Paper Makalah Dasar dasar Agronomi Budid

MAKALAH DASAR – DASAR AGRONOMI
PNA1240D
BUDIDAYA TANAMAN WORTEL

Disusun oleh :
Nadia Tiara F. R.

(13315)

Livana Aulia

(13387)

Anastry Galuh Khusika

(13416)

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

2014

BUDIDAYA TANAMAN WORTEL
I.

PENDAHULUAN

Di Indonesia budidaya wortel pada mulanya hanya terkonsentrasi di Jawa Barat yaitu
daerah Lembang dan Cipanas. Namun dalam perkembangannya menyebar luas ke daerahdaerah sentra sayuran di Jawa dan Luar Jawa. Berdasarkan hasil survei pertanian produksi
tanaman sayuran di Indonesia (BPS, 1991) luas areal panen wortel nasional mencapai 13.398
hektar yang tersebar di 16 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTT, Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya.
Wortel merupakan bahan pangan (sayuran) yang digemari dan dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat. Bahkan mengkonsumsi wortel sangat dianjurkan, terutama untuk
menghadapi masalah kekurangan vitamin A. Dalam setiap 100 gram bahan mengandung
12.000 S.I vitamin A.
Merupakan bahan pangan bergizi tinggi, harga murah dan mudah mendapatkannya.
Selain sebagai "gudang vitamin A serta nutrisi", juga berkhasiat untuk penyakit dan
memelihara kecantikan. Wortel ini mengandung enzim pencernaan dan berfungsi diuretik.

Meminum segelas sari daun wortel segar ditambah garam dan sesendok teh sari jeruk nipis
berkhasiat untuk mengantisipasi pembentukkan endapan dalam saluran kencing, memperkuat
mata, paru-paru, jantung dan hati. Bahkan dengan hanya mengunyah daun wortel dapat
menyembuhkan
(Perdana,2009).

luka-luka

dalam

mulut/nafas

bau,

gusi

berdarah

dan


sariawan

II.
A.

ISI

Taksonomi, Asal dan Penyebaran Tanaman
1.

Asal

Wortel (daucus carrota L. ) bukan merupakan tanaman asli dari Indonesia. Afganistan
daianggap segbagai pusat asal wortel, karena di wilayah ini ditemukan keragaman terbesar
kerabat liarnya. Tipe liar ditemukan juga di wilayah barat daya Asia dan wilayah timur
Mediterania, yang dianggap sebagai pusat keragaman dan domestika sekunder. Budidaya
wortel telah dapat dirunut hingga abad ke -10 di Asia kecil. Varian wortel dengan warna umbi
ungu dan kuning di introduksikan ke Eropa mungkin pada abad ke-11. Introduksi ke India
dan Cina terjadi pada abad ke-13 atau ke-14 dan ke Jepang sekitar abad ke-17 (Rubatzky and
Mas, 1998).


Gambar 1 Wortel Liar
(Sumber: www2.warwick.ac.uk/knowledge/science/purple-carrots-white-carrots-yellowcarrots-researching-the genetic-varieties-history-of-the-healthy-orange-snack/)

2.

Taksonomi dan Domestikasi

Wortel liar Daucus carota var. carota yang juga dikenal sebagai Tali Ratu, diyakini
sebagai nenek moyang woetel hingga kini. Tanaaman ini adalah tanaman setahun yang
mudah disilangkan dengan wortel budidaya, sehingga mengkontaminasi produksi benih
wortel. Spesies wortel liar lain adalah D. maritimus, D. Commutatis, D. hispanicus, D.
gummifer, D. fontanessi, D. bocconei, dan D. major (Rubatzky and Mas, 1998).

Umbi wortel terdapat dalam berbagai ukuran dan bentuk. Wortel primitif memiliki
kandungan antosianin dan memiliki jaringan umbi berwarna ungu. Mutan wortel berumbi
kuning lebih disukai daripada ungu. Wortel dengan daging berwarna putih atau jingga dapat
diperoleh setelah seleksi berulang – ulang dari tipe kuning. Pemuliaan selama abad ke-17 di
Belandameningkatkan kehalusan akar yang menyebabkan wortel berwarna kuning menjadi
kultivar lokasl (landrace) yang dikenal sebagai tipe Long Orange dan tipe Horn. Kulitivar ini

merupakan dasar bagi banyak plasma nutfah wortel modern. Diperkirakan bahwa
perkembangan wortel yang dibudidayakan terbentuk lebih banyak melalui mutasi dan seleksi
daripada melalui persilangan dengan plasma nutfah liar (Rubatzky and Mas, 1998).

Gambar 2Variasi warna pada beberapa kultivar wortel
(Sumber: https://australianseed.com/persistent/catalogue_images/products/carrot-colourmix.jpg)
Pemisahan tipe akar utama diterapkan pada kultivar Eropa dan kultivar Asia.
Umumnya, kultivar Eropa bertekstur keras, manis, beraroma tajam, berwarna jingga
kekuningan hingga jingga tua, bolting lambat, dan dapat menyesuaikan diri dengan suhu
dingin. Kultivar yang ditanam di Asia bertekstur agak lunak, kurang manis, dan beraroma
lemah, mudah bolting, beradaptasi dengan suhu panas, dan umbinya sering berwarna merah
terang atau jingga kemerahan (Rubatzky and Mas, 1998).
Suhu rendah kurang dari 5C cenderung mempercepat induksi bunga. Lamanya
pemaparan terhadap suhu rendah beragam dari beberapa minggu hingga 12 minggu untuk
kultivar yang tahan bolting. Pada beberapa kultivar tropika, bolting dapat diinduksi pada suhu
kurang dari 15C. Jika dilakukan secara ketat, pembuangan tanaman yang berbunga dini
dalam produksi benih dapat menurunkan jumlah tanaman berbunga dini pada generasi

berikutnya. Umumnya, kultivar zona iklim sedang adalah dua tahunan, sedangkan kultivar
tropika menunjukkan pola pertumbuhansetahun dan ditanamm pad kondisi hari pendek.

Karena ditanam di daerah lintang rendah, tipe tropika lebih menukai hari pendek (Rubatzky
and Mas, 1998).
3.

Botani

Tanaman wortel membentuk daun roset dan daun akar tunggan lumbung besar
berdaging selama tahun pertama. Batangnya yang sangat tertekan, hamper lircakram pada
pertumbuhan tahun pertama dengan tinggi daun 25 – 60 cm. Daun yang muncul dari batang
memiliki tangkai daun panjang yang membesar, dan lir-upih pada pangkal lekatnya. Lembar
daunnya tebagi secara berulang dengan segmen lembar daun kecil, sempit, dan sangat
terbelah. Tanaman yang memiliki tajuk besar umumnya menghasilkan akar besar, tetapi
memerlukan waktu pertumbuhan yang lebih lama, sedangkan kultivar bertajuk kecil
menghasilkan akar kecil, tetapi periode pertumbuhannya lebih singkat (Rubatzky and Mas,
1998).
Akar tunggang, awalnya panjang, ramping, tumbuh vertical, mulai memanjang
dengan cepat dan mencapai panjang potensialnya dalam waktu 12 – 24 hari setelah
berkecambah. Hasil meningkat sesuai dengan panjang akar. Akar yang panjangnya lebih dari
30 cm sulit dipanen dan ditangani. Akar tunggang terdiri atas jaringan hipokotil dan akar
primer. Akar serabut tidak terdapatr pada bagian atas hipokotil dan akar primer. Akar serabut

tidak terdapat pada bagian atas hipokotil, tetapi akar serabut yang sangat halus dan amat
bercabang, dalam jumlah banyak, tumbuh dari bagian bawah akar tunggang. Beberapa akar
tunggang dapat mencapai kedalaman lebih dari 75 cm. Secara anatomis, akar ini terdiri atas
jaringan xilem dan floem primer dengan bagian cambium yang menghubunkan keduanya
dalam suatu lingkaran. Kambium ini menghasilkan xilem sekunder ke arah dalam dan floem
sekunder ke arah luar. Untuk mendapatkan kualitas yang layak pangan yang baik, akar ini
idealnya haruse memiliki xilem yang minimum, relatif terhadap korteks (floem), dan dengan
perbedaan warna yang minimum antara kedua jaringan ini. Warna jaringan xilem biasanya
lebih terang daripada floem (Rubatzky and Mas, 1998).
Pada potongan membujur, peridermis adalah jaringan terluar. Ke arah dalam tumbuh
jaringan floem, cambium dan xilem. Kantong minyak dalam ruang antarsel perisikel
mengandung minyak esensial yang menyebabkan bau dan aroma khas wortel. Akar tunggang
menyimpan sukrosa dan gula lain dalam jumlah yang cukup banyak. Umbi biasanya
berbentuk kerucut terbalik, tetapi dapat juga berbentuk silinder, bundar atau bentuk

antaranya. Pada bagian terbesar, diameter umbi beragam dari 1 cm hingga lebih dari 10 cm.
Panjang akar berkisar antara 5 cm hingga lebih dari 50 cm; umumnya antara 10 dan 20 cm.
Antosianin menyebabkan umbi berwarna ungu kemerahan. Alfa dan beta karoten berturut –
turut menyebabkan warna kuning dan jingga, adalah pigmen karatenoid utama. Beta karoten
biasanya mencapai sedikitnya 50% dari kandungan wortel karatenoid; nisbah alfa- terhadap

beta- karoten biasanya sekitar 1 : 2. Warna merah pada kultivar tertentu disebabkan oleh
likopen. Karatenoid tidak tersebar merata dalam umbi. Pembentukan karoten berlangsung
dari jaringan ujung proksimal ke ujung distal akar tunggang. Jaringan floem biasanya
mengandung pigmen sekitar 30% lebih banyak daripada jaringan xilem (Rubatzky and Mas,
1998).
Perbedaan kandungan karoten juga dipengaruhi oleh suhu, kematangan tanaman dan
oleh kultivar. Kandungan karoten pada kultivar wortel yang paling banyak ditanam berkisar
dari 60 hingga lebih dari 120 µg/g bobot segar. Jumlah likopen pada sebagian besar wortel
agak rendah, kecuali beberapa kultivar yang dagingnya berwarna merah, seperti tipe kintoki
yang terkenal di Jepang (Rubatzky and Mas, 1998).
Pada saat terjadi bolting, batang memanjang dan menghasilkan banyak cabang kaku.
Biasanya beberapa tangkai bunga terus tumbuh, tingginya berkisar dari 1 hingga 2 meter.
Perbungaan wortel adalah umbel majemuk ujung yang terdiri atas banyak umbelet dengan
bunga kecil – kecil berwarna putih. Umbel dikelilingi oleh kelopak bunga panjang bercuping
dan umbelet juga dikelilingi oleh kelopak daun. Sebuah umbel besar utama dari suatu tangkai
bunga dapat mengandung 50 umbelet, masing – masing dengan satu bunga. Umbel kedua,
ketiga, dan keempat secara prograsif lebih kecil dan berkembang belakangan. Umbel
keempat kurang produktif, dan bijinya gagal matang secara memadai yang merupakan salah
satu penyebab utama rendahnya kualitas benih. Periode perbungaan dapat berlangsung
selama lebih dari satu bulan. Bunga biasanya berkelamin ganda dengan perilau protrandrous

dan mekar mulai dari bagian terluar ke arah pusat umbel (sentripal) dan penyerbukannya
sebagian besar dengan bantuan serangga. Umbel yang mudah terlihat dan bunga bermadu
dapat menarik serangga. Umbel yang mudah terlihat dan bunga bermadu dapat menarik
serangga. Buah, bertangkap dua (bilocular), adalah suatu skizokarp ( buah yang tersusun ata
beberapa buah yang mudah terlepas ) (Rubatzky and Mas, 1998).
Ketika matang, tangkai umbelet terluar melengkung ke dalam dan umbel tampak
cekung serta terlihat mirip sarang burung. Biji pipih, berurat, berduri dan ukurannyasangat
beragam, berkisar dari 500 hingga 1000 biji per gramnya. Pada kultivar dua-tahunan, tangkai
bunga dan bijinya dihasilkan pada tahun kedua, tetapi dengan perencanaa periode

pertumbuhan dan vernalisasi yang tepat, biji dapat dihasilkan dalam 12 hingga 13 bulan
(Rubatzky and Mas, 1998).
a.

Tipe Kultivar

Kultivar wortel dikelompokkan ke dalam beberapa tipe yang mencerminkan
kesamaan morfologis. Walaupun semua kultivar dapat dijual segar, beberapa kultivar lebih
sesuai untuk pengolahan, dan beberapa kultivar lainnya memiliki kegunaan ganda. Gambar
berikut ini menggambarkan beberapa bentuk dan ukuran relatif dari beberapa kutivar

terkenal.

Gambar 3 Bentuk dan ukuran relatif bebrapa kultivar wortel
(sumber: http://www.carrotmuseum.co.uk/photos/Carrot%20Shapes.jpg )

Negara yang berbeda menyukai tipe dan warna umbi wortel yang berbeda. Di Jepang,
penduduknya jarang menyantap eortel mentah dan lebih menyukai umbi wortel panjang
berwarna jngga kemerahan berbentuk silinder gemuk. Di Eropa, yang paling disukai adalah
kultivar Nantes dan lir-Nantes kuning-jingga yang agak pendek dan ramping, sedangkan di
Amerika Utara, tipe yang disukai adalah tipe kultivar imperator dengan umbi panjang
berwarna jingga tua (Rubatzky and Mas, 1998).

Penggunaan kultivar hibrida dalam perdagangan telah meningkat secara nyata.
Khususnya untuk tipe yang dijual segar. Keuntungan utamanya adalah keseragaman ukuran,
bentuk, dan warna. Mandul jantan sitoplasmik (cytoplasmic male sterility – CMS) digunakan
untuk memproduksi kultivar hibrida. Dua sumber CMS yang biasanya digunakan adalah
tanaman dengan benang sari cokelat dan petaloid (struktur bunga yang mengalami modifikasi
menyerupai kelopak bunga). Pada benang sari cokelat, kemandulan disebabkan tidak
berfungsinya benang sari. Sifat mandul ini dikendalikan oleh sejumlah gen dalam sitoplasma
dan sekurang – kurangnya melibatkan dua gen resesif dengan aksi komplementer.

Kemandulan petaloid disebabkan oleh pembentukan struktur lir-kelopak-bunga di tempat
benang sari dan juga dikendalikan secara sitoplasmik dan sekurang – kurangnya melibatkan
dua gen dominan dengan aksi komplementer(Rubatzky and Mas, 1998).
Selain keseragaman, tujuan utama yang lain untuk memperbaiki kultivar wortel
adalah meningkatkan laju pertumbuhan, hasil, kehalusan permukaan umbi, dan ketahanan
terhadap retak. Tujuan lain adalah untuk memperbaiki aroma, tekstur, ketahanan, terhadap
bolting dan hama, dan adaptasi terhadap suhu tinggi yang lebih baik, khususnya di wilayah
subtropika don tropika (Rubatzky and Mas, 1998).
b.

Bolting

Kecuali untuk produksi benih, pembentukan tangkai tidak dikehendaki karena
meningkatkan perkembangan serat pada hati umbi (Xilem). Kepekaan terhadap bolting
disebabkan oleh suhu, kultivar, dan ukuran umbi. Beberapa kultivar memiliki sifat duatahunan yang sangat kuat, dan lebih toleran terhadap suhu rendah yang menginduksi bolting
(Rubatzky and Mas, 1998).
Induksi pembungaan ditingkatkan melalui pemaparan terhadap suho 10C atau lebih
rendah selama 6 – 10 minggu. Kepekaan tanaman terhadap vernalisasi beragam menurut
ukuran umbi. Tanaman dengan diameter umbi sedikitnya 6 mm lebih tanggap terhadap
induksi suhu rendah, sedangkan kecambah kecil atau juvenile tidak. Pada kultivar berumbi
besar, fase juvenile berakhir lebih lama. Tanaman muda juga lebih toleran terhadap suhu
rendah dan bunga es daripada tanaman yang lebih tua. Kultivar yang memiliki sifat setahun
lebih mudah membentuk tangkai bunga pada suhu rendah. Setelah vernalisasi, diperlukan 4 –
5 bulan untuk menghasilkan biji matang. Kasus bolting dapat dihindari atau dikurangi dengan
penjadwalan tanam yang meminimumkan pemaparan tanaman terhadap suhu rendah yang

terlalu lama. Kultivar berbunga lambat terbukti dapat mengatasi masalah ini (Rubatzky and
Mas, 1998).
B.

Syarat Tumbuh

Tanaman wortel menghendaki suhu udara dingin dan lembab. Pertumbuhan akar, dan
daun optium pada suhu 16C – 21C. Pada suhu dibawah 0C pertumbuhan berlangsung
lambat; tanaman yang diaklimatisasi agak toleran terhadap bunga es. Suhu yang lebih tinggi
dari 21C cenderung menyebabkan umbi pendek dan keras, sedangkan suhu kurang dari 16C
cenderung menghasilkan akar ramping dan panjang. Fluktuasi suhu harian yang besar
mendukung pertumbuhan cepat, dan jika suhu malam cukup dingin, wortel dapat ditanam di
daerah tropis. Pertumbuhan daun tidak terlalu terpengaruh dengan suhu, dan lebih toleran
dengan suhu tinggi daripada pertumbuhan umbi. Pada suhu lebih tinggi dari 30C,
pertumbuhan berkurang dan aktivitas umbi sangat buruk akibat berkembangnya aroma yang
kuat. Pertumbuhan karoten dipengaruhi oleh suhu dan optimum pada suhu 16 – 25C serta
lebih atau lebih rendah maupun lebih tinggi dari kisaran suhun tersebut. Pembentukan
pigmen terjadi setelah pertumbuhan umbi, sehingga umbi muda berwarna pucat. Dengan
pertumbuhan yang terus berlangsung karoten terakumulasi

dan mencapai konsentrasi

maksimum stelah tanaman berumur sekitar 90 – 120 hari. Selanjutnya danpat ajeg atau
perlahan berkurang (Rubatzky and Mas, 1998).
Wortel secara normal hanya ditanam di daerah tropika garis lintang lebih tinggi
(Taiwan atau Hongkong contohnya) atau pada ketinggian diatas 500 m. Tetapi kultivar –
kultivar tertentu dapat memberikan hasil di daratan rendah tropika dengan pengurangan suhu
malam sedikit saja (sebagai contoh seperti yang yang dapat diperoleh akibat terjadinya
pendinginan malam katabatik di kawasan terkurung pegunungan) sangat memperbaiki panen.
Hasil percobaan varietas wortel di Brunei pada suhu lingkungannya (rata – rata maksimum
dan minimum 35/22C) dan pada suhu malam yang diturunkan (35/17C) adalah umbi wortel
dapat tumbuh dengan baik. Hasil paling optimal terdapat pada suhu malam yang diturunkan
dengan variasi kultivar Taiwan (Known You). Varietas yang dilaporkan cocok untuk daerakh
tropika adalah Early Gem, Danvers Half Long, Early Nanters, Short’n/sweet, Royal Cross,
dan Early Horn (Williams et al., 1993).
Tanah yang ideal untuk produksi wortel adalah tanah liat berpasir atau gambut yang
dalam, remah, subur, dengan drainase yang baik. Wortel, khususnya kultivar yang memiliki
akar panjang, terpengaruh buruk oleh sifat tanah dangkal dan padat. Umbi dapat menjadi
sangat pendek akibat tanah yang padat; bentuknya juga terpengaruh (Rubatzky and Mas,

1998). Williams et al. (1993) menambahkan bahwa tanah geluh berpasir yang teratus baik
dibutuhkan untuk wortel, terutama di dataran rendah. Tanaman wortel juga cocok untuk
budidaya di lahan pasir dan hidroponik. Tanah berat mengakibatkan kematian akar karena
kekurangan oksigen, cacat bentuk, pemuntiran, percabangan dan terbelah.
Cukup sinar matahari (tidak terlindung). Ketinggian tempat lebih dari 600 m
(optimum 1200 – 1500 m) diatas permukaan laut. Di Indonesia wortel umunya ditanam di
dataran tinggi pada ketinggian 1.000-1.200 m dpl. tetapi dapat pula ditanam di dataran
medium (ketinggian lebih dari 500 m dpl.), produksi dan kualitas kurang memuaskan
(Perdana,2009).
Tipe iklim yang cocok untuk tanaman wortel adalah daerah beriklim A, B, dan C
(menurut Schmidt – Fergusson) yaitu curah hujan antara 2000–7000 mm/tahun dengan bulan
kering