Lembaga ekonomi islam dan ekonomi

KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil’alamin puja dan puji syukur kami panjatkan ke
hadirat Allah Subhanahuwata’ala dan shalawat serta salam kami persembahkan
kepada nabi Muhammad SAW karena atas rahmat dan hidayah Allah kami telah
dapat menyelesikan makalah yang berjudul “EKONOMI ISLAM” ini, serta ucapan
terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini. Tujuan disusunnya makalah ini adalah

untuk

memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam pada perkuliahan semester genap
ini dan kami juga mengharapkan makalah ini dapat dijadikan pengantar bagi
mahasiswa yang ingin mempelajari Ekonomi lebih mendalam khususnya tentang
Ekonomi islam.
Didalam proses penyusunan makalah ini terdapat beberapa kesulitan yang
kami hadapi yang pada akhirnya dengan usaha dan permohonan kami kepada tuhan,
satu persatu masalah yang kami hadapi dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan yang ada dalam
makalah ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis dalam pengetahuan
tentang pokok bahasan yang dipaparkan dalam makalah ini, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan materi

yang dibahas dalam makalah ini, semoga keterbatasan makalah ini tidak menjadi
halangan pembaca dalam memahami makalah ini.

Ciputat, 1 April 2014

Pemakalah

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar belakang....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan penulisan.................................................................................................4
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5

PEMBAHASAN............................................................................................................5
A. Definisi Ekonomi Islam......................................................................................5
B. Ajaran Islam Tentang Ekonomi..........................................................................6
a.

Konsep Dasar Ekonomi Islam........................................................................6

b.

Prinsip-prinsip Ekonomi Islam.......................................................................7

C. Lembaga – Lembaga Ekonomi Islam (syariah)..................................................9
a.

Pengertian lembaga ekonomi islam (syariah).................................................9

b.

Lembaga ekonomi islam.................................................................................9


D. Perbankan Islam / Perbankan Syariah..............................................................18
E. Kekuatan Ekonomi Umat Islam.......................................................................23
F.

Islam dan Etos kerja.........................................................................................26

BAB III........................................................................................................................29
PENUTUP...................................................................................................................29
A. KESIMPULAN................................................................................................29
B. SARAN.............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................29

2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu, telah
disediakan oleh Allah SWT, beragam benda yang dapat memenuhi kebutuhannya.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang beragam tersebut, tidak mungkin dapat
diproduksi sendiri oleh individu yang bersangkutan. Dengan kata lain, ia harus
bekerja sama dengan orang lain. Hal itu bisa dilakukan, tentunya harus didukung oleh
suasana yang tentram. Ketentraman akan dapat dicapai apabila keseimbangan
kehidupan di dalam masyarakat tercapai.1
Untuk mencapai keseimbangan hidup di dalam masyarakat diperlukan aturanaturan yang dapat mempertemukan kepentingan individu dengan kepentingan
masyarakat. Langkah perubahan perekonomian umat Islam, khususnya di Indonesia
harus dimulai dengan pemahaman bahwa kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam
merupakan tuntutan kehidupan yang berdimensi ibadah. Hal ini tercantum dalam QS.
Al–A’raf: 10, yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian
di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu sumber penghidupan.
Amat sedikitlah kamu bersyukur”. Selain itu disebutkan juga dalam (QS. Al-Mulk:
15, QS. AnNaba’: 11 dan QS. Jumu’ah :10).
Kegiatan ekonomi Islam tidak semata-mata bersifat materi saja, namun juga
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana.

Islam

sangat menekankan bahwa kegiatan ekonomi manusia merupakan salah satu
perwujudan dari pertanggungjawaban manusia sebagai khalifah di bumi agar

keseimbangan dalam kehidupan dapat terus terjaga. Dalam konteks ajaran Islam,
ekonomi Islam atau yang juga dikenal dengan ekonomi Syariah merupakan nilai-nilai
sistem ekonomi yang dibangun berdasarkan ajaran Islam2 sebagaimana Muhammad
1 Abdullah Abd al-Husain al-tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan, Terjemahan,
(Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), hlm.14
2 Siddiqi, Muhammad Nejatullah. Kegiatan ekonomi dalam Islam. (Jakarta: Bumi aksara:1991)

3

bin Abdullah al-Arabi mendefinisikan: “Ekonomi Islam adalah kumpulan prinsipprinsip umum tentang ekonomi yang diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah, dan
pondasi ekonomi yang dibangun diatas dasar pokok-pokok tersebut dengan
mempertimbangkan kondisi lingkungan dan waktu”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Apa sumber-sumber ajaran ekonomi islam ?
2. Apa saja badan-badan ekonomi yang terlibat dalam kegiatan dan
perkembangan ekonomi islam ?

C. Tujuan penulisan

1. Mahasiswa Memahami Sumber-Sumber Ajaran Ekonomi Islam.
2. Mngetahui sejauh mana perkembangan ekonomi islam
3. Mengetahui apa saja badan-badan ekonomi yang terlibat dalam perkembangan
ekonomi islam

D. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,
khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
mata kuliah Pengantar study islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ekonomi Islam

4

Ekonomi islam adalah kumpulan dari dasar-dasar umum ekonomi yang
diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah serta dari tatanan ekonomi yang
dibagung dari dasar-dasar tersebut, sesuai dengan macam bi’ah (lingkungan) dan
setiap zaman.

Pada definisi tersebut dua hal pokok yang menjadi landasan hukum sistem
ekonomi islam,yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Hukum-hukum yang diambil
dari kedua landasan pokok tersebut secara konsep dan prinsip adalah tetap (tidak
dapat berubah kapanpun dan dimana saja), tetapi pada praktiknya untuk hal-hal dan
situasi serta kondisi tertentu bisa saja berlaku luwes atau murunah dan ada pula yang
mengalami perubahan.3
Menurut beberapa ahli pengertian ekonomi islam adalah sebagai berikut:
a. M. Akram Kan
Ilmu ekonomi islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan
hidup manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam
atas dasar berkerjasama dan pertisipasi.
b. Muhammad Abdul Mannan
Ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalahmasalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.
c. M.Umer Chapra
Ekonomi islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi
kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas
yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran islam tanpa
memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.
d. Muhammad Nejatullah Ash-Sidiqy

Ilmu ekonomi islam adalah respon pemikir muslim terhadap tantangan
ekonomi pada masa tertentu. Dalam usaha keras ini mereka dibantu oleh AlQur’an dan Sunnah, akal (ijtihad) dan pengalaman.
e. Kursyid Ahmad

3 Ahmad izzan, Referensi Ekonomi Islam,(Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA,2006),hlm.32

5

Ilmu ekonomi islam adalah sebah sistematis untuk memahami masalahmasalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara relasional dalam perspektif
islam4

B. Ajaran Islam Tentang Ekonomi
a. Konsep Dasar Ekonomi Islam
Konsep dasar islam adalah tauhid atau meng-Esa-kan Allah. Tauhid di
bidang ekonomi adalah menempatkan Allah sebagai Sang Maha Pemilik yang
selalu hadir dalam tiap nafas kehidupan manusia muslim. Dengan
menempatkan Allah sebagai satu-satunya Pemilik maka otomatis manusia
akan ditempatkan sebagai pemilik “hak guna pakai” yang bersifat sementara
terhadap harta yang dimilikinya.
Dengan demikian realitas realitas kepemilikan mutlak oleh manusia

tidak dibenarkan dalam islam, sebab hal ini berarti mengingkari tauhid; atau
istilah lainnya melakukan syirik-Pengaturan, dan orangnya disebut musyrik
atau musyrik-Pengaturan. Padahal syirik itu merupakan dosa yang paling
besar. Dalam Al-Qur’an disebut “Inna syirka la-dzulmun ‘adsim”
(sesungguhnya syirik itu merupakan dosa yang paling besar).
Islam memang mengakui hak setiap individu sebagai pemilik atas apa
yang diperolehnya melalui berkerja dalam pengertian yang seluas-luasnya,
dan manusia berhak untuk mempertukarkan haknya itu dalam batas-batas
yang telah ditentukan dalam hukum islam. Persyaratan-persyaratan dan batasbatas hak milik dalam islam sesuai dengan kodrat manusia itu sendiri, yaitu
dengan sistem keadilan dan sesuai dengan hak-hak semua pihak yang terlibat
didalamnya.
Contohnya, si-A bercocok tanam dengan sistem pengairan tadah hujan.
Ia mmebeli bibit tanaman seharga Rp. 200.000. Ia pun kemudian membajak
tanah dan menanam bibit tanaman itu. Setelah 2,5 bulan ia memetik hasil
panenan. Karena curah hujan bagu dan udara mendukung, ia memperoleh
4 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenada Media Group,2006),
hlm.15-17

6


panenan yang baik senilai Rp. 2.000.000. berapa rupiahkah sebenarnya hasil
usaha si-A?
Orang serakah akan mengatakan Rp. 1.800.000 (Rp. 2.000.000 – Rp.
200.000). Tapi manusia beriman akan memperhitungkan faktor alam, yakni
curah hujan yang bagus dan udara yang mendukung. Sekiranya curah hujan
dan udara yang tidak mendukung apa hasil panen akan sama? Pasti beda.
Mungkin hasil panenannya hanya Rp. 1.000.000. dengan memperbandingkan
faktor alam dalam contoh kasus ini, nalar manusia yag sehat akan mengatakan
betapa besar anugrah Allah dalam setiap rizki dan harta yang kita peroleh. Di
sinilah letak logisnya bahwa dari setiap hasil usaha dan harta itu ada hak Allah
yang diperuntukan bagi manusia yang berhak menerimanya.5

b. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam
Dengan memahami konsep dasar dari ekonomi islam sendiri maka munculah
adanya Prinsip-prinsip ekonomi islam. Prinsip-prinsip secara garis besar dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Sumber daya dipandang sebagai amanah Allah kepada manusia, sehingga
pemnfaatannya haruslah bisa dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Implikasinhya adalah manusia harus menggunakanya dalam kegiatan
yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

2. Kepemilikan pribadi diakui dalaam batas-batas

tertentu

yang

berhubungan dengan kepentingan masyarakat dan tidak mengakui
pendapatan yang diperoleh secaara tidak sah.
3. Bekerja adalah kekuatan penggerak utama kegiatan ekonomi islam(QS
4:29). Islam mendorong manusia untuk berkerja dan berjuang untuk
mendapatkan materi/harta dengan berbagai cara,asalakan mengiki=uti
aturan yang telah ditetapkan. Hal ini dijamin oleh Allah bahwa Allah telah
menetakan rizki setiap makhluk yang diciptakannya.
4. Kepemilikan kekeyaan tidak bolehhanyadimiliki oleh segelintir orangorang kaya, dan harus berperan sebagai kapital produktifyang akan
5http://jurnal.upi.edu/file/05_Ekonomi_Syariah,_Perbankan_Islam_dan_Manajemen_Pendidikan_Isla
m_di_Era_Global-Fansuri_Munawar1.pdf (akses 25 maret 2014)

7

meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
5. Islam menjamin

kepemilikan

masyarakat

dan

penggunaannya

dialokasikan i=untuk kepentingan orang banyak. Prinsip ini disadari oleh
sunnah Rasulullah yang menyatakan bahwa masyarakat mempunyai hak
yang sama atas air, padang rumput, dan api.
6. Seorang muslim harus tunduk pada Allah dan hari pertanggungjawaban di
akhirat (QS 2:281). Kondisi ini akan mendorong seorang muslim
menjauhkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan maisir, gharar,
dan berusaha dengan cara yang batil, melampaui batas, dan sebagainya.
7. Zakat harus dibayarakan atas kekayaan yang telah memenuhi batas
(nisab). Zakat ini merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya
yang ditujukan untuk orang miskin dan mereka yang membutuhkan.
Menurut pendapat ulama, zakat dikenakan 2,5% untuk semua kekayaan
yang tidak produktif, termasuk didalamnya uang kas, deposito, emas,
perak, da permata, dan 10% dari pendapatan bersih investasi.
8. Islam melarang riba dalm segala bentuknya.6

C. Lembaga – Lembaga Ekonomi Islam (syariah)
a. Pengertian lembaga ekonomi islam (syariah)
Lembaga ekonomi islam merupakan salah satu instrument yang digunakan
untuk mengatur aturan – aturan ekonomi islam. Sebagai bagian dari sistem
ekonomi, lembaga tersebut merupakan bagian dari keseluruhan sistem sosial.
Oleh karenanya, keberadaanya harus dipandang dalam konteks keseluruhan
keberadaan masyarakat, serta nilai – nilai yang berlaku dalam masyarakat
yang bersangkutan7
b. Lembaga ekonomi islam sebagai berikut :
A.
Bank Perkreditan Rakyat Syariah
6 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional,(Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2005), hlm. 2-3
7 Eko budiawan “Lembaga keuangan Syariah” diakses pada 25 maret 2014 pukul 05.30 dari
http://lorong2ilmu.blogspot.com/2013/07/konsep-lembaga-keuangan-syariah.html

8

Menurut undang undang ( UU ) perbanka No. 7 tahun 1992, BPR
adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan uang hanya dalam bentuk
deposito berjangka tabungan dan atau BPR. Pada UU perbankan NO.10 tahun
1998, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksana
kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
Pengaturan pelaksanaan BPR yang menggunakan prinsip syariah
tertuang pada surat direksi Bank Indosnesia No. 32/36/KEP/ tentang Bank
Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip Syariah tanggal 12 mei 1999. Dalam
hal ini pada teknisnya BPR syariah beroprasi layaknya BPR konvensional
namun menggunakan prinsip syariah.
 Usaha – Usaha BPR Syariah
UU BPR Syariah Kemudian dipertegas dalam kegiatan oprasional BPR
Syariah dalam pasal 27 SIK DIR. BI 32/36/1999, Sebagai berikut :
a) Menghimpun dana dari masyrakat dalam bentuk simpanan yang
meliputi :
 Tabungan berdasrkan prinsip wadiah dan mudharabah
 Deposito berjangka berdasrkan prinsip mudharabah
 Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah
b) Melakukan penyaluran dana melalui :
 Transaksi Jual beli melalui prinsip mudharabah, istishna, salam, ijarah,
dan jual beli lainya.
 Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah, musyarakah,
dan bagi hasil lainya.
 Pembiayaan lain berdasrkan prinsip rahn dan qardh
c) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan BPR Syariah sepanjang
disetujui oleh dewan Syariah Nasioanl8
B.

Bank Syariah
Istilah bank tanpa bunga sebenarnya dapat memberikan konotasi yang

berbeda dari esensi Bank Syariah. Istilah tanpa bunga sering diasosiasikan
dengan tanpa biaya ( No Interest ) yang sebenarnya tidak tepat. Oleh karena
itu sebaiknya kita pakai saja istilah Bank bagi hasil yang juga dipakai Bank
8 Eko budiawan “Lembaga keuangan Syariah” diakses pada 25 maret 2014 pukul 04:56 dari
http://lorong2ilmu.blogspot.com/2013/07/konsep-lembaga-keuangan-syariah.html

9

Indonesia atau tepatnya Bank Syariah.9 Bank syariah merupakan sebuah
lembaga keuangan yang berdasarkan hukum Islam yang adalah merupakan
sebuah lembaga baru yang amat penting danm strategis peranannya dalam
mengatur perekonomian dan mensejahterakan umat Islam.10
Cara oprasi Bank Syariah ini hakikatnya sama dengan Bank
Konvensional biasa, yang berbeda hanya dalam masalah bunga dan praktek
lainya yang menurut syariat islam tidak dibenarkan. Bank syariah memang
tidak menggunakan konsep bunga seperti bank konvensional lainnya. Namun
bukan berarti bank syariah tidak mengenakan beban kepada mereka yang
menikmati jasanya. Beban tetap ada namun konsep dan cara perhitunganya
tidak seperti perhitungan bunga dalam bank konvensional . untuk menjawab
ini kita harus mengenal beberapa produk utama Bank Syariah yang akan kita
jelaskan dibawah ini
a. Produk Bank Syariah
Produk perbankan syariah secara umum dikelompokan menjadi 3 bagian,
yaitu :
1. Penyaluran Dana
 Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Jual beli dilaksanakan karena adanya pemindahan kepemilikan
barang. Keuntungan bank disebutkan di depan dan termasuk harga
dari harga yang dijual. Terdapat tiga jenis jual beli dalam
pembiayaan modal kerja dan investasi dalam bank syariah, yaitu:


Ba’i Al Murabahah : Jual beli dengan harga asalditambah
keuntugan yang disepakati antara pihak bank dengan
nasabah, dalam hal ini bank menyebutkan harga barang
kepada nasabah yang kemudian bank memberikan laba
dalam jumlah tertentu sesuai dengan kesepakatan.

9 Sofyan Syafari Harapan , Jakarta, 1997, ( hal 94-95)
10 Asary nur ‘’ Lembaga – Lembaga perekonomian dalam Islam” diakses pada 25 maret 2014
http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=344

10



Ba’i Assalam : Dalam jual beli ini nasabah sebagai pembeli
dan pemesan memberikan uangnya di tempat akad sesuai
dengan harga barang yang dipesan dan sifat barang telah
disebutkan sebelumnya. Uang yang tadi diserahkan
menjadi tanggungan bank sebagai penerima pesanan dan
pembayaran dilakukan dengan segera.



Ba’i Al Istishna: Merupakan bagian dari Ba’i Asslam
namun ba’i al ishtishna biasa digunakan dalam bidang
manufaktur. Seluruh ketentuan Ba’i Al Ishtishna mengikuti
Ba’i Assalam namun pembayaran dapat dilakukan beberapa
kali pembayaran.

 Prinsip Sewa (Ijarah)
Ijarah adalah kesepakatan pemindahan hak guna atas barang atau
jasa melalui sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa. Dalam hal ini bank meyewakan peralatan
kepada nasabah dengan biaya yang telah ditetapkan secara pasti
sebelumnya
 Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Dalam prinsip bagi hasil terdapat dua macam produk, yaitu:


Musyarakah: Adalah salah satu produk bank syariah yang
mana terdapat dua pihak atau lebih yang bekerjasama untuk
meningkatkan aset yang dimiliki bersama dimana seluruh
pihak memadukan sumber daya yang mereka miliki baik
yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Dalam hal ini
seluruh pihak yang bekerjasama memberikan kontribusi
yang dimiliki baik itu dana, barang, skill, ataupun aset-aset
lainnya. Yang menjadi ketentuan dalam musyarakah adalah
11

pemilik modal berhak dalam menetukan kebijakan usaha
yang dijalankan pelaksana proyek.


Mudharabah: Mudharabah adalah kerjasama dua orang atau
lebih dimana pemilik modal memberikan memepercayakan
sejumlah modal kepada pengelola dengan perjanjian
pembagian keuntungan. Perbedaan yang mendasar antara
musyarakah dengan mudharabah adalah kontribusi atas
manajemen dan keuangan pada musyarakah diberikan dan
dimiliki dua orang atau lebih, sedangkan pada mudharabah
modal hanya dimiliki satu pihak saja.

2. Penghimpun Dana
Penghimpunan dana pada bank syariah meliputi giro, tabungan, dan
deposito. Prinsip yang diterapkan dalam bank syariah adalah:
 Prinsip Wadiah
Wadi’ah amanah prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan
oleh dititipi. Wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi bertanggung
jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan
harta titipan
 Prinsip Mudharabah
Dalam prinsip mudharabah, penyimpan atau deposit bertindak
sebagai pemilik modal sedangkan bank bertindak sebagai
pengelola. Dana yang tersimpan kemudian oleh bank digunakan
untuk melakukan pembiayaan, dalam hal ini apabila bank
menggunakannya untuk pembiayaan mudharabah, maka bank
bertanggung

jawab

atas

kerugian

yang

mungkin

terjadi.
12

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan,
maka prinsip mudharabah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:


Mudharabah mutlaqah: prinsipnya dapat berupa tabungan
dan deposito, sehingga ada dua jenis yaitu tabungan
mudharabah

dan

deposito

mudharabah.

Tidak

ada

pemabatasan bagi bank untuk menggunakan dana yang
telah terhimpun.


Mudharabah muqayyadah on balance sheet: jenis ini
adalah simpanan khusus dan pemilik dapat menetapkan
syarat-syarat khusus yang harus dipatuhi oleh bank, sebagai
contoh disyaratkan untuk bisnis tertentu, atau untuk akad
tertentu.



Mudharabah muqayyadah off balance sheet: Yaitu
penyaluran dana langsung kepada pelaksana usaha dan
bank sebagai perantara pemilik dana dengan pelaksana
usaha. Pelaksana usaha juga dapat mengajukan syaratsyarat tertentu yang harus dipatuhi bank untuk menentukan
jenis usaha dan pelaksana usahanya.

3. Jasa Perbankan
Selain dapat melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana,
bank juga dapat memberikan jasa kepada nasabah dengan mendapatkan
imbalan berupa sewa atau keuntungan, jasa tersebut antara lain:
 Sharf (Jual Beli Valuta Asing) Adalah jual beli mata uang yang
tidak sejenis namun harus dilakukan pada waktu yang sama (spot).
Bank mengambil keuntungan untuk jasa jual beli tersebut.
 Ijarah (Sewa) Kegiatan ijarah ini adalah menyewakan simpanan
(safe deposit box) dan jasa tata-laksana administrasi dokumen

13

(custodian), dalam hal ini bank mendapatkan imbalan sewa dari
jasa tersebut.11
C.

Asuransi Syariah
Pengertian asuransi syariah menurut fatwa DSN-MUI adalah usaha

saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak
melalui investasi dalam bentuk asset atau tabbarru memberikan pola
pemngembalian risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah
Pendapat ulama tentamg Asuransi
Pada awalnya para ulama berbeda pendapat dalam menentukan
keabshan praktek hukum asuransi, disanalah menjadi kontroversial, dari
masalah ini dapat dipilah menjadi dua kelompok yaitu : adanya ulama yang
mengharamkan asuransi dan ada juga yang memperbolehkan asuransi.
Asuransi Syariah haram karena
1. Gharar : terlihat dari unsur ketidak pastian tentang sumber dana yang
digunakan utuk menutupi klaim dan hak pemegang polis.
2. Maysir yaitu unsur judi yang digambarkan dengan kemungkinan
adanya pihak yang dirugikan diatas keuntungan pihak lain.
3. Riba adalah asuransi
4. Asuransi obyek bisnis yang digunakan pada hidup matinya seseorang,
yaitu berarti mendahului takdir Allah
Argumen Ulama dalam memperbolehkan asuransi, adalah
1. Tidak terdapat nash Al-quran atau hadist yanag melarang asuransi
2. Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua belah
pihak
3. Asuransi menguntukan kedua belah pihak
4. Asuransi mengandung unsur kepentingan umum, sebab premi – premi
yang dapat diinvestasikan dalam kegiatan pembangunan
5. Asuransi termasuk akad mudharobah antara pemegang polis dengan
perusahaan asuransi
11 Pusat komunikasi ekonomi syariah “ Lembaga Bisnis Syariah, diakses pada 25 maret 2014
dari
“https://bwfitri.files.wordpress.com/2012/03/lembagabisnissyariah_secure.pdf,

14

6. Asuransi termasuk syirikah at-ta’awuniyah, usaha bersama yang
didasrkan pada prinsip tolong menolong. “ Allah senantiasa menolong
hamba-nya selama ia menolong sesamanya “ (Qs. Al-maidah :2 ) “
Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan
memenuhi kebutuhanya (HR. Abu Daud )12
D.

Pegadaian Syariah
Pegadaian syariah dalam hukum Islam berjalan diatas dua akad

transaksi syariah yaitu
1. Akad Rahn Secara istilah rahn berarti menjadikan sesuatu barang
yang berharga sebagai jaminan hutang dengan dasar bisa diambil
kembali oleh orang yang berhutang setelah dia mampu menebusnya.
2. Akad Ijarah yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa
melalui pembayaran upah sewa. Melalui akad ini dimungkinkan bagi
penggadai untuk menarik sewa atas penyimpanan barang yang
berharga milik nasabah yang telah melakukan akad
E.

BMT atau Baitul mal wa Tamwil
BTM terdiri dari dua istilah yaitu baitul mal dan baitutl tamwil. Baitul

maal lebih mengarah pada usaha –usaha pengumpulan dan penyaluran dana
yang non profit, seperti zakat, infak dan shadaqoh. Sedangkan baitul tamwil
sebagai usaha pengumpulan dana dan penyaluran dana komersial
Maal wat Tamwil (BMT) atau Usaha Mandiri Terpadu, adalah
lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil,
menumbuh kembangakan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat
derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin ,
ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh – tokoh masyarakat
setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam :
keselamatan (berintikan keadilan ), kedamaian , dan kesejahteraan.
12 Eko budiawan “Lembaga keuangan Syariah”( http://lorong2ilmu.blogspot.com/2013/07/konseplembaga-keuangan-syariah.html diakses 25 maret 2014 )

15

BMT bersifat terbuka , independen ,tidak partisan, berorientasi pada
pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk mendukung bisnis ekonomi
yang produktif bagi anggota dan kesejahteraa sosial masyarakt sekita,
terutama usaha mikro dan fakir miskin.
F.

Reksa Dana Syariah
Salah satu produk investasi yang sudah menyesuaikan diri dengan

aturan-aturan syariah adalah reksadana. Produk investasi ini bisa menjadi
alternativ yang baik untuk menggantikan produk perbankan yang pada saat ini
dirasakan memberikan hasil yang relatif kecil.
Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariah Islam,Yang merupakan sebuah wadah dimana
masyarakt dapat menginvestasikan dananya.13
G.

Obligasi Syariah
Obligasi Syariah adalah suatu kontrak perjanjian tertulis yang bersifat

jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu tertentu seluruh
kewajiban yang timbul akibat pembiayaan untuk kegiatan tertentu menurut
syarat dan ketentuan tertentu serta membayar sejumlah manfaat secara priodik
menurut akad.
Perbedaan

mendasar

antara

Obligai

Syariah

dan

Obligasi

Konvensional adalah terletak pada penetapan bunga yang besarnya sudah
ditentukan di awal transaksi jual beli, sedangkan pada obligasi syariah saat
perjanjian jual beli tidak ditentukan besarnya bunga, yang ditentukan adalah
berapa proporsi pembagian hasil apabila mendapatkan keuntungan di masa
mendatang.14
H.

Koperasi Syariah

13 Eko budiawan “Lembaga keuangan Syariah”( http://lorong2ilmu.blogspot.com/2013/07/konseplembaga-keuangan-syariah.html diakses 25 maret 2014 )
14 Asary nur ‘’ Lembaga – Lembaga perekonomian dalam Islam” diakses pada 25 maret 2014 dari
http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=344

16

Koperasi sebagai sebuah istilah yang telah diserap kedalam bahasa
Indonesia . secara seistematic koperasi berarti kerja sama, kata koperasi
mempunyai padanan makna dengan kata syirkah dalam bahasa arab. Syirkah
ini merupakan wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, kebersamaan
usaha yang sehat baik dan halal yang sangat terpuji dalam islam.
Menurut Row Ewell paul koperasi merupakan wadah perkumpulan
(asosiasi ) sekelompok orang utnuk kerja sama dalam bidang bisnis yang
saling menguntungkan diantara anggota perkumpulan. Prinsip operasional
koperasi secara internal dan eksternal
 Keanggotaan sekarela dan terbuka
 Pengendalian oleh anggota secara demokrastis
 Partisipasi ekonomi anggota
 Otonomi dan kebebasan
 Pendidikan , pelatihan dan informasi
 Kerjasama antar koperasi
 Kepedulian terhadap komunikasi15

D. Perbankan Islam / Perbankan Syariah
a. Pengertian dan Sejarah Singkat Bank Islam / Bank Syariah
Bank Islam atau bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam atau bank yang tata cara beroperasinya
mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadits.16
Selanjutnya, yang dimaksud dengan prinsip-prinsip syariah di dalam
pengertian ini adalah prinsip-prinsip atau ketentuan mengenai hukum
muamalat. Dalam ketentuan hukum muamalat, prinsip utama muamalat
ekonomi atau perbankan islami adalah menghindarkan diri dan menjauhkan
diri dari unsur-unsur riba dengan menggantinya dengan sistem bagi hasil dan
pembiayaan perdagangan. Riba secara bahasa berarti al-ziyadah yang berarti
15 Eko budiawan “Lembaga keuangan Syariah”( diakses 25 maret 2014 )
16 Antonio dan Perwataatmadja, 1999. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
Hal.1

17

tambahan. Sedangkan menurut istilahnya, riba dalam pandangan Prof. Abdul
Manannan, Ph.D. dalam bukunya ”Teori dan Praktek Ekonomi Islam” adalah
perpanjangan batas waktu dan penambahan jumlah peminjaman uang
sehingga berjumlah begitu besar, sehingga pada akhir jangka waktu
peminjaman itu, si peminjam akan mengembalikan kepada orang yang
meminjamkan sejumlah dua kali lipat atau lebih dari jumlah pokok yang
dipinjamkannya.17
Di dalam teori ekonomi Islam atau ekonomi syariah sebagai dasar
sistem perbankan Islam, diatur beberapa konsep pembiayaan islami yang
dapat dipraktekkan oleh perbankan Islam.
Di Indonesia perbankan Islam/syariah baru muncul pertama pada
tahun 1991 dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia yang diprakarsai
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
muslim. Bank Muamalat sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir
tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal.
Kemudian Islamic Development Bank (IDB) memberikan suntikan dana
sehingga pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba. Saat
ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang
yaitu UU No.10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No.7 tahun 1992 tentang
Perbankan serta lebih spesifiknya pada Peraturan Pemerintah No.72 tahun
1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Sampai saat ini, pada
tahun 2007, terdapat setidaknya 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu
Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah.
Sementara bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank
diantaranya merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia (Persero)
dan Bank Rakyat Indonesia (Persero).

17 Abdul Mannan, Muhammad, 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Prima Yasa. Hal.165

18

b. Prinsip-prinsip Perbankan Islam / Perbankan Syariah
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.
Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara
lain :


Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai
pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.



Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai
akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.



Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang
hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena
tidak memiliki nilai intrinsik.



Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua
belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka
peroleh dari sebuah transaksi.



Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak
diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh
didanai oleh perbankan syariah.

c. Produk Perbankan Syariah
Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah
antara lain:

19

1. Jasa Untuk Peminjam Dana
 Mudhorobah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan
pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio
tertentu yang disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak
Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan,
kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan,
kecurangan dan penyalahgunaan.
 Musyarokah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model
partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi
dalam rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi
berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak.
Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah dalam konsep ini ada
campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan mudharabah
tidak ada campur tangan.
 Murobahah , yakni penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank
akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian
menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan
sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa
dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad
diawal dan besarnya angsuran=harga pokok ditambah margin yang
disepakati. Contoh:harga rumah, 500 juta, margin bank/keuntungan
bank 100 jt, maka yang dibayar nasabah peminjam ialah 600 juta dan
diangsur selama waktu yang disepakati diawal antara Bank dan
Nasabah.
 Takaful (asuransi islam)
2. Jasa Untuk Penyimpan Dana

20

 Wadi’ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip
dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah
Bank tidak berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan
bonus kepada nasabah.
 Deposito Mudhorobah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam
kurun waktu yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana
nasabah yang dilakukan bank akan dibagikan antara bank dan nasabah
dengan nisbah bagi hasil tertentu.18
d. Perbedaan Bank Islam Dengan Bank Konvensional
Perbedaan mendasar antara bank Islam dengan bank konvensional
secara umum terletak pada dua konsep yaitu konsep imbalan dan konsep
sistemnya. Perbedaan konsep sistem antara bank konvensional dan bank Islam
dapat dilihat dalam tabel perbandingan di bawah berikut:19
BANK ISLAM
Berdasarkan margin keuntungan
Profit dan falah oriented
Hubungan dengan nasabah dalam

BANK KONVENSIONAL
Memakai perangkat bunga dan atau
bagi hasil
Profit oriented
Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan kemitraan
bentuk hubungan debitur – kreditur
Users of real funds
Creator of money suplly
Melakukan investasi – investasi yang
Investasi yang halal dan haram
halal saja

Pengerahan dan penyaluran dana
harus sesuai dengan syariah Islam yang

Tidak terdapat Dewan Pengawas
Syariah atau sejenisnya

diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.

18 Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank syariah dari teori ke praktik. Jakarta: Gema Insani Press
19 Antonio dan Perwataatmadja, 1999. Apa dan Bagaimana Bank Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

21

Sedangkan perbedaan konsep imbalan antara bank Islam yang
menggunakan sistem bagi hasil / profit sharing dan bank konvensional yang
menggunakan sistem bunga / interest dapat dilihat dalam tabel berikut

BUNGA (BANK KONVENSIONAL)
Penentuan bunga dibuat pada waktu

BAGI HASIL (BANK ISLAM)
Penentuan besarnya rasio bagi hasil

akad tanpa berpedoman pada untung

dibuat pada waktu akad dengan

rugi.

berpedoman pada kemungkinan untung

Besarnya persentase berdasarkan
pada jumlah uang yang dipinjamkan.

rugi.
Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan pada jumlah keuntungan

yang diperoleh.
Pembayaran bunga tetap seperti yang
Bagi hasil tergantung pada
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah

keunungan proyek yang dijalankan.

proyek yang dijalankan oleh pihak

Sekiranya tidak mendapatkan

nasabah untung atau rugi.

keuntungan maka kerugian akan
ditanggng bersama oleh kedua belah

Jumlah pembayaran bunga tidak

pihak.
Jumlah pembagian laba meningkat

meningkat sekalipun jumlah

sesuai dengan peningkatan jumlah

keuntungan berlipat atau keadaan

pendapatan.

ekonomi sedang ”booming”

Eksistensi bunga diragukan
(kalau tidak dikecam) oleh semua agma

Tidak ada yangmeragukan
keabsahan keuntungan bagi hasil.

termasuk Islam.

E. Kekuatan Ekonomi Umat Islam
Salah satu aspek penting dalam muamalat Islam adalah ekonomi dan praktek
keuangan yang berdasar pada prinsip-prinsip Islam yang di bangun diatas fondasi
22

aqidah, keadilan, kesejahteraan, persaudaraan, tanggung jawab dan sebagainya.
Aqidah sebagai fondasi utama mengajarkan sesuatu falsafah kehidupan bahwa alam
semesta ini diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia, ditata dan dikelola
dalam rangka memenuhi kebutuhan primer sehingga manusia mampu melaksanakan
kewajibannya sebagai hamba Allah dengan tetap menjaga keharmonisan dengan
sesama.
Aqidah sebagai falsafah dasar diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi
manusia dalam mengarahkan aktivitas ekonomi sesuai sesuai dengan aturan dan
norma kemanusiaan sehingga tercipta tatanan good governanace dan market
discipline yang baik. Sedangkan fondasi lain merupakan fondasi sekunder yang lahir
sebagai refleksi dari fondasi aqidah yang baik. Artinya, aqidah sebagai fondasi utama
memiliki efek turunan pada pelaku ekonomi dan bisnis dalam berpijak pada prinsipprinsip ketuhanan dan kemanusiaan seperti prinsip persaudaraan, kesejahteraan,
keadilan dan tanggung jawab.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi pada nilai-nilai
syari’ah memiliki kekuatan untuk menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang
adil dan sejahtera. Keadilan dan kesejahteraan sangat mungkin apabila gap teoritik
dan praktis dalam operasional lembaga ekonomi Islam tidak terjadi. Operasional
lembaga ekonomi Islam harus betul-betul mencerminkan nilai-nilai Islam yang
sesungguhnya sehingga dengan demikian stereotype Islam sebagai rahmat bagi
semua, melalui lembaga ekonomi, dapat terwujud. Jihad membebaskan masyarakat,
bebas dari riba merupakan jihad akbar ekonomik yang dapat diwujudkan secara
kongkrit melalui aksi-aksi yang betul-betul mencerminkan praktek ekonomi Islam.20
Selain itu rasionalitas pelarangan bunga juga menjadi kontribusi daya tarik dan
kekuatan ekonomi Islam. Terdapat beberapa alasan terkait dengan pelarangan bunga
karena bunga dianggap tidak adil (unjust). Membuka kran bagi rusaknya tatanan
ekonomi masyarakat (corrupt society), penghargaan yang tidak layak terhadap hak
20 Muhammad, Kekuatan Ekonomi Islam dalam Menciptakan Kesejahteraan dan Keadilan, Jurnal
Kajian Islam volume 3 nomor 1, April 2011

23

property orang lain, muncul ekses negatif bagi pertumbuhan ekonomi dan bunga
dapat mereduksi kepribadian manusia (nasabah).
1. Bunga tidak adil
Bunga itu praktek ketidakadilan. Sebuah kontrak yang didasarkan pada bunga
melibatkan ketidakadilan terhadap salah satu perihal, kadang-kadang kepada pemberi
pinjaman dan kadang-kadang kepada peminjam(QS. 2: 279). Kontrak riba ditetapkan
tidak adil kepada peminjam karena jika seseorang mengambil pinjaman dan
menggunakannya dalam usahanya, ia dapat memperoleh keuntungan atau ia dapat
berakhir dengan sebuah kerugian. Apabia terjadi kerugian, wirausahawan tidak akan
pernah menerima imbalan atas waktu dan usahanya. Selain kerugian tersebut, ia harus
membayar bunga dan modal kepada pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman atau
penyedia modal meskipun usaha tersebut berakhir dengan kerugian ia tetap
memperoleh modalnya kembali beserta bunganya. Dalam konteks inilah riba
dianggap tidak adil.
Transaksi ekonomi yang didasarkan pada sistem bunga melibatkan
ketidakadilan pada satu pihak. Terkadang ketidakadilan itu dialami pihak penerima
pinjaman (masyarakat/pengusaha) pada pihak lain pemberi pinjaman modal (bank).
Transaksi dengan sistem bunga mengandung unsur ketidakadilan bagi peminjam
disebabkan jika seorang nasabah mendapat pinjaman modal dan menggunakannya
dalam bisnis ia bisa memperoleh salah satu di antara dua kemungkinan, yaitu ia
mendapat keuntungan atau ia harus mengakhiri usahanya dengan bangkut. Dalam hal
kebangkrutani ini, masyarakat/nasabah tidak akan menerima hasil dari waktu dan
tenaga serta jerih payahnya. Pada sisi lain, dia harus tetap membayar pokok pinjaman
disertai bunga pada pihak yang memberi pinjaman.
2. Bunga merusak masyarakat
Bunga merusak masyarakat. Disini penjelasannya adalah bahwa terdapat suatu
hubungan antara memungut bunga dengan fasad, yang diterjemahkan secara lepas
sebagai kecurangan masyarakat (tindakan yang illegal menurut Islam). Penjelasan ini

24

diungkapkan dalam Surat 30: 3741. Didalam kerangka pikir umum bahwa fasad
dalam masyarakat dihasilan dari perilaku manusia (yang keliru), kita dapat dengan
jelas membaca sub pesan bahwa memungut bunga merupakan salah satu dari segi
perilaku keliru yang merusak masyarakat (corrupts society).
3. Menghargai harta orang lain secara tidak layak
Praktek bunga secara memberikan dampak yang tidak layak terhadap properti
atau harta benda orang lain. Bunga atas uang dianggap mewakili terbentuknya hakhak harta benda yang seketika itu juga yang tidak dibenarkan. Hal ini tidak
dibenarkan, karena bunga merupakan sebuah hak harta benda yang diklaim diluar
kerangka yang sah atas hak harta benda yang diakui. Hal ini bersifat seketika itu juga
setelah kontrak untuk peminjaman atas bunga ditandatangani. Sebuah hak atas harta
benda peminjam diciptakan untuk pemberi pinjaman.

F. Islam dan Etos kerja
Agama Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan al-Hadits sebagai tuntunan dan
pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi
ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam
masalah yang berkenaan dengan kerja.
Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup
selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.”
Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di
bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik
dari pada mukslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja”
Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan
ungkapan-ungkapan tadi.
Padahal dalam situasi globalisasi saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan etos
kerja yang tidak hanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan
25

dengan nilai-nilai Islami yang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah
ditetapkan Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter
serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga
oleh kelompok bahkan masyarakat.Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan,
pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya.Dari kata etos ini dikenal pula
kata etika yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang
berkaitan dengan baik buruk moral sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah
atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal lebih baik
dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.
Dalam al-Qur’an dikenal kata itqon yang berarti proses pekerjaan yang sungguhsungguh, akurat dan sempurna. (An-Naml : 88). Etos kerja seorang muslim adalah
semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para
pemimpin harus memegang amanah.
Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan
manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun
hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan. Kamus besar
bahasa Indonesia susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja adalah
perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk
mencari nafkah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa etos kerja adalah kepribadian, watak, karakter
serta keyakinan atas sesuatu yang tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh
kelompok bahkan masyarakat dalam mencari nafkah.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang
diantara kamu yang melakukan pekerjaan dengan itqon (tekun, rapi dan teliti).” (HR.
al-Baihaki)

26

Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
1. Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah
melihat, mengontrol dalam kondisi apapun dan akan menghisab
seluruh amal perbuatan secara adil kelak di akhirat. Kesadaran inilah
yang menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguhsungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah
dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis
rasulullah bersabda, “sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang
pekerja yang dilakukannya secara tulus.” (HR Hambali)
2. Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan.
Firman Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di
antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah.” (Al-Baqarah: 172)
3. Dilarang memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang
dalam bekerja, semua harus dipekerjakan secara professional dan
wajar.
4. Islam tidak membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada
kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang
diharamkan Allah.
5. Professionalisme yaitu kemampuan untuk memahami dan melakukan
pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak cukup
hanya memegang teguh sifat amanah, kuat dan kreatif serta bertaqwa
tetapi dia juga mengerti dan benar-benar menguasai pekerjaannya.
Tanpa professionalisme suatu pekerjaan akan mengalami kerusakan

27

dan kebangkrutan juga menyebabkan menurunnya produktivitas
bahkan sampai kepada kesemrautan manajemen serta kerusakan alatalat produksi.21

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
Makalah ini belum mencapai titik kesempurnaan, pemakalah
mengharapkan masukan saran maupun kritik yang membangun dari dosen
pembimbing maupun dari para pembaca.

21 Ahmad Abrar, Etos Kerja dalam Islam. Diunduh pada tanggal 25 Maret 2014 jam 17:00 WIB, dari
http://pintania.wordpress.com/etos-kerja-dalam-islam/

28

DAFTAR PUSTAKA

29