T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu dan Citra (Image) Sekolah T2 BAB IV

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Sekolah

SDN Ungaran 02, 04 merupakan sekolah negeri satu kampus yang terletak di daerah perkotaan dipusat ibu kota Kabupaten Semarang yaitu Ungaran tepatnya di Jalan MT Haryono nomor 16. Sejarah singkat SDN Ungaran 02, 04, SDN UNgaran 02 berdiri tahun 1967 sedang SDN Ungaran 04 berdiri tahun 1973. Keduanya sama-sama dibangun di atas tanah bengkok milik Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang yang berada dalam satu lokasi dan dipimpin oleh seorang kepala sekolah, didukung oleh satu organisasi yaitu komite sekolah yang sama. Untuk mencapai SDN Ungaran 02,

04 tidaklah sulit karena berada di wilayah perkotaan. Sebagian besar orang tua peserta didik bermata pencaharian pedagang di pasar, buruh bagunan, karyawan pabrik, dan sebagian kecil pegawai pemerintah.

Visi SDN Ungaran 02, 04 yaitu ”Berbudi pekerti luhur, berprestasi dan peduli terhadap lingkungan sekitar”. Untuk mencapai visi tersebut maka

disusunlah misi sebagai arah pencapaian sebagai berikut: 1)Peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2)Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembelajaran pada semua mata pelajaran.

3)Peningkatan profesionalisme tenaga 3)Peningkatan profesionalisme tenaga

Berangkat dari visi dan misi selanjutnya SDN Ungaran 02, 04 merumuskan tujuan sekolah. Tujuan pada dasarnya merupakan langkah untuk mencapai visi. Adapun tujuan SDN Ungaran 02, 04 sebagai berikut: 1)Peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan beribadah sesuai agamanya masing-masing. 2)Membiasakan berperilaku terpuji. 3)Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembelajaran dengan mengacu pada pembalajaran aktf inovatif kreatif dan menyenangkan (PAIKEM). 4)Mengembangkan potensi keterampilan hidup. 5)Mencapai tingkat kelulusan 100% dengan rata-rata nilai ujian minimal 8,00. 6)Peningkatan profesionalisme

dan tenaga kependidikan. 7)Membudayakan pola hidup bersih, sehat, dan tertib baik sebagai pribadi maupun warga sekolah. 8)Peningkatan peran serta dan fungsi stakeholders dan masyarakat. 9)Menjadikan sekolah sebagai sekolah tujuan.

tenaga

pendidik

Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan SDN Ungaran 02, 04 berjumlah 23 orang dengan rincian sebagai berikut: satu orang kepala sekolah, tiga belas orang guru kelas, lima orang guru mata pelajaran yang terdiri dari satu orang guru penjaskes, tiga orang guru agama dan satu orang guru bahasa Inggris, empat Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan SDN Ungaran 02, 04 berjumlah 23 orang dengan rincian sebagai berikut: satu orang kepala sekolah, tiga belas orang guru kelas, lima orang guru mata pelajaran yang terdiri dari satu orang guru penjaskes, tiga orang guru agama dan satu orang guru bahasa Inggris, empat

Table 4.1 Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan SDN Ungaran 02, 04 Tahun Pelajaran 2014/2015

Status kepegawaian

1 Guru a. PNS

16 b. Non PNS

3 2 Karyawan a. Tenaga Administrasi

2 b. Penjaga sekolah (PNS)

1 c. Satpam

Tingkat Pendidikan

1 Guru a. S2

1 b. S1

17 c. D2 1 2 Karyawan a. D1 1 b. SLTA

Studi Lanjut

1 Guru a. S2

1 b. S1

3 2 Karyawan a. S1

Sumber : Data SDN Ungaran 02, 04 tahun 2014

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa tenaga pendidik dan kependidikan 74% sudah berstatus PNS, sisanya 26 % non PNS yaitu tenaga honorer yang terdiri dari guru dan karyawan. Tingkat pendidikan pendidik maupun tenaga kependidikan SDN Ungaran 02, 04 pada umumnya sudah sesuai dengan standar pendidik dan kependidikan. Kualifikasi pendidikan dari tenaga pendidik dan kependidikan Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa tenaga pendidik dan kependidikan 74% sudah berstatus PNS, sisanya 26 % non PNS yaitu tenaga honorer yang terdiri dari guru dan karyawan. Tingkat pendidikan pendidik maupun tenaga kependidikan SDN Ungaran 02, 04 pada umumnya sudah sesuai dengan standar pendidik dan kependidikan. Kualifikasi pendidikan dari tenaga pendidik dan kependidikan

02, 04 untuk proses pembelajaran tidak ada kendala sebab tenaga pendidik secara kualifiksi terpenuhi. Berdasarkan data sekolah dari tahun pelajaran 2010/2011 sampai dengan tahun pelajaran 2013/2014 calon peserta didik semakin menurun jumlahnya. Sedangkan peserta didik yang mengikuti ujian sekolah tergolong bagus yaitu prosentase kelulusan 100% dan rata-rata hasil ujian sekolah semakin meningkat. Data tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Data Peserta Didik Baru, Peserta Didik Keseluruhan, Peserta Ujian, Kelulusan, Prosentasi Kelulusan, dan Hasil Ujian SDN Ungaran 02, 04 Tahun Pelajaran 2010/2011 s.d 2013/2014

Pro Rata-rata Pelajaran

Tahun Jum

Sen Hasil Pesert

Ta Ujian

se Seko Didik

a Keselu

Seko

lah

(%) lah Baru

Sumber : Data SDN Ungaran 02, 04 tahun 2014

Tabel 4.2 di atas dalam kurun waktu lima tahun mulai tahun pelajaran 2010/2011 sampai dengan tahun pelajaran 2014/2015 memperlihatkan bahwa peserta didik baru untuk setiap tahunnya cenderung Tabel 4.2 di atas dalam kurun waktu lima tahun mulai tahun pelajaran 2010/2011 sampai dengan tahun pelajaran 2014/2015 memperlihatkan bahwa peserta didik baru untuk setiap tahunnya cenderung

62 peserta didik baru. Peserta didik secara keseluruhan dari tahun pelajaran 2010/2011 sampai dengan tahun pelajaran 2014/2015 mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun pelajaran 2011/2012 peserta didik baru sebanyak 86 sedangkan yang lulus ujian 65 peserta didik namun secara keseluruhan jumlah peserta didik menurun. Penurunan drastis terjadi pada tahun pelajaran 2013/2014 dari 397 peserta didik memjadi 390 peserta didik.

Peserta ujian adalah peserta didik kelas VI dengan jumlah sesuai jumlah peserta didik kelas VI pada tahun saat itu. Dari tahun pelajaran 2010/2011 sampai dengan tahun pelajaran 2013/2014 dinyatakan lulus 100%, karena jumlah peserta didik yang mengikuti ujian sama dengan jumlah peserta didik yang lulus ujian. Rata-rata hasil ujian untuk setiap tahunnya dapat dikatakan baik, karena diatas 7,5. Pada tahun pelajaran 2011/2012 terjadi penurunan dari rata-rata 23,97 menjadi rata-rata 23,14. Pada tahun pelajaran 2013/2014 dan tahun pelajaran 2013/2014 rata-rata hasil ujian kembali naik menjadi 24,88 dan 25,04 ini rata-rata di atas 24,00 artinya untuk rata-rata setiap mata pelajaran di atas 8,00.

4.1.2 Faktor, Akar Permasalahan, dan Strategi Peningkatan Mutu Sekolah

Focus Group Discussion (FGD) guna peningkatan mutu sekolah yang dipersepsikan rendah dilakukan di SDN Ungaran 02, 04 pada tanggal 25 Januari 2015. Peningkatan mutu sekolah dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: peserta didik (raw input), proses pendidikan, instrumental input, dan environmental input. Secara rinci hasil FGD tentang penyebab dari faktor yang mempengaruhi mutu sekolah rendah dapat dilihat pada diagram fishbone pada Gambar 4.1 berikut:

Berdasarkan Gambar 4.1 diagram fishbone di atas faktor-faktor yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran

02, 04 dipersepsikan rendah yaitu faktor peserta didik (Raw Input) meliputi motivasi belajar peserta didik rendah, peserta didik baru yang masuk sebagian besar karena tidak diterima di sekolah lain, belum ada kelompok belajar yang efektif, nilai peserta didik rendah, dan usia peserta didik baru rata-rata kurang dari tujuh tahun. Berdasarkan hasil FGD di SDN

Ungaran 02, 04 dipilih faktor dominan yang mempengaruhi mutu yaitu motivasi belajar peserta didik rendah dan peserta didik yang masuk sebagian besar karena tidak diterima di sekolah lain.

Faktor proses pendidikan yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan rendah meliputi guru kurang disilpin, Proses Belajar Mengajar (PBM) kurang menarik, penguasaan guru terhadap materi kurang, pelaksanaan remidial belum sesuai prosedur, guru kurang terampil menggunakan alat peraga, guru jarang menggunakan media pembelajaran dan analisis hasil evaluasi rendah. Hasil FGD disepakati faktor yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan kurang bagus atau rendah yaitu penguasaan guru terhadap materi kurang dan pelaksanaan remidi belum sesuai prosedur.

Faktor instrumental input yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran 02, 04 meliputi ruang kelas kurang nyaman, belum didukung sarana perpustakaan, belum mempunyai laboratorium, jaringan internet belum sampai ke kelas-kelas, alat peraga banyak yang rusak, Faktor instrumental input yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran 02, 04 meliputi ruang kelas kurang nyaman, belum didukung sarana perpustakaan, belum mempunyai laboratorium, jaringan internet belum sampai ke kelas-kelas, alat peraga banyak yang rusak,

Faktor environmental input yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran 02, 04 meliputi lingkungan sekolah terlalu ramai, peran serta komite sekolah belum optimal, dan jarak tempat tinggal peserta didik jauh dari sekolah. Faktor yang paling mempengaruhi mutu sekolah dipersepsikan rendah disepakati lingkungan sekolah terlalu ramai.

Berdasarkan Gambar 4.1 diagram fishbone hasil FGD perlu dicari akar pemasalahan tiap-tiap sebab dari faktor yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran 02,

04 dipersepsikan rendah. Berdasarkan brainstorming dalam FGD untuk peningkatan mutu SDN Ungaran 02,

04 yang dipersepsikan kurang bagus diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.3 berikut:

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil brainstorming dari pelaksanaan FGD di SDN Ungaran 02, 04 yang mencari akar permasalahan sekolah dipersepsikan mutunya rendah, pertama dilihat dari faktor (raw input) peserta didik yaitu motivasi belajar peserta didik rendah dan peserta didik yang baru masuk karena tidak diterima di sekolah lain. Motivasi belajar peserta didik rendah sebab perhatian guru terhadap peserta didik kurang, hal ini karena guru terbiasa dengan rutinitas dan disibukkan membuat administrasi. Motivasi belajar peserta didik rendah di mungkinkan motivasi dari dalam diri (instrinsik) peserta didik itu sendiri rendah, sebab guru kurang memberi motivasi kepada peserta didik bahkan kadang justru menakut-nakuti.

Motivasi belajar peserta didik SDN Ungaran 02,

04 rendah juga disebabkan pembelajaran yang dilaksanakan guru kurang optimal. Guru kurang menguasai materi pembelajaran. Padahal 18 orang guru atau 94% sudah memenuhi kualifikasi dan 12 orang guru atau 67% guru sudah memiliki sertifikat pendidik. Seharusnya kompetensi yang dimiliki oleh guru sudah sesuai dengan standar pendidik, namun kenyataanya kemauan guru untuk peningkatan kompetensi masih rendah. Guru sudah merasa puas dengan kemampuan yang dimiliki. Pembelajaran kurang optimal juga disebabkan karena cara guru penyampaian materi pembelajaran (performance) kurang menarik. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan pembelajaran, guru menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tubuh kurang menarik perhatian peserta didik. Kemauan guru 04 rendah juga disebabkan pembelajaran yang dilaksanakan guru kurang optimal. Guru kurang menguasai materi pembelajaran. Padahal 18 orang guru atau 94% sudah memenuhi kualifikasi dan 12 orang guru atau 67% guru sudah memiliki sertifikat pendidik. Seharusnya kompetensi yang dimiliki oleh guru sudah sesuai dengan standar pendidik, namun kenyataanya kemauan guru untuk peningkatan kompetensi masih rendah. Guru sudah merasa puas dengan kemampuan yang dimiliki. Pembelajaran kurang optimal juga disebabkan karena cara guru penyampaian materi pembelajaran (performance) kurang menarik. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan pembelajaran, guru menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tubuh kurang menarik perhatian peserta didik. Kemauan guru

Penyebab masalah dari faktor peserta didik berikutnya yaitu peserta didik baru yang masuk ke SDN Ungaran 02, 04 karena tidak diterima di sekolah lain. Input yang masuk ke SDN Ungaran 02, 04 mempunyai kemampuan yang rendah, hal ini di sebabkan peserta didik tidak lolos tes seleksi di sekolah lain, maka tidak ada pilihan lain bagi peserta didik selain ke SDN Ungaran 02, 04. Sedangkan bagi SDN Ungaran 02, 04 tidak ada alasan untuk tidak menerima/menampung peserta didik, sebab peserta didik yang mendaftar ke SDN Ungaran 02, 04 jumlahnya terbatas.

Faktor yang mempengaruhi SDN Ungaran 02,

04 dipersepsikan mutunya rendah yang kedua yaitu proses pendidikan. Hal ini ada keterkaitan dengan motivasi belajar peserta didik rendah yang disebabkan pembelajaran oleh guru kurang optimal. Pembelajaran yang kurang optimal disebabkan karena penguasaan guru terhadap materi kurang. Kemauan guru peningkatan kompetensi rendah. Guru cenderung malas membaca, dikarenakan guru sudah merasa cukup puas dengan kemampuan yang dimiliki sekarang. Selain itu faktor usia juga menjadi sebab 04 dipersepsikan mutunya rendah yang kedua yaitu proses pendidikan. Hal ini ada keterkaitan dengan motivasi belajar peserta didik rendah yang disebabkan pembelajaran oleh guru kurang optimal. Pembelajaran yang kurang optimal disebabkan karena penguasaan guru terhadap materi kurang. Kemauan guru peningkatan kompetensi rendah. Guru cenderung malas membaca, dikarenakan guru sudah merasa cukup puas dengan kemampuan yang dimiliki sekarang. Selain itu faktor usia juga menjadi sebab

Sebab kedua dari proses pendidikan yang mempengaruhi rendahnya mutu SDN Ungaran 02, 04 yaitu pelaksanaan remidial belum sesuai prosedur. Belum ada perencanaan pembelajaran yang baik dari persiapan mengajar sampai dengan evaluasi, perbaikan dan pengayaan. Soal evaluasi yang digunakan tidak sesuai yang terdapat dalam RPP. Guru pada saat evaluasi mengambil soal evaluasi dari bank soal maupun LKS. Rata-rata guru di SDN Ungaran 02, 04 setelah

pelaksanaan pembelajaran selesai melaksanakan analisis nilai, namun guru belum melaksanakan analisis perbutir soal. Jika guru sudah melaksanakan analisis perbutir soal hanya sekedar memenuhi administrasi tanpa ada tindak lanjut dari analisis. Analisis perbutir soal cukup menyita waktu. Bila jumlah soalnya banyak maka waktu yang dibutuhkan cukup lama.

Pelaksanaan remidial di SDN Ungaran 02, 04 belum sesuai dengan prosedur, ini lebih disebabkan karena lemahnya supervisi akademik dari kepala sekolah. Kepala sekolah kurang menguasai teknik supervisi lantaran selama menjabat kepala sekolah belum pernah mengikuti diklat manajerial. Kepala Pelaksanaan remidial di SDN Ungaran 02, 04 belum sesuai dengan prosedur, ini lebih disebabkan karena lemahnya supervisi akademik dari kepala sekolah. Kepala sekolah kurang menguasai teknik supervisi lantaran selama menjabat kepala sekolah belum pernah mengikuti diklat manajerial. Kepala

Faktor ketiga yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran 02, 04 mutunya dipersepsikan rendah yaitu instrumental input yang meliputi, ruang kelas yang kurang nyaman dan belum didukung oleh sarana perpustakaan yang memadai. Ruang kelas SDN Ungaran 02, 04 terasa panas dan sesak hal ini dikarenakan ruang kelas tidak standar. Bangunan sekolah merupakan bangunan Inpres tahun 1977, sehingga ada beberapa ruang kelas yang kondisinya rusak berat. Dari dua belas ruang kelas yang tidak sesuai standar 8m x 7m ada empat ruang kelas dan yang rusak berat ada tiga ruang kelas.

Sebab lain dari faktor instrumental input yaitu belum didukung sarana perpustakaan yang memadai. SDN Ungaran 02, 04 baru saja mendapatkan DAK perpustakaan sehingga belum ada buku referensi untuk peserta didik, akibatnya peserta didik belum dapat memanfaatkan perpustakaan secara maksimal sebagai sumber belajar. Disamping itu buku pegangan peserta didik juga belum memenuhi perbandingan jumlah buku dengan jumlah siswa 1:1. Hal ini disebabkan sebagian buku ada yang rusak dan ada yang tidak dikembalikan atau hilang.

Faktor keempat yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan rendah yaitu environmental input, yaitu lingkungan sekolah terlalu ramai. Hal ini disebabkan karena banyak pedagang kaki lima di sekitar SDN Ungaran 02, 04 sehingga suara gaduhya mengganggu PBM. Selain itu SDN Ungaran 02, 04 letaknya bersebelahan dengan SMP dan SMK, satu jam pelajaran untuk SD, SMP, dan SMK waktunya tidak sama sehingga waktu istirahatnya juga tidak sama, hal ini juga mengganggu karena saat istirahat tentunya sangat gaduh. Sebab lain yaitu beberapa orang tua peserta didik yang menunggu putranya berada di depan sekolah dan bergabung dengan para pedagang sehingga menimbulkan suara gaduh dan mengganggu pemandangan serta juga mengganggu konsestrasi peserta didik sewaktu PBM berlangsung.

Setelah mengetahui sebab-sebab mutu SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan rendah pada saat FGD maka dibuat strategi agar dapat peningkatan mutu sekolah. Berdasarkan brainstorming pada saat menyusun diagram Fishbone diperoleh hasil strategi peningkatan mutu SDN Ungaran 02, 04. Strategi peningkatan mutu sekolah yang disarankan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:

Berdasarkan Tabel 4.4 strategi peningkatan mutu SDN Ungaran 02, 04 ada empat faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu yaitu (raw input) peserta didik, proses

input dan environmental input. Dari keempat faktor tersebut yang paling mempengaruhi peningkatan mutu SDN Ungaran

pendidikan,

instrumental

02, 04 yaitu faktor input peserta didik dan proses pendidikan dalam hal ini adalah guru. Faktor instrumental input dan environmental input juga mempengaruhi peningkatan mutu SDN Ungaran 02, 04 namun

lebih sedikit dibandingkan dengan faktor peserta didik dan faktor guru.

Faktor peserta didik (raw input) dipengaruhi oleh motivasi belajar peserta didik rendah. Motivasi belajar peserta didik SDN Ungaran 02, 04 rendah karena terdapat beberapa akar masalah yang mempengaruhinya yaitu guru di SDN Ungaran 02, 04 terbiasa dengan rutinitas dan disibukkan membuat administrasi. Strategi yang disarankan yaitu guru lebih memberikan perhatian kepada peserta didik dengan pembimbingan

maupun individual. Administrasi kelas seharusnya dikerjakan setelah jam belajar efektif berakhir. Guru SDN Ungaran 02, 04 kurang memberikan motivasi kepada peserta didik, strategi yang disarankan yaitu guru memberikan motivasi kepada peserta didik, setiap peserta didik yang berhasil diberi penghargaan. Penghargaan bagi peserta didik dapat berupa hadiah (reward), ucapan selamat,

kelompok kelompok

Guru SDN Ungaran 02, 04 sudah merasa puas dengan kemampuan yang dimilikinya, guru merasa pembelajaran dengan cara konvensioanal sudah baik, kemauan guru peningkatan keterampilan mengajar rendah, guru merasa pembelajaran dengan cara konvensioanal sudah baik. Strategi yang disarankan yaitu kepala sekolah SDN Ungaran 02, 04 untuk melaksanakan

berkelanjutan guna membangkitkan motivasi guru untuk peningkatan kemampuannya. Kemampuan dan kemauan guru SDN Ungaran 02, 04 menggunakan teknik informatika (TIK) rendah strategi yang disarankan yaitu melakukan pendekatan personal agar mau mengikuti pelatihan menggunakan TIK di sekolah dengan dipandu guru yang menguasai TIK, operator Sekolah (OPS), dan tenaga administrasi sekolah.

supervisi

Faktor (raw input) peserta didik dipengaruhi juga oleh input yang masuk ke SDN Ungaran 02, 04 berkemampuan rendah, akar permasalahaanya karena peserta didik yang mendaftar tidak lolos tes seleksi di sekolah lain. Strategi yang disarankan yaitu peningkatan Proses Belajar Mengajar (PBM) di SDN Ungaran 02, 04 dengan menerapkan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan (PAIKEM) dalam kelas. Menerapkan budaya mutu di sekolah. Selain itu yang menjadi akar permasalahan ketiga yaitu peserta didik baru yang masuk ke SDN Ungaran 02, 04 karena tidak diterima di sekolah lain. Peserta didik yang Faktor (raw input) peserta didik dipengaruhi juga oleh input yang masuk ke SDN Ungaran 02, 04 berkemampuan rendah, akar permasalahaanya karena peserta didik yang mendaftar tidak lolos tes seleksi di sekolah lain. Strategi yang disarankan yaitu peningkatan Proses Belajar Mengajar (PBM) di SDN Ungaran 02, 04 dengan menerapkan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan (PAIKEM) dalam kelas. Menerapkan budaya mutu di sekolah. Selain itu yang menjadi akar permasalahan ketiga yaitu peserta didik baru yang masuk ke SDN Ungaran 02, 04 karena tidak diterima di sekolah lain. Peserta didik yang

Faktor proses pendidikan yang mempengaruhi peningkatan mutu SDN Ungaran 02, 04 yaitu penguasan guru terhadap materi kurang dan pelaksanaan remedial di kelas belum sesuai prosedur. Penguasaan guru terhadap materi kurang, akar permasalahannya yaitu guru merasa cukup puas dengan kemampuan yang dimiliki strategi yang disarankan supervisi berkelanjutan, membangkitkan motivasi guru untuk peningkatan kemampuannya. Akar masalah bahwa guru sebentar lagi menjelang pensiun, strategi yang disarankan dengan pendekatan personal. Guru merasa mengajar dengan cara konvensional sudah bagus dan berhasil, strategi yang disarankan yaitu supervisi berkelanjutan, membangkitkan motivasi guru untuk berinovasi.

Faktor berikutnya dari proses pendidikan yang mempengaruhi peningkatan mutu SDN Ungaran 02, 04 yaitu pelaksanaan remedial belum sesuai prosedur. Akar permasalahan dari pelaksanaan remedial belum sesuai prosedur yaitu guru belum menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri, guru belum melaksanakan analisis perbutir soal, soal evaluasi tidak sesuai dengan tujuan yang terdapat pada RPP, strategi yang disarankan yaitu melaksanakan supervisi berkalanjutan. Sedangkan kepala sekolah belum pernah mengikuti diklat manajerial, strategi yang disarankan yaitu kepala sekolah melaksanakan Faktor berikutnya dari proses pendidikan yang mempengaruhi peningkatan mutu SDN Ungaran 02, 04 yaitu pelaksanaan remedial belum sesuai prosedur. Akar permasalahan dari pelaksanaan remedial belum sesuai prosedur yaitu guru belum menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri, guru belum melaksanakan analisis perbutir soal, soal evaluasi tidak sesuai dengan tujuan yang terdapat pada RPP, strategi yang disarankan yaitu melaksanakan supervisi berkalanjutan. Sedangkan kepala sekolah belum pernah mengikuti diklat manajerial, strategi yang disarankan yaitu kepala sekolah melaksanakan

memanfaatkan pendampingan pengawas sekolah. Faktor instrumental input yang mempengaruhi peningkatan mutu SDN Ungaran 02, 04 yaitu ruang kelas kurang nyaman dan belum didukung sarana perpustakaan yang memadai. Ruang kelas kurang nyaman akar masalahnya yaitu ukuran ruang kelas luasnya tidak sesuai standar, bangunan sekolah merupakan bangunan Inpres tahun 1977. Ukuran ruang kelas yang sesuai standar yaitu luas 8m x 7m. Strategi yang disarankan yaitu membuat ruang kelas menjadi

dengan

didukung sarana perpustakaan yang memadai yang menjadi akar permasalahannya yaitu SDN Ungaran 02, 04 baru memiliki gedung perpustakaan, buku referensi maupun buku pegangan peserta didik banyak yang rusak atau hilang. Strategi yang disarankan yaitu mengajukan proposal bantuan buku ke dinas terkait, menerima sumbangan

nyaman.

Belum

alumni serta mengalokasikan dana BOS 5% dari seluruh anggaran untuk penggantian buku peserta didik yang rusak atau buku yang hilang sehingga memenuhi perbandinagan buku dan peserta didik 1:1.

Faktor environmental input mempengaruhi peningkatan mutu SDN Ungaran 02, 04 karena lingkungan sekolah terlalu ramai, akar masalahnya yaitu banyak pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar sekolah, jam pelajaran antara SD, SMP dan SMK waktunya tidak sama sehingga jam istirahat juga tidak bersamaan, kebanyakan ibu-ibu penjemput suka Faktor environmental input mempengaruhi peningkatan mutu SDN Ungaran 02, 04 karena lingkungan sekolah terlalu ramai, akar masalahnya yaitu banyak pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar sekolah, jam pelajaran antara SD, SMP dan SMK waktunya tidak sama sehingga jam istirahat juga tidak bersamaan, kebanyakan ibu-ibu penjemput suka

4.1.3 Faktor, Akar Permasalahan, dan Strategi Membangun Citra Sekolah

Faktor yang mempengaruhi peningkatan citra (image) sekolah ada enam faktor yaitu reputasi sekolah, biaya, perhatian guru, kegiatan ekstrakurikuler, kondisi fisik sekolah dan jangkauan. Berdasarkan FGD yang dilakukan di SDN Ungaran 02, 04 dalam mencari akar permasalahan untuk membangun citra sekolah diperoleh hasil seperti pada diagram fishbone dalam Gambar 4.2 berikut :

Berdasarkan Gambar 4.2 diagram fishbone citra (image) sekolah dipengaruhi oleh reputasi sekolah, sebab SDN Ungaran 02, 04 belum berprestasi dibidang akademik dan ekstrakurikuler. Faktor biaya kurang berpengaruh karena biaya operasional dari BOS. Faktor perhatian guru disebabkan karena kehandalan guru kurang, kompetensi guru rendah, guru kurang ramah, daya tanggap masih kurang, rendahnya keterjaminan, kerjasama antar guru rendah dan rasa empati guru rendah. Dari beberapa sebab disepakati yang paling dominan dan merupakan penyebab perhatian guru yaitu rasa empati guru masih rendah.

Faktor berikutnya yaitu ekstrakurikuler, yang menjadi penyebab citra (image) SDN Ungaran 02, 04 kurang bagus karena belum ada ekstrakurikuler favorit, keterbatasan dana, belum ditunjang pembimbing yang kompeten, jenis ekstrakurikuler terbatas, hasil ekstrakurikuler masih jauh dari sekolah lain, dan minat peserta didik kurang. Dari beberapa sebab disepakati kegiatan ekstrakurikuler belum ditunjang pembimbing yang kompeten dan minat peserta didik rendah.

Faktor kondisi fisik SDN Ungaran 02, 04 dicitrakan kurang bagus disebabkan sekolah tampak kumuh dan terkesan semrawut, sarana prasarana masih kurang, taman belum tertata dengan baik. Disepakati yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 yaitu sekolah tampak kumuh dan terkesan semrawut. Faktor jangkauan terdiri dari sarana transportasi kurang mendukung, sekolah letaknya jauh dari domisili peserta didik, dan letak Faktor kondisi fisik SDN Ungaran 02, 04 dicitrakan kurang bagus disebabkan sekolah tampak kumuh dan terkesan semrawut, sarana prasarana masih kurang, taman belum tertata dengan baik. Disepakati yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 yaitu sekolah tampak kumuh dan terkesan semrawut. Faktor jangkauan terdiri dari sarana transportasi kurang mendukung, sekolah letaknya jauh dari domisili peserta didik, dan letak

Berdasarkan Gambar 4.2 diagram fishbone dan brainstorming pada saat FGD di SDN Ungaran 02, 04 diperoleh akar permasalahan penyebab sekolah dicitrakan kurang bagus. Adapun hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas faktor yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 kurang bagus yaitu reputasi sekolah, perhatian guru, ekstrakurikuler, dan kondisi fisik. Reputasi SDN Ungaran 02, 04 kurang bagus disebabkan oleh pestasi dalam bidang akademik khususnya nilai Ujian Sekolah (US) masih rendah dan belum berprestasi dibidang ekstrakurikuler. Prestasi dibidang akademik rendah disebabkan oleh motivasi belajar peserta didik rendah, hal ini karena perhatian dari guru terhadap peserta didik kurang. Guru terbiasa oleh rutinitas sehari-hari dengan disibukkan membuat administrasi. Prestasi akademik SDN Ungaran 02, 04 rendah dapat disebabkan oleh motivasi dari dalam diri peserta didik itu sendiri rendah, hal ini bisa juga disebabkan karena peserta didik kurang mendapat motivasi dari guru bahkan guru cenderung sering menakut-nakuti.

Sebab ketiga dari rendahnya prestasi akademik SDN Ungaran 02, 04 yaitu pembelajaran kurang optimal. Pembelajaran kurang optimal disebabkan karena cara guru menyampaikan materi pembelajaran (performance) kurang menarik, keterampilan guru berkomunikasi kurang. Selain itu juga disebabkan metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi, dengan alasan metode pembelajaran konvensioanal (ceramah) dianggap sudah baik. Guru juga jarang menggunakan media pembelajaran, ini lebih disebabkan kemampuan guru menggunakan TIK rendah sedangkan kemauan untuk belajar TIK juga rendah.

Reputasi SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan kurang bagus karena belum mampu meraih kejuaraan dalam lomba bidang akademik seperti lomba cerdas cermat (LCC), lomba siswa berprestasi, Olimpiade Sain Nasional (OSN), Internatinal Matematic Sains Olympic (IMSO), Olimpiade Matematika, lomba Mata pelajaran Agama Islam dan Seni Islami (MAPSI) dan lomba bidang akademik lainnya.

Sekolah belum mempunyai pembimbing yang kompeten dibidangnya, karena guru kelas kurang menguasai materi bidang akademik secara mendalam. Sebagai guru kelas, guru mengajar seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah kecuali mata pelajaran pendidikan agama, sehingga kemampuan yang dimiliki oleh guru rata-rata pengetahuan dasar.

Faktor reputasi yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan kurang bagus selanjutnya yaitu belum berprestasi dibidang ekstrakurikuler, misalnya musik, tari, olahraga, pramuka dan drumband. Hal tersebut disebabkan sekolah

pelatih/pembimbing ekstrakurikuler

belum

mempunyai

yang kompeten. Guru kurang menguasai bidang ekstrakurikuler secara maksimal karena guru merasa bidang ekstrakurikuler (drumband, pramuka, musik, olahraga dan musik) bukan pada bidang keahliannya atau kurang menguasai. Selain itu

12 guru atau 67% sudah berusia diatas 50 tahun dan ada beberapa guru yang menjelang pensiun. Namun demikian sekolah juga belum mampu mendatangkan tenaga

membimbing kegiatan ekstrakurikuler karena keterbatasan dana. Dana BOS

ahli

untuk

SDN Ungaran 02, 04 sudah tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan ekstrkurikuler karena dari anggaran BOS tidak boleh lebih dari 15% dari total anggaran keseluruhan, untuk honor guru tidak tetap (GTT) dan pegawai tidak tetap (PTT) sudah mencapai 15%. Disamping itu peserta didik di SDN Ungaran 02,

04 juga mempunyai minat yang rendah terhadap kegiatan ekstrakurikuler, sebab jenis dari kegiatan ekstrakurikuler kurang menarik bagi peserta didik dan pembimbing

kegiatan ekstrakurikuler kurang kompeten. Faktor biaya sebenarnya tidak ada masalah sebab SDN Ungaran 02, 04 menerima dana BOS sebagai biaya operasional, dan tidak ada pungutan terhadap peserta didik. Namun ada beberapa benturan atau batasan antara kebutuhan dengan petunjuk teknis (Juknis), misalnya sekolah membutuhkan laptop tetapi dalam Juknis tidak ada berarti laptop tidak dapat dibeli (untuk

2014). Untuk mengembangkan kegiatan sekolah terbentur dengan aturan bahwa honor dibatasi tidak boleh lebih dari 20% dari anggaran untuk Juknis BOS tahun 2014 dan tidak boleh lebih dari 15% dari anggaran untuk Juknis BOS tahun 2015.

Faktor perhatian guru yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan kurang bagus yaitu rasa empati guru terhadap peserta didik masih rendah. Akar permasalahannya guru kurang cepat merespon pendapat/laporan peserta didik, karena guru merasa segala sesuatu merupakan hal yang sudah Faktor perhatian guru yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan kurang bagus yaitu rasa empati guru terhadap peserta didik masih rendah. Akar permasalahannya guru kurang cepat merespon pendapat/laporan peserta didik, karena guru merasa segala sesuatu merupakan hal yang sudah

Faktor ekstrakurikuler yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan kurang bagus

berprestasi dibidang ekstrakurikuler. Hal ini disebabkan belum mempunyai pembimbing

yaitu

belum

dalam bidang ekstrakurikuler. Guru kurang menguasai bidang ekstrkurikuler secara maksimal karena guru merasa bukan pada bidang keahliannya. Selain itu 12 guru atau 67% dari seluruh guru sudah berusia diatas 50 tahun dan ada beberapa guru menjelang pensiun. Namun demikian sekolah juga belum mampu mendatangkan tenaga ahli untuk membimbing kegiatan ekstrakurikuler dikarenakan keterbatasan dana. Dana BOS sudah tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan ekstrkurikuler karena dari anggaran BOS tidak boleh lebih dari 15% dari total anggaran keseluruhan untuk honor.

yang

kompeten

Disamping itu peserta didik di SDN Ungaran 02,

04 juga mempunyai minat yang rendah terhadap kegiatan ekstrakurikuler. Minat yang rendah dari peserta didik disebabkan karena jenis dari kegiatan ekstrakurikuler yang ada kurang menarik bagi peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SDN Ungaran 02, 04 yaitu drumdband, tari, musik, olahraga dan pramuka. Sebagai contoh kegiatan ekstrakurikuler drumband kurang menarik karena peserta didik dapat berlatih namun tidak dapat pentas bersama dikarenakan belum mempunyai pakaian pentas. Dana BOS tidak dapat digunakan membeli pakaian drumband. Alat drumband terlalu besar dan banyak yang rusak karena tidak ada anggaran untuk perawatan dari dana BOS. Untuk swadana dari orang tua peserta didik belum dimungkinkan karena adanya larangan memungut iuran dari peserta didik. Disamping itu pembimbing kegiatan ekstrakurikuler juga kurang kompeten, karena sebagian merupakan guru kelas yang merasa bukan pada bidang keahlianya. Sekolah belum mampu mendatangkan tenaga ahli dikarenakan keterbatasan dana.

Hal serupa juga terjadi pada kegiatan ekstrakurikuler musik. Sekolah mempunyai alat musik seruling, pianika, gitar, dan orgen. Namun untuk kegiatan ekstrakurikuler hanya dilatih bermain pianika, karena pembimbing hanya dapat menggunakan alat musik pianika.

Faktor kondisi fisik sekolah yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 yaitu lingkungan luar Faktor kondisi fisik sekolah yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 yaitu lingkungan luar

SDN Ungaran 02, 04 terkesan semrawut karena banyak kendaraan yang antar jemput peserta didik dari SD, SMP dan bahkan peserta didik SMK membawa sepeda motor. Sehingga jalan di depan sekolah penuh dengan pedagang dan sepeda motor. Sekolah terkesan kotor karena banyak pedagang kaki lima sehingga sampah tidak terelakkan. Lingkungan dalam sekolah tampak kumuh karena taman sekolah belum tertata dengan baik karena keterbatasan dana. Hal ini dikarenakan dana BOS tidak boleh dipergunakan untuk pembuatan taman sekolah, dana Bos diperbolehkan untuk perawatan pintu dan jendela ruang kelas yang rusak dan perbaikan sanitasi. Selain itu sekolah tampak kotor karena kamar mandi/WC untuk peserta didik belum memenuhi rasio perbandingan jumlah peserta didik dengan jumlah kamar mandi/WC.

Menurut standar pengelolaan rasio untuk laki- laki satu kamar mandi/WC untuk 40 peserta didik dan untuk perempuan satu kamar mandi/WC untuk 25 Menurut standar pengelolaan rasio untuk laki- laki satu kamar mandi/WC untuk 40 peserta didik dan untuk perempuan satu kamar mandi/WC untuk 25

Berdasarkan brainstorming pada saat menyusun diagram Fishbone diperoleh hasil strategi peningkatan citra (image) SDN Ungaran 02, 04. Strategi yang disarankan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:

Menurut Alma

mendapatkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah maka perlu melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan menunjukkan citra (image) positif yang mengesankan. Citra (image) terbentuk dari bagaimana sekolah melaksanakan seluruh kegiatannya yang mempunyai landasan utama pada segi layanan. Berdasarkan Tabel

(2005:92) untuk

4.6 Strategi Membangun Citra (Image) Sekolah di SDN Ungaran 02, 04 terdapat faktor-faktor yang dapat digunakan membangun citra sekolah yaitu reputasi sekolah, biaya, perhatian guru, ekstrakurikuler, kondisi fisik, dan jangkauan. Dari enam faktor yang mempengaruhi citra SDN Ungaran 02, 04 hanya empat faktor yang mempunyai pengaruh yaitu reputasi sekolah, perhatian guru, ekstrakurikuler, dan kondisi fisik. Faktor biaya dan jangkauan tidak mempunyai masalah yang dapat mempengaruhi citra sekolah.

Faktor reputasi sekolah yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 yaitu masalah prestasi sekolah dalam bidang akademik Ujian Sekolah (US) masih rendah dan belum berprestasi dalam bidang ekstrakurikuler. Akar permasalahan dari bidang akademik (US) rendah yaitu guru terbiasa dengan rutinitas dan disibukkan membuat administrasi. Strategi yang disarankan yaitu guru memberikan motivasi kepada peserta didik, setiap peserta didik yang berhasil diberi penghargaan. Penghargaan (reward) bagi peserta didik dapat berupa hadiah, ucapan selamat, pujian, ataupun hanya acungan jempol. Guru sudah merasa puas dengan kemampuan yang dimilikinya, Faktor reputasi sekolah yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 yaitu masalah prestasi sekolah dalam bidang akademik Ujian Sekolah (US) masih rendah dan belum berprestasi dalam bidang ekstrakurikuler. Akar permasalahan dari bidang akademik (US) rendah yaitu guru terbiasa dengan rutinitas dan disibukkan membuat administrasi. Strategi yang disarankan yaitu guru memberikan motivasi kepada peserta didik, setiap peserta didik yang berhasil diberi penghargaan. Penghargaan (reward) bagi peserta didik dapat berupa hadiah, ucapan selamat, pujian, ataupun hanya acungan jempol. Guru sudah merasa puas dengan kemampuan yang dimilikinya,

kemampuannya. Kemampuan dan kemauan guru menggunakan teknik informatika (TIK) rendah strategi yang disarankan yaitu melakukan pendekatan personal agar mau mengikuti pelatihan menggunakan TIK di sekolah dengan dipandu guru yang menguasai TIK, Operator Sekolah (OPS), dan tenaga administrasi sekolah. Akar masalah belum mempunyai pembimbing bidang akademik yang kompeten diatasi dengan strategi membentuk tim pengembang prestasi sekolah bidang akademik. Masalah kedua yang mempengaruhi citra (image) sekolah dari faktor reputasi yaitu SDN Ungaran 02, 04 belum berprestasi dibidang ekstrakurikuler, akar masalahnya

keterbatasan dana. Strategi yang disarankan yaitu membentuk tim pengembang prestasi sekolah dibidang ekstrakurikuler yang terdiri dari guru yang mempunyai keahlian agar saling melengkapi dan mengisi. Akar masalah guru merasa bukan dalam bidangnya disarankan dengan strategi mengikutkan diklat di bidang ekstrakurikuler (musik, tari, pramuka kaligrafi, lukis, dll). Akar masalah dari faktor usia yaitu rata-rata sudah usia lanjut karena guru menjelang pensiun strategi yang disarankan pendekatan personal.

Akar masalah jenis ekstrakurikuler di SDN Ungaran 02, 04 kurang menarik disarankan dengan Akar masalah jenis ekstrakurikuler di SDN Ungaran 02, 04 kurang menarik disarankan dengan

Faktor biaya tidak ada masalah sebab SDN Ungaran 02, 04 menerima Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS) sebagai biaya operasional, dan tidak ada pungutan terhadap peserta didik. Seperti yang tercantum dalam Juknis BOS, tujuan BOS yaitu membebaskan pungutan bagi seluruh peserta didik sekolah negeri terhadap biaya operasioanal sekolah (Juknis Bos, 2014: 3).

Faktor perhatian guru yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 yaitu rasa empati guru terhadap peserta didik rendah, akar permasalahannya guru merasa segala sesuatu merupakan hal yang sudah biasa terjadi dan guru kurang merasa handarbeni (rasa memiliki). Strategi yang disarankan yaitu Kepala sekolah melaksanakan supervisi berkelanjutan dan membangkitkan motivasi guru untuk berprestasi Faktor perhatian guru yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 yaitu rasa empati guru terhadap peserta didik rendah, akar permasalahannya guru merasa segala sesuatu merupakan hal yang sudah biasa terjadi dan guru kurang merasa handarbeni (rasa memiliki). Strategi yang disarankan yaitu Kepala sekolah melaksanakan supervisi berkelanjutan dan membangkitkan motivasi guru untuk berprestasi

Faktor ekstrakurikuler yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 yaitu jumlah ekstrakurikuler terbatas. Akar permasalahannya yaitu guru merasa kegiatan ekstrakurikuler yang ada bukan bidangnya, strategi yang disarankan yaitu membentuk tim pembimbing ekstrakurikuler dan mengikutkan diklat/kursus dibidang ekstrakurikuler (musik, tari, pramuka kaligrafi, lukis, dll). Akar masalah berikutnya yaitu ada beberapa guru menjelang pensiun, strategi yang disarankan dengan pendekatan personal. Akar masalah keterbatasan dana disarankan dengan strategi bekerjasama dengan instansi lain dan orang tua peserta didik yang mempunyai keahlian untuk turut berperan serta

membimbing ekstrakurikuler. Misalnya, bekerjasama dengan dinas pemuda dan olahraga (Dispora) untuk mengadakan kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di SDN Ungaran 02, 04. Pelatih dari Dispora tanpa honor, sedangkan pihak sekolah hanya menyediakan tempat untuk latihan. Latihan di sekolah setiap hari senin dan kamis setelah peserta didik pulang sekolah. Orang tua peserta didik yang ikut berperan yaitu melatih ekstrakurkuler kaligrafi.

Faktor kondisi fisik yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 yaitu lingkungan luar sekolah dan lingkungan dalam sekolah. Masalah dari lingkungan luar sekolah yang menjadi akar masalahnya yaitu banyak pedagang kaki lima yang berjualan disekitar sekolah. Strategi yang disarankan yaitu Faktor kondisi fisik yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 yaitu lingkungan luar sekolah dan lingkungan dalam sekolah. Masalah dari lingkungan luar sekolah yang menjadi akar masalahnya yaitu banyak pedagang kaki lima yang berjualan disekitar sekolah. Strategi yang disarankan yaitu

Lingkungan dalam sekolah tampak kotor akar masalahnya dana BOS tidak boleh digunakan untuk pembuatan taman sekolah, sehingga taman sekolah belum tertata dengan baik. Strategi yang disarankan mengadakan gerakan menanam dan merawat, serta memberdayakan orang tua peserta didik yang mempunyai keahlian dibidang pertamanan untuk turut berperan serta dalam merancang dan membuat taman sekolah. Akar masalah yang lain yaitu kamar mandi/WC peserta didik tidak memenuhi rasio perbandingan jumlah siswa dengan jumlah kamar mandi/WC.

disarankan dengan mengajukan prososal ke Dinas Pendidikan untuk pengadaan kamar mandi/WC.

Strategi

yang

Faktor jangkauan tidak mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04, berada di lingkungan perkotaan dan mudah dijangkau kendaraan, namun belum ada jalur angkutan umum. Bagi peserta didik yang jarak rumah dengan sekolah cukup jauh pada umumnya sudah mempunyi alternatif cara berangkat sekolah. Ada peserta didik yang langganan ojek atau berangkat sekolah bersama orang tua pada saat orang tua mau berangkat bekerja.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Strategi Peningkatan Mutu Sekolah

Dalam upaya peningkatan mutu di SDN Ungaran 02, 04 perlu adanya kerja sama antaran kepala sekolah, para guru/karyawan, peserta didik dan orang tua peserta didik (masyarakat). Masing-masing komponen saling berkaitan dan saling mempengaruhi keberhasilan dalam

mutu secara keseluruhan. Seperti yang dikatakan Soedijarto (2008) faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan yaitu proses

peningkatan

daya pendidikan, anggaran pendidikan, dan kebijakan. Hasil FGD yang menjadi faktor mutu SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan

pendidikan, ketersediaan sumber

seperti pendapat Sukmadinata (2008:7) terdiri dari faktor peserta didik (raw input), proses pendidikan, instrumental input, dan environmental input.

kurang

bagus

Penelitian terdahulu tentang peningkatan mutu yang dilakukan oleh Mursalim (2010) hanya menyoroti tentang rendahnya mutu pendidikan dan rendahnya mutu pelayanan publik, tanpa mencari tahu akar permasalahan tentang rendahnya mutu pendidikan dan cara mengatasinya. Dalam penelitian ini sebelum menentukan strategi peningkatan mutu terlebih dahulu mencari akar permasalahan dari rendahnya mutu sekolah di SDN Ungaran 02, 04. Adapun yang menjadi akar masalah penyebab mutu SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan rendah dari peserta didik (raw input) yaitu guru. Guru terbiasa dengan rutinitas dan Penelitian terdahulu tentang peningkatan mutu yang dilakukan oleh Mursalim (2010) hanya menyoroti tentang rendahnya mutu pendidikan dan rendahnya mutu pelayanan publik, tanpa mencari tahu akar permasalahan tentang rendahnya mutu pendidikan dan cara mengatasinya. Dalam penelitian ini sebelum menentukan strategi peningkatan mutu terlebih dahulu mencari akar permasalahan dari rendahnya mutu sekolah di SDN Ungaran 02, 04. Adapun yang menjadi akar masalah penyebab mutu SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan rendah dari peserta didik (raw input) yaitu guru. Guru terbiasa dengan rutinitas dan

dan kemampuan serta kemauan guru menggunakan Teknik Informatika (TIK) rendah. Hal tersebut karena guru-guru sebagian besar sudah bertugas di SDN Ungaran 02, 04 selama puluhan tahun dan merasa dalam posisi yang nyaman, dan sulit menerima perubahan dan pembaharuan. Hal terebut dibenarkan oleh beberapa guru SDN Ungaran 02, 04.

Akar permasalahan tersebut menjadikan motivasi belajar peserta didik SDN Ungaran 02, 04 rendah. Hal itu terjadi karena program supervisi SDN Ungaran 02, 04 sudah ada, namun pelaksanaannya belum sesuai dengan program. Kepala sekolah disibukkan

laporan dan administrasi yang harus dikerjakan. Seperti Dapodik, Padamu Negeri, dan BOS. Selain itu juga adanya kurang percaya diri dan rasa kurang enak dari kepala sekolah karena faktor senioritas. Guna peningkatan motivasi belajar peserta didik SDN Ungaran 02, 04, strategi yang disarankan salah satunya yaitu melaksanakan supervisi akademik berkelanjutan agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal.

dengan

banyaknya

Kepala Sekolah mempunyai peran sebagai supervisor sekaligus sebagai motivator. Sebagai supervisor kepala SDN Ungaran 02, 04 dapat membina keprofesionalan guru melalui supervisi akademik berkelanjutan agar terjadi peningkatan kualitas dan Kepala Sekolah mempunyai peran sebagai supervisor sekaligus sebagai motivator. Sebagai supervisor kepala SDN Ungaran 02, 04 dapat membina keprofesionalan guru melalui supervisi akademik berkelanjutan agar terjadi peningkatan kualitas dan

”...walaupun sudah berpuluh-puluh tahun setiap

hari kami mengajar, tapi jika mendengar kata akan disupervisi atau Monev (Monitoring dan Evaluasi) rasanya gemetar. Kadang saat di depan kelas yang disampaikan tidak sesuai dengan rencana, saking groginya”.(25 Januari 2015)

Peran kepala sekolah sebagai motivator hendaknya dapat membangkitkan semangat dan memotivasi guru untuk terus berprestasi, sehingga guru mempuyai

motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi

(1987) dalam Mayangsari (2013) adalah suatu keinginan yang ada dalam diri seseorang yang dapat mendorong orang tersebut untuk berusaha mencapai standar atau ukuran keunggulan tertentu. Pencapaian prestasi (achievement) tidak selalu berupa pencapaian sasaran yang ditetapkan oleh lembaga tetapi bergantung pada kesiapan guru dalam mengerjakan tugas. Guru didorong melaksankan gagasan inovatif yang dapat meningkatkan mutu pembelajaran.

menurut

McClelland

Teknik memotivasi dapat dilakukan sebelum supervisi, bersamaan pelaksanaan supervisi, atau Teknik memotivasi dapat dilakukan sebelum supervisi, bersamaan pelaksanaan supervisi, atau

dilaksanakan dapat peningkatan keterampilan guru dalam mengajar dan dapat

akademik

yang