Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan TJS

BAB I
PENDAHULUAN

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang selanjutnya
disebut CSR merupakan sebuah konsep dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial
dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pihak yang
berkepentingan secara sukarela (European Commision dalam Baker, 2004). Di Indonesia sendiri,
konsep CSR telah diwajibkan dan tertera di dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah.
Dalam UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 4 ayat 1, secara khusus ditegaskan bahwa “Perseroan
yang menjalankan kegiatan di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib untuk
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.”
Meskipun pelaksanaan CSR telah diatur dalam Undang-Undang, namun penerapannya
masih dijalankan secara setengah-setengah oleh beberapa perusahaan di Indonesia. Dalam laporan
Indonesia Business Links (Hasibuan-Sedyono, 2007) mengungkap hasil temuan Focus Group
Discussion (FGD) dengan 20 CEO di perusahaan Indonesia yang menyatakan bahwa mayoritas
dari mereka tidak benar-benar percaya bahwa kegiatan CSR yang dicantumkan ke dalam hukum
perusahaan akan membantu dan menjamin bahwa kegiatan tersebut saling menguntungkan bagi
perusahaan dan masyarakat lokal. Dalam laporan Antara News mengungkapkan bahwa kurang
dari 50% perusahaan di Indonesia yang memerhatikan dan melakukan kegiatan CSR, terlebih
khusus dalam kegiatan di bidang lingkungan (Burhani, 2007).
Di samping itu, pengertian pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

(TJSL) masih disalahartikan dengan konsep Tanggung Jawab Sosial (CSR). Pernyataan ini
disampaikan oleh aktivis dari Lingkar Studi CSR (Ginano, 2013).
Melihat dari masih kurangnya kesadaran perusahaan di Indonesia untuk menjalankan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) serta kriteria seperti apa bagi sebuah perusahaan
yang berkewajiban melaksanakan praktik TJSL yang kemudian menjadi topik dalam paper ini.
1

BAB II
TINJAUAN TEORETIS

2.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)
telah dikemukakan oleh banyak pakar. Di antaranya adalah definisi yang dikemukakan oleh
Magnan & Ferrel yaitu: “A business acts in socially responsible manner when its decision
and actions account for and balance diverse stakeholder interest”. Definisi tersebut
menekankan pada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan
berbagai stakeholder yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil para
pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab (Susanto, 2009).
Definisi ISO 26000:2010 Guidance on Social Responsibility (dalam Lingkar Studi
CSR, 2013), menyatakan “Responsibility of an organization for the impacts of its decisions

and activities on society and the environment, through transparent and ethical behavior that
contributes to sustainable development, health and the welfare of society; takes into account
the expectations of stakeholders; is in compliance with applicable law and consistent with
international norms of behavior; and is integrated throughout the organization and

practiced in its relationships.” Definisi tersebut menekankan pada tanggung jawab
organisasi terhadap dampak keputusan dan kegiatan masyarakat serta lingkungan, melalui
perilaku yang transparan dan etis yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan
berkelanjutan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat; memperhitungkan harapan
stakeholder; sesuai dengan hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma
perilaku internasional; dan terintegrasi ke seluruh organisasi serta dipraktikkan dalam
hubungan tersebut”.
Dalam Pasal 1 ayat 3 UU No. 40 Tahun 2007, dijelaskan bahwa Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam
2

pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya. Selanjutnya dijelaskan dalam Pasal 74 ayat 1, bahwa Perseroan
yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam

wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Kemudian dalam Pasal 74
ayat 2, bahwa Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan merupakan kewajiban Perseroan
yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan
agar dapat mengatur, mengolah, dan mempergunakan lingkungan sebaik-baiknya yang tidak
hanya menguntungkan dan meningkatkan efisiensi bisnis perusahaan, melainkan juga
berdampak positif terhadap lingkungan dan sosial masyarakat di masa yang akan datang.

2.2. Dimensi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Alexander Dahlsrud, 2008 (dalam Lingkar Studi CSR, 2013) merangkum lima
dimensi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, yaitu: ekonomi, sosial, lingkungan, pemangku
kepentingan, dan sifat voluntari.
Menurut ISO 26000:2010 (dalam Lingkar Studi CSR, 2013), Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan terhadap Lingkungan menekankan pada empat subjek inti, yaitu:
1. Pencegahan polusi
2. Penggunaan sumber daya yang berkelanjutan
3. Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim
4. Proteksi lingkungan dan keragaman hayati dan restorasi habitat.


3

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Tanggung Jawab Sosial Sebagai Sebuah Gagasan
Cowen, et al., (dalam Anggraini, 2006) mengatakan bahwa perusahaan yang
berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai
pertanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan
meningkatkan penjualan. Dari hasil penelitian, Anggraini (2006) menemukan bahwa
variabel persentase kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan
dalam mengungkapkan informasi sosial dengan arah sesuai dengan yang diprediksi.
Semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan, manajer perusahaan akan semakin
banyak mengungkapkan informasi sosial dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di
dalam program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Pemikiran yang melandasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang sering
dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajibankewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham / shareholders) tetapi juga
kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) yang
jangkauannya melebihi kewajiban ekonomi dan legal. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

terjadi di antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder , termasuk di dalamnya adalah
pelanggan, pegawai, komunitas, investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.

3.2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Lingkungan
Apabila dilihat secara konseptual, perusahaan yang berkewajiban untuk
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) adalah perusahaan yang
kegiatan dan tujuannya berkaitan dengan sumber daya alam, seperti halnya perusahaan yang
bergerak di bidang perminyakan, eksplorasi laut dan lepas pantai, kehutanan, perkebunan,
4

dan lain sebagainya. Sementara yang dimaksud dalam kaitannya dengan sumber daya alam,
yaitu perusahaan yang salah satu produknya merupakan hasil modifikasi maupun turunan
atau komponen-komponennya menggunakan hasil-hasil dari alam. Hal tersebut sesuai
dengan penjelasan Pasal 74 UUPT No. 40 Tahun 2007.
Sebagaimana dikatakan pula oleh Mazurkiewicz (2005) bahwa kemampuan
perusahaan untuk menutupi implikasi lingkungan yang berasal dari produk operasi dan
fasilitas, menghilangkan limbah dan emisi, memaksimalkan efisiensi dan produktivitas
sumber daya alam dan meminimalkan praktik-praktik yang buruk dapat memengaruhi
kenikmatan sumber daya alam suatu negara bagi generasi mendatang.
Dengan demikian, maka Perseroan yang tidak menjalankan usaha di bidang sumber

daya alam atau menjalankan usaha yang tidak berdampak pada fungsi kemampuan sumber
daya alam tidak dibebankan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Untuk merealisasikan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut,
Pasal 74 UUPT No. 40 Tahun 2007 menentukan agar Perseroan menganggarkan kegiatan
tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut sebagai biaya Perseroan. Hal ini antara lain
dengan memasukkan biaya program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan tersebut ke
dalam Rencana Kerja Tahunan Perseroan tahun berikutnya sebagaimana dimaksud Pasal 63
UUPT No
Ada berbagai macam bentuk tanggung jawab sosial, namun yang paling utama
adalah melakukan ‘penyelamatan’ terhadap sumber daya alam yang semakin lama semakin
terganggu keseimbangannya (Devita, 2012). Bentuk lainnya bisa bermacam-macam, seperti
membantu dalam pembangunan kesejahteraan sosial dan masyarakat di sekitar perusahaan,
melakukan aksi-aksi sosial dan kemanusiaan, mengedukasi masyarakat dengan berbagai
pengetahuan yang bermanfaat, program kemitraan antara pengusaha kecil dan pengusaha
besar, dan sebagainya.

5

3.3. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan di Indonesia
Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan mendapatkan perhatian

paling sedikit dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan
yang lainnya, seperti pelayanan sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Saidi dan
Abidin (2004) juga menunjukkan bahwa Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap
Lingkungan mendapatkan suntikan biaya paling kecil jika dibandingkan dengan kegiatan
sosial lainnya. Selain di Indonesia, hasil penelitian yang sama juga menunjukkan bahwa
penerapan dan pengungkapan CSR yang baik terhadap lingkungan memiliki pengaruh
negatif terhadap harga saham (Izzo & Di Donato, 2012).
Gambar 3.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Lingkungan

Sumber: Saidi & Abidin, 2004 (dalam Ivyannoproject, 2012)
Dari grafik di atas, sebanyak 279 kegiatan sosial dalam setahun yang dilakukan oleh
beberapa perusahaan di Indonesia dengan total sebesar 115,3 Miliar. Kegiatan sosial terbesar
dicurahkan oleh beberapa perusahaan di Indonesia untuk 95 kegiatan pelayanan sosial
dengan total biaya sebesar 38 Miliar. Sedangkan pada urutan terakhir, kegiatan sosial lewat
pembangunan prasarana perumahan yang hanya terdapat 5 kegiatan dengan total biaya
sebesar 1,3 Miliar. Namun di antara dua hal tersebut, kegiatan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan terhadap Lingkungan disalurkan kepada 15 kegiatan, dengan total biaya paling
kecil di antara tujuh kegiatan sosial yang lain (Tabel 3.1), yaitu hanya sebesar 395 juta.
6


Gambar 3.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Lingkungan

Sumber: Saidi & Abidin, 2004 (dalam Ivyannoproject, 2012)
Berikut ini adalah beberapa contoh perusahaan yang melaksanakan program
Tanggung Jawab Sosial terhadap Lingkungan.
1. PT Unilever Indonesia, di antaranya melakukan Green and Clean dengan mendaur ulang
kantong bekas produk Unilever dan pemberdayaan petani kedelai hitam.
2. PT Adaro Indonesia, di antaranya menyediakan pusat air bersih dan menjualnya kepada
masyarakat dengan harga terjangkau. Sementara pengaturannya dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri.
3. PT Telekomunikasi Indonesia, di antaranya melakukan perbaikan dan pengembangan
drainase, penanaman pohon lindung, pengerasan dan pengaspalan jalan.
4. PT HM Sampoerna, di antaranya menciptakan air bersih untuk masyarakat, dan
melakukan penanaman pohon untuk reboisasi.
5. PT Tambang Batubara Bukit Asam, di antaranya membuat kolam pengendap lumpur,
pemanfaatan tanaman minyak kayu putih, dan membangun taman hutan raya.
6. PT Bakrieland Development, di antaranya membangun kawasan resapan air, penggunaan
solar energy system, dan program Goes Green di Bali Nirwana Resort.

7. PT Berau Coal, di antaranya pemanfaatan lahan menjadi area tanaman buah-buahan, area

peternakan sapi, lahan perkebunan, kehutanan, tanaman karet, dan lain-lain.

7

BAB IV
KESIMPULAN & SARAN

4.1. Kesimpulan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Lingkungan mendapatkan perhatian
paling sedikit dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan
yang lainnya, seperti pelayanan sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Saidi dan
Abidin, 2004 (dalam Ivyannoproject, 2012) menunjukkan bahwa Tanggung Jawab Sosial
perusahaan Indonesia terhadap Lingkungan mendapatkan suntikan biaya paling kecil jika
dibandingkan dengan kegiatan sosial lainnya.
Di samping itu, kenyataannya masih ada beberapa perusahaan yang belum
memahami pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dalam konsep
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR).

4.2. Saran
1.


Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) akan menguntungkan bagi
perusahaan yang menjalankannya, antara lain pengembangan citra perusahaan di mata
konsumen dan investor, perusahaan dapat mengeliminasi konflik lingkungan dan sosial
di sekitar perusahaan, perusahaan dapat meningkatkan kerja sama dengan para
pemangku kepentingan, serta perusahaan dapat menonjolkan keunggulan komparatif.

2.

Tulisan dalam paper ini hanya mengkaji fenomena dan hasil penelitian dari kasus yang
terjadi dalam hubungannya dengan konsep CSR dan TJSL dari sudut pandang penulis.
Sehingga memerlukan kajian yang lebih mendalam ataupun penelitian lebih lanjut
terhadap praktik-praktik CSR dan TJSL yang terbaru, agar dapat menghasilkan
implikasi yang bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis.

8

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Fr. Reni Retno (2006). “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang

Memengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Pelaporan Keuangan Tahunan”
dalam Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang, 23-26 Agustus 2006.
Burhani, Ruslan (2007). “Kurang dari 50 Persen Perusahaan Laksanakan CSR” dalam Antara
News. Dipublikasikan pada 4 Juli 2007. Diakses dari http://www.antaranews.com/berita/

68802/kurang-dari-50-persen-perusahaan-laksanakan-csr/ pada 25 Agustus 2014.

Baker, Mallen (2004). “Corporate Social Responsibility―What does it mean?” dalam Definitions
of Corporate Social Responsibility. Dipublikasikan pada 8 Juni 2004. Diakses dari

http://www.mallenbaker.net pada 25 Agustus 2014.

Devita, Irma (2012). “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan” dalam Info Kenotariatan dan
Pertanahan . Diakses dari http://irmadevita.com/ pada 25 Agustus 2014.

Ginano, Katamsi (2013). “Tafsir Semena-mena CSR dan TJSL” dalam KORAN TEMPO. Diakses
dari http://koran.tempo.co/k pada 25 Agustus 2014.
Hasibuan-Sedyono, Chrysanti (2007). “Corporate Social Responsibility (CSR) in INDONESIA”
dalam Current Situation of CSR in Indonesia . Dipublikasikan pada 24 Oktober 2007.
Diakses dari http://www.adbi.org/conf-seminar-papers/2007/10/24/2377.csr/ pada 25
Agustus 2014.
Ivyannoproject (2012). “Tanggung Jawab Sosial terhadap Lingkungan”. Dipublikasikan pada 1
Agustus 2012. Diakses dari http://ivyannoproject.com/c pada 25 Agustus 2014.
Lingkar Studi CSR (2013). “Pembangunan Berkelanjutan, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(CSR) dan Penanganan Kemiskinan” dalam Diskusi Publik (Jakarta, 18 Juli 2013).
Diakses dari http://pwyp-indonesia.org/ pada 25 Agustus 2014.
Mazurkiewicz (2005). “Corporate Environmental Responsibility: Is A Common CSR Framework
Possible?” Diakses dari http://siteresources.worldbank.org/ pada 25 Agustus 2014.
Susanto, A. B. (2009). Reputation―Driven Corporate Social Responsibility: Pendekatan Strategi
Manajemen dalam CSR. Jakarta: Esensi, Divisi Penerbit Erlangga.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
9