Badan Standar Informatika Dunia pdf
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Badan Standar Informatika Dunia
EKOJI999 Nomor
373, 16 September 2013
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email indrajit@rad.net.id.
Tujuan akhir dari penyelenggaraan pendidikan
tinggi di kampus adalah menghasilkan dua domain
produk. Pertama adalah ilmu pengetahuan itu
sendiri, berupa temuan riset, paten, konsep, teori,
metodologi, prototip, atau bentuk‐bentuk hak atas
kekayaan intelektual lainnya (intellectual property).
Kedua adalah lulusan yang merupakan sumber daya
manusia siap terjun ke dalam dunia kerja, baik
sebagai pengusaha, karyawan, wiraswastawan,
profesional, politikus, birokrat, maupun akademisi.
Dua domain itu biasanya berjalan seiring dimana
ilmu pengetahuan diperoleh melalui interaksi antara
dosen dan mahasiswa dalam proses belajar
mengajar, meneliti, dan melayani masyarakat –
sementara mahasiswa yang berkemampuan atau memiliki kuali�ikasi tertentu terbentuk
selama yang bersangkutan berinteraksi, belajar, berlatih, bereksperiman, berkomunikasi, dan
bergaul dengan segenap civitas akademika di kampus.
Dalam proses belajar mengajar, hampir setiap dosen pengajar mata kuliah akan menggunakan
buku referensi sebagai pegangan umum. Pada ilmu informatika, biasanya buku tersebut berisi
teori dan konsep terkait dengan ilmu komputasi, teknologi, informasi, dan lain sebagainya.
Sejumlah buku juga berisi metodologi, prinsip, mekanisme, anatomi, dan sejumlah aspek
teknologi beserta komponen‐komponennya. Buku ini biasanya bertujuan untuk memperkaya
mahasiswa dengna khasanah ilmu pengetahuan termutakhir di bidang komputer dan
informatika. Diharapkan melalui pendidikan tinggi, akan lahir pengetahuan‐pengetahuan
baru yang berasal dari pengembangan ilmu pengetahuan yang dipelajari ini sesuai dengan
dinamika perkembangan jaman dan kemajuan teknologi. Disamping itu diharapkan pula
mahasiswa mampu menyerap dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut ke dalam dunia
nyata, agar memberikan manfaat bagi sekitarnya.
Belakangan ini ada yang menarik dari berbagai buku‐buku informatika, terutama bagi mereka
yang menekuni bidang sistem informasi dan teknologi informasi. Yaitu mulai
diperkenalkannya sejumlah standar atau “best practices” internasional ke dalam buku
referensi tersebut. Jika dahulu kebanyakan konten ilmunya berasal dari asosiasi berbasis
keilmuan semacam IEEE, ACM, AIS, dan lain sebagainya – maka organisasi berbasis profesi
industri seperti ISO, ISACA, The Open Group, British Standard, dan lain‐lain mulai
memberikan sumbangan pengetahuan terapan ke dalamnya. Bagi para dosen dan mahasiswa
informatika, keberadaan standar industri dunia ini perlu untuk mendapatkan perhatian,
karena kenyataannya telah dipakai sebagai “good practices” oleh perusahaan dalam hal
pengelolaan sistem dan teknologi informasi yang dimilikinya. Berikut adalah sejumlah badan
standar yang paling banyak mendominasi pasar industri di Indonesia belakangan ini.
HALAMAN 1 DARI 2
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Pertama adalah International Standard Organisation atau yang dikenal dengan ISO. Sejumlah
standar mulai menjadi perhatian dan diadopsi oleh perusahaan‐perusahaan terkemuka di
tanah air. Katakanlah ISO‐17799 yang kemudian diperbaharui dengan ISO‐27001 untuk
Keamanan Informasi. Kemudian diikuti oleh ISO‐20000 tentang Layanan Teknologi Informasi
yang Berkualitas. Tak lama kemudian ISO‐38500 tentang Tata Kelola Informasi juga mulai
mendapat perhatian luas di kalangan praktisi.
Kedua adalah Information System Audit and Control Association (ISACA) dengan institusi
bentukannya Information Technology Governance Institute (ITGI), yang dikenal dengan
kerangka COBIT‐nya (Control Objectives for Information and Related Technology) – dimana
merupakan “good practices” terbuka yang dapat dipergunakan untuk berbagai hal, seperti:
audit teknologi informasi, pengembangan kebijakan teknologi informasi, tata kelola teknologi
informasi, prosedur operasional standar teknologi informasi, dan lain sebagainya. ISACA juga
memperkenalkan sejumlah “good practices” lainnya seperti Risk‐IT untuk mengelola
Manajemen Risiko, Val‐IT untuk Analisa Cost‐Bene�it, dan beberapa kerangka konseptual
lainnya.
Ketiga adalah The Open Group, yang dikenal dengan kerangka fenomenalnya untuk Arsitektur
Teknologi Informasi yaitu TOGAF (The Open Group Architectural Framework) maupun untuk
Manajemen Proyek yaitu Prince‐2. Belakangan ini The Open Group mulai pula mengakuisisi
dan memperbaharui sejumlah standar lain dunia yang banyak diadopsi oleh kalangan
industri.
Disamping itu masih banyak lagi badan‐badan standar dunia lainnya yang banyak diadopsi
oleh standar Indonesia maupun dunia industri informatika di tanah air, baik yang
berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan teknologi informasi, seperti:
Capability Maturity Model Integration (CMMI) yang dikeluarkan oleh Software Engineering
Institute – lembaga riset di bawah asuhan Carnegie Mellon University, Project Management
Body of Knowledge (PMBOK) yang diperkenalkan oleh Project Management Institute,
Information Technology Architecture Body of Knowledge (ITABOK) yang dikeluarkan oleh
Information Association of Software Architect (IASA), Information Technology Infrastructure
Library (ITIL), People Capability Maturity Model, Zachman Framework, dan lain sebagainya.
Sudah merupakan suatu keharusan bagi perguruan tinggi untuk mulai mempelajari dan
memasukkan konten standar yang diproduksi dan diperkenalkan badan terkemuka dunia ini
ke dalam kurikulumnya, untuk memastikan relevansi lulusannya terhadap kebutuhan sektor
industri.
‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐
HALAMAN 2 DARI 2
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Badan Standar Informatika Dunia
EKOJI999 Nomor
373, 16 September 2013
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email indrajit@rad.net.id.
Tujuan akhir dari penyelenggaraan pendidikan
tinggi di kampus adalah menghasilkan dua domain
produk. Pertama adalah ilmu pengetahuan itu
sendiri, berupa temuan riset, paten, konsep, teori,
metodologi, prototip, atau bentuk‐bentuk hak atas
kekayaan intelektual lainnya (intellectual property).
Kedua adalah lulusan yang merupakan sumber daya
manusia siap terjun ke dalam dunia kerja, baik
sebagai pengusaha, karyawan, wiraswastawan,
profesional, politikus, birokrat, maupun akademisi.
Dua domain itu biasanya berjalan seiring dimana
ilmu pengetahuan diperoleh melalui interaksi antara
dosen dan mahasiswa dalam proses belajar
mengajar, meneliti, dan melayani masyarakat –
sementara mahasiswa yang berkemampuan atau memiliki kuali�ikasi tertentu terbentuk
selama yang bersangkutan berinteraksi, belajar, berlatih, bereksperiman, berkomunikasi, dan
bergaul dengan segenap civitas akademika di kampus.
Dalam proses belajar mengajar, hampir setiap dosen pengajar mata kuliah akan menggunakan
buku referensi sebagai pegangan umum. Pada ilmu informatika, biasanya buku tersebut berisi
teori dan konsep terkait dengan ilmu komputasi, teknologi, informasi, dan lain sebagainya.
Sejumlah buku juga berisi metodologi, prinsip, mekanisme, anatomi, dan sejumlah aspek
teknologi beserta komponen‐komponennya. Buku ini biasanya bertujuan untuk memperkaya
mahasiswa dengna khasanah ilmu pengetahuan termutakhir di bidang komputer dan
informatika. Diharapkan melalui pendidikan tinggi, akan lahir pengetahuan‐pengetahuan
baru yang berasal dari pengembangan ilmu pengetahuan yang dipelajari ini sesuai dengan
dinamika perkembangan jaman dan kemajuan teknologi. Disamping itu diharapkan pula
mahasiswa mampu menyerap dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut ke dalam dunia
nyata, agar memberikan manfaat bagi sekitarnya.
Belakangan ini ada yang menarik dari berbagai buku‐buku informatika, terutama bagi mereka
yang menekuni bidang sistem informasi dan teknologi informasi. Yaitu mulai
diperkenalkannya sejumlah standar atau “best practices” internasional ke dalam buku
referensi tersebut. Jika dahulu kebanyakan konten ilmunya berasal dari asosiasi berbasis
keilmuan semacam IEEE, ACM, AIS, dan lain sebagainya – maka organisasi berbasis profesi
industri seperti ISO, ISACA, The Open Group, British Standard, dan lain‐lain mulai
memberikan sumbangan pengetahuan terapan ke dalamnya. Bagi para dosen dan mahasiswa
informatika, keberadaan standar industri dunia ini perlu untuk mendapatkan perhatian,
karena kenyataannya telah dipakai sebagai “good practices” oleh perusahaan dalam hal
pengelolaan sistem dan teknologi informasi yang dimilikinya. Berikut adalah sejumlah badan
standar yang paling banyak mendominasi pasar industri di Indonesia belakangan ini.
HALAMAN 1 DARI 2
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Pertama adalah International Standard Organisation atau yang dikenal dengan ISO. Sejumlah
standar mulai menjadi perhatian dan diadopsi oleh perusahaan‐perusahaan terkemuka di
tanah air. Katakanlah ISO‐17799 yang kemudian diperbaharui dengan ISO‐27001 untuk
Keamanan Informasi. Kemudian diikuti oleh ISO‐20000 tentang Layanan Teknologi Informasi
yang Berkualitas. Tak lama kemudian ISO‐38500 tentang Tata Kelola Informasi juga mulai
mendapat perhatian luas di kalangan praktisi.
Kedua adalah Information System Audit and Control Association (ISACA) dengan institusi
bentukannya Information Technology Governance Institute (ITGI), yang dikenal dengan
kerangka COBIT‐nya (Control Objectives for Information and Related Technology) – dimana
merupakan “good practices” terbuka yang dapat dipergunakan untuk berbagai hal, seperti:
audit teknologi informasi, pengembangan kebijakan teknologi informasi, tata kelola teknologi
informasi, prosedur operasional standar teknologi informasi, dan lain sebagainya. ISACA juga
memperkenalkan sejumlah “good practices” lainnya seperti Risk‐IT untuk mengelola
Manajemen Risiko, Val‐IT untuk Analisa Cost‐Bene�it, dan beberapa kerangka konseptual
lainnya.
Ketiga adalah The Open Group, yang dikenal dengan kerangka fenomenalnya untuk Arsitektur
Teknologi Informasi yaitu TOGAF (The Open Group Architectural Framework) maupun untuk
Manajemen Proyek yaitu Prince‐2. Belakangan ini The Open Group mulai pula mengakuisisi
dan memperbaharui sejumlah standar lain dunia yang banyak diadopsi oleh kalangan
industri.
Disamping itu masih banyak lagi badan‐badan standar dunia lainnya yang banyak diadopsi
oleh standar Indonesia maupun dunia industri informatika di tanah air, baik yang
berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan teknologi informasi, seperti:
Capability Maturity Model Integration (CMMI) yang dikeluarkan oleh Software Engineering
Institute – lembaga riset di bawah asuhan Carnegie Mellon University, Project Management
Body of Knowledge (PMBOK) yang diperkenalkan oleh Project Management Institute,
Information Technology Architecture Body of Knowledge (ITABOK) yang dikeluarkan oleh
Information Association of Software Architect (IASA), Information Technology Infrastructure
Library (ITIL), People Capability Maturity Model, Zachman Framework, dan lain sebagainya.
Sudah merupakan suatu keharusan bagi perguruan tinggi untuk mulai mempelajari dan
memasukkan konten standar yang diproduksi dan diperkenalkan badan terkemuka dunia ini
ke dalam kurikulumnya, untuk memastikan relevansi lulusannya terhadap kebutuhan sektor
industri.
‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐
HALAMAN 2 DARI 2
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013