Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan (1)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1

Lanskap
Lanskap adalah wajah atau karakter lahan atau tapak dan bagian dari muka

bumi ini dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, baik yang bersifat alami
maupun yang buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia
beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang sejauh indra dapat
menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan. Beberapa objek yang
dapat menjadi pengamatan antara lain adalah kota, jalan, lapangan golf, sungai,
pantai, pemukiman, sekolah kampus dan lain-lain (Rachman, 1984).

2. 2

Ruang Terbuka
Ruang terbuka adalah salah satu jenis ruang yang pada dasarnya

merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu baik secara
individu atau secara kelompok diluar bangunan. Ditinjau dari jenis aktivitasnya

maka ruang terbuka terdiri dari ruang terbuka yang aktif dan ruang terbuka pasif.
Ruang terbuka aktif adalah ruang terbuka yang mengandung aktivitas manusia
didalamnya, antara lain olah raga, dan lain-lain. Ruang terbuka pasif adalah ruang
terbuka yang didalamnya tidak terdapat aktivitas manusia didalamnya, yaitu
berupa hijauan maupun taman dan lain sebagainya (Hakim, 1991).
Menurut Simonds (1983) ruang terbuka berhubungan langsung dengan
penggunaan struktur sehingga dapat mendukung fungsi struktur tersebut. Fungsi
ruang terbuka menurut Hakim (1991) adalah sebagai sarana penghubung antara
suatu tempat dengan tempat lainnya, pembatas, atau jarak antara masa bangunan
dan pelembut arsitektur bangunan.
Suatu ruang terbuka menurut Lynch (1981) tidak berdasarkan pada
banyaknya struktur yang ada di area tersebut, tetapi ditentukan oleh jumlah
aktivitas yang dapat dilakukan oleh penggunanya di dalam area tersebut.
Bentuk dari ruang terbuka sangat tergantung pada pola dan susunan massa
bangunan (Hakim 1991). Bentuk bangunan mempunyai hubungan dengan lanskap
alami dan buatan, tidak berhubungan dengan strukturnya saja tetapi juga susunan

7

dan karakter lanskap yang mempengaruhinya (Simonds, 1983). Menurut Laurie

(1986) bentuk keseluruhan ruang terbuka tersebut dapat dipertegas dengan
mengunakan bahan-bahan alami, bentuk lahan, dan tumbuhan. Tetapi dapat juga
dibentuk dengan cara mengkombinasikan antara struktur-struktur buatan manusia
dan bahan-bahan alami. Seperti juga yang dikemukakan Lynch (1981) bahwa
ruang terbuka tidak selalu berupa area yang bersifat alami saja, tetapi dapat
menggunakan struktur buatan manusia.
Simonds (1983) mengemukakan bahwa dengan mengatur struktur dan
ruang yang baik tidak hanya sekedar menekankan bangunannya saja tetapi juga
berfungsi untuk menciptakan kesatuan ruang secara total. Bangunan mempunyai
hubungan yang erat dengan struktur lain, ruang, dan lanskap alami disekitarnya.
Hubungan antar ruang, struktur dan lanskap yang mengelilinginya harus
dipertimbangkan bersama dalam suatu proses desain (Simonds, 1983). Proses
mendesain ruang terbuka merupakan bagian dari perencanaan tapak (Lynch,
1981).

2. 3

Kampus
Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Propinsi Dati I Bali dengan


Universitas Udayana (1989, dalam Setyorini 1999), kampus menjadi sebuah kota
tersendiri. Kampus sebagai suatu lingkungan yang lengkap dan merupakan sebuah
kota yang mempunyai corak tersendiri yaitu suatu bentuk kehidupan dengan corak
kehidupan ilmiah. Penciptaan kehidupan ilmiah dan kehidupan kemanusiannya
merupakan hal utama sehingga gubahan lanskap dituntut agar mampu
menciptakan suasana fungsional ilmiah dan suasana kemanusian dengan segala
kegiatannya. Untuk itu wilayah kampus dibagi kedalam beberapa zona, yaitu:
1. Lingkungan Pendidikan (Academic Zone).
Lingkungan dimana berlangsung semua proses pendidikan ilmiah
termasuk kegiatan laboratorium. Suasana yang perlu diciptakan dalam zona ini
adalah suasana teduh, tenang, segar agar proses belajar-mengajar berlangsung
baik.
2. Lingkunan Kegiatan (Activity Zone).

8

Dalam lingkungan ini terjadi komunikasi antara mahasiswa dengan civitas
lainnya, demikian juga antara lembaga dan masyarakat dalam bentuk kegiatan
sosial budaya. Suasana yang dikehendaki adalah meriah, indah, segar dan
dinamis.

3. Lingkungan Perumahan (Residental Zone).
Lingkungan ini dimaksudkan untuk tempat tinggal para dosen, pegawai,
dan asrama mahasiswa. Suasana yang diperlukan untuk lingkungan ini adalah
suasana tenang, teduh, aman, intim, dan privasi terjaga dari kesibukan kampus.

2. 4

Lanskap Kampus
Eckbo (1964) menyatakan bahwa ruang terbuka dalam kampus merupakan

perlengkapan dalam kehidupan kampus. Di dalamnya tertampung aktivitas belajar,
komunikasi sosial, dan hubungan timbal balik dari berbagai disiplin ilmu. Karena
itu menurutnya didalamnya harus tercipta suasana yang intim dan tempat duduk
yang menyenangkan. Fasilitas-fasilitas rekreasi dapat dibangun diatasnya.
Lanskap kampus mengacu pada total kompleks dari elemen fisik yang ada
dalam kampus dan terbentuk akibat interaksi antara manusia sebagai individu dan
bagian dari makhluk sosial dengan alam ’selain manusia’ (non-human nature)
(Campus Landscape Master Plan University of California Riverside, 1996 dalam
Nugroho, 2001). Didalamnya tidak hanya terdiri dari material tanaman (area
rumput, pohon, semak, dan penutup tanah, tetapi juga meliputi pengembangan

tapak luar seperti elemen keras penutup tanah (ground surfaces) seperti paving,
dan cor semen, bentukan lahan seperti ’grading’ dan ’land form’.
Elemen fisik kampus terbangun atas tiga elemen primer (Campus
Landscape Master Plan University of California Riverside, 1996 dalam Nugroho,
2001). Elemen tersebut adalah elemen struktur (strucure), ruang terbuka,
dan ’alam’(nature). Struktur direpresentasikan sebagai bangunan, jalan, area
parkir, dan utilitas. Ruang terbuka direpresentasikan sebagai ruang tanpa ruang
terbangun (struktur) diatasnya, seperti plaza, lapangan olah raga, dan
sebagainya. ’Alam’ direpresentasikan dalam bentukan lahan (land form), tanaman,
bebatuan, dan air, dan habitat satwa didalamnya.

9

Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Propinsi Dati I Bali dengan
Universitas Udayana (dalam Setyorini, 1999), membagi jenis ruang terbuka pada
lanskap kampus berdasarkan fungsi/kegiatan yang terjadi, yaitu:
1. Halaman Utama Kampus (Campus Plaza).
Merupakan ruang terbuka yang terletak di pusat kampus yang juga merupakan
pusat penghubung kegiatan ilmiah antara mahasiswa dengan Universitas atau
Universitas dengan masyarakat. Ruang ini bisa diselesaikan dengan

perkerasan, dilengkapi dengan pertamanan pada tempat-tempat strategis yang
diperlukan. Jenis-jenis tanaman yang digunakan berskala rendah, dengan
variasi tajuk dan warna.
2. Taman Kampus.
Ruang

untuk

pertamanan

terdapat

diseluruh

zona

kegiatan

yang


penempatannya diatur sedemikian rupa untuk menambah keindahan kampus
dan untuk memberikan penampilan yang sesuai dengan karakteristik masingmasing

kegiatan

yang

diwadahi.

Berdasarkan

fungsinya,

taman

diklasifikasikan lagi kedalam taman aktif dan taman pasif.
a. Taman Aktif
Dimaksudkan selain sebagai ruang untuk memperindah lingkungan juga
dimanfaatkan untuk tempat-tempat kegiatan yang berkaitan dengan
kegiatan dalam kampus yang meliputi kegiatan formal dan non-formal

(kegiatan upacara/apel, belajar bersama/outdoor study, istirahat dan
kegiatan komunikatif lainnya).
b. Taman Pasif
Dimaksidkan hanya untuk memperindah dan menambah kenyamanan dan
kesegaran lingkungan. Penyelesaian lanskapnya merupakan komposisi
tanaman-tanaman yang tergolong semak rendah/sedang yang mampu
memberikan suasana segar pada lingkungan.
3. Lapangan Olahraga.
Diusahakan terletak dekat dengan lingkungan perumahan (asrama mahasiswa
dan perumahan dosen/pegawai). Gubahan lanskapnya agar memberikan
suasana segar, santai dan dinamis.

10

4. Arboretum.
Merupakan zona laboratorium botani yang terdiri dari gugusan berbagai jenis
pohon untuk kepentingan ilmiah.
5. Jalur Hijau.
Merupakan bentangan alam yang terdiri dari kumpulan jenis-jenis pohon
untuk jalur hijau. Terkadang tempat ini juga dimanfaatkan sebagai tempat

rekreasi. Jalur hijau juga kadang-kadang berfungsi sebagai pembatas dan
penghubung antara bangunan-bangunan fakultas.
6. Jalan-Jalan dan Tempat Parkir
Jalan merupakan ruang terbuka yang langsung merupakan pembatas wilayah
kegiatan. Sebagai penghubung ruang ke-ruang, suasana yang tercipla dalam
ruang jalan/disekitar jalan dapat sebagai ruang transisi dari ruang yang satu
dengan ruang yang lainnya. Tempat/Area parkir ditempatkan pada daerah
pinggir dari daerah kegiatan/aktivitas dengan maksud untuk mengurangi
terganggunya lingkungan kegiatan dari kebisingan (noise). Ruang parkir
merupakan ruang peralihan sepanjang pencapaian (street pictures). Sebagai
ruang

peralihan

akan

menuntut

suatu


penataan

yang

khusus

dan

berpenampilan lain daripada yang lain, terutama dalam menentukan jenis
pohon.
Bentuk lanskap yang menarik perhatian juga selalu diusahakan untuk
ditampilakan dalam suatu kampus perguruan tinggi dengan bentuk tanaman,
kebun tanaman yang tertata. Fungsi utama tanaman lanskap pada suatu kampus
adalah untuk menunjang suasana kegiatan kampus dan meningkatkan kualitas
visual yang terdapat pada kampus tersebut (Carpenter et al., 1975).

2.5

Plaza
Menurut Greenbaum (2009), plaza berasal dari bahasa Spanyol plaza,dari


bahasa latin platea, dan dari bahasa yunani kuno πλατεῖα (plateia, kependekan
dari πλατεῖα ὁδός plateia hodos), plaza memiliki arti pusat kota, atau area pusat
perkumpulan. Sebuah plaza adalah area yang merupakan ameniti bagi masyarakat,
dimana area itu melayani berbagai macam pengguna dan segala kebutuhan
mereka.

11

Pertimbangan yang paling utama dari fungsi sebuah plaza adalah
pertimbangan potensi tapak tersebut di masa kini dan masa yang akan dating.
Plaza harus didesain mengikuti berbagai macam aktivitas baik pasif maupun aktif,
untuk kelompok maupun perorangan, formal maupun informal, terencana ataupun
umpromptu. Plaza haruslah dapat mengundang pengguna untuk menggunakan
fasilitas yang sudah disediakan (misalnya: penyediaan tempat duduk dan meja di
area teduh dapat digunakan untuk makan siang di area tersebut), tetapi juga harus
fleksibel untuk mengakomodir aktivitas lain yang terpikirkan oleh pengguna
(misalnya: area teduh berumput dapat menjadi area untuk diadakan pertunjukan
seni impromptu, dsb).
Biasanya plaza pada pada umumnya memiliki tujuan desain yang dapat
diterapkan seperti berikut:
1.

Aksesibilitas:
• Akses terhadap fitur yang ada: Desain yang ada (kontur lanskap, level,

pembatas arsitektural lainnya) tidak akan menjadi penghalang bagi
pengguna tapak untuk mengakses amenity yang ada pada plaza tersebut.
• Rute yang mudah dilalui: plaza dengan rumput dan tanah harus terjaga

dengan baik untuk menjaga adanya jalur yang dapat dilalui oleh pengguna.
Bagaimanapun permukaan dengan perkerasan juga dapat didesain dengan
kemiringan untuk memenuhi standar aksesibilitas dan mengalirkan air
permukaan.
2.

Estetika


Material: Gunakan material, furniture, signage, dan elemen lainnya yang
mencerminkan atmosfir yang ingin dicapai di plaza tersebut.



Fitur Air: Air dapat dijadikan sebagai elemen visual dan akustik. Namun
keberadaannya tidaklah mutlak dan jangan sampai membebani perawatan
lanskap yang harus dilakukan.



Instalasi seni (patung): Penempatan patung sebaiknya disesuaikan dengan
tema dan atmosfer tapak. Jika menempatkan lebih dari satu patung akan
lebih baik jika patung tersebut letaknya berkesinambungan dan jika perlu
konsultasikan dengan seniman yang mengerjakan patung tersebut. Akan
lebih baik jika rangkaian patung tersebut mempunyai tema dan cerita dan

12

didesain alur bagi pengguna untuk dapat menikmati rangkaian isntalasi
seni tersebut.
3.

Biaya Efisien


Perawatan dengan biaya efisien: adalah hal yang penting untuk
memastikan adanya program perawatan yang rutin terhadap tapak yang
telah di desain. Fungsinya adalah untuk menjaga kondisi tapak denagn
biaya yang efisien dan seminimal mungkin.



Gunakan material tahan cuaca: Sebaiknya penggunaan material untuk
tapak dipilih yang sangat tahan cuaca, tahan lama, dan tidak mudah
dirusak (dengan vandalisme).

4.

Fungsional/Operasional


Fleksibel: Plaza harus di desain dengan utilitas dan infrastruktur yang
sederhana

untuk

memudahkan

penggunaan

dan

fleksibilitas

dan

penggunaan yang multifungsi.


Furnitur Outdoor: Tempat duduk, bollards, rak sepeda, tempat sampah,
dan sebagainya harus dipertimbangkan sebagai bagian dari desain awal
tapak tersebut. Furnitur ini harus seirama dengan arsitektur bangunan dan
lanskap disekitarnya, baik ukuran, desain, dan warnanya. Furnitur Outdoor
adalah elemen yang esensial dalam menciptakan ruang outdoor yang
fungsional.



Maintenance: perawatan jangka panjang terhadap elemen lanskap,
pencahayaan, dan elemen sejenisnya harus dipertimbangkan pada tahap
desain.



Program Plaza: pertimbangan harus diberikan untuk pengembangan plaza
untuk pengguna tapak, untuk aktivitas aktif dan pasif, baik yang terencana
maupun yang impromptu. Dapat juga fungsi bangunan yang ada
disekitarnya dimasukan kedalam plaza.

5.

Produktif


Memenuhi kebutuhan pengguna gedung yang ada disekitarnya: Plaza yang
didesain dengan baik dapat memberikan fungsi tambahan bagi pengguna
gedung yang ada di sekitarnya.

13



Dukungan untuk berbagai macam aktifitas: desainer harus berdiskusi
dengan calon pengguna tapak untuk dapat menambahkan potensi kedalam
tapak. Tapak dapat mendukung potensi kegiatan outdoor dan berkaitan
dengan kegiatan indoor di gedung yang berkaitan dengan tapak. Aktivitas
yang direncanakan harus meliputi kegiatan aktif maupun pasif, untuk
kegiatan

terencana

maupun

impromptu,

berkelompok

maupun

perseorangan, dan sebagainya,
6.

Keamanan dan Keselamatan


Bollard dan elemen lanskap: untuk menghindari jalur masuk dari arah
yang tidak dikehendaki, sangat disarankan penggunaan pembatas di bagian
pinggir dari plaza. Pembatas yang dimaksud dapat berupa bollard, tangga,
patung, elemen air, boks tanaman, dan elemen lanskap lainnya yang dapat
dinikmati nilai estetiknya oleh pengguna tapak namun tetap memberikan
keamanan bagi pengguna tapak.

7.

Berkelanjutan (sustainable)


Perencanaan tapak: entrance plaza harus memiliki kemiringan minimal
1% dan maksimal 5% untuk memastikan aliran air permukaan (akibat
hujan).



Storm Water Management: Dimana area dengan perkerasan yang
berbatasan langsung dengan gedung memiliki kemiringan minimal 2%
dari struktur ke alur drainase untuk memastikan adanya mengalirnya aliran
permukaan ke drainase.



Konservasi Air: Konsumsi air harus diminimalisir, terutama pada daerah
dengan iklim kering dengan laju evaporasi yang tinggi.



Rak sepeda: berkaitan dengan program go green yang mendukung bike to
campus maupun bike to work, sebaiknya disediakan rak sepeda untuk
pengguna tapak, minimal untuk mengakomodir 5% pengguna gedung
yang berdekatan dengan tapak. Rak sepeda dapat diletakan di plaza, dekat
dan dapat dilihat dari entrance gedung, dan aman. Rak harus dapat
digunakan untuk menggunakan kunci bagi sepeda dan sesuai dengan
disain gedung dan tapak.

14

2. 6

Perancangan
Perancangan adalah perluasan dari perencanaan yang berkenaan dengan

seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, tumbuh-tumbuhan dan
kombinasinya sebagai pemecah masalah di dalam perencanaan. Disamping dasar
dasar teknik mengenai bahan-bahan atau elemen-elemen, perancang juga
berhubungan dengan visual. Seperti halnya dalam perencanaan, bentuk dan wujud
dalam rancangan timbul dari kendala-kendala dan potensi yang dimiliki tapak
serta suatu perumusan yang jelas atas masalah perancangan (Laurie, 1986).
Perhatian pada perancangan ditujukan pada penggunaan volume dan ruang,
setiap volume memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna, dan kualitas lain.
Kesemuaan ini dapat dengan baik mengekspresikan dan mengakomodasikan
fungsi-fungsi yang diinginkan (Simonds 1983).
Dasar-dasar estetika dalam perancangan lanskap berkaitan dengan titik,
garis, tekstur, warna, variasi, perulangan, keseimbangan dan penekanan. Garis
merupakan pembentuk dan pengontrol pola, pergerakan, visual, dan fisik. Bentuk
berkaitan dengan bentuk vertikal dan horizontal dan kedalaman. Tekstur berkaitan
dengan halus-kasarnya bentuk. Bentuk dan tekstur dalam perancangan lanskap
banyak dibentuk oleh elemen tanaman. Warna dikaitkan dengan pengaruh
kejiwaan yang dihasilkannya. Variasi berperan dalam mengurangi kemonotonan.
Sementara perulangan menjadikan variasi menjadi lebih memiliki ekspresi.
Keseimbangan berperan dalam penentuan bentukan formal maupun non-formal
dan simetris maupun asimetris. Sedangkan penekanan berperan dalam
mengarahkan mata pada satu atau dua obyek yang dipentingkan dalam sebuah
komposisi (Carpenter et al, 1975).
Pemilihan materi atau bahan juga merupakan hal penting dalam
perancangan lanskap (Laurie, 1986). Perbedaan jenis bahan yang digunakan dapat
mengkomunikasikan kegunaan-kegunaan tertentu. Begitu pula dengan merancang
obyek, ruang dan materi harus didisain seefektif mungkin dalam fungsinya
(Simonds, 1983).
Seorang perancang harus memiliki kemampuan imajinatif untuk
merencana bentuk baru dan kreatif dalam menganalisa permasalahan dan faktorfaktor penentu bentuk. Sebuah rancangan yang dibangun di atas tapak dapat

15

dinilai berhasil jika terlihat keterkaitan antara tapak dengan program-programnya
(Laurie, 1986).
Sasaran dari perancangan adalah kesesuaian dan respon terhadap situasi
sekitar. Kesesuaian, menurutnya, adalah sasaran mayor dalam perancangan dan
berhubungan dengan penempatan elemen-elemen dalam tapak, sehingga penting
bagi perancang untuk mengetahui lebih jauh karakter dari tapak, baik kondisi awal
maupun fungsi yang diusulkan. Respon terhadap situasi dan keadaan sekitar
berkaitan dengan respon terhadap identitas atau ciri pokok suatu karakter yang
menonjol dari tapak. Keberhasilan dari perancangan adalah bila perancang dapat
menanggapi kebutuhan-kebutuhan penggunanya, mempertemukan fungsi yang
dibutuhkan

dan

beradaptasi

terhadap

tekanan

dari

lingkungan

yang

mempengaruhinya.
Dalam Campus Landscape Master Plan University of California Riverside,
(1996, dalam Nugroho, 2001) dijelaskan secara lebih spesifik tentang perancangan
sebuah

lanskap

kampus.

Perancangan

lanskap

kampus

haruslah

mempertimbangkan prinsip desain lanskap kampus, yaitu :
1. Lanskap sangat penting dalam komunitas kampus, oleh sebab itu harus
memperhitungkan rencana pengembangan bangunan kampus ke depan,
2. Perancangan lanskap kampus haruslah menjadi komponen integral dari
lingkungan kampus,
3. Perancangan lanskap harus memperhatikan atribut yang telah eksis
sebelumnya,
4. Habitat tanaman harus diperhatikan baik dalam pemilihan jenis maupun dalam
peletakannya (lay out). Untuk menghindari kelebihan penanaman, perawatan
berlebihan, kebutuhan penggunaan air yang berlebihan, dan konflik dengan
tanaaman lain, maupun struktur.
5. Perancangan ruang terbuka harus memperhatikan lokasi dan gerak pengguna
dan pemerhati tapak (viewer). Perancangan lanskap harus memperhatikan
pandangan dinamis, bukan statis.
6. Perancangan yang bersifat multi-sensory dengan memberikan warna, aroma,
tekstur, dan pencahayaan dalam lanskap akan memberikan kesan mendalam.

16

Laurie (1986) dalam perencanaan Foothill Collage di California
menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan perkerasan khusus dan tumbuhantumbuhan ornamental diperlukan untuk memberikan identitas pada suatu tapak
ataupun bagian-bagiannya. Kampus direncanakan secara logis dan efisien
mencerminkan program untuk sekolah tersebut dan sekaligus tanggap terhadap
lingkungan sekitar beserta faktor-faktor sosialnya.

2. 7

Budaya
Budaya merupakan sebuah kata yang memiliki pengertian yang kompleks.

Raymond Williams, seorang pengamat dan kritikus kebudayaan mengatakan
bahwa ‘kebudayaan’ (culture) merupakaan satu dari dua atau tiga kata yang paling
kompleks penggunaannya. Budaya sering diartikan secara sempit sebagai bentuk
kegiatan intelektual artistic dengan produknya yang turun temurun (heritage).
Sering kali terjadi salah kaprah bahwa budaya disama artikan dengan kesenian
tradisional.
Menurut Meuthia Djaluputro (2008) budaya (culture) berakar dari
kebiasaan (habbit) dan gaya hidup (lifestyle) yang ada pada sebuah kelompok.
Kebiasaan tersebut akan berkembang dan diteruskan secara turun temurun dan
dan menjadi perilaku (manner) dari kelompok tersebut. Manner yang terus
menerus dilakukan ini akan menjadi sebuah dasar dari etika (ethic) yang ada
dalam masyarakat tersebut. Etika yang ada mulai memiliki nilai (value) dan ada
konsekuensi jika dilaksanakan maupun jika tidak dilaksanakan, etika tersebut
menjadi norma (norm). Norma-norma yang ada pada suatu kelompok akan
berkembang dan diteruskan secara turun temurun oleh pelaku hingga lamakelamaan menjadi budaya (culture) bagi kelompok tersebut.

17

Gambar 2. Diagram yang menunjukan akar dari budaya 1

1

Meuthia Djaluputro dalam Pelatihan Kepemimpinan Kapal Pemuda ASEAN-Jepang 2008 (SSEAYP), kerjasama antara
Kemenegpora dan SSEAYP International Indonesia.