Makalah Sejarah Tasawuf MA III

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Tasawuf adalah nama lain dari mistisisme dalam Islam. Di
kalangan orientalis barat dikenal dengan sebutan sufisme, yang merupakan
istilah khusus mistisime Islam. Sehingga kata sufisme tidak ada pada
mistisisme agama-agama lain. Tasawuf atau mistisisme dalam Islam beresensi pada hidup dan berkembang mulai dari bentuk hidup kezuhudan,
dalam bentuk tasawuf amali, kemudian tasawuf falsafi.
Barangkali sepanjang sejarahnya, dalam peradaban Islam, elemen
‘Tasawuf’ adalah yang paling banyak disalahpahami dan paling sering
memicu kontroversi. Secara garis besar ada dua pendapat tentang
Tasawuf: (1) para penentang, yang menuduh Tasawuf adalah sesat, bid’ah,
khurafat, berbau klenik (takhayul), dan sinkretis serta tidak berasal dari
tradisi Islam; (2) pendukung, yang menganggap Tasawuf adalah inti dari
Islam. Perdebatan ini sudah terjadi sejak istilah ‘tasawuf’ atau ‘sufi’
muncul pertama kali dan sampai sekarang tetap tak terjadi titik temu,
bahkan cenderung lebih ‘keras’ benturannya.
Secara umum, istilah tasawuf merujuk pada aspek keruhanian dan
tazkiyatun nafs (akhlak) dalam ajaran Islam. Karena penekanannya pada

aspek

keruhanian,

maka

membicarakan

tasawuf

adalah

seperti

membicarakan samudera tanpa tepi, dan mustahil kita memberikan
gambaran yang utuh tentang tasawuf dalam ribuan buku sekalipun.
Karenanya tulisan ini dibatasi hanya pada aspek sejarah perkembangan
dan sumber hukum ajaran tasawuf dalam tradisi Islam.

1


B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, diambil rumusan masalahnya
sebagai berikut.
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan tasawuf ?
2. Apa saja sumber hukum ajaran tasawuf ?

C.

Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan tasawuf
2. Untuk mengetahui sumber hukum ajaran tasauf

D.

Manfaat Penulisan

Dengan pembahasan tentang tasawuf baik dari segi sejarah asal usulnya
maupun sumber hukum ajarannya kita dapat memahami ilmu tasawuf
tersebut.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A.

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TASAWUF
 Sejarah Tasawuf
Menurut al-Dzahabi, istilah sufi mulai dikenal pada abad ke-2
Hijriyah, tepatnya tahun 150 H. Orang pertama yang dianggap
memperkenalkan istilah ini kepada dunia Islam adalah Abu Hasyim alSufi atau akrab disebut juga Abu Hasyim al-Kufi. Tetapi pendapat lain
menyebutkan bahwa tasawuf baru muncul di dunia Islam pada awal abad
ke-3 hijriyah yang dipelopori oleh al-Kurkhi, seorang masihi asal Persia.
Tokoh ini mengembangkan pemikiran bahwa cinta (mahabbah)
kepada Allah adalah sesuatu yang tidak diperoleh melalui belajar,
melainkan karena faktor pemberian (mauhibah) dan keutamaan dari-Nya.

Adapun tasawuf baginya adalah mengambil kebenaran-kebenaran
hakiki. Tesis ini kemudian menjadi suatu asas dalam perkembangan
tasawuf di dunia Islam. Beberapa tokoh lainnya yang muncul pada periode
ini adalah al-Suqti (w.253 H), al-Muhasibi (w. 243 H) dan Dzunnun alHasri (w. 245 H).
Di antara tokoh yang dianggap sebagai pembela tasawuf sunni
adalah al-Haris al-Muhasibi (w. 243H/858 M), al-Junaid (w. 298/911), alKalabadzi (385/995), Abu Talib al-Makki (386/996), Abu al-Qasim Ab alKarim al-Qusyaeri (465/1073), dan alGhazali (505/1112). Sedangkan
tokoh yang sering disebut sebagai penganut tasawuf falsafi adalah Abu
Yazid al-Bustami (261/875), al-Hallaj (309/992), al-Hamadani (525/1131),

3

al-Suhrawardi al-Maqtul (587/1191) dengan puncaknya pada era Ibn
‘Arabi.
Diprediksi bahwa kemunculan pemikiran tasawuf adalah sebagai
reaksi terhadap kemewahan hidup dan ketidakpastian nilai. Tetapi secara
umum tasawuf pada masa awal perkembangannya mengacu pada tiga alur
pemikiran : (1) gagasan tentang kesalehan yang menunjukkan keengganan
terhadap kehidupan urban dan kemewahan; (2) masuknya gnostisisme
Helenisme yang mendukung corak kehidupan pertapaan daripada aktif di
masyarakat; dan (3) masuknya pengaruh Buddhisme yang juga memberi

penghormatan pada sikap anti-dunia dan sarat dengan kehidupan
asketisme. Terdapat 3 sasaran antara dari tasawuf : (1) pembinaan aspek
moral; (2) ma’rifatullah melalui metode kasyf al-hijab; dan (3) bahasan
tentang sistem pengenalan dan hubungan kedekatan antara Tuhan dan
makhluk. Dekat dalam hal ini dapat berarti: merasakan kehadiran-Nya
dalam hati, berjumpa dan berdialog dengan-Nya, ataupun penyatuan
makhluk dalam iradah Tuhan.
Dari segi sejarah, sufisme sebenarnya dapat dibaca dalam 2
tingkat : (1) sufisme sebagai semangat atau jiwa yang hidup dalam
dinamika masyarakat muslim; (2) sufisme yang tampak melekat bersama
masyarakat

melalui

bentuk-bentuk

kelembagaan

termasuk


tokoh-

tokohnya. Perluasan wilayah kekuasaan Islam tidak semata-mata
berimplikasi pada persebaran syiar Islam melainkan juga berimbas pada
kemakmuran yang melimpah ruah. Banyak di kalangan sahabat yang
dahulunya hidup sederhana kini menjadi berkelimpahan harta benda.
Menyaksikan fenomena kemewahan tersebut muncul reaksi dari beberapa
sahabat seperti Abu Dzar al-Ghifari, Sa’id bin Zubair, ‘Abd Allah bin
‘Umar sebagai bentuk “protes” dari perilaku hedonistic yang menguat
pada masa kekuasaan Umayyah.

4

Hakekat tasawuf kita adalah mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dalam ajaran Islam, Tuhan memang dekat sekali dengan manusia.
Dekatnya Tuhan kepada manusia disebut al-Qur'an dan Hadits. Ayat 186
dari surat al-Baqarah mengatakan, "Jika hambaKu bertanya kepadamu
tentang Aku, maka Aku dekat dan mengabulkan seruan orang yang
memanggil jika Aku dipanggil."
Kaum sufi mengartikan do'a disini bukan berdo'a, tetapi berseru,

agar Tuhan mengabulkan seruannya untuk melihat Tuhan dan berada dekat
kepada-Nya. Dengan kata lain, ia berseru agar Tuhan membuka hijab dan
menampakkan diri-Nya kepada yang berseru. Tentang dekatnya Tuhan,
digambarkan oleh ayat berikut, "Timur dan Barat kepunyaan Tuhan, maka
kemana saja kamu berpaling di situ ada wajah Tuhan" (QS. al-Baqarah
115). Ayat ini mengandung arti bahwa dimana saja Tuhan dapat dijumpai.
Tuhan dekat dan sufi tak perlu pergi jauh, untuk menjumpainya.
Ayat berikut menggambarkan lebih lanjut betapa dekatnya Tuhan
dengan manusia, "Telah Kami ciptakan manusia dan Kami tahu apa yang
dibisikkan dirinya kepadanya. Dan Kami lebih dekat dengan manusia
daripada pembuluh darah yang ada di lehernya (QS. Qaf 16). Ayat ini
menggambarkan Tuhan berada bukan diluar diri manusia, tetapi di dalam
diri manusia sendiri. Karena itu hadis mengatakan, "Siapa yang
mengetahui dirinya mengetahui Tuhannya."
 Perkembangan Tasawuf
Secara historis, tasawuf telah mengalami banyak perkembangan
melalui beberapa tahap sejak pertumbuhannya hingga sekarang. Pada
sejarah umat Islam, ada peristiwa tragis, yaitu terbunuhnya khalifah
Usman bin Affan. Dari peristiwa itu, terjadi kekacauan dan kemerosotan
akhlak. Akhirnya para ulama’ dan para sahabat yang masih ada, berpikir


5

dan berikhtiar untuk membangkitkan kembali ajaran Islam, mengenai
hidup zuhud dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi awal timbulnya
benih tasawuf ang paling awal.
1.

Abad I dan II Hijriyah
Pada tahap ini, tasawuf masih berupa zuhud. Yaitu ketika

sekelompok kaum muslim memusatkan perhatian dan memprioritaskan
hidupnya pada pelaksanaan ibadah untuk mengejar kepentingan akhirat.
Tokohnya antara lain:
 Al-Hasan Al-Bashri (w. 110 H)
 Rabi’ah Al-Adawiyah (w. 185 H)
2.

Abad III dan IV Hijriiyah
Pada abad ketiga dan keempat disebut sebagai fase tasawuf.


Praktisi kerohanian yang pada masa permulaan abad ketiga hijriyah
mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama kegiatan ruhani
mereka tidak semata – mata kebahagian akhirat yang ditandai dengan
pencapaian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati
hubungan langsung dengan Tuhan yang didasari dengan cinta. Cinta
Tuhan membawa konsekuensi pada kondisi tenggelam dan mabuk
kedalam yang dicintai ( fana fi al-mahbub ). Kondisi ini tentu akan
mendorong ke persatuan dengan yang dicintai ( al-ittihad ). Di sini telah
terjadi perbedaan tujuan ibadah orang-orang syariat dan ahli hakikat.
Pada fase ini berdiri lembaga pendididkan yang khusus
mengajarkan pendidikan cara hidup sufisik dalam bentuk tarekat.
Kemudian dari beberapa tokoh lain muncul istilah fana, ittihad dan hulul.
Fana adalah suatu kondisi dimana seorang shufi kehilangan kesadaran

6

terhadap hal-hal fisik ( al-hissiyat). Ittihad adalah kondisi dimana seorang
shufi merasa bersatu dengan Allah sehingga masing-masing bisa
memanggil dengan kata aku ( ana ). Hulul adalah masuknya Allah

kedalam tubuh manusia yang dipilih. Tokoh-tokohnya adalah:
 Abu Yazid Al-Busthami (w.261 H)
 Al-Junaid
 Al-Sari Al-Saqathi
 Al-Kharraz
 Al-Hussain bin Manshur Al-Hallaj (w. 309 H)
3.

Abad V Hijriyah
Fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat

tasawuf dengan dasarnya yang asli yaitu al-Qur`an dan al-Hadits atau yang
sering disebut dengan tasawuf sunny yakni tasawuf yang sesuai dengan
tradisi (sunnah) Nabi dan para sahabatnya. Fase ini sebenarnya merupakan
reaksi terhadap fase sebelumnya dimana tasawuf sudah mulai melenceng
dari koridor syari’ah atau tradisi (sunnah) Nabi dan sahabatnya. Tokoh
yang paling terkenal adalah Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H) atau yang
lebih dikenal dengan al-Ghzali yang menjadi acuan para tokoh sufi
lainnya. Tokoh tasawuf pada fase ini adalah:
 Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H)

 Syaikh Ahmad Al-Rifa’i (w. 570 H)
 Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani (w. 651 H)
 Syaikh Abu Hasan Al-Syadzili (w. 650 H)
 Abu Al-Abbas Al-Mursi (w.686 H)
 Ibn Atha’illah Al-Sakandari (w. 709 H)
B.

SUMBER HUKUM AJARAN TASAWUF

7

Materi ajaran tasawuf dilihat dari segi ibadah dan akhlak, dalam
pengertian yang luas sudah terdapat dalam al-Qur’an dan sunah
sebagaimana keberadaan ilmu agama yang lain. Jika ilmu tasawuf tidak
ditemukan pada masa ini, ajaran tentang ibadah, akhlak, pendidikan jiwa,
hubungan dengan Allah, nilai-nilai kemanusiaan, semuanya diatur dalam
islam. Ajaran itulah yang disebut dengan tasawuf sebagaimana yang
dikenal oleh masyarakat pada waktu itu.
Ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu akhlak, ilmu kalam, ulumul Qur’an,
ulumul hadits dan ilmu-ilmu lain dalam Islam penamaannya baru muncul
setelah Rasul SAW wafat, demikian juga dengan ilmu tasawuf, ketetapan
namanya baru dikenal jauh setelah Rasul SAW wafat. Ada beberapa hal
yang menjadi sumber dari ilmu tasawuf, yaitu: Allah, Rasul, ijma’ sufi,
ijtihad sufi, qiyas sufi, nurani sufi, dan amalan sufi. Untuk lebih jelasnya,
berikut adalah bahasan satu per satu dari sumber ajaran tasawuf.
1.

Allah
Allah merupakan zat sumber ilmu tasawuf. Tidak ada seorangpun

yang mampu menciptakan ilmu tasawuf selain Allah. Allah mengajarkan
ilmu kepada para sufi lewat hidayah (ilham) baik secara langsung ataupun
melalui perantara sesuai yang Dia kehendaki. Ada kalanya melalui Al
Qur’an dengan metode iqro’ul Qur’an (membaca, menyimak, menganalisa
isi kandungan Al-Qur’an).
Selain melalui Al-Qur’an, ada juga melalui alam dengan cara
perenungan sufi dan lain sebagainya. Pada intinya merupakan hidayah dari
Allah, kemudian berwujud menjadi ide tercerah dalam nuansa pemikiran
dan keyakinan di dalam hati untuk dimanifestasikan dalam realita
kehidupan nyata sebagai bentuk pengabdian diri kepada Allah.
2.

Rasul

8

Rasul merupakan sumber kedua setelah Allah bagi para sufi karena
hanya kepada Rasul sajalah Allah menitipkan wahyu-Nya. Selain itu,
Rasul juga satu-satunya manusia yang sempurna dalam segala hal. Beliau
adalah insan panutan bagi semua manusia terutama kaum sufi yang
senantiasa mencoba meniru semua kelakuan Rasulullah dengan sebaikbaiknya.
3.

Ijma’ Sufi
Ijma’ sufi (kesepakatan para ulama tasawuf) merupakan esensi

yang sangat penting dalam ilmu tasawuf, karena mereka dijadikan sebagai
sumber yang ke tiga dalam ilmu tasawuf setelah Al-Qur’an dan Hadits.
4.

Ijtihad Sufi
Dalam kesendiriannya, para sufi banyak menghadapi pengalaman

aneh. Pengalaman aneh itu sebagai alat pembeda antara kepositifan dengan
kenegatifan dalam pengalaman itu. Maka diperlukan ijtihad bagi setiap
sufi sebagai sumber ke empat dalam ilmu tasawuf jika belum ditemukan
dalam Qur’an, Hadits, maupun ijma’ sufi.
5.

Qiyas Sufi
Qiyas merupakan penghantar sufi untuk dapat berijtihad secara

mandiri jika sedang terpisah dari jama’ahnya, maka qiyas ditempatkan
pada sumber ke lima dalam ilmu tasawuf.
6.

Nurani Sufi
Setiap sufi memiliki nurani yang tajam di hatinya. Ada yang

menyebutnya dengan istilah firasat, rasa, radar batin dan sebagainya itu
merupakan anugerah Allah terhadap kaum sufi, bisa dari keikhlasan,
kesabaran dan ketawakalannya dalam beribadah kepada Allah tanpa kenal
lelah. Maka nurani sufi merupakan sumber yang ke enam dalam ilmu
tasawuf.

9

7.

Amalan Sufi
Al-Qur’an, Al-Hadits , Ijma’ Sufi, Ijtihad Sufi, Qiyas Sufi dan

Nurani Sufi seperti yang telah dijelaskan di atas akan sia-sia tanpa
pengalaman kaum sufi. Maka amalan sufi merupakan sumber ke tujuh
dalam ilmu tasawuf.
Jika ke tujuh sumber di atas mampu ditelusuri, maka kita akan
tahu, mengerti, memahami dan mampu menghayati hakikat ilmu tasawuf.

10

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Dari beberapa keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa sumber
sumber tasawuf dalam islam dapat di lihat dari Al-Qur’an, Hadits Nabi,
perbuatan Nabi dan pandangan hidup serta praktek hidup dari sahabatsahabat dan orang-orang Ulama dalam Islam. Al-Qur’an merupakan kitab
Allah SWT yang di dalamnya terkandung muatan muatan ajaran Islam,
baik akidah, syariah maupun muamalah. Hadits adalah segala perkataan
(sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad
SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits
dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan
Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum
kedua setelah Al-Qur'an. Tasawuf yang sering kita temui dalam khazanah
dunia islam, dari segi sumber perkembangannya, ternyata muncullah pro
dan kontra, baik dikalangan muslim maupun dikalangan non muslim.
Dilihat dari referensi yang kami temukan, bahwa ajaran tasawuf
tidak hanya bersumber dari sumber keIslaman saja, namun dipengaruhi
juga oleh ajaran luar Islam, antara lain ajaran Agama Hindu Budha,
Agama Persia-Arab, ajaran Agama Masehi, Pemikiran filsafat Yunani.

B.

SARAN
Di sarankan kepada pembaca, supaya lebih memahami tentang
sejarah perkembangan tasawuf agar lebih baik mencari referensi lain selain
makalah ini. Karena makalah ini jauh dari kata Sempurna untuk di jadikan
sebuah

buku

pedoman

dalam

system

pembelajaran.Dan

penulis

mengharapkan saran dan kritik dari bapak dosen untuk perbaikan makalah
ini.

11

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Sejarah dan
Sumber Hukum Ajaran Tasawuf”
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai sejarah perkembangan
dan sumber hukum ajaran tasawuf dalam islam.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Cikaliung, 08 Desember 2015

Penyusun

12
i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................

i

DAFTAR ISI .....................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................

1

A. Latar Belakang ...................................................................

1

B. Rumusan Masalah ..............................................................

2

C. Tujuan penulisan ................................................................

2

D. Manfaat penulisan ..............................................................

2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................

3

A. Sejarah dan Perkembangan Tasawuf .................................

3

B. Sumber Hukum Ajaran Tasawuf ........................................

7

BAB III PENUTUP ...........................................................................

11

A. Kesimpulan ........................................................................

11

B. Saran ...................................................................................

11

DAFTAR PUSTAKA

ii
13

DAFTAR PUSTAKA

http://pm-iain.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-perkembangan-tasawuf.html
http://verozzaranii.blogspot.co.id/2013/05/islam-dan-tasawuf.html
http://indriwijayanti62.blogspot.co.id/2013/05/sumber-ajaran-tasawuf.html

14