KEBIJAKAN ADB MENGENAI GENDER DAN PEMBANGUNAN

  

PERINGATAN

Dokumen ini telah diterjemahkan dari Bahasa Inggris untuk menjangkau pengguna

yang lebih luas. Namun, Bahasa Inggris adalah bahasa resmi Asian Development Bank

(ADB) dan hanya dokumen asli yang ditulis dalam Bahasa Inggris yang merupakan

teks yang otentik (resmi dan otoritatif). Segala sitiran harus mengacu ke dokumen

aslinya dalam Bahasa Inggris.

  

ii

KEBIJAKAN ADB

MENGENAI

GENDER DAN PEMBANGUNAN

  

Mei 1998

ASIAN DEVELOPMENT BANK

DAFTAR SINGKATAN

  ADTA - Advisory Technical Assistance (Bantuan & Nasihat Teknis) CAP - Country Assistance Plan (Rencana Bantuan Negara) CBP - Country Briefing Paper (Makalah Santiaji Negara) COSS - Country Operational Strategy Study (Studi Strategi Operasional Negara) DMC - Developing Member Country (Negara Berkembang Anggota) GAD - Gender and Development (Jenis Kelamin dan Pembangunan) HIV/AIDS - Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency

  Syndrome (HIV/AIDS)

  IADB - Inter-American Development Bank (Bank Pembangunan Antar Amerika)

  ISA - Initial Social Assessment (Penilaian Sosial Awal) NGO - Non Goverment Organization (Lembaga Swadaya Masyarakat) OESD - Office of Environment and Social Development (Kantor Lingkungan dan

  Pembangunan Sosial) OM - Operations Manual (Buku Pedoman Operasional) PPTA - Project Preparatory Technical Assistance (Bantuan Teknis Penyiapan

  Proyek) PRC - People's Republic of China (Republik Rakyat Cina) RETA - Regional Technical Assistance (Bantuan TeknisRegional) SDO - Strategic Development Objective (Tujuan Pembangunan Strategis) SOCD - Social Development Division (Divisi Pembangunan Sosial) SWA - Secretary of State for Women's Affairs (Menteri Negara Urusan

  Perempuan) TA - Technical Assistance (Bantuan Teknis) UN - United Nations (Persatuan Bangsa-Bangsa) WB - World Bank (Bank Dunia) WHO - World Health Organization (Organisasi Kesehatan Dunia) WID - Women in Development (Perempuan dalam Pembangunan)

  iii

   DAFTAR

  ISI

  Halaman Daftar Singkatan ii

  Tabel, Gambar and Kotak iv

  Ringkasan Eksekutif v

I. Pendahuluan

  1 III. Tinjauan Umum Ketentuan Kebijakan dan Operasi Bank Mengenai WID

  31 C. Pendekatan-pendekatan Operasional

  iv

  43 Gambar 2: Bagian Pendapatan yang Diperoleh (%) Tahun 1993 per Wilayah 44

  42 Gambar 1: Bagian Pendapatan yang Diperoleh (%) Tahun 1994 oleh DMC terpilih

  41 Tabel 2: Kegiatan Ekonomi; Lingkungan oleh Laki-laki/Perempuan

  40 Lampiran Statistik Mengenai Gender Tabel 1: Populasi dan Kesehatan; Pendidikan oleh Laki-laki/Perempuan

  40 H. Rekomendasi

  39 G. Implikasi Sumber Daya Bank dan Kebijakan Yang Direvisi

  39 F. Tanggungjawab untuk GAD

  35 E. Tinjauan Kebijakan dan Evaluasi

  32 D. Mekanisme Kelembagaan

  29 B. Kebijakan Bank

   (1985-1996)

  29 A. Rasional

  28 V. Kebijakan Bank yang Direvisi mengenai Gender dan Pembangunan

  1 II. Masalah Pembangunan dan Gender Di Wilayah Asia Dan Pasifik

  23 C. Pengalaman Pemerintah DMC

  19 B. Pengalaman World Bank dan Lembaga-lembaga lainnya

  19 A. Dari WID ke GAD

   Gender dan Pembangunan

  18 IV. Kebutuhan akan Kebijakan Yang Direvisi mengenai

  9 C. Pertimbangan Gender dalam Rekrutmen dan Penempatan Staf

  B. Pertimbangan Gender Dalam Pekerjaan Proyek

  10 A. Suatu Pertimbangan Gender pada Kiprah Makroekonomi Bank

  27 D. Agenda Internasional untuk Perempuan

  

TABEL, GAMBAR DAN KOTAK

  Halaman

  Tabel

  Tabel 1: Perbedaan Gender 1993

  4 Tabel 2: Perempuan sebagai Persentase dari Total Angkatan Kerja, Perekonomian Asia terpilih, 1970-1995

  5 Tabel 3: Negara-negara Asia dan Pasifik dengan Perempuan kurang dari 95 per 100 Laki-laki, 1970 and 1995

  6 Tabel 4: Anak-anak Perempuan yang Dilahirkan per 100 Anak Laki-laki, di Negara- negara Asia terpilih, pada 1982 and 1988/1989

  6 Gambar Gambar 1: Angka Mortalitas atau Kematian Ibu (per 100,000 kelahiran bayi hidup), 1990 6 Gambar 2: Angka Buta Huruf Dewasa, 1995

  7 Kotak-kotak Kotak 1: Kamboja; Perempuan dalam Pembangunan (1994)

  13 Kotak 2: Bangladesh; Koperasi Daerah Pedesaan Miskin (1992)

  15 Kotak 3: Viet Nam; Populasi dan Kesehatan Keluarga (1996)

  15 Kotak 4: Bangladesh; Proyek Pengembangan Hewan Ternak Partisipatif (1997)

  16 Kotak 5: Viet Nam; Proyek Sektor Kehutanan (1997)

  16 Kotak 6: Platform untuk Tindakan

  28

  

v

RINGKASAN EKSEKUTIF

  Pada tahun 1985, Bank pertama-tama menerapkan kebijakan mengenai Peran Perempuan Dalam Pembangunan (WID). Seperti agen-agen pembangunan lainnya, pendekatan Bank terhadap WID adalah mengimplementasikan suatu jajaran kegiatan dalam program operasional teratur, yang menekankan para perempuan sebagai suatu kelompok sasaran khusus.

  Sejak memformulasikan Kebijakan WID tersebut pada tahun 1985, pendekatan Bank dalam berurusan dengan masalah WID telah berevolusi berdasarkan pengalaman kumulatifnya, dan dengan mengacu kepada agen-agen pembangunan lainnya dalam menangani masalah ini. Bank telah melangkah maju dari pendekatan WID ke pendekatan Gender dan Pembangunan (GAD) yang memungkinkan gender terlihat sebagai suatu jalan pintas, yang berpengaruh pada semua proses sosial dan ekonomi.

  Pada tahun 1992, Kebijakan Bank terhadap WID memperoleh penguatan dan momentum tambahan dengan dimasukkannya sebagai satu dari lima tujuan pembangunan strategis Bank (SDO), bersama dengan pertumbuhan ekonomi, penuntasan kemiskinan, pembangunan sumber daya manusia termasuk perencanaan kependudukan dan manajemen yang sehat sumberdaya alam dan lingkungan. Hal ini mengangkat perempuan ke aliran-utama (mainstream) agenda pembangunan Bank tersebut. Titik berat yang baru atas perempuan dalam agenda pembangunan Bank tersebut membawa kepada pemfokusan kembali arah dan peralihan titik berat dari menangani perempuan hanya dalam proyek-proyek di sektor-sektor sosial, ke penerapan gender di semua aspek operasional Bank. Suatu pendekatan aliran-utama (mainstreaming) telah dikembangkan dan diterapkan secara luas.

  Dalam hal ini, Kebijakan Bank mengenai WID, kini telah menjadi usang, karena pendekatan aliran-utamanya tidak dibuat eksplisit. Praktek-praktek yang sesungguhnya telah berkembang melebihi kebijakan tersebut. Kebijakan yang direvisi dalam GAD ini, selain dari perubahan nama, juga membuatnya sistematis dan mengakui secara resmi praktek-praktek dan persyaratan Bank yang ada. Hal itu juga akan memperkenalkan mekanisme kelembagaan baru, guna meningkatkan dan memperbaiki kegiatan dan kinerja Bank yang diarahkan dalam perbaikan status perempuan.

  Selama dekade sejak Kebijakan Bank atas WID tersebut diformulasikan, dan diterapkan (pada 1985), telah terjadi perubahan-perubahan yang berarti di Wilayah tersebut, dalam masalah perempuan dalam pembangunan, dalam masalah dan kepedulian perempuan , serta dalam Bank itu sendiri. Suatu perbaikan Kebijakan dibutuhkan untuk (i) mencerminkan perubahan lingkungan, (ii) sistematisasi transisi Bank dari WID ke GAD, (iii) pemasukan pemikiran-pemikiran mutakhir mengenai masalah pembangunan dan gender, (iv) menghasilkan suatu peningkatan dalam kegiatan Bank yang secara langsung menguntungkan perempuan , (v) menyediakan kerangka kerja kebijakan yang tepat bagi praktek-praktek dan pendekatan- pendekatan yang baru, dan (vi) memperkenalkan mekanisme kelembagaan untuk mengoperasikan SDO Bank guna memperbaiki status perempuan.

  

vi

  A. Kebijakan Bank mengenai Gender dan Pembangunan

  Kebijakan Bank mengenai Gender dan Pembangunan yang direvisi ini akan menerapkan pengutamaan aliran-utama (mainstreaming) sebagai suatu strategi kunci, dalam meningkatkan kesejajaran gender. Pertimbangan gender akan diarahkan terutama ke dalam semua kegiatan Bank, termasuk pekerjaan sektoral dan makroekonomi, dan pinjaman serta operasi-operasi TA. Elemen-elemen kunci dari Kebijakan Bank tersebut akan mencakup kepekaan gender, analisis gender, perencanaan gender, pengutamaan aliran-utama, dan pengaturan agenda. Untuk pengoperasian Kebijakan tersebut, fokus kegiatan Bank akan berupa

  (i) memberikan bimbingan kepada negara-negara berkembang anggota (DMC) dalam bidang dukungan kebijakan, membangun kapasitas, kesadaran akan GAD, dan formulasi serta implementasi kebijakan dan program-program yang ditujukan untuk perbaikan status perempuan;

  (ii) memudahkan analisis gender dari usulan-usulan proyek, termasuk pinjaman- pinjaman (loans) untuk program dan sektor, serta memastikan agar masalah gender dipertimbangkan pada tahap-tahap yang tepat dalam daur proyek, termasuk identifikasi, persiapan, penilaian, implementasi dan evaluasi;

  (iii) mempromosikan peningkatan kesadaran GAD dalam Bank melalui pengadaan lokakarya-lokakarya pelatihan dan seminar-seminar, pengembangan pendekatan yang benar, dan pedoman staf untuk mengimplementasikan kebijakan mengenai GAD yang sudah diperbaiki tersebut;

  (iv) membimbing para DMC (Negara Berkembang Anggota) untuk mengimplementasikan komitmen yang telah dibuat pada Beijing World Conference of Women; dan

  (v) menjajaki kesempatan untuk menangani langsung sebagian dari masalah yang timbul dan baru mengenai perempuan di Wilayah yang telah disebutkan dalam para (paragraf) 16 dari teks tersebut.

  B. Pendekatan-Pendekatan Operasional

1. Makroekonomi dan Pekerjaan Sektoral

  Pencakupan pertimbangan-pertimbangan gender dalam kiprah makroekonomi Bank dipandang sebagai kunci untuk memastikan bahwa masalah gender ditangani secara sistematis, dalam semua operasi Bank, karena adalah strategi operasional negara tersebut yang mengatur tahapan kegiatan-kegiatan Bank yang akan datang di suatu DMC. Untuk itu, suatu makalah santiaji mengenai perempuan dari suatu negara akan dipersiapkan sebagai suatu dokumen latar belakang, dari studi strategi operasional negara (COSS) tersebut untuk memastikan

  vii

  

mainstreaming dalam pertimbangan gender. Juga, suatu strategi terpisah bagi perempun yang

  dengan jelas mengidentifikasi dan merinci bagaimana Bank tersebut mengoperasikan SDO untuk perbaikan status perempuan tersebut dipersiapkan dan dimasukkan sebagai Lampiran COSS.

  Rencana-rencana bantuan negara tersebut akan menetapkan sarana-sarana, dengan mana program operasional Bank akan menangani dan menunjang strategi gender tersebut. Dialog kebijakan atas masalah gender akan dimasukkan ke dalam dialog kebijakan umum yang dilakukan oleh Bank dengan para DMC tersebut. Dalam kedua pekerjaan berorientasi kebijakan dan pekerjaan sektor lain tersebut, Bank akan meningkatkan upaya-upayanya untuk mempelajari situasi perempuan di Wilayah tersebut, dengan suatu pandangan untuk menangani masalah kesejajaran gender.

  Konsisten dengan peranan Bank yang telah diperbaiki sebagai suatu lembaga pembangunan yang berbasis luas tersebut, adalah titik berat yang lebih kuat diberikan untuk kegiatan-kegiatan pengembangan kelembagaan, dukungan kebijakan dan kerjasama regional. Reformasi kebijakan dan pembangunan kapasitas dalam GAD akan memperoleh perhatian dan fokus tersendiri. Peranan Bank sebagai penyandang dana proyek akan dipadukan dengan peranannya sebagai katalisator dalam menangani kepedulian gender dan perbedaan gender.

2. Bantuan Pinjaman dan Bantuan Teknis

  Masalah gender akan ditingkatkan secara aktif dalam operasi bantuan teknis (TA) dan pinjaman Bank. Bank akan meningkatkan pengutamaan jalur pertimbangan gender dalam proyek-proyek di semua tahap daur proyek, sejak dari identifikasi sampai kepada pasca evaluasi. Dalam semua proyek Bank, termasuk pinjaman-pinjaman dan program sektoral, pertimbangan gender akan ditangani sebagai bagian dari penilaian sosial awal (PSA) yang saat ini dipersyaratkan untuk seluruh proyek-proyek Bank. Apabila PSA mengidentifikasi masalah gender yang penting, maka hal itu selanjutnya akan diteliti melalui analisis gender yang lebih terinci.

  Strategi dan ciri-ciri perancangan khusus akan dipadukan dalam proyek-proyek untuk memberikan kemudahan dan kesempatan keikutsertaan perempuan , serta memastikan adanya manfaat nyata bagi perempuan. Bank akan terus membantu proyek-proyek yang berdiri sendiri serta inisiatif yang mentargetkan perempuan dalam menangani perbedaan gender. Akan dibuat upaya-upaya untuk meningkatkan jumlah proyek dengan GAD, baik sebagai tujuan primer atau pun tujuan sekunder, khususnya proyek-proyek mengenai pelayanan kesehatan, pendidikan, pertanian, kesempatan kerja, perolehan penghasilan serta keuangan.

  

viii

C. Mekanisme Kelembagaan

  Agar dapat sepenuhnya mengoperasikan Kebijakan Bank yang direvisi dalam hal GAD tersebut, dan untuk kemajuan yang dipercepat dalam pencapaian SDO berkaitan dengan perempuan, diperlukan mekanisme kelembagaan baru, bersama-sama dengan sumberdaya staf tambahan.

  1. Gender dan Rencana Pengembangan Kegiatan

  Suatu rencana kegiatan GAD Bank yang luas akan dikembangkan untuk dapat dioperasikannya tujuan strategi Bank serta kebijakan yang direvisi mengenai GAD dan memungkinkan peninjauan secara berkala implementasi kebijakan itu. Rencana ini akan mencakup sasaran-sasaran GAD departemental, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan terrencana dalam kurun waktu tiga tahun. Rencana itu secara partisipatif akan dikembangkan Kantor Pembangunan Sosial dan Lingkungan (OESD), dalam konsultasi dengan kantor-kantor dan departemen terkait, dengan memperhitungkan lingkungan sosial budaya spesifik, sifat dan karakter sektor-sektor individual, serta perbedaan keadaan para DMC.

  2. Peningkatan In-house Gender dan Kapasitas Pembangunan

  Keterbatasan jumlah pakar teknik gender merupakan kendala yang serius dihadapi Bank dalam mencapai peningkatan substansial dalam kegiatan-kegiatan yang langsung menangani perbaikan status perempuan. Untuk itu, Bank harus menambah staf yang ada, dengan dua pakar gender, satu ditugasi di negara-negara Wilayah Timur dan satu lagi ditugasi di negara-negara di Wilayah Barat, yang terutama akan membantu dalam identifikasi, nasihat, perancangan, pemrosesan, dan administrasi proyek-proyek, baik mentargetkan perempuan atau mengutamakan kepedulian gender.

  3. Peningkatan Kapasitas Gender dari Badan Pelaksana di DMC Terpilih.

  Tinjauan beberapa proyek Bank yang sedang berjalan dengan bantuan teknis regional (RETA) dalam Tinjauan Kinerja WID dan Upaya-upaya Penuntasan Kemiskinan dalam Proyek-proyek yang dibiayai Bank, menggarisbawahi kebutuhan untuk memperkuat aspek-aspek gender dalam administrasi maupun implementasi proyek. Untuk menangani masalah ini, Bank akan memproses RETA dalam Peningkatan Pengembangan Kapasitas Gender dari Badan Pelaksana DMC, yang telah ada, yang harus dilaksanakan selama jangkawaktu tiga tahun di DMC tersebut, dimana saat ini, banyak proyek dengan fokus perempuan tengah dilaksanakan. Melalui RETA ini, Bank akan menempatkan pakar gender lokal di DMC untuk membantu badan pelaksana melaksanakan proyek dengan focus perempuan, dalam pada itu juga membangun dan memperkuat kapasitas gender kelembagaan mereka.

  

ix

  4. Payung RETA untuk Prakarsa Pembangunan dan Gender.

  Faktor-faktor seperti ukuran rata-rata pinjaman Bank, kapasitas gender yang terbatas di DMC untuk mengkonsepkan, merencanakan, dan mengimplementasikan proyek-proyek yang ditargetkan bagi perempuan, dan pada tingkat tertentu, kurangnya pengalaman Bank itu sendiri dalam menangani sasaran gender, memberikan sumbangsih terhadap kesulitan pencapaian peningkatan secara substansial. Hal ini benar, sekurang-kurangnya, dalam jangkawaktu singkat, tentang keberhasilan program Bank dengan fokus perempuan tersebut. Dengan perpaduan faktor-faktor tersebut, sifat dan skala kegiatan Bank tidak selalu dapat membantu mendukung prakarsa kecil, yang diarahkan bagi perempuan.

  Dari sudut pandang faktor-faktor tersebut, Bank akan membentuk suatu payung RETA yang dapat digunakan untuk mendanai prakarsa kecil GAD Bank, pemerintah maupun LSM berdasarkan sistem donasi.

  5. Database dan Pedoman Praktek Terbaik dalam GAD

  Bank tengah mengembangkan database mengenai praktek-praktek terbaik GAD, untuk digunakan dalam pelatihan staf Bank dan pejabat DMC. Pula, sedang disiapkan buku pedoman mengenai GAD untuk digunakan oleh staf Bank dan para konsultan yang memberikan petunjuk pelaksanaan perbaikan kebijakan, dan proyek-proyek yang menangani GAD tersebut.

  6. Forum Eksternal mengenai Gender

  Bank tersebut akan membentuk Forum Eksternal mengenai Gender untuk memudahkan dialog antara Bank dengan kelompok eksternal mengenai masalah gender. Suatu kelompok pakar kunci berjumlah kurang lebih 10-15 orang, dari bermacam latar belakang (pemerintah, LSM, akademisi, masyarakat sipil) dari negara-negara anggota Bank tersebut akan mengadakan pertemuan secara berkala guna memungkinkan adanya dialog di antara Bank dengan kelompok eskternal tersebut, terutama dalam kegiatan dan kebijakan GAD mereka.

  7. Koordinasi Bantuan mengenai Gender

  Bank secara aktif akan mencari kesempatan untuk bekerjasama dengan badan-badan pembangunan lainnya dalam proyek-proyek yang ditujukan untuk meningkatkan kesejajaran gender, melalui mekanisme seperti pendanaan, dan kerjasama informasi.

D. Tinjauan dan Evaluasi Kebijakan

  Tinjauan dan evaluasi menyeluruh kebijakan yang telah mengalami perubahan atas GAD tersebut akan dilakukan lima tahun sesudah penerapan kebijakan tersebut, guna mengkaji pengalaman implementasi serta dampak keseluruhannya. Suatu makalah informasi dari Dewan Direksi, yang meringkas hasilnya, akan disiapkan. Juga, untuk Dewan Direksi, akan disiapkan

  

x laporan sementara mengenai status implementasi dan kemajuan, dua tahun setelah penerapan Kebijakan tersebut.

  E. Pertanggungjawaban untuk GAD

  Tanggungjawab atas implementasi Kebijakan Bank yang Direvisi mengenai GAD terletak pada Departemen-departemen Program dan Proyek serta Kantor Lingkungan Hidup dan Pembangunan Sosial (OESD). Bantuan implementasi kebijakan tersebut akan disediakan oleh Tim Narasumber (Resource Team) mengenai GAD. Tanggungjawab menyeluruh untuk koordinasi dan pemantauan (monitor) kegiatan GAD Bank secara luas akan dilakukan bersama- sama OESD, yang pandangan dan petunjuknya mengenai aspek-aspek cakupan GAD akan diminta untuk semua kegiatan Bank.

  F. Implikasi Sumberdaya Bank akan Kebijakan yang Direvisi tersebut.

  Implikasi sumberdaya dari Kebijakan yang Direvisi atas GAD adalah sedang-sedang saja, karena Bank, sampai tingkat tertentu, telah melakukan transisi WID (Perempuan dalam Pembangunan) ke GAD. Namun demikian, untuk meningkatkan secara substansial kegiatan GAD Bank tersebut, dibutuhkan tambahan dua orang spesialis teknik gender.

  G. Rekomendasi

  Direkomendasikan agar Dewan Direksi menyetujui Kebijakan Bank yang Direvisi atas Gender dan Pembangunan ini seperti dinyatakan dalam Bagian A; Pendekatan Operasional yang diuraikan dalam Bagian B dan Mekanisme Kelembagaan yang diutarakan dalam Bagian C dari Ringkasan Eksekutif tersebut.

  

xi

I. PENDAHULUAN

  1. Makalah ini meninjau Kebijakan Bank tentang Peranan Perempuan dalam Pembangunan. Makalah ini meringkas pula evolusi dalam pendekatan Bank dan departemen lain dalam peranan perempuan dalam pembangunan (WID) selama dekade yang lalu; merunut transisi dari WID ke gender dan pembangunan (GAD); mengupas beberapa bidang baru yang timbul mengenai perhatian terhadap perempuan di Wilayah Asia dan Pasifik; dan menggarisbawahi rekomendasi untuk lembaga-lembaga pendanaan pembangunan yang dikemas dalam Platform (Pernyataan Resmi) sebagai landasan tindakan yang didukung dalam Konperensi Sedunia Keempat mengenai Perempuan dari PBB di Beijing, pada tahun 1995. Terhadap latar belakang ini, dibahas bidang potensial untuk perbaikan kebijakan, menganjurkan bentuk dari terjadinya perubahan semacam itu, dan mengusulkan mekanisme kelembagaan ke arah dapat dioperasikannya secara sistematis tujuan strategis Bank untuk memperbaiki status perempuan.

  

II. MASALAH PEMBANGUNAN DAN GENDER DI WILAYAH ASIA DAN

PASIFIK

  2. Pengakuan atas perlunya memperbaiki status perempuan dan meningkatkan peranan potensinya di dalam pembangunan tak lagi hanya dipandang dari masalah hak asasi manusia atau keadilan sosial saja. Sementara upaya untuk kesejajaran gender masih tetap kuat tertanam dalam kerangka fundamental hak asasi manusia dan keadilan gender, investasi untuk perempuan kini juga diakui menentukan dalam pencapaian tujuan pembangunan yang berkesinambungan. Analisis ekonomi mengakui bahwa pendidikan dan pelatihan yang rendah mutunya, tingkat kesehatan dan status nutrisi rendah, serta akses yang terbatas terhadap sumberdaya tak hanya menekan kualitas hidup perempuan saja, namun juga membatasi produktivitas dan menghalangi pertumbuhan dan efisiensi ekonomi. Dengan demikian, peningkatan dan perbaikan status perempuan perlu dikejar, atas alasan kesejajaran dan keadilan sosial dan juga karena alasan rasa ekonomi dan merupakan praktek pembangunan yang baik.

  3. Tujuan strategi pembangunan Bank seperti pertumbuhan ekonomi, penuntasan kemiskinan, pembangunan sumberdaya manusia termasuk perencanaan kependudukan, serta kesehatan manajemen sumberdaya alam dan lingkungan tak dapat sepenuhnya tercapai tanpa peningkatan investasi perempuan serta perhatian yang lebih besar akan kebutuhan, kepentingan dan peranan mereka. Investasi dan kebijakan umum yang meningkatkan pengembangan perempuan , memperoleh imbal hasil perekonomian dalam arti laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi; perbaikan produktivitas; penurunan biaya kesehatan dan peningkatan kesejahteraan; tingkat kesuburan (fertilitas) dan morbiditas bayi dan ibu yang rendah; serta peningkatan harapan hidup. Peningkatan investasi untuk perempuan menghasilkan tenaga kerja yang lebih mampu dalam membaca tulis, lebih sehat, lebih terdidik, angkatan kerja yang melek huruf, serta menyediakan fondasi sumber daya manusia yang sehat untuk pembangunan ekonomi.

  4. Melakukan investasi dalam kesehatan perempuan akan menghasilkan dampak positif atas pengurangan laju pertumbuhan penduduk nasional, perbaikan kesehatan dan kesejahteraan anak dan keluarga, pengurangan biaya kesehatan dan peranserta dalam penuntasan kemiskinan. Telah terbukti di seluruh dunia, bahwa perbaikan perawatan kesehatan perempuan berusia antara 15-44 tahun menawarkan imbal hasil terbesar pada pengeluaran belanja untuk perawatan kesehatan kelompok dewasa manapun.

  5. Melakukan investasi dalam pendidikan anak perempuan tidak saja menghasilkan imbal hasil bagi para remaja itu sendiri, namun imbal hasil untuk masyarakat, bahkan lebih tinggi dan berlanjut dari generasi ke generasi. Bagi para perempuan remaja tersebut, pendidikan berarti meningkatkan kapasitas pendapatan di masa depan , meningkatkan akses dan kesempatan di pasar tenaga kerja, mengurangi risiko kesehatan berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran bayi, dan seringkali juga pengendalian yang lebih besar terhadap kehidupan pribadi mereka. Untuk sebagian besar masyarakat, investasi dalam pendidikan gadis remaja, memungkinkan untuk menghasilkan pengurangan laju pertumbuhan penduduk, serta kesehatan dan pendidikan yang lebih baik bagi generasi penerus.

  6. Demikian juga, perbaikan akses perempuan ke pelayanan jasa keuangan memberikan sumbangsih pada penuntasan kemiskinan, karena hal itu memungkinkan para perempuan untuk turut berperan dalam perolehan pendapatan rumah tangga dan peningkatan kesejahteraan keluarga; dengan demikian, mempermudah transisi keluar dari kemiskinan bagi keluarga mereka. Memperluas pelayanan jasa kepada perempuan, juga akan meningkatkan rasa ekonomi para perantara keuangan, karena perempuan menujukkan bahwa mereka adalah penabung lebih baik daripada laki-laki, hal ini mengarah ke mobilisasi tabungan secara lebih luas, dan pembayaran kembali hutang secara lebih baik, menjadikan pinjaman bermasalah semakin kecil.

  7. Banyak negara di Wilayah ini mengalami perubahan sosial dan ekonomi yang cepat. Hambatan dalam peranserta perempuan dan pemanfaatan perubahan sosial dan ekonomi tersebut, dapat berarti bahwa sumbangsih potensial dari separuh jumlah penduduk negara tersebut tidak atau kurang dimanfaatkan. Berarti, hal ini menunjukkan kerugian ekonomi bagi negara tersebut. Keterkaitan langsung antara kesempatan yang makin luas buat perempuan, terutama dalam pendidikan dan kegiatan yang meningkatkan pendapatan, dengan menurunnya pertumbuhan penduduk, perbaikan kesehatan dan pendidikan anak-anak, berkurangnya tekanan terhadap lingkungan hidup, perbaikan nutrisi, penuntasan kemiskinan dan pembangunan yang berkesinambungan, menunjukkan bahwa kurangnya investasi bagi perempuan merupakan

  

  keadaan tidak ekonompatkan perempuan pada margin pembangunan, terbukti dapat merugikan sasaran pembangunan secara menyeluruh negara tersebut.

  8. Secara menyeluruh, program pembangunan yang mencakup langkah-langkah dalam memberikan kesempatan ekonomi yang luas kepada perempuan dan meningkatkan pendapatan 1 mereka, atau memperbaiki kesehatan dan pendidikan perempuan, dapat menghasilkan efisiensi

  World Bank 1994. Enhancing Women's Participation in Economic Development/Meningkatkan Peranserta Perempuan dalam Pembangunan Ekonomi: A World Bank Policy Paper. Washington: World Bank, pp.22-28.

  

  ekonomi yang lebih luas dan mengurangi tingkat kemium dalam mengurangi ketidaksejajaran gender sangat dibutuhkan untuk memperkecil kegagalan pasar dan

  

  hal itu memperbaiki kesejahteraan seluruh anggota mainasi terhadap perempuan baik dalam lingkup pribadi rumah tangga dan lingkup umum di pasar menyebabkan tidak hanya kerugian terhadap individu, namun juga kerugian terhadap keadaan sosial dan ekonomi seluruh masyarakat. Sehingga, adalah demi kepentingan negara itu sendiri, untuk meningkatkan, mendukung, menyempurnakan dan memastikan peranserta perempuan dalam mengecap secara bersama-sama kue pembangunan yang seimbang.

  9. Tidak dapat disangsikan lagi, bahwa beberapa kemajuan telah dicapai di dunia ini dalam hal pengurangan ketidaksejajaran gender. Banyak perempuan di negara-negara berkembang telah secara positif memanfaatkan peningkatan akses terhadap pendidikan, kesempatan kerja, keamanan air minum, pelayanan kesehatan yang terkini, standar hidup yang

  

  makin tinggi dan mobilitas sosial yang lebi semua negara-negara berkembang:

  • pada tahun 1990, 86 anak perempuan telah diterima di sekolah-sekolah dasar di antara 100 anak laki-laki, dibandingkan dengan 67 anak perempuan untuk setiap 100 anak laki-laki pada tahun 1960; 75 gadis per 100 laki-laki diterima di sekolah menengah pertama di tahun 1990, dibandingkan dengan 53 di tahun 1960;
  • saat ini, anak-anak perempuan berumur 6 tahun hadir di sekolah untuk selama rata- rata 8,4 tahun dibandingkan dengan 7,3 tahun di tahun 1980;
  • sejak tahun 1950-an, laju pertumbuhan tenaga kerja perempuan naik dua kali lipat dibandingkan dengan laju pertumbuhan tenaga kerja laki-laki, sehingga saat ini, terdapat 30 persen perempuan di atas umur 15 tahun di antara tenaga kerja di negara-negara berkembang, walaupun mereka itu mengalami tingkat pendapatan, kualitas dan status kedudukan yang relatif rendah.

2 World Bank 1995. Advancing Gender Equity: From Concept to Action/Peningkatan Kesejajaran Gender: Dari Rencana

  3 ke Tindakan. Washington: World Bank, pp.5-6.

  

World Bank 1995. Toward Gender Equality: The Role of Public Policy/Menuju Kesejajaran Gender: Peran

4 Kebijakan Umum. Washington: World Bank, pp.22-42.

  World Bank. 1995. Towards Gender Equality: The Role of Public Policy. Wachington: World Bank, p.2.

  71,9 35,0 98,7 40,4 84,2 64,7

  66,8 60,1 64,2 61,5 65,9 45,4

   Sumber: UNDP (1996).

  625 761 598 800 739 CIS=Commonwealth of Independent States a Mencakup semua negara Asia Tenggara, Asia Timur, dan Pasifik. b Tidak mencakup Iran, Israel, Republik Siria, West Bank dan Gaza.

  37,5 23,9 40,2 20,0 26,1 644

  61,0 59,6 72,4 63,4 68,9 35,6

  55,0 43,2 76,5 51,0 68,2 45,9

  89,1 61,7 98,9 65,6 87,0 37,2

  

Tabel 1: Perbedaan Gender, 1993

Harapan hidup pada kelahiran

  70,8 60,5 74,2 64,1 71,2 49,3

  

  Sub-Saharan Africa Asia Timur dan Pasifik a Asia Selatan Eropa Timur dan CIS Timur Tengah dan Afrika Utara b Latin Amerika dan Karibia 52,5

  Perem- puan Laki- laki

  Perem- puan Laki- laki

  Perem- puan Laki- laki

  Kawasan Perem- puan Laki- laki

  Semua Tingkat pendidikan, angka pendaftaran kotor (%) Bagian pendapatan yang diperoleh (%)

  (tahun)

Angka melek

huruf dewasa

(%)

  10. Dalam pada itu, di banyak bagian dunia, terutama di daerah-daerah pedesaan, banyak perempuan masih kekurangan akses ke pendidikan, perawatan kesehatan yang layak, keamanan air minum, pelayanan jasa keluarga berencana, pengambilan keputusan baik dalam rumah tangga maupun dalam masyarakat, hubungan kerja dan kesempatan memperoleh pendapatan, informasi, dan sumber daya (Tabel 1). Para perempuan terus menderita suatu status hukum yang inferior, status ekonomi dan sosial status yang rendah, di samping kesehatan yang kurang; buta huruf; jam-jam kerja keras yang panjang; dan beban dari peranan ganda. Menurut Laporan Pengembangan Manusia 1995.

  • Dari penduduk buta huruf yang 900 juta di dunia, para perempuan mempunyai angka lebih banyak daripada laki-laki dengan perbandingan dua banding satu.
  • Dari 1,3 milyar penduduk yang hidup dalam kemiskinan, 70 persen adalah perempuan.
  • Sekurang-kurangnya setengah juta perempuan yang meninggal setiap tahun, akibat komplikasi kehamilan.

5 United Nations Development Programme, 1995. Human Development Report Report/Laporan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

  .

  • Perempuan dewasa menderita lebih banyak daripada laki-laki dalam kekurangan gizi. Kekurangan besi yang diderita oleh 458 juta perempuan dibandingkan dengan 238 juta laki-laki.
  • Sementara perempuan mewakili 41 persen dari semua pekerja di negara-negara berkembang, maka upah perempuan adalah 30-40 persen lebih kecil daripada upah laki-laki dari pekerjaan yang sebanding.

  39,1 30,2 31,0 44,4 32,9 48,2 47,7

  Sumber: Bank Dunia (1997b) 6 Asian Development Bank, 1997. Emerging Asia: Changes and Challenges Challenges/Asia Baru: Perubahan dan Tantangan. Manila. p.279 7 United Nations Development Program, 1995. Human Development Report//Laporan Pembangunan Sumber

  35,8 42,2 32,1 40,5 28,5 35,7

  34,6 40,7 31,2 40,3 26,1 34,6

  33,3 43,0 33,8 39,4 23,4 27,0

  39,3 9,0 25,0

  21,6 5,4 29,4

  

Asia Selatan

Bangladesh

India Nepal Pakistan

Sri Lanka

  42,7 40,6 36,8 44,7 36,6 47,0 50,2

  42,0 39,5 35,7 44,1 36,2 46,7 50,1

  40,6 35,8 33,7 43,7 35,0 47,4 48,1

  Asia Tenggara

Indonesia

Malaysia

Myanmar

Filipina Thailand

Viet Nam

  11. Di kawasan tersebut, pertumbuhan perekonomian yang cepat telah menghasilkan suatu peningkatan dalam kondisi perempuan secara sepadan. Kemajuan terhadap kesejajaran gender jelas tampak. Antara 1970 sampai 1993, angka melek huruf perempuan dewasa menaik dari 17 persen sampai 35 persen di Asia Selatan, dan dari 55 persen sampai 72 persen di Asia Tenggara; pendaftaran anak perempuan di sekolah dasar menunjukkan kenaikan di antara 1960 samp

  39,9 46,0 36,4

  39,9 45,7 36,7

  38,4 44,0 34,2

  33,6 41,7 34,7

  Tabel 2: Perempuan sebagai Persentase dalam Total Angkatan Kerja, Ekonomi Negara-negara Asia Terpilih, 1970-1995 Sub-kawasan dan ekonomi 1970 1980 1990 1995

Asia Timur

RRC Hongkong, Cina

Korea, Rep.

Singapura

  12. Kendatipun ada pencapaian ini, banyak yang masih harus dilakukan untuk mengurangi kesenjangan gender dan mencapai suatu peningkatan dalam status sosial perempuan, status ekonomi, dan status politik secara lebih besar. Di banyak negara Asia Pasifik, perempuan masih terisolasi, tidak terorganisir, dan terkena kendala oleh adanya sosial-budaya dan struktur hukum yang membatasi akses mereka kepada sumber daya, maupun kendali mereka atas kehidupan mereka sendiri. Perbedaan gender berlanjut tetap ada, di beberapa negara di Wilayah tersebut dengan indikator kesehatan dan indikator-indikator pendidikan yang terburuk untuk perempuan di dunia.

  

   peranserta perempuan dalam angkatan kerja meningkat secara dramatis, terutama di Bangladesh,

  

  pai 80 persen di Asia Selatan; dan rasio pendaftaran ke pendidikan tersier di Asia Tenggara dan Pasifik telah meningkat empat kali dari 4 persen sampai

  

  Daya Manusia, p.25 8 Asian Development Bank, 1998. Asian Development Outlook/Wawasan Pembangunan Asia. Manila, p. 185

  Gambar 1: Angka Mortalitas atau Kematian Ibu a

  13. Di banyak negara (per 1000 000 kelahiran hidup) 1990 anggota berkembang (DMC), kematian Banglades h 85 perempuan terkait dengan kelahiran Bhutan 160 anak adalah yang tertinggi di dunia Kamboja 90 (yakni, misalnya Bangladesh, 850; Rep. Rakyat Ci 95 Kamboja, 900; Indonesia, 650; Nepal, Indi 57 1500; dan Papua Nugini, 930 per Indonesi 65 100.000 kelahiran hidup) (Gambar 1). Rep. Demokratik R k t L Mongolia Malaysi Myanmar b 80 yang mendaftarkan diri di sekolah 24 dasar dibandingkan dengan anak-anak 58 65 Jumlah dari anak-anak perempuan Nepal 150 laki adalah lebih rendah, dengan anak- Pakista 34 anak laki dapat melanjutkan dengan Papua New 93 tahun-tahun lebih banyak di sekolah. Filipi G i 28 Angka buta huruf untuk perempuan Sri 14 tetap serendah 14 persen di beberapa Thailan L k 20 DMC (Gambar 2), dengan kemelek- b Daya Manusia a Source: UNDP, 1997. Laporan Pengembangan Sumber Viet N laki, jelas lebih rendah secara d 16 hurufan perempuan, dibandingkan laki- Data mengacu pada data-data tahun terakhir yang signifikan di hampir semua DMC (lihat Lampiran untuk statistik gender yang

  Tabel 4: Anak perempuan per 100 anak Tabel 3: Negara-negara Asia Pasifik dengan laki-laki, di Negara Asia Terpilih, 1982 dan Perempuan yang lebih Sedikit yakni 95 per 100 1988/1989 Laki-laki, Negara 1982 1988/1989

  Tahun 1970 dan 1995 PRC

  93

  88 Negara Perempuan per 100 laki-laki India

  92

  91 1970 1995 Korea,

  94 a

  88 Rep. Pakistan

  98

  92 Hong Kong, Cina

  97

  94 a Bangladesh

  93

  94 Data mengacu pada tahun 1979. India

  93

  94 Sumber: PBB, 1995. The World's Women 1995; Maldives

  89

  92 Kecenderungan dan Statistik Pakistan

  93

  92 Cook Islands

  95

  92 Papua New Guinea

  92

  93 terpilih). Samoa

  93

  89 Solomon Islands

  89

  94 Vanuatu

  89

  92

  14. Berlawanan dengan norma- norma kependudukan, kebanyakan anak

  Sumber: PPB, 1995. The World's Women 1995; Kecenderungan dan Statistik

  perempuan dibandingkan dengan anak laki meninggal pada usia muda di beberapa DMC Bank. Meskipun perempuan hidup lebih lama daripada laki-laki dimana pun, terdapat lebih sedikit perempuan daripada laki-laki di dunia - 98,6 untuk setiap 100 laki-laki. Dari 21 negara dengan jumlah perempuan yang lebih sedikit 95 per 100 laki-laki, semuanya, kecuali dua, adalah di kawasan Asia Pasifik (Tabel 3). Terdapat beberapa bukti dari beberapa negara Asia, bahwa rasio seks akan menyimpang dari norma dengan keberpihakan kepada anak-anak laki-laki, yang mencerminkan suatu preferensi tradisional lebih kuat kepada anak laki-laki dan mungkin diskriminasi terhadap anak perempuan pada waktu kelahiran. India mempunyai rasio dibawah norma untuk lebih dari satu dekade, sementara Republik Rakyat Cina (PRC), Republik Korea, dan Pakistan menunjukkan rasio yang menurun lebih cepat sejak 1982 (Tabel 4). Pembunuhan bayi perempuan, pelaporan lebih sedikit kelahiran perempuan, dan aborsi dengan pemilihan jenis kelamin, nampaknya akan merupakan suatu penjelasan utama bagi adanya ketidakseimbangan yang dilaporkan dalam rasio seks pada waktu kelahiran. Perbandingan internasional dari angka kematian laki-laki berbanding perempuan menunjukkan, bahwa di beberapa negara Asia, bersama-sama dengan sub-Sahara Afrika, lebih dari 100 juta perempuan tidak tercatat pada statistik resmi. Gambar 2: Angka Buta Huruf Dewasa, Tahun 1995 3.5 4 6.6 5 19 50 59.1 11.3 6.7 10.9 30.6 10.4 34.5 6.2 10.1 43.8 50.6 8.8 8.4 12.8 5.7 37.3 75.6 86 22.3 22.8 7 21.9 55.6 22 62.3 10.7 27.3 71.9 73.9 11.4 10 20 30 40 50 60 70 VietNam 80 90 100 Thailand Sri Lanka Philippines Papua New Guinea Pakistan Nepal Myanmar Mongolia Maldives Malaysia Lao PDR Indonesia India Fiji Republik Rakyat Cina Bhutan Bangladesh Sumber: UNESCO. 1995 Laporan Pendidikan Dunia Laki-laki Perempuan

  15. Peningkatan peranserta perempuan dalam angkatan kerja, meskipun memberikan kepada perempuan lebih banyak akses yang dibutuhkan untuk pendapatan, dalam beberapa hal, telah menimbulkan kecemasan baru bagi perempuan bekerja. Masalah-masalah seperti kondisi kerja yang dibawah standar, keterpaparan pada risiko kesehatan, insiden penyakit industrial yang lebih tinggi, kesehatan pekerja dan keamanan, serta bentuk-bentuk dan pola eksploitasi baru seperti pelecehan seksual di tempat kerja, telah menerima banyak perhatian. Peningkatan angkatan kerja perempuan, angka peranserta, terutama di Asia Tenggara dan bagian-bagian Asia Selatan serta Pasifik, disebabkan sebagian besar oleh mobilisasi dan integrasi perempuan muda ke dalam hubungan kerja dengan upah resmi di industri pembuatan produk berorientasi ekspor yang padat karya, terutama industri elektronik, garmen, dan alas kaki. Diakui bahwa, industri-industri ini telah menghasilkan suatu kesempatan kerja yang luas bagi para perempuan, dengan manfaat yang menyertainya. Dalam pada itu, banyak dari pekerjaan ini cenderung untuk tidak dapat diandalkan, dengan jangka waktu pendek, dalam kelompok trampil dan semi-trampil dengan sedikit cakupan perolehan ketrampilan, kondisi kerja yang substandar secara umum dan upah rendah. Dalam hal ini, manfaat positif bagi perempuan telah dinetralisasi oleh dampak yang merugikan akibat kondisi kerja yang buruk, terutama di area kesehatan dan keselamatan kerja pekerjanya. Dengan meningkatnya jumlah perempuan yang memasuki hubungan kerja dengan upah, maka masalah-masalah perempuan dan pekerja telah mengemuka di kawasan ini sebagai area-area kepedulian yang baru.

  16. Bersama-sama dengan tantangan tradisional dalam pencapaian peningkatan yang lebih besar dalam kesehatan, pendidikan, akses pada jasa keuangan, dan kesempatan untuk menghasilkan pendapatan bagi para perempuan, terdapat suatu tantangan baru yang timbul di kawasan ini yang perlu untuk ditangani. Tantangan-tantangan baru yang berkenaan dengan feminisasi yang meningkat dalam kemiskinan, penyebaran virus HIV yang meningkat dan AIDS di antara paraperempuan , lalulintas dari perempuan dan anak perempuan, pekerja perempuan migran, kekerasan terhadapperempuan , dan kematian bayi perempuan telah mengemuka yang dibawakan oleh perempuan dari Wilayah ini baik di Pertemuan Regional Jakarta (1994) maupun Konferensi Dunia Beijing mengenai Perempuan (1995). Banyak dari tantangan dalam area ini telah secara mengemuka termanifestasi di Wilayah ini.

  Feminisasi kemiskinan merupakan suatu kepedulian yang serius di Asia, dimana dua * per tiga dari penduduk miskin di dunia tinggal, yang kepada siapa dua per tiganya adalah perempuan. Dalam rumah tangga yang miskin, perempuan lebih dikurang- untungkan daripada laki-laki dalam segi beban kerja dan akses ke sumber daya dan kegiatan yang bersifat pencarian gaji. Rumah tangga-rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan pada umumnya rentan. Jumlah perempuan yang tidak proporsional di antara kelompok miskin telah merupakan suatu kendala yang serius bagi pengembangan manusia karena anak-anak yang dibesarkan di rumah tangga-rumah tangga miskin mungkin akan lebih mengulangi daur kemiskinan dan ketidak- beruntungan ini.

  Gejala pekerja perempuan migran, yang diakui sebagai suatu kelompok rentan di * Beijing Platform for Action, telah meningkat di Wilayah Asia Pasifik. Pekerja perempuan migran telah memberikan sumbangsih yang substansial pada perekonomian nasional dari beberapa DMC dan merupakan suatu dukungan utama dari perekonomian pengiriman dana keluarga yang banyak diandalkan keluarga kota dan pedesaan yang miskin. Di samping sumbangsih yang berharga dari pekerja perempuan migran kepada perekonomian dan kepada keluarga, terdapat juga ketiadaan undang-undang perlindungan dan mekanisme regulatori untuk mencegah eskploitasi kaum perempuan dan menjamin perlindungan mereka.

  Beban dari penyesuaian struktural yang tak proporsional dan transisi perekonomian * ditanggung lagi-lagi oleh perempuan. Umpamanya, DMC Central Asia, maka kemajuan sosial dan perekonomian perempuan yang telah diterapkan oleh kebijakan umum dan pengeluarannya di masa lalu telah diperlambat atau terhambat sebagai hasil dari restrukturisasi. Sama halnya, beberapa tindakan penghematan yang tengah diambil di banyak DMC dibawah program penyesuaian ini memberikan dampak yang lebih negatif kepada perempuan daripada kepada laki-laki.

  Asia mempunyai prevalensi infeksi HIV yang kedua di antara para perempuan. Pada * skala dunia, Asia Selatan merupakan yang tertinggi setelah Afrika sub-Sahara dalam derajat prevalensi dari infeksi HIV di antara para perempuan . Di Asia, hampir separuh dari dewasa yang baru terinfeksi dengan virus adalah perempuan, dibandingkan dengan kurang dari 25 persen, pada hanya enam tahun yang lalu. Pada tahun sampai pertengahan 1994, bagian Asia dalam kasus AIDS global telah menaik sampai delapan kali lipat. Dengan menggunakan Kamboja sebagai contoh, maka Organisasi Kesehatan Dunia 1994 yang melaksanakan studi menunjukkan, bahwa hampir 40 persen dari para pekerja seks yang disurvei di Sihanoukville telah terinfeksi dengan HIV. Terdapat kekhawatiran bahwa virus telah keluar dari kelompok risiko ini ke populasi umum. Nexus/kaitan antara sebaran HIV, dan status rendah serta ketidak-berdayaan perempuan terlihat sebagai salah satu dari sumbangsih utama pada sebaran HIV/AIDS di antara para perempuan di Kawasan ini. Aborsi dengan memilih gender, pembunuhan bayi perempuan, lalulintas para * perempuan, penyalah-gunaan, dan kekurangan gizi di antara anak perempuan atau gadis telah mempertaruhkan hak-hak anak perempuan di beberapa negara DMC.

  • Tindak kekerasan (pembunuhan, kekerasan di rumah tangga, perkosaan) terhadap perempuan , meskipun telah tersebar luas dalam semua budaya, usia dan kelompok pendapatan, telah memberikan dampak merugikan yang khusus pada keberadaan dan produktivitas perempuan di beberapa negara DMC.

  17. Area-area baru dan yang baru timbul dari kekhawatiran untuk perempuan diuraikan dan disahkan secara internasional dalam Beijing Platform for Action yang diakui sebagai masalah pembangunan yang penting. Disamping pertanyaan-pertanyaan mengenai kesejajaran dan hak-hak, maka problema ini telah diakui menghambat kemampuan perempuan untuk berperanserta dan memberikan sumbangsihnya kepada pembangunan sebagai suatu kebocoran sumberdaya pada masyarakat; yang dapat mengakibatkan biaya perekonomian di negara tersebut, dan yang dapat memaparkan hambatan serius pada pengembangan sumberdaya manusia, efisiensi ekonomi, dan pertumbuhannya. Banyak studi juga menunjukkan bahwa program pengembangan dengan kepekaan gender yang kurang, sesungguhnya dapat meningkatkan magnituda dari beberapa masalah ini.