Investasi dipasar dan pasar modal

Investasi dipasar modal, investor benar-benar menyadari bahwa disamping akan memperoleh
keuntungan tetapi juga kemungkinan akan mengalami kerugian. Keuntungan atau keragian
tersebut sangat dipengarahi oleh kemampuan investor menganalsis keadaan harga saham dan
kemungkinan turun naiknya harga di Bursa. Oleh karena itu berniain di pasar modal tidak
memiliki jaminan untuk mendapatkan capital gain yaitu selisih lebih dari harga beli saham
dan harga jual saham. Dengan demikian bermain di Bursa akan sangat mungkin pula investor
mengalami capital loss.
Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam melakukan investasi di Bursa Efek khususnya
dalam bentuk saham antara lain sebagai berikut:
a. Mengumpulkan beberapa jenis saham dalam satu portofolio.
Strategi ini dapat memperkecil risiko investasi karena risiko akan disebar ke berbagai jenis
saham. Di satu pihak peluang untuk mendapatkan keuntungan cukup besar. Investor, menurut
strategi ini, pertama-pertama menghimpun inforaiasi dan melakukan analisis terhadap
berbagai jenis saham kemudian memilih beberapa saham sesuai dengan kemampuan dana,
saham yang dipilih dan dibeii tersebut merupakan portofolio. Apabila di antara saham
tersebut ada yang mengalami penuranan harga dapat dilepas kemudian digantikan dengan
saham yang lain yang lebih baik. Kemudian apabila saham yang dilepas tadi harganya telah
mencapai bottom, dapat dipertimbangkan untuk dibeli kembali apabila perusahaan yang
bersangkutan memperlihatkan kinerja dan prospek yang baik. Dengan strategi ini kerugiankerugian dapat lebih tersebar. Kerugian pada salah satu jenis saham bisa tertutupi oleh
keuntungan padajenis saham lainnya.
b. Beli di pasar perdana dan dijual begitu dicatatkan di bursa.

c. Beli dan Simpan.
Strategi ini dapat digunakan apabila investor memiliki keyakinan berdasarkan analisis bahwa
perusahaan yang bersangkutan memiliki prospek untuk berkembang yang cukup pesat
beberapa tahun mendatang sehingga sahamnya diharapkan akan mengalami kenaikan yang
cukup besar pada saat itu.
d. Beli Saham Tidur.
Saham tidur adalah saham yangjarang atau tidak pernah ada transaksi. Saham tidur ini bisa
disebabkan karena jumiah saham yang dicatatkan terlaiu sedikit atau dikuasai oleh investor
institusi dan pemilik saham lama (pendiri perusahaan). Atau dapat pula isebabkan karena
kinerja perusahaan yang bersangkutan kurang baik atau prospek usahanya masih kurang
cerah sehingga kurang mendapat perhatian pemodal. Saham seperti ini biasanya cenderung
harganya undervalued. Membeli saham tidur ini diperlukan kesabaran investor terhadap
kesabaran investor terhadap perkembangan harga saham perusahaan yang bersangkutan.
e. Strategi Berpindah dari Saham yang satu dengan yang lain.
Investor yang merailih strategi ini cenderung lebih bersifat lebih spekulatif. Mereka akan
cepat-cepat melepas saham-saham yang diperkirakan harganya akan mengalami penuranan
atau buru-buru membeli saham yang menurut anggapannya akan mengalami kenaikan kurs.
Investor tipe ini tidak mementingkan pembagian deviden karena sifat investasinya jangka
pendek. Investor seperti ini harus senantiasa mengikuti pergerakan atau perubahan hargaharga saham di Bursa.
f. Konsentrasi pada Industri tertentu.

Strategi ini lebih cocok bagi investor yang benar-benar menguasai kondisi suatu jenis
industri, sehingga mengetahui prospek perkembangannya di masa yang akan datang. Oleh
karena investor dapat memilih beberapa saham perusahaan yang baik yang memiliki bisnis
dalam sektor industri yang bersangkutan.
g. Reksa Dana
Melakukan investasi dengan membeli unit penyertaan atau saham yang diterbitka oleh reksa
dana. Strategi ini cocok bagi investor yang tidak memiliki cukup waktu melakukan analisis

pasar atau tidak ada akses informasi. Jenis investasi ini dapat memaksimalkan keuntungan
pada tingkat resiko tertentu. Biasanya investor pemula cenderang memilih jenis investasi ini.
Resiko Investasi
Strategi dasar investor yang akan meningkatkan kinerja atau nilai portofolio investasi
menjadi lebih baik adalah dengan senantiasa mengikuti prinsip ini: " keep your alpha high
and your beta low " Secara implisit prinsip ini berarti
bahwa bagaimana mengukur risiko (beta) sehingga dapat membandingkan tingkat
keuntungan (alpha) yang ingin diperoleh. Memprediksi resiko dalam investasi merupakan hal
yang cukup kompleks dan yang selalu menjadi pertanyaan bagi investor adalah bagaimana
mengukur risiko individu suatu saham dari keseluruhan portofolio Resiko investasi di pasar
modal pada prinsipnya semata-mata berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fluktuasi
harga (price volatility). Resiko-resiko yang mungkin dapat dihadapi investor tersebut antara

lain sebagai berikut:
a. Resiko Daya Beli (purshasing power risk).
Sifat investor dalam menangani faktor risiko di pasar modal ini terdiri dari dua yaitu investor
yang tidak menyukai resiko (risk averter) dan investor justru menyukai menantang resiko
(risk averse). Bagi investor kategori pertama ini akan mencari atau memilih jenis investasi
yang akan memberikan keuntungan yang jumlahnya sekurang-kurangnya sama dengan
investasi yang dilakukan sebelumnya, Disamping itu, investor mengharapkan memperoleh
pendapatan atau capital gain dalam waktu yang tidak lama. Akan tetapi, apabila investasi
tersebut memerlukan waktu 10 tahun untuk mencapai 60% keuntungan sementara tingkat
inflasi selama jangka waktu tersebut telah naik melebihi 100%, maka investor jelas akan
menerima keuntungan yang daya belinya jauh lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan
yang dapat diperoleh semula. Oleh karena itu. resiko daya beli ini berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil.
b. Resiko Bisnis (business risk).
Resiko bisnis adalah risiko menurunnya kemampuan memperoleh laba yang pada gilirannya
akan mengurangi pula kemampuan perasahaan (emiten) membayar bunga atau deviden.
c. Resiko Tingkat Bunga (interest risk)
Naiknya tingkat bunga biasanya menekan harga jenis surat-surat berharga yang
berpendapatan tetap termasuk harga-harga saham. Biasanya, kenaikan tingkat bunga berjalan
tidak searah dengan harga-harga instrumen pasar modal. Dengan naiknya tingkat bunga, jelas

akan menurunkan harga-harga dipasar modal.
d. Risiko Pasar (market risk)
Apabila pasar bergairah (bullish) umumnya hampir semua harga saham di Bursa Efek
mengalami kenaikan. Sebaliknya apabila pasar lesu (bearish\saham-saham akan ikut pula
mengalami penurunan. Perubahan psikologi pasar dapat menyebabkan harga-harga surat
berharga anjlok terlepas dari adanya perabahan fundamental atas kemampuan perolehan laba
perasahaan.
e. Risiko Likuiditas (liquidity risk)
Risiko ini berkaitan dengan kemampuan suatii surat berharga untuk dapat segera
diperjualbelikan dengan tanpa mengalami kerugian yang berarti.

Otoritas pasar modal selalu mengatakan sulit untuk mengembalikan dana yang
hilang karena produk pasar modal tidak dijamin oleh pemerintah dan
menyatakan itu sebagai risiko investasi.
Namun benarkan kejadian-kejadian di pasar modal itu sebagai risiko investasi
yang harus ditanggung sendiri oleh nasabah sehingga tidak punya peluang
untuk menyelamatkan dananya lagi.
Atau jangan-jangan itu bukan risiko investasi tapi lebih karena lemahnya
pengawasan. Padahal jelas-jelas perusahaan yang beroperasi itu adalah institusi
legal dan tercatat resmi di badan hukum negara.

Bagaimanapun investor yang menjadi korban umumnya sangat paham risiko
investasi yang selalu digembor-gemborkan otoritas pasar modal. Jika harga
saham terjun bebas investor bisa mengerti, jika harga reksa dana anjlok investor
pun maklum kalau itu namanya risiko investasi.
Tapi yang jadi masalah, kenapa investasi yang hilang dan digelapkan oleh para
'oknum' masih disebut risiko investasi.
Pengamat pasar modal, investasi, keuangan dan perbankan Prof. Dr. Adler
Haymans Manurung SE,M.Com, ME, SH dengan tegas mengatakan ada
perbedaan yang sangat jelas antara risiko investasi dan risiko di luar investasi.
"Risiko investasi adalah risiko yang ada dalam ruang lingkup investasi, namun
hanya sebatas itu," ujar Adler saat dihubungi detikFinance, Selasa (28/4/2009).
Adler mengatakan, memang terdapat beberapa risiko yang bisa mempengaruhi
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap investasi. Namun
menurutnya harus dibedakan dengan risiko investasi.
"Risiko dari luar yang bisa mempengaruhi investasi ini sebenarnya disebut
sebagai risiko regulasi. Ini harus dibedakan dengan risiko investasi," ujar Adler.
Menurut Adler, risiko investasi hanya mencakup risiko pergerakan harga saham,
risiko kesempatan, risiko likuiditas, risiko perubahan kurs, risiko tingkat suku
bunga dan risiko-risiko lainnya yang berkaitan langsung dengan posisi investasi
seseorang.

"Contohnya, isu-isu ekonomi makro. Ini bisa berpengaruh pada posisi investasi
seseorang dan pergerakan indeks secara keseluruhan. Ini juga bisa masuk dalam
risiko investasi," jelas Adler.
Namun menurut Adler, ada yang disebut risiko regulasi yang notabene harus
dibedakan dengan apa yang disebut resiko investasi.
"Dalam investasi itu ada investor sebagai pelaku investasi dan ada regulator

sebagai pengawas. Regulator mencakup fasilitator yang bertugas menjamin
keamanan fasilitas investasi," jelas Adler.
Nah, menurut Adler regulator dan fasilitator investasi memiliki tugas menjamin
keamanan investasi, yang mana bukan menjadi wilayah investor.
"Investor tidak perlu memikirkan keamanan regulasi dan fasilitas dalam
investasinya. Itu tugas regulator dan fasilitator," jelas Adler.
Oleh sebab itu, Adler menekankan, peranan regulator dan fasilitator sangat
krusial dalam menjamin keamanan investasi. Adler mengatakan, investor
seharusnya tidak perlu dibebankan dengan harus memperhitungkan risiko
regulasi dalam investasinya.
"Hal-hal yang menjadi wilayah investor dan harus diperhitungkan investor hanya
risiko investasi saja," ujar Adler.
Namun saat ini, lanjut Adler, mau tidak mau investor harus ikut

memperhitungkan risiko regulasi lantaran banyaknya kasus pasar modal yang
muncul, bukan karena risiko investasi, melainkan karena perilaku regulator dan
fasilitator yang kurang menjamin keamanan investor.
Sebut saja, kasus penjualan produk palsu PT Antaboga Delta Sekuritas Indonesia
oleh PT Bank Century Tbk (BCIC). Kemudian ada kasus penggelapan dana
nasabah PT Sarijaya Permana Sekuritas.
Terakhir, berhentinya seluruh perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) lantaran
adanya gangguan sistem internal PT Trimegah Securities Tbk (TRIM) yang
menyebabkan gangguan sistemik pada Jakarta Automatic Trading System Next
Generation (JATS-NextG).
"Seperti kasus Sarijaya, Antaboga-Century dan Trimegah, itu bukan risiko
investasi, karena kasus-kasus itu terjadi bukan karena kondisi market, melainkan
karena regulator dan fasilitator yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik,"
ujar Adler.
"Memperhitungkan keamanan investasi bukan bagian dari risiko investasi. Itu
tugas regulator. Jadi seharusnya, regulator dan fasilitator jangan terlalu gampang
mengatakan kerugian yang dialami nasabah Century-Antaboga, Sarijaya, dan
kasus-kasus lainnya sebagai resiko investasi. Itu sangat berbeda," imbuh Adler.
Dengan kata lain, dari sudut pandang investor, risiko yang harus ditanggung dan
masih bisa dikendalikan oleh investor hanya risiko-risiko seperti isu ekonomi

makro, pergerakan harga saham, likuiditas, perubahan kurs dan hal-hal lainnya
yang meliputi potensi keuntungan dan kerugian dalam investasi.
Sedangkan, kerugian yang dialami investor karena regulasi dan fasilitas yang

tidak memadai dan tidak menjamin keamanan investasi, bukanlah disebut
kerugian investasi.
"Kerugian yang disebabkan karena regulator dan fasilitator yang tidak bisa
menjamin keamanan investasi bukan kerugian investasi, itu bukan risiko
investasi, melainkan kerugian yang diderita investor karena regulator dan
fasilitator yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik," ujar Adler.
Kesimpulannya, adakah hak investor menuntut ganti rugi atas kerugian yang
dialami karena kurangnya keamanan investasi di pasar modal?
"Tentu saja investor punya hak untuk itu. Regulator dan fasilitator wajib
menjamin keamanan investasi. Jika tidak, maka integritas pasar modal Indonesia
akan hancur perlahan-lahan," ujarnya.
"Jangan investor juga harus memikirkan risiko regulasi dalam investasinya.
Jangan investor harus memikirkan apakah sistem IT yang digunakan di BEI itu
aman atau tidak sebelum investasi. Itu kan tugas regulator dan fasilitator," ujar
Adler.
"Regulator dan fasilitator harusnya mengaudit dulu segala aspek yang berkaitan

dengan keamanan investasi sebelum membiarkan investor masuk," imbuh Adler.
Lantas, siapakah yang bisa disalahkan dengan terjadinya kasus-kasus seperti
Century-Antaboga, Sarijaya dan gangguan sistem pekan lalu?
"Tentu saja Bapepam dan BEI harus ikut mengakui kesalahannya. Jangan melulu
menyalahkan pihak lain dengan mengatakan ini risiko investasi dan
membebankan itu kepada investor. Menjamin keamanan investasi kan tugas
regulator dan fasilitator," tegas Adler.

Dalam berinvestasi apapun berbagai risiko yang bisa mempengaruhi
tingkat keuntungan atau mengalami kerugian selalu akan menjadi
pertimbangan bagi investor. Sebanyak mungkin faktor risiko yang
mungkin akan mempengaruhi tingkat keuntungan dalam investasi
saham harus selalu dideteksi agar seluruh gerak pasar bisa diantisipasi.
Untuk itu penasihat investasi dan investor professional sekalipun selalu
mencari informasi yang relevan dengan kondisi pasar. Di pasar modal,
setidaknya risiko yang patut dicermati investor secara umum, antara
lain risiko inflasi, risiko tingkat suku bunga, risiko pasar, risiko
perusahaan dan risiko politik. Masing-masing risiko tersebut ada
kalangan saling kait mengkait, dan berjalan secara dominan. Namun
adakalanya sama sekali tidak berhubungan.


Dari risiko tersebut yang selalu berhubungan adalah risiko inflasi.
Biasanya begitu diketahui inflasi tinggi, akan diikuti dengan kebijakan
perubahan tingkat suku bunga. Logikanya inflasi tinggi, dapat
dipastikan nilai uang turun. Turunnya nilai uang, bisa karena jumlah
uang yang beredar di masyarakat lebih melimpah. Untuk itu sehingga
agar mobilitas uang yang beredar turun biasanya akan diikuti dengan
kenaikan tingkat sukubunga, naiknya tingkat sukubunga dengan
sendirinya akan membawa dana-dana kembali sistem perbankan,
sehingga pada gilirannya bursa saham akan turun.
Risiko Inflasi
Dalam industri finansial khususnya dalam ekonomi berbasis uang, risiko
yang cukup mengkhawatirkan adalah ancaman akan penurunan nilai
uang. Penggerusan nilai uang ini terlalu banyak faktor yang bisa
dijadikan alasan, padahal aspek utamanya adalah menurunnya nilai
uang. Contoh paling sederhana soal inflasi ini adalah apabila uang
bernominal Rp1.000 yang pada kemarin lusa bisa membeli dua butir
telur, tapi hari ini hanya dapat ditukar dengan satu telur. Akibatnya
untuk membeli dua butir telur kita harus mengeluarkan kocek Rp1.000
lagi. Kalau itu terjadi berarti sudah terjadi inflasi, turunnya nilai uang.

Penurunan nilai uang tersebut juga terjadi tidak saja untuk membeli
produk, tapi juga dalam menggunakan jasa. Dalam kondisi saat ini,
pemerintah mengatakan akan mempertahankan bahwa target inflasi
dipatok pada bilangan lima persen. Itu berarti dalam berinvestasi,
investor yang memiliki dana Rp1.000 saat ini harus bisa
memperkerjakan uangnya itu dengan minimal penghasilan (return) di
atas lima persen, sehingga pada akhir tahun nilai uang tersebut tetap
bisa digunakan dan memiliki nilai yang sama pada saat ini. Nilai uang
pada masa kini dan masa yang akan datang diharapkan bobot (nilai
atau harganya) tetap sama. Artinya kalau saat ini bisa membeli telur
satu butir maka tahun depan minimal nilainya tetap sama.
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus. Penyebab inflasi ini bisa berupa naiknya harga
barang dan jasa, bisa juga karena turunnya nilai uang yang terjadi
secara mekanis. Inflasi yang disebabkan karena naiknya harga barang,
juga tidak bergerak sendirian. Bisa jadi karena bahan baku atas produk
itu sulit didapat, seperti Bahan Bakar Minyak. Akibat tidak adanya
subtitusi dari BBM ini dipastikan kenaikan harga BBM akan
menyebabkan naiknya harga barang-barang dan jasa. Hal ini karena
ketergantungan yang sangat tinggi atas produk yang bernama BBM ini.
Inflasi lainnya adalah karena terlalu banyaknya uang yang beredar,
sehingga secara mekanis akan mempengaruhi nilai uang. Untuk inflasi
yang disebabkan banyak uang beredar, Bank Sentral bisa melakukan

tindakan dengan cara membuat kebijakan meningkatkan suku bunga.
Peningkatan sukubunga ini dengan sendirinya akan menarik para
pemilik dana untuk kembali memarkir dananya di perbankan. Kendati
upaya tersebut harus diikuti oleh kebijakan lain, diantaranya membuat
kebijakan guna terciptanya iklim investasi. Bagi pasar modal risiko
inflasi ini akan sangat mempengaruhi keputusan investasi. Kalau inflasi
tinggi, kita ibaratkan dalam setahun 10 persen, maka boleh jadi harga
saham diciptakan oleh pasar itu sebenarnya sudah terdiskon sebesar 10
persen. Kalau harga saham Rp1.000 maka akibat inflasi yang 10 persen
itu harga saham tersebut sebenarnya hanya Rp900.
Hitungan matematisnya kira-kira seperti itu, namun kalau kita mau
mendalami lagi dampak inflasi terhadap pasar modal, kondisi yang
sebenarnya terjadi akan bertambah kompleks. Kalau kita ibaratkan
harga BBM mengalami kenaikan dengan begitu biaya produksi
perusahaan akan mengalami kenaikan.
Belum lagi dampak dari BBM ini akan diikuti dengan melemahnya daya
beli, sehingga barang yang diproduksi tidak akan laku terjual. Kalau hal
itu yang terjadi maka bisa dipastikan pemutusan hubungan kerja,
akibat pengurangan produksi hampir pasti akan dilakukan perusahaan,
sehingga pada gilirannya ekspektasi investor saham atas saham
perusahaan itu akan menurun.
Risiko tingkat sukubunga
Risiko tingkat sukubunga juga menjadi bayangan hitam bagi pelaku
pasar. Tingkat bunga yang tinggi akan menjadikan perusahaan yang
menjual sahamnya di bursa pasti juga akan kedodoran. Apalagi bagi
perusahaan yang mendanai sebagian operasionalnya dengan pinjaman
kredit. Dari sisi investasi fluktuasi tingkat sukubunga yang gonjangganjing akan membuat bingung iklim investasi.
Kalau tingkat sukubunga tinggi maka investor akan dengan senang hati
untuk menempatkan dananya dalam bentuk deposito. Banyaknya uang
yang masuk dalam deposito akan membuat dunia perbankan
kebingungan menyalurkan dana pihak ketiga tersebut. Di sisi lain dana
tersebut memang harus diputar ke sektor-sektor produktif kalau tidak
ingin kinerja bank tersebut ambrol karena harus membayar bunga
tinggi. Soal tinggi dan rendahnya tingkat sukubunga, bagi pasar yang
penting bahwa tingkat bunga itu stabil tidak gonjang-ganjing dan
kebijaksanaannya tidak situasional.
Risiko Pasar
Risiko pasar sering terjadi di pasar modal karena kondisi yang tidak

bisa dijelaskan secara ekonomi. Sebagaimana yang kita ketahui, pasar
merupakan gambaran paling kongkrit sikap investor terhadap suatu
produk barang dan jasa, karenanya pasar sering dikatakan orang
sebagai sesuatu yang paling rasional. Karenanya ekspektasi seseorang
terhadap produk dan jasa tertentu akan berbeda dengan ekspektasi
pasar.
Dalam kontek perdagangan saham, ketika ekspektasi atas saham
secara jangka panjang naik, maka boleh jadi ekspektasi pasar atas
saham pada saat pasar bereaksi justru turun. Karenanya bagi investor
saham yang perlu dipahami bahwa investasi saham adalah investasi
pada saham, sedangkan penciptaan harga saham yang dibuat pasar
adalah harga yang terjadi pada saat selama pasar berlangsung.
Penyebab ekspektasi pasar berbeda dengan kondisi sebenarnya atas
nilai saham, penyebabnya bisa beragam. Yang paling sederhana boleh
jadi karena supply dan demand yang tidak seimbang. Ketika supply
atas saham berlebih, sementara demand tetap maka dengan sendirinya
harga saham akan turun.
Di pasar modal Indonesia sering terjadi begitu ada perusahaan yang
akan melakukan penawaran umum (IPO) biasanya akan diikuti dengan
penurunan indikator perdagangan. Turunnya indikator perdagangan itu
lantaran investor menjual saham yang telah menjadi portofolionya
untuk kemudian membeli saham yang akan IPO. Perilaku tersebut
merupakan contoh yang paling sangat sederhana dari faktor risiko
pasar. Tidak sama besarnya posisi supply dan demand ini juga terjadi
apabila terjadi investor melakukan perubahan portofolio sebagaimana
yang kerap terjadi pada akhir tahun dan awal tahun bursa saham.
Kondisi pasar saham yang terjadi sejak awal Januari hingga saat ini bisa
kita anggap sebagai contoh yang paling kongkrit dari risiko pasar. Jadi
sebenarnya, dalam aktivitas pasar modal sama sekali tidak ada risiko
yang tidak terditeksi karena segala sesuatu risiko akan selalu
berhubungan, terlebih lagi pasar merupakan mahluk yang paling
rasional.

Setiap jenis investasi memiliki risiko disamping return yang dihasilkan. Reksa dana adalah
salah satu instrumen investasi yang diciptakan untuk mempermudah dalam pengelolaan dana
terutama bagi investor pemula.
Berdasarkan indoexchange, keuntungan berinvestasi di reksa dana dapat dikelompokan
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Diversifikasi Investasi Memperkecil Resiko
Besarnya dana yang dikelola memungkinkan reksa dana untuk mendiversifikasikan
investasinya ke berbagai jenis efek (saham, obligasi, pasar uang) sehingga dapat memperkecil

resiko.
2. Kenyamanan Berinvestasi
Setiap reksa dana didukung oleh manajer investasi yang memiliki kemampuan menganalisa
efek dan memiliki akses informasi pasar melalui banyak sumber sehingga mampu mengambil
keputusan yang lebih akurat untuk kepentingan investasi pemodalnya.
3. Terjangkau
Reksa dana memberi kesempatan kepada investor kecil untuk ikut andil berinvestasi di pasar
modal. Dengan modal awal yang relatif kecil (umumnya Rp. 100.000 di Indonesia) orang
sudah dapat membuka rekening investasi di reksa dana.
Berdasarkan republika, resiko investasi reksa dana adalah sebagai berikut :
- Risiko berkurangnya nilai investasi.
Modal awal pemodal bisa berkurang karena investasi di Reksa Dana tidak digaransi pasti
memberikan keuntungan. Naik turunnya nilai investasi tergantung isi portofolio Reksa Dana,
bila saham/obligasi dalam portofolio rata-rata naik maka nilai investasi Reksa Dana juga naik
atau pemodal menikmati keuntungan. Namun sebaliknya bila saham/obligasi dalam
portofolio turun harganya maka pemodal mengalami kerugian potensial.
- Risiko likuiditas saat penarikan dana pemodal
Sama seperti bank yang mengalami rush (penarikan besar-besaran secara bersamaan), Reksa
Dana juga menghadapi risiko serupa. Bila pemodal beramai-ramai menarik dananya
sedangkan dana tersebut masih diinvestasikan dalam saham/obligasi maka Manajer Investasi
harus menjual saham/obligasi tersebut untuk dibayarkan kepada pemodal. Penjualan
saham/obligasi dalam jumlah besar berpotensi menurunkan harga saham/obligasi sehingga
menurunkan Reksa Dana.
- Risiko wanprestasi emiten
Penerbit obligasi yang gagal membayar kupon bunga atau nilai pokok utang menyebabkan
Reksa Dana tidak menerima penghasilan yang semestinya diterima. (Geraldine Megan
Tauran)

Gonjang-ganjing bursa saham dunia, termasuk di Asia Tenggara,
sekarang ini sebagai dampak resesi Amerika yang dipicu oleh kredit
macet perumahan, makin membuat orang ingin tahu apa sebenarnya
pasar modal, lalu bagaimana kita bermain di pasar modal. Banyak
orang berpikir bahwa jika ingin berpartisipasi di dunia pasar modal, kita
harus berkarir di pasar modal. Pendapat ini tidak seluruhnya benar.
Karena orang tidak perlu berkarir sebagai pialang jika ingin berperan
serta di pasar modal. Kita bisa menjadi investor dan ini bisa menjadi
pekerjaan baru. Apa syarat investor? Lalu apa keuntungan dan
bagaimana risikonya? Pertanyaan yang juga penting adalah apa cara
yang sehat dalam berinvestasi di pasar modal, sehingga kita bisa
meminimalkan risiko dan meraih keuntungan tinggi? Buku ini menjawab
semua pertanyaan itu. Ditulis oleh Sawidji Widoatmodjo, seorang
wartawan, periset dan dosen, dan juga orang yang berpengalaman
sebagai investment analist sebuah sekuritas di Jakarta dan menjadi

konsultan Bursa Efek Jakarta, buku ini akan memandu pembaca untuk
mengenali lebih jauh tentang pasar modal, sehingga buku ini penting
untuk mereka yang ingin menginvestasikan uangnya secara modern
dengan return (penghasilan) tinggi. Diawali pada bab satu, antara lain
dengan memberikan pengertian pasar modal, bursa utama, dan over
the counter market. Pengertian pada bab satu disambung pada bab
berikutnya, yang menyajikan informasi mengenai apa dan bagaimana
seluk beluk pasar modal, juga tentang fenomena kebangkitan pasar
modal Indonesia dengan berbagai implikasinya. Pada bab tiga, pembaca
diajak masuk ke hal-hal yang bersifat teknis di pasar modal. Nah, pada
bab ini Anda akan mengenal apa yang disebut dengan pialang,
bagaimana memilih pialang agar investor bisa menarik manfaat dari
penggunaan pialang itu. Tak lupa penulis buku ini juga memberi
informasi tentang jenis-jenis pialang. Melihat dari judulnya, pasar
modal yang dibahas di buku ini membatasi pada investasi keuangan,
dan itu hanya terbatas pada pasar modal, yaitu investasi pada suratsurat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan atau bisa juga
obligasi pemerintah. Dengan demikian pembicaraan tidak meliputi
investasi keuangan di pasar uang. Apa saja surat berharga? Saham.
Nah, kata ini hampir setiap hari kita dengar dari media. Saham secara
sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda pernyataan atau
pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Selembar
saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
tersebut adalah pemilik dari suatu perusahaan yang menerbitkan
kertas (saham) tersebut sesuai porsi kepemilikannya yang tertera pada
saham. Tapi, tahukah kita apa saja macam saham. Buku ini memberikan
pengetian jenis-jenis saham, seperti yang terlihat di bab lima, enam,
dan tujuh. Ada yang namanya saham biasa dan saham preferen. Yang
terakhir disebut sekarang ini cukup mendapat sambutan masyarakat
dan melahirkan produk-produk baru, misalnya adjustable rate preferred
stocks dan money market. Komoditas lain yang diperdagangkan di
pasar modal, seperti dibahas dalam bab delapan, adalah obligasi, yaitu
kontrak antara pemberi pinjaman dengan yang diberi pinjaman.
Kontrak ini diwujudkan dalam bentuk surat berharga. Jadi surat obligasi
adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas
tersebut memberikan pinjaman kepada yang diberi pinjaman melalui
sebuah kontrak, dan akibat adanya kontrak tersebut pemberi pinjaman
memiliki hak untuk dibayar kembali pada waktu tertentu dan dengan
jumlah tertentu pula (halaman 106). Kemudian ada obligasi konversi
(dibahas pada bab sembilan). Obligasi ini memiliki keunikan yaitu bisa
ditukar dengan saham biasa. Jadi investor memiliki kesempatan untuk
menukar obligasi konversinya dengan saham biasa, jika dinilainya,
dengan menukarkan itu memberi keuntungan lebih besar daripada
hanya diperang dalam bentuk obligasi biasa (hlm 130). Selain itu,
komoditas yang diperdagangkan adalah opsi. Pada prinsipnya, opsi
adalah pemberian “hak” kepadapemegangnya (pembelinya) untuk
melakukan sesuatu, pada waktu yang telah ditentukan, sesuai dengan

perjanjian yang tertera dalam opsi tersebut (hlm 158). Berikutnya
adalah waran (bab 12) yaitu hak untuk membeli saham biasa pada
waktu dan harga yang sudah ditentukan. Dapat juga dikatakan waran
adalah opsi jangka panjang. Waran ini diterbitkan dengan tujuan
investor tertarik membeli obligasi yang diterbitkan emiten. Nah, bila
Anda tak cukup banyak modal, tapi ingin berpartisipasi dalam pasar
modal, Anda bisa memilih Reksadana (mutual fund). Walau bukan hal
baru, reksadana belum populer, sehingga kurang menarik investor.
Reksadana merupakan salah satu bentuk dari perusahaan investasi
sehingga merupakan buy side. Investasi pada reksadana adalah
melakukan investasi yang menyebar pada sekian instrumen investasi
yang diperdagangkan di pasar modal, seperti saham biasa, obligasi
pemerintah, obligasi swasta dan yang lainnya dan juga di pasar uang
seperti comercial paper, valas, Sertifikat Bank Indonesia, dan yang lain.
Namun, investor tidak perlu membeli sekian banyak instrumen
investasi tersebut. Investor cukup memiliki surat berharga, yang
disebut sertifikat reksadana yang diterbitkan oleh manajer investasi
(hlm 193). Nah, sekali lagi, investor dengan dana terbatas atau investor
kecil bisa memilih reksadana, karena reksadana bisa menyediakan dua
fasilitas. Pertama, membuat investasi mencapai skala ekonomis. Kedua,
reksadana menyebabkan profesionalisme dalam berinvestasi. Kalau
investor kecil yang diasumsikan sebagai investor awam, maka terlalu
tinggi risiko yang harus dihadapinya, kalau mereka diberikan alternatif
melakukan investasi langsung ke pasar modal. Faktor risiko memang
selalu menyertai dalam kegiatan investasi. Yang terpenting adalah
bagaimana meminimalkan risiko, salah satunya dengan memahami
betul tentang cara berinvestasi yang sehat, seperti yang diuraikan
dalam buku ini.

Risiko yang dapat menyebabkan penyimpangan tingkat pengembalian investasidapat
dikelompokan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Systematic risk
Systematic risk disebut juga risiko pasar karena berkaitan dengan perubahaan yang terjadi
di pasar secara keseluruhan, risiko ini terjadi karena kejadian diluar kegiatan perusahaan,
seperti :


Risiko inflas

Inflasi akan mengurangi daya beli uang sehingga tingkat pengembalian setelah disesuaikan
dengan inflasi dapat menurunkan hasil dari investasi tersebut.


Risiko nilai tukar mata uang (kurs)

Perubahan nilai investasi yang disebabkan oleh nilai tukar mata uang asing menjadi risiko
dalam investasi.


Risiko tingkat suku bunga
Jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga,
misalnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) akan naik ini dapat
menarik minat investor saham untuk memindahkan dana ke Sertifikat Bank
Indonesia, sehingga banyak yang akan menjual saham dan harga saham akan
turun oleh karena itu perubahan suku bunga akan mempengaruhi variabelitas
return suatu investasi.
Systematic risk disebut juga undiversible risk karena risiko ini tidak dapat
dihilangkan atau diperkecil melalui pembentukan portofolio.

2. Unsystematic risk
Unsystematic risk merupakan risiko spesifik perusahaan karena tergantung dari kondisi mikro
perusahaan. Contoh unsystematic risk antara lain : risiko industri, operating laverage risk dan
lain-lain. Risiko ini dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada
banyak sekuritas dengan pembentukan portofolio, unsystematic risk disebut juga diversible
risk.

Tips untuk Mengurangi Risiko Investasi

Mungkin kita kadang-kadang terlalu mudah tergiur dengan dunia investasi. Return
jangka pendek yang dihasilkan menjadi salah satu alasannya. Anda perlu melakukan
analisis investasi, risiko tidak hanya dalam bentuk kerugian akibat harga saham yang
mengalami kejatuhan (bearish). Anda perlu menyadari risiko yang mungkin muncul
saat Anda baru saja membuka saldo di sekuritas. Jadi, risiko itu sebenarnya sudah ada
walaupun uang kita belum 'dimainkan'. Oleh karena itu, analisis investasi dan
mengamati dunia pasar modal akan memberikan beberapa hal yang perlu diwaspadai
sebelum Anda membuka akun di sekuritas.
Ketahui dulu mekanisme dari dunia investasi
Kadangkala orang begitu tidak sabar setelah melihat prospek return dari investasi
lewat instrumen tertentu. Contohnya, teman Anda bisa membeli sebuah BlackBerry
lewat uang yang didapatnya dari bermain Forex. Anda pun secara membabibuta
langsung mencobanya pada dunia investasi yang nyata. Anda sebenarnya sudah
menambah risiko awal Anda yang sebenarnya bisa Anda kurangi. Sebelum Anda

merasakan itu semua, ada baiknya Anda melakukan virtual trading dahulu. Jika Anda
ingin bertrading forex, Marketiva bisa menjadi tempat Anda untuk menikmati alam
investasi secara virtual. Atau, Anda ingin mencoba 'main' di Bursa Efek Indonesia,
cobalah IDX Virtual Trading selama 30 hari.
Pastikan memilih sekuritas yang terdaftar/terpercaya
Saat Anda baru pertama kali membuka akun, cek dulu apakah perusahaan sekuritas
tersebut terdaftar. Jika Anda akan membuka akun forex, cek terlebih dahulu apakah
nama sekuritasnya terdaftar di NFA. Apabila Anda membuka akun di pasar modal
Indonesia (JSX). Sebaiknya Anda cek apakah sekuritas terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Pelayanan broker yang kurang mumpuni semakin menambah risiko
Carilah broker yang memberikan pelayanan berkualitas. Tidak semua broker
memberikan pelayanan maksimal. Pastikan broker memiliki layanan tambahan, seperti
analisis portofolio, reksadana, underwriter, dll. Dengan begitu, sudah membuktikan
bahwa perusahaan tersebut cukup reliable.
Anda pun harus bisa mengelola uang Anda agar risiko dapat terminimalisasi
Sekuritas sudah dipercaya dan Anda pun sudah mendaftar dan mengenal broker Anda.
Uang sudah Anda transfer. Sekarang saatnya duduk dengan tenang. Tapi jangan salah,
Anda duduk dengan tenang bukan berarti Anda hanya menunggu hasil yang akan
Anda dapat. Itu kesalahan besar. Banyak sekali investor (mungkin karena tak ada
waktu) hanya mentransfer uang begitu saja dan menunggu hasil yang diperoleh.
Syukur-syukur kalau saham Anda kebetulan terus menanjak (bullish). Jika Anda
berinvestasi, Anda pun harus punya waktu untuk mengelola uang Anda. Sempatkan
diri Anda setengah atau satu jam untuk melihat pergerakan sekuritas/portofolio Anda.
Jangan lupa, setiap Anda transaksi, catatlah berapa uang yang keluar, uang yang
masuk, dan yang masih tertahan di sekuritas walaupun broker sebenarnya sudah
mencatat data tersebut. Ingat, broker bekerja bukan hanya untuk seorang nasabah,
mereka bekerja untuk banyak nasabah. Jadi, kemungkinan kesalahan masih ada.

Reksa Dana menurut Undang-Undang Pasar Modal tahun 95 adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi.
Sehingga pada reksa dana terdapat 3 unsur penting yang saling terkait satu sama lain,
yaitu:
1. kumpulan dana masyarakat
Dengan melakukan pengumpulan dana dari para pemodalnya memungkinkan pemodalpemodal yang memiliki dana yang minim dapat ikut andil berinvestasi dalam bentuk efek.
2. investasi dana dalam bentuk portofolio efek
Yang dimaksud dengan efek adalah surat berharga, seperti surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan, kontrak investasi

kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap turunan dari Efek, baik Efek yang bersifat
utang maupun yang bersifat ekuitas, seperti opsi dan waran. Portofolio efek yang dikelola
oleh reksa dana dapat berupa kumpulan dari beberapa jenis efek (tidak hanya sejenis).
3. dikelola oleh manajer investasi
Manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para
nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, tidak
termasuk perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan
usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian reksa dana memiliki kekuatan membeli yang jauh lebih besar dibandingkan
jika investor berinvestasi sendiri.
Apa Keuntungan Berinvestasi di Reksa Dana ?
1. Diversifikasi Investasi Memperkecil Resiko
Reksa dana merupakan kekuatan investasi bersama. Hal ini dimungkinkan karena uang
pemodal yang satu kemudian digabungkan dengan milik pemodal lainnya sehingga
menciptakan kekuatan membeli yang jauh lebih besar dibandingkan jika seorang pemodal
membeli sendiri.
Dengan besarnya jumlah modal yang telah digabungkan tersebut reksa dana dapat dengan
mudah melakukan diversifikasi investasi.
Bayangkan jika Anda memiliki uang 1 juta rupiah dan hendak berinvestasi di pasar modal.
Dengan sejumlah uang tersebut, akan sulit bagi anda untuk menanamkannya di berbagai jenis
investasi pasar modal. Untuk dapat tetap melakukan diversifikasi investasi, maka Anda harus
memiliki modal yang besar.
Keberadaan reksa dana memungkinkan Anda untuk melakukan diversifikasi investasi karena
reksa dana terdiri dari kumpulan saham-saham, obligasi-obligasi atau sekurits lainnya yang
dimiliki oleh sekelompok investor dan dikelola oleh perusahaan investasi profesional.
Memiliki beberapa jenis saham kemungkinan resikonya akan lebih kecil dibandingkan
apabila Anda memiliki satu jenis saham. Sama halnya jika Anda memiliki berbagai obligasi
dan berbagai saham, resiko yang akan ditanggung lebih kecil jika dibandingkan dengan
memiliki beberapa saham saja.
Sebagai ilustrasi, Anda memiliki satu lot saham AAAA. Ketika harga saham AAAA turun,
maka nilai investasi Anda akan turun. Berbeda jika Anda berinvestasi di saham AAAA,
BBBB dan US $100. Ketika harga saham AAAA turun, saham BBBB dan kurs Dolar
terhadap Rupiah naik, maka kerugian investasi Anda akan lebih kecil atau tidak ada karena
turunnya harga AAAA dapat ditutupi oleh naiknya BBBB dan Dolar.
2. Kenyamanan Berinvestasi
Kemampuan investor kecil dalam memperoleh informasi pasar dan menganalisa pasar modal
sangat terbatas. Reksa dana yang didukung oleh manajer investasi akan membantu
investornya dalam memecahkan permasalahan tersebut.

Manajer investasi yang mengelola portofolio reksa dana mempunyai akses informasi pasar
dari berbagai sumber sehingga mampu mengambil keputusan yang lebih akurat untuk
kepentingan investasi investornya.
Dengan menempatkan modalnya di reksa dana berarti investor telah menyerahkan dananya
tersebut untuk dikelola oleh profesional sehingga tidak perlu lagi berpikir sepanjang hari
untuk memilih efek yang akan dijadikan portofolio investasinya.
Investor sebagai pemilik unit penyertaan reksa dana juga dapat memonitor perkembangan
investasinya secara rutin dengan melihat Nilai Aktiva Bersih yang diumumkan melalui surat
kabar setiap harinya.
3. Terjangkau
Reksa dana memberikan kesempatan kepada investor-investor kecil untuk dapat berinvestasi
di pasar modal. Dengan jumlah dana yang relatif kecil (mulai dari Rp. 100.000,-) seseorang
sudah dapat membuka rekening investasinya di reksa dana.
Investor sebagai pemilik unit penyertaan reksa dana dapat memonitor perkembangan
investasinya secara rutin dengan melihat Nilai Aktiva Bersih yang diumumkan melalui surat
kabar setiap harinya.
Resiko Berinvestasi di Reksa Dana
1. Resiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan Reksa Dana
Walaupun produk reksa dana merupakan produk diversifikasi, tidak menutup kemungkinan
bahwa nilai unit penyertaannya akan turun. Turun naiknya nilai unit penyertaan tidak terlepas
dari kenaikan atau penurunan harga efek ekuitas dan/atau efek utang yang menjadi alat
investasi reksa dana tersebut.
Sebagai ilustrasi, sebuah produk reksa dana berinvestasi pada jenis obligasi dan saham.
Ketika suku bunga naik akan menyebabkan harga obligasi turun, dan pada saat yang sama
kinerja emiten ekuitas melemah menyebabkan harga saham pun turun. Maka nilai unit
penyertaan pada produk reksa dana ini akan turun.
Selain itu, berkurangnya nilai unit penyertaan ini juga dapat disebabkan karena adanya biayabiaya yang dikenakan oleh perusahaan reksa dana atas produknya. Ketika kegiatan investasi
ini memperoleh hasil 0%, tetapi karena reksa dana menanggung beban seperti biaya
manajemen, maka beban tersebut akan dikurangkan dari
2. Resiko Perubahan Ekonomi dan Politik
Perubahan ekonomi dan politik yang terjadi di suatu negara dapat mempengaruhi pandangan
umum perusahaan-perusahaan di Indonesia termasuk yang tercatat di Bursa Efek Jakarta
maupun Surabaya. Berubahnya pandangan umum tersebut dapat mempengaruhi likuiditas
portofolio efek sehingga harga efek dapat turun ataupun naik.
Sebagai contoh, ketika Indonesia dilanda krisis moneter, kepercayaan investor asing terhadap
keamanan berinvestasi di Indonesia mulai berkurang. Banyak investor asing yang menjual
portofolio efeknya dan membawa hasil penjualannya ke luar negeri. Hal ini mengakibatkan
harga efek di Indonesia menjadi turun sehingga mempengaruhi turunnya nilai aktiva bersih
reksa dana.

3. Resiko Wanprestasi
Resiko wanprestasi ini dapat terjadi ketika pihak-pihak terkait pasar modal seperti emiten,
bank kustodian, broker gagal memenuhi kewajibannya. Kegagalan ini dapat mempengaruhi
nilai aktiva bersih reksa dana. Wanprestasi dapat terjadi akibat dari pihak-pihak yang terkait
dengan reksa dana, misalnya pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam,
kebakaran serta kerusuhan, yang mungkin akan mempengaruhi penurunan NAB reksa dana
tersebut.
Sebagai contoh wanprestasi terjadi ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan
kekayaan reksa dana tidak segera membayarkan ganti rugi atau membayar lebih rendah dari
nilai pertanggungan ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
4. Resiko yang Berhubungan denga Peraturan
Reksa dana memiliki batasan-batasan yang dimaksud untuk melindungi investor tetapi
mungkin batasan-batasan ini dapat menjadi batu sandungan bagi investor juga. Contoh
batasan dengan tidak membolehkannya reksa dana membeli efek di luar negeri dan membeli
efek yang diterbitkan oleh perusahaan melebihi 10% dari nilai aktiva reksa dana pada saat
pembelian.
Batasan-batasan ini sangat dirasakan ketika pasar modal Indonesia turun tajam, pengelola
reksa dana tidak dapat memindahkan dananya ke pasar modal luar negeri yang lebih
bergairah. Pengelola reksa dana pun tidak dapat membeli saham lebih dari 10% NABnya
bagaimanapun potensialnya saham tersebut.
5. Resiko Likuiditas Reksa Dana Terbuka
Resiko ini dapat terjadi ketika perusahaan reksa dana tidak memiliki dana tunai untuk
membeli kembali unit penyertaan investornya.
Sebuah perusahaan reksa dana memperoleh dananya dengan menjual unit penyertaan kepada
investor. Ketika investor menjual kembali unit penyertaannya sedangkan perusahaan reksa
dana tidak dapat menjual portofolio investasinya dan tidak memiliki uang tunai, maka ia tidak
dapat membeli unit penyertaan yang dijual investornya. Untuk mengatasi masalah tersebut,
perusahaan reksa dana diijinkan untuk memperoleh pinjaman untuk melunasinya. Pinjaman
yang diberikan biasanya dibatasi dan disesuaikan dengan keadaan perusahaan reksa dana
tersebut. Apabila keadaan demikian terus berlangsung, maka proses penjualan kembali unit
penyertaan oleh investor akan tertunda sampai memungkinkan.
Jenis Reksa Dana Berdasarkan Portofolio
Sesuai dengan Peraturan No. IV.C.3 tentang Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva
Bersih reksa dana terbuka, reksa dana dibagi menjadi 4 jenis yang dikelompokan berdasarkan
portofolionya, yaitu:
Pasar Uang
Risiko Paling Rendah
Tujuan Likuiditas dan mempertahankan nilai modal
Pendapatan Tetap
Risiko Rendah
Tujuan Pendapatan yang stabil

Saham
Risiko Tinggi
Tujuan Pertumbuhan harga saham/unit dalam jangka panjang
Campuran
Risiko Moderat
Tujuan Pertumbuhan harga dan pendapatan

REKSADANA
Definisi reksadana adalah suatu media atau tempat yang menjadi
kumpulan uang dari banyak investor yang diinvestasikan pada
instrumen-instrumen investasi yang tersedia di Pasar dengan cara
membeli unit penyertaan reksadana. Setiap investor reksadana dapat
membeli unit reksadana pada harga yang telah ditetapkan dan uang
tersebut akan dijadikan satu bersama uang investor lainnya dan
kemudian dana ini dikelola oleh Manajer Investasi ke dalam portofolio
investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun
efek/sekuriti lainnya. Setiap investor memiliki hak secara proporsional
pada reksadana berdasarkan jumlah unit penyertaan yang ia miliki.
Segala aturan dan kebijaksanaan dapat diperoleh investor sebelum
mereka mulai membeli sebuah reksadana.
Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat
(27): “Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio Efek oleh Manajer Investasi.”
Uang atau dana yang telah dikumpulkan dari investor tersebut
disimpan oleh pihak ketiga yang independen yang disebut sebagai Bank
Kustodi. Demikian halnya dengan saham, obligasi dan instrumen
lainnya yang dibeli oleh manajer investasi disimpan pada Bank Kustodi
tersebut.
Semua keputusan investasi diambil oleh manajer investasi yang
professional , ahli pada bidangnya dengan mengacu pada aturan dan
kebijakan investasi yang telah ditetapkan pada prospektus.
Boleh dibilang inestasi dalam bentuk Reksadana merupakan cara yang
paling sederhana untuk menyebar resiko portofolio.