Hukum Konstitusi dan Demokrasi doc

TUGAS AKHIR HKD
1. Dimanakah peletakan peraturan yang di keluarkan lembaga independen dalam hierarki
peraturan perundang-undangan?
Jawab: Tidak jelas kedudukannya, karena peraturan Lembaga Independen tidak
tercantum di dalam Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia saat ini, namun dapat dilihat bergantung pada kewenangan dari lembaga
tersebut. Untuk itu, kita harus memperhatikan pendelegasian dari lembaga itu sendiri.
Jika lembaga tersebut didelegasikan oleh UU, maka peraturan yang dikeluarkan oleh
lembaga tersebut berada dibawah UU.
2. Apabila peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga independen tersebut bertentangan
dengan salah satu produk peraturan perundang-undangan yang tercantum dalam pasal 7
ayat (1) UU No 12 tahun 2011, peraturan yang manakah yang lebih di utamakan?
Jawab: berdasar pada asas Lex Superior derogate legi Inferior maka peraturan yang
diutamakan ialah peraturan yang letaknya lebih tinggi (dalam hierarki). Maka, jika ada
pertentangan antara UU dengan peraturan yang dibuat oleh lembaga tersebut, maka yang
lebih diutamakan adalah UU.
3. Bagaimana cara untuk membedakan kapan kewenangan presiden mengeluarkan PP dan
kapan kewenangan presiden mengeluarkan Perpres?
Jawab: Peraturan Pemerintah di bentuk
untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya. Jadi undang-undang harus memberikan mandat terlebih dahulu

untuk mengeluarkan PP . Contoh: “Pelaksanaan Undang-Undang ini lebih lanjut di
tentukan dalam Peraturan Pemerintah”. Sedangkan PerPres di keluarkan oleh Presiden
dalam rangka melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan
penyelenggaraan kekuasaan Pemerintahan. Perpres bersifat mandiri dan berdasarkan
diskresi yang dimilikinya. Maka kesimpulannya, cara membedakan kewenangan presiden
dalam mengeluarkan PP dan Perpres yaitu dengan melihat ada atau tidaknya mandat
mengenai pembentukan peraturan tersebut melalui UU yang ada.
4. Siapakah yang berhak menguji Perpu?
Jawab: Perpu (peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang) merupakan suatu
peraturan perundang-undangan yang dibuat atau di keluarkan dalam hal ikhwal
kegentingan yang memaksa. Maka jika kegentingan itu dirasa sudah tidak ada maka DPR
dapat merubah perpu tersebut menjadi UU atau malah dapat membatalkannya.
Perubahan tersebut dilakukan dengan adanya pengujian oleh DPR (Political Review).
Perpu dikeluarkan pada saat kegentinga yang memaksa. Hal ini berarti bahwa pada saat
dikeluarkannya perpu, maka Indonesia berada pada saat yang tidak normal. Maka perpu
tersebut tidak dapat diujikan. Jika keadaan sudah tidak genting atau sudah normal

kembali, perpu tersebut harus diajukan menjadi RUU jika ingin diundangkan. Oleh
karena itu, apabila perpu tersebut sudah sah menjadi UU maka barulah dapat diujikan.
Pengujiannya berada di tangan Mahkamah Konstitusi yang mana pengujiannya dilakukan

terhadap UUD 1945.

5. Siapakah yang berhak menguji peraturan perundang undangan di bawah tap MPR?
Jawab: Tap MPR yang saat ini berlaku adalah Tap MPR yang di bentuk dari tahun 1966
sampai 2002. Pada saat pembentukan itu, MPR berkedudukan sebagai lembaga tertinggi
negara yang berwenang menetapkan Haluan Negara. Dari situ lah tap MPR memiliki
kekuatan Staatgrundsgesetz, dengan kata lain setingkat dengan UUD 1945. Peraturan
perundang-undangan dibawah UU dapat diuji terhadap UU oleh Mahkamah Agung.
Sedangkan pengujian UU terhadap UUD 1945 berada di tangan Mahkamah Konstitusi.
Urutan Tap MPR dalam hierarki peraturan perundang-undangan sebagaimana yang
tertera dalam pasal 7 ayat (1) UU no 12 Tahun 2011 berada diatas UU.

Ahkam Ronny Faridhotullah
11/311479/HK/18620
Hukum Konstitusi dan Demokrasi kelas (C)