PATI PREGEL PATI SINGKONG FOSFAT SEBAGAI BAHAN PENSUSPENSI SIRUP KERING AMPISILIN

  ISSN : 1693-9883 Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No. 3, Desember 2006, 117 - 126

  PATI PREGEL PATI SIN GKO N G FO SFAT SEBAGAI BAHAN PEN SUSPEN SI SIRUP KERIN G AM PISILIN

  Effionor a Anwar , Antokalina SV, Har ianto

  Depar temen Far masi FM IPA-UI

ABSTRACT

  For most reason for dry suspension is the drug changes from chemical degrada-

tion or hydrolysis like ampicillin. The dry syrups that require mixing prior to ad-

ministration is solving the problem. These suspension are commersial, dry mixtures

that require the addition of water at the time of dispensing. M any antibiotics are

formulated as dry syrups and are intented for a pediatric patient population. There

are usually fewer suspending material in suspension dry syrup than in convensional

suspensions. The criteria for selecting inggredients are based both on suitable recon-

stitution and on physical tipe of powder mixture desired. This research was carried

out the possibility of using phycical and chemical modification of cassava starch as

suspending material. First, pregelatinized cassava starch was made by heated the

cassava starch with added amount water. Secondly, phosphorylated by adding phos-

phorous oxychloride for making cross-linked reaction and adding sodium mono-

hydrogen phosphate (Na2HPO4) for making substituted reaction respectively. Both

of the cassava starch phosphate derived was used in tree formulas dry syrup, as

comparative suspending material was Na Alginate. Then dry syrup was evaluated

accordance to Indonesian Farmacopea ed IV included sedimentation volume,

redispersion, viscosity, flowing properties, pH, and ampicillin content after seven

days. The result of evaluation were particle size 355-500 µm, flow rate 2,7-4,6 g/

det. Sedimention volume at temperature 27ºC during seven days for all formulas

were 0,8-1,0, and redispertion 3-5 times. The viskosity of the suspensions were

58,6-357,1 cps .Flowing properties of the liquids were plastis -plastis tixotropic,

pH 4,97-5,21, and ampicillin content between 93,12-99,00% . dry syrup, pregelatized cassava starch phosphate, ampicillin

  Keywords:

  PEN D A HULUA N

  tid ak larut d alam p em baw a air, Sirup kering adalah suatu cam- seperti ampisilin, amoksilin, dan lain- puran padat yang ditambahkan air lainnya (Ofner et al., 1989) (vol 2). pada saat akan digunakan, sediaan Agar campuran setelah ditambah air tersebut dibuat pada umumnya untuk membentuk dispersi yang homogen, bahan o bat yang tid ak stabil d an maka dalam formulanya digunakan

  Corresponding author : E-mail : effionor@yahoo.com bahan pensuspensi. Komposisi sus- pensi sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi, pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa/ aroma buffer dan zat warna.

  Dalam penelitian ini digunakan ampisilin sebagai mo del o bat dan pregel pati singkong fosfat sebagai bahan pensuspensi. Pregel pati sing- kong fosfat adalah hasil modifikasi fisika dan kimia pati singkong. Modi- fikasi fisik pati singkong menghasil- kan pati pregel yang dibuat melalui pemanasan dengan penambahan air. Setelah diperoleh pati singkong pre- gelatinasi, maka dibuat pati pregel singkong fosfat dengan cara mere- aksikan pati pregel singkong masing- masing dengan POCl

2 HPO

  Ked ua bentuk seny aw a p ati pregel singkong fosfat tersebut di- atas digunakan sebagai bahan pen- susp ensi sirup kering amp isilin. Sebagai bahan pensuspensi pemban- d ing d ig unakan N atrium alg inat yang sudah biasa digunakan sebagai bahan p ensusp ensi sirup kering ampisilin. (Ofner et al., 1989). Pati sing ko ng tid ak d ap at d ig unakan sebagai bahan pensuspensi karena dalam air tidak dapat mengembang d an meningkatkan visko sitas, se- dangkan pati pregel singkong walau- pun dalam air dapat mengembang dan meningkatkan viskositas tetapi mudah teretrogradasi sehingga sis- tem suspensi rusak yang mengakibat- kan rusaknya homogenitas cairan. Senyaw a pati fosfat baik berbentuk sustitusi mono-ester maupun

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kemampuan pati pregel pati singkong fosfat sebagai

  , dapat di- gunakan sebagai bahan pensuspensi parasetamol (Effionora, 2002). Ber- dasarkan informasi tersebut, maka dilakukan fosforilasi pati pregel yang akan digunakan sebagai bahan pen- suspensi sirup kering ampisilin.

  3

  Manfaat dilakukannya penelitian ini ad alah untuk memberd ayakan bahan baku berbagai jenis pati-patian, khususnya pati singkong yang ter- dapat berlimpah di Indonesia. Ber- dasarkan lapo ran Depatemen Per- industrian Indonesia tahun 1999 yang menyatakan bahw a, produsen pati singko ng ad a sebanyak 155 buah yang tersebar d iseluruh w ilaw ah N usantara. Untuk mening katkan p eng g unaanny a d alam ind ustri farmasi pati singkong tersebut dapat d im o d ifikasi m enjad i seny aw a- senyaw a baru yang menghasilkan karakteristik tertentu sesuai dengan kegunaannya dalam berbagai sedia- an. Sebagai contoh bagian polimer maltodekstrin pati sagu fosfat yang diperoleh dengan mereaksikan mal- todekstrin dengan POCl

  menghindari retrogradasi yang me- rusak suspensi secara fisik.

  cross- lingking d i-ester ked uanya d ap at

  menghasilkan senyawa substitusi pati pregel sing- kong fosfat mono-ester (SPSF).

  3

  4

  p ati p regel sing ko ng fo sfat d i-ester (CPSF), sedangkan hasil reaksi menggunakan p ereaksi N a

  cross-linking

  akan m eng hasilkan senyaw a

  3

  (Lim et al. 1994, Kasemsuw an dan Jane, 1994). Hasil reaksi mengguna- kan PO Cl

  4

  dan Na

2 HPO

  bahan p ensusp ensi sirup kering ampisilin dan karakter rekonstruksi suspensi setelah tujuh, serta stabilitas kekentalan.

  (0,75%) berd asarkan berat ke- ring pada pH 9-10 menggunakan NaOH 5N. Setelah reaksi selesai d ibiarkan selam a 120 m enit, d inetralkan d eng an H Cl 1N sampai pH ± 6. Setelah dibiarkan selama 24 jam campuran dike- ringkan dengan

  6. Selanjutkan digunakan sebagai bahan pensuspensi sirup kering ampisilin. Rancangan fo rmula sirup kering ampisilin d ibuat

  5. Terhadap kedua jenis senyaw a pati pregel singkong fosfat dila- kukan karakterisasi untuk mengetahui spesifikasi bahan sebagai acuan bila ingin mem- produkasinya lagi.

  pada suhu ± 50º C. Massa kering yang diperoleh dihalus- kan dan diayak dengan ayakan 100 mesh.

  dyer

  (0,30%) berdasarkan berat kering p ad a p H 9-10 m eng - g unakan N aO H 5N . Setelah reaksi selesai dibiarkan selama 120 menit, dinetralkan dengan HCl 1N sampai pH ± 6. Setelah dibiarkan selama 24 jam cam- puran dikeringkan dengan drum

  3

  PO

  2 H

  Pati singkong pregelatinasi di- atas direaksikan dengan Na

  4 (SPSF).

  2 HPO

  4. Pem buatan p ati p reg el p ati singko ng fo sfat menggunakan Na

  pada suhu ± 50º C. Massa kering yang diperoleh dihaluskan dan diayak dengan ayakan 100 mesh.

   double drum dyer

  3

  M ETODE PENELITIA N Bahan dan A lat

  (CPSF) Pati singkong pregelatinasi di- atas direaksikan dengan POCl

  3

  Bahan yang digunakan meliputi: Pati sing ko ng (PT. Sung ai Bud i, Lampung), ampisilin (Ex Aultralia), POCl

  3

  (Merck), Na

  4

  (Merck), N atrium A lg inat p harmaceutical grade,HCl (Merck), Na OH (Merck).

2 HPO

  Cara kerja

  A lat y ang d ig unakan Rap id Amylograph (Brabender, OHG Duis- burg, Jerman), drum dyer (R. Simon Dryers, Inggris), spestro fo to meter UV-Vis (Shimadzu UV 265, Jepang), Visco meter (Bro o kfield Syndro lec- tric, A m erika), alat uji laju alir (Erw eka, Jerman).

  bender Rapid Amylograph.

  2. Pembuatan pati singkong pre- gelatinasi Pasta pati dibuat dengan kon- sentrasi 55% b/ b berd asarkan berat kering , d ikering kan dengan

  double drum dyer

  pada suhu 80º ± 5º C. Serpihan yang diperoleh dihaluskan dan diayak dengan ayakan 100 mesh.

  3. Pem buatan p ati p reg el p ati singko ng fo sfat menggunakan POCl

  1. Sebelum dilakukan proses gela- tinisasi pati tentukan terlebih d ahulu suhu g elatinasi p ati sing ko ng meng g unakan Bra- untuk susp ensi d eng an kan- dungan ampisilin 125 ml/ 5ml (2.5%), ko mpo sisi lengkapnya disajikan pada Tabel 1.

  Pembuatan granulat sirup kering

  5

  25 Nipagin 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18

  25

  25

  25

  

25

  25

  25

  5 Laktosa

  5

  5

  5

  

5

  5

  Granulat dibuat sesuai dengan meto d e pembuatan tablet d engan proses granulasi basah, dengan Na alginat sebagai bahan pensuspensi pembanding. Masing-masing bahan pensuspensi, CPSF, SPSF, d an Na A lginat dikembangkan dengan air, setelah massa mengembang dicam- pur dengan bahan lainnya hingga d ip ero leh massa y ang ho mo g en, selanjutnya dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 50º C. Selanjut- nya massa dijadikan serbuk Evaluasi dilakukan terhadap granulat sirup kering dan suspensi. p ati singko ng fo sfat yang d ibuat menggunakan d ua jenis p ereaksi yang berbed a d ap at d ilihat p ad a Tabel 2. Selanjutnya digunakan dalam sediaan sirup kering ampisilin. Hasil evaluasi ukuran partikel ke tujuh suspensi kering berdasarkan pengu- jian secara farmakope Indonesia Ed

  10 Sorbitol

  10

  10

  10

  

10

  10

  10

  0,1 0,25 0,5 Na Alginat 1,0 Sukrosa

  A B C D E F G

Ampilin trihidrat 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

CPSF 0,1 0,25 0,5 SPSF

  

Tabel 1. Formula sirup kering ampisilin

BAHAN FORMULA (% b/v)

HA SIL

  Hasil karakteristik pati pregel

  Berdasarkan hasil pengamatan suhu gelatinasi pati singkong yang digunakan sebesar 66-75º C, maka suhu pembuatan pati singkong pre- gelatinasi menggunakan suhu sekitar 80º C. Pada suhu diatas suhu gelati- nasinasi setiap partikel pati akan meng alami d eg rad asi y ang akan menyebabkan komponen yang ter- dapat dalam granula keluar terutama amilo sa d an amilo p ektin. Gug us hidroksil aktif yang terdapat dalam rantai m ilo sa-am ilo p ektin d ap at berikatan silang antar molekul atau intermolekul dengan senyawa fosfat (Kasemsuw an d an Jane, 1994) se- hingga dihasilkan pati pregel pati singkong fosfat.

  Evaluasi terhadap sirup kering; meliputi penentuan ukuran partikel dan laju alir, sedangkan evaluasi yang dilakukan pada suspensi cair; meli- puti penentuan volume sedimentasi, penentuan pH, volume sedimentasi, redispersi, pengukuran kadar ampi- silin dan viskositas.

  IV terhadap semua formula berkisar antara 355-500 µm. Hasil evaluasi volume sedimentasi suspensi ampi- silin pada suhu 27º C selama tujuh hari semua formula berkisar antara 0,8- 1,0 (Tabel 3), laju alir serbuk suspensi kering 2,7-4,6 g / d et, red isp ersi partikel suspensi cair 3-5 kali dan pH cairan 4,97-5,21 (Tabel 4), dan vis- kositas berkisar antara 75,00-396,00 cps (Tabel 5), dan kadar ampisilin antara 93,12-99,00% (Tabel 6).

  PEM BA HA SA N

  Dari Tabel 2, bentuk dan warna senyawa pregel pati singkong fosfat masih d ap at d iterima, w alaup un untuk sediaan yang diharapkan ber- w arna p utih tid ak sesuai namun karena penggunaannya tidak dalam jumlah besar kemungkinan keku- rangan tersebut dapat diabaikan.

  Kedua jenis senyawa pati pregel pati singkong fosfat memperlihatkan mempunyai sifat sebagai pengental, dan semakin tinggi konsentrasinya semakin kental pula larutan yang dihasilkan. Sifat aliran yang ditun- jukkan menyatakan bahw a ked ua senyaw a p ati p regelatinasi fo sfat memenuhi persyaratkan digunakan sebagai bahan pensuspensi.

  Pati singkong pregelatinasi me- rupakan campuran komponen yang sebagian besar terdiri dari isi granula pati yang keluar akibat rusaknya dinding granula (Biliaderis, 1992), sehingga sifat fungsionalnya sudah

  

Tabel 2. Hasil pengamatan karakteristik pregel pati singkong fosfat

No Karakteristik PST PTST PSTF

  POCl3 Na2HPO4

1 Derajat putih % 90,85 72,55 80,1

  2 Bentuk partikel amorf, amorf, amorf, tidak tidak tidak beraturan beraturan beraturan

  3 Viskositas 0,31 0,36 0,28 suspensi 5% (Cp) 2,63 1,66 1,64 Viskositas gel 4 15% (Cp) 39,10 42,30 39,71

  5 Sifat aliran (5%) 30,73 34,70 32,04 Plastis Plastis Pseudo- tiksotropi tiksotropi plastis tiksotropi berbed a d engan pati aslinya. Pati singkong pregelatinasi yang dihasil- kan dalam penelitian ini mempunyai warna putih kecoklatan, karena ter- jadinya reaksi brow ning non enzi- matis antara gula pered ukasi d an senyawa amin yang terdapat dalam pati singko ng karena panas pad a w aktu pengeringan (BeMiller d an Whistler, 1996). Pati singkong pre- gelatinasi tersebut selanjutnya dibuat menjadi pati pregel pati singko ng fosfat menggunakan pereaksi POCl

  3

  dan Na

  4

  . Produk yang dihasil- kan merupakan senyawa ester fosfat, dalam bentuk mono, di dan tri ester berup a ikatan silang (W urzburg, 1986), yang pembentukannya dipe- ngaruhi oleh jenis pereaksi dan kon- disi suasana saat reakasi berlangsung (Solarek & Morton, 1984 dan Lim & Seib,1993).

2 HPO

  Sediaan dalam bentuk suspensi untuk o ral biasanya lebih efektif dibandingkan dengan bentuk tablet atau kapsul, karena lebih

  bioavailable

  terutama untuk anak-anak atau bayi (Ofner et al., 1989). Akan tetapi untuk senyaw a tertentu seperti beberapa jenis antibio tik turunan ampisilin yang mudah terurai dalam medium air hal itu tid ak d apat d ilakukan, karena tid ak d apat menghasilkan p ro d uk y ang sesuai d eng an ke- inginan. Oleh sebab dibuat dalam bentuk granul kering atau campuran serbuk yang ditambahkan air sebe- lum digunakan, yang dikenal sebagai sirup kering (N ash, 1988). Sirup kering atau suspensi kering yang dibuat dalam penelitian ini mengan- d ung amp isilin trihid rat d eng an kad ar 125 mg/ 5ml sesuai d engan yang d iperd agangkan. Ko mpo sisi sirup kering serupa dengan suspensi biasa, mengandung bahan suspensi, pemanis, bahan pembasah bila di- perlukan, dan eksipien lainnya. Pada penelitian ini sebagai bahan pen- suspensi digunakan pati pregel pati sing ko ng fo sfat. Ev aluasi y ang dilakukan terhadap sirup kering ini juga hampir sama dengan suspensi cair. Dalam penelitian ini sebagai for- mula p emband ing menggunakan N atrium alginat 1% (Ofner et al, 1989).

  Ukuran partikel bagi suspensi kering persyaratannya berbeda ke- p enting an d eng an susp ensi ber- bentuk cairan. Dalam suspensi cair ukuran partikel sangat mempenga- ruhi kestabilan produk, sedangkan dalam suspensi padat pengaruhnya terhadap kelancaran proses pengi- sisan ked alam w ad ah bo to l yang dapat ditunjukkan dengan laju alir, di samping itu proses homogenisasi produk ketika ditambahkan air untuk digunakan. Ketujuh formula suspensi kering pempunyai ukuran partikel yang relatif lebih besar dari persya- ratan ukuran partikel untuk suspensi cair sebesar 0,1-100 µm (M artin,

  1993), tetapi kondisi tersebut sebetul- nya memang diinginkan agar laju alir partikel kedalam w adah dapat ber- lang sung d eng an lancar d an hal tersebut terbukti. Besarnya ukuran p artikel serbuk kering tid ak ber- kaitan d engan kestabilan p ro d uk pada saat penggunaan, karena setelah d itam bahkan air kem ung kinan ukuran partikel suspensi cair akan berubah menjadi lebih kecil lagi yang memenuhi persyaratan suspensi cair. Laju alir formula A yang mengguna- kan natrium alginat sebagai bahan pensuspensi relatif kecil (Tabel 4), sehingga mengganggu proses pema- sukkan serbuk ked alam bo to l, se- dangkan formula yang mengandung senyaw a fo sfat tid ak ad a kend ala y ang d ialam i ketika p eng isisan serbuk kedalam botol. Hal tersebut kem ung kinan d isebabkan o leh natrium alginat mempunyai laju alir yang kurang baik.

  Rasio sed imentasi susatu sus- pensi cair sangat penting mendapat perhatian, karena pada rasio semi- mentasi y ang rend ah cend erung membentuk sistim deflokulasi. Pada sistim d eflo kulasi akan terbentuk endapan padat pada dasar w adah yang keras, sehingga susah untuk diredispersi kembali. Selama peng- gunaan (7 hari) suspensi yang sudah berubah menjadi bentuk cair menun- jukkan sifat flokulasi dengan rasio sedimentasi yang tinggi (Tabel 3), sehingga redispersi kembali mudah d an d o sis yang d iterima pemakai sesuai dengan takaranan yang di- inginkan (Aulton dan Collett, 1990).

  A B C D E F G Jumlah Pengocokan (kali)

  5.05

  4 Laju Alir (g/det) 2,7 3,8 4,2 4,5 4,6 4,4 3,7 PH 5,12 5,21 5,11 5,12 5,02

  4

  5

  5

  4

  

4

  3

  

Tabel 4. Redispersi, laju alir, pH suspensi cair ampisilin setelah 7hari

Jenis uji Formula

  A mpisilin sebagai mo d el o bat

  7 A 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,90 0,90

B 1,00 0,86 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85

C 1,00 0,88 0,87 0,87 0,87 0,87 0,86

D 1,00 0,90 0,88 0,88 0,88 0,88 0,88

E 1,00 0,83 0,83 0,82 0,82 0,82 0,82

F 1,00 0,85 0,83 0,82 0,82 0,82 0,82

G 1,00 0,81 0,81 0,80 0,80 0,80 0,80

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  C) setelah 7hari Formula Rasio Sedimentasi Hari Ke

  Tabel 3. Rasio sedimentasi suspensi cair ampisilin (27

  5.10 mudah sekali terhidrolisis pada pH diatas 6,0 atau dibaw ah 3,5, karena pH stabilitasnya adalah antara 3,5-6,0 (FI IV). Oleh sebab itu dilakukan pula pengukuran pH suspensi cair selama p enggunaan 7 hari. Dari Tabel 4 terlihat selama 7 hari tidak terlihat perubahan pH cairan yang d apat merusak zat berkhasiat.

  Hasil p eng amatan v isko sitas semua formula suspensi cair yang terbentuk (Tabel 5) terlihat sesuai d engan keinginan, karena tingkat redispersi kembali terbukti rendah. Viskositas yang terlalu tinggi meng- gangu sistim redispersi, sebaliknya bila terlalu encer akan mengganggu homogenitas campuran tidak stabil, hal itu akan mengganggu jumlah dosis yang digunakan.

  96.15

  97.29

  96.33

  97.22

  5

  98.10

  96.22

  95.33

  96.25

  95.35

  98.45

  95.54

  7

  97.31

  97.33

  93.49

  94.12

  95.73

  94.22

  97.13

  98.13

  Penentuan kadar ampisilin ber- tujuan untuk mengetahui kemung- kinan terjad inya interaksi antara bahan pensuspensi dengan zat ber- khasiat baik secara fisik maup un kimia yang d apat mempengaruhi efektifitas o bat. Berd asarkan d ata pada Tabel 6 menunjukkan bahw a tidak terlihat adanya interaksi yang bermakna, yang dibuktikan dengan

  G 225,0 121,0 133,5 129,0 166,5 150,0 175,0

Tabel 6. Kadar ampisilin dalam suspensi setelah 7 hari (%)

  

Tabel 5. Viskositas suspensi cair ampisilin (cps)

Formula Viskositas Hari Ke

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7 A 154,0 154,0 150,0 112,5 100,0 137,5 100,0

B 116,5 116,5 108,5 100,0 96,0 121,0 75,0

C 100,0 100,0 112,5 125,0 121,0 129,0 137,0 D 246,0 100,0 283,5 100,0 100,0 100,0 108,5 E 108,5 108,5 200,0 396,0 204,0 129,0 187,5 F 104,0 141,5 183,5 133,5 125,0 166,5 250,0

  Hari Formula A B C D E F G

  98.12

  1

  99.00

  99.15

  99.12

  98.22

  98.16

  98.12

  98.18

  3

  93.12 kadar obat setelah 7hari tidak menga- lami penurunan yang berarti, dan masih dalam ko nsentrasi yang di- persyaratkan FI IV sebesar 90-110%.

  KESIM PULA N

  Berdasarkan hasil evaluasi fisik d an kimia pad a sirup kering d an sirup cair ampisilin dapat disimpul- kan bahwa :

  Senyaw a pati pregel pati sing- kong fosfat dapat digunakan sebagai bahan p ensusp ensi sirup kering am p isilin baik y ang d ihasilkan dengan mereaksikan pati singkong pregelatinasi dengan Na

  4

  dan POCl

  Magnetic Reso nance Spectro s- copy. Cereal Chem. 70 (2):145. Lim, S. dan P.A. Seib. 1993. Prepara- tio n and pasting pro perties o f w heat and co rn starch p ho s- phates. Cereal Chem. 7 (2):137. Lim, S., T. T. Kasemsuwan, J. L. Jane.

  Lim, S. dan P.A. Seib. 1993. Location of phosphate esters in a w heat starch phosphate by 31 P- Nuclear

  Location of amylose in normal starch granules. II. Locations of phosphodiester cross-linking re- vealed by pho spho rus-31 Nu- clear Magnetic Resonance. Cereal Chem. 71 (3):82.

  Kasemsuw an, T., dan J.Jane. 1994.

2 HPO

  Indonesia Edisi IV. Depkes RI, Jakarta, 1995;4-6,648-651. Effionora A nw ar. Modifikasi Kimia

  Biliaderis, C.G. 1992. Structures and p hase transitio ns o f starch in food systems. Food Technol. 46 (6):98. Departemen Kesehatan. Farmakope

  Aulton EM, Coolett, DM. Pharmaceu- tical Practice. Churchill Living- sto ne, Ed inburg , N ew Yo rk, 1990, 99-112.

  DA FTA R PUSTA KA

  yang dibandingkan dengan sirup kering ampisilin menggunakan bahan pensuspensi natrium alginat.

  3

  1994. Chracterizatio n o f pho s- phorus in starch by 31 P-Nuclear Mag-netic Resonance Spectros- copy. Cereal Chem. 71 (5):488.

  Martin, A. 1993. Physical Pharmacy,

  4 th ed ., Febiger, Lo nd o n, 477- 486. Nash, R.A. 1988. Pharmaceutical Sus- pensions. Di dalam: Lieberman

  H.A., Rieger,M..M, dan Banker, G.S. (eds.). Pharmaceutical Dos- age Forms: Disperse Systems. Vol

  1. M arcel D ekker, Inc, N ew York. Ofner III, C.M., Schnaare, R.L., dan

  Schwartz, J.B. 1989. Pharmaceu- tical Susp ensio ns. Di d alam: Lieberman H.A ., Rieger,M..M, dan Banker, G.S. (eds.). Pharma- ceutical Dosage Forms: Disperse Systems. Vol 2. Marcel Dekker, Inc, New York.

  Fraksi Polimer Maltodekstrin DE 5-10 Pati sagu ( M etroxylon sagus ) dengan Fosfor Oksiklorida seba- gai Bahan Pensuspensi. Sain In- donesia 7(2): 57-60, 2002. So larek D, Rutenberg, Mo rto n W .

  Starch Derivatives: Production and Uses. Di dalam:

  Starch Chem- istry and Technology . A cademic

  Press. London. 1984; 324-353.

  Wurzburg OB. Cross Linked Starch.

  D alam : W urz burg , M odified

  Starches: Properties and Uses

  . CRC Press Inc, Florida. 1991; 42, 45, 87, 98-108.