Manusia sebagai Makhluk Berbudaya dan Be

Manusia sebagai Makhluk Berbudaya dan Beradab

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

Astuti Dewi (E1M012004)
Fadliylatum Mardliyah (E1M012019)
Nurmal Wanida (E1M012052)
Rena Iswari(E1M012054)

PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas ilmu
sosial dan budaya dasar. Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan mengenai manusia sebagai makhluk berbudaya dan beradab. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hamidsyukrie ZM, M.Hum selaku dosen mata

kuliah ilmu sosial dan budaya dasar yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan
makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih
dan semoga karya tulis ini bermanfaat untuk kami dan untuk pembaca.
Mataram, 20 Maret 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………….………….

i

DAFTAR ISI…………………………………………………….…


ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………

1

1. Latar Belakang…………………………….…….……….
2. Rumusan Masalah………………………………………..
3. Tujuan……………………………………….……………

1
1
1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………..……..

4

1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pengertian Manusia ………………………………………
Pengertian budaya dan kebudayaan ……………………..
Manusia sebagai makhluk berbudaya……………………
Nilai-nilai kebudayaan…………………………………….
Problematika kebudayaan………………………………..
Manusia sebagai makhluk beradab……………………….
Globalisasi sebagai fenomena dalam peradaban…………
Peradaban Indonesia……………………………………..
Wujud dan perkembangan peradaban……………………

4
8

12

10. Problematika peradaban………………………………….
BAGIAN III PENUTUP………………………………….….….…

19

1. Kesimpulan……………………………………………
2. Saran

19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….. 20

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa

mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya
manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang
berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi
ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Dengan
berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya. Manusia
berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia menjalani hidup sesuai dengan adab-adab yang
diterapkan di lingkungan sekitar. Oleh karenanya, manusia harus bersosialisasi dan
memenuhi adab-adab yang telah disosialisasikan oleh orang-orang sebelumnya. Orang-orang
yang tidak menjalankan atau menentang adab yang berlaku akan dianggap manusia yang
biadab. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan peradaban, terjadilah evolusi budaya
yang menyebabkan beberapa problematika yang harus kita kaji dan pikirkan bersama
solusinya.

1. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat manusia sebagai makhluk berbudaya dan beradab?
2. Apa yang dimaksud manusia yang beradab dan biadab?


3. Apa saja problematika manusia sebagai makhluk berbudaya dan beradab?

1. Tujuan
1. Mengetahui lebih dalam hakikat manusia sebagai makhluk berbudaya dan
beradab.
2. Mengetahui perkembangan manusia sebagai makhluk yang beradab.
3. Mengetahui problematika yang bergulir berkaitan dengan manusia sebagai
makhluk yang berbudaya dan beradab.
4. Mengetahui dan merancang solusi dari problematika yang timbul berkaitan
dengan manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Manusia

Secara bahasa, manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain). Secara istilah, manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah
gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya

dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism).
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat
dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika,
tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.

1. Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta “Buddhayah “ , yang merupakan bentuk jamak
dari kata “Buddhi” yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat
diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budhi atau akal”. Daya dari budi yang
berupa cipta, karsa dan rasa.
Culture, merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari
kata latin “colere” yang berarti mengolah atau mengerjakan (Mengolah tanah atau bertani).
Dari asal arti tersebut yaitu “colere” kemudian “culture” diartikan sebagai segala daya dan
kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam. Kebudayaan adalah hasil dari cipta,
rasa dan karsa.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.


Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda
yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan bendabenda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Adapun pengertian kebudayaan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
 Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski : mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah ”Cultural-Determinism”.
 Herskovits : memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai ”superorganic”.
 Menurut Andreas Eppink, : kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,
religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
 Menurut Edward Burnett Tylor : kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat.

 Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi : kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu
bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lainlain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

1. Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain
adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik,
benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran
dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Berbudaya merupakan kelebihan manusia dibanding mahluk lain. Manusia adalah makhluk
yang paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab untuk mengelola bumi. Oleh karena itu manusia harus menguasai segala


sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung
jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan
tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus
mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan
Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya.
Kebudayaan merupakan perangkat yang ampuh dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat
berkembang dan dikembangkan melalui sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya.
Banyak pengertian tentang budaya atau kebudayaan. Kroeber dan Kluckholn (1952)
menginventarisasi lebih dari 160 definisi tentang kebudayaan, namun pada dasarnya tidak
terdapat perbedaan yang bersifat prinsip
Berbeda dengan binatang, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena
kemampuan dari manusia untuk belajar dan beradaptasi dengan apa yang telah dipelajarinya.
Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.
Kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya. Manusia
berbeda dengan binatang, bukan saja dalam banyaknya kebutuhan, namun juga dalam cara
memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah yang memberikan garis pemisah antara
manusia dan binatang .
Ketidakmampuan manusia untuk bertindak instingtif diimbangi oleh kemampuan lain yakni

kemampuan untuk belajar, berkomunikasi dan menguasai objek-objek yang bersifat fisik.
Kemampuan untuk belajar dimungkinkan oleh berkembangnya inteligensi dan cara berfikir
simbolik. Terlebih lagi manusia mempunyai budi yang merupakan pola kejiwaan yang di
dalamnya terkandung dorongan-dorongan hidup yang dasar, insting, perasaan, dengan
pikiran, kemauan dan hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan
memberi penilaian terhadap obyek dan kejadian.

Hakikat kodrat manusia itu adalah :
1)

sebagai individu yang berdiri sendiri (memiliki cipta, rasa, dan karsa).

2)
sebagai makhluk sosial yang terikat kepada lingkungannya (lingkungan sosial,
ekonomi, politik, budaya dan alam), dan
3)
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Perbuatan-perbuatan baik manusia haruslah sejalan
dan sesuai dengan hakikat kodratinya.

Manusia dipandang mulia atau terhina tidak berdasarkan aspek fisiologisnya. Aspek fisik
bukanlah tolak ukur bagi derajat kemanusiaannya.
Hakikat kodrati manusia tersebut mencerminkan kelebihannya dibanding mahluk lain.
Manusia adalah makhluk berpikir yang bijaksana (homo sapiens), manusia sebagai pembuat
alat karena sadar keterbatasan inderanya sehingga memerlukan instrumen (homo faber),

manusia mampu berbicara (homo languens), manusia dapat bermasyarakat (homo socious)
dan berbudaya (homo humanis), manusia mampu mengadakan usaha (homo economicus),
serta manusia berkepercayaan dan beragama (homo religious), sedangkan hewan memiliki
daya pikir terbatas dan benda mati cenderung tidak memliki perilaku dan tunduk pada
hukum alam.
Manusia juga harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal
dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan
yang berlandaskan ketuhanan. Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang
sebagai “motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah
memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan memberi
nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.
Kebudayaan yang diciptakan dan dimiliki oleh manusia mencerminkan pribadi manusia
sebagai mahluk ciptaan yang paling sempurna diantara yang lainnya. Kebudayaan yang terus
berkembang di kehidupan bermasyarakat dapat menjadi suatu tolak ukur dalam melihat
betapa berbudayanya masyarakat di dalam suatu Negara.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kualitas manusia pada suatu negara akan
menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut, begitu pula pendidikan yang
tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari
pendidikan suatu bangsa.

1. Nilai-Nilai Kebudayaan
Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu
kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat
dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi
atau sedang terjadi.
1. Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ‘ethos’ yang berarti adat kebiasaan atau
akhlak yang baik. Etika adalah ilmu tentang kebiasaan perilaku yang baik . Kebudayaan
merupakan induk dari berbagai macam pranata yang dimiliki manusia dalam hidup
bermasyarakat. Etika merupakan bagian dari kompleksitas unsur-unsur kebudayaan. Ukuran
etis dan tidak etis merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan. Manusia membutuhkan
kebudayaan, yang didalamnya terdapat unsur etika, untuk bisa menjaga kelangsungan hidup.
Manusia yang berbudaya adalah manusia yang menjaga tata aturan hidup.
Etika dapat diciptakan, tetapi masyarakat yang beretika dan berbudaya hanya dapat
diciptakan dengan beberapa persyaratan dasar, yang membutuhkan dukungan-dukungan,
seperti dukungan politik, kebijakan, kepemimpinan dan keberanian mengambil keputusan,
serta pelaksanaan secara konsekuen. Selain itu dibutuhkan pula ruang akomodasi, baik lokal
maupun nasional di mana etika diterapkan, pengawasan, pengamatan, dan adanya pihakpihak yang memelihara kehidupan etika. Kesadaran etis bisa tumbuh karena disertai
akomodasi.

Etika (kesusilaaan) lahir karena kesadaraan akan adannya naluri-solidaritas sejenis pada
makhluk hidup untuk melestarikan kehidupannya,kemudian pada manusia etika ini menjadi
kesadaran sosial ,memberi rasa tanggungjawab dan bila terpenuhi akan menjelma menjadi
rasa bahagia.(A.A Djelantik,Estetika Sebuah Pengantar.hal-4).
Pada manusia yang bermasyarakat etika ini berfungsi untuk mempertahankan kehidupan
kelompok dan individu.Pada awalnya Etika dikenal pada sekelompok manusia yang sudah
memiliki peradaban lebih tinggi.Terdapat proses indrawi yang diperoleh secara visual dan
akustik(instrumental).
Keduanya (proses indrawivisual dan akustik) mengambil peran tambahan melakukan fungsifungsi yang jauh lebih tinggi,bukan hanya melakukan fungsi vital , tetapi telah melibatkan
proses-proses yang terjadi dalam budi dan intelektualitas dan lebih bertujuan untuk memberi
pengetahuan dan kebahagiaan jasmani dan ruhani. .(A.A Djelantik,Estetika Sebuah
Pengantar.hal-3).

1. Estetika
Estetika adalah ilmu yang menelaah dan membahas aspek-aspek keindahan sesuatu, yaitu
mengenai rasa, sifat, norma, cara menanggapi, dan cara membandingkannya dengan
menggunakan penilaian perasaan
Istilah Estetika dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714 – 1762) melalui
beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan.(Encarta Encyclopedia
2001, 1999) Baumgarten menggunakan istilah estetika untuk membedakan antara
pengetahuan intelektual dan pengetahuan indrawi. Dengan melihat bahwa istilah estetika baru
muncul pada abad 18, maka pemahaman tentang keindahan sendiri harus dibedakan dengan
pengertian estetik.
Berbudaya, selain didasarkan pada etika juga terkandung estetika di dalamnya. Jika etika
menyangkut analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab, estetika membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang
bisa merasakannya .
Manfaat nilai etika dan estetika kebudayaan bagi kehidupan masyarakat adalah menyadari
bahwa mempertahankan dan menyelamatkan kebudayaan suatu daerah atau bangsa harus
diletakkan di paling awal . Dan menjadikan nilai kebudayaan sebagai acuan untuk menempuh
kehidupan masa depan masyarakat, dengan terus melakukan kontekstualisasi dan aktualisasi
pada berbagai dinamika zaman. Masyarakat harus bisa menyaring kebudayaan baru dengan
tetap memprioritaskan kebudayaan asal mereka jangan samapai kebudayaan kita hilang hanya
dikarenakan adanya budaya baru yang kita anggap lebih maju di banding budaya kita sendiri
dan agar menjadi masyarakat yang berbudaya.

1. Moral

Moral adalah kebiasaan berbuat baik. Orang dikatakan bermoral apabila dapat mewujudkan
kodratnya untuk berbuat baik, jujur, dan adil dalam tindakannya.
Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki dua macam sistem budaya yang samasama harus dipelihara dan dikembangkan, yakni sistem budaya nasional dan sistem budaya
etnik lokal. Sistem budaya nasional adalah sesuatu yang relatif baru dan sedang berada dalam
proses pembentukannya. Sistem ini berlaku secara umum untuk seluruh bangsa Indonesia,
tetapi sekaligus berada di luar ikatan budaya etnik lokal.
Nilai-nilai budaya yang terbentuk dalam sistem budaya nasional bersifat prospektif, misalnya
kepercayaan religius kepada Tuhan Yang Maha Esa; pencarian kebenaran duniawi melalui
jalan ilmiah; penghargaan yang tinggi atas kreativitas dan inovasi, efisiensi tindakan dan
waktu; penghargaan terhadap sesama atas dasar prestasinya lebih daripada atas dasar
kedudukannya; penghargaan yang tinggi kepada kedaulatan rakyat; serta toleransi dan
simpati terhadap budaya suku bangsa yang bukan suku bangsanya sendiri.
Nilai-nilai tersebut menjadi bercitra Indonesia karena dipadu dengan nilai-nilai lain dari nilainilai budaya lama yang terdapat dalam berbagai sistem budaya etnik lokal. Kearifan-kearifan
lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pernbentukan jatidiri bangsa
secara nasional. Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat suatu budaya bangsa memiliki
akar. Budaya etnik lokal seringkali berfungsi sebagai sumber atau acuan bagi penciptaanpenciptaan baru, seperti dalam bahasa, seni, tata masyarakat, dan teknologi, yang kemudian
ditampilkan dalam perikehidupan lintas budaya.
Kebudayaan di Indonesia sangat beragam karena memiliki banyak perbedaan antar manusia
yang berada di tanah inonesia, namun Indonesia mempunyai semboyan bhineka tunggal ika
yang diartikan walaupun berbeda – beda tetapi tetap satu . pada setiap daerah memiliki adat
istiadat yang berbeda – beda pula, itulah yang membedakan aturan – aturan di tiap daerah .
seperti suku asmat di papua dengan pakaian khas bagi kaum laki laki yang menggunakan
koteka dan bahkan penduduknya ada juga yang tidak memakai busana, tetapi hal itu tidak di
langgar karena sudah menjadi tradisi disana . apabila hal seperti itu ada di daerah Jakarta
sudah dapat dipastikan sudah melanggar aturan hukum yang berlaku . Seperti itulah mengapa
peraturan di setiap daerah di Indonesia cukup beragam . budaya di Indonesia sangat kuat
karena adanya budaya yang turun – temurun dari nenek moyang hingga sekarang . dan masih
banyak acara adat di berbagai daerah untuk melestarikan budayanya masing – masing
daerah .
Perilaku manusia berbudaya adalah perilaku yang dijalankan sesuai dengan moral, normanorma yang berlaku dimasyarakat, sesuai dengan perintah di setiap agama yang diyakini, Dan
sesuai dengan hukum Negara yang berlaku. Dalam berperilaku, manusia yang berbudaya
tidak menjalankan sikap-sikap atau tindakan yang menyinpang dari peraturan-peraturan baik
berupa norma- norma yang ada di masyarakat maupun hokum yang berlaku.
Oleh karena itu sifat manusia yang berbudaya itu yang harus dimiliki setiap manusia
khususnya bangsa Indonesia yang dikenali sebagai Negara yang besar dengan banyaknya
budaya yang dimiliki. Jadilah manusia yang memiliki budaya yang tinggi yang menjadikan
manusia tersebut sebagai manusia yang berbudaya dan tentu manusia yang berbudaya itu
pasti juga manusia yang berpendidikan, akan tetapi sebaliknya manusia yang berpendidikan
itu belum tentu dia manusia yang berbudaya. Banyak contoh di negara ini manusia yang
pintar atau berpendidikan yang melakukan banyak tindak kejahatan atau menyimpang

contohnya seperti korupsi. Itu semua terjadi karena mereka tidak menjadi manusia yang
berbudaya Dan akibatnya mereka tidak memiliki moral, kejujuran, Dan rasa tanggung jawab.
Karena itu jadilah manusia yang berbudaya. Dengan menjadi manusia yang berbudaya maka
masyarakat akan memiliki sikap yang berakal budi, bermoral, sopan dan santun dalam
menjalani kehidupan diri sendiri ataupun berbangsa dan bernegara. Sikap Dan sifat manusia
yang berbudaya itu juga yang akan menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang besar yang
memiliki jati diri sendiri sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat.

1. Problematika Kebudayaan
Kebudayaan mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai
pemilik kebudayaan, dan adanya budaya dari luar yang teradang kita langsung menerima dan
menerapkan pada diri dan kehidupan kita tanpa berfikir panjang dengan resiko efek ke
kebudayan kita sendiri. Ini lah beberapa contoh problematika kebudayaan:
1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Dalam hal ini, kebudayaan tidak dapat bergerak atau berubah karena adanya pandangan
hidup dan sistem kepercayaan yang sangat kental, karena kuatnya kepercayaan sekelompok
orang dengan kebudayaannya mengakibatkan mereka tertutup pada dunia luar dan tidak mau
menerima pemikiran-pemikiran dari luar walaupun pemikiran yang baru ini lebih baik
daripada pemikiran mereka. Sebagai contoh dapat kita lihat bahwa orang jawa tidak mau
meninggalkan kampung halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup
mereka umumnya miskin.
1.

Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi atau sudut pandang.

Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi dan sudut pandang ini dapat
terjadi antara masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Sebagai contoh dapat kita lihat
banyak masyarakat yang tidak setuju dengan program KB yang dicanangkan pemerintah
yang salah satu tujuannya untuk mengatasi kemiskinan dan kepadatan penduduk, karena
masyarakat beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam sering
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa
ditempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka
ditempat yang lama.
1.

Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.

Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan
masyarakat luar cendrung memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas, mereka seolah-olah
tertutup untuk menerima program-program pembangunan.
1. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.

Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa sehingga
menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki
secara turun-temurun.
1. Sikap etnosentrisme.
Sikap etnosentris adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsa sendiri dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap seperti ini akan memicu timbulnya
pertentangan-pertentangan suku, ras, agama, dan antar golongan. Kebudayaan yang beraneka
ragam yang berkembang disuatu wilayah seperti Indonesia terkadang menimbulkan sikap
etnosentris yang dapat menimbulkan perpecahan.
1.

Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering disalah gunakan oleh
manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia
bukan untuk melestarikan suatu generasi, dan obat-obatan yang diciptakan untuk
kesehatan tetapi dalam penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru
mengganggu kesehatan manusia.
2. Pewarisan kebudayaan.
Dalam hal pewarisan kebudayaan bisa muncul masalah antara lain, sesuai atau tidaknya
budaya warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan generasi
penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru yang tidak lagi
sesuai dengan budaya warisan.
Dalam suatu kasus, ditemukan generasi muda menolak budaya yang hendak diwariskan oleh
pendahulunya. Budaya itu dianggap tidak lagi sesuai dengan kepentingan hidup generasi
tersebut, bahkan dianggap bertolak belakang dengan nilai-nilai budaya yang baru diterima
sekarang ini.
1.

Perubahan kebudayaan.

Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah antara lain perubahan akan
merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regress (kemunduran) bukan progress
(kemajuan), perubahan bisa berdampak buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui
revolusi, berlangsung cepat, dan diluar kendali manusia.
1.

Penyebaran kebudayaan.

Penyebaran kebudayaan (difusi) bisa menimbulkan masalah, masyarakat penerima akan
kehilangan nilai-nilai budaya lokal sebagai akibat kuatnya budaya asing yang masuk. Contoh
globalisasi budaya yang bersumber dari kebudayaan Barat pada era sekarang ini adalah
masuknya nilai-nilai budaya global yang dapat memberi dampak negatif bagi perilaku
sebagian masyarakat Indonesia. Misalnya pola hidup konsumtif, hedonisme, pragmatis, dan
induvidualistik. Akibatnya nilai-nilai asli kebudayaan bangsa seperti rasa kebersamaan dan
kekeluargaan lambat laun bisa hilang dari masyarakat Indonesia.

1. Manusia Sebagai Makhluk Beradab
Pengertian adab menurut bahasa ialah kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti dan
akhlak. Adapun menurut M. Sastra Praja, adab yaitu tata cara hidup, penghalusan atau
kemuliaan kebudayaan manusia. Sedangkan menurut istilah, adab ialah “Adab ialah suatu
ibarat tentang pengetahuan yang dapat menjaga diri dari segala sifat yang salah”.
Manusia beradab adalah yang berpendidikan, sopan, dan berbudaya yang berahlak,
berkesopanan dan berbudi pekerti halus. Peradaban berasal dari kata ‘adab’ yang berarti
kesopanan, kehormatan, budi bahasa dan etiket. Peradaban dapat diartikan pula hasil
perkembangan budaya yang ciri khas milik sesuatu masyarakat, tahapan yang tinggi pada
skala evolusi budaya mengacu pada perbedaan antara manusia beradab terhadap mereka yang
biadab. Istilah peradaban juga digunakan untuk menyebut kebudayaan yang mempunyai
sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, system kenegaraan, dan ilmu pengetahuan yang
maju dan kompleks.
Manusia beradab karena dalam jiwanya dilengkapi dengan akal, nurani, dan kehendak.
1. Akal berfungsi sebagai alat pikir dan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Nurani berfungsi sebagai alat merasa, menentukan kata hati dan sumber kesenian.
3. Kehendak berfungsi sebagai alat memutus, menentukan kebutuhan, dan sumber
kegunaan.
Masyarakat yang beradab dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang mempunyai
sopan santun dan kebaikan budi pekerti. Atau dapat pula diartikan sebagai masyarakat yang
santun dan telah maju tingkat kehidupan lahir batinnya. Segala sesuatu yang dinilai maju
dalam aspek kehidupan lahir batin suatu masyarakat perlu selalu dipelihara dan
dikembangkan, walaupun perlu dipahami bahwa beberapa nilai yang dianut masyarakat
selalu berubah atau berkembang. Dalam proses estafet antar generasi selalu terdapat friksi,
disamping adanya pengaruh globalisasi atau segala aspek kehidupan yang padat
menimbulkan gangguan dan peluang untuk mangembangkan peradaban masyarakat. Tingkat
peradaban suatu masyarakat bangsa dapat diukur atau diklasi – fikasikan dengan berbagai
cara. Pada umumnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan kesejahteraan sosial,
ekonomi, meliputi berbagai fasetnya dengan menggunakan indikator-indikator sosial dan
ekonomi.
Ketenangan, kenyamanan, ketentraman, dan kedamaian sebagai makna hakiki manusia
beradab dan dalam pengertian lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan
pribadi dan kepentingan umum.
Orang yang tidak beradab adalah orang yang tidak mempedulikan adab (kesopanan). Orang
yang bertingkah laku, bertutur kata, dan berpakaian yang tidak sesuai dengan norma
masyarakat maupun norma agama, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang
tidak beradab. Kehilangan tata karma dan mengerjakan segala sesuatu berdasarkan keinginan
nafsu, tak bisa memimpin diri sendiri, tak beretika, dan membiarkan diri tetap terpuruk dalam
kekurangajaran. Manusia tak beradab, berpendidikan tinggi, namun tak punya kuasa untuk
menyetir akal, dan hanya bisa menjadi budak hawa nafsu. Mengetahui perihal yang baik
namun lebih memilih untuk menjadi manusia yang hina. Harga diri dipertaruhkan hanya
untuk memuaskan nafsu, harga diri bukan lagi menjadi barang mahal, harga diri dalam

kesendirian maupun di ruang publik tidak ada lagi perbedaannya. Semua adalah tempat untuk
pemuasan nafsu.
Manusia tak beradab, berada di tengah ketinggian peradaban, namun moral jahiliyah, moral
yang lebih hina dari masyarakat jahiliyah. Manusia tak beradab, orang yang mempunyai
ilmu yang banyak, wawasan yang luas, tapi tetap tak beradab, hanya menjadi tunggangan
hawa nafsu.
Peradaban adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebutkan bagian-bagian atau
unsur kebudayaan yang dianggap halus, indah dan maju. Konsep kebudayaan adalah
perkembagan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang tercermin dalam tingkat
intelektual, keindahan, teknologi, spiritual yang terlihat pada masyarakatnya. Kebudayaan
bersifat dinamis. Oleh sebab itu ia dapat mengalami perubahan atau pergeseran. Faktor utama
dalam perubahan ini adalah adanya globalisasi.

1. Globalisasi Sebagai Fenomena dalam Peradaban
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus
dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran
teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini.
Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai
tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Wacana globalisasi sebagai sebuah
proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia
mampu mengubah dunia secara mendasar.
Globalisasi sebagai fenomena abad sekarang memberi implikasi yang luas bagi semua bangsa
dan masyarakat internasional. Dengan didukung teknologi komunikasi dan transportasi yang
canggih, dampak globalisasi akan sangat luas dan kompleks. Akibatnya, akn mengubah pola
pikir, sikap, dan tingkah laku manusia. Hal seperti ini kemungkinan dapat mengakubatkan
perubahan aspek kehidupan yang lain, seperti hubungan kekeluargaan, kemasyarakatan,
kebangsaan, atau secara umum berpengaruh pada sistem budaya bangsa.
Globalisasi memberi pengaruh dalam berbagai kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan pertahanan. Pengaruh globalisasi terhadap ideologi dan politik adalah akan
semakin menguatnya pengaruh ideologi liberal dalam perpolitikan negara-negara
berkembang yang ditandai menguatnya ide kebebaan dan demokrasi. Pengaruh globalisasi
dibidang politik, antara lain membawa internasionalisasi dan penyebaran pemikiran serta
nilai-nilai demokratis termasuk didalamnya hak asasi manusia.
Pengaruh globalisasi terhadap ekonomi antara lain menguatnya kapitalisme dan pasar bebas.
Hal ini ditunjukkan dengan semakin tumbuhnya perusahaan-perusahaan transnasional yang
beroperasi tanp mengenal batas-batas negara. Kapitalisme juga menuntut adanya ekonomi
pasar yang lebih bebas untuk mempertinggi asas manfaat, kewiraswastaan, akumulasi modal,
membuat keuntungan, serta manajemen yang rasional.
Pengaruh globalisasi terhadap sosila budaya akan masuknya nilai-nilai dari peradaban lain.
Hal ini berakibat timbulnya erosi nilai-nilai sosial budaya suatu bangsa yang menjadi jati

dirinya. Pengaruh ini semakin lancar dengan pesatnya media informasi dan komunikasi,
seperti televisi, komputer, satelit, internet, dan sebagainya.
Globalisasi juga memeberikan dampak terhadap pertahanan dan keamanan negara.
Menyebarnya perdagangan dan industri di seluruh dunia akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya konflik kepentingan dan dapat mengganggu keamanan bangsa.

1. Peradaban Di Indonesia
Problematika peradaban di Indonesia yang timbul akibat globalisasi diantaranya dapat dilihat
dalam bidang bahasa, kesenian, juga yang terpenting- kehidupan sosial. Akibat
perkembangan teknologi yang begitu pesat, terjadi transkultur dalam kesenian tradisional
Indonesia. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah
kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Dengan teknologi informasi yang
semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi banyak alternatif tawaran hiburan dan
informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan
kesenian tradisional kita. Dengan televisi,masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan
hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.
Hal ini menyebabkan terpinggirkannya kesenian asli Indonesia. Misalnya saja kesenian
tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta
kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat
wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan
pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik..
Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di
Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk
merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi.
Kehidupan sosial juga merupakan salah satu unsur pembentuk peradaban yang banyak
dipengaruhi oleh globalisasi. Dimensi nilai dalam kehidupan yang sebelumnya berdasarkan
pada konsep kolektifisme kini berubah menjadi individualisme. Manusia tidak lagi merasa
senasib, sepenanggungan dengan manusia lainnya (seperti pada zaman perjuangan)
dikarenakan perkembangan teknologi dan informasi menuntut mereka untuk saling
berkompetisi dalam memenuhi kebutuhan hidup yang semakin mendesak. Hal ini juga
berdampak pada berkurangnya kontak sosial antara sesama manusia dalam konteks hubungan
kemasyarakatan.
Contoh lain adalah kenyataan bahwa kebutuhan ekonomi semakin meningkat, atau dengan
kata lain masyarakat menjadi lebih konsumtif dan cenderung memiliki gaya hidup hedonis
yang lebih suka bersenang-senang.
Problematika peradaban yang penting lainnya adalah adanya kemungkinan punahnya suatu
bahasa di daerah tertentu disebabkan penutur bahasanya telah “terkontaminasi” oleh
pengaruh globalisasi. Contoh kasusnya ialah seperti yang terjadi di Sumatera Barat. Di daerah
ini sering kali kita temukan percampuran bahasa (code mixing) yang biasanya dituturkan oleh
anak muda di Sumater Barat, seperti pencampuran Bahasa Betawi dan Minang dalam

percakapan sehari-hari (kama lu?, gak tau gua do,dan lain-lain). Hal ini jelas mengancam
eksistensi bahasa di suatu daerah.

1. Wujud dan Perkembangan Peradaban
Tiga Periodisasi Peradaban (Alvin Tofler) yaitu gelombang perubahan dari meramu (food
gathering) menjadi budaya cocok tanam (peradaban pertanian) kehidupan manusia menjadi
menetap, peradaban industri, peradaban informasi. Evolusi Budaya dan Tahapan Peradaban
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Gelombang pertama sebagai tahap peradaban pertanian, dimana dimulai kehidupan
baru dari budaya meramu ke bercocok tanam. ( revolusi agraris). Mengalami
perkembangan pesat yang disebut evolusi hijau (green revolution). Pada masa ini
terjadi perkembangan teknologi pertanian (dikembangkannya bibit unggul,
pemupukan, pembasmian hama dan mekanisasi)
Pada masa ini terjadi perubahan kehidupan manusia yang berarti dengan ditemukannya
berbagai alat dan pesawat 1769 James Watt – mesin uapnya, Thomas Alpha Edison –lampu
pijarnya. Kondisi tadi menjembatani untuk masuk ke gelombang kedua peradaban industry
yang menguasai dunia barat dan jepang menyusul 4 negara asia (the four tiger) : Korea
Selatan, Taiwan, Singapore, Hongkong.
1. Gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin uap, energi
listrik, mesin untuk mobil dan pesawat terbang. (revolusi industri). Perkembangan
IPTEK industri sangat berpengaruh pada perkembangan bidang elektronik .
Kemajuan media elektronik berpengaruh pada penyebaran informasi yg cepat di
seluruh dunia. Perkembangan microchip membawa teknologi dunia. Kehidupan
budaya memasuki era revolusi komunikasi, revolusi informasi.
2. Gelombang ketiga sebagai tahap peradaban informasi. Penemuan TI dan komunikasi
dengan komputer atau alat komunikasi digital. Jepang sudah sampai pada level “the
age high mass consumption”, Komputer, internet, satelit . Hal yang menarik dikenal
Budaya kegagalan adalah aib. Pada era ini, kerja pikiran menjadi tuntutan dalam
rangka membuat program dan memanfaatkan program baik untuk mencapai
informasi, menyimpan maupun untuk menyebarkan informasi tersebut.

Wujud dari peradaban dapat berupa :
1. Moral : nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan.
2. Norma : aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu
benar atau salah, baik atau buruk.
3. Etika : nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi
pegangan dalam megatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etiket,
sopan santun.
4. Estetika : berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan,
mencakup kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast).

1. Problematika Peradaban
1. Kemajuan IPTEK Bagi Peradaban Manusia
Secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi
sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia
dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau
membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia.
Sedangkan menurut Jaques Ellul (1967: 1967 xxv) memberi arti teknologi sebagai”
keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap
bidang kegiatan manusia”Pengertian teknologi secara umum adalah:
1. Proses yang meningkatkan nilai tambah
2. Produk yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja
3. Struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembamngkan dan
digunakan
Sedangkan dampak adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh sesuatu. Jadi
dampak teknologi adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu teknologi, bisa akibat baik bisa
juga akibat buruk dalam kehidupan manusia.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan
ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan.
Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia.
Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia.
Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa
oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun demikian,
walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga juga
memungkinkan digunakan untuk hal negatif. Karena itu pada makalah ini kami membuat
dampak-dampak positif dan negatif dari kemajuan teknologi dalam kehidupan manusia

2. Dampak Globalisasi Bagi Peradaban Manusia
1. Dampak Positif
1. Perubahan Tata Nilai dan Sikap adanya modernisasi dan globalisasi dalam
budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikapmasyarakat yang
semua irasional menjadi rasional
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan berkembangnya
ilmupengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam
beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
3. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik Dibukanya industri yang memproduksi
alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggihmerupakan salah satu usaha
mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

1. Dampak Negatif
Dampak negatif modernisasidanglobalisasiadalah sebagai berikut.
1. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan
masyarakatmelimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang
dengan banyak pilihan yang ada.
1. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak
lagimembutuhkanorang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka
adalah makhluk sosial
1. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia.Budayanegatif yang
mulaimenggeser budayaasli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan
bebasremaja,dan lain-lain.
1. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitasmasyarakathanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti
arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara
individudengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangansosial

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain
adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik,

benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran
dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.
Problematika kebudayaan dan peradaban timbul akibat globalisasi diantaranya dapat dilihat
dalam bidang bahasa, kesenian, juga yang terpenting- kehidupan sosial. Akibat
perkembangan teknologi yang begitu pesat, terjadi transkultur dalam kesenian tradisional
Indonesia.