Good Mining Practice dan Karakteristik p
A.
GOOD MINING PRACTICE
Tata Cara Penambangan Yang Baik - Good Mining Practice (GMP) memang
menjadi satu hal yang banyak diterapkan di dunia pertambangan, teknik
pertambangan
yang
baik
(GMP)
memberikan
banyak
manfaat
bagi
keberlangsungan industri pertambangan. Dengan menerapkan Good Mining
Practice, maka perusahaan pertambangan akan fokus pada 5 aspek yang ada
dalam GMP ini.
Sesuai dengan UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, ada 5 aspek yang perlu dilaksanakan dalam Good mining Practice
(GMP) yaitu:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan (K3 Pertambangan)
2.
3.
Keselamatan Operasi Pertambangan (KO Pertambangan)
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pertambangan, Termasuk
Reklamasi dan Pasca Tambang
4. Upaya Konservasi Sumberdaya Mineral dan Batubara
5. Pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan bai cair,
padat, gas sampai memenuhi baku mutu lingkungan.
Jika melihat aspek yang tercantum dalam UU No 4 Tahun 2009, maka teknik
pertambangan yang baik (GMP) bukan hanya semata menata tambang menjadi
rapi, namun juga sangat memperhatikan aspek K3, KO dan Lingkungan, serta
Sustainable Mining dengan melakukan konservasi terhadap sumberdaya yang
ditambang.
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan
Teknik pertambangan yang baik (Good Mining Practice) dituntut untuk dapat
menjalankan kaidah keselamatan dan kesehatan kerja dengan memperhatikan
regulasi-regulasi yang ada untuk menjamin keselamatan pekerja. Perusahaan
diminta untuk melakukan pengelolaan terhadap operasional dengan cara:
1. Melakukan Identifikasi bahaya pada semua aktifitas yang akan dikerja
untuk dapat melakukan pengendalian yang tepat sehingga tidak
mengakibatkan kecelakaan.
2. Membuat prosedur operasi atau prosedur kerja yang mengatur tentang tata
cara kerja dengan memperhatikan aspek keselamatan kerja dan regulasi
yang berlaku.
3. Mengatur tentang tata cara kerja khusus seperti bekerja di ketinggian,
bekerja dalam ruang terbatas (confined space), bekerja di dekar air, dan
lain sebagainya.
4. Menetapkan dan memberikan Alat pelindung diri dan alat keselamatan
kepada pekerja
5. Melakukan pengelolaan terhadap lingkungan kerja
6. Melakukan Pengelolaan terhadap Kesehatan Kerja
Memastikan kompetensi pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu
melalui pendidikan dan pelatihan serta memasang tanda-tanda/rambu terkait
keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Keselamatan Operasi Pertambangan
Selain K3 Pertambangan, Aspek yang perlu diperhatikan dalam menerapkan
Teknik Pertambangan Yang Baik (Good Mining Practice) adalah Keselamatan
Operasi Pertambangan (KO Pertambangan).
Keselamatan
Operasi
Pertambangan
bertujuan
untuk
menjamin
dan
melindungi operasional tambang yang aman, efisien, dan produktif. Untuk
mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan beberapa upaya berikut:
1. Pengelolaan sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
2. Melakukan Pengamanan Instalasi (Kelistrikan, Hydraulic, Pneumatic, dan
lain-lain)
3. Menjamin Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan
Pertambangan
4. Memenuhi Kompetensi Teknik pekerja untuk dapat melakukan pekerjaan
dengan baik dan aman
5. Melakukan Evaluasi terhadap kajian teknis pertambangan
3. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Suatu industri pertambangan yang telah melaksanakan kaidah penambangan
yang baik (Good Mining Practice) harus senantiasa memperhatikan
keberlangsungan lingkungan hidup dengan tetap berwawasan lingkungan.
Segala mecam bentuk perijinan terkait lingkungan harus dipenuhi termasuk di
dalamnya adalah AMDAL atau UKL/UPL.
Aspek dampak pada setiap kegiatan harus dilakukan identifikasi serta perlu
dilakukan pengelolaan dan pemantauan dengan tujuan untuk memperkecil
dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Pengelolaan dan pemantauan yang
dilakukan dapat berupa:
1. Kualitas Air Sungai
2. Kualitas Udara
3. Emisi
4. Kebisingan dan Getaran
5. Potensi Air Asam Tambang
6. Keanekaragaman Flora dan Fauna
7. Kualitas Tanah
8. dan lain-lain
Selain itu, pengelolaan lahan bekas tambang juga perlu untuk dilakukan
termasuk
didalamnya
kegiatan
reklamasi
dan
pasca
tambang..
4. Konservasi Sumberdaya Mineral dan Batubara
Suatu perusahaan yang menerapkan Good Mining Practice juga perlu
memperhatikan ketersediaan sumberdaya yang ada, jika melihat sifat dasar
mineral dan batu bara yang merupakan sumberdaya yang tidak dapat
diperbaharui (non-renewable), maka perlu dilakukan konservasi agar industri
pertambangan tetap sustainable.
Sesuai dengan PP 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
pasal 25, bahwa pengawasan Konservasi sumberdaya Mineral dan Batubara
paling sedikit harus mencakup:
1. Recovery Penambangan dan Pengelolaan
2. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marginal
3. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara kualitas rendah dan mineral
kadar rendah
4. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral ikutan
5. Pendataan sumberdaya serta cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang
6. Pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan dan pemurnian
4. Pengelolaan Sisa Tambang (Padat, Cair, Gas) agar Sesuai Baku Mutu
Lingkungan
Untuk menjamin tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan, maka semua
sisa kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan pengelolaan sebelum
dilepas ke lingkungan. Pengelolaan dilakukan pada sisa tambang baik yang
berupa padat, cair, maupun gas.
Beberapa contoh pengelolaan sisa kegiatan usaha pertambangan adalah:
1. Pengelolaan Air sisa pekerjaan dan Air Asam Tambang
2. Pengelolaan PAF dan NAF
3. Pengelolaan Limbah B3
4. Pemantauan Emisi Gas Buang
5. dan lain-lain
Good Mining Practice - Tata cara penambangan yang baik (Good Mining
Practice) memberikan dampak yang besar bagi industri pertambangan, dengan
diterapkannya GMP akan sangat membantu industri pertambangan menjadi
berkelanjutan (sustainable mining). Mengingat bahwa mineral dan batubara
merupakan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui, maka suatu saat
kegiatan penambangan akan terhenti. Namun diharapkan manfaat yang
diberikan terus dapat dirasakan sampai kapanpun, oleh karena itu perlu
penerapan Good mining practice agar penambangan dapat dilaksanakan
dengan aman, efektif, dan produktif, serta kelestarian lingkungan tetap terjaga.
Aspek-aspek Good Mining Practice
1. Perizinan dan Aspek Legalitas Pertambangan yang baik adalah kegiatan
pertambangan yang mematuhi ketentuan hukum dan perundang-undangan
yang berlaku di daerah atau negara tempat aktivitas pertambangan tersebut
dilaksanakan. Dalam praktik pertambangan yang baik harus sinkron antara
kepentingan pembuat regulasi dan kepentingan pemegang izin usaha
pertambangan (IUP). Pemerintah harus mampu memberikan kepastian dan
kejelasan mengenai peraturan dan kebijakan pertambangan pada satu
sisi,sementara pemegang izin usaha pertambangan (IUP) harus mentaati
peraturan dan kebijakan yang berlaku di tempat tersebut pada sisi yang
lain.
2. Teknik Penambangan pada prinsipnya, teknik pertambangan yang baik
dapat dilakukan apabila didalam aktifitas pertambangan tersebut dilakukan
hal-hal sebagai berikut :
Eksplorasi harus dilaksanakan secara baik, benar dan memadai.
Perhitungan cadangan layak tambang harus ditetapkan dengan baik
(tingkatakurasi tinggi).
Studi geohidrologi, geoteknik dan metalurgi harus dilakukan secara
baik dan benar.
Studi kelayakan (feasibility study ) yang komprehensif dengan
didukung datayang cukup, perlu disusun dengan baik, termasuk
studi lingkungannya (AMDALatau UKL/UPL).
Teknik dan sistem tambang serta proses pengolahan/pemurnian
harusdirencanakan dan dilaksanakan secara baik (sistem tambang
pada material lepasdan padu sangat berbeda, demikian pula proses
pengolahannya)
Teknik konstruksi dan pemilihan peralatan harus tepat guna.
Sistem pengangkutan bahan tambang harus terencana baik,
termasuk pemilihanalat angkut dan alat berat lainnya.
Produksi hendaknya disesuaikan dengan jumlah ketersediaan
cadangan dan spesifikasi.
Program pasca tambang harus terencana dengan baik sebelum
seluruh aktifitas dihentikan. Pada pasca tambang harus segera
dilakukan kegiatan penataan dan reklamasi padalahan bekas
tambang
yang
disesuaikan
dengan
perencanaannya.
Pelaksanaanpenataan dan reklamasi sebaiknya mengacu pada
rencana tata ruang daerah yang bersangkutan dan disesuaikan
dengan kondisi lahan.
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Praktik pertambangan yang baik
sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya. Dalam hal
ini, perusahaan berkewajiban meliputi pembinaan, pelatihan atau
pendidikan dan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan yang berkaitan
dengan upaya meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal yang
dilakukan adalah dengan membuat regulasi dan penggunaan alat-alat
perlindungan diri (APD), agar terhindar dari kecelakaan yang sering
terjadi pada saat kerja.
4. Lingkungan Aktivitas pertambangan yang selalu menunjukkan kepedulian
terhadap dampak lingkungan. Tidak bisa seratus persen dihindari, tetapi
manfaatnya dimaksimalkan dan mudaratnya diminimalisir. Dalam
eksplorasi, perencanaan dan design produksi, pemilihan metode dan
teknologi, penempatan-penempatan bangunan pendukung,pengelolaan
tailing,
reklamasi
dan
pasca
eksploitasi
hendaknya
benar-
benarmemperhatikan aspek lingkungan.
5. Hak-hak MasyarakatKegiatan pertambangan diharapkan memberikan
manfaat yang sebesar-besarnyabagi masyarakat, memacu pertumbuhan
ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraanmasyarakat sekitar aktifitas
pertambangan dilakukan. Dengan program corporate social resposibility,
perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dapat mewujudkan
hak-hak masyarakat tersebut. Penutupan Tambang dan Pascatambang
Kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau
seluruhkegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan
alam dan fungsisosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
penambangan. Kegiatanpertambangan bersifat proyek, jadi ada jangka
waktu perhitungan yang jelas, makapasca tambang diharapkan mampu
memberikan manfaat berkelanjutan bagi social dan lingkungan sekitar
tambang.
Manfaat Penerapan Good Mining Praktice
Penerapan good mining practice akan memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagimasyarakat,
perusahaan,
pemerintah,
dan
lingkungan.
Perusahaan
mendapatkan keuntungan yang maksimal secara aman, masyarakat merasakan
peningkatan kesejateraannya, pemerintah tidak kesulitan dalam pengawasan dan
penerapan
peraturan,dan
lingkungan
masih
produktif.Sebaliknya
jika
pertambangan tidak dilakukan dengan baik dan benar, maka akan berakibat pada :
Kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan.
Hasil tambang tidak akan efisien dan ekonomis
Produksi akan tersendat / tidak lancar.
Kemungkinan terjadinya kecelakaan tambang akan tinggi.
Pengrusakan dan gangguan terhadap lingkungan akan timbul.
Terjadinya “pemborosan” bahan galian.
Pasca tambang akan mengalami kesulitan dan sulit penanganannya.
Semua pihak akan mendapat rugi (pemerintah, perusahaan dan
masyarakat).
Kegiatan pertambangan akan “dituding” sebagai suatu kegiatan yang
merusak Lingkungan
Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari uraian diatas adalah :
Aktifitas pertambangan tidak akan dinyatakan sebagai suatu kegiatan
“merusak lingkungan ”jika Praktek Pertambangan Yang Baik dan
Benar (Good Mining Practice) dapat diimplementasikan dengan penuh
kesadaran, terutama dari pelaku kegiatan /pelaku bisnis.
Dalam Implementasi Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar ini,
semua pihak(Pemerintah, Pelaku Bisnis dan Masyarakat) harus
berperan aktif dan salingmelakukan kontrol.
Bimbingan dan Pengawasan terutama dari unsur Birokrat, harus sudah
mulaidilaksanakan sejak pada tahap perencanaan sampai dengan tahap
pasca
tambang.Sedangkan
masyarakat
dapat
turut
membantu
melakukan pengawasan pada tahapkegiatan dilaksanakan sampai
dengan tahap pasca tambang.
B.
KARAKTERISTIK INDUSTRI PERTAMBANGAN
Pada hakekatnya industri pertambangan mempunyai karakteristik khusus di
banding dengan Industri umum lainnya, diantaranya:
1. Remote Location ( Jauh dari kota )
2. Cadangan tidak dapat ditentukan
3. Kadarnya sangat kecil
4. Cendrung merusak lingkungan
5. modal besar dengan pengembalian modal memakan waktu lama ( Padat
modal )
6. Resiko banyak dan besar ( padat resiko )
Remote Location/Jauh dari kota merupakan gambaran bahwa industri
pertambangan memilki akses yang cukup jauh dari kota.
Cadangan tidak dapat ditentukan maksud dari hal ini disadari bahwa
kepastian tentang cadangan yang dapat ditambang, baik dari segi jumlah
maupun kualitasnya, merupakan salah satu kunci utama bagi usaha
pertambangan. Mengingat sifat dari sumberdaya mineral yang tersebar
tidak merata baik secara kuantitatif maupun kualitatif, maka sistem
pengkavlingan tidak dapat dilakukan sebagaimana pada kawasan industri.
Kadarnya sangat kecil yaitu dalam hal pertambangan jarang ditemukan
bahan galian bersifat native elemet tetapi bahan galian bersatu atau
tergabung dengan unsur – unsur yang lain. Sebagai contoh emas dalam 1
ton batuan terdapat 5 gr emas.
Cenderung merusak lingkungan bukan berarti merusak lingkungan tetapi
berpotensi merusak lingkungan karena pada dasarnya lingkungan bekas
tambang tidak bisa dikembalikan sepeti 100 % lingkungan awal sebelum
kegiatan pertambangan.
Modal besar ( padat modal ) yaitu dalam dunia pertambangan pastinya
memerlukan dana atau modal yang besar dalam memulai usaha dalam
dunia pertambangan.
Resiko Banyak dan besar ( padat resiko ) yaitu dalam dunia pertambangan
pastinya memilki resiko baik sebelum atau ketika memulai kegiatan
pertambangan.
GOOD MINING PRACTICE
Tata Cara Penambangan Yang Baik - Good Mining Practice (GMP) memang
menjadi satu hal yang banyak diterapkan di dunia pertambangan, teknik
pertambangan
yang
baik
(GMP)
memberikan
banyak
manfaat
bagi
keberlangsungan industri pertambangan. Dengan menerapkan Good Mining
Practice, maka perusahaan pertambangan akan fokus pada 5 aspek yang ada
dalam GMP ini.
Sesuai dengan UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, ada 5 aspek yang perlu dilaksanakan dalam Good mining Practice
(GMP) yaitu:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan (K3 Pertambangan)
2.
3.
Keselamatan Operasi Pertambangan (KO Pertambangan)
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pertambangan, Termasuk
Reklamasi dan Pasca Tambang
4. Upaya Konservasi Sumberdaya Mineral dan Batubara
5. Pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan bai cair,
padat, gas sampai memenuhi baku mutu lingkungan.
Jika melihat aspek yang tercantum dalam UU No 4 Tahun 2009, maka teknik
pertambangan yang baik (GMP) bukan hanya semata menata tambang menjadi
rapi, namun juga sangat memperhatikan aspek K3, KO dan Lingkungan, serta
Sustainable Mining dengan melakukan konservasi terhadap sumberdaya yang
ditambang.
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan
Teknik pertambangan yang baik (Good Mining Practice) dituntut untuk dapat
menjalankan kaidah keselamatan dan kesehatan kerja dengan memperhatikan
regulasi-regulasi yang ada untuk menjamin keselamatan pekerja. Perusahaan
diminta untuk melakukan pengelolaan terhadap operasional dengan cara:
1. Melakukan Identifikasi bahaya pada semua aktifitas yang akan dikerja
untuk dapat melakukan pengendalian yang tepat sehingga tidak
mengakibatkan kecelakaan.
2. Membuat prosedur operasi atau prosedur kerja yang mengatur tentang tata
cara kerja dengan memperhatikan aspek keselamatan kerja dan regulasi
yang berlaku.
3. Mengatur tentang tata cara kerja khusus seperti bekerja di ketinggian,
bekerja dalam ruang terbatas (confined space), bekerja di dekar air, dan
lain sebagainya.
4. Menetapkan dan memberikan Alat pelindung diri dan alat keselamatan
kepada pekerja
5. Melakukan pengelolaan terhadap lingkungan kerja
6. Melakukan Pengelolaan terhadap Kesehatan Kerja
Memastikan kompetensi pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu
melalui pendidikan dan pelatihan serta memasang tanda-tanda/rambu terkait
keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Keselamatan Operasi Pertambangan
Selain K3 Pertambangan, Aspek yang perlu diperhatikan dalam menerapkan
Teknik Pertambangan Yang Baik (Good Mining Practice) adalah Keselamatan
Operasi Pertambangan (KO Pertambangan).
Keselamatan
Operasi
Pertambangan
bertujuan
untuk
menjamin
dan
melindungi operasional tambang yang aman, efisien, dan produktif. Untuk
mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan beberapa upaya berikut:
1. Pengelolaan sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
2. Melakukan Pengamanan Instalasi (Kelistrikan, Hydraulic, Pneumatic, dan
lain-lain)
3. Menjamin Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan
Pertambangan
4. Memenuhi Kompetensi Teknik pekerja untuk dapat melakukan pekerjaan
dengan baik dan aman
5. Melakukan Evaluasi terhadap kajian teknis pertambangan
3. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Suatu industri pertambangan yang telah melaksanakan kaidah penambangan
yang baik (Good Mining Practice) harus senantiasa memperhatikan
keberlangsungan lingkungan hidup dengan tetap berwawasan lingkungan.
Segala mecam bentuk perijinan terkait lingkungan harus dipenuhi termasuk di
dalamnya adalah AMDAL atau UKL/UPL.
Aspek dampak pada setiap kegiatan harus dilakukan identifikasi serta perlu
dilakukan pengelolaan dan pemantauan dengan tujuan untuk memperkecil
dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Pengelolaan dan pemantauan yang
dilakukan dapat berupa:
1. Kualitas Air Sungai
2. Kualitas Udara
3. Emisi
4. Kebisingan dan Getaran
5. Potensi Air Asam Tambang
6. Keanekaragaman Flora dan Fauna
7. Kualitas Tanah
8. dan lain-lain
Selain itu, pengelolaan lahan bekas tambang juga perlu untuk dilakukan
termasuk
didalamnya
kegiatan
reklamasi
dan
pasca
tambang..
4. Konservasi Sumberdaya Mineral dan Batubara
Suatu perusahaan yang menerapkan Good Mining Practice juga perlu
memperhatikan ketersediaan sumberdaya yang ada, jika melihat sifat dasar
mineral dan batu bara yang merupakan sumberdaya yang tidak dapat
diperbaharui (non-renewable), maka perlu dilakukan konservasi agar industri
pertambangan tetap sustainable.
Sesuai dengan PP 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
pasal 25, bahwa pengawasan Konservasi sumberdaya Mineral dan Batubara
paling sedikit harus mencakup:
1. Recovery Penambangan dan Pengelolaan
2. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marginal
3. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara kualitas rendah dan mineral
kadar rendah
4. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral ikutan
5. Pendataan sumberdaya serta cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang
6. Pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan dan pemurnian
4. Pengelolaan Sisa Tambang (Padat, Cair, Gas) agar Sesuai Baku Mutu
Lingkungan
Untuk menjamin tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan, maka semua
sisa kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan pengelolaan sebelum
dilepas ke lingkungan. Pengelolaan dilakukan pada sisa tambang baik yang
berupa padat, cair, maupun gas.
Beberapa contoh pengelolaan sisa kegiatan usaha pertambangan adalah:
1. Pengelolaan Air sisa pekerjaan dan Air Asam Tambang
2. Pengelolaan PAF dan NAF
3. Pengelolaan Limbah B3
4. Pemantauan Emisi Gas Buang
5. dan lain-lain
Good Mining Practice - Tata cara penambangan yang baik (Good Mining
Practice) memberikan dampak yang besar bagi industri pertambangan, dengan
diterapkannya GMP akan sangat membantu industri pertambangan menjadi
berkelanjutan (sustainable mining). Mengingat bahwa mineral dan batubara
merupakan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui, maka suatu saat
kegiatan penambangan akan terhenti. Namun diharapkan manfaat yang
diberikan terus dapat dirasakan sampai kapanpun, oleh karena itu perlu
penerapan Good mining practice agar penambangan dapat dilaksanakan
dengan aman, efektif, dan produktif, serta kelestarian lingkungan tetap terjaga.
Aspek-aspek Good Mining Practice
1. Perizinan dan Aspek Legalitas Pertambangan yang baik adalah kegiatan
pertambangan yang mematuhi ketentuan hukum dan perundang-undangan
yang berlaku di daerah atau negara tempat aktivitas pertambangan tersebut
dilaksanakan. Dalam praktik pertambangan yang baik harus sinkron antara
kepentingan pembuat regulasi dan kepentingan pemegang izin usaha
pertambangan (IUP). Pemerintah harus mampu memberikan kepastian dan
kejelasan mengenai peraturan dan kebijakan pertambangan pada satu
sisi,sementara pemegang izin usaha pertambangan (IUP) harus mentaati
peraturan dan kebijakan yang berlaku di tempat tersebut pada sisi yang
lain.
2. Teknik Penambangan pada prinsipnya, teknik pertambangan yang baik
dapat dilakukan apabila didalam aktifitas pertambangan tersebut dilakukan
hal-hal sebagai berikut :
Eksplorasi harus dilaksanakan secara baik, benar dan memadai.
Perhitungan cadangan layak tambang harus ditetapkan dengan baik
(tingkatakurasi tinggi).
Studi geohidrologi, geoteknik dan metalurgi harus dilakukan secara
baik dan benar.
Studi kelayakan (feasibility study ) yang komprehensif dengan
didukung datayang cukup, perlu disusun dengan baik, termasuk
studi lingkungannya (AMDALatau UKL/UPL).
Teknik dan sistem tambang serta proses pengolahan/pemurnian
harusdirencanakan dan dilaksanakan secara baik (sistem tambang
pada material lepasdan padu sangat berbeda, demikian pula proses
pengolahannya)
Teknik konstruksi dan pemilihan peralatan harus tepat guna.
Sistem pengangkutan bahan tambang harus terencana baik,
termasuk pemilihanalat angkut dan alat berat lainnya.
Produksi hendaknya disesuaikan dengan jumlah ketersediaan
cadangan dan spesifikasi.
Program pasca tambang harus terencana dengan baik sebelum
seluruh aktifitas dihentikan. Pada pasca tambang harus segera
dilakukan kegiatan penataan dan reklamasi padalahan bekas
tambang
yang
disesuaikan
dengan
perencanaannya.
Pelaksanaanpenataan dan reklamasi sebaiknya mengacu pada
rencana tata ruang daerah yang bersangkutan dan disesuaikan
dengan kondisi lahan.
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Praktik pertambangan yang baik
sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya. Dalam hal
ini, perusahaan berkewajiban meliputi pembinaan, pelatihan atau
pendidikan dan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan yang berkaitan
dengan upaya meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal yang
dilakukan adalah dengan membuat regulasi dan penggunaan alat-alat
perlindungan diri (APD), agar terhindar dari kecelakaan yang sering
terjadi pada saat kerja.
4. Lingkungan Aktivitas pertambangan yang selalu menunjukkan kepedulian
terhadap dampak lingkungan. Tidak bisa seratus persen dihindari, tetapi
manfaatnya dimaksimalkan dan mudaratnya diminimalisir. Dalam
eksplorasi, perencanaan dan design produksi, pemilihan metode dan
teknologi, penempatan-penempatan bangunan pendukung,pengelolaan
tailing,
reklamasi
dan
pasca
eksploitasi
hendaknya
benar-
benarmemperhatikan aspek lingkungan.
5. Hak-hak MasyarakatKegiatan pertambangan diharapkan memberikan
manfaat yang sebesar-besarnyabagi masyarakat, memacu pertumbuhan
ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraanmasyarakat sekitar aktifitas
pertambangan dilakukan. Dengan program corporate social resposibility,
perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dapat mewujudkan
hak-hak masyarakat tersebut. Penutupan Tambang dan Pascatambang
Kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau
seluruhkegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan
alam dan fungsisosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
penambangan. Kegiatanpertambangan bersifat proyek, jadi ada jangka
waktu perhitungan yang jelas, makapasca tambang diharapkan mampu
memberikan manfaat berkelanjutan bagi social dan lingkungan sekitar
tambang.
Manfaat Penerapan Good Mining Praktice
Penerapan good mining practice akan memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagimasyarakat,
perusahaan,
pemerintah,
dan
lingkungan.
Perusahaan
mendapatkan keuntungan yang maksimal secara aman, masyarakat merasakan
peningkatan kesejateraannya, pemerintah tidak kesulitan dalam pengawasan dan
penerapan
peraturan,dan
lingkungan
masih
produktif.Sebaliknya
jika
pertambangan tidak dilakukan dengan baik dan benar, maka akan berakibat pada :
Kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan.
Hasil tambang tidak akan efisien dan ekonomis
Produksi akan tersendat / tidak lancar.
Kemungkinan terjadinya kecelakaan tambang akan tinggi.
Pengrusakan dan gangguan terhadap lingkungan akan timbul.
Terjadinya “pemborosan” bahan galian.
Pasca tambang akan mengalami kesulitan dan sulit penanganannya.
Semua pihak akan mendapat rugi (pemerintah, perusahaan dan
masyarakat).
Kegiatan pertambangan akan “dituding” sebagai suatu kegiatan yang
merusak Lingkungan
Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari uraian diatas adalah :
Aktifitas pertambangan tidak akan dinyatakan sebagai suatu kegiatan
“merusak lingkungan ”jika Praktek Pertambangan Yang Baik dan
Benar (Good Mining Practice) dapat diimplementasikan dengan penuh
kesadaran, terutama dari pelaku kegiatan /pelaku bisnis.
Dalam Implementasi Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar ini,
semua pihak(Pemerintah, Pelaku Bisnis dan Masyarakat) harus
berperan aktif dan salingmelakukan kontrol.
Bimbingan dan Pengawasan terutama dari unsur Birokrat, harus sudah
mulaidilaksanakan sejak pada tahap perencanaan sampai dengan tahap
pasca
tambang.Sedangkan
masyarakat
dapat
turut
membantu
melakukan pengawasan pada tahapkegiatan dilaksanakan sampai
dengan tahap pasca tambang.
B.
KARAKTERISTIK INDUSTRI PERTAMBANGAN
Pada hakekatnya industri pertambangan mempunyai karakteristik khusus di
banding dengan Industri umum lainnya, diantaranya:
1. Remote Location ( Jauh dari kota )
2. Cadangan tidak dapat ditentukan
3. Kadarnya sangat kecil
4. Cendrung merusak lingkungan
5. modal besar dengan pengembalian modal memakan waktu lama ( Padat
modal )
6. Resiko banyak dan besar ( padat resiko )
Remote Location/Jauh dari kota merupakan gambaran bahwa industri
pertambangan memilki akses yang cukup jauh dari kota.
Cadangan tidak dapat ditentukan maksud dari hal ini disadari bahwa
kepastian tentang cadangan yang dapat ditambang, baik dari segi jumlah
maupun kualitasnya, merupakan salah satu kunci utama bagi usaha
pertambangan. Mengingat sifat dari sumberdaya mineral yang tersebar
tidak merata baik secara kuantitatif maupun kualitatif, maka sistem
pengkavlingan tidak dapat dilakukan sebagaimana pada kawasan industri.
Kadarnya sangat kecil yaitu dalam hal pertambangan jarang ditemukan
bahan galian bersifat native elemet tetapi bahan galian bersatu atau
tergabung dengan unsur – unsur yang lain. Sebagai contoh emas dalam 1
ton batuan terdapat 5 gr emas.
Cenderung merusak lingkungan bukan berarti merusak lingkungan tetapi
berpotensi merusak lingkungan karena pada dasarnya lingkungan bekas
tambang tidak bisa dikembalikan sepeti 100 % lingkungan awal sebelum
kegiatan pertambangan.
Modal besar ( padat modal ) yaitu dalam dunia pertambangan pastinya
memerlukan dana atau modal yang besar dalam memulai usaha dalam
dunia pertambangan.
Resiko Banyak dan besar ( padat resiko ) yaitu dalam dunia pertambangan
pastinya memilki resiko baik sebelum atau ketika memulai kegiatan
pertambangan.