PENDAHULUAN dan Latar Belakang i

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agama Adalah adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya.1[1]
Iran dan Persia adalah dua nama yang kerap kali digunakan untuk menunjukkan satu wilayah.
Sebenarnya, anatara keduanya tedapat sedikit perbedaan. Salah satu rumpun bangsa Arya, yaitu
bangsa Media, mendiami wilayah Iran bagian barat. Sementara rumpun bangsa Arya yang lainnya,
yaitu bangsa Persia, mendiami bagian selatan wilayah tersebut.baik bangsa Media maupun Persia,
keduanya tunduk pada kekuasaan bangsa Arya Assyria. Namun, sejak tahun 1000 SM, bangsa Persia
berhasil menaklukkan bangsa Media bahkan menaklukkan Imperium Assyria. Sejak saat itu, wilayah
Iran di kenal dengan nama Persia.2[2]
Tujuan
Tujuan untuk membuat makalah berjudul adalah “AGAMA ZOROASTER” :
1. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai bagaimana sejarah dan ajaran-ajaran
Agama Zoroaster.
2.Memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai Agama-Agama Minor kepada kami dan
Mahasiswa yang lainnya.

A.


Sejarah dan Perkembangan Agama Zoroaster

Agama Zoroaster, di kenal di dunia Barat dengan nama Zoroastrianism karena nabinya dari
agama ini adalah Zarathutra. Zarathustra lahir di Sebelah Utara tanah Iran, tepatnya di kota
Azarbaijan. Tinggal seorang lelaki bernama Porushop Spitama, dari suku spitama, bersama istrinya
Dughdova yang cantik jelita yang ketika itu masih berusia 15 tahun. Isterinya yang belum dijamah
suaminya itu melahirkan seorang putera yang diberi nama Zarathustra. Pada saat kelahiran bayi itu
kepala kaum majus di tanah Iran bernama Durashan mendadak gemetar ketakutan amat sangat dan
beroleh firasat bahwa seorang bayi baru telah lahir kedunia yang kelak akan menghancurkan agama
majusi beserta pemujaaan berhala dan akan memusnahkan kaum majus dari permukaan bumi. 3[3]
1[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI)
2[2] Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, (Jakarta: Almahira, 2010),
hal. 46
3[3] http://al-lomboqy.blogspot.com/2011/10/agama-zarathustra-zaroaster.html,
11 Mar. 13

Banyak sekali teori yang mengemukakan tentang tahun-tahun kehidupannya, diantaranya
kemungkinan ia hidup pada tahun 660-583 SM4[4], tetapi tidak ada yg menjamin bahwa kisaran tahun
ini adalah tahun yang tepat. Di lihat dari perkiraan tahun tersebut, tampaknya Agama Zoroaster
merupakan salah satu agama wahyu yang tertua yang masih hidup sampai sekarang. Agama ini pernah

menjadi agama negara bagi tiga kerajaan besar di Iran yang hidup dan berkembang hampir
berkesinambungan sejak abad ke-6 SM sampai abad ke-7 M, serta banyak menguasai daerah Timur
Dekat dan Tengah.5[5]
Raja Vishtaspa menerima Zarathushtra dengan ramah-tamah, dan menunjukkan bahwa
dirinya condong kepada risalahnya karena berdasarkan pada berdasarkan filsafat Zoroaster dengan
pemikirannya tentang Tuhan bahwa inti dari gagasan ketuhanan tidak akan dicapai lantaran adanya
perubahan bangsa dan bahasa. Yang berubah-rubah hanya nama Tuhan yang tunggal untuk seluruh
alam. Setiap bangsa menyebutnya dengan nama yang diinginkan. Diriwayatkan bahwa Zarathushtra
telah melakukan beberapa mukjizat di hadapan Sang Raja dan para Menterinya, serta melakukan
diskusi yang lama dengan para cendekiawan di sana. Salah satu mukjizat yang ia tunjukkan yakni, dia
mampu membuat sebuah lingkaran dengan tepat tanpa alat, padahal menurut ahli ilmu ukur hali itu
tidak mungkin bisa dilakukan. Kemudian, mukjizatlainnya, ia pernah bertemu seorang buta, kemudian
dia meminta jenis rumput tertentu untuk diperaskan di kedua mata si buta, dan si buta itu pun bisa
melihat.6[9] Perlahan tetapi pasti, kebenaran yang dinyatakannya telah mendapat pijakan yang kuat di
kalangan raja dan para bangsawannya. Massa rakyat mengikuti kebangkitan para pemimpinnya, dan
agama Zoroaster segera tegak sebagai agama Iran. Sukses yang mendadak dari agama yang baru ini
memacu jalan ke arah peperangan antara Iran dan Turan. Zarathushtra tidak percaya dengan
penggunaan senjata dalam menarik pengikut kepada agamanya. Beliau hanya mengizinkan perang
untuk membela diri guna menjaga agama dan para pengikutnya dari kekejaman orang lain. 7[10]
Setelah 47 tahun dengan usaha yang tekun menegakkan kebenaran, Nabi Besar Iran ini wafat

dalam usia 77 tahun . Beliau hidup dalam kesetiaan yang tak terbagi dan kebaktian kepada Tuhan
yang bijaksana dan benar. Beliau adalah seorang yang penuh kesalehan, dan agamanya tidak
bernafaskan lain kecuali kasih kepada yang menderita dan cinta kepada kebenaran. Dan konon pada
saat serangan itulah Zarathustra meninggal ditikam oleh askar Turania. Zarathustra sewaktu wafatnya
meniggalkan 3 istri, 3 puteri, dan 3 putra. Keyakinan tentang Ahura Mazda, Pengakuan keimanan
(credo=Syahadat) yang harus diucapakan setiap orang yang beriman dalam agama Zarathustra.
4[4] Ibid
5[5] H. A. Mukti Ali, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,
1988), hal. 269
6[9] Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, (Jakarta: Almahira, 2010),
hal. 47
7[10] PDF. Ulfat Aziz Us-Samad, Agama Besar Dunia,(Peshawar, 1975), hal. 76

Keimanan yang paling pokok dalam agama ini adalah pengakuan terhadap Ahura Mazda, terhadap
kodrat yang maha tunggal dan maha bijaksana. Menurut Zarathustra alam semesta ini dikuasai oleh
kodrat Maha Bijaksana (Ahura Mazda) yang Maha bijaksana senantiasa berhadapan dengan kodrat
angkara murka (angro mainyu). Agar manusia memproleh keselamatan haruslah menundukkan diri
sepenuhnya kepada Ahura Mazda.8[11]
Di Persia, selain Zoroaster, terdapat pula Madzab keagamaan dan ritual lain, seperti
Maniisme9[12], penyembah api, dan Madzhab Mazdak. Madzhab Mazdak ini yang menggugurkan hak

kepemilikan individu. Penganutnya meyakini kepemilikan bersama, termasuk perempuan dan harta
serat menghapus tradisi pernikahan.Ajaran Mazdak pernah dianut dan dijalankan oleh seorang Raja
Dinasti Sasanid. Baik Zoroaster,maupun Madzhab-Madzhab keagamaan Persia yang lainnya, ternyata
memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi tradisi agama Yahudi, khususnya konsep kehidupan akhirat
dan adanya Messiah. Dikatakan, Jemaah Asiniyyah, salah satu sekte Yahudi, sangat terpengaruh kuat
oleh ajaran Zoroaster, terutama dalam konsep-konsep dualisme, seperti peperangan antara kebaikan
dan kejahatan. Namun demikian, diantara kelompok-kelompok agama tersebut
Sesudah ditaklukkan Arab di sekitar abad ke-7 M, sebagian besar penduduk Persia
lambat laun memeluk agama Islam (dalam beberapa hal dengan kekerasan, walau pada prinsipnya
kaum Muslimin punya sikap toleran kepada agama lain). Sekitar abad ke-10, sebagian sisa penganut
agama Zoroaster lari dari Iran ke Hormuz, sebuah pulau di teluk Persia. Dari sana mereka atau
turunannya pergi ke India tempat mereka mendirikan semacam koloni. Orang Hindu menyebut
mereka Parsees karena asal mereka dari Persia. Kini ada sekitar l00.000 lebih kelompok Parsees di
India, umumnya tinggal di dekat kota Bombay tempat mereka membentuk suatu kelompok kehidupan
masyarakat yang makmur. Zoroastrianisme tak pernah melenyap seluruhnya di Iran; hanya sekitar
20.000 penganut masih ada di negeri itu.10[14].
B.

Ajaran-Ajaran Agama Zoroaster
Kitab suci agama Zoroaster ini di kenal dengan nama Zend Avesta.kitab ini terbagi lagi


menjadi tiga bagian, yakni:
1.

Gathas, kitab yang berisi tentang “nyanyian” atau “ode” yang secara umum dan tepat

dinisbahkan kepada Zoroaster sendiri;
2.

Yashts atau hymne korban yang ditujukan kepada berbagai macam dewa; dan

8[11] http://al-lomboqy.blogspot.com/2011/10/agama-zarathustra-zaroaster.html, 11
Mar. 13

9[12] Maniisme atau Manikheisme adalah sebuah aliran kepercayaandualistik yang
didasarkan pada ajaran-ajaran Mani. Tokoh utama aliran ini adalah Manichaeus.

10[14] http://media.isnet.org/iptek/100/Zoroaster.html, 13 Apr. 13

3.


Vendidat/ Vindevdat, “aturan melawan syetan”,berupa sebuah risalah yang terutama

menyangkut ketidakmurnian ibadah dan prinsip dualisme yang diperkenalkan oleh Zoroasternisme
dan diuraikan sangat panjang dalam bidang kehidupan praktis.
Gathas memuat ajaran-ajaran yang dikemukakan sendiri oleh Zoroaster. Sayangnya
bantuan ilmu bahasa hanya berhasil sebagian dalam menangkap makna teks-teks yang kabur ini. Isi
bagian kitab ini bertentangan dengan Yashts, yang merupaka langkah mundur pada paganisme. Dalam
Yashts ditemukan suatu konsep politeisme yang mirip dengan konsep yang terdapat dalam kitab suci
agama Hindu, Rig-Veda. Konsep Politeisme inilah yang di tentang oleh Zoroaster. Baik dalam Yashts
mauoun dalam Rig-Veda dijumpai sejumlah besar dewa dan setengah dewa.
11

[16]Ajaran-Ajaran pokok dalam agama Zoroaster ini yang terdapat dalam kitab-

kitabnya mencakup:
a.

Manusia
Dalam teks yang berjudul “Nasihat Pilihan dari Para Bijak Bestari Zaman Dulu”atau dikenal


juga sebagai “Kitab Nasihat Zartusht” ditemukan konsep tentang manusia. Manusia pada asalnya,
adalah wujud gaib, dna rohnya, dalam bentuk Fravashi atau Fravahr,ada sebelum jasmaninya. Baik
jasad maupun rohnya adalah ciptaan Ohrmazd (Ahura Mazda), dan roh tidak bersifat abadi. Manusia
adalah milik Tuhan dan kepada-Nya dia akan kembali.
Syetan atau Ahriman adalah penentang Tuhan. Dia seperti Tuhan adalah roh gaib murni; dia
dan Ohrmazd adalah musuh abadi, cepatatau lambat pertarungan anatar keduanya tidak akan
terelakkan. Penciptaan atau makhluk bagi-Nya merupakan suatu kebutuhan bagi pertarungan-Nya
melawan syetan, dan manusia berada di garis depan pertempuran ini. Dalam hal ini manusia tidak di
paksa Tuhan tetapi karena dia bebas dan sukarela menerima peran ini ketika ditawarkan kepadanya.
Di dunia setiap orang bebas memilih baik atau buruk. Jika dia memilih kejelekan berarti dia bertindak
tidak alami karena “ayah”nya adalah Ohrmadz.
Hal diatas sesuai dengan pendapat As-Syahtastani yang mengatakan, “Manusia bertugas
untuk senantiasa mebantu kebaikan dan cahaya di tengah pergulatan Ahura Mazda dengan kejahatan
dan kegelapan (Ahriman). Hal ini dapat diwujudkan dengan senantiasa melakukan kebaikan,
berkahlak mulia,serta menerapkan hukum dan undang-undang dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Semua itu dilandaskan atas kebebasan untuk memilih. Siapa yang memilih kebaikan dan kebenaran,
maka dia akan menuai hasilnyadi kehidupan dan akhirat yang abadi kelak. Adapun orang yang
membela kejahatan dan kedustaan, dia pun akan mendapatkan siksa di neraka yang abadi.”
Bagi agama Zoroaster peran manusia di dunia, yaitu bekerjasama dengan alam serta

menjalani kehidupan yang saleh dengan pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik. Di dunia,
manusia mempunyai kewajiban untuk hidup berumahtangga dengan mempuyai istri dan mempunyai
anak. Semakin banyak manusia adalah semakin baik karena akan semakin mudah untuk mengalahkan
Ahriman.
11[16] Ibid, hal. 271-291

b.

Tuhan dan Penciptaan
Keyakinan agama Zoroaster meliputi aspek monoteisme dan paganisme sekaligus. Mulanya,

keyakinan Zoroaster hanya mencakup monoteisme saja. Namun, seiring berkembangnya, keyakinan
agama ini juga meliputi paganisme. Prof. Dr. Ali Abdul Wahid Wafi, seorang sejarawan muslim
kontemporer, mengatakan bahwa zarathustra, meyerukan ajaran monotaisme untuk menyembah
Tuhan yang tunggal , pencipta segala sesuatu dan segala alam, baik yang berupa esensi (ruh) maupun
materi (maddah).
Menurut penganut Zoroaster, Dzat Ahura Mazda adalah esensi murni yang suci dari segala
bentuk materi, yang tak dapat dilihat oleh pandangan mata dan tidak dapat ditangkap kedzatannya
oleh akal manusia. Oleh karena itu Zoroasternisme pun membuat rumusan tentang hakikat ketuhanan
Dzat Ahura Mazda dengan dua rumus penting.

Rumus pertama bersifat transenden (Samawi) yang disimbolkan dengan matahari, dan rumus
yang kedua bersifat imanen (Ardhi) yang disimbolkan dengan api. Keduanya adalah unsur yang
memancarkan cahaya, menerangi semesta, suci, serta tidak dapat terkontaminasi oleh hal-halyang
buruk dan segala bentuk kerusakan. Kepada cahayalah kehidupan semestaraya ini bergantung. Sifat
inilah yang paling mendekati untuk digambarkan oleh akal manusia akan sifat pencipta.
Anggapan sakral dan cara pengikut Zoroaster menyucikan api inilah yang pada akhirnya
menjadikan agama tersebut bergeser dari monoteisme ke paganisme. Zoroaster pun berubah menjadi
agama panteisme (hulul) dan paganisme. Api sendiri pada akhirnya berubah dari sebatas isyarat
menjadi Sang Pencipta itu sendiri, dani pun dirumuskan atasnya.
Sejatinya, pada tradisi dan ajaran awal Zoroaster, tidak di kenal konsep dua Tuhan. Zoroaster
hanya meyakini dua kekuatan besar dalam kehidupan yang senantiasa berlawanan atau berbenturan.
Salah satunya terkumpul dalam kekuatan kebaikan, cahaya, kehidupan, kebenaran, dan kemuliaan
sementara kekuatan lain terkumpul dalam kejahatan, kegelapan,kematian, dan angkara murka.
Asy-Syahrastani berkata: “ sebenarnya, Zoroaster meyakini bahwa Tuhan itu satu, tunggal, tidak ada
sekutu, lawan dan kawan, Pencipta cahay dan kegelapan. Namun para pengikut Zoroaster
meninggalkan pandangan tersebut. Mereka meyakini bahwasannya alam raya ini tak lain merupakan
jelmaan dari pergulatan abadi antara Ahura Mazda, Dewa Terang, dengan Ahriman, Dewa
Kegelapan.kemenangan Ahuran Mazda dalam kehidupan adalah sesuatu yang pasti dan tak
terbantahkan.”12[17]
c.


Etika
Sebagian besar ajaran agama Zoroaster adalah menyangkut masalah etika. Dasar pikiran

teologisnya mempunyai inti pandangan moralistik tentang kehidupan. Kenyataan kehidupan yang
utama dan tidak bisa dihindari adalah kejelekan. Baik adalah baik dan jelek adalah jelek. Menolak
adanya prinsip dan kejelekan yang terpisah sama dengan mempertalikan atau menghubungkan
12[17] Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, (Jakarta: Almahira,
2010), hal.470

kejelekan pada Tuhan. Ini tidak mungkin. Oleh karena itu, kejelekan tentu merupakan sesuatu yang
berdiri sendiri yang secara terpisah. Moralitas Zoroaster, diungkapkan dalam tiga kata,yaitu humat,
huklit, dan huvarsht, yang artinya pikiran baik,perkataan baik, dan perbuatan baik. Yang utama dari
ketiga hal itu adalah perbuatan baik.
Inti dari ajaran Adhurbadh bin Mahraspand adalah “hiduplah dengan baik dan menjadi orang
yang berguna, berilah perhatian kepada sesama, laksanakan kewajiban-kewajiban agama, garap lah
tanah, hidup lah berkeluarga dan didiklah anak-anak sehingga menjadi terpelajar. Ingatlah bahwa
hidup di dunia ini adlaah sebuah pendahuluan bagi hidup di hari nanti, atau akhirat, dan roh orang
yang meninggal akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang perbuatan-perbuatan yang
dikerjakannya di dunia.”

d.

Kematian Dalam Zoroasterianism
Zoroastrianisme tidak mengizinkan penguburan dan pembakaran tubuh orang yang telah

meninggal karena dianggap akan menodai air, udara, bumi dan api. Mereka menyelenggarakan ritus
kematian dengan menempatkan mayat di atas Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower of
Silence). Di sana terdapat pembagian tempat yang jelas bagi kaum laki-laki, perempuan dan anakanak. Adapun tahap-tahap yang dilakukan saat upacara kematian adalah sebagai berikut:
1.

Mayat dibiarkan di dalam sebuah ruangan di rumah selama tiga hari sebelum dibawa ke

Dakhma, tempat untuk melaksanakan upacara kematian.Sesudah itu, mayat lalu dibawa ke Dakhma
atau Menara Ketenangan.
2.

Di sana mayat akan ditelanjangi dan ditidurkan di atas menara yang terbuka dan dibiarkan agar

dimakan oleh burung-burung.
3.

Sisa-sisa tulang kemudian dibuang ke dalam sumur

e.

Pengadilan saat Kematian
Ajaran agama Zoroaster tentang nasib roh setelah mati terlihat sangat jelas. Konsep kitab

Avesta memberi dasar ajaran ini dan teks ini telah di salin dengan sedikit bervariasi dalam kitab-kitab
Pahlavi. Setiap roh manusia setetlah kehidupan dunia ini akan bergentayangan selama tiga hari di
dekat jasad yang sudah menjadi mayat. Pada hari keempat, roh menghadapi pengadilan diatas
“Jembatan Pembalasan”, jembatan yag di jaga oleh Dewa Rashu yang bertindak sebagai hakim yang
secara sangat adil menimbang perbuatan baik dan buruk manusia. Jika perbuatan baiknya lebih berat
roh tersebut diizinkan langsung menuju surga, tetapi jika perbuatan buruknya lebih besar roh tersebut
di tarik dan dimasukkan ke dalam neraka. Apabila perbuatan baik dan buruk seimbang maka roh
tersebut di bawa ke suatu tempat yang bernama Hamestagan atau tempat campuran. Tempat ini tidak
disebut dalam teks Menok i Khrat, tetapi sering disebut dalam teks-teks lain.dalam tempat ini, roh-roh
mengalami perbaikan dengan merasakan penderitaan yang berupa panas dan dingin.
Neraka dalam agama Zoroaster bukan merupakan tempat penyiksaan abadi. Neraka hanya
bersifat sementara dan merupakan tempat penyucian dari noda-noda dosa. Akhir penyucian dosa
terjadi pada pengadilan (hisab) terakhir pada akhir zaman. Disini jelas tergambar bahwa roh harus

menghadapi dua kali pengadilan, pengadilan pada saat kematian dan pengadilan umum pada hari
kiamat ketika jasad manusia di bangkitkan kembali dan disatukan lagi dengan rohnya. Di dalam
agama Zoroaster ini, pengadila umum diikuti dengan penyucian,akhir dari noda-noda dosa sehingga
semua menjadi suci tanpa dosa. Tidak ada siksaan abadi dan akhirnya, semua manusia masuk surga.
f.

Hari Kebangkitan

Sebagaimana dapat dipahami dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, pengadilan roh pada
saat kematian hanyalah merupakan suatu pendahuluan bagi pengadilan akhir hari kiamat.
Penghitungan terakhir, menurut agama Zoroaster, juga hanya berupa tiga hari “penyucian” di dalam
logam yang meleleh dan setelah itu roh-roh terkutuk bangkit dari neraka dan seluruh umat manusia
tanpa kecuali berkumpul dalam surga temat mereka semua akan memuji Tuhan selamanya. Tuhan
mengutuk makhluk-Nya dengan siksaan abadi karena dosa-dosanya bagaimanapun besarnya. Semua
dosa akan dihukum dengan setimpal didalam neraka yang bersifat sementara. Neraka adalah tempat
tinggal Ahriman dan Syaitan-syaitan. Tuhan melunakan keadilan dengan ras belas kasihan. Dia tidak
memiliki sifat yang kejam dan sama sekali tidak bisa murka.
Konsep surga menurut agama Zoroaster sangar sederhana. Surga adalah suatu keadaan yang kembali
kepada kehidupan dunia sebelum Ahriman dengan gila menghenatangnya. Surga adalah seperti
tempat reuni keluarga yang sangat besar yang di dalamnya kehidupan dunia yang ideal dipulihkan,
suatu kehidupan yang berpusat di sekitar keluarga manusia di mana suami sekali lagi bisa menikmati
keintiman istrinya yang sah dan berkumpul kembali bersama anak-anaknya. Kehidupan di surga
adalah penyempurnaan alami dari pada kehidupan di dunia dengan kekecualian manusia tidak lagi
memiliki nafsu makan dan merupakanm tempat para roh memuji ahura mazda dan amahraspand
dengan keras. Di sana seluruh keluarga manusia berkumpul dalam suatu kehidupan abadi dan
kenikmatan yang abadi pula.
C.

Praktek Keagamaan dalam Agama Zoroaster
Zoroaster menganjurkan pengikutnya untuk selalu menyalakan api suci di tungku-tungku api

yang terapat disetiap kuil peribadatan. Api tersebut harus selalu menyala dan memancarkan cahaya.
Tungku apai itu di urus dan di jaga oleh para pemimpin agama (magi), rohaniawan muda, juga oleh
para pendeta kuil. Setiap hari mereka selalu memasukkan kayu cendana ke dalam tungku api
sebanyak lima kali, atau kayu lain yang mengeluarkan aroma wewangian khas, juga menaburkan
serbuk serbuk dan cairan wewangian sehingga udara di dalam kuil selalu terasa segar dan harum
semerbak. Mereka juga merapalkan doa-doan dan melaksanakan ritual keagamaan disekitar api
tersebut. Dalam tradisi Zoroasternisme, ketika akan mendirikan sebuah kuil api baru, mereka
diharuskan menyalakan api terlebih dahulu pada sembilan buah lilin atau obor. Nyala api di obor
pertama kemudian disalurkan untuk nyala api di obor kedua, dan seterusnya hingga pada obor
kesembilan. Pengikut Zoroaster meyakini, api yang menyala pada obor terkahir itulah yang telah

sampai pada derajat kesucian api. Dan dari api kesembilan itu mereka menyalakan apipada tungku
kuil yang baru tersebut.13[18]
Dalam satu butir teks “beberapa perkataan Adurbadh bin Mahraspand”, ayat 72,di sebutkan
“pergilah ke kuil api tiga kali sehari dan bacala doa pada api.” Kelanjutan ayat tersebut mengatakan
bahwa siapa yang paling sering pergi ke kuil api dan membaca doa pada api akan menerima banyak
barang duniawi dan kesucian.
Mary Boyce, dalam bukunya Zoroastrians, Their Religious Beliefs and Practice menjelaskan
bahwa waktu ibadat orang-orang Iran zaman dahulu ketika matahari terbit, ketika tengah hari, dan
ketika matahari terbenam.waktu yang tersebut terakhir nampaknya diperuntukkan bagi roh orang yang
telah meninggal dunia. Zoroaster nampaknya memberikan dua tambahan lagi sehingga dia
mewajibkan kepada para pengikutnya untuk beribadat lima kali sehari. Tambahan pertama adalah
waktu setengah siang seperti waktu Ashar seperti dalam agama Islam, yaitu tengah-tengah antara
tengah hari dan waktu matahari terbenam. Bagi agama Zoroaster, selama musim panas doa-doa yang
di baca pada tengah hari berfungsi membantu orang yang saleh untuk berfikir tentang kebenaran serta
tentang kejayaan kebaikan sekarang dan yang akan datang, sedangkan selama musim dingin adalah
merupakan peringatan tahunan akan adanya kekuatan kejahatan yang mengancam dan perlunya
bertahan terhadapnya.
Tambahan baru lainnya adalah waktu tengah malam yang tenggang waktunya sampai saat
matahari terbit. Doa ini dipersembahkan bagi Sraosha, Tuhannya doa. Selama waktu itu, ketika
kekuatan kegelapan berada pada puncak yang paling kuat dan mencari-cari mangsa, para pengikut
Zoroaster harus bangun, mengisi minyak dan dupa pada tungku api dan memperkuat dunia kebaikan
dengan doa-doa mereka.
Bentuk dan isi sembahyang yang di kenal dari praktek yang ada adalah sebagai berikut:
1.

Orang yang hendak melaksanakan sembahyang mempersiapkan diri dengan mencuci wajah,

tangan, dan kaki dari kotoran debu kemudian menutup sebagian mukanya.
2.

Melepaskan tali kawat suci dan berdiri dengan tali di pegang dengan kedua tangan dimukanya,

tegak lurus dihadapan penciptanya, matanya menatap simbol kebajikan, yakni api
3.

Dia berdoa kepada Ohrmazd (Ahura Mazda), mengutuk Ahriman (sambil memukul-mukulkan

ujung kawat dengan penghinaan), memasang tali kawat lagi sambil masih berdoa.
Disamping perayaan individu tersebut, para pengikut Zoroaster masih mempunyai
kewajiban bersama yaitu merayakan tujuh macam peringatan hari besar tahunan. Waktu peringatan
berbeda-beda, ada yang pertengahan musim semi, ada yangpertengahan musim panas, dan ada yang
pertengahan musim dingin.perayaan in dirayakan denga menghadiri upacara agama (sembahyang) di
pagi hari dan kemudian berkumpul bersama di dalam kegembiraan dengan pesta makan bersama.
Makanan yang dimakan sebelumnya di beri berkah di dalam upacara agama yang dilaksanakan pada
pagi hari tersebut. Orang-orang kaya saling bertemu di dalam kesempatan ini yang merupakan waktu
13[18] Ibid, hal. 496

iktikad baik umum, perselisihan didamaikan dan persahabatan diperbaharui dan diperkuat. Upacaraupacara khusus bagi kelahiran (massa penandaan), perkawinan dan kematian juga diajarkan dalam
agama Zoroaster.14[19]
Upacara penandaan atau Navjot (secara harfiah berarti Kelahiran Baru) adalah
perayaan ketika seorang anak diterima masuk ke agama Majusi, selanjutnya dia diberikan simbolisasi
keimanan – baju (sudreh) dan korset (kusti). Upacara ini berlangsung pada saat usia tujuh dan
empatbelas tahun. Setelah pemberian ini setiap penganut Zoroster, baik lelaki maupun wanita,
memakainya siang dan malam, dan ini menjadi baju yang dikenakan ketika akhir hayatnya.
Upacara kedua berkaitan dengan perkawinan. Ini kewajiban yang mengikat pengikut
Majusi untuk kawin dan membesarkan anak. Bagian terpenting dari upacara perkawinan tiga kali
pengucapan dalam akad perkawinan oleh pendeta resmi, diikuti pemberkatan Tuhan, Amesha Spentas
dan Yazatas pada pasangan baru.
Perbedaan yang mencolok dari upacara Agama Zoroaster ini berkenaan dengan
kematian. Setelah nyawa meninggalkan raganya, maka badan jasmaninya dianggap tidak suci. Ia
harus dihancurkan secepat mungkin. Ia tidak boleh disentuh elemen suci-api, bumi, dan air. Jadi tidak
dibakar, dikubur, atau tidak juga dihanyutkan kedalam air. Ia dibiarkan dimakan oleh burung bangkai.
Mayatnya diletakkan pada suatu tempat yang disebut Menara Kesunyian yang menghadap matahari.
Puncak menara dibiarkan terbuka untuk memberi kebebasan burung-burung memakannya. Kejadian
ini cepat berlangsung sekitar setengah jam, dan kerangka mayat memutih dibawah sinar matahari dan
udara dalam waktu beberapa hari. Ini kemudian dikumpulkan dan disimpan dalam terowongan di
pusat menara, dan disana mereka remuk menjadi debu. Kebiasaan menghancurkan mayat ini tidak
pernah terjadi pada saat Zarathushtra atau pun pada awal masa Achaemenid. Herodotus mengacu
kebiasaan penguburan diantara bangsa Persia, dan kuburan Cyrus masih ada sampai sekarang.
D.

Aliran Agama Zoroaster
Aliran Agama Agama Zoroaster diantaranya:

A.

Aliran Manu

Diantara ajaran yang diajarkan oleh aliran ini diantaranya:
a.

Tentang baik dan buruk
Menurut ajaran manu ini bahwa segala kehidupan ini adalah kebaikan, karena akhirnya

Tuhanlah yang akan menang atas roh kejahatan; oleh karenanya manusia hendaknya membantu
Tuhan mengalahkan roh jahat dengan melakukan segala kebaikan.
b.

Anjuran menghentikan perkawinan
Selain itu menurut mereka pertempuran antara kebenaran dan kejelekan akan terus

berlangsung selama manusia terus berkembang. Oleh karena itu menurut mereka agar semua
14[19] H. A. Mukti Ali, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,
1988), hal. 287

kejahatan dan kejelekan cepat berakhir maka manusia harus menghentikan perkembang biakanya
dengan kata lain tidak menikah agar tidak memiliki keturunan.
c.

Zuhud

Menurut ajaran ini pula, manusia harus menjauhi segala kesenangan dunia. Termasuk melarang
menikah, menyembelih binatang dan makan daging.
d.

‘Ibadat

Aliran Manu mengajarkan peribadatan yaitu sembahyang dan puasa, sebelum sembahyang mereka
mengusap anggota badan dengan air, kemudian menghadap matahari, lalu bersujud. Dalam tiap kali
sembahyang ada dua belas kali bersujud; pada tiap sujud dilakukan doa; mereka berpuasa 7 hari
dalam sebulan.
B.

Madzdak
Aliran ini ajarannya mirip dengan ajaran Majusi kuno yakni meyakini adanya dua tuhan,

yaitu tuhan baik dan tuhan keburukan. Selain itu ajaran yang paling terpenting dari aliran ini adalah
ajaran yang mirip dengan sosialisme yang menyatakan bahwa manusia harus sama derajatnya. Yakni
tidak memiliki stara social. Dan menurut mereka penyebab utama dari kejahatan dan peperangan
adalah wanita dan harta, yang menyebabkan pengikut aliran ini membuat kekacauan di Naishaburi.
Karena mereka memaksa orang-orang hartawan untuk menyerahkan harta mereka dan menyerahkan
wanita agar tidak terjadi kekacauan atau peperangan.
C.

Zoroastrianisme & Islam
Islam jelas terpengaruh oleh ajaran Yudaisme dan Kristen. Beberapa kemiripan Yudaisme

dan Kristen terhadap Zoroastrianisme di atas juga ada dalam ajaran Islam.
a.

Tentang Mengaji
Konsep pembacaan ayat- ayat Quran sangat mirip dengan kepercayaan Persia yang

juga suka membacakan ayat-ayat dari Avestan Vendidad. Mereka sama-sama yakin dengan
membacakan Kitab Suci akan membantu meringankan tugas manusia dari segala kekurangan yang
didapatkan di bumi; ini penting selain bagi negara juga bagi keselamatan jiwa masing-masing
individu. Baik muslim maupun Zoroastrian suka membaca kitab-kitab mereka sampai berhari-hari
setelah kematian salah seorang keluarga.
b.

Tentang Mizan (Timbangan)
Doktrin Islam mengenai Mizan atau timbangan (Surah 21.47), yaitu timbangan yang

dipakai untuk menimbang perbuatan semua manusia, jelas berasal dari Persia. Dalam konsep
‘timbangan’ ini, umat Islam diperhitungkan nilai dari perbuatan baik dan jahatnya, seperti praktik
timbangan yang sebenarnya. Nabi pernah berkata: Siapapun yang mengucapkan doa diatas tandu
jenazah mendapatkan satu kirat tapi yang hadir pada saat jenazah dikebumikan mendapat dua kirat

yang mana beratnya sama dengan berat gunung Chod. Sholat berjamaah punya nilai dua puluh
limakali lebih banyak dari sholat individu. Dan lain sebagainya.
Menurut ajaran Islam, pada hari Kiamat, malaikat Jibril akan memegang timbangan
ini, sebelah menggantung diatas surga dan yang lainnya diatas neraka. Mirip dalam Parsisme, ketika
hari kiamat dua malaikat akan berdiri pada jembatan penghubung surga dan neraka, memeriksa setiap
orang yang lewat. Satu malaikat yg mewakili Kemurahan Hati Tuhan, memegang timbangan
ditangannya utk menimbang semua perbuatan baik orang ini, jika perbuatan baiknya lebih banyak dia
akan dilewatkan ke surga; sebaliknya malaikat kedua mewakili keadilan Tuhan, menimbang
perbuatan jahat dan akan melempar mereka ke neraka.
c.

Tentang Shalat
Sholat lima waktu muslim juga mirip dengan agama asli Persia ini. Muhammad

sendiri, mulanya menetapkan dua sholat saja. Lalu, seperti ditulis dalam Quran, sholat ketiga
ditambahkan, menjadi sholat subuh, sholat magrib dan sholat ashar, yang berhubungan dengan tradisi
Yahudi Shakharith, Minkah dan Arbith.
Terjadinya interaksi dengan kaum Zoroastrian tentu memberikan pengaruh. Semangat
religius kaum Zoroastrian dikenal sangat tinggi. Ini kemudian berujung pada penetapan shalat lima
waktu sebagai standar tingkat religiusitas muslim. Hal ini sama benar dengan kebiasaan Gahs
(sholat)-nya orang Persia.
DAFTAR PUSTAKA
 Abdullah al-Maghlouth, bin Sami, Atlas Agama-Agama, Almahira, Jakarta: 2010
 Ali, H. A. Mukti, Agama-Agama Dunia,IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarya: 1988
 Aziz Us-Samad, Ulfat, PDF. Agama Besar Dunia, Peshawar:1975
 http://al-lomboqy.blogspot.com/2011/10/agama-zarathustra-zaroaster.html, 11 Mar. 13
http://zulfanafdhilla.blogspot.com/2012/12/agama-zoroastrianismmazdayasna.html#ixzz2OUkpPrCa

Agama Zoroaster
Materi:Agama agama dunia
:Dosen pengampu

Disusun Oleh:

)( Firmansyah Ilham Wahyudi

PAG1

Universitas Darussalam gontor

Ponorogo-Indonesia

1438-2016