asisten Ekonomi dan Pembangunan (6)

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN
KONDISI PENDIDIKAN YANG TERBALIK ANTARA
INDONESIA DENGAN MALAYSIA

Disusun Oleh :
Novita Anggraini Agustiana

7101411269

Wisnu Septian Ginanjar P

7101411270

Raynaldy A M

7101411271

Afik Kurniawan

7101411272


Riswan Nurlianto

7101411276

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dalam mata kuliah Ekonomi
Pembangunan tepat waktu. Segenap upaya penulis mustahil dapat membuahkan hasil tanpa
kehendak-Nya Segala halangan dan rintangan tidak akan mapu dilalui tanpa bimbingan dan
petunjuk-Nya. Penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan
motivasi dan doa serta kepada teman – teman seperjuangan yang telah membantu dalam
penyempurnaan makalah ini.
Makalah ini membahas tentang kondisi pendidikan yang terbalik antara Indonesia dengan
Malaysia. Dimana dulu tahun 1970 pelajar Malaysia banyak yang belajar di Indonesia, karena

pendidikan Indonesia lebih maju daripada Malaysia. Namun kini kondisi tersebut berubah,
pendidikan Malaysia lebih maju daripada negara Indonesia.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sekalian.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, 20 Mei 2013

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan
pendidikan, sampai kapan pun dan di manapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,
sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang.
Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang

berkualitas dan mampu bersaing serta memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.
Bagi para penganut teori “human capital”, sebagaimana dideskripsikan oleh Walter W.
McMahon dan Terry G. Geske dalam bukunya yang berjudul “Financing Education:
Overcoming Inefficiency and Inequity” terbitan University of Illionis, bahwa nilai penting
pendidikan adalah suatu investasi sumber daya manusia yang dengan sendirinya akan
memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Itulah sebabnya investasi pendidikan yang
diperlukan bagi bangsa Indonesia sebenarnya harus terlebih dahulu mengarah pada
pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang super canggih. Berpedoman pada apa yang
telah dicanangkan oleh UNESCO, proses pendidikan pada pendidikan dasar setidaknya harus
bertumpu pada 4 (empat) pilar, yaitu learning to know (belajar untuk mengetahui), learning
to do (belajar untuk melakukan sesuatu), learning to be (belajar untuk menjadi seseorang),
dan

learning

to

live

together


(belajar

untuk

menjalani

kehidupan

bersama).

Oleh karena itu, penting sekali sebagai negara berkembang seperti Indonesia untuk
menentukan metode yang terbaik bagi dunia pendidikannya, yaitu dengan jalan “invest in
man not in building”.
Oleh karena itu, disini kami akan menitikberatkan mengenai perbandingan antara
pendidikan di negara kita dengan negara lain. Tak perlu muluk-muluk membandingkan
dengan negara maju seperti Amerika atau Jepang, cukup kita telaah saja dengan negara
tetangga dekat kita yaitu Malaysia. Pantaskah kita percaya diri bahwa kita lebih baik?.
Semoga menjadi koreksi bagi perkembangan pendidikan di Indonesia kedepan.
B. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka kami
membatasi masalah-masalah yang akan di bahas yaitu :
1. Bagaimana sejarah pendidikan Indonesia dan Malaysia, karena hal itu berpengaruh
terhadap kedepannya ?
2. Bagaimana sistem pendidikan antara Indonesia dan Malaysia seta bagaimana
perbandingan antara keduanya ?
3. Bagaimana negara Malaysia dapat secepat itu lebih maju daripada Indonesia, dan
mengapa kondisi tersebut dapat berbanding terbalik?
C. Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini, penyusun mempunyai tujuan yang ingin di capai. Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1. Melengkapi tugas Ekonomi Politik
2. mengetahui apa keunggulan pendidikan di Malaysia yang dapat menciptakan kondisi
yang berbalik dengan pendidikan di Negara Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA DAN MALAYSIA


1. Sejarah Pendidikan di Indonesia
Dalam masyarakat Indonesia sebelum masuk kebudayaan Hindu, pendidikan diberikan
langsung oleh orang tua atau orang tua-orang tua dari masyarakat setempat mengenai kehidupan
spiritual moralnya dan cara hidup untuk memenuhi perekonomian mereka. Masuknya dan
meluasnya kebudayaan asing yang dibawa ke Indonesia telah diserap oleh Bangsa Indonesia
melalui masyarakat pendidikannya. Lembaga pendidikan itu telah menyampaikan kebudayaan
tertulis dan banyak unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Sejarah pendidikan di Indonesia dimulai pada zaman berkembangnya satu agama di
Indonesia. Kerajaan-kerajaan Hindu di Pulau Jawa, Bali dan Sumatera yang mulai pada abad ke4 sesudah masehi itulah tempat mula-mula ada pendidikan yang terdapat di daerah-daerah itu.
Dapat dikatakan, bahwa lembaga-lembaga pendidikan dilahirkan oleh lembaga-lembaga agama
dan mata pelajaran yang tertua adalah pelajaran tentang agama. Tanda-tanda mengenai adanya
kebudayaan dan peradaban Hindu tertua ditemukan pada abad ke-5 di daerah Kutai
(Kalimantan). Namun demikian gambaran tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan di
Indonesia didapatkan dari sumber-sumber Cina kurang lebih satu abad kemudian.
Ada 2 macam sistem pendidikan dan pengajaran Islam di Indonesia :
a. Pendidikan di Langgar
Di setiap desa di Pulau Jawa terdapat tempat beribadah dimana umat Islam dapat
melakukan ibadanya sesuai dengan perintah agamanya. Tempat tersebut dikelola oleh
seorang petugas yang disebut amil, modin atau lebai (di Sumatera). Petugas tersebut
berfungsi ganda, disamping memberikan do’a pada waktu ada upacara keluarga atau desa,

dapat pula berfungsi sebagai guru agama.
b.

Pendidikan di Pesantren
Dimana murid-muridnya yang belajar diasramakan yang dinamakan pondokpondok tersebut dibiayai oleh guru yang bersangkutan ataupun atas biaya bersama dari
masyarakat pemeluk agama Islam. Para santri belajar pada bilik-bilik terpisah tetapi
sebagian

besar

waktunya

digunakan

untuk

keluar

ruangan


membersihkan ruangan maupun bercocok tanam.
Pendidikan pada Abad ke Dua Puluh Jaman Pemerintahan Hindia Belanda

baik

untuk

Di kalangan orang-orang Belanda timbul aliran-aliran untuk memberikan kepada
pendudukan asli bagian dari keuntungan yang diperoleh orang Eropa (Belanda) selama mereka
menguasai Indonesia. Aliran ini mempunyai pendapat bahwa kepada orang-orang Bumiputera
harus diperkenalkan kebudayaan dan pengetahuan barat yang telah menjadikan Belanda bangsa
yang besar. Aliran atau paham ini dikenal sebagai Politik Etis (Etische Politiek).
Dalam dua dasawarsa semenjak tahun 1900 pemerintah Hindia Belanda banyak mendirikan
sekolah-sekolah berorientasi Barat. Berbeda dengan Snouck Hurgronje yang mendukung
pemberian pendidikan kepada golongan aristokrat Bumiputera, maka Van Deventer
menganjurkan pemberian pendidikan Barat kepada orang-orang golongan bawah. Tokoh ini tidak
secara tegas menyatakan bahwa orang dari golongan rakyat biasa yang harus didahulukan tetapi
menganjurkan supaya rakyat biasa tidak terabaikan. Oleh karena itu banyak didirikan sekolahsekolah desa yang berbahasa pengantar bahasa daerah, disamping sekolah-sekolah yang
berorientasi dan berbahasa pengantar bahasa Belanda. Yang menjadi landasan dari langkahlangkah dalam pendidikan di Hindia Belanda, maka pemerintah mendasarkan kebijaksanaannya
pada pokok-pokok pikiran sebagai berikut :

Corak dan sistem pendidikan dan persekolahan di Hindia Belanda pada abad ke-20 dapat
ditempuh melalui 2 jalur. Di satu pihak melalui jalur pertama diharapkan dapat terpenuhi
kebutuhan akan unsur-unsur dari lapisan atas serta tenaga didik bermutu tinggi bagi keperluan
industri dan ekonomi dan di lain pihak terpenuhi kebutuhan tenaga menengah dan rendah yang
berpendidikan.
Tujuan pendidikan selama periode kolonial tidak pernah dinyatakan secara tegas. Tujuan
pendidikan antara lain adalah untuk memenuhi keperluan tenaga buruh untuk kepentingan kaum
modal Belanda. Dengan demikian penduduk setempat dididik untuk menjadi buruh-buruh tingkat
rendahan (buruh kasar). Ada juga sebagian yang dilatih dan dididik untuk menjadi tenaga
administrasi, tenaga teknik, tenaga pertanian dan lain-lainnya yang diangkat sebagai pekerjapekerja kelas dua atau tiga. Secara singkat tujuan pendidikan ialah untuk memperoleh tenagatenaga kerja yang murah. Suatu fakta menurut hasil Komisi Pendidikan Indonesia Belanda yang
dibentuk pada tahun 1928 – 1929 menunjukkan bahwa 2 % dari orang-orang Indonesia yang
mendapat pendidikan barat berdiri sendiri dan lebih dari 83% menjadi pekerja bayaran serta
selebihnya menganggur.
2. Sejarah Pendidikan di Malaysia

Dilihat dari sejarahnya, pendidikan di Malaysia zaman sebelum penjajahan berasaskan
sistem pondok yang diadakan di madrasah dan di sekolah-sekolah agama. Sekolah agama atau
madrasah berkembang dengan pesat dalam tahun 1920-an sampai 1940-an.
Sekolah agama atau madrasah lebih sistematik daripada sekolah pondok dari segi
kurikulumnya, waktu belajarnya, dan peralatannya. Kurikulum sekolah agama atau madrasah

lebih terstruktur, waktu belajarnya relatif tetap, dan peralatan meja kursi lebih lengkap. Sekolahsekolah tersebut dimaksudkan agar dapat melahirkan pelajar yang bermoral tinggi. Namun
demikian, terdapat kelemahan pada sekolah agama atau madrasah. Sekolah-sekolah ini tidak
dapat melahirkan masyarakat islam yang modern karena tidak adanya penekanan pelajaran Sains,
Matematika, dan Bahasa Inggris.
Pada tahun 1872 mulai diperkenalkan persekolahan dengan dua sesi. Persekolahan dengan
dua sesi, yaitu sekolah pagi dan sekolah petang. Sekolah pagi dengan mata pelajaran bahasa
Melayu, Matematika, Ilmu Alam, ditambah materi pelajaran vokasional. Sedangkan sekolah
petang dengan mata pelajaran bahasa Arab dan al Qur’an.
Pendidikan pada Jaman Pemerintahan Inggris
a. Sistem Pendidikan Vernakular
Sistem pendidikan Inggeris mula diperkenalkan di Penang Free School (1816) dan hanya
menawarkan peringkat rendah dan peringkat menengah.
b. Sistem Pendidikan Melayu
Sistem pendidikan yang pada peringkat awal hanya menekankan kepada Al-Quran, asas
membaca, menulis dan mengira. Pembelajaran di teruskan ke peringkat lebih tinggi
sekiranya ada pelajar yang berhasrat menyambung pelajaran. Pada abad ke 19, wujud
sekolah melayu yang lebih bertujuan untuk melahirkan nelayan dan petani yang lebih
baik berbanding terdahulu

c. Pendidikan Cina

Sistem pendidikan cina mengambil kurikulum yang berorientasikan dari Negara China.
Ini termasuk buku teks dan tenaga pengajar dari negara tersebut. Pada 1924, pendidikan
cina telah mendapat bantuan daripada kerajaan.

d. Pendidikan Tamil
Hanya dilaksanakan di ladang-ladang getah dimana ramai kaum India tinggal. Sama
seperti pendidikan cina, sukatan diambil daripada negara asal iaitu India. Ia
menitikberatkan kepada membaca, menulis dan mengira (3M).
B. Sistem Pendidikan
1. Sistem Pendidikan Indonesia
Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia, baik
itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia
menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia(Kemdiknas),
dahulu bernama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Depdikbud). Di
Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama
sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah
menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan di
Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidikan
juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi.
2. Sistem Pendidikan di Malaysia
Sistem pendidikan di Malaysia diselenggarakan oleh Kementerian Pelajaran Malaysia.
Sistem pendidikan dipusatkan terutamanya bagi sekolah rendah dan sekolah menengah. Kerajaan
negeri tidak berkuasa dalam kurikulum dan aspek lain pendidikan sekolah rendah dan sekolah
menengah, semuanya ditentukan oleh kementerian..
Pendidikan di sekolah rendah diwajibkan dalam undang-undang. Oleh itu, pengabaian
keperluan pendidikan selepas sekolah rendah tidak melanggar undang-undang. Sekolah rendah
dan sekolah menengah diuruskan oleh Kementerian Pelajaran Malaysia tetapi dasar yang
berkenaan dengan pengajian tinggi diuruskan oleh Kementerian Pengajian Tinggi Malaysia yang
ditubuhkan pada tahun 2004. Sejak tahun 2003, kerajaan memperkenalkan penggunaan bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantar dalam mata pelajaran yang berkenaan dengan Sains. dan
matematik.
3. Perbandingan Sistem Pendidikan di Indonesia dan di Malaysia

Pada tahun 2009, terdapat 5.154.000 siswa baru yang masuk SD di Indonesia. Selain itu,
1.062.000 siswa mengulang kelas dan (hanya) 80% yang berhasil mencapai kelas enam pada
tahun ajaran 2008-2009. Di sisi lain, terdapat 481.000 siswa baru yang masuk SD di Malaysia
pada tahun 2009 serta tidak ada siswa yang mengulang kelas dan 96% siswa di SD berhasil
mencapai kelas enam pada tahun ajaran 2008-2009. Dengan kata lain, walaupun jumlah siswa
yang baru masuk SD di Indonesia hampir sebelas kali lipat dari Malaysia, tetapi persentase
keberhasilan siswa mencapai kelas enam lebih rendah 16% ketimbang Malaysia pada tahun yang
sama. Hal itu tentu berkait dengan jumlah siswa yang mengulang kelas maupun faktor lainnya
seperti putus sekolah karena tidak ada biaya.
Di Indonesia, usia wajib sekolah ialah 7-15 tahun sementara di Malaysia antara 6-11 tahun.
Namun, jumlah siswa (pada usia wajib sekolah) yang mengalami putus sekolah di Indonesia
(389.000 siswa) adalah dua kali lipat ketimbang Malaysia (192.000 siswa). Selain itu, pada level
pendidikan menengah dan vokasional, ketertinggalan Indonesia dari Malaysia tidak jauh
berbeda. Usia wajib sekolah pada jenjang ini ialah 13 tahun di Indonesia (3 tahun SMP dan 3
tahun SMA) serta 12 tahun di Malaysia (3 tahun SMP dan 4 tahun SMA). Dalam kelompok
siswa itu, ada 19.521.000 siswa pada tahun 2009 dan satu persen dari mereka pernah mengulang
kelas pada tahun yang sama di Indonesia; sementara dari 2.537.000 siswa di Malaysia pada
jenjang dan tahun yang sama, hampir tidak ada dari mereka (nol persen) yang mengulang kelas.
Padahal, janji kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan jaminan bahwa
tidak ada satu pun warga negara yang putus sekolah sebab ketiadaan biaya.
Keprihatinan juga muncul dari dunia pendidikan tinggi. Indonesia hanya menjadi negara
tujuan bagi 3.023 mahasiswa asing sementara Malaysia menjadi negara tujuan bagi 41.310
mahasiswa asing (hampir 14 kali lipat ketimbang Indonesia) pada tahun 2009. Malaysia pun
menjadi negara keempat tujuan kuliah bagi warga negara Singapore (606 mahasiswa pada tahun
2009), sementara Indonesia menjadi negara tujuan nomor satu bagi mahasiswa Timor Leste
(1.421 mahasiswa pada 2009) dan tidak masuk ke dalam lima besar negara tujuan studi warga
negara Singapore. Di sisi lain, hanya 32.346 mahasiswa Indonesia yang studi di luar negeri pada
tahun 2009, sementara Malaysia memiliki lebih dari 1,5 kali lipat jumlah mahasiswa Indonesia
yang studi di luar negeri (53.121 mahasiswa). Lima negara teratas untuk tujuan studi bagi
mahasiswa Indonesia ialah Australia (10.205), U.S.A. (7.386), Malaysia (7.325), Jepang (1.788),
Jerman (1.546) dan menarik untuk dicatat bahwa Malaysia masuk ke dalam lima besar negara

tujuan studi bagi mahasiswa Indonesia. Padahal, Indonesia tidak masuk ke dalam lima besar
negara tujuan studi bagi mahasiswa Malaysia (Australia [19.970], U.K. [12.697], U.S.A. [5.844],
Rusia [2.516], Jepang [2.147] pada tahun 2009.
Sebagai catatan, menarik untuk disampaikan bahwa walaupun Indonesia merupakan negara
penerima beasiswa terbesar dari AusAid, jumlah mahasiswa Malaysia yang studi di Australia
lebih banyak 9.765 orang ketimbang mahasiswa Indonesia pada tahun 2009. Dengan kata lain,
lebih banyak warga Malaysia – ketimbang WNI – yang mampu membayar kuliah ke Australia
atau Putra Jaya memberikan lebih banyak beasiswa bagi warga negaranya ketimbang yang
disediakan Jakarta bagi WNI untuk studi ke Australia.Dengan demikian, wajar saja bila WNI di
perbatasan Kalimantan Barat, umpamanya, lebih memilih memiliki akta kelahiran Malaysia
ketimbang Indonesia, sebab hal tersebut memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi mereka
untuk sekurangnya dua hal:
(1) Mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang lebih besar
(2) Kualitas pendidikan (dasar dan menengah) yang lebih baik dan kesempatan
untuk mengakses pendidikan tinggi dengan beasiswa di malaysia maupun ke
negara lain.
C. Indonesia-Malaysia: Kondisi Pendidikan Terbalik
Semua masyarakat tahu, beberapa tahun silam, pelajar-pelajar Malaysia banyak yang datang
ke Indonesia untuk menuntut ilmu. Namun, keadaannya sekarang berbalik. Justru pelajar-pelajar
Indonesia berbondong-bondong menuntut ilmu di negara Melayu tersebut. Sesuai data imigrasi
tahun 2010 tercatat 14 ribu pelajar Indonesia mengikuti pendidikan di berbagai perguruan tinggi
negeri dan swasta di Malaysia. Sedangkan mahasiswa Malaysia yang belajar di Indonesia hanya
berkisar 6 ribu orang. Dari jumlah tersebut 1.100 orang di antaranya mahasiswa yang kuliah di
Universitas Sumatera Utara (USU).1
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengakui hal tersebut sebagai suatu
bukti tentang semangat mau berkembang. "Dulu memang banyak pelajar Malaysia ke Indonesia.
Sekarang masih ada tapi sudah tidak banyak seperti dulu karena fasilitas di Malaysia sudah
bertambah. Dulu cuma ada dua universitas, sekarang lebih dari 30," ujar Mahathir di sela-sela
acara Wisuda Universitas Pancasila Semester Gasal 2007/2008 di Jakarta, Sabtu (10/5).

1 Aulia, 2010., 14 Ribu Pelajar Indonesia Kuliah Di Malaysia. http://samanui.wordpress.com. Diakses pada tanggal
14 Mei 2013

Pemerintah Malaysia juga mengirimkan tenaga-tenaga pengajarnya ke seluruh dunia untuk
belajar karena menyadari bahwa sebuah lembaga pendidikan memerlukan para pendidik yang
berkualitas. "Universitas perlu pakar, dulu ini yang menjadi masalah di Malaysia, kita melatih
para guru menjadi profesor sehingga dapat menyampaikan ilmu dengan baik," ujarnya.
Mahathir juga menambahkan kunci yang lainnya adalah kemauan untuk belajar dari siapa
saja, bukan hanya dari keberhasilan saja tapi dari keterpurukan juga. "Jepang pernah bertanya
kepada saya, apakah masih memandang ke timur karena ekonomi sekarang sedang jatuh. Saya
katakan, kami tetap harus belajar supaya kami bisa mengelak," tambah Mahathir sambil tertawa.
Masalah di Indonesia, menurut Mahathir, terkait dengan kondisi geografis Indonesia yang terdiri
dari banyak pulau dan luasnya yang sangat besar. Daerah dan pulau menjadi sulit terjangkau.
Namun, Mahathir memiliki solusi. "Solusinya adalah mencoba menciptakan nilai hidup yang
menyumbang kepada kejayaan pembangunan dan perlu disamakan di seluruh Indonesia. ini tidak
mudah tapi ini arah yang harus kita tuju. Kita juga harus berani memulai. Kalau kita mulai 1-2
persen ini bisa berlanjut dengan baik dan ada harapan di masa depan, " ujar Mahathir.
Bagaimana Malaysia dengan secepat itu membuat dunia pendidikannya maju pesat?
Faktor Yang Mempengaruhi Malaysia Lebih Cepat Membuat Dunia Pendidikannya Maju
Pesat Dibandingkan Indonesia:
a. Faktor Pemimpin.
Cendekiawan Muslim dari Malaysia, Prof Wan Mohd Nor Wan Daud mengatakan,
kuncinya terletak pada tangan pemimpin. Saat pemimpin Malaysia berganti dari era
militer ke pemimpin yang peduli pendidikan, saat itulah dunia pendidikannya mulai
bangkit."Maka pemimpin yang berkuasa harus peduli pendidikan," kata dia saat diskusi
di Ar-Rahman Qur'an Learning (AQL) Center di Jakarta, Rabu (20/2) malam.Jika yang
berkuasa dari kalangan militer, tambah dia, fokus pengembangan untuk memajukan dunia
militer. Akibatnya anggaran negara paling besar akan digunakan untuk mendanai
kegiatan militer.Jika pemimpin peduli terhadap pendidikan, maka alokasi dananya juga
besar. Hasilnya, negara mampu membiayai rakyat untuk menempuh pendidikan secara
maksimal. Entah itu mengirim rakyat belajar ke luar negeri atau meningkatkan lembaga
pendidikan tinggi nasional. "Semangat pendidikan harus berdasar pada untuk kembali
pada bangsa dan negara, itulah yang selalu ditanamkan pada kami," ungkap Wan.2
2 Mansyur, Faqih. 2013. Ini Alasan Pendidikan Malaysia Lebih Maju Dari Indonesia. http://www.republika.co.id
Diakses Pada Tanggal 14 Mei 2013

b. Lembaga Pemerintahan Dan Swasta Malaysia Gencar Berpromosi Ke Seluruh Dunia.
Rupanya di antara penyebab utama adalah karena lembaga pemerintahan dan swasta
Malaysia gencar berpromosi ke seluruh dunia. Selain itu, mereka secara serius
memanfaatkan Internet efektif sehingga seolah ada satu Malaysian.Inc yang sangat
kompak.
Tidak sia-sia usaha promosi ke dunia yang mereka lakukan selama ini. Bahkan sudah
sejak 1990 Mahathir Muhammad meluncurkan Visi Malaysia 2020, yang bertujuan
menjadikannya negara industri yang mandiri (self-sufficient industrialized nation). Di
antara hasilnya, GDP perkapita Malaysia pada 2006 berhasil mencapai $12.155, jauh di
atas Indonesia ($ 4.251).
Promosi melalui Internet juga sangat diandalkan. Berbagai universitas Malaysia,
misalnya, mengembangkan situs universitymalaysia.net yang memberikan informasi
mengenai apa dan bagaimana negeri dengan 13 negara bagian (federal) dan penduduk
28,5 juta itu, menampung sejumlah besar mahasiswa asing dari 100-an negara.
Sebaliknya, Indonesia masih tertinggal. Cobalah cari ’international students in Indonesia’
di Google, maka yang Anda peroleh justru lebih banyak promosi berbagai perguruan
tinggi di luar negeri yang hendak menarik mahasiswa kita ke sana.
c. Universitas-Universitas Ternama Di Dunia Membuka Kampus Cabang Di Malaysia.
Universitas-universitas ternama di dunia membuka kampus cabang di Malaysia
(Twinning Program) yang menawarkan jurusan-jurusan yang terakreditasi secara
internasional. Sebaliknya, saat ini pemerintah Malaysia sedang memikirkan untuk
membuka kampus cabang beberapa universitas terkemukanya di luar negeri.
d. Faktor Bahasa Inggris Yang Menjadi Bahasa Kedua Di Malaysia.
Tingkat penggunaan bahasa Inggris di Malaysia pada umumnya dan sebagai bahasa
instruksional di kebanyakan program yang ditawarkan di perguruan tinggi khususnya
juga memberi pengaruh besar terhadap kedatangan mahasiswa asing ke Malaysia. Untuk
melengkapi staf pengajar lokal universitas-universitas disana juga mengontrak profesorprofesor asing untuk mengajar pada program-program yang diperlukan.
e. Biaya Pendidikan Yang Relatif Lebih Murah.
Biaya pendidikan yang relatif murah dibandingkan dengan biaya untuk program yang
sama di universitas-universitas di Amerika, Australia dan Eropa juga telah merubah

pikiran calon mahasiswa asing untuk memilih yang lebih murah dengan kualitas yang
tidak jauh berbeda.
f. Tempat Menuntut Ilmu Yang Menarik Bagi Calon Mahasiswa Muslim.
Kebetulan secara geografis Malaysia berdampingan langsung dengan Indonesia yang
berpenduduk mayoritas Muslim, dan Malaysia sendiri merupakan sebuah negara Islam
modern yang sedang mempromosikan Islam moderat, menjadikannya tempat menuntut
ilmu yang menarik bagi kebanyakan calon mahasiswa Muslim yang berasal dari berbagai
belahan dunia.

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

Sejarah sangat berpengaruh terhadap bagaimana penetepan tujuan kedepannya. Dimana
Indonesia pernah dijajah oleh Belanda sedngkan Malaysia dijajah oleh Inggris. Hal tu sangat
berpengaruh terhadap mental bangsa untuk kedepannya.
Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian
Pendidikan Nasional Republik Indonesia(Kemdiknas), dahulu bernama Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Depdikbud).
Sistem

pendidikan

di

Malaysia diselenggarakan

oleh

Sedangkan

Malaysia,

Kementerian

Pelajaran

Malaysia. Kerajaan negeri tidak berkuasa dalam kurikulum dan aspek lain pendidikan
sekolah rendah dan sekolah menengah, semuanya ditentukan oleh kementerian.
Faktor Yang Mempengaruhi Malaysia Lebih Cepat Membuat Dunia Pendidikannya Maju
Pesat Dibandingkan Indonesi:
a. Faktor pemimpin.
b. Lembaga Pemerintahan Dan Swasta Malaysia Gencar Berpromosi Ke Seluruh Dunia.
c. Universitas-Universitas Ternama Di Dunia Membuka Kampus Cabang Di Malaysia.
d. Biaya Pendidikan Yang Relatif Lebih Murah.
e. Biaya Pendidikan Yang Relatif Lebih Murah.
f. Tempat Menuntut Ilmu Yang Menarik Bagi Calon Mahasiswa Muslim.

DAFTAR PUSTAKA

Danidanidan, 2012, Perbandingan Pendidikan Di Indonesia. http://krisdaning217.blogspot.
Diakses pada tanggal 14 Mei 2013

Damanik, Caroline 2008. Indonesia-Malaysia: Kondisi Terbalik.
http://nasional.kompas.com. Diakses pada tanggal 1 Mei 2013
Aulia, 2010., 14 Ribu Pelajar Indonesia Kuliah Di Malaysia. http://samanui.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 14 Mei 2013
Damanik, Caroline 2008. Indonesia-Malaysia: Kondisi Terbalik.http://nasional.kompas.com.
Diakses pada tanggal 1 Mei 2013
Mansyur, Faqih. 2013. Ini Alasan Pendidikan Malaysia Lebih Maju Dari Indonesia.
http://www.republika.co.id Diakses Pada Tanggal 14 Mei 2013
Konsultan Komunikasi, dosen di Program Pascasarjana UniversitasParamadina, dan alumnus
MA in Journalism, UTS (Australia). 2011. Indonesia Vs Malaysia : Bukan Hanya Bola.
www.inilah.com. Diakses Pada Tanggal 14 Mei 2013
Dosen pada Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry dan Phd student pada Faculty of Education,
University of Malaya, Malaysia. 2012. Rahasia Negeri Jiran Menjadi Pusat Pendidikan Dunia.
http://pikiranmerdeka.com
Id.wikipedia.org