvensional


yang

hanya

memanfaatkan buku teks sebagai media dan sumber belajar
serta mengandalkan verbalistik dalam proses penyampaian
pesan dan informasi pembelajaran. Keterbatasan guru dalam
memanfaatkan

media

pembelajaran

ini

pada

akhirnya

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Sanjaya (2008:199-200) menyatakan bahwa pemanfaatan
media

sangat

berpengaruh

terhadap

proses

mendapatkan

pengalaman belajar bagi siswa, seperti yang dilukiskan dalam
kerucut pengalaman (cone of experience) Edgar Dale. Kerucut
pengalaman

Edgar

Dale

memberikan

gambaran

bahwa

pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses
perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses
mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu, dan
proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa
mempelajari

bahan

pelajaran,

maka

semakin

banyak

pengalaman belajar yang diperoleh siswa. Sebaliknya, semakin
abstrak siswa memperoleh pengetahuan, maka semakin sedikit
pengalaman belajar yang diperoleh siswa sehingga berpengaruh
terhadap rendahnya prestasi belajar siswa.

4

Arikunto (2005) mendefinisikan hasil belajar sebagai suatu
hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil
belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun
kata-kata. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel,
1996). Aspek perubahan mengacu kepada taksonomi tujuan
pembelajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simson, dan
Harrow yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
(Winkel, 1996). Hasil belajar sering disebut juga prestasi belajar,
kata prestasi berasal dari Bahasa Belanda yaitu prestatie,
kemudian dalam Bahasa Indonesia disebut prestasi, disebutkan
sebagai hasil usaha.
Prestasi belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD
Negeri 187 Kecamatan Jambi Selatan masih tergolong rendah,
khususnya pada materi “Organ Peredaran Darah Manusia”.
Rendahnya prestasi belajar siswa pada materi tersebut dapat
dilihat dari perolehan nilai ulangan harian, di mana masih banyak
siswa yang memperoleh nilai di bawah standar minimum atau
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Nilai KKM yang ditetapkan
oleh pihak sekolah yaitu 70, dan perolehan nilai siswa pada
materi tersebut masih rendah yaitu hanya 40% siswa yang
mendapatkan nilai di atas nilai KKM.
Berdasarkan observasi awal tampak bahwa pada umumnya
guru IPA di SD Negeri 187 Kecamatan Jambi Selatan jarang

5

menggunakan media pembelajaran lain selain buku teks. Siswa
menyatakan bahwa penggunaan media yang kurang bervariasi
menjadikan kegiatan pembelajaran kurang menarik sehingga
siswa sering kali merasa bosan. Perhatian siswa terhadap
penyampaian materi tidak dapat bertahan lama ketika guru
menerangkan materi dari buku teks. Melalui wawancara siswa
menyatakan bahwa mereka kurang termotivasi jika hanya
menggunakan buku teks dalam proses pembelajaran.
Mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar kelas V, merupakan
mata pelajaran yang memuat banyak materi yang bersifat
abstrak bagi siswa, misalnya materi mengenai “Organ Peredaran
Darah Manusia”. Terdapat banyak objek yang tidak dapat
dijelaskan oleh guru secara verbalistik saja, misalnya objek yang
terlalu kecil, objek yang terlalu besar, objek yang tidak mudah
dijangkau, atau suatu proses yang terlalu cepat atau terlalu
lambat untuk diamati. Karakteristik materi pelajaran yang seperti
ini mengharuskan guru untuk menggunakan media sebagai alat
bantu pembelajaran untuk menyampaikan informasi kepada
siswa. Jika guru tidak menggunakan media, maka siswa akan
kesulitan dalam memahami konsep yang tidak dapat dijangkau
oleh indera tersebut. Dengan menggunakan media, siswa akan
lebih mudah memahami materi sehingga akan menimbulkan
minat belajar yang tinggi.

6

Media pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah

media

pembelajaran

audio

visual

berupa

video

pembelajaran yang memuat program-program pembelajaran
yang dapat disampaikan kepada siswa di kelas. Media video
pembelajaran dapat menampilkan suatu gambaran yang realistis
mengenai suatu objek karena memiliki kemampuan mengolah
perspektif

ruang

dan

waktu.

Media

video

pembelajaran

memungkinkan untuk memanipulasi waktu yang diperlukan
untuk mengamati suatu peristiwa maupun objek dan juga dapat
memanipulasi ruang, yaitu melalui media video pembelajaran
gambaran objek dapat diperbesar maupun diperkecil. Selain itu,
media video pembelajaran dapat memberikan efek animasi
dimana objek yang tidak terlihat dapat digambarkan melalui
animasi yang relevan.
Selain dipengaruhi oleh pemanfaatan media pembelajaran di
kelas, peningkatan hasil belajar juga dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti gaya kognitif (cognitive style). Betapapun baik dan
lengkapnya kurikulum, metode, media, serta sarana dan fasilitas
pendidikan lainnya, namun hasil belajar juga sangat dipengaruhi
oleh gaya kognitif masing-masing siswa. Gaya kognitif setiap
individu berbeda-beda dalam memecahkan masalah. Perbedaan
gaya

kognitif

berkaitan

dengan

cara

individu

tersebut

merasakan, mengingat, memikirkan, memecahkan masalah, dan
membuat keputusan, yang mencerminkan kebiasaan bagaimana

7

informasi diproses. Masing-masing gaya kognitif yang mencirikan
setiap individu tersebut merupakan persepsi individu yang relatif
menetap sehingga dapat dipakai untuk menjelaskan perilaku
seseorang dalam menghadapi berbagai situasi.
Salah satu dimensi gaya kognitif yang secara khusus perlu
dipertimbangkan dalam pendidikan adalah gaya kognitif yang
dibedakan berdasarkan perbedaan psikologis, yaitu gaya kognitif
field dependent dan field independent. Individu dengan gaya
kognitif field dependent sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan
lebih

menyukai

bidang

humanitas

serta

ilmu-ilmu

sosial,

sedangkan individu dengan gaya kognitif field independent
cenderung

kurang

dipengaruhi

oleh

lingkungan

dan

lebih

menyukai matematika serta ilmu pengetahuan alam (Nasution,
2009:95-96).
Bertolak dari latar belakang yang telah diuraikan, maka
peneliti

tertarik

untuk

mengkaji

tentang

pengaruh

video

pembelajaran dan gaya kognitif terhadap hasil belajar siswa pada
bidang studi IPA. Oleh karena itu penelitian ini menjadi penting
untuk dilakukan dengan kajian eksperimental.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan
desain faktorial 2x2. Rancangan eksperimen yang digunakan

8

dalampenelitian ini adalah Quasi-experiments Non-equivalent
Control Group Design.
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu: Variabel bebas
(independent
menggunakan

variable)
video

berupa

model

pembelajaran

dan

pembelajaran
buku

teks

yang
pada

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); Variabel moderator
berupa gaya kognitif siswa; dan Variabel terikat berupa hasil
belajar.
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 187 Kec. Jambi Selatan,
pada bulan Agustus 2013 sampai dengan November 2013.
Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas V yang berjumlah
60 orang. Instrumen yang digunakan adalah: 1) Tes hasil belajar
IPA; 2) Tes gaya kognitif. Instrumen tes gaya kognitif merupakan
adaptasi dari Group Embedded Figures Test

(GEFT) yang

dikembangkan oleh Within dan Oltman. Analisis data yang
dilakukan adalah analisis ANAVA dua jalur dan uji Tukey pada
taraf signifikansi α = 0,05.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan analisis ANAVA dua jalur dan uji Tukey,
penelitian ini menemukan bahwa:
1) Hipotesis 1
Ho : μ A1 = μ A2
Ha : μ A1≠ μ A2

9

Secara statistik H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar IPA siswa pada kelas eksperimen
yang

mengikuti

pembelajaran

IPA

menggunakan

video

pembelajaran bila dibandingkan dengan siswa pada kelas
kontrol yang mengikuti pembelajaran IPA secara konvensional
menggunakan buku teks. Hasil belajar IPA siswa pada kelas
eksperimen (μA1 = 79,67) berbeda secara signifikan bila
dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol (μA2 =64,33).
2) Hipotesis 2
Ho : μ A1B1 = μ A2B1
Ha : μ A1B1≠ μ A2B1
Secara statistik Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan
rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa bergaya kognitif FI
yang

mengikuti

pembelajaran

pembelajaran bila

dibandingkan

IPA

menggunakan

dengan

kelompok

video
siswa

bergaya kognitif FI yang mengikuti pembelajaran IPA secara
konvensional menggunakan buku teks. Hasil belajar IPA
kelompok

siswa

bergaya

kognitif

FI

yang

mengikuti

pembelajaran IPA menggunakan video pembelajaran (μA1B1 =
84,33) tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok siswa
bergaya kognitif FI yang mengikuti pembelajaran IPA secara
konvensional menggunakan buku teks (μ A2B1 = 81,00).
3) Hipotesis 3
Ho : μ A1B2 = μ A2B2
Ha : μ A1B2≠ μ A2B2

10

Secara statistik Hoditolak, artinya terdapat perbedaan rata-rata
hasil belajar IPA kelompok siswa bergaya kognitif FD yang
mengikuti pembelajaran IPA menggunakan video pembelajaran
bila dibandingkan dengan kelompok siswa bergaya kognitif FD
yang

mengikuti

pembelajaran

IPA

secara

konvensional

menggunakan buku teks. Hasil belajar IPA kelompok siswa
bergaya

kognitif

FD

yang

mengikuti

pembelajaran

IPA

menggunakan video pembelajaran (μA1B2 = 75,00) berbeda
secara

signifikan

kelompok

siswa

bila

dibandingkan

bergaya

kognitif

dengan
FD

yang

kemampuan
mengikuti

pembelajaran IPA secara konvensional (μ A2B2 = 47,67).
4) Hipotesis 4
Ho : A x B = 0
Ha : A x B ≠ 0
Ho ditolak secara statistik, artinya terdapat pengaruh interaksi
antara penggunaan media dalam pembelajarandan gaya
kognitif terhadap hasil belajar IPA siswa. Pembelajaran IPA
menggunakan video pembelajaran memberikan pengaruh,
baik untuk kelompok siswa yang bergaya kognitif FI maupun
untuk kelompok siswa yang bergaya kognitif FD dalam
meningkatkan hasil belajar IPA. Sedangkan pembelajaran IPA
secara konvensional menggunakan buku teks memberikan
pengaruh untuk kelompok siswa yang bergaya kognitif FI
dalam

meningkatkan

hasil

belajar

IPA,

namun

tidak

11

memberikan pengaruh untuk kelompok siswa yang bergaya
kognitif FD dalam meningkatkan hasil belajar IPA.
PEMBAHASAN
Materi pelajaran IPA terdiri dari materi-materi yang bersifat
konkrit dan abstrak. Materi yang bersifat konkrit lebih mudah
dipahami karena siswa tidak perlu mengalami kesulitan untuk
membayangkan obyek kasat mata yang sedang dipelajari.
Namun sebaliknya bagi materi yang bersifat abstrak, materi ini
lebih sulit dipahami, khususnya bagi siswa sekolah dasar, karena
untuk memahami materi siswa harus membayangkan obyek
asing yang sedang dipelajari.
Berdasarkan

jenjang

dan

karakteristik

perkembangan

intelektual anak seusia siswa SD maka penyajian konsep dan
keterampilan dalam pembelajaran IPA harus dimulai dari nyata
(konkrit) ke abstrak; dari mudah ke sukar; dari sederhana ke
rumit, dan dari dekat ke jauh. Anak seusia siswa SD (7 sampai 11
tahun) berada pada periode operasional konkrit. Menurut Piaget
(Woolfolk,

2009),

mengorganisasikan

manusia
informasi

dalam

mengumpulkan

dipengaruhi

oleh

dan

maturasi

(kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Siswa SD dengan
usia 7 sampai 11 tahun memiliki karakteristik cenderung
tergantung pada benda-benda nyata dalam proses berpikirnya.
Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya

12

dalam situasi konkrit. Kemampuan untuk menggolong-golongkan
sudah ada, tetapi belum bisa memecahkan problem-problem
abstrak.
Untuk menjelaskan materi abstrak diperlukan alat bantu
agar menjadi lebih konkrit bagi siswa. Alat bantu tersebut berupa
media

pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran terdapat

beraneka ragam jenis dan format media yang dapat dipakai. Para
ahli media mengelompokkannya dengan cara yang berbedabeda berdasarkan dari sudut pandang mana mereka melihatnya.
Sanjaya (2008:211) mengklasifikasikan media pembelajaran dari
berbagai

sudut

pandang,

salah

satunya

adalah

mengklasifikasikan media berdasarkan sifatnya, antara lain:
media auditif seperti radio; media visual seperti slide, foto; dan
media

audiovisual

seperti

rekaman

video

CD,

film,

dan

sebagainya.
Penelitian ini dilaksanakan pada materi sistem peredaran
darah manusia. Dalam mempelajari materi ini siswa harus
membayangkan konsep-konsep yang tidak terlihat oleh mata
karena sistem peredaran darah manusia berlangsung di dalam
tubuh.

Saat

pembelajaran

di

kelas

kontrol,

guru

hanya

menggunakan buku teks yang di dalamnya berisi penjelasan
verbal dan dilengkapi dengan media visual berupa gambargambar sebagai pendukung. Menurut teori kerucut pengalaman

13

Dale, dikatakan bahwa siswa dapat mengingat informasi sebesar
20% dengan membaca dan mendengar penjelasan dari guru.
Sementara itu siswa pada kelas eksperimen mempelajari
sistem peredaran darah dengan menonton video pembelajaran.
Video pembelajaran merupakan media audio visual yaitu media
yang menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio)
secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan atau
informasi

dalam

proses

pembelajaran.

Media

ini

dapat

mengungkapkan objek dan peristiwa seperti keadaan yang
sesungguhnya. Perencanaan yang baik dalam menggunakan
media video CD akan membuat proses komunikasi dalam
pembelajaran menjadi lebih efektif (Asyhar, 2011:73-74).
Dengan menggunakan video pembelajaran siswa dapat
melihat secara langsung bagaimana cara darah mengalir di
dalam tubuh manusia, bagian-bagian tubuh yang mana saja
yang dilewati oleh darah, apa fungsi darah bagi tubuh manusia,
sekaligus

penjelasannya

secara

verbal.

Pembelajaran

menggunakan video pembelajaran dapat lebih menyenangkan
karena penyajiannya lebih menyenangkan dibandingkan hanya
dengan mendengarkan ceramah atau penjelasan dari guru.
Menurut teori kerucut pengalaman Dale, dikatakan bahwa siswa
yang belajar dengan menonton video pembelajaran dapat
mengingat informasi lebih banyak, yaitu sebesar 30%.

14

Dalam kelas kontrol guru mengandalkan penjelasan secara
verbal dan hanya menggunakan buku teks sebagai alat bantu
mengajarnya. Menurut Newby dan kawan-kawan (2011:131),
penggunaan buku teks sebagai media dalam pembelajaran
memang memiliki keunggulan yaitu: (a) materi dalam bentuk
buku teks tersedia dalam berbagai jenis topik dan format; (b)
buku teks dapat digunakan di lingkungan apa pun, bisa dibawa
dengan mudah; dan (c) buku teks dapat bertahan lama dan
murah. Namun penggunaan buku teks sebagai alat bantu
mengajar juga memiliki kelemahan, antara lain adalah: (a) setiap
siswa memiliki tingkat kemmpuan membaca yang berbeda-beda;
(b) beberapa ahli menyatakan bahwa penggunaan buku teks
lebih menekankan pada kegiatan menghapal dibandingkan
tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi.
Pada kelas kontrol, rata-rata hasil belajar awal siswa
sebelum mengikuti pembelajaran sebesar 55,17 dan setelah
mengikuti pembelajaran yang menggunakan buku teks sebagai
alat bantunya, rata-rata hasil belajar IPA siswa sebesar 64,33.
Rata-rata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran
masih berada di bawah nilai KKM (70,00). Peningkatan rata-rata
hasil belajar siswa adalah sebesar 9,16.
Berbeda dengan kelas kontrol, peningkatan rata-rata hasil
belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi. Pada kelas
eksperimen, rata-rata hasil belajar awal siswa sebelum mengikuti

15

pembelajaran sebesar 55,67 dan setelah mengikuti pembelajaran
yang menggunakan video pembelajaran sebagai alat bantunya,
rata-rata hasil belajar IPA siswa sebesar 79,67. Rata-rata hasil
belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran berada di atas nilai
KKM (70,00). Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa adalah
sebesar 24,00.
Peningkatan

rata-rata

hasil

belajar

siswa

pada

kelas

eksperimen yang menggunakan video pembelajaran lebih tinggi
dibandingkan peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada
kelas kontrol yang menggunakan buku teks. Hal ini sesuai
dengan pendapat Newby dan kawan-kawan (2011:132) bahwa
video pembelajaran memiliki keunggulan antara lain: (a) dapat
menampilkan gambar bergerak secara

efektif yaitu dapat

menggambarkan prosedur di mana proses pergerakan sangat
penting; (b) seperti halnya percobaan ilmiah, di mana gerakan
yang berurutan menjadi sangat penting, dapat ditampilkan
secara efektif menggunakan rekaman video; (c) video dapat
membawa siswa untuk mengobservasi fenomena yang mungkin
tidak bisa diamati secara langsung, seperti sistem peredaran
darah manusia,dan (d) video memungkinkan penyajian yang
berulang-ulang.
Keunggulan media video pembelajaran juga disampaikan
oleh Asyhar, (2011:74), yaitu bahwa media video pembelajaran
dirancang untuk menghasilkan suatu gambaran yang realistis

16

mengenai

dunia.

Media

video

pembelajaran

mempunyai

kemampuan dasar mengolah perspektif ruang dan waktu, tidak
hanya melayani tujuan kreatif dan dramatis. Selain itu, media
video

pembelajaran

dapat

menyajikan

animasi

sehingga

pembelajaran dapat lebih menyenangkan.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis teruji bahwa tidak
terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa
bergaya

kognitif

pembelajaran

IPA

field

independent

menggunakan

(FI)

video

yang

mengikuti

pembelajaran

bila

dibandingkan dengan kelompok siswa bergaya kognitif field
independent (FI) yang mengikuti pembelajaran IPA secara
konvensional menggunakan buku teks. Rata-rata hasil belajar IPA
kelompok siswa bergaya kognitif FI yang mengikuti pembelajaran
IPA menggunakan video pembelajaran sebesar 84,33 tidak
berbeda secara signifikan dengan rata-rata hasil belajar IPA
kelompok siswa bergaya kognitif FI yang mengikuti pembelajaran
IPA secara konvensional menggunakan buku teks sebesar 81,00.
Pembelajaran
pembelajaran

menggunakan

konvensional

video

pembelajaran

menggunakan

buku

dan
teks

memberikan pengaruh yang sama kepada siswa yang memiliki
gaya kognitif FI. Kedua metode pembelajaran tersebut samasama dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar IPA siswa. Hal
ini terjadi karena siswa dengan gaya kognitif FI tidak mudah
terpengaruh oleh lingkungan. Menurut Abdurrahman (2003:173)

17

gaya kognitif FI menunjuk pada kemampuan seseorang yang
tidak

terpengaruh

oleh

lingkungan

pada

saat

membuat

keputusan tentang tugas-tugas perseptual. Oleh karena mereka
tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan disekitar mereka,
maka stimulus belajar dalam bentuk apapun tidak memberikan
banyak pengaruh terhadap cara mereka dalam memperoleh dan
menyimpan pesan pembelajaran.
Siswa dengan gaya kognitif FI lebih mandiri dalam belajar.
Witkin, dkk. (dalam Candiasa, 2002:4) menyatakan bahwa
seseorang yang memiliki gaya kognitif field-independence lebih
suka mengamati pemrosesan informasinya sendiri. Individu yang
memiliki gaya kognitif field-independence, memiliki kemampuan
menganalisis untuk memisahkan objek dari lingkungan sekitar,
sehingga

persepsinya

mengalami

tidak

perubahan

dan

terpengaruh
cenderung

bila

lingkungan

bekerja

dengan

mementingkan motivasi intrinsik dan lebih dipengaruhi oleh
penguatan intrinsik. Walaupun siswa pada kedua kelompok
menerima

perlakuan

yang

berbeda

saat

pembelajaran

berlangsung, namun siswa pada kedua kelompok memiliki ratarata hasil belajar IPA sama.
Selanjutnya, hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa
bergaya

kognitif

pembelajaran

IPA

field

dependent

menggunakan

(FD)

video

yang

mengikuti

pembelajaran

bila

18

dibandingkan dengan kelompok siswa bergaya kognitif field
dependent

(FD)

yang

mengikuti

pembelajaran

IPA

secara

konvensional menggunakan buku teks. Rata-rata hasil belajar IPA
kelompok

siswa

bergaya

kognitif

FD

yang

mengikuti

pembelajaran IPA menggunakan video pembelajaran sebesar
75,00 berbeda secara signifikan bila dibandingkan dengan ratarata hasil belajar IPA kelompok siswa bergaya kognitif FD yang
mengikuti pembelajaran IPA secara konvensional menggunakan
buku teks sebesar 47,67.
Pembelajaran
pembelajaran
memberikan

menggunakan

konvensional
pengaruh

yang

video

pembelajaran

menggunakan
berbeda

kepada

buku
siswa

dan
teks
yang

memiliki gaya kognitif FD. Penggunaan video pembelajaran dapat
meningkatkan rata-rata hasil belajar IPA siswa yang bergaya
kognitif

FD,

sedangkan

pembelajaran

secara

konvensional

menggunakan buku teks tidak dapat meningkatkan rata-rata
hasil belajar IPA siswa. Hal ini terjadi karena siswa yang memiliki
gaya kognitif FD cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan.
Menurut Abdurrahman (2003:173) gaya kognitif FD menunjuk
pada kemampuan seseorang yang mudah terpengaruh oleh
lingkungan pada saat membuat keputusan tentang tugas-tugas
perseptual.

Oleh

karena

lingkungan

disekitar

mereka

mereka,

mudah

maka

terpengaruh

stimulus

belajar

oleh
yang

berbeda-beda akan turut menentukan cara mereka dalam

19

memperoleh dan menyimpan pesan pembelajaran, yang pada
akhirnya turut mempengaruhi perolehan hasil belajarnya.
Selanjutnya,
mengklarifikasikan
kognitif

Witkin,

dkk.

beberapa

field-dependence,

mamandang

objek

(dalam

Candiasa,

2002:4)

individu

bergaya

karakteristik

yaitu

sebagai

cenderung
satu

berpikir

kesatuan

global,
dengan

lingkungannya, sehingga persepsinya mudah terpengaruh oleh
perubahan

lingkungan.

Kondisi

lingkungan

belajar

sangat

mempengaruhi siswa bergaya kognitif FD dalam memperoleh
dan memproses pesan pembelajaran. Mereka dapat meraih ratarata hasil belajar IPA yang lebih baik dalam kondisi pembelajaran
yang menggunakan video pembelajaran karena penyajian materi
lebih

menyenangkan

dan

tidak

monoton

dibandingkan

pembelajaran yang hanya menggunakan buku teks sebagai
media pembelajaran.
Dari karakteristik tersebut tampak bahwa individu FD
mempunyai kecenderungan dalam merespon suatu stimulus
menggunakan syarat lingkungan sebagai dasar persepsinya, dan
cenderung memandang suatu pola sebagai suatu keseluruhan
serta tidak memisahkan bagian-bagiannya. Slameto (2003:58)
mengatakan bahwa seseorang yang memiliki gaya kognitif FD
menerima sesuatu secara global dan sulit memisahkan diri dari
keadaan sekitar.

20

Menurut Witkin, dkk. (dalam Candiasa, 2002:4), siswa
dengan gaya kognitif FD juga cenderung mengikuti tujuan yang
sudah ada. Untuk itu guru perlu merancang pembelajaran dan
merumuskan tujuan yang ingin dicapai dengan sebaik-baiknya
sehingga kegiatan pembelajaran siswa bergaya kognitif FD dapat
lebih fokus dan terarah. Mereka juga cenderung bekerja dengan
motivasi eksternal, misal hadiah atau dorongan dari orang lain.
Oleh karena itu guru dapat membantu kebutuhan siswa dengan
gaya kognitif FD melalui membangun pengalaman belajar yang
cukup sehingga

dapat menguasai sesuatu secara efektif,

asalkan dengan ganjaran/pujian, mengkritisi kesalahan siswa
secara obyektif, dan mengembangkan hubungan personal yang
positif dengan siswa.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
penelitian

ini,

hasil
maka

penelitian
dapat

dan

pembahasan

disimpulkan

secara

dalam
umum

bahwaterdapat pengaruh penggunaanvideo pembelajaran dan
gaya kognitifterhadap hasil belajar IPA. Kesimpulan penelitian
secara khusus adalah sebagai berikut:
(1) Terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar IPA siswa
yang diajar menggunakan video pembelajaran dibandingkan
dengan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar secara
konvensional menggunakan buku teks, dimana rata-rata hasil

21

belajar siswa yang menggunakan video pembelajaran lebih
tinggi sehingga secara statistik dapat dinyatakan terdapat
pengaruh penggunaan video pembelajaran terhadap hasil
belajar.
(2) Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar IPA
siswa bergaya kognitif field independent (FI) yang diajar
menggunakan video pembelajaran dibandingkan dengan
rata-rata hasil belajar siswabergaya kognitif field independent
(FI) yang diajar secara konvensional menggunakan buku teks.
(3) Terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar IPA siswa
bergaya

kognitif

field

dependent

(FD)

yang

diajar

menggunakan video pembelajaran dibandingkan dengan
rata-rata hasil belajar siswabergaya kognitif field dependent
(FD) yang diajar secara konvensional menggunakan buku
teks, dimana rata-rata hasil belajar siswa bergaya kognitif
field dependent (FD)yang menggunakan video pembelajaran
lebih tinggi.
(4) Terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran
dan gaya kognitif terhadap hasil belajar IPA siswa.

Saran-saran yang disampaikan sehubungan dengan hasil
penelitian adalah sebagai berikut:

22

(1) Seyogyanya guru menjadikan video pembelajaran sebagai
alternatif

alat

bantu

dalam

menyampaikan

pesan

pembelajaran.
(2) Seyogyanya guru benar-benar selektif dalam memilih media
pembelajaran, sehingga dengan pemilihan yang tepat dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yang bergaya kognitif FD.
(3) Guru seyogyanya mengetahui gaya kognitif masing-masing
siswanya. Guru dapat membantu kebutuhan belajar siswa
yang

memiliki

gaya

field

independent

(FI)

dengan

mengurangi keterlibatan secara langsung dalam memberi
bimbingan

karena

pembelajaran

secara

siswa

FI

individual.

cenderung

menyukai

Sebaliknya,guru

dapat

membantu kebutuhan belajar siswa yang memiliki gaya field
dependent (FD) dengan memberikan bimbingan yang cukup,
membangun hubungan yang positif, memberikan motivasi
ekstrinsik, dan menyediakan lingkungan pembelajaran yang
menyenangkan.

REFERENSI
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan
Belajar. Jakata: Rineka Cipta.
Altun, A.dan Cakan, M. 2006.Undergraduate Student’s Academic
Achievment, Field Dependent/Independent Cognitive Styles
and Attitude toward Computers. Educational Technology &
Society, 9 (1), 289 – 297.
Ardana, I Made. 2000. Pengembangan Pembelajaran Bilangan
Bulat Berorientasi Pada Kecenderungan Kognitif Secara
Psikologis Sebagai Upaya Pening-katan Konsep Diri

23

Akademis Matematika Siswa Sekolah Dasar Labora-torium
IKIP Negeri Singaraja. Makalah S3. Surabaya: Pascasarjana
UNESA.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media
Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.
Candiasa. 2002. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Gaya
Kognitif terhadap Kemampuan Memprogram Komputer,
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 4, No.3, Desember 2002.
Coop, R. H., & White, K. 1974. Psychological concepts in the
classroom. New York: Harper & Row, Publisher.
Hartono. 2010. Pengaruh Penggunaan Media Video CD
Pembelajaran dan Pengetahuan Awal Siswa terhadap Hasil
Belajar Ekonomi di SMA Negeri 7 Kota Jambi. Tesis. Program
Studi Magister Teknologi Pendidikan. Universitas Jambi
Nasution, S. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar
dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Newby, Timothy J.; Stepich, Donald A.; Lehman, James D.; Russel,
James D.; Ottenbreit-Leftwich, Anne. 2011. Educational
Technology for Teaching and Learning. Fourth Edition.
Boston: Pearson Edocation Inc.
Ratumanan,
Tanwey
Gerson.
2003.
Pengaruh
Model
Pembelajaran dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa SLTP di Kota Ambon. Penelitian Dosen
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas
Pattimura Ambon.Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 5, Nomor 1,
Hal. 1-10.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sudarwo, R. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran (Discovery)
dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar IPA di Sekolah
Dasar. Penelitian Dosen Universitas Terbuka. JPP, Volume 8,
Nomor 1, Hal. 9-16.
Tim PEKERTI-AA PPSP LPP. 2007. Panduan Evaluasi Pembelajaran.
Surakarta: Pusat Pengembangan Sistem Pembelajaran,
Lembaga Pengembangan Pendidikan, Universitas Sebelas
Maret.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia.
Woolfolk, Anita. 2004. Educational Psychology, Active Learning
Edition Bagian Kedua. Terjemahan Hely Prayitno S dan Sri
Mulyantini S. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

24