MAKALAH HUKUM DAGANG PERSEROAN TERBATAS

MAKALAH HUKUM DAGANG
PERSEROAN TERBATAS (PT)
A. Latar Belakang
Istilah Perseroan Terbatas (PT) dulunya dikenal dengan istilah Naamloze Vennootschap
(NV).

Istilah lainnya Corporate Limited (Co. Ltd.), Serikat Dagang Benhard (SDN

BHD).
Pengertian Perseroan Terbatas terdiri dari dua kata, yakni “perseroan” dan
“terbatas”.Perseroan merujuk kepada modal PT yang terdiri dari sero-sero atau
saham-saham.

Adapun kata terbatas merujuk kepada pemegang yang luasnya hanya

sebatas pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya.
Berdasarkan

Pasal 1 UUPT No. 40/2007 pengertian Perseroan Terbatas (Perseroan)

adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta
peraturan pelaksanaannya.

B. Unsur-unsur PT
Berdasarkan pengertian tersebut maka untuk dapat disebut sebagai perusahaan PT
menurut UU PT harus memenuhi

unsur-unsur:

a) Merupakan Badan Hukum.
Pasal 1 ayat 1 tentang pengertian Perseroan terbatas memberikan syarat untuk
mendirikan Perseroan terbatas adalah suatu badan hukum, atau manusia semu
ataupun merupakan suatu badan intelektual. Konsekuensi yuridisnya adalah
bahwa suatu perseroan terbatas wewenang bertindak untuk dan atas nama
sendiri, bertanggung jawab sendiri secara hukum memiliki harta kekayaan
sendiri, dan mempunyai pengurus yang akan bertindak untuk dan atas nama
perseroan tersebut (Richard B Simatupang , 2007 : 2). Pada prinsipnya yang
bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perseroan adalah
perseroan itu sendiri selaku badan hukum.Dengan beberapa pengecualian, pihak


direksi, komisaris atau pemegang saham tidak dapat dimintai tanggung jawab
pribadi atas tindakan hukum yang dillakukan oleh perseroan.

b) Dasarnya adalah perjanjian
Pada prinsipnya, suatu perseroan terbatas oleh hukum dianggap sebagai suatu
perjanjian, sehingga perjanjian inilah yang menjadi dasar bagi berdirinya sebuah
perseroan terbatas.Perjanjian di sini dimaksudkan adalah perjanjian antara para
pendiri perseroan terbatas.Konsekuensi dari anggapan bahwa suatu perseroan
pendiri dari perseroan terbatas haruslah minimal 2 orang/badan hukum.
Undang-undang Perseroan Terbatas ( UU.No 40 Tahun 2007) dengan tegas
menganut teori perjanjian ini, seperti terlihat dalam ketentuan Pasal 1 angka 1,
yang menyatakan sebagai berikut :
Perseroan terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah Badan hukum
yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar, dimana modal dasar yang
seluruhnya terbagi ke dalam saham-saham, dengan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

c) Adanya para pendiri

Unsur yuridis selanjutnya bagi suatu perseroan terbatas adalah adanya para
pendiri, yang menurut teori perjanjian, haruslah terdiri dari minimal 2
orang/badan hukum.


Pasal 7 ayat (ayat (1) UU.No 40 Tahun 2007,yang menyatakan sebagai
berikut :

Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta

notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.


Pasal 7 ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), yang menyatakan sebagai berikut :
Ayat (5) :

Setelah perseroan memperoleh status badan hokum dan

pemegang saham menjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu
paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut, pemegang

saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada

orang lain atau perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain. ;
Ayat (6) :

Dalam hal jangka waktu sebagaimana di maksud dalam ayat (5)

telah dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 orang, pemegang
saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan atau kerugian
perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan
negeri dapat membubarkan perseroan tersebut; Ayat (7):

Ketentuan yang

diwajibkan perseroan didirikan oleh 2 orang atau lebih sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dan ketentuan dalam ayat (5) serta ayat (6) tidak
berlaku bagi :


perseroan yang merupakan Badan Hukum Milik Negara atau




perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,
lembaga penyimpanan dan penyelesaian dan lembaga lain sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal.

d.

Pendiri/ pemegang saham bernaung di bawah suatu nama bersama.
Perseroan harus memiliki suatu nama tertentu, yang lain dari nama pendirinya.
Pendirinya bisa saja bernama si Joko dan si Jaka, tetapi nama perseroan tersebut
yang didirikan adalah misalnya PT Maju-Mundur Jaya. Nama perseroan terbatas
tersebut disebutkan dengan tegas dalam anggaran dasarnya. Karena itu,
pengesahan terhadap nama perseroan terbatas tersebut dilakukan bersma-sama
dengan pengesahan anggaran dasarnya.

e.

Merupakan Asosiasi dari Pemegang Saham atau hanya seorang pemegang

saham
Seperti telah dijelaskan bahwa Indonesia menganut teori klasik, yaitu teori
perjanjian terhadap pembentukan suatu perseroan terbatas.

Karena itu, pada

prinsipnya suatu perseroan terbatas harus memiliki sekurang-kurangnya dua
orang pemegang saham.

Karena itu pula, suatu perseroan terbatas disebut juga

sebagai suatu asosiasi pemegang saham.Bahkan, sering disebut juga sebagai
suatu asosiasi modal. (Elsi Kartika Sari.Dkk, 2005 : 45). Akan tetapi, di

Negara-negara yang menganut teori Instrumentalitas, maka boleh saja suatu
perseroan terbatas hanya memiliki satu pemegang saham, sehingga dalam hal ini,
tidak terdapat suatu asosiasi pemegang saham (Munir Fuady, 2003 : 7) .

f.


Diciptakan oleh hukum
Suatu perseroan dari tidak ada sampai menjadi suatu badan hukum, memerlukan
suatu proses, yang disebut dengan proses pendirian perseroan. Status badan
hukum baru diperoleh oleh perseroan pada saat perseroan tersebut disahkan
anggaran dasarnya oleh menteri Hukum dan HAM.Dengan demikian, status
badan hukum tidak begitu saja terjadi, tetapi karena ditentukan oleh
undang-undang dan berdasarkan tindakan tertentu dari menteri Hukum dan
HAM selaku salah satu pelaksana hukum setempat.Itu disebabnya dikatakan
bahwa suatu perseroan terbatas menjadi badan hukum yang berlaku. Dalam
ketentuan UU No 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas pasal 7 ayat (3),
setelah pemohon mengajukan permohonan pengesahan sebagai badan hukum
dan menteri Hukum dan HAM menerima permohonan tersebut, karena
syarat-syarat yang telah ditentukan dipenuhi maka menteri akan mengeluarkan
keputusan menteri tentang pengesahan perseroan tersebut.

g.

Mempunyai kegiatan usaha
Mengacu pada undang-undang wajib daftar perusahaan maka perusahaan
didefinisikan sebagai bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang

bersifat tetap, terus-menerus, dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam
wilayah Indonesia dengan tujuan memperoleh laba atau keuntungan.Dengan
definisi tersebut Perseroan Terbatas yang juga merupakan entuk perusahaan
harus memiliki kegiatan usaha. Suatu perseroan terbatas mempunyai maksud
dan tujuan sebagaimana disebutkan dalam anggaran dasarnya. Pada prinsipnya
maksud dan tujuan dari perseroan terbatas untuk melaksanakan salah satu atau
beberapa bidang bisnis. Sehingga, tujuan dari didirikannya suatu perseroan
terbatas adalah untuk berbisnis. Apabila pendiri perseroan mendirikan badan

hukum dengan tujuan bukan untuk berbisnis, seperti misalnya bertujuan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial, maka pilihan terhadap perseroan
terbatas tidak tepat untuk kegiatan-kegiatan sosial, badan hukum yang cocok
adalah yayasan.

h.

Kegiatannya termasuk dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh
perundang-undangan yang berlaku.
Ruang lingkup dari kegiatan suatu perseroan tercantum dalam anggran dasarnya.
Ada jenis perusahan yang hanya boleh melakukan satu kegiatan bisnis saja

tetapi ada model perusahan yang kegiatannya lebih dari satu bisinis. Akan tetapi,
semua kegiatan tersebut haruslah yang dibenarkan oleh perundang-undangan
yang berlaku. Apabila perusahaan melakukan kegiatan di luar dari yang
disebutkan dalam anggaran dasarnya, perusahaan tersebut dikatakan telah
melakukan

"Ultra

Vires"

dengan

berbagai

konsekuensi

yuridis

yang


menyertainya. (Munir Fuady, 2002 : 110)

i.

Adanya modal Dasar
Berdasarkan ketentuan UU No 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas modal
perseroan dibedakan dalam :


Modal dasar yaitu sejumlah saham yang maksimum yang dapat dikeluarkan
oleh perseroan sehingga modal dasar terdiri atas seluruh nominal saham.
Modal dasar paling sedikit lima puluh juta rupiah



Modal yang ditempakan yaitu saham yang telah diambil dan sebenarnya
telah terjual baik kepada para pendiri maupun pemegang saham perseroan.
Modal ditempatkan paling sedikit 25 % dari modal dasar




Modal yang disetor yaitu saham yang telah dibayar penuh kepada
perseroan yang menjadi peryantaan atau penyetoran saham riil telah
dilakukan baik oleh pendiri maupun pemegang saham perseroan. Modal
disetor paling sedikit 25 % dari modal dasar

j.

Modal perseroan dibagi ke dalam saham-saham.
Seperti telah dijelaskan bahwa dalam suatu perseroan terbatas haruslah terdapat
modal dasar dan juga modal ditempatkan dan modal setor. Semua Modal
tersebut haruslah dibagi ke dalam saham-saham.

Pasal 31 ayat (1) UU

perseroan terbatas disebutkan bahwa modal dasar perseroan terdiri atas seluruh
nilai nominal saham. Meskipun ada sebagian modal dasar yang belum disetor,
tetapi modal dasar seperti itu juga dicadangkan untuk disetor kelak, sehingga
semuanya akan menjadi saham-saham. Prinsip hukum dalam suatu perseroan
terbatas adalah bahwa tidak rnungkin ada modal yang tidak dibagi ke dalam
saham-saham, dan tidak mungkin pula ada saham yang tidak diambil dari modal
perseroan.

k. Eksistensi terus berlasung, meskipun pemegang sahamnya silih berganti
Sebagai konsekuensi logis dari prinsip keterpisahan antara perseroan sebagai
badan hukum dengan pemegang sahamnya, maka eksistensi dari keduanya juga
terpisah. Sehingga, dalam hal ini, suatu perseroan terbatas dapat saja terus
berlangsung (sesuai anggaran dasar), rneskipun pihak pemegang sahamnya
saling berganti. Karena itu, saham dari suatu perseroan terbatas dapat beralih,
rnisaInya karena warisan dan dapat juga dialihkan, misalnya karena jual beli
saham, serta dapat pula dibebankan jaminan hutang, misalnya dengan gadai
saham.Semuanya dapat dilakukan tanpa mempunyai pengaruh kepada eksistensi
dari perseroan terbatas itu sendiri. Munir Fuady, 2003 : 10) .

l.

Mempunyai organ perusahaan
Berbeda dengan subjek hukum manusia yang dapat bertindak dan mengurus
kepentingannya sendiri, suatu perseroan terbatas sebagai suatu badan hukum
tidak bisa melakukan kegiatannya sendiri. Untuk itu, perseroan terbatas
memerlukan

organ-organ

perseroan

untuk

mengurus

kepentingan-kepentingannya (chatamarrasjid, 2000 : 25). Organ perseroan
terbatas terdiri dari :

1. Rapat umum pemegang saham
RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau
Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang
PT dan/atau anggaran dasar. Dalam forum RUPS, pemegang saham
berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan Perseroan dari
Direksi dan/atau Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata
acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan Perseroan.RUPS
dalam mata acara lain-lain tidak berhak mengambil keputusan, kecuali
semua pemegang saham hadir dan/atau diwakili dalam RUPS dan
menyetujui penambahan mata acara rapat. Keputusan atas mata acara
rapat yang ditambahkan harus disetujui dengan suara bulat.
a.

Jenis Rapat Umum Pemegang Saham
RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya. RUPS
tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat 6
(enam) bulan setelah tahun buku berakhir. Dalam RUPS tahunan,
harus diajukan semua dokumen dari laporan tahunan Perseroan.
RUPS lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan
untuk kepentingan Perseroan.

b.

Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham
Penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan atas permintaan: 1 (satu)
orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili
1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu
jumlah yang lebih kecil.

2. Direksi
Menurut ketentual pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 40 Tahun
2007 dinyatakan direksi adalah “organ perseroan yang berwenang dan
penuh bertanggungjawab atas pengurusan perseroan, baik didalam
maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar“.

Dengan demikian di satu pihak direksi mempunyai tugas dan
tanggungjawab dalam hal pengurusan perseroan, dan dipihak lain direksi
berwenang mewakili perseroan. Berdasarkan UUPT Pasal 92 ayat (3),
suatu PT diwajibkan mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota
direksi apabila perseroan yang dibidang usahanya mengerahkan dana
masyarakat, misalnya seperti Bank dan Asuransi, perseroan
menerbitkan surat pengakuan utang

yang

seperti obligasi dan perseroan

terbuka.

3. Dewan komisaris
Komisaris merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat
kepada direksi dalam menjalankan perseroan. Pasal 111 UUPT mengatur
tentang pengisian jabatan komisaris, yang menyebutkan:
a.

Anggota dewan komisaris diangkat oleh RUPS.

b.

Untuk pertama kali pengangkatan anggota dewan komisaris
dilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8 ayat (2) huruf b.

c.

Anggota dewan komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dan
dapat diangkat kembali.

d.

Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan
pemberhentian tersebut.

e.

Dalam RUPS tidak menentukan saat mulai berlakunya pengangkatan,
penggantian, dan pemberhentian mulai berlaku sejak berlaku sejak
ditutupnya RUPS

f.

Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian
anggota dewan komisari, direksi waji memberitahukan perubahan
tersebut kepada menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan dalam
jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal keputusan RUPS tersebut.

g.

Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
belum dilakukan, menteri menolak setiap pemberitahuan tentang
perubahan susunan dewan komisaris selanjutnya yang disampaikan
kepada menteri oleh direksi.

C. PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS
Mengenai pendirian Perseroan Terbatas dapat dilihat kembali ke masa lalu pada saat
masih berlakunya peraturan lama mengenai Perseroan Terbatas yaitu KUHD, buku ke
Satu Bab III bagian 3, mulai Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 tentang Perseroan Terbatas,
seharusnya ada 2 pasal lagi, namun Pasal 57 dan Pasal 58 telah dihapuskan dengan
Staatblad 1938 No. 278 berdasarkan undang-undang tersebut mendirikan suatu
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas diperlukan suatu proses atau tahap-tahap
yang harus ditempuh. Apabila semua tahapan tersebut telah dilalui, artinya telah dipenuhi
sesuai dengan ketentuan persyaratan yang berlaku, maka barulah suatu Perusahaan berdiri
dan memperoleh status sebagai Badan Hukum yang sah. Bila dianologkan misalnya
seperti bayi yang baru lahir, pada tahap awal dia dibuatkan akta kelahiran sebagai bukti
tentang keberadaannya. Hal ini penting untuk menentukan bahwa di kemudian hari
setelah berusia tertentu. Bisa dinyatakan dewasa dalam pengertian hukum dan sebagai
subjek hukum. Demikian juga dengan Perseroan Terbatas yang baru didirikan atau baru
lahir, maka sebagai artificial person atau person in law yang merupakan orang dalam
pengertian hukum, diperlukan akta pendirian yang dibuat oleh Notaris. Menurut KUHD
akta pendirian suatu Perusahaan harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut:
1) Dibuat dalam bentuk otentik sesuai dengan Pasal 38 KUHD.
2) Memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman RI

menurut

Pasal 36

KUHD.
3) Didaftarkan di kepaniteraan

Pengadilan Negeri

di daerah

hukum tempat

kedudukan perseroan.
4) Diumumkan dalam berita Negara RI, sesuai dengan Pasal 38 KUHD.Pasal 7 ayat
(6) UUPT Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan dalam hal jangka waktu.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) telah dilampaui, pemegang saham tetap

kurang dari 2 orang, pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas
segala perikatan dan kerugian perseroan, dan atas permohonan pihak yang
berkepentingan, Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan tersebut.

1. Akta Pendirian
Pasal 8

UUPT Nomor 1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi dengan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
menyatakan:
a. Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan
dengan pendirian perseroan.
b. Keterangan

lain

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

1

memuat

sekurangkurangnya:


Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan
kewarganegaraan pendiri perseroan, atau nama, tempat kedudukan dan
alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan Menteri mengenai
pengesahaan Badan Hukum dari pendiri perseroan.



Nama lengkap tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan
kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama
kali diangkat.



Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian
jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan
disetor. Pada dasarnya Badan Hukum Indonesia yang berbentuk
perseroan didirikan oleh warga negara Indonesia, namun demikian
kepada warga negara asing diberi kesempatan untuk mendirikan Badan
Hukum Indonesia yang berbentuk perseroan tersebut sepanjang
Undang-Undang yang mengatur bidang usaha perseroan tersebut
memungkinkan, atau pendirian perseroan tersebut diatur dengan
Undang-Undang tersendiri.

Syarat-syarat mengajukan permohonan pembuatan akta pendirian Perseroan
Terbatas adalah:
a) Membuat akta pendirian Perseroan Terbatas di hadapan notaris.
b) Membuat atau mengurus NPWP pada kantor pajak setempat.
c) Membayar penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan tambahan berita negara
(TBN).
Dalam prakteknya penandatanganan akte pendirian Perseroan Terbatas dilaksanakan
terlebih dahulu oleh notaris yang bersangkutan mengecek nama Perseroan Terbatas yang
diajukan melalui Direktorat Administrasi Badan Hukum, setelah dilakukan disetujui
korektor barulah akta pendirian Perseroan Terbatas tersebut dapat ditanda tangani oleh
para penghadap dan Notaris.
Setelah akta pendirian Perseroan Terbatas selesai dibuat maka selanjutnya adalah
mengajukan permohonan ke Menteri Hukum dan HAM untuk memperoleh pengesahan,
agar Perseroan Terbatas memperoleh status Badan Hukum. Dalam akta pendirian pada
umumnya memuat anggaran dasar, yang mengatur hal-hal antara lain, pertama,

nama

perusahaan. Kedua, tujuan perusahaan. Ketiga, kegiatan usaha. Keempat, lokasi kantor
pusat. Kelima, jumlah Direksi dan Komisaris.dan keenam, struktur permodalan.Untuk
memperoleh pengesahan, para pendiri bersama-sama kuasanya atau Notaris atau orang
lain yang ditunjuk

berdasarkan surat kuasa khusus mengajukan

permohonan tertulis

dalam melampirkan akta Pendirian Perseroan. Pengesahan diberikan dalam waktu paling
lama 60 (enam puluh) hari setelah permohonan di terima terhitung sejak

permohonan

diajukan dinyatakan telah memenuhi syarat dan kelengkapan yang diperlukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Dalam hal permohonan ditolak, maka penolakan harus
diberitahukan kepada Notaris, Konsultan Hukum, dan pihak lain yang telah memenuhi
syarat administrasi yang telah ditetapkan berdasarkan keputusan Direktur Jenderal
Administrasi Hukum Umum. Selanjutnya peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI Nomor M.01.HT.01.10 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengajuan
Permohonan
Pemberitahuan

dan Pengesahan Akta Pendirian Persetujuan, Penyampaian Laporan, dan
Akta

Perubahan

Anggaran

Dasar

Perseroan

Terbatas,

dengan

pertimbangan bahwa untuk memenuhi ketentuan pasal 3 peraturan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.837-KP.04.11 Tahun 2006 Tentang
Pendelegasian Wewenang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dalam memberikan pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas kepada Kepala
Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia di

seluruh Indonesia.

Adapun tata cara permohonan dan pengesahan akta pendirian Perseroan Terbatas
berstatus Badan Hukum adalah sebagai berikut:
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI melalui Direktur Jenderal Administrasi
Hukum Umum .
a.

Permohonan

pengesahan

akta

pendirian

persetujuan akta perubahan anggaran

Perseroan

Terbatas

atau

dasar Perseroan diajukan oleh

Notaris.
b.

Permohonan diajukan secara elektronik dengan mengisi format isian akta
notaris (FIAN) model I model II, dan dilengkapi dokumen pendukung
secara elektronik dengan mengisi

c.

formulir isian yang disediakan.

Dalam jangka waktu paling lama 30
pernyataan tidak

(tiga puluh) hari sejak tanggal

keberatan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia

RI atau Notaris yang ditunjuk wajib menyampaikan secara fisik surat
permohonan pengesahan akta pendirian atau persetujuan akta perubahan
anggaran


dasar perseroan beserta dokumen pendukung yang meliputi:

Salinan akta pendirian Perseroan Terbatas atau salinan akta
perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas.



Nomor pokok wajib pajak atas nama Perseroan Terbatas.



Bukti pembayaran uang muka pengumuman akta pendirian perseroan
dalam tambahan

berita negara Republik Indonesia dari kantor

percetakan negara RI.


Bukti pembayaran penerimaan negara bukan pajak (PNBP).



Bukti setoran modal Perseroan Terbatas dari Bank. Dokumen fisik
Nomor Pokok Wajib Pajak atas nama Perseroan Terbatas bukti
pembayaran uang muka pengumuman akta pendirian dan perubahan

anggaran dasar Perseroan Terbatas dalam berita negara RI dari
kantor percetakan negara RI tidak berlaku bagi permohonan
persetujuan akta perubahan anggaran dasar Perseroan terbatas yang
tidak mengubah tempat kedudukan dan tidak meningkatkan modal
perseroan.
d.

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI setelah jangka waktu 3
(tiga) hari atau paling lama dalam

waktu 7 (tujuh) hari setelah pernyataan

tidak keberatan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI menerbitkan
surat keputusan tentang pengesahan akta pendirian atau persetujuan akta
perubahan anggaran dasar perseroan terbatas.
e.

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI menerbitkan surat
keputusan pengesahan akta pendirian atau persetujuan akta perubahan
anggaran dasar Perseroan Terbatas

dalam jangka waktu paling lama 60

(enam puluh) hari kerja, sejak tanggal permohonan diterima.

D. STRUKTUR PERMODALAN PT
a) Modal Dasar
Modal Dasar : paling sedikit Rp 50 juta (Ps 32 ayat (1) dan (2) UUPT No.
40/2007).Paling sedikit 25% dari modal dasar harus ditempatkan dan disetor
penuh (Ps 33 ayat (1) UUPT.
b) Modal Ditempatkan
Modal ditempatkan dan disetor penuh dibuktikan dg bukti penyetoran yg sah
& pengeluaran saham lebih lanjut utk menambah modal yg ditempatkan hrs
disetor penuh.
c) Modal Disetor
Bentuk setoran modal saham dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya
(Ps. 34 ayat (1) UUPT 40/2007).

E. SAHAM
Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perusahaan terbatas. Wujud saham berupa selembar kertas yang
menerangkan siapa pemiliknya. Akan tetapi, sekarang ini sistem tanpa warkat sudah
dilakukan di bursa efek Jakarta dimana bentuk kepemilikan tidak lagi berupa lembaran
saham yang diberi nama pemiliknya tapi sudah berupa account atas nama pemilik atau
saham tanpa warkat. Jadi penyelesaian transaksi akan semakin cepat dan mudah karena
tidak melalui surat, formulir, dan prosedur yang berbelit-belit. Saham Perseroan
dikeluarkan atas nama pemiliknya dimana persyaratan kepemilikan saham dapat
ditetapkan dalam anggaran dasar dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan
oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal persyaratan kepemilikan saham sebagaimana telah ditetapkan dan tidak
dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat menjalankan
hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum
yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.

Hak pemengang saham dalam perseoran terbatas:
1.

menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;

2.

menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;

3.

menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang

PT

Pemindahan Hak atas Saham
1. Pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak.
2. Akta pemindahan hak atas saham atau salinannya disampaikan secara tertulis
kepada Perseroan.
3. Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal, dan hari pemindahan
hak tersebut dalam daftar pemegang

saham atau daftar khusus dan

memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri untuk
dicatat dalam daftar Perseroan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal pencatatan pemindahan hak.

4. Dalam hal pemberitahuan belum dilakukan, Menteri menolak permohonan
persetujuan atau pemberitahuan yang dilaksanakan berdasarkan susunan dan nama
pemegang saham yang belum diberitahukan tersebut.
5. Ketentuan mengenai tata cara pemindahan hak atas saham yang diperdagangkan
di pasar modal diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal.
6. Dalam anggaran dasar dapat diatur persyaratan mengenai pemindahan hak atas
saham, yaitu:


keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan
klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya;



keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ Perseroan;
dan/atau



keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.



Persyaratan tersebut di atas

tidak berlaku dalam hal pemindahan hak atas

saham disebabkan peralihan hak karena hukum, kecuali keharusan
mendapatkan instansi berwenang berkenaan dengan kewarisan.
7. Dalam hal anggaran dasar mengharuskan pemegang saham penjual menawarkan
terlebih dahulu sahamnya kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau
pemegang saham lain, dan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal penawaran dilakukan ternyata pemegang saham tersebut tidak
membeli, pemegang saham penjual dapat menawarkan dan menjual sahamnya
kepada pihak ketiga.
8. Setiap pemegang saham penjual yang diharuskan menawarkan sahamnya berhak
menarik kembali penawaran tersebut, setelah lewatnya jangka waktu 30 (tiga
puluh) hari
9. Kewajiban menawarkan kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau
pemegang saham lain hanya berlaku 1 (satu) kali.

Satu Saham dimiliki lebih dari 1 orang?
1. Setiap saham memberikan kepada pemiliknya hak yang tidak dapat dibagi.
2. Dalam hal 1 (satu) saham dimiliki oleh lebih dari 1 (satu) orang, hak yang timbul
dari saham tersebut digunakan dengan cara menunjuk 1 (satu) orang sebagai wakil
bersama.

Klasisifikasi Saham
1. Anggaran dasar menetapkan 1 (satu) klasifikasi saham atau lebih.
2. Setiap saham dalam klasifikasi yang sama memberikan kepada pemegangnya hak
yang sama.
3. Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) klasifikasi saham, anggaran dasar
menetapkan salah satu di antaranya sebagai saham biasa.

Klasifikasi saham yang dimaksud tersebut, antara lain:
a. saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;
b. saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/atau
anggota Dewan Komisaris;
c. saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan
klasifikasi saham lain;
d. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen
lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian dividen
secara kumulatif atau nonkumulatif;
e. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih
dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan
Perseroan dalam likuidasi.

Pecahan Nominal Saham
1.

Anggaran dasar dapat menentukan pecahan nilai nominal saham.

2.

Pemegang pecahan nilai nominal saham tidak diberikan hak suara perseorangan,
kecuali pemegang pecahan nilai nominal saham, baik sendiri atau bersama pemegang

pecahan nilai nominal saham lainnya yang klasifikasi sahamnya sama memiliki nilai
nominal sebesar 1 (satu) nominal saham dari klasifikasi tersebut.

Gadai & Fidusia Saham
1.

Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak kepada pemiliknya.

2.

Saham dapat diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak
ditentukan lain dalam anggaran dasar.

3.

Gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang telah didaftarkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan wajib dicatat dalam daftar pemegang
saham dan daftar khusus.

4.

Hak suara atas saham yang diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia tetap berada
pada pemegang saham.

Perlindungan Pemegang Saham
1.

Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap Perseroan ke
pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak
adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan
Komisaris.

2.

Gugatan pemegang saham diajukan ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan Perseroan. Setiap pemegang saham berhak meminta
kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang
bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham
atau Perseroan, berupa:
a) perubahan anggaran dasar;
b) pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih
dari 50 % (lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau
c) Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan.

Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli melebihi batas ketentuan pembelian kembali
saham oleh Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf b UUPT,
Perseroan wajib mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh pihak ketiga.

TUGAS KULIAH

HUKUM DAGANG

Disusun Oleh
Nama
NIM
KELAS/SMT
FAKULTAS

:
:
:
:

ADNAN ADHY KURNIAWAN
8644
C (CILACAP) / II
ILMU HUKUM

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA
PURWOKERTO 2014