hak suami dan istri dalam

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak adalah apa – apa yang diterima seseorang dari orang lain,sedangkan yang
dimaksud dengan kewajiban adalah apa yang mesti dilakukan seseorang terhadap orang
lain. Dalam hubungan suami istri dalam rumah tangga suami mempunyai hak dan
sebaliknya istri juga mempunya I hak. Begitu pula dengan suami yang mempunyai
beberapa kewajiban dan istri mempunyai beberapa kewajiban pula. Dalam al – Qur’an
pada surat Al – Baqarah : 228



 

228. Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya[143]. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[143] Hal ini disebabkan karena suami bertanggung jawab terhadap keselamatan dan
Kesejahteraan rumah tangga (Lihat surat An Nisaa' ayat 34).
Ayat ini menjelaskan bahwa istri mempunyai hak dan istri juga mempunyai
kewajiban. Kewajiban istri adalah hak bagi suami. Dalam hadits Nabi telah disebutkan

‫ أل أن لكم على نسا ئكم حقا و لنسائكم عليكم حقا‬.
Artinya : ketahuilah bahwa kamu mempunyai hak yang harus dipikul oleh istrimu dan
istrimu juga mempunyai hak yang harus kamu pikul.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas berikut ini dijelaskan secara rinci beberapa
rumusan masalah yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini.
1. Apa kewajiban suami terhadap istri yang merupakan hak atas istri ?
1 | Page

2. Apa kewajiban istri terhadap suami yang merupakan hak atas suami ?
C. Tujuan Penulis
Berdasarkan rumusan masalah yang ada diatas maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah.
1. Menjelaskan kewajiban suami terhadap istri yang merupakan hak atas istri
2. Menjelaskan kewaiban istri terhadap suami yang merupakan hak atas
suami

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kewajiban Suami Terhadap Istri YangMerupakan Hak Istri
2 | Page

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫حقق‬
‫جحد ل حححدد ل ححملر ه‬
‫ت ال قن قحساحء أ حلن ي حلس ه‬
‫ت آقمدرا أ حححددا أ حلن ي حلس ه‬
‫ل حلو ك هن ل ه‬
‫جلدحن ل حلزحواقجقه قحن لقحما حجحعحل الل ق حهه ل حههلم ح‬
‫عل حي لقه قحن قمحن ال ل ح‬
“Seandainya aku memerintahkan seseorang untuk sujud pada yang lain, maka tentu aku akan
memerintah para wanita untuk sujud pada suaminya karena Allah telah menjadikan begitu
besarnya hak suami yang menjadi kewajiban istri” (HR. Abu Daud no. 2140, Tirmidzi no. 1159,
Ibnu Majah no. 1852 dan Ahmad 4: 381. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
1. Kewajiban materi berupa nafkah
a. Nafkah dan Hukumnya
Kata nafkah berasal dari kata anfaqa ,Al-Infaq , yang artinya Mengeluarkan. Jadi,
nafkah artinya memenuhi semua kebutuhan dan keperluan hidup meliputi: makanan,
tempat tinggal, pakaian, serta biaya rumah tangga dan pengobatan bagi isteri sesuai

dengan keadaan, termasuk juga biaya pendidikan anak.
Memberikan nafkah kepada isteri hukumnya wajib menurut Al-Qur’an, Hadits
SAW., maupun Ijma’. Dalam Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah: 233, Adapun
dari Hadits Rasulullah SAW, yang artinya :
“Dari Mu’awiyah Al-Quraisy r.a berkata, “ Saya bertanya wahai Rasulullah, apakah hak
seorang isteri dari kami kepada suaminya? Beliau bersabda, “engkau memberi makanan
kepadanya sebagaimana engkau berpakaian. Janganlah engkau memukul mukanya,
janganlah engkau menjelekkannya, kecuali masih dalam satu rumah.”
Dan adapun menurut Ijma’ adalah sebagai berikut :
Ibnu Qadamah berkata, “ Para ahli ilmu sepakat tentang kewajiban suami
menafkahi isteri-isterinya, bila sudah baligh, kecuali kalau isteri berbuat durhaka.
Ibnu Munzir dan lainnya berkata, “Isteri yang durhaka boleh dipukul sebagai
pelajaran. Perempuan adalah orang yang tertahan ditangan suaminya. Ia telah
menahannya untuk berpergian dan bekerja. Karena itu, ia berkewajiban untuk memberi
nafkah kepadanya.
Adapun seorang isteri berhak menerima nafkah dari suaminya, apabila memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
o Dalam ikatan perkawinan yang sah.
o Menyerahkan dirinya kepada suaminya.
o Suaminya dapat menikmati dirinya.


3 | Page

o Tidak menolak apabila diajak pindah ketempat yang dikehendaki suaminya.
Kecuali kalau suami bermaksud merugikan isteri dengan membawanya pindah,
atau membahayakan keselamatan diri dan hartanya.
o Keduanya dapat saling menimati.
Sedangkan mengenai waktu memberi nafkah, para fuqaha berbeda pendapat.
Imam Malik berpendapat bahwa nafkah itu menjadi wajib apabila suami telah
menggauli atau mengajak bergaul dan isteri termasuk orang yang dapat digauli dan
suami telah dewasa.
Imam Abu Hanifah dan Syafi’i berpendapat bahwa suami yang belum dewasa
wajib memberi nafkah apabila isteri telah dewasa, sedang apabila isteri belum
dewasa, dalam hal ini Imam Syafi’i terdapat dua pendapat: pertama, sama dengan
pendapat Imam Malik. Pendapat kedua, bahwa istri berhak memperoleh nafkah
bagaimanapun keadaaannya
b. Sebab-sebab yang mewajibkan nafkah
a. Dengan sebab turunan
Seorang ayah wajib memberikan nafkah kepada anak-anaknya, atau ibu apabila ayah
telah tiada. Begitu juga wajib kepada cucu apabila ia tidak mempunyai ayah. Wajibnya

memberi nafkah bagi ayah dan ibu kepada anak dengan syarat apabila anaknya masih
kecil dan misikin. Demikian juga sebaliknya, anak wajib memberi nafkah kepada kedua
orang tuanya, apabila keduanya tidak mampu dan tidak memiliki harta.
b. Dengan sebab perkawinan
Suami wajib memberi nafkah kepada isterinya yang taat, baik makanan, pakaian,
maupun tempat tinggal, perkakas rumah tangga dan sebagainya sesuai dengan
kemampuannya. Banyaknya nafkah sesuai dengan kebutuhan dan adat kebiasaan yg biasa
berlaku ditempat masing-masing, dengan mengingat tingkatan dan keadaan suami.
c. Dengan sebab milik
Binatang yang dimiliki seseorang misalnya, maka mendapatkan makanan dan wajib
dijaga agar tidak diberi beban melebihi kemampuannya.

4 | Page

c. Besarnya nafkah
Imam Syafi’i berpendapat bahwa besarnya nafkah ditentukan atas kemampuan suami,
yaitu bagi orang kaya dua mud, orang yang sedang satu setengah mud, dan orang miskin satu
mud. Imam Malik berpendapat bahwa besarnya nafkah tidak ditentukan berdasarkan
ketentuan syara’ tetapi berdasarkan keadaan masing-masing suami isteri dan ini berbeda-beda
sesua dengan waktu, keadaan dan tempat. Pendapat ini juga dikemukakan ole Imam Abu

Hanifah. Perbedaan pendapat ini desebabkan oleh ketidakjelasan nafkah, antara
dipersamakan dengan pemberian makan, dalam kafarat atau dengan pemberian pakaian. Hal
ini karena para Fuqaha telah sepakat bahwa pemberian pakaian itu tidak ada batasnya.
Golongan Syafi’i dalam menetapkan bahwa jumlah nafkah tidak diukur dengan jumlah
kebutuhan, tetapi diukur berdasarkan Syara;. Mereka sependapat dengan golongan Hanafi,
yaitu dengan memperhatikan kondisi, yaitu kaya dan miskin. Selanjutnya mereka
mengatakan bahwa dalam nafkah harus dibedakan antara suami yang kaya dan suami yang
miskin ssuai dengan petunjuk Al-Qur’an yang tidak menjelaskan nafkah tertentu. Oleh
karena itu, untuk menetapkan jumlahnya harus dengan ijtihad. Dan sebagai ukuran nafkah
yang paling dekat adalah memberi makan kafarat yang sudah ditetntukan jumlahnya.
Jumlah Kafarat yang wajib dibayarkan kepada orang miskin paling banyak adalah dua
mud. Dan kafarat yang paling sedikit dan wajib dibayarkan adalah satu mud bagi orangorang yang berkumpul bagi isterinya disiang hari bulan ramdhan.
Jika kepada isteri diberikan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan tanpa ada ketentuan
jumlah secara jelas, tentu akan menimbulkan pertengkaran yang tidak akan habis-habisnya,
maka akan menentukan jumlah, langkah tersebut sesuai dengan kewajaran.
d. Nafkah anak
Seperti telah disebutkan diatas bahwa ayah berkewajiban member nafkah kepada anak-anaknya.
Dengan denikian, kewajiban nafkah kepada anak-anaknya .dengan demikian, kewajiban ayah ini
memerlukan syarat-syarat sebagai berikut :


5 | Page

1. Anak-anak membutuhkan nafkah (fakir) dan tidak mampu bekerja. Anak dipandang tidak
mampu bekerja apabila masih kanak-kanak atau telah besar tetapi tidak mendapatkan
pekerjaan.
2. Ayah mempunyai harta dan berkuasa member nafkah yang menjadi tulang punggung
kehidupannya.
Para imam mazhab berbeda pendapat tentang anak yang sudah dewasa, tetapi miskin dan tidak
mempunyai pekerjaan.
Imam Abu Hanifah berpendapat : Nafkah bagi anak yang sudah dewasa dan sehat dari orang
tuanya menjadi gugur. Tetapi nafkah bagi anak perempuan dari orang tuanya tidak menjadi gugur
kecuali ia sudah menikah. Seperti ini juga pendapat Imam Malik tetapi ia mewajibkan kepada
bapak untuk tetap memberikan nafkah kepada anak perempuannya hingga ia dicampuri oleh
suaminya.
Imam Syafi’I berpendapat : Nafkah anak yang sudah dewasa gugur dari kewajiban orang tuanya,
baik anak tersebut laki-laki maupun perempuan.
Imam Ahmad ibn Hambal berpendapat: Nafkah anak yang sudah dewasa tatp menjadi kewajiban
bapaknya jika anak tersebut tidak memiliki harta dan pekerjaan.1
2. Kewajiban berupa Mahar
Salah satu bukti tingginya perlindungan dan penghormatan islam terhadap wanita adalah

dengan memberikannya hak kepemilikan. Pemberian mahar juga dapat mempererat hubungan
dan menumbuh suburkan benih – benih cinta dan kasih sayang.

3. Kewajiban yang tidak bersifat materi
1

Tihami dan Sohari Sahrani, FIkih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, RajaGrafindo
Persada Jakarta 2013 cet. Ke-3.

6 | Page

a. Kewajiban suami yang merupakan hak bagi istrinya yang tidak bersifat materi
adalah sebagai berikut :
a) Menggauli istri secara baik dan patut . sesuai dengan firman Allah dalam surat an – Nisa :
19
b) Menjaga dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada suatu perbuatan dosa dan
maksiat atau ditimpa oleh sesuatu kesulitan dan mara bahaya.
c) Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan Allah untuk terwujud.
(sakinah, mawaddah, dan rahmah) untuk maksud itu suami wajib memberikan rasa
tenang bagi istrinya,memberikan cinta dan kasih sayang kepada istrinya. Dan sesuai

dengan firman Allah ar – rum ayat 21.
B. Kewajiban Istri Terhadap Suami Yang Merupakan Hak Suami
Dijelaskan dalam ayat berikut:
‫ت لقل لحغي لقب‬
‫ت ححاقفحظا ت‬
‫ت حقاقنحتا ت‬
‫حا ه‬
‫عحلى ال قن قحساقء قبحما حف ق حضحل الل ق حهه بحلعحضههلم ح‬
‫الققرحجاهل حق ق حواهموحن ح‬
‫عحلى بحلعدض حوقبحما أ حن لحفهقوا قملن أ حلمحوالققهلم حفال ق حصالق ح‬
‫ح‬
‫ح‬
‫ق‬
‫ق‬
‫ق‬
‫ق‬
‫عل حي لقه قحن حسقبيدلا‬
‫غوا‬
‫ب‬
‫ت‬

‫لا‬
‫ف‬
‫م‬
‫ه‬
‫ك‬
‫ن‬
‫ع‬
‫ط‬
‫أ‬
‫ن‬
‫إ‬
‫ف‬
‫ن‬
‫ح‬
‫ه‬
‫بو‬
‫ر‬
‫ض‬
‫وا‬
‫ع‬

‫ج‬
‫ضا‬
‫م‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ا‬
‫في‬
‫ن‬
‫ح‬
‫ه‬
‫رو‬
‫ج‬
‫ه‬
‫وا‬
‫ن‬
‫ح‬
‫ه‬
‫ظو‬
‫ع‬
‫ف‬
‫ن‬
‫ح‬
‫ه‬
‫ز‬
‫شو‬
‫ن‬
‫ن‬
‫فو‬
‫خا‬
‫ت‬
‫تي‬
‫لا‬
‫قبحما ححقفحظ الل ق حهه حوال ق‬
‫ح ح ه ح هه ح ه ق ح ه ه ق ح ل ه ه ه ق‬
‫ح ح ق ح ل ق ه ه ق حق ل ح ل ح ل ح ح حل ه ح‬
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang
taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika
mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.” (QS. An
Nisa’: 34)

B. Kewajiban Istri Merupakan Hak Suami
1. Mematuhi Suami
Istri yang taat pada suami, senang dipandang dan tidak membangkang yang
membuat suami benci, itulah sebaik-baik wanita. Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, dia berkata,
‫خالقهفهه قفي‬
‫عل حي لقه حوحسل ق ححم أ ح قهي ال قن قحساقء حخي لتر حقاحل ال ق حقتي تحهس قهرهه قإحذا ن ححظحر حوتهقطيهعهه قإحذا أ ححمحر حوحلا ته ح‬
‫ققيحل لقحرهسوقل الل ق حقه حص ق حلى الل ق حهه ح‬
‫ن حلفقسحها حوحمالقحها قبحما ي حك لحرهه‬

7 | Page

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah
wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika
dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami
pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231
dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Begitu pula tempat seorang wanita di surga ataukah di neraka dilihat dari
sikapnya terhadap suaminya, apakah ia taat ataukah durhaka.
Al Hushoin bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena satu keperluan. Seselesainya dari
keperluan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya,
‫ حفان لهظقرلي أيحن أ حن ل ق‬:‫ حقاحل‬.‫عن لهه‬
‫ ك حي لحف أ حن ل ق‬:‫ حقاحل‬.‫ ن ححعلم‬:‫ت‬
‫ت حزلودج أ حن ل ق‬
‫ت‬
‫جلز ه‬
‫أ ححذا ه‬
‫ت ح‬
‫ حما آل هلوهه قإل قح حما ح‬:‫ت‬
‫ت ل حهه؟ حقال ح ل‬
‫ت؟ حقال ح ل‬
‫ع ح‬
‫ حفإن ق ححما ههحو حجن قحتهقك حوحناهرقك‬،‫قمن لهه‬
“Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah.”
“Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?”, tanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam lagi. Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi haknya
kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu
dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad 4:
341 dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam
Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933)
Namun ketaatan istri pada suami tidaklah mutlak. Jika istri diperintah suami untuk
tidak berjilbab, berdandan menor di hadapan pria lain, meninggalkan shalat lima
waktu, atau bersetubuh di saat haidh, maka perintah dalam maksiat semacam ini
tidak boleh ditaati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫عهة قفى ال لحملعهرو ق‬
‫ف‬
‫ قإن ق ححما ال ق حطا ح‬، ‫عحة قفى حملعقصي حدة‬
‫ل ح حطا ح‬

8 | Page

“Tidak ada ketaatan dalam perkara maksiat.Ketaatan itu hanyalah dalam
perkara yang ma’ruf(kebaikan).” (HR. Bukhari no. 7145 dan Muslim no. 1840)
Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan,
‫خل هلودق قفي حملعقصي حقة اللقه‬
‫عحة لقحم ل‬
‫ل ح حطا ح‬
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah.” (HR.
Ahmad 1: 131. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

Taat dan patuh pada suami, selama suaminya tidak menyuruhnya untuk
melakukan perbuatan maksiat, seperti berjudi, menjual obat-obatan terlarang dan
lain-lainnya yang dilarang oleh agama. Bila suruhan atau larangan suami
bertentangan atau tidak sejalan dengan ajaran agama, tidak ada kewajiban istri
untuk mengikutinya. Isi dari pengertian taat atau patuh adalah:
1) Istri supaya bertempat tinggal bersama suami di rumah yang telah
disediakan.
Istri berkewajiban memenuhi hak suami bertempat tinggal di rumah yang
telah disediakan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Suami telah memenuhi kewajiban membayar mahar untuk istri.
b. Rumah yang disediakan pantas menjadi tempat tinggal istri serta
dilengkapi dengan perabot dan alat yang diperlukan untuk hidup
berumah tangga secara wajar, sederhana, tidak melebihi kekuatan
suami.
c. Rumah yang disediakan cukup menjamin jiwa dan harta bendanya,
tidak terlalu jauh dengan tetangga dan penjaga-penjaga keamanan.
d. Suami dapat menjamin keselamatan istri ditempat yang disediakan.
2. Taat kepada perintah-perintah suami, kecuali apabila melanggar larangan Allah
9 | Page

Istri wajib memenuhi hak suami, taat kepada perintah-perintahnya apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Perintah yang dikeluarkan suami termasuk hal-hal yang ada
hubungannya dengan kehidupan rumah tangga. Dengan demikian,
apabila misalnya suami memerintahkan istri untuk membelanjakan
harta milik pribadinya sesuai keinginan suami, istri tidak wajib
taat sebab pembelanjaan harta milik pribadi istri sepenuhnya
menjadi hak istri yang tidak dapat dicampuri oleh suami.
b. Perintah yang dikeluarkan harus sejalan dengan ketentuan syariah.
Apabila suami memerintahkan istri untuk menjalankan hal-hal
yang yang bertentangan dengan ketentuan syariah, perintah itu
tidak boleh ditaati. Mematuhi suami dapat dilihat dari isyarat
firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 34:

ُ‫حفال قحصالقححاهت حقاقنحتاتت ححاقفحظاتت لقللحغيلقب قبحما ححقفحظ ال قحله‬

wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).
Tidak adanya kewajiban patuh pada siapa pun termasuk pada suami yang
menyuruh kepada maksiat dapat dipahami dari sabda Nabi:
‫لطاعة لمخلوق فى معصيةالخالق‬
Tidak ada kewajiban taat pada siapa pun bila disuruh untuk berbuat maksiat
kepada Allah.
c. Suami memenuhi kewajiban-kewajibannya yang menjadi hak istri,
baik yang bersifat kebendaan maupun yang bersifat bukan
kebendaan.
3. Berdiam di rumah, tidak keluar kecuali izin suami
Allah Ta’ala berfirman,
‫جاقهلقي قحقة ال لهأوحلى‬
‫حوحقلرحن قفي بههيوقتك ه قحن حوحلا تحبح قحرلجحن تحبح قهرحج ال ل ح‬

10 | P a g e

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS. Al Ahzab: 33).

Seorang istri tidak boleh keluar dari rumahnya kecuali dengan izin suaminya.
Baik si istri keluar untuk mengunjungi kedua orangtuanya ataupun untuk
kebutuhan yang lain, sampaipun untuk keperluan shalat di masjid.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak halal bagi
seorang istri keluar dari rumah kecuali dengan izin suaminya.” Beliau juga
berkata, “Bila si istri keluar rumah suami tanpa izinnya berarti ia telah berbuat
nusyuz (pembangkangan), bermaksiat kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, serta
pantas mendapatkan siksa.” (Majmu’ Al-Fatawa, 32: 281)

Istri wajib berdiam di rumah dan tidak keluar kecuali
Izin suami apabila terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Suami telah memenuhi kewajiban membayar mahar untuk istri.
b. Larangan keluar rumah tidakberakibat memutuskan hubungan
keluarga. Dengan demikian, apabila suami melarang istri menjenguk
keluarga-keluarganya, istri tidak wajib taat. Ia boleh keluar untuk
berkunjung, tetapi tidak boleh bermalam tanpa izin suami.
4. Tidak menerima masuknya seseorang tanpa izin suami
Pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada haji Wada’,

‫عل حي لقه قحن أ حلن ل ح‬
‫حل حل لتهلم هفهروحجهه قحن قبك حلقحمقة الل ق حقه حول حك هلم ح‬
‫حفاتق حهقوا الل ق ححه قفى ال قن قحساقء حفقإن ق حك هلم أ ححخلذتههموهه قحن قبأ ححماقن الل ق حقه حوالستح ل‬
‫هيوقطئلحن هفهرحشك هلم أ حححددا تحك لحرههون حهه‬

11 | P a g e

“Bertakwalah kalian dalam urusan para wanita (istri-istri kalian), karena
sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanah dari Allah dan kalian
menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Hak kalian atas mereka
adalah mereka tidak boleh mengizinkan seorang pun yang tidak kalian sukai
untuk menginjak permadani kalian” (HR. Muslim no. 1218)
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫غي لقر أ حلمقرقه‬
‫علن ح‬
‫ت قملن ن ححفحقدة ح‬
‫ حوحما أ حن لحفحق ل‬، ‫ حول ح تحأ لحذحن قفى بحي لقتقه قإل قح قبقإلذقنقه‬،‫ل ح ي حقح قهل لقل لحملرأ حقة أ حلن تحهصوحم حوحزلوهجحها حشاقهتد قإل قح قبقإلذقنقه‬
‫حفقإن ق حهه ي هحؤ قحدى قإل حي لقه حشلطهره‬
“Tidak halal bagi seorang isteri untuk berpuasa (sunnah), sedangkan suaminya
ada kecuali dengan izinnya. Dan ia tidak boleh mengizinkan orang lain masuk
rumah suami tanpa ijin darinya. Dan jika ia menafkahkan sesuatu tanpa ada
perintah dari suami, maka suami mendapat setengah pahalanya”. (HR. Bukhari
no. 5195 dan Muslim no. 1026)
Dalam lafazh Ibnu Hibban disebutkan hadits dari Abu Hurairah,
‫ل ح تحأ لحذهن الحملرأ حهة قفي بحي ل ق‬
‫ت حزلوقجحها حوههحو حشاقههد قإل قح قبقإلذقنقه‬
“Tidak boleh seorang wanita mengizinkan seorang pun untuk masuk di rumah
suaminya sedangkan suaminya ada melainkan dengan izin suaminya.” (HR. Ibnu
Hibban 9: 476. Kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth bahwa sanad hadits ini shahih
sesuai syarat Muslim)
Hadits di atas dipahami jika tidak diketahui ridho suami ketika ada orang lain
yang masuk. Adapun jika seandainya suami ridho dan asalnya membolehkan
orang lain itu masuk, maka tidaklah masalah. (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 3: 193)

Hak suami agar istri tidak menerima masuknya seseorang tanpa izinnya,
dimaksudkan agar ketentraman hidup rumah tangga tetap terpelihara. Ketentuan
12 | P a g e

tersebut berlaku apabila orang yang datang itu bukan mahram istri. Apabila orang
yang datang adalah mahramnya, seperti ayah, saudara, paman, dan sebaginya,
dibenarkan menerima kedatangan mereka tanpa izin suami.
5. Menjaga nama baik suami
Nama suami harus dijaga oleh istri, jangan sampai membeberkan aib atau
kekurangan suami kepada yang lain, sebagaimana hak istri atas suaminya,
mengurus dan mendidik anaknya dan semua yang berhubungan dengan rumah
tangga. Sebagaimana suami, istri pun harus bertanggung jawab atas pimpinannya,
tidak hanya kepada suaminya saja, tetapi juga kepada Allah SWT.
6. Berhias untuk suami
Di antara hak suami atas istri adalah berdandan karenanya dengan berbagai
perhiasan yang menarik. Setiap perhiasannya yang terlihat semakin indah akan
membuat suami senang dan merasa cukup, serta tidak melakukan hal yang haram.
Sesuatu yang tidak diragukan lagi bahwa kecantikan bentuk wanita akan
menambah kecintaan suami, sedangkan melihat sesuatu apa pun yang
menimbulkan kebencian akan mengurangi rasa cintanya.
7. Menggauli suaminya secara layak sesuai kodratnya.
8. Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya dan memberikan
rasa cinta dan kasih sayang
9. Menjauhkan diri dari memperlihatkan muka yang tidak enak dipandang dan suara
yang tidak terdengar.
Kesemuanya dapat dilihat dari sabda Rasul dalam hadits abu hurairah yang dikelurkan nasai
‫ قيل يا رسول ال اى النساء خير ؟ قال اتى ان تسره ان نظر وتطيعه ان أمر ول تخالفه فى نفسها و مالها بما يكره‬.
Artinya : nabi ditanya : Ya rasul Allah perempuan mana yang lebih baik ? Nabi berkata : bila
suami memandangnya ia menyenangkan suami, bila menyuruh ia mematuhi ia tidak menyalahi
suaminya tentang diri dan hartanya tentang suatu yang tidak di sengaja.2

2 Syarifuddin,amir. 2011. Hukum kompilasi Indonesia.

13 | P a g e

BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan
Hak adalah apa – apa yang diterima seseorang dari orang lain,sedangkan yang dimaksud
dengan kewajiban adalah apa yang mesti dilakukan seseorang terhadap orang lain. Dalam
hubungan suami istri dalam rumah tangga suami mempunyai hak dan sebaliknya istri juga
mempunya I hak. Begitu pula dengan suami yang mempunyai beberapa kewajiban dan istri
mempunyai beberapa kewajiban pula. Dalam al – Qur’an pada surat Al – Baqarah : 228
 Kewajiban suami yang merupakan hak istri dapat dibagi menjadi dua :
1. Kewajiban berupa materi yang disebut nafaqoh
Kata nafkah berasal dari kata anfaqa ,Al-Infaq , yang artinya Mengeluarkan. Jadi, nafkah
artinya memenuhi semua kebutuhan dan keperluan hidup meliputi: makanan, tempat
tinggal, pakaian, serta biaya rumah tangga dan pengobatan bagi isteri sesuai dengan
keadaan, termasuk juga biaya pendidikan anak. Memberikan nafkah kepada isteri
hukumnya wajib menurut Al-Qur’an, Hadits SAW., maupun Ijma’. Dalam Firman Allah
SWT dalam Q.S. Al-Baqarah: 233, Adapun dari Hadits Rasulullah SAW, “Dari
Mu’awiyah Al-Quraisy r.a berkata, “ Saya bertanya wahai Rasulullah, apakah hak
14 | P a g e

seorang isteri dari kami kepada suaminya? Beliau bersabda, “engkau memberi makanan
kepadanya sebagaimana engkau berpakaian. Janganlah engkau memukul mukanya,
janganlah engkau menjelekkannya, kecuali masih dalam satu rumah.”

Nafkah disini adalah mencakupi segala kebutuhan istri yang mencakup makanan, tempat
tinggal, pelayanan dan obat, meskipun dia orang kaya. Hokum memberi nafkah adalah wajib
berdasarkan al – Qur’an, sunnah, dan ijma’ .
Dalil kewajibannya menurut al – quran seperti berikut :
Firman Allah swt., al – Baqarah (2) : 233 “dan kewajiban ayah memberi makan

i.

dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya.”
Muawiyah Al – Qusyairi ra. Menuturkan bahwa dirinya bertanya pada

ii.

Rasulullahsaw., “wahai Rasul, apa hak seorang istri yang harus ditunaikan
suaminya?” Rasulullah menjawab,
‫تطعمها داذ طعمت و تكسوها داذا اكتسيت ول تضرب الوجه ول تقبح ول تهجر دال فى البيت‬
“ memberinya makan ketika engkau dapat makan dan memberinya pakaian ketika
engkau dapat berpakaian , janganlah memukul wajah dan menghinanya, dan
jangan menjauhinya melainkan didalam rumah.”
Sedangkan ketetapan ijma’, dinyatakan Ibnu Qudamah, Seluruh ulama sepakat,

iii.

menafkahi istri adlah kewajiban yang harus ditunaikan suami selama mereka telah
baligh, kecuali jika istrinya membangkang.”3
Untuk menerima nafkah ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yakni sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)
e)

Akad nikah yang dilakukan sah
Istri menyerahkan diri kepada suami
Istri bersedia digauli suami
Tidak menolak pindah ke tempat baru yang diinginkan suami
Suami dan istri sama- sama dapat menikmati hubungan dengan pasangannya.

2. Mahar

3 Sabiq,sayyid.2012.Fiqih Sunah jilid 2. Jakarta : Al – I’tishom, Hal. 324-342

15 | P a g e

Salah satu bukti tingginya perlindungan dan penghormatan islam terhadap wanita adalah
dengan memberikannya hak kepemilikan. Pemberian mahar juga dapat mempererat hubungan
dan menumbuh suburkan benih – benih cinta dan kasih sayang.

 Kewajiban yang tidak bersifat materi
Kewajiban suami yang merupakan hak bagi istrinya yang tidak bersifat materi adalah sebagai
berikut :
a.Menggauli istri secara baik dan patut . sesuai dengan firman Allah dalam surat an – Nisa :
19
b.Menjaga dari segala sesuatu yang mungkin melibatkannya pada suatu perbuatan dosa dan
maksiat atau ditimpa oleh sesuatu kesulitan dan mara bahaya.
c. Suami wajib mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan Allah untuk terwujud.
(sakinah, mawaddah, dan rahmah) untuk maksud itu suami wajib memberikan rasa tenang
bagi istrinya,memberikan cinta dan kasih sayang kepada istrinya. Dan sesuai dengan firman
Allah ar – rum ayat 21.
 Kewajiban istri terhadap suaminya yang merupakan hak suami :
1. Menggauli suaminya secara layak sesuai kodratnya.
2. Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya dan memberikan
rasa cinta dan kasih sayang
3. Taat dan patuh kepada suaminya selama suami tidak menyuruhnya dalam
melakukan kemaksiatan. An – nisa (4:34)
4. Menjaga dirinya dan menjaga harta suaminya, bila tidak ada dirumah.
5. Menjauhkan dirinya dari segal sesuatu perbuatan yang tidak disenangi oleh
suaminya
6. Menjauhkan diri dari memperlihatkan muka yang tidak enak dipandang dan suara
yang tidak terdengar.

16 | P a g e

Daftar Pustaka

Sabiq,sayyid.2012.Fiqih Sunah jilid 2. Jakarta : Al – I’tishom
Tihami dan Sohari Sahrani, FIkih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, RajaGrafindo
Persada Jakarta 2013 cet. Ke-3.
Azzam,aziz abdul Muhammad. 2011.Fiqih Munakahat khitbah,nikah, dan talak. Jakarta:
AMZAH,
Syarifuddin,amir. 2011. Hukum kompilasi Indonesia.
Hasan, M.Ali. 2006. Pedoman hidup Berumah Tangga dalam Islam. Jakarta: Siraja Prenada
Media Group.
As – Subki, Ali yusuf .2010.Fiqh Keluarga Pedoman berkeluarga dalam Islam. Jakrta: Amzah.
Mustthafa, Mun’in, Abdul Syaikh. 2008. Ensiklopedi Hak & Kewajiban Keluarga Muslim.
Jakarta: Inasmedia.
Sati, Faqih.2011. Panduan Lengkap Pernikahan.Yogyakarta. Bening.
Al-Faqi, Mersi, Sobri. 2011. Solusi Problematika Rumah Tangga Modern., Surabaya. Pustaka
Yasir.
Mughniyah, Jawad, Muhammad. 1996. Al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Khamsah.Beirut. Dar alJawad.
17 | P a g e

Hasil Penelitian
Berupa Materi :
1. Apakah mahar yang didapat ketika akad nikah berlangsung ?
2. Bagimana nafkah yang diberikan seorang suami kepada istri ?

Dari hasil penelitian kami, dapat kami simpulkan mayoritas uang belanja yang diterima oleh
seorang istri pada :
Keluarga karir : 80 persen dari hasil kerja suami diberikan kepada istri sebagi nafkah .
Keluarga (suami yang bekerja): 4 dari 10 keluarga tiap hari memberi nafkah, 2 keluarga per
minggu ,2 keluarga per bulan, 2 keluarga tergantung kebutuhan si istri (kondisional).

18 | P a g e