PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT PADA PT PIRANTI GUNA SAMUDRA, SURABAYA

  S K R I P S I

  G L E N N S T E W A R D R I C H A R D A N A K O T T A P E N G A N G K U T A N B A R A N G M E L A L U I D A R A T P A D A P T P I R A N T I G U N A S A M U D R A , S U R A B A YA " U N r T E R S l i A S A i K L A N l K M " F E K P U & I A K A A N M

  1 L U S U R A B A Y A n

  I

  k

  K 3 9 ^ / p 3 1?

  F A K U L T A S H U K U M U N I V E R S I T A S A I R L A N G G A

  S U R A B A Y A

  1993 PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT PADA PT PIRANTI GUNA SAMUDRA, SURABAYA

  SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT

  UNTUK MENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM OLEH GLENN STEWARD RICHARD ANAKOTTA 038812743

  ( MAART _ , ) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

  1993

DIUJI PADA TANGGAL : 27 JULI 1993

  PANITIA PENGUJI : KETUA MARTHALENA POHAN,S.H.

  • k SEKRETARIS

  A.OEMAR WONGSODIWIRJO,S.H.V ANGGOTA : 1. MAARTEN.L.SOUHOKA,S.H.,MS, 2. SAMZARI BOENTORO,S.H.

  KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur saya naikkan kepada Tuhan

  Yang Maha Kasih, karena berkat pertolongan dan bimbing- anNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul " Pengangkutan Barang Melalui Darat Pada PT Piranti Guna Samudra, SurabayaM ini.

  Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Papiey Mamie, Kakak-kakak serta adik saya yang tercinta yang telah memberikan segalanya kepada saya baik perhatian maupun kasih sehingga dapat memberikan motivasi dan dorongan semangat dalam upaya untuk ma - nyelesaikan studi/skripsi saya ini.

  Saya menyadari akan cara penyajian maupun materi yang ada dalam skripsi ini terdapat kekurangan. Ini semua mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada diri saya.

  Dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan perhatian kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

  1. Para Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada saya selama menuntut ilmu di-

  2m Fakultas Hukum Universitas Airlangga ; Bapak Maarten*L.Souhoka,SH.,MS. sebagai dosen pern - bimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi anak bimbingan- nya.

  3* Pimpinan dan wakil pimpinan PT Piranti Guna Samudra

  Surabaya yang telah raenyediakan waktu dan tempat ke­ pada saya untuk mengadakan penelitian lapangan di PT Piranti Guna Samudra Surabaya.

  4* Semua sanak keluarga dan teman-teman yang telah mem- bantu dengan memberikan yang terbaik kepada saya - dalara menyelesaikan skripsi ini.

  Kasih !Tuhan kiranya melimpahi kita semua dalam segala laku dan perbuatan hidup kita* Kiranya apa yang saya sajikan dalam skripsi ini dapat memberi manfaat.

  Surabaya, Juli 1993 G L E N N . S . R . A N A K O T T A

  

ABSTRAK

Pengertian keseluruhan dari judul "PENGANGKUTAN BARANG MELALUI

DARAT PADA PT PIRANTI GUNA SAMUDRA, SURABAYA" adalah kenyataan yang

sebenarnya yang ada dalam praktek sehari-hari pada PT Piranti Guna Samudra sehubungan

dengan kegiatan mengangkut atau memindahkan barang dari suatu tempat asal ke tempat

tujuan melalui darat (jalan raya) baik mengenai para pihak yang terlibat dalam pengangkutan

barang, dokumen pengangkutan, isi surat muatan, terjadinya kerugian maupun upaya tuntutan

ganti rugi yang meliputi prosedur yang dipakai dalam mengajukan tuntutan dan cara

pembayaran ganti rugi.

DAFTAR ISI

  Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB

  I. PENDAHULUAN

  1. Permasalahan : Latar Belakang dan Rumusannya. • • • *..................... 1

  2* Penjelasan Judul.................... 4 3* Alasan Pemilihan Judul.............. 5 4« Tujuan Penulisan.................... 5

  5* Metode.... ........................ * 6

  6. Pertanggung jawaban sistematika...... 8 BAB

  II. PENGANGKUTAN BARANG DI DALAM PRAKTEKNYA

  1. Para Pihak ^alara Pengangkutan Barang.. 12 2* Dokumen Pengangkutan................ 17

  3« I si Surat Muatan. ................... 20

  4. Penyelenggaraan Pengangkutan........ 22

  BAB III. TERJADINYA KERUGIAN

  1. Sebab-sebab Terjadinya Kerugian...... 26

  2. Kerugian Yang Menjadi Tanggung Jawab - Pengangkut........ ................ 28

  3. Kerugian Yang Bukan Menjadi Tanggung - Jawab Pengangkut..*..... ............ 36

  BAB

  IV. UPAYA KLAIM PEMBAYARAN GANTI RUGI

  1. Prosedur Klaim Pembayaran Ganti Rugi.... 40

  2. Pembayaran Ganti Rugi......... ........ 41 BAB

  V. PENUTUP

  1. Kesimpulan........................... 43

  2. Saran............. .................. 45

  DAFTAR BACAAN LAMPIRAN

  ■i . l J K

  fl/v. cilAKAAN

  "UN

  IVhKii I AS A1HLANGGA" S U U A Y A

  BAB I PENDAHULUAN

  1. Permaaalahan : Latar belakang dan rumusannya Dalam pergaulan kehidupan masyarakat sekarang ini masalah pengangkutan memegang peranan yang sangat penting, karena dengan pengangkutan hampir semua kegiatan ekonomi dan masyarakat umumnya dapat berjalan dengan lancar.

  Pentingnya peranan pengangkutan dapat dikatakan meliputi segi ekonomi, sosial, politik dan sebagainya. Jika di- lihat dari segi politis, yaitu seperti untuk tujuan per- tahanan, maka pengangkutan memberikan sumbangan yang penting dalam mobilitas unsur-unsur pertahanan itu.

  Jika ditinjau dari sfegi sosial, pengangkutan dapat di- anggap sebagai suatu faktor pemersatu bangsa. Dari sudut pandangan ekonomi, pengangkutan dianggap sebagai bagian dari kegiatan-kegiatan ekonomi itu sendiri.

  Bagi perusahaan dalam bentujc atau bidang apapun terutama dalam bidang perdagangan, pengangkutan memegang peranan yang sangat vital tidak hanya sebagai alat fisik, alat yang harus membawa barang-barang yang diperdagangkan dari produsen ke konsumen, maupun untuk mempercepat - penyebaran perdagangan barang kebutuhan , tetapi juga sebagai alat penentu harga dari barang-barang tersebut.

  1

  2 Oleh karena itu bagi kepentingan perdagangannya, tiap- tiap pedagang selalu akan berusaha mendapatkan frekuensi angkutan yang kontinue dan tinggi dengan biaya angkutan (vrachtloon) yang rendah.

  Sehubungan dengan ini maka perlu adanya peningkat- an pelayanan di berbagai sektor, termasuk juga pelayanan terhadap jasa angkutan. Seperti diketahui bahwa tujuan pengangkutan a dal ah untuk meningkatkan nilai dan gana suatu barang. Dan untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya pelayanan pengangkutan yang balk dan lancar . Dalam hal ini perusahaan angkutanlah yang merapunyai be- ban tanggung jawab yang besar, baik dalam hal penyeleng- garaan pengangkutan maupun dalam hal pemberian ganti- kerugian jika nanti -benar-benar terjadi sesuatu yang merugikan pihak pengirim barang.

  Dalam hal memilih dan menemukan perusahaan angkut­ an yang memiliki ciri-ciri seperti tersebut di atas tidak jarang pihak penilik • barang menemui kesulitan, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan maupun waktu yang mereka miliki. Oleh sebab itu mereka memerlukan bantuan seseorang yang berpengalaman dan ahli dalam bidang pen- carian alat angkut yang baik dan tepat.

  Demikian juga dengan praktek pengangkutan barang pada PT Piranti Guna Samudra, mengingat kedudukannya sebagai pihak yang diberi kuasa oleh pihak pemilik -

  3 barang, dan sekaligus bertindak ataa namanya sendiri t dalam perjanjian pengangkutan maka tugas utamanya ada- lah mencarikan pengangkut yang balk dan layak bagl pe- milik barang.

  Sehubungan dengan kedudukannya itu, PT Piranti

  Guna Samudra selalu memilih sendiri pengangkut yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya itu serta tetap memakai pengangkut yang sama dalam setiap pengangkutan barang*

  Ini dimaksudkan untuk membina hubungan yang baik dan rasa saling percaya diantara pengirim dan pengangkut* Dengan hubungan yang baik diantara pengirim dan pong - angkut diharapkan adanya penyelenggaraan pengangkutan yang aman dan cepat, eehingga diharapkan tidak terjadi kerugian dalam penyelenggaraan pengangkutan tersebut*

  Ini mengingat dalam proses penyelenggaraan pengangkutan barang tidak hanya melibatkan pihak pengirim dan peng­ angkut saja, tetapi juga pihak perusahaan gudang sebagai tempat penyimpanan barang.

  Bertolak dari uraian saya tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan di - bahas, yaitu : a* Bagaimanakah praktek pengangkutan barang pada PT -

  Piranti Guna Samudra Surabaya ? b« Bagaimanakah terjadinya kerugian dalam penyelenggara­ an pengangkutan ?

  4

  c. Bagaimanakah upaya klaim pembayaran ganti rugi yang diajukan oleh. pemilik barang apabila terjadi kerugi­ an ?

  2* Pen.jelasan Judul Dalam penulisan skripsi ini, saya memilih judul

  "PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT PADA PT PIRANTI GUNA SAMUDRA, SURABAYA". Untuk memahami arti dari judul ter­ sebut, saya jelaskan secara menyeluruh dari skripsi saya ini*

  • Pengangkutan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan barang (muatan) atau orang (penumpang) dari suatu tempat (asal) ke tempat tujuan*1
  • Melalui darat, artinya pengangkutan tersebut dilakukan atau diselenggarakan di daratan, bukan termasuk di - lautan maupun perairan darat, dengan menggunakan alat angkutan jenis t
  • PT Piranti Guna Samudra yang dimaksudkan dalam judul ini adalah sebagai pihak yang terlibat dalam peng - angkutan barang, yang diberikan kuasa oleh pemilik barang untuk mencarikan alat angkut yang baik dan tepat dan untuk selanjutnya bertindak sebagai pengirim dalam pengangkutan barang*

  1Muchtarudin Siregar, Management Pengangkutan , Berdikari Student's Study Club Unions,Jakarta,1976, h.13*

  5 Pengertian keseluruhan dari judul "PENGANGKUTAN BARANG MELALU

  I DARAT PADA PT PIRANTI GUNA SAMUDRA , SURABAYA" adalah kenyataan yang sebenarnya yang ada dalam praktek sehari-hari pada PT Piranti Guna Samudra sehubungan dengan kegiatan mengangkut atau memindahkan barang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan melalui darat (jalan raya) baik mengenai para pihak yang ter- libat dalam pengangkutan barang, dokumen pengangkutan, isi surat muatan, terjadinya kerugian maupun upaya - tuntutan ganti rugi yang meliputi prosedur yang dipakai dalam mengajukan tuntutan dan cara pembayaran ganti- rugi.

  3* Alasan Pemilihan 'Judul Adapun alasan saya memilih judul skripsi "PENG­

  ANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT PADA PT PIRANTI GUNA SAMUDRA, SURABAYA" karena saya ingin memaparkan kenyata­ an yang sebenarnya dalam praktek sehari-hari tentang pengangkutan barang. Selain itu saya juga ingin menge- tahui apakah selain pengirim dan pengangkut, perusahaan gudang yang sebagai tempat penyimpanan barang dan sebagai tempat penyelenggaraan pengangkutan barang dimulai, juga sebagai pihak dalam pengangkutan barang.

  Untuk maksud tersebut, saya melakukan penelitian langsung ke lapangan supaya dapat mengetahui keadaan-

  6 yang sebenarnya bagaimanakah praktek pengangkutan barang pada kenyataannya.

  4. Tu.iuan Penulisan Tujuan penulisan skripsi ini tidak lain adalah - untuk memenuhi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam kurikulum Fakultas Hukum Universitas Airlangga guna mencapai gelar kesarjanaan (Sarjan Hukum).

  Selain itu, dengan penulisan skripsi ini, saya harapkan dapat merupakan sumbangan pengetahuan bagi keperluan mendalami dan memperluas cakrawala pemahaman dalam bidang hukum angkutan.

  Dengan penulisan skripsi ini dimaksudkan juga untuk menambah perbendaharaan kepustakaan' ilmu hukum, yang sekiranya dapat merupakan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi mereka yang ingin mengetahui dan mem- pelajari tentang pengangkutan barang.

  5. Metode a.

  Pendekatan masalah Pendekatan yang saya gunakan dalam membahas per- masalahan yang ada dalam skripsi ini adalah pendekatan secara yuridis-sosiologis. Pendekatan yuridis mengandung arti pendekatan dari aspek hukumnya yaitu pendekatan - berdasarkan peraturan-peraturan yang ada misalnya Kitab

  7 Undang-undang Hukum Perdata, Kitab Undang-undang Hukum Dagang, Undang-undang Nomor 3 Tahun 1965. Sedangkan pendekatan sosiologis mengandung arti, bahwa dalam mem- bahas permasalahan yang ada dalam skripsi ini didasar- kan penelitian atas masalah-masalah yang timbul dalam praktek tentang penyelenggaraan pengangkutan barang melalui darat.

  b. Sumber Data Untuk menunjang penyusnnan skripsi ini, saya mem- peroleh data melalui ;

  • Studi kepustakaan yaitu dengan mengambil data dari bahan literatur mengenai pengangkutan darat yang di- tunjang dengan data yang diperoleh dari praktek peng­ angkutan, juga bahan kuliah, peraturan perundang-undang- an yang berlaku.

  Pengamatan lapangan yaitu pada Gudang Jamrud dan PT

  • Piranti Guna Samudra.

  c. Prosedur Pengumpulan Dan Pengolahan Data Upaya pengumpulan dan pengolahan data yang saya pergunakan dalam kegiatan penyusunan skripsi ini yaitu dengan memakai dua sistem :

  1. Studi kepustakaan yaitu suatu cara yang dilakukan dengan mencari dan mempelajari literatu-literatur yang ada dalam kepustakaan berupa buku-buku, karang-

  8 an-karangan yang ditulis oleh para ahli di bidangnya, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan raasalah yang dibahas dalam skripsi ini.

  2. Pengamatan lapangan yaitu pengumpulan data yang di - lakukan dengan melihat obyek penelitian di lapangan yaitu pada Gudang Jamrud dan PT Piranti Guna - Samudra guna memperoleh bahan-bahan yang diperlukan.

  Dalam pengamatan di lapangan, saya mengumpulkan data dengan menggunakan cara sebagai berikut :

  • Wawancara yaitu tekhnik pengumpulan data dengan meng- ajukan pertanyaan langsung pada pihak yang bersangkut- an dengan masalah ini yaitu pada pimpinan atau wakil pimpinan dari Gudang Jamrud dan

  PT Piranti Guna - Samudra.

  • Data simpan yaitu tekhnik pengumpulan data dengan menggunakan data-data maupun surat-surat lainnya yang berhubungan dengan skripsi ini.

  d. Analisis Data Data-data yang telah saya kumpulkan tersebut kemudian saya susun dan saya pergunakan. Untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini, saya lakukan dengan metode analisis deskriptif artinya menyampaikan tentang rangkaian peristiwa yang ada dan yang berhubungan dengan masalah kemudian disesuaikan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan teori yang berkaitan dengan

  9 masalah dalam skripsi ini, yang akhirnya data-data ter­ sebut disusun, diuraikan serta dianalisis dan pada akhirnya akan ditarik suatu kesimpulan.

  6 • Per tanggung-.jawaban Sistematika Penulisan skripsi ini secara keseluruhan saya - bagi dalam lima bab, dimana dalam tiap-tiap bab terdiri dari sub bab. Tiap-tiap bab berisi uraian dari suatu permasalahan pokok yang dibahas sesuai dengan judul bab yang bersangkutan*

  Pendahuluan saya letakkan dalam bab I, karena se- belum mulai membahas masalah pokok dalam penulisan skripsi ini, terlebih dulu saya ingin memberikan gambar- an umum dari permasalahan pokok yang akan diuraikan dengan maksud agar pembaca dapat mengetahui semua per- masalahannya dan untuk memudahkan pembaca dalam me - mahaminya. Dalam pendahuluan ini saya uraikan tentang latar belakang dan rumusannya yang merupakan ide dasar yang mendasari penulisan skripsi ini, penjelasan judul yaitu penjelasan terhadap kata demi kata dari judul skripsi ini maupun penjelasan secara keseluruhan , alasan pemilihan judul yaitu hal yang menyebabkan saya tertarik untuk memilih judul ini, tujuan penulisan yaitu maksud dan manfaat apa yang dapat diperoleh dengan pe- nyusunan skripsi ini, metodologi dan pertanggung-jawaban

  10 sistematika.

  Pengangkutan barang di dalam prakteknya , saya letakkan dalam bab XI yaitu untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengangkutan barang di dalam prakteknya.

  Dalam pembahasan tentang pengangkutan di dalam praktek­ nya ini, saya membahas tentang siapa para pihak yang terlibat dalam pengangkutan barang, karena sekalipun pihak gudang sebagai tempat dimulainya penyelenggaraan pengangkutan barang tersebut, belum tentu pihak gudang sebagai pihak dalam pengangkutan barang karena pihak gudang tidak memilih baik pengangkut maupun alat angkut- nya dan juga tidak mengetahui tentang pengangkutannya karena bukan kewenangannya. Selain tentang para pihak, dalam bab ini juga dibahas tentang dokumen pengangkutan, isi surat muatan dan penyelenggaraan pengangkutan.

  Terjadinya kerugian akan dibahas dalam bab III. Dalam bab ini akan diketahui apakah yang menyebabkan se- hingga terjadinya kerugian. Dan kalau benar-benar ter- jadi kerugian maka sampai sejauh mana beban kerugian itu menjadi tanggung jawab pengangkut dan kerugian apa yang bukan menjadi tanggung jawab pengangkut. Sehingga dengan demikian dapat kita ketahui apa yang menjadi batasan terhadap pengangkutan suatu barang dalam prakteknya ter- hadap tanggung jawab pengangkut.

  Sebagaimana kita ketahui, pengan^cutan melalui-

  11 darat tidak selalu berjalan dengan lancar. Kadangkala kita tidak dapat mencegah terjadinya musibah yang benar- benar tidak kita harapkan dan tidak diinginkan yang me- nyebabkan kerugian atas barang muatan. Untuk itulah, saya membahas tentang upaya klaim perabayaran ganti rugi di dalam bab

  IV, sehingga dapat diketahui bagaimana prosedur klaim ganti rugi dan pembayaran ganti ruginya* Bab V adalah mengenai penutup, yang di dalamnya berisi kesimpulan dari ma sal ah-ma sal ah yang telah di- bahas terdahulu serta saran-saran yang mudah-mudahan dapat diterima dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang ber- kepentingan dengan pengangkutan barang melalui darat , khususnya dengan menggunakan alat angkut jenis truk.

  " U N I V E R S l I A S A l R L A N O O A " P E K P U S T A K A A N M I L U I S U R A B A Y A ,

  BAB II PENGANGKUTAN BARANG DI DALAM PRAKTEKNYA

  1. Para Pihak Dalam Pengangkutan Barang Proses pengangkutan barang pertama-tama dimulai dari perusahaan gudang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang yang akan diangkut. Meskipun demikian pihak perusahaan gudang bukanlah pihak di dalam perjanjian pengangkutan* Hal ini dapat kita ketahui dari bagaimana situasi sebelum diadakannya pengangkutan*

  Mula-mula perusahaan gudang menerima barang yang baru saja diturunkan dari kapal dan kemudian barang- barang tersebut disrmpan dalam gudang pabean. Di sini

  Dinas Bea dan Cukai ikut campur tangan, sebab barang- barang yang baru dibongkar dari kapal harus menyelesai- kan dahulu perabayaran bea-beanya sebelum dilepas dari gudang* Di lain pihak pemilik barang memberikan surat kuasa kepada perusahaan ekspedisi (PT Piranti Guna-

  Samudra) untuk menyelesaikan pemasukan barang (inklaring) sesuai dengan peraturan yang berlaku atas barang-barang miliknya* Dan sebagai pelengkap atas partai barang yang akan diangkut tersebut (barang import) bersama- an dengan surat kuasa ini diserahkan dokumen-dokumen terlampir (Invoice, Packing/weight list, Bill of Lading,

  12

  13 dan dokumen-dokumen pelengkap lainnya yang berhubungan dengan partai tersebut diatas). Kemudian perusahaan ekspedisi akan menyerahkan Bill of Ladin&/kono semen tersebut ke perusahaan pelayaran (dalam hal ini di- wakili oleh PT Astarika Stuwarindo) disertai dengan pembayaran sewa gudang/ongkos penumpukan dan ongkos pem- bongkaran tujuan (

  OPT)* Dengan penyerahan Bill of- Lading yang disertai pembayaran sewa gudang dan OPT ter­ sebut, maka oleh perusahaan pelayaran akan dikeluarkan DO (Delvery Order) yaitu merupakan suatu surat yang me- nentukan orang yang memegang surat itu berhak untu meng- ambil barang. Setelah mendapatkan DO, kemudian dilanjut- kan dengan pembayaran bea-bea (bea masuk) ke Dinas Bea dan Cukai yang disertai dengan pemeriksaan barang yang ada di gudang pelayaran oleh Dinas Bea dan Cukai yang meliputi pemeriksaan jenis, merek, nomor barang apakah sudah sesuai atau belum dengan pemberitahuan import untuk dipakai (

  PIUD). Dari Dinas Bea dan Cukai kemudian di- lanjutkan ke perusahaan gudang dengan menyerahkan bukti pembayaran sewa gudang dan OPT agar barang dapat segera dikeluarkan, namun sebelumnya harus ke I»alu Lintas - Administrasi pelabuhan (LA LA A DP EL) Tanjung Perak untuk mendapatkan izin barang keluar dari pelabuhan. Dengan telah dipenuhi semua persyaratan administrasi, maka barang dapat dikeluarkan dari gudang. Ini mengingat

  14 penitipan tersebut ada batas waktunya, sehingga bila me- lebihi batas waktu maka perailik barang harus membayar

  2

  uang sewa tambahan kepada perusahaan gudang* Dengan demikian dapat dilihat bahwa perusahaan gudang bukan sebagai pihak dalam perjanjian pengangkutan.

  Perusahaan gudang berfungsi menyimpan dan menjaga - barang-barang di dalam gudang pelabuhan selama barang yang bersangkutan menunggu pemuatan ke atas kapal atau menunggu pengeluarannya dari dari gudang, yang berada di bawah pengawasan Dinas Bea dan Cukai. Apabila barang rusak, maka menjadi tanggung jawab perusahaan gudang

  (perusaan pelayaran) selama barang-barang tersebut - masih ada di gudangnya.

  Sebelum membatias tentang para pihak dalam per - janjian pengangkutan , terlebih dahulu akan dibahas tentang perjanjian pengangkutan.

  Perjanjian pengangkut­ an adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut de­ ngan pengirim , dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat , sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.^

  2Wawancara dengan Bapak Andi selaku wakil pimpin- an Gudang Jamrud tanggal 12 Mei 1993. ^H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum -

  Dagang Indonesia-Hukum Penganfjcutan, Jilid III, Cet II, "B jam bat an, Jakarta, 1984, n.2.

  15 Sehingga jelas bahwa pihak yang terlibat dalara perjanjian pengangkutan adalah pengirim dan pengangkut.

  Untuk lebih jelasnya akan diterangjcan mengenai pengerti- an pengirim dan pengangkut itu sendiri.

  Pertama akan dijelaskan terlebih. dahulu pengertian pengangkut. Ada beberapa sarjana yang memberikan pendapat tentang peng­ ertian pengangkut, antara lain :

  • Abdulkadir Muhamad Mengatakan penggunaan istilah pengangkut mempunyai dua arti, yaitu sebagai pihak penyelenggara peng­ angkutan dan sebagai alat yang digunakan untuk me- nyelenggarakan pengangkutan. Pengangkut dalam arti yang pertama termasuk dalam subyek pengangkutan , sedangkan dalam arti yang kedua termasuk dalam obyek pengangkutan.^ - Prof, Soekardono,S.H.

  Memberikan definisi pengangkut ialah dia yang meng- ikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang (penumpang) berdasarkan perjanjian pemuatan menurut per jalanan atau berdasarkan per­ janjian lain."*

  ^Abdulkadir Muhamad, Hukum Pengangkutan Darat ,

  Laut, Dan Udara, Cet.I, Citra Aditya Bakti, Bandung,1991 ^R.Soekardono, Hukum Dagang Indonesia-Hukum peng­ angkutan di darat, Jilid II, Cet.111, Rajawali, Jakarta,

  19o6, No.3, h7~2.

  16

  • Achmad Ichsan Menyebut pengangkut dengan istilah petugas peng­ angkut •

  Petugas pengangkut (voerlui) adalah pihak pengangkut yang bertugas dan berkewajiban mengangkut dan yang bertanggung jawab terhadap semua kerugian yang di- derita dalam pengangkutan barang-barang.^

  Pengaturan definisi pengangkut secara umum se - benarnya tidak ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), namun dari pendapat para sarjana yang men- definisikan tentang pengertian pengangkut tersebut - dapat disimpulkan bahwa pengangkut pada umumnya adalah orang/pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggara- kan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat.

  Seperti halnya dengan pengangkut , definisi pe­ ngirim juga tidak terdapat dalam KUHD. Namun demikian dari definisi tentang perjanjian pengangkutan dapat disimpulkan bahwa pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk merabayar biaya angkutan.

  Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa yang menjadi pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan barang adalah pengan^cut dengan pengirim, yang dalam

  ^Achmad Ichsan, Hukum Dagang.

  Pradnya Paramita, Jakarta, 1984, h.407»

  17 penulisan skripsi ini saya memilih PT Piranti Guna

  /

  Samudra yang dalam perjanjian pengangkutan kedudukannya selain sebagai perusahaan ekspedisi, juga sebagai pihak pengirim barang.

  2. Dokumen Pengangkutan

  Hak dan kewajiban pihak-pihak dalam suatu per­ janjian pengangkutan, salah satunya dapat kita ketahui dari diterbitkannya dokumen pengangkutan dalam perjanji­ an itu, selain dapat diketahui dari penyelenggaraan p engangkutan.

  Dokumen pengangkutan sendiri mempunyai pengertian setiap tulisan yang dipakai sebagai bukti dalam peng­ angkutan berupa naskah, tanda terima, tanda penyerahan,

  7 tanda milik atau hak.

  Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa dokumen pengangkutan bukan perjanjian tertulis , melainkan se­ bagai alat bukti adanya perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan pengirim atau penumpang. Dokumen peng­ angkutan terdiri dari surat muatan untuk pengangkutan barang dan tiket penumpang untuk pengangkutan penumpang.

  Surat muatan untuk pengangkutan barang disebut menurut jenis pengangkutan yaitu surat muatan (vrachtbrief) - untuk pengangkutan darat, surat muatan kereta api (spoor-

  7 Abdulkadir Muhamad, op.cit.t h.22.

  18 vrachtbrief) untuk pengangkutan kereta api, surat muat- an laut (cognossement) untuk pengangkutan laut serta surat muatan udara (luchtvrachtbrief) untuk pengangkutan udara.

  Perihal surat muatan pada pengangkutan barang diatur dalam pasal 90 KUHD yang menyebutkan s Surat muatan merupakan persetujuan antara si pengi­ rim atau ekspeditur pada pihak satu dan pengangkut atau juragan perahu pada pihak lain dan surat itu memuat selain apa yang kiranya telah disetujui oleh kedua belah pihak, seperti misalnya mengenai waktu dalam mana pengangkutan telah harus selesai diker- jakannya dan mengenai penggantian rugi dalam hal kelambatan*......8

  Dengan demikian dalam pasal 90 KUHD dapat diketahui - bahwa surat muatan merupakan perjanjian antara pengirim atau ekspeditur dengan pengangkut* Surat muatan sebagai demikian, sama sekali bukan unsur mutlak adanya perjanji­ an pengangkutan.

  Perjanjian pengangkutan telah ada - meskipun tidak ada surat muatan (sebab sifat perjanjian pengangkutan itu selalu konsensual, artinya perjanjian pengangkutan bisa terjadi meskipun tidak ada surat muat­ an) « Baru setelah surat muatan tersebut ditanda-tangani oleh pengangkut sebagai tanda terima barang-barang, maka surat muatan itu dapat dipakai sebagai alat pembuktian adanya perjanjian pengangkutan ; tetapi tetap bahwa

  Q Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang

  Hukum Dagang dan Undang-und " ~,tant CetTxV I ,

  Pradnya Paramita, Jakarta,

  19 surat muatan bukanlah merupakan perjanjian pengangkutan dan bukanlah unsur mutlak tentang adanya perjanjian - q pengangkutan.^

  Berdasarkan kenyataan dalam pengangkutan darat dengan truk, surat muatan dibuat oleh pengirim atau ekspeditur atas nama pemilik dan ditanda tanganinya* Dan dalam prakteknya pada PT Piranti Guna Samudra se - laku pengirim barang, pihaknya yang selalu membuat surat muatan tersebut, Dimana ketika barang diserahkan kepada pengangkut untuk diangkut, surat muatan diperiksa guna mengetahui kesesuaian isinya dengan barang yang ada. Ke­ mudian surat muatan itu diparaf dan diberi stempel peng­ angkut. Satu lembar dipegang oleh pengirim, sedangkan satu lembar lainnya-dipegang oleh pengangkut untuk di- sertakan bersama barang yang diangkut untuk diserahkan kepada penerima barang agar ditanda tangani dan diberi stempel sebagai bukti bahwa barang telah diterima dengan baik. Dan surat muatan yang telah ditanda tangani oleh penerima tersebut dipakai pula sebagai larapiran penagih- an ongkos pengangkutan kepada pemberi order

  (PT Piranti- Guna Samudra).10

  ^Sution Usman Adji, Djoko Prakoso, Hari Pramono,

  Hukum Pengangkutan di Indonesia. Get.I, Rineka Cipta, Jakarta, h.72.

  10Wawancara dengan Bapak Kardanoe selaku wakil pimpinan PT Piranti Guna Samudra pada tanggal 19 Mei 1993*

  20 Selain itu dengan. surat muatan yang dibuat oleh pihak pengirim (PT Piranti Guna Samudra) dapat diguna - kan sebagai pelengkap (surat jalan/pengantar) bagi sopir bila di dalam perjalanannya membawa barang muatan ter- dapat pemeriksaan yang dilakukan oleh kepolisian.11 3•

  Isi Surat Muatan Pengangkutan barang yang disertai dengan mem- buat surat muatan oleh PT Piranti Guna Samudra selaku pengirim barang,pada dasarnya selama barang yang di- terima oleh pengangkut sesuai dengan isi yang tercantum dalam surat muatan tersebut, maka saat itu juga peng­ angkutan dapat segera dilaksanakan.

  Adapun yang menjadi isi dari surat muatan yang dikeluarkan oleh pengirim barang adalah sebagai berikut: a. Nama pengirim

  b. Nama dan alamat penerima c . Nama pembawa/pengangkut d. Tanggal pengiriman e* Merek, jumlah, berat dan jenis barang disertai dengan keterangan

  Tanda tangan dan stempel/cap pengirim

  g. Tanda tangan dan stempel pengangkut

  h. Tanda tangan dan stempel penerima ■^Wawancara dengan Bapak Heru, Bagian Operasional

  PT Piranti Guna Samudra tanggal 19 Mei 1993*

  21 Sebagai catatan bahwa sekalipun dalam surat muatan ter­ sebut tercantum tentang berat barang, namun di dalam prakteknya tidak ditulis oleh pengirim tentang beratnya.

  Surat muatan tersebut di atas bila kita banding- kan dengan pasal 90 KUHD, dapat dilihat apa yang kurang atau belum diatur dalam surat muatan yang dibuat. Ada- pun menurut pasal 90 KUHD, surat muatan memuat ketentuan- ketentuan berikut ini :

  a. Nama, jumlah, berat, ukuran, merek barang muatan

  b. Nama dan alamat penerima barang

  c. Nama dan tempat tinggal pengangkut

  d. Jumlah biaya pengangkutan

  e. Tanggal pembuatan surat muatan

  f. Tanda tangan pengirim atau ekspeditur Disini dapat kita lihat bahwa tidak semua isi dari surat muatan yang dibuat oleh

  PT Piranti Guna Samudra kepada pengangkut diatur dalam-pasal 90 KUHD tercantum di dalamnya* Hal yang tidak dicantumkan dalam surat muat­ an yang dibuat oleh

  PT Piranti Guna Samudra antara lain mengenai berat barang dan jumlah biaya angkutan.

  Mengenai berat barang yang tidak dicantumkan, ini disebabkan keterangan tentang berat barang sudah langsung dapat dilihat oleh pengangkut pada label/cap yang ter- dapat pada barang tersebut yang mencantumkan tentang beratnya. Disamping itu terdapat pula maksud lain yaitu

  22 kalau berat barang dicantumkan, ada kemungkinan peng­ angkut tidak mau mengangkut kalau beratnya sedikit atau

  12 banyak melampaui kapasitas daya angkutnya.

  Sedangkan untuk jumlah biaya angkutan tidak perlu diisi seketika karena perhitungan jumlah biaya pengangkutan ditentukan juga oleh beberapa hal yaitu jarak pengangkutan maupun sifat muatan.1^ 4*

  Penyelenggaraan Pengangkutan Yang dimaksud dengan penyelenggaraan pengangkutan adalah proses kegiatan pengangkutan dan pembayaran biaya pengangkutan. Penyelenggaraan pengangkutan tidak lain merupakan realisasi dari adanya perjanjian peng­ angkutan yang dibuat secara sah mengikat pihak-pihak yang di dalamnya tercipta hubungan kewajiban dan hak.

  Penyelenggaraan pengangkutan dilakukan melalui empat tahap kegiatan, yaitu : a. Tahap persiapan pengangkutan, yang meliputi penyedia- an alat pengangkutan, penyerahan muatan barang untuk diangkut, pembuatan dan penyelesaian dokumen peng­ angkutan.

  b. Tahap kegiatan pengangkutan, yaitu meliputi kegiatan

  12Wawancara dengan Bapak Heru Bagian Operasional PT Piranti Guna Samudra tanggal 19 Mei 1993* ^Abdulkadir Muhamad, op cit., h.69.

  M 1 L 1 K. " U N I T E R S l I A S A pekplsiakaan

  1 R L A N O O A *

  S U R A B A Y A

  23 pemindahan muatan barang dengan alat pengangkutan dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan yang di- sepakati. 3* Tahap penyerahan muatan barang kepada penerima dan pembayaran biaya pengangkutan jika belum dibayar oleh pengirim.

  4. Tahap pemberesan/penyelesaian persoalan yang terjadi selama atau sebagai akibat pengangkutan.

  Berdasarkan perjanjian pengangkutan yang telah dibuat antara pengangkut dan PT Piranti Guna Samudra, pengangkut akan menyediakan alat pengangkutan dan

  PT- Piranti Guna Samudra menyerahkan surat muatan serta muatan barang untuk diangkut. Dengan surat muatan yang telah diterima, pengangkut akan meraeriksa apakah barang muatan yang diangkut sudah sesuai atau belum dengan isi surat muatan.

  Ada kebiasaan dalam pengangkutan di darat ialah bahwa barang muatan yang sudah diketahui jenis dan jum- lahnya, tidak diperlukan surat muatan karena sudah di­ ketahui jenis dan jumlahnya ketika melakukan pemuatan.

  Namun dalam prakteknya hal tersebut tidak dilakukan oleh PT Piranti Guna Samudra selaku pengirim barang. Hal ini mengingat bahwa surat muatan tersebut sangat diperlukan oleh pengangkut sebagai pelengkap dalam perjalanannya membawa barang muatan bila terdapat pemeriksaan.

  24 Setelah muatan barang siap dalam alat peng - angkutan (truk ) dan pengangkut telah mencocokkan dengan isi yang tercantum dalam surat muatan, dan kalau sudah sesuai maka pengangkut akan memberangkatkannya dan ia wajib melakukan penjagaan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap muatan barang sampai tiba di tempat tujuan yang disepakati dalam perjanjian* Dalam pengangkutan itu sering dari pihak perusahaan

  (PT Piranti Guna- Samudra) menyertakan petugasnya untuk ikut bersama - muatannya.

  Sesampainya barang muatan di tempat yang diper- janjikan (tempat penerima) , pengangkut memberitahukan kepada penerima dan menyerahkan barang itu dengan baik.

  Setelah dilakukan pemeriksaan , barang itu diterima dengan baik oleh penerima dengan menanda-tangani/paraf surat muatan disertai dengan stempel.Dengan surat muatan tersebut akan digunakan oleh pengangkut untuk menagih biaya pengangkutan pada pengirim

  (PT Piranti Guna - Samudra). Penyerahan barang muatan oleh pengangkut kepada penerima di tempat yang diper janjikan menandai berakhir- nya penyelenggaraan pengangkutan. Namun belum tentu - bahwa dengan itu berarti telah berakhirnya perjanjian pengangkutan. Untuk mengetahui kapaii berakhirnya per­ janjian pengangkutan,bergantung dari dua keadaan yaitu :

  25 1* Apabila tidak terjadi peristiwa yang menimbulkan ke- rugian, perjanjian pengangkutan berakhir sejak rauat- an barang diserahkan di tempat yang ditentukan*

  2. Apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, perjanjian pengangkutan berakhir sejak pemberesan kewajiban membayar ganti kerugian*

  BAB III TERJADINYA KERUGIAN 1 ♦ Sebab-sebab Terjadinya ICerugiaa Sejak terjadinya konsensus antara peagirimdan pengangkut, maka sejak itulah perjanjian pengangkutan terbentuk. Dengan terbentuknya perjanjian pengangkutan itu menyebabkan kedua belah pihak masing-masing mempu- nyai hak dan kewajiban yang dilaksanakan secara timbal balilc. Artinya pihak pengirim harus membayar ongkos angkutannya sedangkan pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang: sampai ke tempat tujuan*

  Namun dalam f»roses penyelenggaraan pengangkutan tidak selamanya dapat berjalan dengan aman dan lancet, seringkali dapat terjadi peristiwa/musibah yang raenira pa barang muatan sehingga menimbulkan kerugian. Keada- an seperti ini merupakan keadaan yang tidak dapat di - hindarkan sehingga menimbulkan adanya resiko yang harus ditanggung. Bila terjadi hal seperti ini dan menimbul- kan kerugian terhadap barang yang diangkut, maka akan menimbulkan tuntutan ganti rugi yang ditujukan kepada pihak pengangkut, mengingat karena pada dasarnya peng­ angkut bertanggung-jawab terhadap barang yang diangkut- olehnya.

  2 6

  27 Dalam pengangkutan barang ada beberapa hambatan yang dapat dialami oleh pihak-pihak dalam pengangkutan baik pengirim maupun pengangkut yang dapat menyebabkan terjadinya kerugian, yaitu : a. Tidak disiplin waktu

  Yaitu mengenai waktu keberangkatan alat pengang­ kutan barang yang sering tidak dipatuhi oleh pengang­ kut sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan tanpa alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan* Ketidak disiplinan waktu ini dianggap sebagai hal yang wajar terutama pada pengangkutan barang yang bukan ekspres*

  Dengan ketidak disiplinan waktu dapat mengakibat- kan kerugian kepada pemilik barang karena tenggang waktu untuk menju^l barang dengan keuntungan yang di­ harapkan dapat segera terlaksana, menjadi tertuada karena barang terlambat tiba di tempat tujuan* Dalam pengangkutan barang pada PT Piranti Guna Samudra se­ lama ini bfelum pernah terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang kepada penerima (petoilik barang)*

  Namun apabila hal itu terjadi maka pihak perusahaan akan meminta pertanggung-jawaban kepada pihak peng­ angkut . b* Tidak disiplin muatan

  Setiap alat pengangkutan barang telah ditentukan kapasitas maksimumnya. Namun ketentuan ini sering di-

  2 8

  langgar dimana jumlah muatan barang ke dalam alat pengangkutan sering melebihi kapasitas maksimum yang ditetapkan menurut peraturan yang berlaku. Sepintas lalu muatan yang melebihi kapasitas itu menguntungkan kedua belah pihak yaitu pengangkut dan pengirim karena pengangkut memperoleh biaya pengangkutan lebih banyak dan pengirim dapat meminimalkan biaya penganglcutan. Namun di lain pihak dengan muatan barang yang mele­ bihi kapasitas itu besar kemungkinan menimbulkan ke- celakaan yang merugikan kedua pihak. Karena bagi pe­ ngirim (

  PT Piranti Guna Samudra ) dapat menimbulkan kerugian karena pengangkutan yang tidak selamat, dan bagi pengangkut dapat menimbulkan kerugian rusaknya alat pengangkutannya itu.

  2. Kerugian Yang Men.jadi Tanggung-Jawab Pengangkut

  Tanggung jawab yang diberikan/dibebankan kepada pihak pengangkut berkait erat dengan kewajiban yang di- miliki olehnya yaitu menyelenggarakan pengangkutan ba­ rang dari tempat pemuatan sampai ke tempat tujuan dengan selamat.

  Apabila pengangkutan yang diselenggarakan ber - langsung tidak selamat terutama terhadap barang yang diangkutnya maka pengangkut bertanggung-jawab terhadap kerugian itu.

  29 Tanggung jawab pengangkut terhadap pengangkutan melalui darat diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum - Dagang Buku

  Pertama, Titel kelima, Bagian Ketiga pada

  pasal 91 yang berbunyi : Pengangkut dan juragan perahu harus menanggung - segala kerusakan yang terjadi pada barang-barang dagangan dan lainnya setelah barang itu mereka te-* rima untuk diangkut, kecuali kerusakan-kerusakan yang diakibatkan karena suatu cacat pada barang- barang itu sendiri, karena keadaan memaksa atau ka­ rena kesalahan atau kealpaan si pengirim atau eks­ peditur

  Selain itu tanggung jawab pengangkut diatur juga dalam pasal 24 ayat 1 dan ayat 2 Undang-undang Noraor 3 Tahun 1965 tentang Undang-undang Lalu Lintas dan Ang- lcutan Jalan Raya yang secara ringkasnya disebutkan bah­ wa pengusaha kendaraan umum bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh penumpang dan kerusalsan — kerusakan barang yang ada di dalam kendaraannya, kecuali jika ia dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut bukan karena kesalahannya atau pegawainya. Tanggung jawab ti­ dak ada jika kerugian dan kerusakan tersebut terjadi karena tidak sempurna pembungkusan barang yang diangkut padahal telah diberitahukan kepada pengirim sebelum di- mulainya pengangkutan*

  Dengan demikian dapat diketahui bahwa tanggung jawab pengangkut adalah saat barang yang diberikan ke-

  14Subekti dan Tjitrosudibya, op«cit«, h*24.

  30 padanya diterima untuk diangkut.di dalam kendaraannya * Sebelum barang-barang tersebut diterima oleh. pengangkut maka yang bertanggung jawab adalah pengirim atau eks- peditur.

  Dalam praktek pengangkutan barang pada PT Piran­ ti Guna Samudra sebelum barang-barang diserahkan kepada pihak pengangkut maka

  Perusahaan Gudang mempunyai tang­ gung jawab untuk menyimpan barang-barang tersebut dengan baik sampai pada pengambilan yang dilakukan oleh pihak pengirim barang atau ekspeditur untuk dilakukan peng­ angkutan* Jadi pengangkut bertanggung jawab sejak barang diterima pengangkut, dalam penyelenggaraan pengangkutan dan sampai pada tempat yang diperjanjikan.

  Tanggung jawab pengangkut itu juga berupa kewet/H jiban mengangkut barang-barang yang diserahkan itu ke tempat tujuan dan menyerahkannya tepat pada waktunya da­ lam keadaan seperti pada waktu diterimanya kepada pihak penerima, dimana ia harus menjaga bahwa keadaan barang- barang itu dalam keadaan seperti pada waktu diterimanya dari pihak pengirim. Apabila dalam hal ini terdapat ke- kekurangan, barang-barang itu terlambat datangnya, tidak ada penyerahan dari barang-barang itu atau terdapat ke- rusakan dalam barang-barang yang diangkut itu yang ter- jadi dfllnm pengangkutannya , maka ia bertanggung jawab terhadap pihak pengirim dan pihak penerima dan harus

  31 mengganti semua kerugian yang terjadi atas barang-barang itu. Timbulnya konsep tanggung jawab karena pengangkut tidak memenuhi kewajibannya sebagaimna mestinya, tidak baik, tidak jujur atau tidak dipenuhi sama sekali.

  Sesuai dengan terjadi serta tujuannya perjanjian pengangkutan, mulai dengan penerimaannya barang-barang untuk diangkut dan berlangsung sampai dengan penyerahan yang wajar menurut hukum, maka tanggung jawab pengangkut diperluas seperti yang tercantum dalam pasal 1236 dan

  pasal 1246 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Pasal - 1236 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menentukan peng­ angkut wajib memberi ganti rugi atas biaya, kerugian yang diderita dan bunga yang layak diterimanya, bila ia tidak dapat menyerabkan atau tidak dapat merawat sepatut nya untuk menyelamatkan barang-barang muatan. Pasal 1246

  Kitab Undang-undang Hukum Perdata menentukan bahwa biaya, kerugian dan bunga itu pada umumnya terdiri atas kerugi­ an yang telah dideritanya dan laba yang sedianya akan diterimanya.

  Selain itu tentang tanggung jawab pengangkut juga dapat ditinjau dari prinsip tanggung jawab pengangkut dalam hukum pengangkutan. Ada tiga prinsip tanggung ja­ wab pengangkut yaitu tanggung jawab berdasarkan kesalahan

  (fault liability), tanggung jawab berdasarkan praduga (presumption of liability) dan tanggung jawab mutlak -

  32 (absolute liability)*

  • Prinsip tanggung jawab berdasarkan ke sal ah an

  Mengatakan bahwa pengangkut harus bertanggung - jawab untuk membayar ganti kerugian atas segala ke­ rugian yang timbul dari kesalahannya itu dalam proses penyelenggaraan pengangkutan* Disini pihak yang men- derita kerugian yang harus membuktikan kesalahan pengangkut itu. Bebaii pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, bukan pada pengangkut. Prinsip ini adalah yang umum berlaku seperti diatur dalam pasal 1365 Ki- tab Undang-undang Hukum

  Perdata tentang perbuatan melawan hukum

  • Prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga

  Mengatakan b^hwa pengangkut selalu bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengang­ kutan yang diselenggarakannya. Tetapi jika pengangkut dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah, maka ia dibebaskan dari kewajiban membayar ganti kerugian •

  Yang dimaksud dengan tidak bersalah adalah tidak me- lakukan kelalaian, telah mengambil tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian atau peristiwa yang menim- bulkan kerugian itu tidak mungkin dihindari. Beban pembuktian ada pada pihak pengangkut, bukan pada pihak yang dirugikan. Pihak yang dirugikan cukup menunjukan adanya kerugian yang diderita dalam pengangkutan yang

  33 diselenggarakan oleh pengangkut.

  • Prinsip Tanggung jawab mutlak

  Mengatakan bahwa pengangkut harus bertanggung - jawab untuk membayar ganti kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. Peng - angkut tidak dimungkinkan membebaskan diri dari tang­ gung jawab dengan alasan apapun yang menimbulkan ke­ rugian itu. Prinsip ini tidak mengenal beban pembukti- an tentang kesalahan dimana unsur kesalahan tidak relevan.

  Ketiga prinsip diatas apabila dihubungkan dengan undang-undang yang mengatur baik pengangkutan melalui darat, laut, maupun'udara di

  Indonesia, ternyata undang- undang pengangkutan yang mengatur ketiga jenis peng­ angkutan tersebut menganut prinsip tanggung jawab ber- dasarkan praduga.

  Sehubungan dengan pembatasan pembahasan hanya mengenai pengangkutan melalui darat maka kebenaran ter­ sebut diatas dapat dilihat/terbukti dari ketentuan