Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan Dan Kehutanan Kabupaten Pringsewu
Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan Dan Kehutanan
Kabupaten Pringsewu Vera Febrina Wati
Abstrak
Penyuluh harus memiliki kompetensi karena seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan petani tidak hanya terpaku pada kegiatan usaha tani saja yang bersifat konvensional melainkan petani diharapkan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut serta dapat mengakses pasar dan memberdayakan sumber daya lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh kompetensi yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku terhadap kinerja penyuluh pertanian secara parsial, (2) mengetahui pengaruh kompetensi yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku terhadap kinerja penyuluh pertanian secara. Hipotesis penelitian ini adalah (1) kompetensi yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku secara parsial berpengaruh positip terhadap kinerja penyuluh pertanian. (2) kompetensi yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku secara bersama berpengaruh positip terhadap kinerja penyuluh pertanian. Metode penelitian ini dengan menggunakan kuisioner indikator variabel kompetensi dan kinerja kepada 74 orang penyuluh. rekapitulasi responden diuji dengan uji validitas menggunakan product moment dan uji reliabilitas menggunakan metode Cronbrach Alpha. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel pengetahuan, keterampilan dan perilaku secara bersama-sama terhadap kinerja penyuluh digunakan uji F. Hasil uji F nilai sig variabel < sig. Hitung yakni 0,000 < 0,05 sehingga disimpulkan kompetensi pengetahuan (X1), kompetensi keterampilan (X2), dan kompetensi perilaku (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja (Y). Hasil perhitungan regresi linier berganda didapatkan persamaan Y = 2,057+0,174X1+0,385X2+0,077X3, persamaan tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi pengetahuan, keterampilan dan perilaku akan meningkatkkan kinerja. Hasil Uji Koefisien Determinasi menunjukkan bahwa 76,1 % kinerja dipengaruhi oleh faktor kompetensi. Berdasarkan hasil uji t untuk mengetahui pengaruh variabel secara parsial terhadap kinerja menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan berpengaruh positip terhadap kinerja sedangkan perilaku tidak berpengaruh. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa aspek pengetahuan penyuluh di BP4K Kab. Pringsewu adalah rata-rata 3 (cukup baik), aspek keterampilan penyuluh rata-rata 3 (cukup baik), aspek perilaku penyuluh rata-rata 3 (cukup baik), aspek kinerja penyuluh rata-rata 3 (cukup baik).
Kata kunci : Kompetensi pengetahuan, Kompetensi keterampilan, Kompetensi perilaku, kinerja
(2)
THE INFLUENCE OF COMPETENCE TOWARDS THE WORKS OF EXTENSION PRACTITIONERS IN THE EXTENSION AGENCY OF
AGRICULTURE, FISHERIES AND FORESTRY IN PRINGSEWU REGENCY
Vera Febrina Wati Abstract
The extension practitioners should have competences since in times of advanced science and technology, the needs of farmers do not limit in the conventional of agricultural activity, further the farmers are expected to apply science and technology as well as to access market and to make use of other resources. The purpose of this research are: (1) to find out the influence of competece which consists of knowledges, skills and attitudes partially towards the work of agricultural extension practitioner, (2) to find out the influence of competence which consists of knowledges, skills and attitudes altogether towards the work of agricultural extension practitioner. The hypotheses of this research are: (1) the competence which consists of knowledges, skills and attitudes partially has a positive influence towards the work of extension practitioners, (2) the competence which consists of knowledges, skills and attitudes altogether has a positive influence towards the work of extension practitioners. The method used in this research was questionnaire of variable indicators of competence and work to 74 practitioners. The respondents recapitulation was calculated using validity test of product moment while the realibility was calculated using Cronbrach Alpha method. In order to find out how significant was the influence of knowledges, skills and attitudes variables altogether towards the work of practitioners, the researcher used F-test. The result of F-test showed that the value of variable sig. < arithmetic sig. that was 0.000 < 0.05. Therefore it can be concluded that knowledges competence (X1), skills competence (X2), and attitudes competence (X3) altogether had a positive influence towards the work (Y). The result of multiple linier regression resulted in the equation that Y =2,057+0,174X1+ 0,385X2+0,077X3, where the equation showed that the improving of knowledges, skills, and attitudes competences would improve the work. While the result of determination coefficient showed that 76.1% of the work was influenced by competence factors. According to the result of t-test to find out the influence of variables partially towards the work, it showed that knowledges and skills had positive influence towards the work of practitioners, yet attitudes had no influence.
From this research it can be concluded that the aspect of extension practitioners in BP4K of Pringsewu regency were as follow: knowledges aspect in average of 3 (fair), skills aspect in average of 3 (fair), attitudes aspect in average of 3 (fair), and the work aspect in average of 3 (fair).
Keywords: knowledges competence, skills competence, attitude competence, work
(3)
PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PENYULUH
DI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN
KEHUTANAN KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
Vera Febrina Wati
T e s i s
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk mencapai gelar
MAGISTER MANAJEMEN
Pada
Program Pascasarjana Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
(4)
'' ,.f..liri:
(5)
(6)
LBMBAR PERNYATAAhT
Dengan ini sayamenyatakan dengan sebenarnya bahwa:
l.
Tesis dengan judul'
Pengeruh Kompetensi Terhadap Kinerja PenyuluhDi Badan Pelaksanan Penyuluhan Pertanian Perikanan Dan Kehuhnan
Kabupaten Pringsowu' adalatr karya Saya sendiri dan Saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan ahs karya penulis lain dengan cara yang tidak
sesuai dengan tata etika ihniah yang berlaku dalam masyarakat akademi atau
yang disebut plagiatisme
2.
Hak
intelektual atas karya ilmiahini
diserabkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung.Atas pernyataan
ini
apabila dikemudian hari ternyata ditemukan admya ketidakbenaran, Saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikankepada Saya. Saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang
berlaku.
Bandar lampung,
Vera Febrina \Vati NPM.0921011068
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung karang tanggal 26 Februari 1985. Penulis dilahirkan dengan kasih sayang ibunda Yenni Norita dan ayahanda Riswan Djamil serta merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara (Eriky Ferigino dan Marsello Risyano). Penulis saat ini bekerja sebagai staf sarana produksi bidang prasarana dan sarana pertanian di Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Pringsewu. Selain kesibukannya sebagai pegawai negeri sipil penulis juga merupakan ibu rumah tangga yakni istri dari Hadi Asepta, S. Hut dan ibunda dari M. Rakha Putra Khairulloh.
Sejarah pendidikan penulis diawali di SD Muhammadiyah I Labuhan Ratu dan lulus pada tahun 1997. Pendidikan lanjutan pertama penulis di SLTPN 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2000. Pendidikan Menengah Umum penulis di SMUN 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis terdaftar di S1 Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan strata dua pada program Magister Manajeman Fakultas Ekonomi Universitas Lampung dengan konsentrasi jurusan Manajemen Pemerintahan dan Keuangan Daerah.
(8)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmannirrohiim
Kepersembahkan Karya Sederhana Ini Sebagai Wujud Rasa
Horma, Bakti, Tanggung Jawab Dan Terima Kasihku Kepada
Allah SWT Dan Suri Tauladanku Muhammad SAW
Mama Dan Papa
Yang Menyanyangiku Dan Mendoakan Keberhasilanku
Mas Hadi, Anakku Rakha Putra Khairulloh,
Sahabat ku Rio Valentino
Bang Erik, Uni Aty, Bang Elo,Mbak Ica, Makwo Tini, Uni Wati,
Nabila Dan Putri
(9)
MOTO
Ketahuilah bahwa ilmu itu tidak dikehendaki untuk diketahui saja,
melainkan dikehendaki untuk diketahui dan diamalkan, karena
pahala dan ilmu itu dapat diraih berdasarkan pengamalan, bukan
karena ilu semata.
(10)
SAN WACANA
Bismillahirahmannirrahiim
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi Robbil’alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkah, rahmat, hidayah, serta segala kemudahan yang selalu diberikan, sehingga atas Izin-Nya Penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “ Pengaruh kompetensi terhadap kinerja penyuluh di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Pringsewu dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dan tidak lupa shalawat serta salam selalu kita panjatkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW.
Tesis ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program strata-2 pada Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan Tesis ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dapat dijadikan sebagai perbaikan dan penyempurnaan Tesis ini. Segala kritik dan saran dapat disampaikan melalui email ke vera_djamil@yahoo.com
(11)
Dalam proses penyusunan Tesis ini tidak lepas juga dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
2. Dr. H. Irham Lihan, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Bisnis sekaligus pembimbing I dalam penyusunan Tesis ini.
3. H. Habibullah Jimad, SE, M.Si selaku Pembimbing II.
4. Dr. I. Wayan Suparta, SE, M.Si selaku penguji dalam Tesis ini;
5. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung
6. Orang Tua Penulis Ayahanda Terhormat Riswan Djamil dan Ibunda Terkasih Yenni Norita
7. Suami ku tercinta Hadi Asepta, S. Hut dan anak ku M. Rakha Putra Khairulloh 8. Sahabat ku Rio Valentino sekaligus Pembimbing lapang dalam tesis ini.
9. Saudara ku, Uni Wati, Uda Didik, Abangku Eriky Ferigino dan Marsello Risyano, Mbak ku Grisyalida Sinungan dan Aresty Wahyuli. Nenek tersayang Aziati Azis dan Oma Tini, Adik ku Nabila dan Putri.
10.Seluruh civitas akademik Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
11.Pak Jatiwan, Pak Maryanto, Ayu, Eli, dan Leni di Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Pringsewu.
(12)
Serta pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik materil maupun imateril dan tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Semoga Alloh SWT memberikan berkah dan perlindungan kepada semua.
Bandar Lampung, 7 Oktober 2014 Penulis,
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 7
1.4Manfaat Penelitian ... 7
1.5Kerangka Pemikiran ... 8
1.6Hipotesis ... 11
1.7Objek dan Ruang Lingkup Pertanian ... 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyuluhan ... 12
2.2 Tugas Pokok Penyuluhan Pertanian ... 12
2.3 Peran Penyuluh ... 14
2.4 Kinerja ... 16
2.5 Kompetensi ... 21
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 26
3.2 Desain Pengambilan Sampel ... 26
3.3 Definisi Operasional Variabel ... 27
3.3.1 Variabel Terikat Kinerja ... 27
3.3.2 Variabel Bebas Kompetensi Pengetahuan ... 27
3.3.3 Variabel Bebas Kompetensi Keterampilan ... 27
3.3.4 Variabel Bebas Kompetensi Perilaku ... 28
3.4 Jenis Data ... 28
3.5 Instrumen Penelitian ... 29
3.6 Prosedur Pengumpulan Data ... 29
3.7 Gambaran Umum BP4K Kab. Pringsewu ... 29
(14)
3.8.1 Uji Validitas ... 35
3.8.1.A. Uji Validitas Variabel Pengetahuan ... 35
3.8.1.B. Uji Validitas Variabel Keterampilan ... 36
3.8.1.C. Uji Validitas Variabel Perilaku ... 37
3.8.1.D. Uji Validitas Variabel Kinerja ... 37
3.8.2 Uji Reabilitas ... 39
3.9 Analisis Regresi Linier Berganda ... 40
3.10 Uji Hipotesa ... 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Variasi Kompetensi Penyuluh BP4K Kab. Pringsewu... 42
4.1.1 Variabel Kompetensi Pengetahuan ... 42
4.1.2 Variabel Kompetensi Keterampilan ... 47
4.1.3 Variabel Kompetensi Perilaku ... 54
4.1.4 Variabel Kinerja ... 61
4.2 Analisis Deskriptif ... 67
4.2.1 Analisis Deskriptif Kompetensi Pengetahuan ... 67
4.2.2 Analisis Deskriptif Kompetensi Keterampilan ... 69
4.2.3 Analisis Deskriptif Kompetensi Perilaku ... 70
4.2.4 Analisis Deskriptif Kinerja ... 72
4.3 Analisa Pengaruh ... 72
4.4. Pengujian Hipotesa ... 74
4.4.1 Uji F ... 74
4.4.2 Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t) ... 76
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 83
5.2 Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA
(15)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Hubungan antara Kompetensi Penyuluh
(16)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi. Hal ini karena pembangunan pertanian mampu menyediakan bahan pangan, menambah bahan baku industri, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan menambah devisa negara. Pada era tahun 1980-an pembangunan pertanian di Indonesia mencapai puncak kesuksesan yakni adanya pengakuan Badan Pangan Dunia (FAO) bahwa Indonesia mampu menjadi negara swasembada pangan khususnya beras.
Namun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013) sektor pertanian hanya memberikan kontribusi sebesar 3,97 % dalam meningkatkan Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2012. Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2012 mencapai 6,23 %. Pertumbuhan tertinggi sebesar 9,98 % pada sektor pengangkutan dan komunikasi , disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,11%, Konstruksi sebesar 7,5%, keuangan, real estate dan jasa perusahaan sebesar 7,15 %, Listrik, gas dan air bersih sebesar 6,4 %, industri pengolahan sebesar 5,73 %, jasa-jasa sebesar 5,24%, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar 3,97 % dan terendah pada pertambangan dan galian sebesar 1,49%.
Sektor pertanian dihadapkan berbagai kendala antara lain Pertama, perubahan iklim yang cukup ekstrim sehingga mengganggu produktivitas pertanian. Kedua, tingkat kesuburan tanah yang semakin menurun. Ketiga, kurangnya sarana
(17)
2 produksi yang berkualitas. Keempat kurangnya alat dan mesin pertanian yang efektif dan efisien serta kelima kurangnya sumber daya penyuluh pertanian. Faktor kurangnya sumber daya penyuluh pertanian dirasakan sangat urgent dan memerlukan penanganan, karena penyuluh merupakan agen pemberdaya petani yang berhadapan langsung dengan keterbatasan sarana prasarana, sosial, ekonomi, sumber daya alam dan sumber daya manusia itu sendiri. Martinez (1987) dalam Marius (2007) menjelaskan bahwa penyuluh adalah seseorang profesional garis depan yang berinisiatif melakukan perubahan, membantu masyarakat melaksanakan aktivitas usaha taninya, memperkenalkan dan meyebarkan ide-ide baru, mendorong partisipasi dan menyokong kepentingan masyarakat sasaran. Peranan inti penyuluh pertanian adalah melakukan penyuluhan dengan tujuan mendorong petani untuk lebih baik lagi dalam kegiatan budidaya (better farming) sehingga petani tersebut dapat lebih baik lagi dalam kegiatan usaha taninya (better
bussiness) dan pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya
(better living).
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2006 tentang sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, pada pasal 1 ayat (2) bahwa yang dimaksud penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraanya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup. Selanjutnya Sapar, dkk (2011) menyatakan bahwa penyuluhan pertanian adalah sebagai suatu
(18)
3 pendidikan nonformal bagi petani dan keluarganya yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani dengan titik fokus pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menurut Vanden Ban dan Hawkins (2003) penyuluhan pertanian adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang dilakukan secara sadar dan mengkomunikasikan informasi dengan sadar untuk membantu masyarakat membentuk pendapatan yang wajar dan mengambil keputusan yang tepat.
Sebagai pelaksana kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh harus memiliki kompetensi tertentu yang sesuai dengan kriteria pekerjaannya. Kompetensi penyuluh menjadi persyaratan yang sangat penting karena seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan petani tidak hanya terpaku pada kegiatan usaha tani saja yang bersifat konvensional melainkan petani diharapkan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut serta dapat mengakses pasar dan memberdayakan sumber daya lainnya.
Menurut Spencer and Spencer (1993) dalam Sayekti (2011) kompetensi adalah suatu karakteristik yang mendasari individu sehubungan dengan referensi kriteria kinerja yang efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan atau situasi. Wibowo (2007) menyatakan bahwa kompetensi menunjukkan karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau yang dibutuhkan oleh setiap individu yang memampukan mereka untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif dan meningkatkan standar kualitas profesional dalam pekerjaan mereka. Penyuluh yang memiliki kompetensi diharapkan dapat menghasilkan kinerja yang baik sesuai dengan tuntutan tugasnya sebagai penyuluh. Menurut Armstrong dan Baron (1998) dalam Wibowo (2007) kinerja merupakan hasil
(19)
4 pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.
Kegiatan penyuluhan di Kabupaten pringsewu sepenuhnya dilakukan oleh Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang disingkat BP4K. BP4K dibentuk berdasarkan Perda No. 5 tahun 2010 tanggal 23 Desember 2010 dan memiliki perwakilan yang disebar di masing-masing kecamatan. Perwakilan BP4K ini selanjutnya disebut sebagai Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan atau BP3K kecamatan. Jumlah penyuluhan pertanian sampai dengan bulan Desember 2011 adalah:
a. Penyuluh Pertanian PNS : 74 orang b. Penyuluh Pertanian Swadaya : 2 orang c. Penyuluh Pertanian THL-TBPP : 35 orang d. Penyuluh Pertanian Swasta : - orang
Jumlah Penyuluh Pertanian PNS berjumlah 36 orang merupakan penyuluh senior yang sudah mendekati masa pensiun. Data kelembagaan BP3K Kabupaten Pringsewu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.
Data kelembagaan BP3K Kabupaten Pringsewu
Sumber: Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Pringsewu, 2011
No. BP3K Nama Kepala Balai
Jumlah Penyuluh
PNS THL Jumlah Swasta Swadaya Jumlah 1 Pringsewu Nurdin M. Ali 10 3 13
2 Gadingrejo Yuni Hartono, SP 12 6 18 3 Ambarawa Nurkhasanah,
A.Md
5 3 8
4 Pardasuka Kurnaedi, SP 8 6 14 2 2
5 Sukoharjo Suhaimi, SP 6 6 12 2 3 14 6 Adiluwih Mujianto, SP 8 3 11
7 Banyumas Sumaryani, A.Md 8 3 11 8 Pagelaran Suyatno 17 5 22
(20)
5 Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang memiliki potensi dalam subsektor tanaman pangan khususnya beras dan jagung. Hal ini didukung dengan kondisi tanah dan hidrologi yang cukup baik untuk budidaya pertanian. Sebagian besar penduduk Kabupaten Pringsewu memiliki mata pencaharian sebagai petani seperti terlihat pada tabel berikut
Tabel 2.
Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Pringsewu
No Sub Bidang MP KK Presentase
1 2 3 4 5 Pertanian PNS dan ABRI Buruh Pedagang Lain-lain 60.574 8.653 6.923 7.788 2.596 70 10 8 9 3
Jumlah 200934 100
Sumber: Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Pringsewu,2011
Besarnya komposisi penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani menandakan bahwa pertanian merupakan penunjang pembangunan ekonomi di Kabupaten Pringsewu. Apakah penyuluh di Kabupaten Pringsewu telah berperan secara optimal dalan pembangunan pertanian di Kabupaten Pringsewu ? Apakah penyuluh memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugasnya ? Bagaimana pengaruh kompetensi terhadap kinerja penyuluh pertanian ? hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini.
1.2Rumusan Masalah
Kompetensi penyuluh menjadi persyaratan yang sangat penting karena seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan petani tidak hanya
(21)
6 terpaku pada kegiatan usaha tani saja yang bersifat konvensional melainkan petani diharapkan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut serta dapat mengakses pasar dan memberdayakan sumber daya lainnya.. Penyuluh yang memiliki kompetensi tinggi akan meningkatkan kinerja penyuluh dan mampu mendorong petani agar lebih baik lagi dalam kegiatan budidaya (better farming) sehingga petani tersebut dapat lebih baik lagi dalam kegiatan usaha taninya (better
bussiness) dan pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya
(better living).
Wibowo (2007) menyatakan bahwa kompetensi menunjukkan karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau yang dibutuhkan oleh setiap individu yang memampukan mereka untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif dan meningkatkan standar kualitas profesional dalam pekerjaan mereka. Kompetensi yang diteliti pada penelitian ini adalah kompetensi penyuluh di Badan Pelaksana Penyuluha Pertanian Perikanan dan Kehutanan di Kabupaten Pringsewu. Kompetensi yang diteliti pada penelitian ini adalah variable pengetahuan, keterampilan dan perilaku penyuluh tersebut. Menurut Wibowo (2007) pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang spesifik. Sedangkan keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu. Kompetensi mental atau keterampilan kognitif termasuk berpikir analitis dan konseptual dan pengertian perilaku Menurut Veithzal (2004) dalam Sari (2010) adalah kesiapan untuk menanggapi suatu kerangka yang utuh untuk menetapkan keyakinan atau pendapat yang khas serta sikap juga pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan objek, orang atau peristiwa.
(22)
7 Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka secara oprasional perumusan masalaha dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh antara kompetensi pengetahuan terhadap kinerja penyuluh BP4K Kab. Pringsewu ?
2. Apakah terdapat pengaruh antara kompetensi keterampilan terhadap kinerja penyuluh BP4K Kab. Pringsewu ?
3. Apakah terdapat pengaruh antara kompetensi perilaku terhadap kinerja penyuluh BP4K Kab. Pringsewu ?
4. Apakah terdapat pengaruh antara kompetensi pengetahuan, keterampilan dan perilaku terhadap kinerja penyuluh BP4K Kab. Pringsewu ?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui pengaruh kompetensi yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku terhadap kinerja penyuluh pertanian secara parsial
2. Mengetahui pengaruh kompetensi yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku terhadap kinerja penyuluh pertanian secara bersama-sama.
1.4Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan bagi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) di Kabupaten Pringsewu dalam mengukur dan menilai kinerja penyuluh
(23)
8 2. Sebagai bahan masukan bagi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) di Kabupaten Pringsewu dalam mengambil kebijakan.
3. Sebagai bahan masukan penyuluh tentang kompetensi apa yang perlu dimiliki.
1.5Kerangka Pemikiran
Menurut A.W Van Den ban dan Hawkins (1999) hambatan yang dialami petani dalam melakukan usaha pertaniannya adalah : (1) sebagian petani tidak memiliki pengetahuan dan wawasan yang memadai untuk dapat memahami permasalahan mereka, memikirkan pemecahannya atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka (2) sebagian petani kurang memiliki motivasi untuk mengubah perilaku mereka karena perubahan yang diharapkan berbenturan dengan motivasi yang lain (3) sebagian petani tidak memiliki wawasan terhadap hubungan-hubungan kekuasaan dalam masyarakatnya maupun tentang sumber daya kekuasaan yang tersedia bagi mereka serta cara menggunakannya untuk menciptakan perubahan.
Usaha untuk membantu mengurangi hambatan petani tersebut adalah dengan dilaksanakannya kegiatan penyuluhan. Melalui kegiatan penyuluhan yang dilakukan penyuluh pertanian maka petani akan mendapatkan manfaat antara lain: 1. Bertambahnya informasi yang sangat penting untuk merencanakan program, tujuan, pengetahuan serta pengalaman mereka dengan teknologi dan penyuluhan, serta struktur sosial masyarakat
(24)
9 2. Lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam program penyuluhan
terutama bila sebagai penanggungjawab di dalamnya
3. Petani yang berpartisipasi berhak terlibat dalam proses pengambilan keputusan mengenai tujuan yang ingin dicapai
4. Banyaknya masalah dalam pembangunan pertanian tidak mungkin dipecahkan perorang petani namun memerlukan partisipasi petani secara kolektif.
Artinya penyuluh pertanian memiliki peran penting sebagai pendorong petani untuk lebih baik lagi dalam kegiatan budidaya (better farming) sehingga petani tersebut dapat lebih baik lagi dalam kegiatan usaha taninya (better bussiness) dan pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Peran tersebut harus didukung oleh kompetensi penyuluh itu sendiri dalam melaksanakan tugasnya.
Wibowo (2007) menyatakan kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Lucia dan Lepsinger dalam Sayekti (2011) kompetensi adalah kemampuan menerapkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), kecakapan (abilities), perilaku dan karakteristik pribadi untuk menampilkan tugas pekerjaan dengan sukses, dalam fungsi khusus untuk menjalankan peran atau posisi yang berikan. Karakteristik pribadi dapat mental/intelektual/kognitif, sosial/emosional/sikap dan atribut fisik/psikomotor yang diperlukan untuk menampilkan pekerjaan.
(25)
10 Pada akhirnya penyuluh yang memiliki kompetensi akan berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Kinerja Menurut Robert L. Malthis dan Jackson (2002) adalah apa yang dilakukan dan apa yang tidak dilakukan karyawan atau seberapa banyak karyawan memberi kontribusi kepada organisasi. Kinerja suatu organisasi perlu dinilai. Penggunaan penilaian kinerja dilihat dari dua sisi yakni penggunaan administratif dan penggunaan pengembangan. Penggunaan administratif lebih terkait pada kompensasi, promosi, pemberhentian, pengurangan, dan PHK. Penilaian kinerja untuk penggunaan pengembangan diarahkan pada untuk mengidentifikasi kekuatan, mengidentifikasi bagian mana yang perlu ditingkatkan, perencanaan pengembangan, dan pembinaan.
Hasil penelitian Puspadi (2002) dalam Huda (2011) didapatkan bahwa tingkat kompetensi penyuluhan di tiga provinsi yakni Lampung, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat berada pada kategori sedang. Sedangkan Marius (2007) menyatakan bahwa kompetensi dan kinerja penyuluh di Nusa Tenggara Timur dan Jawa Barat dalam kategori rendah. Hal ini menyebabkan peranan penyuluh dirasa tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan petani.
Hasil identifikasi Badan Litbang Pertanian (2004) didapatkan bahwa terjadi kesenjangan antara subsistem penyampaian informasi dan subsistem penerimaan inovasi yang menyebabkan lambannya penyampaian informasi dan rendahnya tingkat adopsi inovasi. Marius (2007) menyatakan bahwa kompetensi penyuluh yang ada sudah tidak memadai dengan dinamika perubahan yang ada. Penyuluh memfokuskan diri pada kegiatan produksi sedangkan dalam perkembangannya petani harus mengarah pada kegiatan agribisnis. Berdasarkan hal tersebut
(26)
11 diperlukan penilaian kompetensi penyuluh dan pengaruhnya terhadap kinerja. Kerangka konseptual pada penelitian ini ditampilkan pada gambar berikut.
KOMPETENSI KINERJA
Gambar 1. Kerangka Hubungan antara Kompetensi Penyuluh dan Kinerja
1.6Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Kompetensi yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku secara parsial berpengaruh positip terhadap kinerja penyuluh pertanian 2. Kompetensi yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan perilaku
secara bersama berpengaruh positip terhadap kinerja penyuluh pertanian
1.7Objek dan Ruang Lingkup Pertanian
Objek penelitian ini adalah penyuluh pertanian di Badan pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Pringsewu di Kabupaten Pringsewu berjumlah 74 orang. Lokasi penelitian ini di Badan pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Pringsewu
Keterampilan penyuluh
Perilaku penyuluh
Kinerja Penyuluh Tanggung Jawab
Penyuluhan sesuai dengan SOP Kelas kelompok tani meningkat Produksi produk pertanian meningkat Menjalankan rencana kerja penyuluh
Frekuensi penyuluhan min. 4 kali dlm seminggu Pengetahuan
(27)
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Penyuluhan
Menurut A.W Van Den ban dan Hawkins (1999) penyuluhan adalah keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya, memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan selama ini diharapkan mendukung tujuan pemerintah yaitu :
1. Meningkatnya produksi pangan 2. Merangsang pertumbuhan ekonomi
3. Meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan rakyat desa 4. Mengusahakan pertanian yang berkelanjutan.
Undang-undang No. 16 Tahun 2006 menjelaskan penyuluh adalah perorangan, WNI pegawai negeri sipil, penyuluh swasta dan penyuluh swadaya. Sedangkan Permen PAN No. 2 Tahun 2008 menegaskan penyuluh pertanian adalah jabatan fungsional yang memiliki ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang penyuluh pertanian yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil yang diberi hak dan kewajiban secara penuh oleh pejabat yang berwenang.
2.2 Tugas Pokok Penyuluhan Pertanian
Tugas pokok penyuluhan pertanian adalah menyuluh. Dalam Permen PAN No.2/ 2008 Bidang dan unsur kegiatan penyuluhan pertanian adalah :
(28)
13 1. Mengikuti pendidikan meliputi
a. Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar
b. Pendidikan dan pelatihan kedinasan dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat
c. Pendidikan dan pelatihan prajabatan
2. Kegiatan persiapan penyuluh pertanian, meliputi : a. Identifikasi potensi wilayah pertanian
b. Memandu penyusunan rencana usaha tani (RUK, RKK, RKD, RKDP/PPP)
c. Penyusunan programa penyuluh pertanian 3. Pelaksanaan penyuluh pertanian, meliputi :
a. Penyusunan materi
b. Perencanaan penerapan metode penyuluhan pertanian c. Menumbuh dan mengembangkan kelembagaan petani 4. Evaluasi dan pelaporan, meliputi :
a. Evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian
b. Evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian 5. Pengembangan penyuluhan pertanian, meliputi :
a. Penyusunan pedoman/ petunjuk pelaksanaan/ petunjuk teknis penyuluhan pertanian
b. Kajian kebijakan pengembangan penyuluhan
c. Pengembangan metode/sistem kerja penyuluhan pertanian 6. Pengembangan profesi, meliputi :
(29)
14 b. Penerjemahan/ penyaduran buku-buku dan bahan-bahan lain di
bidang penyuluhan pertanian
c. Pemberian konsultasi di bidang pertanian yang bersifat konsep kepada institusi dan/atau perorangan.
7. Penunjang penyuluhan pertanian, meliputi :
a. Peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi
b. Keanggotaan dalam Tim penilai jabatan fungsional penyuluhan pertanian
c. Keanggotaan dalam dewan redaksi penerbitan dibidang pertanian d. Perolehan penghargaan atau tanda jasa
e. Pengajaran/ pelatihan pada pendidikan f. Keanggotaan dalam organisasi profesi g. Perolehan gelar kesarjanaan lainnya
2.3 Peran Penyuluh
Peran penyuluh menurut BPSDM Deptan (2010) adalah :
1. Penyuluh sebagai inisiator yaitu senantiasa selalu memberikan gagasan/ ide baru
2. Penyuluh sebagai fasilitator yaitu memberikan jalan keluar, kemudahan baik dalam memajukan usaha taninya . penyuluh memfasilitasi dalam hal kemitraan usaha, berakses ke pasar, dan permodalan.
3. Penyuluh sebagai motivator yaitu penyuluh senantiasa membuat petani tahu, mau dan mampu
(30)
15 4. Penyuluh sebagai penghubung yaitu
a. Penyuluh sebagai penyampai aspirasi masyarakat tani
b. Penyuluh sebagai penyampai kebijakan dan peraturan-peraturan yang menyangkut kebijakan dan peraturan bidang pertanian c. Penyuluh berhubungan dengan peneliti sehingga penyuluh
senantiasa membawa inovasi baru hasil-hasil penelitian untuk dapat memajukan usaha tani.
5. Penyuluh sebagai guru, pembimbing petani yang senantiasa mengajar, melatih petani sebagai orang dewasa
6. Penyuluh sebagai organisator dan dinamisator yang selalu menumbuhkan dan mengembangkan kelompok tani agar mampu berfungsi sebagai kelas belajar mengajar, wahana kerjasama dan unit produksi
7. Penyuluh sebagai penganalisa masalah yang ada di usaha tani 8. Penyuluh sebagai agen perubahan harus dapat mempengaruhi
sasaranya agar dapat merubah dirinya ke arah kemajuan
Manfaat dari kegiatan penyuluhan yang dilakukan adalah :
1. Bertambahnya informasi yang sangat penting untuk merencanakan program, tujuan, pengetahuan serta pengalaman mereka dengan teknologi dan penyuluhan, serta struktur sosial masyarakat
2. Lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam program penyuluhan terutama bila sebagai penanggung jawab di dalamnya
(31)
16 3. Petani yang berpartisipasi berhak terlibat dalam proses pengambilan
keputusan mengenai tujuan yang ingin dicapai
4. Banyaknya masalah dalam pembangunan pertanian tidak mungkin dipecahkan perorang petani namun memerlukan partisipasi petani secara kolektif.
2.4 Kinerja
Menurut Wibowo (2007) kinerja adalah hasil kerja dan bagaimana proses kerja ini berlangsung. Robbins (2003) menjelaskan kinerja merupakan interaksi fungsi kemampuan (ability), motivasi (motivation) dan kesempatan
(opportunity). Menurut Soedijanto (2004) dalam Munasir (2007)
pencapaian kinerja seorang pejabat atau petugas akan menjadi ukuran tinggi rendahnya prestasi kerja.
Kinerja Menurut Robert L. Malthis dan Jackson (2002) adalah apa yang dilakukan dan apa yang tidak dilakukan karyawan atau seberapa banyak karyawan memberi kontribusi kepada organisasi. Kinerja suatu organisasi perlu dinilai. Penggunaan penilaian kinerja dilihat dari dua sisi yakni penggunaan administratif dan penggunaan pengembangan.
Menurut Gibson (1977) dalam Sastrohadiwiryo (2009) terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu :
1. Varibel individu yang terdiri dari pemahaman terhadap pekerjaanya, pegalaman kerja, latar belakang keluarga, tingkat sosial ekonomi, dan faktor demografi (umur, jenis kelamin, etnis, dan sebagainya)
(32)
17 2. Variable organisasi, yang antara lain terdiri dari kepemimpinan, desain pekerjaan, sumber daya yang lain, struktur organisasi dan sebagainya)
3. Variabel psikologis, yang terdiri dari persepsi terhadap pekerjaan, sikap terhadap pekerjaan, motivasi, kepribadian.
Dari segi organisasi kinerja dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. (Gitusudarmo dan Sudita, 2008) . sedangkan dari segi psikologis kinerja dapat dipengaruhi oleh motivasi. Motivasi menurut Berelson dan Steiner yang dikutip Sastrohadiwiryo 9 2009) adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energy, mendorong kegiatan dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang member kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan. Beberapa teori yang menerangkan tentang konsep motivasi yakni :
1. Teori McClelland
Menurut McClelland dalam Sastrohadiwiryo (2009) terdapat dua motivasi dalam diri manusia yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. Motif primer adalah motif yang timbul secara alamiah pada setiap manusia secara biologis. Motif sekunder adalah motif yang timbul karena dorongan dari luar akibat interaksi dengan orang lain atau interaksi sosial.
(33)
18 a. Motif berprestasi adalah dorongan untuk sukses dalam situasi kompetisi yang didasarkan kepada ukuran keunggulan disbanding dengan standar ataupun orang lain.
b. Motif berafiliasi adalah dorongan untuk dapat berafiliasi dengan sesama manusia sehingga dapat membentuk, memelihara dan bekerja sama dengan orang lain.
c. Motif berkuasa adalah berusaha mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai kepuasan melalui tujuan tertentu, yakni kekuasaan dengan jalan mengontrol atau menguasai orang lain. 2. Teori McGregor
McGregor menyatakan bahwa motivasi manusia didasarkan pada pandangan konvensional atau klasik (teori X) dan pandangan baru atau modern (teori Y)
Teori X beranggapan bahwa :
a. Pada umumnya manusia tidak senang bekerja.
b. Pada umumnya manusia cenderung sesedikit mungkin melakukan aktvitas atau bekerja.
c. Pada umumnya manusia kurang berambisi
d. Pada umumnya manusia kurang senang apabila diberi tanggung jawab
e. Pada umumnya manusia bersifat egois dan kurang acuh terhadap organisasi.
Sedangkan teori Y yang bertumpu pada pendekatan baru beranggapan bahwa :
(34)
19 a. Pada umumnya manusia bersifat aktif tidak pasif
b. Pada dasarnya manusia itu tidak malas kerja, tetapi suka bekerja. c. Pada umumnya manusia dapat berprestasi dalam menjalankan
pekerjaanya.
d. Pada umumnya manusia selalu berusaha mencapai sasaran atau tujuan organisasi.
e. Pada umumnya manusia selalu berusaha mengembangkan diri untuk
mencapai sasaran atau tujuan organisasi. 3. Teori Herzberg
Faktor yang memotivasi seseorang dalam melaksanakan tugasnya terdiri dari
a. Faktor kepuasan mencangkup prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kesempatan untuk maju dan pekerjaan itu sendiri.
b. Faktor ketidakpuasan mencangkup kondisi kerja fisik, hubungan interpersonal, kebijakan dan administrasi perusahaan, pengawasan, gaji dan keamanan kerja.
4. Teori Maslow
Maslow mengembangkan teori motivasi yang berdasarkan pada kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis. Motivasi seseorang akan meningkat ke tingkat kebutuhan selanjutnya apabila kebutuhan sebelumnya sudah terpenuhi. Secara hierarki kebutuhan tersebut adalah :
(35)
20 a. Kebutuhan biologis meliputi kebutuhan sandang, pangan dan
papan.
b. Kebutuhan akan rasa aman meliputi keamanan fisik dan keamanan psikologis. Seperti ancaman dikeluarkan dari pekerjaan, perlindungan kesehatan dengan asuransi, jaminan kesejahteraan saat pension, atau mengalami putus hubungan kerja.
c. Kebutuhan berafiliasi dengan orang lain d. Kebutuhan akan penghargaan
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Kinerja juga dapat dipengaruhi oleh kompensasi. Sastrohadiwiryo (2009) menyatakan kompensasi adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan atau instansi kepada tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Mangkunegara (2007) dalam Sari (2010) kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai secara kuantitas dan kualitas dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Variabel kinerja yang diukur pada penelitian ini adalah :
1. Tanggung Jawab
2. Penyuluhan sesuai dengan SOP
3. Kelas kelompok tani binaan meningkat
(36)
21 5. Menjalankan rencana kerja penyuluhan
6. Frekuensi penyuluhan minimal empat kali dalam seminggu
Kinerja penyuluhan adalah hasil kerja yang dicapai seorang penyuluh dalam melaksanakan tugasnya selama periode tertentu dan seberapa besar pengaruh penyuluh tersebut terhadap kemajuan desa binaanya.
2.5 Kompetensi
Berdasarkan keputusan Menteri Negara koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan pendayagunaan Aparatur Negara No. 19/KEP/MK.Waspan/5/1999 ada enam aspek yang harus dimiliki oleh penyuluh pertanian yaitu :
1. Persiapan penyuluhan pertanian yang meliputi identifikasi wilayah agroekosistem, penyusunan programa penyuluhan pertanian, penyusunan rencana kerja penyuluhan pertanian.
2. Pelaksanaan penyuluhan pertanian yang meliputi materi penyuluhan pertanian, penerapan metode penyuluhan pertanian dan pengembangan keswadayaan masyarakat.
3. Evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian
4. Pengembangan penyuluhan pertanian yang meliputi penyusunan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penyuluhan pertanian, penyusunan arah kebijaksanaan, pengembangan penyuluhan pertanian dan pengembangan metode dan sistem kerja penyuluha pertanian.
5. Pengembangan profesi penyuluhan pertanian yang meliputi penyusunan karya tulis ilmiah dan ilmiah populer bidang pertanian,
(37)
22 penerjemahan atau penyaduran buku penyuluhan pertanian dan bimbingan penyuluhan
pertanian.
6. Penunjang penyuluhan pertanian seperti seminar dan lokakarya penyuluhan pertanian.
Menurut Wyatt (2003) dalam Sari (2010) kompetensi merupakan kombinasi antara pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku (attitude) yang dapat diamati dan diterapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi pribadi karyawan terhadap organisasinya.
Komponen yang membentuk kompetensi adalah : 1. Pengetahuan
Menurut Wibowo (2007) pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang spesifik. Menurut Hendayana (2011) Pengetahuan merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh. Pengetahuan penyuluh dalam hal ini menekankan pada kemampuan penyuluh dalam menguasai isi dan substansi setiap isu-isu penyuluhan dan isu pertanian yang dihadapi.
Pengetahuan memberikan pengaruh terhadap kapasitas penyuluh dalam menyusun materi penyuluhan secara luas, sistematis dan mendalam. Selain itu kemampuan pengetahuan akan menjadi penentu bagaimana penyuluh tersebut melakukan pendekatan, media, dan metode penyuluhan yang efektif dan efisien. Penyuluh juga harus memiliki kemampuan beradaptasi yang
(38)
23 tinggi terhadap perubahan teknologi dan pengetahuan yang selalu berubah. Variabel pengetahuan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan 6 indikator yaitu :
1. Penguasaan teknik budidaya yang disuluhkan 2. Pengalaman kerja bidang pertanian
3. Pelatihan
4. Pendidikan formal yang dimiliki 5. Menguasai materi penyuluhan 6. Penyampaian materi penyuluhan
2. Keterampilan
Menurut Wibowo (2007) keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu. Kompetensi mental atau keterampilan kognitif termasuk berpikir analitis dan konseptual. Menurut Gibson dalam Sari (2010) keterampilan yaitu kemampuan dan keterampilan seorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaanya :
a. Tingkat penguasaan terhadap tata kerja dan prosedur kerja b. Kemampuan mengatasi kesulitan yang timbul dalam pekerjaan c. Kemampuan menyesuaikan terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi di lingkungan kerja
d. Kesediaan menerima tugas di luar tugas pokok e. Masa kerja
(39)
24 Variabel keterampilan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan tujuh indikator yaitu :
1. Mengembangkan swadaya petani 2. Mengidentifikasi kebutuhan petani
3. Mencantumkan kebutuhan petani dalam program kerja
4. Memberikan kiat-kiat strategi dalam megelola waktu dan dana 5. Menilai keberhasilan program penyuluhan
6. Cekatan dalam melaksanakan tugas 7. Menyelesaikan tugas diluar jam kerja
3. Perilaku
Menurut Veithzal (2004) dalam Sari (2010) perilaku adalah kesiapan untuk menanggapi suatu kerangka yang utuh untuk menetapkan keyakinan atau pendapat yang khas serta sikap juga pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan objek, orang atau peristiwa. Perilaku penyuluh adalah perilaku penyuluh dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah atau kendala di lapangan dengan cara yang lebih objektif dan demokrasi.
Pada penelitian ini variabel perilaku menggunakan delapan indikator yaitu : 1. Disiplin waktu
2. Siap mendengarkan keluhan petani binaan
3. Memberikan kesempatan bagi petani binaan dalam mengajukan pendapat 4. Memberikan pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak 5. Mau dan mengerjakan tugas yang diberikan
(40)
25 6. Mampu mengajak orang lain untuk mengerjakan/ berdiskusi
7. Menciptakan kedekatan dan lingkungan yang kondusif
(41)
26 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Metode untuk menilai kinerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan metode prilaku. Terdapat tiga kategori yaitu : skala penilaian yang berdasarkan perilaku (behavioral anchored rating scales), skala observasi perilaku (behavioral observation scales) dan skala harapan perilaku (behavioral expectation scales). BARS mencocoksn deskripsi dari perilaku yang mungkin dengan apa yang biasa ditampilkan penyuluh. BOS digunakan untuk menghitung berapa kali suatu perilaku ditampilkan. BES mengurutkan perilaku dalam dalam suatu garis kontinyu untuk menggambarkan kinerja yang istimewa, rata-rata atau kinerja yang tidak dapat diterima.
Metode deskriptif menurut Nawawi (2003) yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang beerdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
3.2 Desain Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode sensus dengan melibatkan seluruh penyuluh pertanian di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Pringsewu yakni sebanyak 74 orang agar data yang diperoleh mewakili keadaan sebenarnya dan mengurangi tingkat kesalahan.
(42)
27 3.3. Definisi Operasional Variabel
3.3.1 Variabel terikat/ dependent variabel yaitu kinerja (X1).
Menurut Bernardin dan Russell (1993) kinerja adalah catatan tentang hasil yang diproduksi pada periode waktu tertentu.
Variabel Indikator Skala Ukur
Kinerja 1. Tanggung Jawab Ordinal
2. Penyuluhan sesuai dengan SOP 3. Kelas kelompok tani meningkat 4. Produksi produk pertanian meningkat 5. Menjalankan rencana kerja penyuluh
6. Frekuensi penyuluhan minimal empat kali dalam seminggu 3.3.2 Variabel Bebas Kompetensi Pengetahuan (X1)
Menurut Wibowo (2007) pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang spesifik.
Variabel Indikator Skala Ukur
Pengetahuan 1. Penguasaan materi yang disuluhkan Ordinal 2. Pengalaman kerja
3. Pelatihan
4. Pendidikan formal 5. Menguasai materi
6. Penyampaian materi penyuluhan 3.3.3 Variabel Bebas Kompetensi keterampilan (X2)
Menurut Spencer and Spencer (1993) dalam Sari (2010) keterampilan adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas tertentu baik secara fisik maupun mental.
Variabel Indikator Skala Ukur
Keterampilan 1. Mengembangkan swadaya petani 2. Mengidentifikasi kebutuhan petani
Ordinal 3. Mencantumkan kebutuhan petani dalam program kerja
4. Memberikan kiat-kiat strategi dalam megelola waktu dan dana
5. Menilai keberhasilan program penyuluhan 6. Cekatan dalam melaksanakan tugas 7. Menyelesaikan tugas diluar jam kerja
(43)
28 3.3.4 Variabel Bebas Kompetensi Perilaku (X3)
Menurut Veithzal (2004) dalam Sari (2010) perilaku adalah kesiapan untuk menanggapi suatu kerangka yang utuh untuk menetapkan keyakinan atau pendapat yang khas serta sikap juga pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan objek, orang atau peristiwa.
Variabel Indikator Skala Ukur
Perilaku 1. Disiplin waktu Ordinal
2. Siap mendengarkan keluhan petani binaan
3. Memberikan kesempatan bagi petani binaan dalam mengajukan pendapat
4. Memberikan pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak
5. Mau dan mengerjakan tugas yang diberikan 6. Mampu mengajak orang lain untuk mengerjakan/
berdiskusi
7. Menciptakan kedekatan dan lingkungan yang kondusif
8. Mampu mengembangkan rasa kesetiakawanan dan saling percaya
3.4 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder
1. Data primer didapatkan langsung dari penyuluh pertanian di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Pringsewu dan petani melalui survei dan kuisioner
2. Data sekunder didapatkan dari sumber data yang tidak langsung, dalam bentuk literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
(44)
29 3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja penyuluh melalui kuisioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Kuisioner yang disebarkan melalui uji validitas dan reabilitas terlebih dahulu.
3.6 Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu
1. Kuisioner 2. Wawancara
Teknik wawancara adalah dengan mengajukan pertanyaan kepada penyuluh pertanian di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) sebanyak 74 orang yang tersebar di sembilan kecamatan Kabupaten Pringsewu untuk mendapatkan data secara detail.
3. Dokumentasi
Dokumentasi diperlukan untuk memperoleh data dan informasi melalui literatur, jurnal atau buku-buku yang berhubungan dengan penelitian.
3.7 Gambaran Umum BP4K Kab. Pringsewu
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan selanjutnya disebut BP4K Kab. Pringsewu, dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 5 tahun 2010 tanggal 23 Desember 2010 dan Peraturan Bupati Pringsewu No 40 Tahun 2012 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja BP4K Kab. Pringsewu . BP4K Kab. Pringsewu merupakan unsur penunjang Pemerintah
(45)
30 Daerah Kabupaten Pringsewu dalam pembangunan sumber daya petani Bidang Pern, Perikanan, dan Kehutanan. Untuk dapat melaksanakan tugasnya, BP4K Kabupaten Pringsewu memiliki kelengkapan struktur organisasi sebagai berikut :
1. Kepala Badan
2. Sekretaris, Terdiri Dari
a. Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Perencanaan
3. Bidang Ketenagaan Penyuluh, Terdiri Dari a. Sub Bidang Peningkatan SDM Penyuluh b. Sub Bidang Sarana Dan Prasarana Penyuluh 4. Bidang Kelembagaan Penyuluh, Terdiri Dari
a. Sub Bidang Kelembagaan Penyuluh b. Sub Bidang Kelembagaan Petani
5. Bidang Penyelenggaraan Penyuluhan, Terdiri Dari a. Sub Bidang Program Dan Programa Penyuluhan b. Sub Bidang Metoda Dan Materi Penyuluhan 6. Bidang Kerjasama Dan Kemitraan, Terdiri Dari
a. Sub Bidang Kerjasama Penyuluh b. Sub Bidang Kerjasama Kemitrausahaan
7. Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan Dan Kehutanan (BP3K)
8. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya.
(46)
31 3.7.1 Visi Misi
Visi dan Misi BP4K Kabupaten Pringsewu adalah : Terwujudnya Petani Unggul ,
Mandiri dan Sejahtera “ . Misi BP4K Kabupaten Pringsewu adalah sebagai
berikut :
1. Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) Pertanian dan Pelayanan kepada Masyarakat.
2. Mengoptimalkan Potensi Sumberdaya Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
3.7.2 Tujuan dan Sasaran A. Tujuan
Tujuan yang telah ditetapkan oleh BP4K Kabupaten Pringsewu adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Sesuai dengan Misi Pertama :
1) Meningkatkan kualitas Sumberdaya Aparatur 2) Meningkatkan Kelembagaan Penyuluhan 3) Meningkatkan Pelayanan kepada masyarakat
b. Tujuan Sesuai dengan Misi Kedua :
1) Meningkatkan Pemanfaatan Sumberdaya Alam , Permodalan, Sarana dan Prasarana serta teknologi
(47)
32 B. Sasaran
Sasaran yang telah ditetapkan BP4K Kabupaten Pringsewu diuraikan sebagai berikut :
a. Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
1) Pengawalan Penerbitan Perda/Perbup tentang Pelaksanaan UU. Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan 2) Fasilitasi Pembentukan Kantor BP3K di Kecamatan Pemekaran
3) Fasilitasi Semua Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan baik Penyuluh PNS maupun Non PNS
4) Fasilitasi kegiatan organisasi profesi Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
5) Fasilitasi Penumbuhan Kelompok tani maupun Gapoktan menjadi Kelembagaan Ekonomi petani (LKMA)
6) Penetapan Programa Penyuluhan, Perikanan dan kehutanan yang mendukung empat sukses Pembangunan Pertanian
7) Penyediaan Dokumen data dan Informasi tentang Kelembagaan Penyuluhan, Kelembagaan Petani, serta ketenagaan Penyuluh PNS dan Swadaya.
8) Penyediaan Sistem Informasi dan Materi Penyuluhan melalui Cyber extension
9) Fasilitasi Pembentukan POS Penyuluhan tingkat Desa /Pekon disemua Desa/Pekon
10) Pemenuhan Sarana dan Prasarana Penyuluhan baik di tingkat BP4K maupun di tingkat BP3K Kecamatan.
(48)
33 11) Fasilitasi kegiatan pertemuan Penyuluh baik tingkat daerah maupun tingkat
nasional.
12) Peningkatan pembangunan dan pengembangan kerja sama dan kemitrausahaan pertanian , perikanan dan kehutanan.
b. Pelatihan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
1) Pemantapan Sistem Latihan dan Kunjungan (LAKU) bagi penyuluh, yaitu latihan di BP3K dan Kunjungan di Kelompok tani
2) Penataan dan Penumbuhan P4S di Wilayah Sentra Produksi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
3) Fasilitasi Pengiriman Aparatur/non aparatur dalam rangka pelatihan / magang yang berkaitan dengan tugas penyuluhan dalam negeri maupun luar Negeri
4) Pemberdayaan masyarakat dan pembangunan pertanian pedesaan 5) Fasilitasi Pelatihan Pertanian Tepat Guna bagi Masyarakat Tani
c. Pendidikan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
1) Fasilitasi Peningkatan Profesionalisme para Penyuluh melalui program Tugas Belajar (Diploma 4, S.1 maupun S.2)
2) Fasilitasi Kompetensi para penyuluh melalui program Sertifikasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sesuai dengan standar kompetisi Kerja Nasional (SKKN)
d. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis lainnya
(49)
34 BP4K Kab. Pringsewu mempunyai tugas melaksanakan, mengendalikan, mengawasi serta mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Untuk melaksanakan tugas tersebut BP4K Kab. Pringsewu menyelenggarakan fungsi BP4K Kab. Pringsewu yakni :
1. Merumuskan kebijakan teknis di Bidang Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
2. Memberikan dukungan penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
3. Melakukan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan serta pelayanan administrasi
4. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
3.8 Uji Kuisioner
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang benar-benar valid dan sesuai dengan keadaan di lapangan maka sebelumnya data yang didapatkan perlu di uji validitas dan uji reabilitas. Uji Validitas Item adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan seberapa valid suatu item pertanyaan mengukur variabel yang diteliti. 2) Pemantapan Sistem Perencanaan Program, Kegiatan, Anggaran baik
APBD maupun APBN
3) Pemantapan Sistem Pengelolaan Keuangan dan Perlengkapan
4) Pemantapan Sistem Monitoring Evaluasi dan Pelaporan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan berwibawa.
(50)
35 Menurut Marius (2007) agar kuisioner memiliki validitas yang tinggi perlu dilakukan daftar pertanyaan dengan cara
1. Mempertimbangkan teori dan kenyataan yang telah diungkapkan melalui penelitian sebelumnya
2. Menyesuaikan isi pertanyaan dengan kondisi koresponden 3. Memperhatikan masukan para pakar.
Butir pertanyaan atau kuisioner dianalisis menggunakan korelasi product moment. Selanjtnya data akan diolah dengan menggunakan SPSS 13. Kriteria keputusan uji validitas sebagai berikut :
1. Jika r hitung > dari r tabel dengan taraf signifikan 0,01 berarti valid 2. Jika r hitung < dari r tabel dengan taraf signifikan 0,01 berarti tidak valid 3. Jika r hitung ≥ dari r tabel dengan taraf signifikan 0,01 berarti valid
3.8.1 Hasil Uji Validitas
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 13, diperoleh koefisien korelasi Pearson Product Moment untuk masing-masing item pertanyaan sebagai berikut :
A. Uji Validitas Variabel Bebas Kompetensi Pengetahuan Penyuluh (XI) Untuk menentukan apakah suatu pernyataan valid atau tidak, maka perlu diketahui r hitung yang kemudian dibandingkan dengan r tabel. Hasil olah data uji validitas untuk Kompetensi Pengetahuan Penyuluh (XI) terlihat pada Tabel 3 berikut:
(51)
36 Tabel 3.
Uji Validitas Variabel Kompetensi Pengetahuan Penyuluh (XI) Item Pernyataan r Hitung r Tabel Keterangan
pernyataan 1 0,784 0,232 Valid
pernyataan 2 0,570 Valid
pernyataan 3 0,609 Valid
pernyataan 4 0,673 Valid
pernyataan 5 0,796 Valid
pernyataan 6 0,839 Valid
Berdasarkan hasil diatas, diketahui bahwa nilai Corrected Item-Total Correlation pada variabel bebas kompetensi Pengetahuan penyuluh (X1) seluruhnya bernilai lebih besar dari 0,232. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan variabel bebas kompetensi Pengetahuan penyuluh (X1) adalah valid.
B. Uji Validitas Variabel Bebas Kompetensi Keterampilan Penyuluh (X2) Hasil olah data uji validitas untuk Kompetensi Keterampilan Penyuluh (X2) terlihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4.
Uji Validitas Kompetensi Keterampilan Penyuluh (X2) Item Pernyataan r hitung r tabel Keterangan
pernyataan 1 0,750 0,232 Valid
pernyataan 2 0,777 Valid
pernyataan 3 0,800 Valid
pernyataan 4 0,706 Valid
pernyataan 5 0,695 Valid
pernyataan 6 0,730 Valid
pernyataan 7 0,685 Valid
Dari hasil pengolahan data di atas dapat dilihat bahwa seluruh item pernyataan memiliki nilai corrected item-total correlation yang lebih besar dari 0,232. Dengan
(52)
37 demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan variabel Kompetensi Keterampilan (X2) adalah valid.
C. Uji Validitas Variabel Bebas Kompetensi Perilaku (X3)
Uji Validitas kompetensi perilaku didapatkan semua item pernyataan valid dimana nilai corrected item-total correlationnya semua lebih besar dari 0,232. Hasil pengolahan data uji validitas Kompetensi Perilaku (X3) Pada tabel berikut:
Tabel 5.
Uji Validitas Kompetensi Perilaku (X3)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan variabel Kompetensi Perilaku (X3) adalah valid.
D.Uji Validitas Variabel Terikat Kinerja (Y1)
Uji Validitas Kinerja didapatkan pernyataan ketiga tidak valid dimana nilai corrected item-total correlationnya semua lebih kecil dari 0,232. Hasil pengolahan data uji validitas Kompetensi Perilaku (X3) Pada tabel berikut:
Item Pernyataan r hitung r tabel Keterangan Pernyataan 1 0,682 0,232 Valid
Pernyataan 2 0,867 Valid
Pernyataan 3 0,772 Valid
Pernyataan 4 0,702 Valid
Pernyataan 5 0,894 Valid
Pernyataan 6 0,850 Valid
pernyataan 7 0,811 Valid
(53)
38 Tabel 6.
Uji Validitas Variabel Terikat Kinerja (Y) Item
Pernyataan
r Hitung r Tabel Keterangan Pernyataan 1 0,643 0,232 Valid
Pernyataan 2 0,710 Valid
Pernyataan 3 0,187 Tidak Valid
Pernyataan 4 0,712 Valid
Pernyataan 5 0,719 Valid
Pernyataan 6 0,682 Valid
Nilai r Tabel sebagai pembanding adalah 0,232. Bila nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari 0,232 maka disimpulkan bahwa item pernyataan tersebut adalah valid. sedangkan pernyataan lainnya adalah valid. Pernyataan nomor tiga tersebut adalah Kelas Kelompok Tani yang saya bina selalu meningkat setiap tahunnya. Untuk itu pernyataan nomor tiga akan dikeluarkan dari pengolahan. Adapun hasil uji validitas variabel terikat kinerja (Y) selanjutnya adalah sebagai berikut.
Tabel. 7 Uji Validitas Variabel Terikat Kinerja (Y) Tahap Kedua Item
Pernyataan
r Hitung r Tabel Keterangan Pernyataan 1 0,698 0,232 Valid
Pernyataan 2 0,706 Valid
Pernyataan 4 0,719 Valid
Pernyataan 5 0,726 Valid
Pernyataan 6 0,676 Valid
Dari Tabel hasil uji validitas diatas diketahui bahwa nilai Corrected Item-Total Correlation untuk semua pernyataan adalah lebih besar dari 0,232. Artinya semua pernyataan telah valid.
(54)
39 3.8.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas item adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan reliabilitas serangkaian item pertanyaan dalam kehandalannya mengukur suatu variabel. Menurut Nawawi (2003) reliabilitas data adalah alat pengumpul data yang pada dasarnya menunjukkan tingkat keajegan dalam mengungkapkan gejala tertentu dari suatu kelompok individu walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Pada penelitian ini uji reliabilitas menggunakan metode Cronbrach Alpha atau Cr. Alpha berdasarkan skala Cr. Alpha dari 0 sampai dengan 1.
α
= (_K_) ( sr
2-
Σsi
2)
(K-1) ( sx
2)
α = Koefisein reliabilitas Alpha Cronbach K = jumlah item pertanyaan yang diuji
Σsi2 = Jumlah varians skor item
sx2 = Varians skor-skor tes (seluruh item K)
Kriteria pengujian reabilitas sebagai berikut :
1. Jika rα > dari r tabel berarti reliabel 2. Jika rα < dari r tabel berarti tidak reliabel 3. Jika rα ≥ dari r tabel berarti reliabel
A. Uji Reliabilitas Variabel Terikat Kinerja (Y)
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cronbach’s Alpha
dengan bantuan program SPSS 13. Semakin besar nilai Koefisien Reabilitas (α)
(55)
40 Tabel 8. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner Kompetensi
NO Variabel Alpha r Tabel Keterangan
1 Variabel Kinerja 0,867 0,6 Reliabel 2 Variabel Pengetahuan 0,887 0,6 Reliabel 3 Variabel Keterampilan 0,911 0,6 Reliabel 4 Variabel Perilaku 0,934 0,6 Reliabel
3.9 Analisis regresi Linier Berganda
Untuk menjelaskan hubungan antara tiga variabel bebas dan satu variabel terikat pada penelitian ini maka digunakan analisis regresi linier berganda. Menurut sugiyono dan wibowo (2001) dalam Marius (2007) regerasi linier berganda digunakan pada penelitian yang memiliki lebih dari dua variabel bebas. Model regresi linier berganda untuk pengaruh kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan perilaku ) terhadap kinerja penyuluh di BP4K Kab. Pringsewu adalah sebagai berikut :
Y = a + bX1 + cX2 + dX3 Y = Kinerja Penyuluh X1 = Pengetahuan X2 = Keterampilan X3 = Perilaku
a = nilai intercept (konstan) b,c,d = Koefisien regresi
Koefisien a,b,c dan d serta perhitungan-perhitungan lainnya, selanjutnya menggunakan alat bantu pengolahan data statistik berupa software komputer yaitu spss versi 13.0
(56)
41 Sebelum dilakukan regresi linier berganda seharusnya dilakukan uji normalitas data. Namun, pada penelitian tidak dilakukan uji normalitas mengingat sampel yang diambil menggunakan metode sensus atau menggunakan seluruh populasi yakni seluruh penyuluh di Kabupaten Pringsewu.
3.10 Uji Hipotesa
Uji hipotesa pada penelitian ini dilakukan dengan uji t dan uji F. Membandingkan statistik hitung dan statistik tabel untuk memprediksi pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
1. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima 2. Jika t hitung > t tabel maka Ha diterima 3. Jika t hitung ≥ t tabel maka Ha diterima
Sedangkan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat akan dilakukan dengan uji F pada tingkat signifikan 1 %. 1. Jika f hitung < f tabel maka Ho diterima
2. Jika f hitung > f tabel maka Ha diterima 3. Jika f hitung ≥ f tabel maka Ha diterima
(57)
83 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis uji statatistik dalam penelitian tentang pengaruh kompetensi terhadap kinerja di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kabupaten Pringsewu diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil jawaban 74 orang penyuluh di BP4K Kabupaten Pringsewu untuk aspek pengetahuan adalah rata-rata 3 (cukup baik). Indikator pengetahuan meliputi menguasai teknik budidaya yang disuluhkan rata-rata 3 (cukup baik), pengalaman kerja bidang pertanian rata-rata 3 (cukup baik), pelatihan rata-rata 3 (cukup baik) pendidikan formal rata-rata 4 (baik), menguasai materi penyuluhan rata-rata 3 (cukup baik), Teknik penyampaian materi penyuluhan rata-rata 3 (cukup baik).
2. Aspek keterampilan penyuluh di BP4K Kabupaten Pringsewu adalah rata-rata 3 (cukup baik). Indikator keterampilan meliputi mengembangkan swadaya petani rata-rata 3 (cukup baik), , mengidentifikasi kebutuhan petani rata-rata 3 (cukup baik), mencantumkan kebutuhan petani dalam program kerja rata-rata 3 (cukup baik), memberikan kiat-kiat strategi dalam mengelola waktu dan dana rata 3 (cukup baik), menilai keberhasilan program penyuluhan rata-rata 3 (cukup baik), cekatan dalam melaksanakan tugas rata-rata-rata-rata 3 (cukup baik)dan siap menyelesaikan tugas diluar jam kerja rata-rata 3 (cukup baik). 3. Aspek perilaku penyuluh di BP4K Kabupaten Pringsewu adalah rata-rata 3
(58)
84 baik), mendengarkan keluhan petani rata-rata 3 (cukup baik), memberikan kesempatan bagi petani binaan dalam mengajukan pendapat rata-rata 4 (baik), memberikan pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak rata-rata 3 (cukup baik), mau dan mengerjakan tugas yang diberikan rata-rata-rata-rata 4 (baik), mampu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau berdiskusi rata-rata 3 (cukup baik), menciptakan kedekatan dan lingkungan yang kondusif rata-rata 3 (cukup baik), dan mampu mengembangkan rasa kesetiakawanan dan saling percaya rata-rata 3 (cukup baik).
4. Aspek kinerja penyuluh di BP4K Kabupaten Pringsewu didapatkan rata-rata 3 (cukup baik). Indikator kinerja meliputi tanggung jawab rata-rata 4 (baik), penyuluhan sesuai dengan SOP rata-rata 3 (cukup baik), kelas kelompok tani meningkat rata 3 (cukup baik), produksi produk pertanian meningkat rata-rata 3 (cukup baik), menjalankan rencana kerja penyuluhan rata-rata-rata-rata 3 (cukup baik), dan penyuluhan minimal empat kali dalam seminggu rata-rata 3 (cukup baik).
5. Kompetensi yang terdiri pengetahuan, keterampilan dan perilaku secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja penyuluh di BP4K 6. Kompetensi pengetahuan dan keterampilan secara parsial berpengaruh
terhadap kinerja
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis statistik yang sudah dilakukan, dianjurkan beberapa saran sebagai berikut :
(59)
85 1. Pemerintah pusat harus membekali penyuluh dengan pelatihan dasar sebelum
penyuluh ditugaskan ke lapangan.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu melalui BP4K Kab. Pringsewu meningkatkan alokasi dana untuk kegiatan pelatihan, seminar, loka karya atau demplot-demplot percobaan sebagai proses pembelajaran penyuluh.
3. BP4K Kab. Pringsewu membetuk tim pengawas kabupaten yang khusus mengawasi kinerja penyuluh.
4. BP4K Kab. Pringsewu menempatkan penyuluh sesuai antara basis pendidikan penyuluh dengan potensi wilayah desa binaan.
5. BP4K Kab. Pringsewu meningkatkan koordinasi dengan dinas terkait untuk bersama-sama memfasilitasi kebutuhan kelompok petani.
6. Penyuluh harus memiliki komitmen untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai penyuluh sesuai dengan formasi awal saat dirinya diterima sebagai pegawai negeri sipil.
(60)
86 DAFTAR PUSTAKA
A.W Van Den Ban dan H.S Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 364 hlm.
Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia No. 14/02/Th.XVI. 5 Februari 2013.
www.bps.go.id/Brs_File/Pdb_05feb13.Pdf. Diakses tanggal 4 April 2013 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Departemen Pertanian. 2010.
Perkembangan Jumlah Penyuluh Pertanian. Can_sdm@deptan.go.ipb. Diakses tanggal 4 April 2013
Departemen Pertanian.2006. Undang-undang Republik Indonesia No.16 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Deptan. Jakarta. Hartati, Puji, M. Yacob Surung, Sudirman dan Arman Wahab. 2011. Analisis
Kinerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Jurnal Agrisistem.Vol VII (No.2)
Hendayana, dandan. 2011.dhkangmas.wordpress.com/2011/19/r/membangun-kompetensi-penyuluh/. Diakses tanggal 12 September 2013
Indraningsih, Kurni Suci, Basita G. Sugihen, Prabowo Tjiptopranoto, Pang. S. Asngari dan Harti Wijayanto. 2010. Kinerja penyuluh dari Perspektif Petani dan Eksistensi Penyuluh Swadaya Sebagai Pendamping Penyuluh Pertanian. Pse. Litbang.Deptan.Go.Id/Ind/Pdfffiles/Art8-4b.Pdf. Diakses tanggal 18 Maret 2013.
Margolang, Nazarudin. Strategi Peningkatan Kelas Kelompok Tani.
wordpress.com/r/membangun-kompetensi-penyuluh/. Diakses tanggal 12 Desember 2013
Marius, J.A .2007. Pengembangan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 243 hlm Mathis Robert L. dan John. H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya
(61)
87 Sapar. Amri Jahi, Pang. S.Asngari dan Amirudin Saleh dan I. G Putu. 2011.
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampak Kompetensi pada Petani Kakao di Empat Wilayah Sulawesi Selatan.
Http://journal.Ipb.Ac.Id/Index.Php/Forumpasca/Artikel/viewfile/4941/33 64. Diakses tanggal 20 Maret 2013
Sari, Indah Wulan. 2010. Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Pegawai negeri Sipil di Bappeda Lampung Selatan. Universitas Lampung. Lampung.103 hlm
Sastrohadiwiryo, DR.B Siswanto. 2009. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan Operasional. Bumi Aksara. Jakarta. 326 hlm.
Sayekti , Wuryaningsih Dwi, Ernie Tisnawati Sule, Maman Kusman dan Hilmiana. 2011. Kompetensi, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, Motivasi dan Kinerja. Penerbit UNPAD P=RESS. Bandung. 138 hlm. Syafaruddin Alwi. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi Keunggulan
Kompetitif.BPFE-Yogyakarta press.Yogyakarta.280 hlm
Wahyudi, Amin dan Suwardi. 2010. Pengaruh Komunikasi, Kedisiplinan dan Tanggung Jawab terhadap kinerja pegawai di UPT Dinas Pendidikan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia. Vol IV:2
Wibowo.2007. Manajemen Kinerja. Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 410 hlm.
(1)
Sebelum dilakukan regresi linier berganda seharusnya dilakukan uji normalitas data. Namun, pada penelitian tidak dilakukan uji normalitas mengingat sampel yang diambil menggunakan metode sensus atau menggunakan seluruh populasi yakni seluruh penyuluh di Kabupaten Pringsewu.
3.10 Uji Hipotesa
Uji hipotesa pada penelitian ini dilakukan dengan uji t dan uji F. Membandingkan statistik hitung dan statistik tabel untuk memprediksi pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
1. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima 2. Jika t hitung > t tabel maka Ha diterima 3. Jika t hitung ≥ t tabel maka Ha diterima
Sedangkan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat akan dilakukan dengan uji F pada tingkat signifikan 1 %. 1. Jika f hitung < f tabel maka Ho diterima
2. Jika f hitung > f tabel maka Ha diterima 3. Jika f hitung ≥ f tabel maka Ha diterima
(2)
83 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis uji statatistik dalam penelitian tentang pengaruh kompetensi terhadap kinerja di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kabupaten Pringsewu diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil jawaban 74 orang penyuluh di BP4K Kabupaten Pringsewu untuk aspek pengetahuan adalah rata-rata 3 (cukup baik). Indikator pengetahuan meliputi menguasai teknik budidaya yang disuluhkan rata-rata 3 (cukup baik), pengalaman kerja bidang pertanian rata-rata 3 (cukup baik), pelatihan rata-rata 3 (cukup baik) pendidikan formal rata-rata 4 (baik), menguasai materi penyuluhan rata-rata 3 (cukup baik), Teknik penyampaian materi penyuluhan rata-rata 3 (cukup baik).
2. Aspek keterampilan penyuluh di BP4K Kabupaten Pringsewu adalah rata-rata 3 (cukup baik). Indikator keterampilan meliputi mengembangkan swadaya petani rata-rata 3 (cukup baik), , mengidentifikasi kebutuhan petani rata-rata 3 (cukup baik), mencantumkan kebutuhan petani dalam program kerja rata-rata 3 (cukup baik), memberikan kiat-kiat strategi dalam mengelola waktu dan dana rata 3 (cukup baik), menilai keberhasilan program penyuluhan rata-rata 3 (cukup baik), cekatan dalam melaksanakan tugas rata-rata-rata-rata 3 (cukup baik)dan siap menyelesaikan tugas diluar jam kerja rata-rata 3 (cukup baik). 3. Aspek perilaku penyuluh di BP4K Kabupaten Pringsewu adalah rata-rata 3
(3)
baik), mendengarkan keluhan petani rata-rata 3 (cukup baik), memberikan kesempatan bagi petani binaan dalam mengajukan pendapat rata-rata 4 (baik), memberikan pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak rata-rata 3 (cukup baik), mau dan mengerjakan tugas yang diberikan rata-rata-rata-rata 4 (baik), mampu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau berdiskusi rata-rata 3 (cukup baik), menciptakan kedekatan dan lingkungan yang kondusif rata-rata 3 (cukup baik), dan mampu mengembangkan rasa kesetiakawanan dan saling percaya rata-rata 3 (cukup baik).
4. Aspek kinerja penyuluh di BP4K Kabupaten Pringsewu didapatkan rata-rata 3 (cukup baik). Indikator kinerja meliputi tanggung jawab rata-rata 4 (baik), penyuluhan sesuai dengan SOP rata-rata 3 (cukup baik), kelas kelompok tani meningkat rata 3 (cukup baik), produksi produk pertanian meningkat rata-rata 3 (cukup baik), menjalankan rencana kerja penyuluhan rata-rata-rata-rata 3 (cukup baik), dan penyuluhan minimal empat kali dalam seminggu rata-rata 3 (cukup baik).
5. Kompetensi yang terdiri pengetahuan, keterampilan dan perilaku secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja penyuluh di BP4K 6. Kompetensi pengetahuan dan keterampilan secara parsial berpengaruh
terhadap kinerja
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis statistik yang sudah dilakukan, dianjurkan beberapa saran sebagai berikut :
(4)
85 1. Pemerintah pusat harus membekali penyuluh dengan pelatihan dasar sebelum
penyuluh ditugaskan ke lapangan.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten Pringsewu melalui BP4K Kab. Pringsewu meningkatkan alokasi dana untuk kegiatan pelatihan, seminar, loka karya atau demplot-demplot percobaan sebagai proses pembelajaran penyuluh.
3. BP4K Kab. Pringsewu membetuk tim pengawas kabupaten yang khusus mengawasi kinerja penyuluh.
4. BP4K Kab. Pringsewu menempatkan penyuluh sesuai antara basis pendidikan penyuluh dengan potensi wilayah desa binaan.
5. BP4K Kab. Pringsewu meningkatkan koordinasi dengan dinas terkait untuk bersama-sama memfasilitasi kebutuhan kelompok petani.
6. Penyuluh harus memiliki komitmen untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai penyuluh sesuai dengan formasi awal saat dirinya diterima sebagai pegawai negeri sipil.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
A.W Van Den Ban dan H.S Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 364 hlm.
Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia No. 14/02/Th.XVI. 5 Februari 2013.
www.bps.go.id/Brs_File/Pdb_05feb13.Pdf. Diakses tanggal 4 April 2013 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Departemen Pertanian. 2010.
Perkembangan Jumlah Penyuluh Pertanian. Can_sdm@deptan.go.ipb. Diakses tanggal 4 April 2013
Departemen Pertanian.2006. Undang-undang Republik Indonesia No.16 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Deptan. Jakarta. Hartati, Puji, M. Yacob Surung, Sudirman dan Arman Wahab. 2011. Analisis
Kinerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Jurnal Agrisistem.Vol VII (No.2)
Hendayana, dandan. 2011.dhkangmas.wordpress.com/2011/19/r/membangun-kompetensi-penyuluh/. Diakses tanggal 12 September 2013
Indraningsih, Kurni Suci, Basita G. Sugihen, Prabowo Tjiptopranoto, Pang. S. Asngari dan Harti Wijayanto. 2010. Kinerja penyuluh dari Perspektif Petani dan Eksistensi Penyuluh Swadaya Sebagai Pendamping Penyuluh Pertanian. Pse. Litbang.Deptan.Go.Id/Ind/Pdfffiles/Art8-4b.Pdf. Diakses tanggal 18 Maret 2013.
Margolang, Nazarudin. Strategi Peningkatan Kelas Kelompok Tani.
wordpress.com/r/membangun-kompetensi-penyuluh/. Diakses tanggal 12 Desember 2013
Marius, J.A .2007. Pengembangan Kompetensi Penyuluh Pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 243 hlm Mathis Robert L. dan John. H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya
(6)
87 Sapar. Amri Jahi, Pang. S.Asngari dan Amirudin Saleh dan I. G Putu. 2011.
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampak Kompetensi pada Petani Kakao di Empat Wilayah Sulawesi Selatan.
Http://journal.Ipb.Ac.Id/Index.Php/Forumpasca/Artikel/viewfile/4941/33 64. Diakses tanggal 20 Maret 2013
Sari, Indah Wulan. 2010. Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Pegawai negeri Sipil di Bappeda Lampung Selatan. Universitas Lampung. Lampung.103 hlm
Sastrohadiwiryo, DR.B Siswanto. 2009. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan Operasional. Bumi Aksara. Jakarta. 326 hlm.
Sayekti , Wuryaningsih Dwi, Ernie Tisnawati Sule, Maman Kusman dan Hilmiana. 2011. Kompetensi, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, Motivasi dan Kinerja. Penerbit UNPAD P=RESS. Bandung. 138 hlm. Syafaruddin Alwi. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi Keunggulan
Kompetitif.BPFE-Yogyakarta press.Yogyakarta.280 hlm
Wahyudi, Amin dan Suwardi. 2010. Pengaruh Komunikasi, Kedisiplinan dan Tanggung Jawab terhadap kinerja pegawai di UPT Dinas Pendidikan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia. Vol IV:2
Wibowo.2007. Manajemen Kinerja. Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 410 hlm.