PDF ini Uji Efektivitas Ukuran Umbi dan Penambahan Biourine Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bibit Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) | Nugroho | Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences 1 PB

Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences.
Online version : https://agriprima.polije.ac.id
P-ISSN : 2549-2934 | E-ISSN : 2549-2942

September, 2017
Vol. 1, No. 2, Hal. 129-138
DOI: 10.25047/agriprima.v1i2.38

THE EFFECTIVENESS TEST OF BULB SIZE AND BIOURINE
ADDITIONS ON THE GROWTH AND YIELD OF ONION
(Allium ascalonicum L.)
Unggul Nugroho*; Rahmat Ali Syaban; Netty Ermawati
Seed Production Technique Study Program
Department of Agricultural Production, State Polytechnic of Jember
Mastrip Street, Po Box 164 Jember 68121
*Corresponding author: unggulnugroho591@gmail.com
ABSTRACT
One method to increase production of onion is using the tuber size and addition biourine.
The purpose of this research was to know the effect of tuber size and biourine concentration
on growth and result onion tubers.This resarch did in August until October 2016, in
farmland State of Polytechnic Jember. The research did with using a Randomized Block

Design (RBD) consist two factors and three replications.The first factor is tuber size and
second factor is biourine concentration. Factors of tuber size consist from three levels, that
is U1 = small tuber (Ø = 10 g/tuber. Factors of biourine
concentration was consist three levels, that is B1 = concentration of 50 ml / liter, B2 =
concentration of 75 ml / liter, B3 = concentration of 100 ml / liter. Observation data on each
parameter analyzed using the formula F test (ANOVA) followed by a further test BNT 5%.
Result of this research showed that treatment of tuber size give a significant effect on the
observation variables plant height and number of leaves at 14 and 28 days after planting.
Treatment of tuber size give significant effect on Weight parameters of wet tube, dry tuber
and number per clump parameter too. While treatment of concentration biourine give
significant effect on tuber diameter parameter. For the interaction between tuber size and
concentration biourinedont give significant effect on all parameters of observation.
Keywords: Biourine Consentration, Tuber Size, Union

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember

129

Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences.
Online version : https://agriprima.polije.ac.id

P-ISSN : 2549-2934 | E-ISSN : 2549-2942

September, 2017
Vol. 1, No. 2, Hal. 129-138
DOI: 10.25047/agriprima.v1i2.38

UJI EFEKTIVITAS UKURAN UMBI DAN PENAMBAHAN BIOURINE
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BIBIT BAWANG MERAH
(Allium ascalonicum L.)
Unggul Nugroho*; Rahmat Ali Syaban; Netty Ermawati
Program Studi Teknik Produksi Benih
Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember
Jl. Mastrip Po Box 164 Jember 68121
*Corresponding author: unggulnugroho591@gmail.com
ABSTRAK
Salah satu metode untuk meningkatkan produksi bawang adalah menggunakan ukuran umbi
dan penambahan biourine. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui pengaruh ukuran umbi
dan konsentrasi biourine terhadap pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah. Pada bulan
Agustus sampai bulan Oktober 2016 penelitian ini sedang dilakukukan, bertempat di lahan
pertanian Politeknik Negeri Jember. Rancangan acak kelompok (RAK) adalah methode

yang digunakan untuk menghitung hasil dari Penelitian yang sudah dilaksanakan tersebut,
yang terdiri atas dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama merupakan ukuran umbi dan
faktor kedua konsentrasi biourine. Faktor ukuran umbi terdiri dari tiga tingkat, yaitu U1 =
umbi kecil (Ø = 10 g / umbi. Faktor konsentrasi biourine terdiri
tiga tingkat, yaitu B1 = konsentrasi 50 ml / liter, B2 = konsentrasi 75 ml / liter, B3 =
konsentrasi 100 ml / liter. Data yang tersaji pada setiap parameter pengamatan
penelitianakan dianalisis dengan menggunakan rumus uji F (ANOVA) dilanjutkan dengan
uji lanjut BNT 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan ukuran umbi
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel pengamatan tinggi tanaman dan
Jumlah daun pada 14 dan 28 HST. Perlakuan ukuran umbi memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap parameter Bobot umbi basah, umbi kering dan jumlah umbi per rumpun
juga, sedangkan perlakuan konsentrasi biourine berpengaruh signifikan terhadap parameter
diameter umbi. Interaksi ukuran umbi dan konsentrasi biourine tidak memberikan pengaruh
yang signifikan Semua parameter pengamatan.
Kata Kunci: Bawang Merah, Konsentrasi Biourine, Ukuran Umbi

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember

130


Author : Unggul Nugroho*;Rahmat Ali Syaban;Netty Ermawati ____________________________________

PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium ascalonicum
L.) sudah kita ketahui bahwa komoditas
tersebut merupakan sayuran yang paling di
unggulkan sejak lama telah dibudidayakan
secara intensif di sektor pertanian
indonesia karena hasil dan juga untung
yang didapat. Karena mempunyai nilai
ekonomi yang cukup tinggi, maka
budidaya bawang merah telah menyebar
luas dihampir semua provinsi-provinsi di
wilayah Indonesia. Walaupun minat para
petani terhadap bawang merah bisa di
bilang cukup kuat, tetapi didalam proses
pengusahaannya masih banyak ditemukan
berbagai kendala masalah, baik itu kendala
yang bersifat teknis maupun ekonomis
(Sumarni and Hidayat, 2005).

Produktivitas
bawang
merah
nasional, dalam periode 2011-2014 ratarata 9,85 ton/ha. Tahun 2010 dengan
produksi 893.124 ton/ha, meningkata
menjadi 964.195 ton/ha pada tahun 2012.
Kemudian terjadi peningkatan sebanyak
1.010.733 ton/ha pada tahun 2013. Pada
tahun 2014 produksi bawang merah terjadi
peningkatan sebesar 1.233.984 (Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian, 2015).
Berdasarkan data tersebut, setiap tahun
bawang
merah
sudah
mengalami
peningkatan yang bisa dibilang cukup
fluktuatif, akan tetapi karena permintaan
bawang merah dalam ranah kebutuhan
nasional seiring dengan bertambahnya

jumlah penduduk dan berkembangnya
industri olahan semakin meningkat,
mengakibatkan bahwa hal tersebut belum
dapat mengimbangi permintaan konsumen
bawang merah di Indonesia. Sehingga
produksi dalam negeri bawang merah
belum bisa memenuhi permintaan dan
kebutuhan nasional. Hal ini terjadi karena
sistem bercocok tanam yang kurang
maksimal, keadaan lahan yang kurang baik
dan optimal, dan penggunaan bahan tanam
umbi yang terjadi penurunan kualitas
benih. Oleh karena itu, perlu adanya
penerapan tekhnologi budidaya yang tepat

agar dapat meningkatkan pertumbuhan
hasil bawang merah.
Upaya untuk memenuhi kebutuhan
bawang merah terus menerus dilakukan
melalui berbagai pengenalan inovasiinovasi baru untuk meningkatka hasil

panen. Peningkatan produksi bawang dapat
dilakukan dengan beberapa usaha, salah
satunya ialah melakukan pemilihan bibit
umbi yang tepat. Bawang merah
merupakan komoditi yang perbanyakan
tanamannya tidak menggunakan biji tetapi
memakai umbi lapis. Penggunaan bibit
atau umbi bawang yang baik mampu
meningkatkan hasil umbi bawang merah
per hektar. Umbi bawang merah termasuk
umbi lapis yang juga sebagai cadangan
makanan bagi pertumbuhan calon tanaman
baru sebelum bisa memanfaatkan unsur
hara yang terkandung di dalam tanah.
Proses pertumbuhan awal tanaman sangat
ditentukan oleh berat benih dan calon mata
tunas yang terletak pada pangkal umbi
lapismenurut (Lana, 2010)
Pemilihan ukuran bibit bawang
merah mestinya juga mempertimbangkan

aspek lain, seperti tindakan pemberian
pupuk yang seimbang. Pemberian pupuk
memungkinkan umbi dengan bobot kecil
tumbuh sama baiknya dengan umbi
berbobot besar. Hal ini karena pupuk yang
diberikan pada tanaman sangat berperan
dalam proses pertumbuhan vegetatif
tanaman, termasuk pembentukan umbi
tanaman bawang merah (Purnawanto,
2013).
Dalam hal ini, pupuk yang akan
digunakan dalam penelitian adalah pupuk
organik. Pada umumnya pupuk organik
yang biasa digunakan petani ialah pupuk
padat, sedangkan untuk pupuk cair masih
jarang
digunakan.
Menurut
hasil
penelitian Elisabeth (2013) dijelaskan

bahwa kandungan nutrisi yang terdapat
pada pupuk cair urin sapi cukup banyak,
salah satunya adalah Nitrogen. Nitrogen ini
bermanfaat bagi pertumbuhan fase
vegetatif tanaman. Dengan pemberian

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember

131

Author : Unggul Nugroho*;Rahmat Ali Syaban;Netty Ermawati ____________________________________

Biourine diharapkan bahwa pupuk organik
dapat mengembalikan dan menjaga
kesuburan tanah serta meningkatkan
produktivitas pertumbuhan bawang merah.
BAHAN DAN METODE
Penelitian inidilaksanakan pada
bulan Agustus sampai Oktober 2016, di
lahan Politeknik Negeri Jember, Jl. Mastrip

Po. Box 164, dan ketinggian tempat ±89
mdpl.
Alat yang digunakan untuk
penelitian ini, yaitu: cangkul, meteran,
gembor, handsprayer ukuran 1 liter,
timbangan analitik, polibag ukuran 30 x 40
cm, gunting, alat tulis (pulpen, buku dan
penggaris), kalkulator, gelas ukur 25 ml,
tali karet dan jangka sorong. Bahan yang
digunakan antara lain : benih bawang
merah varietas Bauji, tanah (berasal dari
lahan yang ditempati), Pupuk Kandang,
Biourine, Pupuk NPK dan air.
Penelitian
ini
menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK), terdiri
dua faktor perlakuan. Masing-masing
faktor terdapat 3 level diulang sebanyak 3
kali. Faktor pertama ukuran umbi (U)

terdiri atas 3 taraf yaitu:(U1) Umbi kecil,
(U2) Umbi sedang, (U3) Umbi besar. Faktor
kedua konsentrasi Biourine (B) yang terdiri
dari 3 taraf: (B1) konsentrasi 50 ml, (B2
konsentrasi 75), (B3) Konsentrasi 100 ml
Data dianalisis menggunakanSidik
Ragam atau uji F atau ANOVA diuji lanjut
menggunakan Beda Nyata Terkecil (BNT)
dengan taraf 5%. Parameter yang diamati
antara lain:
Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman diukur
pada umur tanaman 14, 28 dan 42 hari
setelah tanaman, diukur mulai dari
permukaan tanah hingga ujung daun
terpanjang (dalam cm).
Jumlah Daun (helai)
Penghitungan jumlah umbi dihitung
pada setiap rumpun tanaman dan dilakukan
setelah dilakukan pemanenan.

Jumlah Umbi Per Rumpun (umbi/
rumpun)
Penghitungan jumlah umbi dihitung
pada setiap rumpun tanaman dan dilakukan
setelah dilakukan pemanenan.
Diameter Umbi (cm)
Pengukuran
diameter
umbi
dilakukan pada saat panen. Diameter umbi
diukur menggunakan jangka sorong
dengan pengukuran bagian diameter
tengah umbi. Pengukuran dilakukan untuk
semua umbi dalam satu rumpunnya.
Bobot Umbi Segar dengan Daun
(gram/rumpun)
Umbi bawang merah yang telah
dipanen dilakukan pembersihan dari
kotoran yang ikut saat pencabutan. Untuk
parameter
bobot
umbi
segar
penimbangannya adalah umbi beserta daun
dan akarnya, dilakukan penimbangan
sebelum dilakukan penjemuran.
Bobot Umbi Kering dengan Daun
(gram/rumpun)
Penimbangan umbi kering tanpa
daun diamati setelah dilakukan penemuran
selama 4 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman
Pengamatan
tinggi
tanaman
dilakukan pada 14 HST, 28 HST, dan 42
HST. Tabel 1 menunjukkan bahwa
perlakuan U (ukuran umbi) berpengaruh
sangat nyata pada umur 14HST, 28HST,
dan 42 HST terhadapparameter tinggi
tanaman. Interaksi ukuran umbi dan
konsentrasi biourin tidak memberikan
pengaruh nyata pada umur 14 HST, umur
28 HST dan 42 HST terhadap parameter
tinggi tanaman.
Hasil sidik ragam pengamatan tinggi
tanaman umur 14 HST dan 28 HST pada
perlakuan U (ukuran umbi) memberikan
pengaruh sangat nyata (Tabel 1).

Publisher : Jurusan Produksi Pertanian | Politeknik Negeri Jember

132

Author : Unggul Nugroho*;Rahmat Ali Syaban;Netty Ermawati ____________________________________
Tabel 1. Tinggi Tanaman Umur 14 HST dan 28
HST (cm)
Tinggi Tanaman Umur (cm)
Umur KePerlakuan
14 HST
28 HST
U3
24,9a
42,23a
U2
21,4b
39,85a
U1
18,8b
37,85b
Keterangan:
Angka yang diikuti huruf berbeda dalam satu
kolom menunjukkan berbeda tidak nyata menurut
uji BNT 5%.

Tabel 1. menunjukkan bahwa pada
umur 14 HST perlakuan U3 (umbi besar)
menghasilkan tinggi tanaman tertinggi
yaitu 24,9 cm yang berbada nyata dengan
perlakuan U2 (umbi sedang) dan U3 (umbi
besar). Tinggi tanaman terendah diperoleh
pada perlakuan U1 (umbi kecil) yaitu 18,8
cm. Tetapi perlakuan U1 (umbi kecil)
berbeda tidak nyata dari perlakuan U2
(umbi sedang) yaitu 21,4 cm.
Pada umur 28 HST diperoleh
perlakuan U3 dan U2 Tinggi tanaman
terendah diperoleh pada perlakuan U1
(umbi kecil) yaitu 37,85 cm yang berbeda
nyata dengan perlakuan U2 (umbi sedang)
dan U3 (umbi besar).
Pada umur 42 HST menunjukkan
bahwa tinggi tanaman memberikan
pengaruh tidak nyata. Hal ini diduga
karena semakin tua umur tanaman
menunjukan pertumbuhan yang serempak
sehingga memiliki tinggi tanaman yang
hampir sama. Pada saat tanaman memasuki
fase generatif maka proses vegetatif yang
berlangsung akan dikurangi untuk
melakukan pengisian cadangan makanan
(Azmi, 2016).
Aplikasi ukuran umbi benih > 5 g per
umbi menghasilkan tinggi tanaman yang
nyata lebih tinggi dibandingkan aplikasi
ukuran umbi benih < 3 g sampai 5 g per
umbi. Hal ini terjadi karena pada umbi
ukuran > 5 g per umbi terdapat cadangan
karbohidrat yang lebih besar dibanding
dengan umbi benih berukuran