Implementasi Iman dan Taqwa. docx

PENGERTIAN IMAN DAN TAQWA

Moch. Taufiq Ridho ,M.Pd
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KELOMPOK 3
1.
2.
3.
4.
5.

Winda Kharismawati
Rachmad Fajrin Al Khiri
Puspa Shinta Pratiwi
Tri Asbahdin
Muhammad Afrizal Nandito

14513160
14513162
14513164

14513166
14513168

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

1

DAFTAR ISI
Kata pengantar.........................................................................................................1
Daftar isi...................................................................................................................2
BAB I: PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................3
Rumusan Masalah……………………………………………………........3
Tujuan……………………………………………………………………..3
Manfaat…………………………………………………………………....4
BAB II: DASAR TEORI
Implementasi................................................................................................5
Iman..............................................................................................................5
Taqwa...........................................................................................................6

Masyarakat modern......................................................................................6
BAB III: PEMBAHASAN
Masalah-Masalah Manusia Dalam Kehidupan Modern…………………...8
Implementasi Iman dan Taqwa Dalam Menjawab
Problem di Kehidupan Modern………………………………………….13
BAB IV: PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………........................18
Daftar pustaka........................................................................................................19

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman adalah percaya dan meyakini bahwa Allah SWT adalah tuhan
semesta alam. Sedangkan taqwa adalah mematuhi perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Masalah iman dan taqwa ini sangat menarik untuk dibicarakan,
terutama dalam implementasi di kehidupan modern seperti saat ini. Semakin
berkembangnya dunia saat ini selain berdampak positif, juga berdampak
negatif. Dalam kehidupan modern ini, iman dan taqwa sangat diperlukan untuk

menguatkan landasan hidup bagi manusia. Misalnya, dalam hal pendidikan,
pekerjaan,

keluarga,

masyarakat,

pergaulan,

dan

sebagainya.

Tetapi

kenyataannya saat ini banyak orang yang mengaku beriman tetapi mereka
jarang sekali menerapkan iman dan ketaqwaan mereka dalam kehidupan.
Sedangkan mereka sendirimengaku sebagai umat Islam yang beriman dan
bertaqwa terhadap Allah SWT.Kehidupan modern telah membuat sebagian
masyarakat lupa akan hakikat manusia sebagaimakhluk ciptaan Allah SWT

yang wajib beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Mereka sibukmencari kepuasan
dan

kenikmatan

duniawi.

Mereka

lebih

mementingkan

kebutuhan

materidibandingkan dengan kebutuhan rohani. Semua rela mereka korbankan
hanya untukmemenuhi hawa nafsu mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja masalah-masalah manusia dalam kehidupan modern?
2. Bagaimanakah implementasi Iman dan Taqwa dalam menjawab problem

di kehidupan modern?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja masalah-masalah manusia dalam kehidupan
modern.
2. Untuk mengetahui implementasi Iman dan Taqwa dalam menjawab
problem di kehidupan modern.

3

C. Manfaat
1. Bagi penulis, memberikan informasi tentang bagaimana pembuatan
makalah yang baik.
2. Bagi Masyarakat, memeberikan informasi tentang implementasi iman dan
taqwa dalam kehidupan modern.

4

BAB II
DASAR TEORI
A. Implementasi

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.
Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan
implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan
Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai
aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin
(dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan
Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem
rekayasa.”
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi
bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.
Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguhsungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
B. Iman
Pengertian Iman menurut bahasa iman berarti membenarkan, sedangkan
menurut syara’ berartimembenarkan denagn hati, dalam arti menerima dan
tunduk kepada hal-hal yang diketahuiberasal dari Nabi Muhamad. Dengan
demikian Iman kepada Allah berati iman atau percayabahwa Allah satusatunya dzat yang mencipta, memelihara, menguasai, dan mengatur
alamsemesta. Iman kepada keesaan Allah juga berarti iman atau yakin bahwa
hanya kepada Allah-lah manusia harus bertuhan, beribadah memohon

pertolongan, tunduk, patuh, danmerendahkan diri. Selain itu iman kepada
keesaan Allah juga berarti mempercayai bahwaAllah-lah yang memiliki
segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau darisegala
kekurangan.Iman tidak cukup disimpan didalam hati. Iman harus dilahirkan
dalam bentuk perbuatan yangnyata dan dalam bentuk amal sholeh atau

5

perilaku yang baik. Disamping itu, pengertiantersebut juga membawa makna
bahwa iman tidak sekedar beriman kepada apa yangdisebutkan di dalam
“rukun iman” saja, yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikatNya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha’ dan qadar, tetapi lebih
dariitu, cakupan iman meliputi pengimanan terhadap segala hal yang dibawa
oleh NabiMuhammad selain rukun iman tersebut. Misalnya, iman terhadap
kewajiban sholat, zakat,puasa, haji, dan juga tentang halal haramnya sesuatu.
C. Taqwa
Menurut imam ghozali : Taqwa di dalam Al qur’an disebut dalam tiga
pengertian. Pertama : Takut dan malu, Kedua :Taat dan beribadah, Ketiga :
Membersihkan hati dari dosa, dan yang terakhir adalah taqwa yang sejati.
Demikianlah pengertian taqwa menurut imam ghozali. Secara umum, taqwa
adalah perkataan yang mengungkapkan penghindaran diri dari kemurkaan

Allah SWT dan Siksa-Nya. Yakni dengan melaksanakan apa yang diperintahNya dan menahan diri dari melakukan segalalarangan-Nya. Hakikat taqwa
ialah Tuhan melihat kehadiranmu dimana Dia telahmelarangmu. Tuhan tidak
kehilangan kamu dimana Dia telah memerintahkanmu.
D. Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah komunitas orang yang hidup bersama dalam
suatu tempat dengan ikatan dan aturan-aturan tertentu yang bersifat modern
serta penggunaan teknologi. Ciri-ciri pokok masyarakat modern menurut
Deliar Noor

:

1. Bersifat rasional yakni lebih mengutamakan pendapat yang berdasarkan
akal.
2. Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan
masalah yangbersifat sesaat.
3. Menghargai waktu, yakni dengan memafaatkan waktu sebaik-baiknya
dan seefektif mungkin sehingga tidak ada waktu yang mubadzir tanpa
makna.

6


4. Bersifat terbuka yakni mau menerima kritikan, saran, masukan untuk
perbaikan yangdatang dari manapun.
5. Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan
kegunaannya bagi masyarakat.
6. Tantangan, Problema Dan Resiko Kehidupan Modern.

7

BAB III
PEMBAHASAN
A. Masalah-Masalah Manusia Dalam Kehidupan Modern
Problem-problem manusia dalam kehidupan modern adalah munculnya
dampak negatif (residu), mulai dari berbagai penemuan teknologi yang
berdampak terjadinya pencemaran lingkungan, rusaknya habitat hewan
maupun tumbuhan, munculnya beberapa penyakit, sehingga belum lagi dalam
peningkatan yang makro yaitu berlobangnya lapisan ozon dan penasan global
akibat rumah kaca.
Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena
begitu pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam

kehidupan dunia ini sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa
adalah sebagai wujud pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi
orang yang bertaqwa, dan lebih sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau
shalat hari raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu
seringnya sosialisasi taqwa dalam kehidupan beragama membuktikan bahwa
taqwa adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan hidup manusia
(ibadah).
Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap
muslim. Signifikansi taqwa bagi umat

islam diantaranya adalah sebagai

spesifikasi pembeda dengan umat lain bahkan dengan jin dan hewan, karena
taqwa adalah refleksi iman seorang muslim. Seorang muslim yang beriman
tidak ubahnya seperti binatang, jin dan iblis jika tidak mangimplementasikan
keimanannya dengan sikap taqwa, karena binatang, jin dan iblis mereka
semuanya dalam arti sederhana beriman kepada Allah yang menciptakannya,
karena arti iman itu sendiri secara sederhana adalah “percaya”, maka taqwa
adalah satu-satunya sikap pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya.
Seorang muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat

akan tetapi tidak merealisasikan keimanannya dengan bertaqwa dalam arti
menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, dan dia
juga tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya dikarenakan

8

kesibukannya atau asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat
agama sebagai pembatasan berkehendak yang itu adalah hak asasi manusia,
kendatipun dia beragama akan tetapi agamanya itu hanya sebagai identitas
pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka orang semacam ini tidak sama
dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih rendah dari binatang, karena
manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan
analisis hidup, sehingga pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud
implementasi dari keimanannya.
Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang
aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial.
Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah
Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini. Yang
menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam
kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba
boleh. Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan
hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi sangat menarik naluri
kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang mendukung.
Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam terdahulu yang
kental dalam kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang
cukup mendukung kualitas iman seseorang.
Adanya kematian sebagai sesuatu yang pasti dan tidak dapat dikira-kirakan
serta adanya kehidupan setelah kematian menjadikan taqwa sebagai obyek
vital yang harus digapai dalam kehidupan manusia yang sangat singkat ini.
Memulai untuk bertaqwa adalah dengan mulai melakukan hal-hal yang
terkecil seperti menjaga pandangan, serta melatih diri untuk terbiasa
menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, karena arti
taqwa itu sendiri sebagaimana dikatakan oleh Imam Jalaluddin Al-Mahally
dalam

tafsirnya

bahwa

arti

taqwa

adalah

“imtitsalu

awamrillahi

wajtinabinnawahih”, menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala
laranganya.
Beberapa problem yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya:
1. Problem dalam Hal Ekonomi
9

Semakin lama manusia semakin menganggap bahwa dirinya
merupakan homo economicus, yaitu merupakan makhluk yang
memenuhi kebutuhan hidupnya dan melupakan dirinya sebagai homo
religious yang erat dengan kaidah – kaidah moral. Ekonomi
kapitalisme materialisme yang menyatakan bahwa berkorban sekecil –
kecilnya dengan menghasilkan keuntungan yang sebesar – besarnya
telah membuat manusia menjadi makhluk konsumtif yang egois dan
serakah.
2. Problem dalam Bidang Moral
Pada hakikatnya Globalisasi

adalah

sama

halnya

dengan

Westernisasi. Ini tidak lain hanyalah kata lain dari penanaman nilai –
nilai Barat yang menginginkan lepasnya ikatan – ikatan nilai moralitas
agama yang menyebabkan manusia Indonesia pada khususnya selalu
“berkiblat” kepada dunia Barat dan menjadikannya sebagai suatu
symbol dan tolok ukur suatu kemajuan.
3. Problem dalam Bidang Agama
Tantangan agama dalam kehidupan modern ini lebih dihadapkan
kepada faham Sekulerisme yang menyatakan bahwa urusan dunia
hendaknya dipisahkan dari urusan agama. Hal yang demikian akan
menimbulkan apa yang disebut dengan split personality di mana
seseorang bisa berkepribadian ganda. Misal pada saat yang sama
seorang yang rajin beribadah juga bisa menjadi seorang koruptor.
4. Problem dalam Bidang Keilmuan
Masalah yang paling kritis dalam bidang keilmuan adalah pada
corak kepemikirannya yang pada kehidupan modern ini adalah
menganut faham positivisme dimana tolok ukur kebenaran yang
rasional, empiris, eksperimental, dan terukur lebih ditekankan.
Dengan kata lain sesuatu dikatakan benar apabila telah memenuhi
criteria ini. Tentu apabila direnungkan kembali hal ini tidak
seluruhnya dapat digunakan untuk menguji kebenaran agama yang
kadang kala kita harus menerima kebenarannya dengan menggunakan
keimanan yang tidak begitu poluler di kalangan ilmuwan – ilmuwan
karena keterbatasan rasio manusia dalam memahaminya. Perbedaan

10

metodologi yang lain bahwa dalam keilmuan dikenal istilah
falsifikasi. Artinya setiap saat kebenaran yang sudah diterima dapat
gugur ketika ada penemuan baru yang lebih akurat. Sangat jauh dan
bertolak belakang dengan bidang keagamaan.Jika anda tidak salah
lihat, maka akan banyak anda temukan banyak ilmuwan yang telah
menganut faham atheis (tidak percaya adanya tuhan) akibat dari
masalah – masalah dalam bidang keilmuan yang telah tersebut di atas.
5. Pengaruh Modernisasi dalam Kehidupan Islam
Dalam abad teknologi ultra moderen sekarang ini, manusia telah
diruntuhkan eksistensinya sampai ketingkat mesin akibat pengaruh
morenisasi. Roh dan kemuliaan manusia telah diremehkan begitu
rendah. Manusia adalah mesin yang dikendalikan oleh kepentingan
financial untuk menuruti arus hidup yang materialistis dan sekuler.
Martabat

manusia

berangsur-angsur

telah

dihancurkan

dan

kedudukannya benar-benar telah direndahkan. Modernisai adalah
merupakan gerakan yang telah dan sedang dilakukan oleh Negaranegara Barat Sekuler untuk secara sadar atau tidak, akan menggiring
kita pada kehancuran peradaban. Tak sedikit dari orang-orang Islam
yang secara perlahan-lahan menjadi lupa akan tujuan hidupnya, yang
semestinya untuk ibadah, berbalik menjadi malas ibadah dan lupa
akan Tuhan yang telah memberikannya kehidupan. Akibat pengaruh
modernisasi dan globalisasi banyak manusia khususnya umat Islam
yang lupa bahwa sesungguhnya ia diciptakan bukanlah sekedar ada,
namun ada tujuan mulia yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT.
Kondisi diatas meluaskan segala hal dalam aspek kehidupan
manusia. Sehingga tidak mengherankan ketika batas-batas moral,
etika dan nilai-nilai tradisional juga terlampaui. Modernisasi yang
berladangkan diatas sosial kemasyarakatan ini juga tidak bisa
mengelak dari pergeseran negatif akibat modernisasi itu sendiri.
Peningkatan intensitas dan kapasitan kehidupan serta peradaban
manusia dengan berbagai turunannya itu juga meningkatan konstelasi

11

sosial kemasyarakatan baik pada level individu ataupun level kolektif.
Moralitas, etika dan nilai-nilai terkocok ulang menuju keseimbangan
baru searah dengan laju modernisasi. Pegerakan ini tentu saja
mengguncang perspektif individu dan kolektif dalam tatanan
kemasyarakatan yang telaha ada selama ini.
Perubahan kepercayaan, pemikiran, kebudayaan, dan peradaban
merupakan

prasyarat

bagi

perubahan

ekonomi,

politik,

dan

sebagainya. Itulah sebabnya, ketika masyarakat modern tak dapat
mengakomodasikan apa yang tersedia di lingkungannya, mereka
memilih alternatif atau model dari negara imperialis yang menjadi
pusat-pusat kekuatan dunia. Secara politis, mereka berlindung pada
negara-negara tersebut. Terbukalah kemungkinan konfrontasi antara
kekuatan eksternal dengan kekuatan internal (kekuatan Islam) bila
Islam hendak ditampilkan sebagai kekuatan nyata. Morernisasi bagi
umat Islam tidak perlu diributkan, diterima ataupun ditolak, namun
yang paling penting dari semua adalah seberapa besar peran Islam
dalam menata umat manusia menuju tatanan dunia baru yang lebih
maju dan beradab. Bagi kita semua, ada atau tidaknya istilah
modernisasi dan globalisasi tidak menjadi masalah, yang penting
ajaran Islam sudah benar-benar diterima secara global, secara
mendunia oleh segenap umat manusia, diterapkan dalam kehidupan
masing-masing

pribadi,

dalam

berkeluarga,

bertetangga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagai umat Islam hendaknya nilai modern jangan kita ukur dari
modernnya pakaiannya, perhiasan dan penampilan. Namun modern
bagi umat Islam adalah modern dari segi pemikiran, tingkah laku,
pergaulan, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial budaya,
politik dan keamanan yang dijiwai akhlakul karimah, dan disertai
terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dalam naungan
ridha Allah SWT.

12

B. Implementasi Iman dan Taqwa Dalam Menjawab Problem di
Kehidupan Modern
Iman berarti percaya dalam hati, diucapkan dengan lisan, serta
dilaksanakan dengan perbuatan. Dengan iman, kita dituntun untuk
menjalani hidup ini dengan menjunjung tinggi asma Allah SWT. Adapun
bentuk pengaruh iman kepada kehidupan manusia memiliki dampak
positif yang sangat besar. Dengan iman, kita dapat menyadari bahwa
kekuasaan terhadap seluruh alam semesta ini hanya terdapat pada Allah
SWT semata. Jika Allah hendak memberikan rahmat serta pertolongan,
maka tidak ada kekuatan apapun yang dapat mencegahnya. Juga
sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan suatu bencana atau cobaan,
juga tidak ada kekuatan apapun yang dapat menghentikannya. Dengan
demikian, jika kita memiliki iman yang kuat niscaya kita senantiasa hanya
berserah diri dan memohon kepada Allah SWT. Orang yang beriman
kepada Allah SWT mengacu kepada firman Allah surah Al-Fatihah ayat 1
sampai dengan 7. Iman membuat kita berani untuk menyebarkan
kebenaran tanpa takut akan risiko seperti Rasulullah yang berani
berdakwah pada masa

jahiliyah dan menghadapi risikonya yakni

dikucilkan dan diasingkan oleh penduduk kota Mekkah. Juga dengan
iman kita tidak perlu takut untuk menghadapi maut, karena mereka yang
berusaha untuk hidup abadi adalah yang tidak memiliki iman akan
kekuatan Allah. Sebagaimana yang dijelaskan lewat firman Allah surah
An- Nisa‟ ayat 78: Artinya: Di mana saja kamu berada, kematian akan
mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi
kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini
adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka
mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah:
"Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu
(orang

munafik)

hampir-hampir

tidak

memahami

pembicaraan

sedikitpun? (Q.S An-Nisa‟ 4:78)
Iman juga mengajarkan kita untuk bisa „menolong diri sendiri‟ dalam
mengahadapi berbagai cobaan kehidupan. Rezeki secara materil memang

13

memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan lahir seperti
sandang, pangan, dan papan. Namun sayangnya, banyak orang yang
terjerumus

pada

pikiran

bahwa

“uang

adalah

segalanya”

yang

mengakibatkan banyak manusia melepaskan prinsip keimananya, rela
untuk menjual kehormatan, serta menjilat dan bermuka dua hanya supaya
kepentingan materilnya bisa tercapai dan bisa menjadi kaya walaupun
tindakan-tindakan tersebut adalah bentuk ingkar dari firman Allah SWT.
Sebagaimana disebutkan lewat firman Allah surah Hud ayat 6 tentang
rezeki: Artinya:
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab
yang nyata (Lauh mahfuzh).
(Q.S Hud 11:6). Dengan beriman kepada Allah SWT, kita senantiasa
diberikan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Sering kali kita dilanda
oleh rasa duka serta gelisah, juga kita diberi cobaan rasa keraguan dan
kebimbangan. Orang yang beriman akan memiliki keseimbangan jiwa
serta rasa tentram (mutmainnah), dan jiwanya tenang ( sakinah ) seperti
yang dijelaskan lewat firman Allah surah Ar-Ra‟d ayat 28: Artinya:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram. (Q.S Ar-Ra‟d 13:28). Kehidupan yang baik (hayatan
tayyibah) bisa kita diwujudkan dengan adanya iman. Hidup manusia yang
baik adalah hidup yang penuh akan kebaikan serta perbuatan yang baik.
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini
dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan
manusia:
1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda. Orang yang
beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau
Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatan
pun yang dapat mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian

14

menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan
sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada
kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada khurafat,
takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman
adalah surat al-Fatihah ayat 1-7.
2. Iman menanamkan semangat berani menghadap maut. Takut
menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak
diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena
takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya
bahwa kematian di tangan Allah Pegangan orang beriman mengenai
soal hidup dan mati adalah firman Allah:
Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu
kendatipun kamu di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)
3. Iman menanamkan sikap “self-help” dalam kehidupan. Rezeki atau
mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena
kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segansegan melepaskan prinsip, menjual kehormatandan bermuka dua,
menjilat dan memperbudak diri untuk kepentingan materi.Pegangan
orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalam QS. Hud/11:6.
4. Iman memberikan ketenteraman jiwa. Acapkali manusia dilanda resah
dan dukacita, serta digoncang oleh keraguan dankebimbangan. Orang
yang

beriman

mempunyai

tenteram(mutmainnah),

dan

jiwanya

keseimbangan,

hatinya

tenang

seperti

(sakinah),

dijelaskan dalam firman Allahsurat ar-Ra’d/13:28.
5. Iman

mewujudkan

kehidupan

yang

baik

(hayatan

tayyibah).

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu
menekankan kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik.
Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. an-Nahl/16:97.
6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen. Iman memberi pengaruh
pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpapamrih,
kecuali keridhaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen

15

dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun
dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam
QS. al-An’am/6:162.
7. Iman memberi keberuntungan. Orang yang beriman selalu berjalan
pada arah yang benar, karena Allah membimbing dan mengarahkan
pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman
adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam QS. al-Baqarah/2:5.
8. Iman mencegah penyakit. Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik
seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin
dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak dan perbuatan
manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan,
minum,berdiri, melihat, dan berpikir, maupun yang tidak dipengaruhi
oleh kemauan, seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan
pembuatan darah, tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia
yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan
proses biokimia ini bekerja di bawah perintah hormon. Kerja
bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh
kelenjar hipofise yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan
keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat)
yang dibawa manusia semenjak ia masih berbentuk zigot dalam rahim
ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya
membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia. Jika karena
terpengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perubahan
fisiologis tubuh (keseimbangan terganggu), seperti takut, marah, putus
asa, dan lemah, maka keadaan ini dapat dinormalisir kembali oleh
iman. Oleh karena itu,orang-orang yang dikontrol oleh iman tidak akan
mudah terkena penyakit modern,seperti darah tinggi, diabetes dan
kanker. Sebaliknya, jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak
mengacuhkan

asas

moral

dan

akhlak,

merobek-robek

nilai

kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah ingat Allah,
maka orang yang seperti ini hidupnya akan diikuti oleh kepanikan dan

16

ketakutan. Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalin dan
persenyawaan lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang
negative terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas.
Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan
terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh
manusia. Pada waktu itu timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan
ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat dapat kami simpulkan bahwa:

17

1. Dalam kehidupan modern masih terdapat banyak

masalah tentang

keimanan dan ketaqwaan yang membawa dampak negatif bagi kehidupan
sehari-hari. Masalah masalah tersebut meliputi bidang ekonomi, moral,
keilmuan dan bidang agama itu sendiri. Bila landasan kehidupan sekaligus
tuntutan dan tujuan kehidupan manusia sudah mulai goyah atau terbuai
dengan perkembangan zaman, maka manusia akan mulai mengalami
kehancuran. Hal ini bisa dicegah dengan memupuk keimanan dan
ketaqwaan dalam diri setiap manusia.
2. Implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan modern sangat besar. Jika
kita memiliki iman dan taqwa yang kuat niscaya kita senantiasa hanya
berserah diri dan memohon kepada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Khan, Waheduddin. Islam Menjawab Tantangan Zaman. 1983. Bandung:
Pustaka.
18

A, Munir ; Sudarsono. Dasar Dasar Agama Islam. 1992. Jakarta : Rineka
Cipta.
Dradjad, Zakiah. Dasar Dasar Agama Islam. 1984. Jakarta : Bulan
Bintang.
Ahmadi, Abu dan Salim, Noor. Dasar Dasar Agama Islam. 1991. Jakarta :
Bumi Aksara.

19