Klasifikasi Iklim dan Curah Hujan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sulawesi Selatan merupakan salah satu propinsi yang menjadi bagian dari
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang secara astronomis, letak propinsi
berada di koordinat 00 12’-80 Lintang Selatan dan antara 1160 48’-1220 36’ Bujur
Timur dengan luas wilayah sekitar 46.717,48 km2. Salah satu kabupaten yang berada
di Sulawesi Selatan yaitu Kabupaten Pangkep. Kabupaten ini memiliki luas wilayah
1.112,29 km², tetapi setelah diadakan analisis bersama Bakosurtanal, luas wilayah
tersebut direvisi menjadi 12.362,73 Km² dengan luas wilayah daratan 898,29 Km²
dan wilayah laut 11.464,44 Km². Suhu udara berada pada kisaran 210C - 310C atau
rata-rata 26,400C, dengan curah hujan maksimal pada tahun 2000 rata-rata mencapai
666/153 karena hujan dengan kelembaban udara yang merata, sementara keadaan
angin berada pada kecepatan laut sampai sedang.
Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, yang memerlukan
keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di
dekat dan di atas permukaan Bumi. Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak
terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan
menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang
kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikelpartikel yang disebut aerosol ini membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di
sekelilingnya, Pada hujan dikenal sistem pengukuran curah hujan dimana curah hujan


ini terbagi menjadi tiga tipe yaitu hujan sedang (20-50 mm perhari), hujan lebat (50100 mm perhari) dan hujan sangat lebat (di atas 100 mm perhari). Curah hujan adalah
jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur
dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi,
runoff dan infiltrasi. Satuan CH adalah mm, inch. terdapat beberapa cara mengukur
curah hujan. Curah hujan (mm) : merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul
dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah
hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang
datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu
liter. Curah hujan kumulatif (mm) : merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam
rentang waktu kumulatif tersebut.
Cara standar untuk mengukur curah hujan yaitu dengan menggunakan alat
pengukur curah hujan. Alat pengukur curah hujan terbagi atas dua jenis yaitu non
recording dan recording. Faktor yang mempengaruhi curah hujan yaitu letak daerah
konservasi,letak geografis, topografi, arah lereng medan dan sebagainya. Curah hujan
berhubungan erat dengan iklim, dimana dengan adanya data curah hujan dari suatu
daerah maka akan diketahui tipe iklim dari daerah tersebut. Curah hujan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan dalam
suatu pertumbuhan dan produksi suatu tanaman.
Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang

untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Unsur-unsur iklim terbagi atas 6 unsur
yakni suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara, awan, angin, hujan, ke enam

unsur tersebut sama dengan unsur-unsur cuaca. Sama halnya dengan curah hujan,
iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat
tersebut.

Pengaruh

posisi

relatif matahari terhadap

suatu

tempat

di

bumi


menimbulkan musim, suatu penciri yang membedakan iklim satu dari yang lain.
Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim. Pada umumnya
dikenal 2 klasifikasi iklim yaitu menurut Schmidt Ferguson dan Oldeman.
Schmidt dan Fergusson menggunakan dasar adanya bulan basah dan bulan
kering seperti yang dikemukakan oleh Mohr. Perbedaan terdapat pada cara mencari
bulan basah dan bulan kering. Jenis bulan berdasarkan curah hujan menurut Schmidt
dan Ferguson yaitu bulan basah ( curah hujan >100 ml/ bulan), bulan lembab ( curah
hujan 60-100 ml/bulan) dan bulan kering (curah hujan 45 %
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan kondisi tipe iklim ini menjadi iklim
tipe C1 dengan bulan kering < 2 bulan, iklim tipe C2 dengan bulan kering 2-3 bulan,
dan iklim dengan bulan kering 3 bulan. Keduanya memiliki bulan basah antara 5-6
bulan secara berturut-turut dalam satu tahun dengan curah hujan rata-rata 2.500-3.000

mm/tahun. Tipe ini merupakan tipe iklim agak basah. Suhu udara berada pada kisaran
210C - 310C atau rata-rata 26,400C, dengan curah hujan maksimal pada tahun 2000
rata-rata mencapai 666/153 karena hujan dengan kelembaban udara yang merata,
sementara keadaan angin berada pada kecepatan laut sampai sedang. Temperatur
udara di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan berada pada kisaran 21o – 31o atau
rata-rata suhu udara 26,4 oC. Keadaan angin berada pada kecepatan sedang, dimana

pada daerah ketinggian kelembaban udara rendah sedangkan pada wilayah pesisir
kelembaban udara tinggi (Kab.Pangkep, 2014).
2.2 Curah Hujan Kabupaten Pangkep 5 Tahun Terakhir
Tabel. Curah Hujan yang Diolah 5 tahun terakhir
Tahun /Bulan
2010
2011
Januari
797
650
Februari
250
415
Maret
185
441
April
313
316
Mei

254
131
Juni
68
11
Juli
92
0
Agustus
82
3
September
89
2
Oktober
115
119
November
297
413

Desember
0
654
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2016

2012
450
424
438
134
102
71
57
4
0
34
92
727

2013

1244
433
436
413
77
93
153
22
0
55
234
650

2014
795
228
225
190
130
53

27
0
0
0
70
752

2.3 Curah Hujan Spesifik
Hujan adalah suatu proses fisis yang dihasilkan dari fenomena cuaca.
Pengaruh faktor fisiografis wilayah Indonesia dan sekitarnya terhadap unsur-unsur
iklim/cuaca telah menghasilkan 3 (tiga) tipe curah hujan, yakni:tipe ekuatorial, tipe
monsun dan tipe lokal. Faktor fisis penting yang ikut berperan terhadap proses
terjadinya hujan di wilayah Indonesia, di antaranya yaitu posisi lintang, ketinggian
tempat, pola angin (angin pasat danmonsun), sebaran bentang darat dan perairan,
serta pegunungan dan gunung-gunung yang tinggi. Faktor-faktor tersebut, secara
bersama-sama ataugabungan antara dua faktor atau lebih akan berpengaruh terhadap
variasi dan tipe curah hujan (Tukidi, 2010).
Proses terjadinya hujan adalah mula - mula sinar matahari menyinari bumi,
energi sinar matahari ini mengakibatkan terjadinya evaporasi atau penguapan di
lautan, samudra, sungai, danau, dan sumber - sumber air lainnya. Uap - uap air yang

naik ini pada ketinggian tertentu akan mengalami kondensasi. Peristiwa kondensasi
ini diakibatkan oleh suhu sekitar uap air lebih rendah daripada titik embun uap air.
Uap - uap air ini kemudian akan membentuk awan. Kemudian, akan membawa butir butir air ini. Butir - butir air ini menggabungkan diri (koalensi) dan semakin
membesar akibat turbelensi udara, butir - butir air ini akan tertarik oleh gaya gravitasi
bumi sehingga akan jatuh ke permukaan bumi. Saat jatuh ke permukaan bumi, butirbutir air akan melewati lapisan yang lebih hangat dan menguap sehingga butir - butir
air sebagian kecil menguap lagi ke atas dan sebagian lainnya jatuh ke permukaan
bumi sebagai hujan. Inilah yang dinamakan hujan (Alam, 2011).

2.4 Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt Ferguson dan Oldeman
2.4.1 Schmidt dan Ferguson
Sistem Schmidt dan Ferguson merupakan perbaikan Sistem Mohr yang
telah membuat klasifikasi iklim khususnya untuk daerah tropika. Dasar untuk
membuat penggolongan iklim oleh Schmidt dan Ferguson adalah dengan cara
menghitung dan menentukan quitient (Q rerata) jumlah bulan kering dan rerata
bulan basah. Langkah pertama ditentukan terlebih dahulu tentang status bulan.
Untuk ini mereka menggunakan kriteria yang dibuat oleh Mohr. Bulan kering
adalah suatu bulan yang jumlah hujannya kurang dari 60 mm. Ini berarti curah
hujan lebih kecil daripada evaporasi. Atau jika dilihat status lengas tanahnya
akan mengalami pengeringan (Kusuma Dewi, 2005).
Adapun bulan basah adalah bulan yang curah hujannya lebih besar dari

100 mm. Kalau dilihat status tanahnya akan bertambah basah karena curah
hujan lebih besar daripada evaporasi. Bulan

dengan

curah

hujan antara

60±100 mm, dianggap bulan lembab yaitu bulan yang curah hujannya seimbang
dengan evaporasi. Langkah selanjutnya dari data curah hujan yang ada (untuk
ini dipakai yang sedikit-dikitnya 10 th) masing- masing tahun dihitung berapa
bulan basah dan berapa bulan kering. Bulan lembab selanjutnya tidak dipakai
untuk menghitung Q. Atas dasar data Q, Schmidt dan Ferguson akhirnya dapat
menentukan penggolongan tipe iklim sebagai berikut (Kusuma Dewi, 2005) :

Sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson , cukup luas dipergunakan khususnya
untuk tanaman keras/tanaman perkebunan dan tanaman kehutanan. Hal ini kiranya
cukup beralasan karena dengan sistem ini orang kurang tahu yang sebenarnya kapan
bulan kering atau kapan bulan basah terjadi. Apakah berturutan atau berselang seling.

Sebagai contoh kalu ada suatu wilayah mempunyai dua bulan kering yang terjadi
tidak berturutan. untuk tanaman keras yang berakar dalam mungkin tidak akan
menimbulkan kerugian yang berarti, akan tetapi kalau hal itu untuk keperluan
tanaman semusim atau yang berakar dangkal dapat sangat merugikan. Selain itu
kriteria bulan basah dan bulan kering untuk beberapa wilayah terlalu rendah (Kusuma
Dewi, 2005).
2.4.2 Oldeman
Pada dasarnya Oldeman bersama-sama dengan beberapa kawannya melakukan
klasifikasi terutama atas dasar curah hujan hubungannya dengan kebutuhan air
tanaman khususnya tanaman pangan semusim yaitu padi dan palawija. Oldeman

seperti halnya Schmidt dan Ferguson maupun Mohr juga menggunakan istilah bulan
basah dan bulan kering untuk melaksanakan penggolongannya. Bulan basah adalah
suatu bulan yang curah hujan rerata lebih besar dari pada 200 mm dan bulan kering
adalah bulan yang curah hujannya sama atau lebih kecil dari pada 100 mm . Angka
200mm dipergunakan dengan alasan kebutuhan air tanaman padi sawah termasuk
perkolasinya mendekati angka 200 mm. Sedangkan angka 100 mm dipergunakan
dengan alasan karena untuk tanaman palawija akan kekurangan air jika curah hujan
lebih kecil dari pada 100 mm. Setelah menentukan kriteria bulan basah dan bulan
kering langkah selanjutnya adalah mencari harga rerata curah hujan masing-masing
bulan .Berdasarkan itu ditentukan berapa bulan basah dan berapa bulan kering yang
berturutan. Dalam Oldeman, dasar penentuan bulan basah, bulan lembap, dan bulan
kering sebagai berikut (Kusuma Dewi, 2005) :
a. Bulan basah, apabila curah hujannya > 200 mm.
b. Bulan lembap, apabila curah hujannya 100–200 mm.
c. Bulan kering, apabila curah hujannya < 100 mm.
Klasifikasi iklim pada sistem Oldeman sebagai berikut(Kusuma Dewi, 2005) :

2.5 Iklim Spesifik
Iklim merupakan salah satu faktor penentu tercapainya pertumbuhan/
produksi tanaman yang optimal. Oleh karena itu adanya klasifikasi iklim diharapkan
dapat membantu mengoptimalisasikan. pertumbuhan /produksi

tanaman, baik

tanaman perkebunan, tanaman kehutanan maupun pertanian. Klasifikasi iklim dapat
dibuat dengan menggunakan satu unsur iklim saja atau lebih. Klasifikasi iklim di
Indonesia sangat diperlukan mengingat

wilayah

Indonesia cukup luas dengan

variasi iklim yang cukup besar, khususnya untuk curah hujan. Seperti halnya
tujuan klasifikasi iklim pada umumnya yaitu untuk menyederhanakan iklim yang
jumlahnya tidak terbatas. Disamping itu klasifikasi juga sangat membantu
mempermudah membuat perencanaan secara makro baik regional maupun
nasional (Kusuma Dewi, 2005).
Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan. Klasifikasi
iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya,
misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang

spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya
memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung
mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002).
2.6 Alasan Perhitungan Klasifikasi Iklim
Iklim adalah suatu unsur yang sama sekali tidak dapat dipengaruhi, artinya
dengan jalan bagaimanapun tidak dapat diubah sekehendak manusia. Unsur-unsur
iklim seperti suhu, sinar matahari, curah hujan, angin, dan penguapan. Iklim besar
pengaruhnya

terhadap

usaha

pertanian

misalnya

dalam

pemilihan

kultur,

produktivitas hasil tanaman, pelaksanaan pekerjaan pertanian. Tanaman menuntut
jenis iklim tertentu, tidak semua tanaman dapat ditanam disembarang tempat pada
iklim yang berbagai macam. Sebaliknya, pada iklim tertentu (yang sama) tidak semua
jenis tanaman dapat hidup produktif disitu. Jadi, setiap jenis dan varietas harus
disesuaikan dengan iklimnya (AAK, 1983).
Kegunaan klasifikasi iklim adalah untuk memperoleh efisiensi informasi
dalam bentuk yang umum dan sederhana. Analisis statistika dalam klasifikasi iklim
dapat dilakukan untuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara
kuantitatif, umum, dan sederhana. Tujuan klasifikasi iklim adalah menetapkan
pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif
terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau
perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.
Pemahaman klasifikasi iklim dalam bidang pertanian mempunyai arti sangat penting

karena iklim merupakan salah satu faktor penentu hasil tanaman. Menurut (Saputra,
2014) alasan Perhitungan Klasifikasi Iklim yaitu :
1. manusia untuk bertempat tinggal memilih iklim yang baik, karena manusia
memelukan makanan dan udara yang nyaman. dalam hal tersebut ada di daerah iklim
yang baik.
2. usaha bidang perikanan, pertanian dan perhutana banyak memerlukan pengetahuan
yang berhubungan dengan unsur-unsur iklim.
3. iklim yang berbeda-beda mempengaruhi perbedaan dalam hal perumahan, pakaian,
makanan, kegiatan dan peralatan hidup
4. daerah yang mempunyai iklim panas yang terik dapat melemahkan energi dan
aktivitasd kerja fisik dan rohani manusia
5. di daerah iklim dingin/salju/jarang terdapat kehidupan manusia, flora dan fauna
6. pemusatan penduduk lebih banyak terdapat pada daerah iklim yang sesuai dengan
kehidupan manusia. biasanya manusia senang hidup di daerah sejuk, tidak terlalu
panas dan tidak terlalu dingin.
7. usaha perhubungan ( udara, darat, laut ) rekreasi dan telekomunikasi banyak
ditentukan serta memerlukan pengetahuan yang berhubungan dengan cuaca dan iklim
8. unsur-unsur iklim banyak mempengaruhi produksi pertanian, misalnya :
tanaman memerlukan air yang berbeda-beda sesuai jenisnya.
benih-benih tanaman memerlukan serta mempunyai kebutuhan maksimum dan
minimum terhadap suhu udara.

9. daerah beriklim panas yang musim hujannya panjang, curah hujannya banyak
dengan musim kemarau pendek, cocok untuk tanaman karet, pala, cengkeh., dan
kelapa sawit

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada tanggal 31 Maret 2016, hari Kamis pukul 13.00
WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Agroklimatologi dan Statistika,
Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada saat praktikum ini yaitu alat tulis menulis seperti
kertas, pulpen, LCD serta laptop. Adapun bahan yang digunakan yaitu data curah
hujan 10 tahun terakhir Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
3.3 Cara Pengukuran
Cara pengukuran data curah hujan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :

1.

Menyiapkan data mentah 11 tahun terakhir pada Kecamatan Pangkajene,
Kabupaten Pangkep

2.

Menentukan jumlah curah hujan dan rata-ratanya dalam waktu perhari, kemudian
perbulan, lalu pertahun, baik sebelum maupun setelah dibobot.

3.

Menggabungkan data dengan teman satu kelompok yang mengerjakan pada
tahun yang lain (jangka 10 tahun terakhir).

3.4 Cara Menghitung
Cara menghitung data curah hujan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.

Menghitung jumlah bobot curah hujan dengan rumus “(r/n)xCH”, di mana r
(rata-rata hari perbulan), n (jumlah hari dalam bulan yang diamati), CH (curah
hujan yang terjadi dalam bulan tersebut).

2.

Menghitung dan memilah jumlah bobot curah hujan yang ada dengan ketetapan
Schmidt-Ferguson dan Oldeman, yaitu :
a. Ketetapan Schmidt-Ferguson
Bulan Basah (BB) > 100 mm
Bulan Lembab (BL) 60-100 mm
Bulan Kering (BK) < 60 mm
b. Ketetapan Oldeman
Bulan Basah (BB) > 200 mm
Bulan Lembab (BL) 100-200 mm
Bulan Kering < 100 mm

3.

Menghitung jumlah Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering (BK) yang terjadi
dalam bobot curah hujan yang ada.

4.

Menghitung nilai Q dengan rumus :
Q=

5.

Banyak Bulan Kering
Banyak Bulan Basah

X 100%

Memasukkan nilai Q yang ada ke dalam 8 pembagian tipe iklim menurut sifatnya
(Schmidt-Ferguson).

6.

Memasukkan ke dalam tipe utama (huruf) dan sub tipe (angka), sehingga akan
diperoleh tipe iklimnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Curah Hujan yang Diolah
Tahun
/Bulan
Januari

200
4
539

200
5
585

200
6
715

200
7
913

200
8
501

201
0
797

201
1
650

201
2
450

749
552
165
136
144
23
108

200
9
120
8
999
124
124
142
87
0
0

Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septembe
r
Oktober
Novembe
r

828
492
202
256
48
6
0

206
400
265
114
42
30
0

488
484
214
86
180
2
0

530
299
153
80
13
33
0

0

0

0

0

177

227

Desember

427

201
4
795

424
438
134
102
71
57
4

201
3
124
4
433
436
413
77
93
153
22

250
185
313
254
68
92
82

415
441
316
131
11
0
3

0

13

6

89

2

0

0

0

0

78

48

6

115

119

34

55

0

404

204

185

508

100

297

413

92

234

70

671

503

131
8

817

616

0

654

727

650

752

228
225
190
130
53
27
0

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2016
Tabel 2. Rataan 40%, 50% dan 60%
BULAN

40
771,1273
550,1
392,8909
254,8
136,3818
57,2
28,65455
2,4

Peluang (%)
50
651,2273
398,625
304,2273
208
103,5909
32,5
9
0

60
563,9091
253,35
241,9636
192,4
64,61818
12,6
0,4
0

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septembe
0
0
r
Oktober
26,12727
15,04545
November
217,4
195,5
Desember
644,5455
525
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016

0
4,909091
128,8
419,5636

Tabel 3. Rangking
Tahun
/Bulan
januari

200 200 200 200 200
4
5
6
7
8
140
121
106
915 795
4
6
0
122 104
februari
779 666 572
7
7
maret
711 654 581 475 405
april
550 413 316 313 265
mei
343 291 219 157 139
juni
208 174 164 123
60
juli
151
93
71
44
32
agustus
142
45
22
4
3
september
89
13
6
2
0
oktober
243 154
98
44
28
november 588 524 380 304 219
149 104
desember
868 763 667
3
3
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016
4. Tipe Iklim Menurt Schmidt danFerguson

200
9
675

201
0
628

201
1
548

201
2
420

201
3
328

201
4
241

463

335

233

191

116

30

346
214
124
46
16
0
0
20
211

263
202
83
19
2
0
0
10
180

237
190
60
11
0
0
0
4
116

148
165
36
3
0
0
0
0
96

81
153
7
2
0
0
0
0
70

46
134
1
0
0
0
0
0
46

555

495

401

297

225

0

Tabel 4 Tabel Klasifikasi Tipe Iklim Menurt Schmidt dan Ferguson
Tahun
/Bulan
Januari

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

Februari

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

Maret

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

April

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

Mei

BB

BB

BL

BL

BB

BB

BB

BB

BB

BL

BB

Juni
Juli
Agustus
Septembe
r
Oktober

BK
BK

BK
BK

BB
BK

BK
BK

BB
BK

BL
BK

BL
BL

BK
BK

BL
BK

BL
BB

BK
BK

BK

BK

BK

BK

BB

BK

BL

BK

BK

BK

BK

BK

BK

BK

BK

BK

BK

BL

BK

BK

BK

BK

BK

BB

BK

BK

BK

BK

BB

BB

BK

BK

BK

November

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BL

BB

BL

Desember

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

Tipe Iklim

71,4%

50%

57,1%

83,3%

33,3%

57,1%

0%

50%

66,6%

42,8%

BB
83,3
%

D

C

C

D

B

C

A

C

D

C

D

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016
5. Tipe Iklim Menurut Oldeman
Tabel 8. Tabel Klasifikasi Tipe Iklim Menurut Oldeman
Tahun /Bulan

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Januari

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BL

BB

Februari

BB

BB

BB

BB

BB

BK

BB

BB

BB

BB

BB

Maret

BB

BB

BB

BB

BB

BL

BL

BB

BB

BB

April

BB

BB

BB

BL

BL

BL

BB

BB

BL

BB

BL

Mei

BB

BL

BK

BK

BL

BL

BB

BL

BL

BK

BL

Juni

BK

BK

BL

BK

BL

BK

BK

BK

BK

BK

BK

Juli

BK

BK

BK

BK

BK

BK

BK

BK

BK

BL

BK

Agustus

BK

BK

BK

BK

BL

BK

BK

BK

BK

BK

BK

September

BK

BK

BK

BK

BK

BK

BK

BK

BK

BK

BK

Oktober

BK

BL

BK

BK

BK

BK

BL

BL

BK

BK

BK

November

BB

BB

BB

BL

BB

BL

BB

BB

BK

Desember

BB

BB

BB

BB

BB

BB

BK

BB

BB

Tipe Iklim

6
C

6
C

BB

BB

BK

BB

BB

6

4

4

2

2

6

4

3

4

C

D

D

E

E

C

D

E

D

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016

Grafik 1. Rataan 40%

PELUANG 40%
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016
Grafik 2. Rataan 50%

PELUANG 50%
700
600
500
400
300
200
100
0

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016

Grafik 3. Rataan 60%

PELUANG 60%
600
500
400
300
200
100
0

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016
Grafik 4. Rataan 40%, 50% dan 60%

PELUANG 40%, 50%, 60%
2500
2000
1500
1000
500
0

Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2016

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, digunakan data curah hujan 11 tahun terakhir yaitu dari
tahun 2004-2014 di Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.
Data yang ada diinput ke dalam computer dan diolah sehingga diperoleh klasifikasi
iklim tiap tahunnya. Iklim diklasifikasikan dengan metode Schmidt-Ferguson dan
Oldeman. Setelah itu pada data dihitung peluang 40%, 50%, dan 60% curah hujan
tiap bulan pada tahun berikutnya. Pada tabel klasifikasi iklim menurut shmidtferguson diperoleh jumlah bulan basah sebanyak 81 dan bulan kering sebanyak 11.

DAFTAR PUSTAKA
Kab.Pangkep, 2014. Geografis, Hidrologi dan Klimatologi. http://pangkepkab.go.id/?
p=310. Diakses pada tanggal 5/4/2016 pukul 12.04 WITA
Tukidi, 2010. Karakter Curah Hujan di Indonesia. Jurusan Geografi FIS UNNES.
Volume 7 No. 2 Juli 2010
Alam,

R.2011.

Pengertian

Hujan

dan

Proses

Terjadinya

Hujan.

id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2118324-pengertian-hujan-danproses-terjadinya/. Diakses pada tanggal 5/4/2016 pukul 13.00 WITA
Dewi, Nur Kusuma. 2005. Kesesuaian Iklim Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Staf
Pengajar jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. VOL.1 NO. 2,
2005 : HAL 1 – 15
AAK. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Saputra, 2014. Manfaat iklim dan cuaca. http://indrasmansamapin.blogspot.
co.id/2014/10/manfaat-iklim-dan-cuaca-dalam-kehidupan.html. Diakses pada
tanggal 5/4/2016 pukul 13.00 WITA