Sejarah Bahasa Inggris dan dinamika

Sejarah Bahasa Inggris
Bahasa Inggris merupakan bahasa utama di Britania Raya (Great Britain) dan beberapa negara
lainnya seperti Amerika Serikat, Australia, Canada, dan Singapura. Bahasa Inggris termasuk
rumpun bahasa Jermanik Barat. Perkembangan bahasa Inggris dibagi menjadi 4 masa, Bahasa
Inggris Kuno, Bahasa Inggris Pertengahan, Bahasa Inggris Modern Awal, dan bahasa nggris
Modern Akhir. Perkembangan bahasa Inggris Kuno berawal pada saat penjajah Jermanik Barat
yang berasal dari Jutlandia dan Denmark Selatan, yang terdiri dari bangsa Angle(merupakan
cical bakal kata ‘England’ dan ‘English’), Saxon, dan Jutes yang mulai menetap di kepulauan
Inggris pada abad ke-5 dan ke-6 Masehi. Pada saat itu mereka berbicara dengan menggunakan
bahasa yang bisa saling dimengerti, mirip bahasa Frisian modern dari timur laut Belanda, bahasa
itu dikenal pula dengan Bahasa Inggris Kuno (Old English). Bahasa Inggris Kuno memiliki 4
dialek, yaitu Northumbrian di Inggris bagian utara, Mercian di Inggris tengah(midlands), Saxon
Barat di Inggris bagian barat dan selatan, serta dialek Kentish di Inggris tenggara. Penjajah dari
Jermanik Barat menggusur keberadaan penduduk asli yg berbahasa Celtic ke Skotlandia, Wales,
Cornwall, dan Irlandia. Kosakata bahasa Celtic yang masih bertahan sampai saat ini terdapat
dalam bahasa Gaelik Skotlandia, Irandia, dan Wales. Sayangnya, orang yang bisa berbahasa
Cornish (Celtic asli) telah meninggal pada tahun 1777, sehingga bahasa tersebut sudah punah.
Selain itu, bahasa Inggris Kuno juga dipengaruhi oleh suku bangsa Viking yang menginvasi
Inggris sekitar tahun 850. Salah satu contoh kosakata bahasa Viking yang masih digunakan
sampai sekarang adalah ‘Dream’ yang sama artinya dengan ‘Joy’. Selain itu, contoh budaya
Viking yang masih bertahan di Inggris adalah skirt(rok) dan kemejanya yang digunakan oleh

orang-orang di Skotlandia.
Pada tahun 1066, William The Conqueror, The Duke of Normandy dari Perancis Utara
menginvasi dan menaklukkan Inggris. Para penguasa baru berbicara dengan dialek Perancis
Kuno yang dikenal dengan istilah Anglo-Norman. Pada awalnya, para aristokrat menggunakan
bahasa Anglo-Norman yang memiliki akar bahasa Romawi, sedangkan rakyat jelata mengunakan
bahasa Anglo-Saxon yang berakar dari bahasa Jermanik. Istilah-istilah dalam pengadilan
menggunakan bahasa Anglo-Norman, karena Aristokrat yang menjalankan pengadilan. Selain
penggunaan bahasa yang saling melengkapi antara bahasa Anglo-Saxon dan Anglo-Norman,
adapula penggabungan bahasa seperti istilah Gentleman. ‘Gentle’ merupakan bahasa Perancis
yang berarti pria, ‘man’ merupakan bahasa Jermanik yang juga berarti pria. Lama kelamaan,
untuk kepentingan ekonomi dan sosial terjadi percampuran dari kedua bahasa tersebut yang
dikenal dengan Bahasa Inggris Pertengahan (1066-1500). Tidak seperti Bahasa Inggris Kuno,
Bahasa Inggris Pertengahan masih bisa dibaca oleh orang Inggris saat ini, walaupun dengan
kesulitan.
Terjadinya inovasi di Inggris pada masa renaissance membawa banyak kata Latin dan Yunani ke
dalam bahasa Inggris Modern Awal (1500-1800). Perbedaan Bahasa Inggris pertengahan dengan
Bahasa Inggris Modern terletak pada perubahan vokal/pengucapan. Suara vokal/pengucapan
dibuat lebih jauh ke depan mulut dan huruf ‘e’ di akhir kata menjadi diam. Perubahan tersebut
berlangsung secara bertahap. Selain itu, perkembangan Bahasa Inggris Modern dipengaruhi pula
oleh munculnya mesin cetak 1476. Penerbitan menjadi usaha yang menguntungkan sehingga


banyak berdiri rumah-rumah penerbit yang terletak di London. Dialek London menjadi standar
dalam penerbitan. Ejaan dan tata bahasa menjadi tetap, dan kamus Bahasa Inggris pertama
diterbitkan pada tahun 1604.
Perkembangan selanjutnya adalah Bahasa Inggris Modern Akhir yang digunakan sampai saat ini
(1800-sekarang). Perbedaan utama antara Bahasa Inggris Modern Awal dan Bahasa Inggris
Modern Akhir adalah kosakata, Bahasa Inggris Modern Akhir memiliki banyak sekali kosakata.
Pengucapan, tata bahasa, dan ejaan sebagian besar sama. Tambahan kosakata tersebut dihasilkan
dari dua faktor sejarah. Faktor pertama adalah Revolusi Industri dan munculnya masyarakat
teknologi. Ini mengharuskan adanya kata-kata baru untuk hal-hal dan ide yang sebelumnya tidak
ada. Faktor kedua adalah perkembangan Kerajaan Inggris. Pada puncaknya, Inggris menguasai
seperempat dari permukaan bumi, dan bahasa Inggris mengadopsi kata asing dan memasukkan
kata-kata asing tersebut menjadi Bahasa Inggris..

Bangsa Norman
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ekspansi Norman pada tahun 1130

Bangsa Norman (dalam bahasa Perancis: Normands; bahasa Latin Nortmanni; bahasa Jerman:

Normannen) adalah suku bangsa[1] yang merupakan keturunan penakluk Viking di wilayah
Franka.[2] Identitas mereka muncul pada awal pertengahan abad ke-10, dan pelan-pelan
berkembang. Norman merupakan asal nama dari wilayah Normandia di Perancis utara.
Mereka memainkan peran politik, militer, dan budaya yang penting di Eropa abad pertengahan
dan Timur Dekat. Mereka terkenal karena semangat peperangannya dan kesalehannya dalam
menganut agama Kristen. Mereka menggunakan bahasa Romans di wilayah yang mereka
duduki, dan dialeknya kini disebut bahasa Norman. Kadipaten Normandia, yang dibentuk
berdasarkan traktat dengan Perancis, merupakan salah astu fief Perancis. Norman terkenal karena
budayanya, seperti arsitektur Romanesque mereka yang unik, dan tradisi musiknya, dan juga
pencapaian dan inovasi militernya. Petualang Norman mendirikan kerajaan di Sisilia dan Italia
selatan, dan ekspedisi Norman atas nama William sang Penakluk berhasil menaklukan Inggris.
Pengaruh Norman menyebar ke negara-negara Tentara Salib di Timur Dekat ketika Bohemond I
mendirikan Kepangeranan Antiokhia, dan juga ke Skotlandia, Wales, dan Irlandia.

Referensi
1.

^ The Normans are considered a people of mixed origins, not to be
equalled to Vikings; see for instance H.M. Thomas, The English and the
Normans: Ethnic Hostility, Assimilation, and Identity (2003), 38 ("Felice

Lifshitz has shown ... what an important role the cult of Romanus played in
the Viking reconfiguration of themselves as Christian Normans and in the
merging of conquerors and conquered as one people."), and D. Crouch, The
Normans: The History of a Dynasty (2002), 20 (remarking that by the 960s,
the Normans were considered "no longer the 'Northmen of the Seine', but a
people of a variety of descents gathered into one political unit within specific
borders".)

Abad Renaisans
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Florence, pusat Renaisans.

Zaman Renaisans (bahasa Inggris: Renaissance) adalah sebuah gerakan budaya yang
berkembang pada periode kira-kira dari abad ke-14 sampai abad ke-17, dimulai di Italia pada
Abad Pertengahan Akhir dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Meskipun pemakaian kertas
dan penemuan barang metal mempercepat penyebaran ide-idenya dari abad ke-15 dan
seterusnya, perubahan Renaissans tidak terjadi secara bersama maupun dapat dirasakan di
seluruh Eropa.
Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran

Kristiani,[1][2] orang-orang kini mencari orientasi dan inspirasi baru sebagai alternatif dari
kebudayaan Yunani-Romawi sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka kenal dengan
baik.[1] Kebudayaan klasik ini dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi seluruh peradaban
manusia.[1][3]

Dalam dunia politik, budaya Renaissance berkontribusi dalam pengembangan konvensi
diplomasi, dan dalam ilmu peningkatan ketergantungan pada sebuah observasi. Sejarawan sering
berargumen bahwa transformasi intelektual ini adalah jembatan antara Abad Pertengahan dan
sejarah modern. Meskipun Renaissance dipenuhi revolusi terjadi di banyak kegiatan intelektual,
serta pergolakan sosial dan politik, Renaissance mungkin paling dikenal karena perkembangan
artistik dan kontribusi dari polimatik seperti Leonardo da Vinci dan Michelangelo, yang
terinspirasi dengan istilah "manusia Renaissance".[4][5]
Ada konsensus bahwa Renaissance dimulai di Florence, Italia, pada abad ke-14.[6] Berbagai teori
telah diajukan untuk menjelaskan asal-usulnya dan karakteristik, berfokus pada berbagai faktor
termasuk kekhasan sosial dan kemasyarakatan dari Florence pada beberapa waktu; struktur
politik; perlindungan keluarga dominan, Wangsa Medici;.[7][8] dan migrasi sarjana Yunani dan
terjemahan teks ke bahasa Italia setelah Kejatuhan Konstantinopel di tangan Turki Utsmani.[9][10]
[11]

Kata Renaissance, yang terjemahan literal dari bahasa Perancis ke dalam bahasa Inggris adalah

"Rebirth" (atau dalam bahasa Indonesia "Kelahiran kembali"), pertama kali digunakan dan
didefinisikan[12] oleh sejarawan Perancis Jules Michelet pada tahun 1855 dalam karyanya,
Histoire de France. Kata Renaissance juga telah diperluas untuk gerakan sejarah dan budaya
lainnya, seperti Carolingian Renaissance dan Renaissance dari abad ke-12.

Daftar isi


1 Tinjauan luas



2 Latar belakang



3 Humanisme Klasik




4 Daftar tokoh besar pada masa Renaisans



5 Referensi

Tinjauan luas

Leonardo da Vinci's Vitruvian Man menunjukkan dengan jelas pengaruh penulis
Antiquity dalam pemikir Renaissance. Berdasarkan spesifikasi di Vitruvius 'De
architectura (abad ke-1 SM), Leonardo mencoba untuk menggambar pria sempurna
secara proporsional.

Renaissance adalah sebuah gerakan budaya yang sangat mempengaruhi kehidupan intelektual
Eropa pada periode modern awal. Mulai di Italia, dan menyebar ke seluruh Eropa pada abad ke16, pengaruhnya dirasakan dalam sastra, filsafat, seni, musik, politik, ilmu pengetahuan, agama,
dan aspek lain dari penyelidikan intelektual. Sarjana Renaissance menggunakan metode humanis
dalam penelitian, dan mencari realisme dan emosi manusia dalam seni.[13]
Humanis Renaissance seperti Poggio Bracciolini mencari di perpustakaan biara Eropa sastra,
sejarah, dan berpidato teks Latin dari Antiquity, sedangkan Kejatuhan Konstantinopel (1453)
menghasilkan gelombang imigran sarjana Yunani membawa naskah berharga di Yunani kuno,

banyak dari naskah tersebut yang jatuh ke dalam ketidakjelasan ketika di Barat. Hal ini dalam
fokus baru mereka pada teks-teks sastra dan sejarah dari sarjana Renaissance yang perbedaanya
begitu nyata dari para sarjana abad pertengahan Renaissance dari abad ke-12, yang difokuskan
pada mempelajari karya-karya Yunani dan ilmu alam Arab, filsafat dan matematika, bukan pada
seperti teks kultural.
Dalam kebangkitan neo-Platonisme Renaissance humanis tidak menolak Kristen; justru
sebaliknya, banyak karya terbesar Renaissance yang dikhususkan untuk itu, dan Gereja
dilindungi banyak karya seni Renaissance. Namun, pergeseran halus berlangsung dengan cara
yang intelektual mendekati agama yang tercermin dalam banyak bidang kehidupan budaya.[14]
Selain itu, banyak karya-karya Yunani Kristen, termasuk Yunani Perjanjian Baru, dibawa
kembali dari Byzantium ke Eropa Barat dan melibatkan sarjana Barat untuk pertama kalinya
sejak akhir zaman. Keterlibatan baru ini dengan karya-karya Yunani Kristen, dan terutama

kembali ke Yunani asli dari Perjanjian Baru dipromosikan oleh humanis Lorenzo Valla dan
Erasmus, akan membantu membuka jalan bagi Reformasi Protestan.
Setelah kembali pada artistik pertama yang klasisisme, telah dicontohkan dalam patung Nicola
Pisano, pelukis Florentine dipimpin oleh Masaccio berusaha untuk menggambarkan bentuk
manusia secara realistis, mengembangkan teknik untuk membuat perspektif dan cahaya lebih
alami. Filsuf politik, yang paling terkenal adalah Niccolò Machiavelli, berusaha menggambarkan
kehidupan politik seperti yang benar adanya, itu adalah untuk memahami secara rasional. Sebuah

kontribusi penting untuk Renaissance Italia humanisme Pico della Mirandola yang menulis teks
terkenal "De hominis Dignitate" (Orasi pada Martabat Manusia, 1486), yang terdiri dari
serangkaian tesis tentang filsafat, alam pikir, iman dan sihir dipertahankan terhadap setiap lawan
atas dasar alasan. Selain mempelajari bahasa Latin klasik dan Yunani, penulis Renaissance juga
mulai semakin menggunakan bahasa daerah; dikombinasikan dengan pengenalan pada
pencetakan, hal ini akan memungkinkan lebih banyak orang yang mengakses buku, terutama
Alkitab.[15]
Dalam semua, Renaissance dapat dipandang sebagai upaya secara intelektual untuk belajar dan
meningkatkan bentuk sekuler dan duniawi, baik melalui kebangkitan ide dari zaman dahulu, dan
melalui pendekatan baru untuk berpikir. Beberapa ahli, seperti Rodney Stark,[16] mengurangi
Renaissance dalam mendukung inovasi sebelumnya di negara kota Italia pada Abad Pertengahan
Tinggi, yang berkombinasi dengan pemerintah yang responsif, Kristen dan kelahiran kapitalisme.
Analisis ini berpendapat bahwa, sedangkan negara-negara besar Eropa (Perancis dan Spanyol)
adalah pemerintahan yang monarki absolut, dan lain-lain berada di bawah kontrol langsung
Gereja, republik-republik kota mandiri Italia mengambil alih prinsip-prinsip kapitalisme yang
bisa ditemukan di perkebunan monastik dan memicu revolusi komersial yang luas belum pernah
terjadi sebelumnya yang mendahului dan membiayai Renaissance.

Latar belakang
Kebudayaan Yunanni-Romawi adalah kebudayaan yang menempatkan manusia sebagai subjek

utama.[1][17] Filsafat Yunani, misalnya menampilkan manusia sebagai makhluk yang berpikir
terus-menerus memahami lingkungan alamnya dan juga menentukan prinsip-prinsip bagi
tindakannya sendiri demi mencapai kebahagiaan hidup (eudaimonia).[1][18] Kesustraan Yunani,
misalnya kisah tentang Odisei karya penyair Yunani Kuno, Homerus, menceritakan tentang
keberanian manusia menjelajahi suatu dunia yang penuh dengan tantangan dan pengalaman baru.
[1]
Arsitektur ala Yunani-Romawi mencerminkan kemampuan manusia dalam menciptakan
harmoni dari aturan hukum, kekuatan, dan keindahan.[1][19]
Selain itu, kemampuan bangsa Romawi dalam bidang teknik dan kemampuan berorganisasi
pantas mendapatkan acungan jempol.[1] Semua ini jelas menunjukkan bahwa kebudayaan YunaniRomawi memberikan tempat utama bagi manusia dalam kosmos.[1] Suatu pandangan yang biasa
disebut dengan ''Humanisme Klasik''.[1]

Humanisme Klasik
Kebudayaan Renaisans ditujukan untuk menghidupkan kembali Humanisme Klasik yang sempat
terhambat oleh gaya berpikir sejumlah tokoh Abad Pertengahan.[1] Hal ini memiliki kaitan
dengan hal yang tadi dijelaskan.[1] Apabila dibandingkan dengan zaman Klasik yang lebih
menekankan manusia sebagai bagian dari alam atau polis (negara-negara kota atau masyarakat
Yunani Kuno).[1] Humanisme Renaissans jauh lebih dikenal karena penekanannya pada
individualisme.[1] Individualisme yang menganggap bahwa manusia sebagai pribadi perlu
diperhatikan.[1] Kita bukan hanya umat manusia, tetapi kita juga adalah individu-individu unik

yang bebas untuk berbuat sesuatu dan menganut keyakinan tertentu.[1]
Kemuliaan manusia sendiri terletak dalam kebebasannya untuk menentukan pilihan sendiri dan
dalam posisinya sebagai penguasa atas alam (Pico Della Mirandola).[1] Gagasan ini mendorong
munculnya sikap pemujaan tindakan terbatas pada kecerdasan dan kemampuan individu dalam
segala hal.[1] Gambaran manusia di sini adalah manusia yang dicita-citakan Humanisme
Renaissans yaitu manusia universal (Homo Universale).[1]

Daftar tokoh besar pada masa Renaisans
Berikut adalah daftar tokoh besar Renaisans:[20][21]
Bidang seni dan budaya


Albrecht Dürer (1471-1528)



Desiderius Erasmus (1466-1536)



Donatello



Ghirlandaio



Hans Holbein (1465-1506)



Hans Memling (1430-1495)



Hieronymus Bosch (1450-1516)



Josquin des Prez (1445-1521)



Leonardo da Vinci (1452-1519)



Lucas Cranach (1472-1553)



Michaelangelo (1475-1564)



Perugino (1446-1526)



Raphael (1483-1520)



Sandro Botticelli (1444-1510)



Tiziano Vecelli (1477-1526)

Penjelajahan


Christopher Columbus (1451-1506)



Ferdinand Magellan (1480?-1521)

Ilmu pengetahuan


Johann Gutenberg (1400-1468)



Nicolaus Copernicus (1478-1543)



Andreas Vesalius (1514-1564)



William Gilbert (1540-1603)



Galileo Galilei (1546-1642)



Johannes Kepler (1571-1642)