Perlindungan hukum dan sengketa rahasia dagang (analisis putusan MA nomor 1713 K/Pdt/2010)

(1)

(Analisis Putusan MA Nomor 1713 K/Pdt/2010)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Mohamad Nurdiyansyah

1111048000040

KONSENTRASI HUKUM BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A


(2)

(3)

(4)

(5)

Rahasia Dagang (Analisis Putusan MA Nomor 1713 K/Pdt/2010). Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015 M. x + 78 halaman + 29 halaman lampiran.

Skripsi ini menganalisis mengenai perlindungan pemilik rahasia dagang ketika terjadi sengketa rahasia dagang yang diatur dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2000. Dan lebih jelas lagi diatur dalam pasal 11 Undang-undang No.30 Tahun 2000 yang menjelaskan bahwa pemegang hak rahasia dagang atau penerima lisensi dapat menggugat siapa pun yang melakukan pelanggaran rahasia dagang. Gugatan tersebut dapat berupa ganti rugi dan penghentian semua perbuatan serta gugatan diajukan ke pengadilan negeri.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan menggunakan

metode pendekatan perundang-undangan (statute approach), dan pendekatan kasus (case

approach). Pendekatan perundang-undangan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 30

tahun 2000 tentang rahasia dagang. Sedangkan Pendekatan kasus adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah suatu kasus yang telah menjadi putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap, dalam hal ini yaitu putusan Mahkamah Agung Nomor 1713 K/Pdt/2010.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Undang-undang No.30 tahun 2000 tersebut juga tidak memberikan rumusan mengenai pemilik Rahasia Dagang Namun jika kita kaitkan dengan makna yang tersurat dalam dalam Undang-undang hak cipta (yang membedakan pencipta dari pemegang hak cipta) ) tampaknya Undang-undang rahasia dagang ini juga membedakan antara

pemilik rahasia dagang dan pemegang rahasia dagang, berdasarkan pada originator rahasia

dagang tersebut.

Penyebab sengketa rahasia dagang harus diselesaikan di pengadilan negeri dikarenakan sifat rahasia dagang yang tidak diketahui oleh umum serta persidangan di pengadilan niaga selalu terbuka untuk umum sehingga sengketa rahasia dagang harus diselesaikan di pengadilan negeri karena dapat melakukan persidangan secara tertutup untuk umum.

Kata Kunci : Pemilik rahasia dagang, gugatan sengketa rahasia dagang di ajukan ke

pengadilan negeri


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu baik materil maupun immateril, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Asep Saefudin Hidayat, SH., MH, dan Drs. Abu Tamrin, SH., MH selaku Ketua

Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. H.Abdullah Sulaiman, SH,. MH, dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

meluangkan waktu disela-sela kesibukan dalam memberikan nasihat, kritik dan saran untuk membangun penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dedy Nursamsi SH., M.Hum, dosen penasihat akademik yang telah memberikan nasihat

dan arahan.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas berbagi ilmu

pengetahuan dan pengalamanya kepada penulis.

6. Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas pengorbanan kedua orang tuaku tercinta M.

Asep dan Juarsih, yang telah memberikan segala dukungan baik materil maupun immateril serta doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan masa studi S1.

7. Adikku tersayang Tomy Himawan dan Tita Damayanti yang telah memberikan dukungan

untuk menyelesaikan studi S1.

8. Abdulrohman dan Siti Khodijah selaku pemberi motifasi bagi saya dalam sehari-harinya

dan terima kasih atas dukungannya.

9. Teman-teman Ilmu Hukum angkatan 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baik

konsentrasi Hukum Bisnis maupun konsentrasi Hukum Kelembagaan Negara.

10. Rudi Hartono, Andrio, Idham, Lisanul Fikri, Syawal Ritonga, Ilyas Aghnini, Rifky


(7)

pengalaman dan kenangan bersama kalian.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan mereka. Amin.

Demikian ini penulis ucapkan terimakasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan skripsi ini yang kurang berkenan bagi pihak-pihak tertentu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak-pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 1 September 2015 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Judul Skripsi... i`

Lembar Pengesahan Pembimbing... ii

Lembar Pengesahan Panitia... iii

Lembar Pernyataan... iv

Abstrak... v

Kata Pengantar... vi

Daftar Isi... viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... ... 1

B.Batasan dan Rumusan Masalah... 6

C.Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D.Tinjauan Kajian Terdahulu... .... 8

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual... 9

F. Metode Penelitian... ... 15

G.Sistematika Penulisan... ... 19

BAB II POLITIK HUKUM LAHIRNYA UNDANG-UNDANG RAHASIA DAGANG DI INDONESIA A.Sejarah Rahasia Dagang... ... 21

B.Pengertian Rahasia Dagang... ... 26

C.Ruang Lingkup Rahasia Dagang... 29

D.Unsur-unsur Rahasia Dagang... 31

BAB III KETENTUAN PENGATURAN KEPEMILIKAN RAHASIA DAGANG A.Profil PT BPE dan PT HCMI... 36

B.Pemilik Rahasia Dagang dan Pemegang Rahasia Dagang... 45

C.Lisensi Rahasia Dagang... ... 47

D.Hubungan Rahasia Dagang dengan Perjanjian Kerja... .. 50


(9)

A.Posisi Kasus... ... 56

B.Dasar Pertimbangan Hakim MA dalam Memberikan Putusan MA Nomor 1713 K/Pdt/2010... .... 63

C.Penyelesaian Sengketa Rahasia Dagang... 65

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan... ... 72

B.Saran... ... 75

DAFTAR PUSTAKA... ... 76


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangannya masalah perdagangan dan industri nasional maupun internasional tidak hanya berkaitan dengan barang dan jasa semata-mata tetapi, didalamnya juga terlibat sumber daya lain berupa informasi yang berguna bagi kegiatan usaha dan bernilai ekonomi tinggi dalam menjalankan kegiatan usaha industri maupun perdagangan.

Berkenaan dengan hal itu maka para investor dan pelaku bisnis merasa sangat berkepentingan terhadap adanya perlindungan Rahasia Dagang miliknya melalui sistem perlindungan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) sesuai dengan standar internasional. Bagi mereka perlindungan yang memadai terhadap Rahasia Dagang pada umumnya merupakan salah satu dasar pertimbangan untuk melakukan perdagangan dan investasi di

suatu negara.1

Dipandang dari sudut pandang hukum hal ini sangat beralasan, sebab pelanggaran terhadap Rahasia Dagang akan sangat merugikan para penemu atau pemilik hak tersebut. Rahasia Dagang merupakan faktor yang

sangat penting dalam upaya persaingan dagang yang jujur (fair cmpetition),

1 Ahmad M. Ramli, H.A.K.I: Teori Dasar Perlindungan Rahasia Dagang, (Bandung:

Mandar Maju,2000), h.1 .


(11)

sekaligus merupakan komoditas yang sangat berharga dan memilik nilai

ekonomis tinggi.2

Menurut Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Pasal 1 angka (1) menyatakan bahwa Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang. Sedangkan yang dimaksud dengan hak Rahasia Dagang adalah hak atas Rahasia Dagang yang timbul berdasarkan Undang-Undang Rahasia Dagang.

Berdasarkan pengertian diatas, maka bisa kita simpulkan bahwa Rahasia Dagang adalah sebuah informasi yang sangat berharga untuk perusahaan, karenanya harus dijaga kerahasiaannya. Keberhagaan informasi ini karena informasi tersebut dapat mendatangkan keuntungan

ekonomis bagi perusahaan.3

Suatu Rahasia Dagang akan mendapatkan perlindungan apabila informasi tersebut sejatinya bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaanya melalui upaya-upaya sebagaimana mestinya.

1. Bersifat Rahasia, maksudnya bahwa informasi tersebut hanya diketahui

oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat.

2 Ibid., h. 2.


(12)

3

2. Mempunyai Nilai Ekonomi, maksudnya bahwa sifat kerahasiaan

informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha yang bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi.

3. Informasi Dijaga Kerahasiaannya, apabila pemilik atau para pihak yang

menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut. Sedangkan yang dimaksud dengan pelanggaran Rahasia Dagang, apabila seseorang memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang No. 30 tentang Rahasia Dagang. Disamping itu ada juga yang tidak dianggap pelanggaran Rahasia Dagang yakni apabila:

1. Tindakan pengungkapan Rahasia Dagang atau penggunaan Rahasia

Dagang tersebut didasarkan pada kepentingan pertahanan dan keamanan, kesehatan atau keselamatan masyarakat.

2. Tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari penggunaan

Rahasia Dagang milik orang lain semata-mata untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut produk yang bersangkutan. Maksud dari

rekayasa ulang (reverse engineering) dalam hal ini adalah suatu

tindakan analisis dan evaluasi untuk mengetahui informasi tentang suatu

teknologi yang sudah ada.4

Dalam hal ini seorang pemilik Rahasia Dagang harus dapat menunjukan bahwa informasi yang dimilikinya mempunyai eksistensi dan

4 Yusran Isnaini. Buku Pintar HAKI Tanya Jawab Seputar Hak Kekayaan


(13)

nilai komersial tidak diketahui umum dan memerlukan biaya-biaya untuk merahasiakannya. Dalam proses pengadilan seseorang yang merasa hak atas informasi yang dirahasiakannya dilanggar harus dapat membuktikan bahwa telah terjadi pengambilalihan Rahasia Dagang secara tidak sah oleh tergugat Dalam Hukum Perdata Internasional hal seperti ini dikategorikan

sebagai unjust enrichment.5

Dengan menetapkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Indonesia merasa telah melaksanakan kewajiban

meberikan perlindungan terhadap pemegang hak undisclosed information

dari praktek persaingan curang.6 Undang-Undang Rahasia Dagang ini

dibuat dalam rangka memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup perdagangan nasional dan internasional, dimana diperlukan adanya jaminan perlindungan terhadap Rahasia Dagang, terutama dari tindakan

persaingan curang.7 Lingkup tujuan diatas termasuk pula tindakan hukum

terhadap pengusaha yang melakukan pelanggaran terhadap kepemilikan Rahasia Dagang.

Ada contoh kasus yang dialami Thomas Marshall (export) Ltd. V.

Guinlee 1976, dimana pihak tergugat yang sebelumnya meletakkan jabatan sebelum habis 10 tahun jabatannya kemudian mendirikan perusahaan saingan. Informasi yang menjadi persoalan menyangkut sumber-sumber

5 Sudargo Gautama, Arbitrase Bank Dunia Tentang Penanaman Modal Asing di Indonesia

dan Jurisprudensi Indonesia Dalam Perkara Hukum Perdata, (Bandung: Biancipta, 1994), h.1 – 2.

6 Insan Budi Maulana, Langkah Awal Mengenal Undang-Undang Rahasia Dagang, (

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001), h. 3.

7 Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,


(14)

5

pemasok dan nama-nama pejabat serta kontrak-kontrak lainnya di Eropa dan Timur Jauh. Hakim memenangkan pihak penggugat dan ia menyatakan bahwa diperlukan empat unsur dalam mengkaji kualitas kerahasiaan yaitu: pertama, pembocoran informasi akan merugikan pemilik iinformasi atau akan menguntungkan pihak lain; kedua, pihak pemilik informasi harus yakin bahwa informasi itu benar-benar rahasia dan belum diketahui masyarakat luas; ketiga, keyakinan pemilik informasi atas hal itu harus bersifat wajar; dan keempat, informasi itu harus dinilai dari segi-segi kebiasaan dan praktik-praktik perdagangan atau industri khusus yang

terkait.8

Sedangkan di Indonesia contoh kasusnya adalah putusan MA Nomor 1713 K/Pdt/2010 yaitu sengketa antara PT Basuki Pratama Engineering (BPE) dengan PT Hitachi Industri Machinery Indonesia (HCMI). Putusan MA Nomor 1713 K/Pdt/2010 permohonan kasasi oleh PT BPE dikabulkan oleh Mahkamah Agung dikarenakan gugatan yang diajukan PT BPE adalah ranah Rahasia Dagang dan membatalkan putusan Pengadilan Pengadilan Tinggi Bandung No. 328/PDT/2009 serta menyatakan Pengadilan Negeri Bekasi berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara ini.

Salahnya penerapan hukum yang digunakan Pengadilan Negeri Bekasi menimbulkan bahaya dari ketidakterlindungan Rahasia Dagang cukup berdampak negatif bagi berlangsungnya suatu usaha mengingat suatu perusahaan dapat bertahan dalam dunia usaha adalah dengan memenangkan

8 Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual,(Bandung: PT.Alumni, 2003),


(15)

persaingan yang ada. Oleh karena itu terbuka pemanfaatan, pencurian informasi bisnis guna mendapatkan Rahasia Dagang dari lawan bisnisnya. Sehingga rawan terjadi kecurangan dalam persaingan usaha yang jauh dari prinsip keadilan dan kejujuran.

Berkaitan dengan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka penulis

tertarik untuk memilih judul ‘’Perlindungan Hukum Dan Sengketa

Rahasia Dagang (Analisis Putusan MA Nomor 1713 K/Pdt/2010)’. B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang akan penulis bahas tidak terlalu meluas sehingga dapat mengakibatkan ketidakjelasan maka penulis membuat pembatasan masalah yakni, membahas perlindungan pemilik Rahasia Dagang di Indonesia serta penegakannya.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana politik hukum peraturan perundang-undangan Rahasia

Dagang di Indonesia ?

b. Bagaimana pengaturan mengenai pemilik dan pemegang hak

Rahasia Dagang berdasarkan Undang-Undang No.30 Tahun 2000?

c. Bagaimana pengaturan mengenai persoalan kompetensi absolut

sengketa Rahasia Dagang pada putusan MA Nomor 1713 K/Pdt/2010 ?


(16)

7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Secara umum tujuan penulisan ini adalah untuk mendalami tentang permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah. Secara khusus tujuan penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui politik hukum dibuatnya peraturan

perundang-undangan Rahasia Dagang.

b. Untuk mengetahui pengaturan mengenai pemilik hak Rahasia

Dagang.

c. Untuk mengetahui pengaturan mengenai kompetensi absolut

sengketa Rahasia Dagang pada putusan MA Nomor 1713 K/Pdt/2010.

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan dalam hukum HKI, utamanya mengenai segala aspek yang menyangkut perlindungan hukum terhadap pemegang atau pemilik hak Rahasia Dagang.

b. Selain itu adanya tulisan ini dapat menambah perbendaharaan

koleksi karya ilmiah dengan memberikan kontribusi juga bagi perkembangan hukum bisnis.


(17)

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penilitian ini, penulis akan menyertakan beberapa hasil penilitian terdahulu sebagai perbandingan tinjauan kajian materi yang akan dibahas, sebagai berikut:

Skripsi yang disusun oleh Gema Satriani dari Universitas Sumatera Utara Medan 2006 dengan judul perlindungan hukum Rahasia Dagang dalam ruang lingkup haki menurut Undang-Undang No.30 Tahun 2000. Pada skripsi ini menjelaskan tentang perlindungan Rahasia Dagang dan penegakannya secara khusus yaitu berdasarkan Undang-Undang No.30 Tahun 2000 saja.

Buku dari Tim Lindesy yang berjudul “Hak Kekayaan Intelektual‘’

yang diterbitkan oleh PT Alumni Bandung, pada tahun 2013. Pada buku tersebut tidak diuraikan secara jelas mengenai sanksi terhadap pelanggaran Rahasia Dagang dan upaya hukum yang dapat ditempuh untuk melindungi Rahasia Dagang.

Sebagai perbandingan sekaligus pembeda, pada skripsi ini penulis fokus terhadap perihal akibat dari adanya pelanggaran di dalam Rahasia Dagang dan perlindungan Rahasia Dagang. Yang menyebabkan meruginya para pemilik hak Rahasia Dagang, karena para pihak lain yang dianggap kurang bertanggung jawab. Jadi terdapat perbedaan pembahasan dan masalah yang diangkat penulis dengan penelitian-penelitian yang sudah ada.


(18)

9

E. Kerangka Teoritis

Hukum tentang Rahasia Dagang mulai dikembangkan pada abad ke -19. Satu kasus yang berkaitan dengan Rahasia Dagang adalah kasus Prince Albert V. Strange. Kasus Rahasia Dagang yang terjadi pada tahun 1849 ini adalah sebagai berikut: Ratu Victoria dan Pangeran Albert memiliki kegemaran membuat lukisan-lukisan pada logam. Ratu dan suaminya membuat lukisan-lukisan pada logam itu untuk hobi dan kesenangan mereka yang hanya diperuntukkan bagi kepentingan pribadi mereka semata-mata, meskipun kadang-kadang lukisan itu mereka berikan sebagai kenang-kenangan bagi teman-teman dekat mereka.

Suatu saat lukisan itu diserahkan kepada seorang ahli cetak untuk di

gravir dan ahli gravir itu secara diam-diam membuat tiruan-tiruan yang

kemudian diserahkan kepada tergugat ( Pangeran Albert) yang berniat memamerkan karya-karya tersebut dalam suatu pameran yang terbuka untuk umum yang penyelenggaraannya dikomersialkan. Pengadilan memutuskan untuk melarang pameran tersebut karena kepemilikan atas lukisan-lukisan itu diperoleh berdasarkan pelanggaran atas kepercayaan yang telah diberikan dan kerahasiaan yang terangkum dalam sebuah

kontrak.9


(19)

Rahasia Dagang sebagai suatu aset yaitu lebih tepatnya intangible

asset memiliki beberapa teori dalam perlindungannya. Perlindungan

Rahasia Dagang didasarkan atas beberapa teori yaitu sebagai berikut :10

1. Teori hak milik merupakan salah satu teori mengenai perlindungan

Rahasia Dagang karena Rahasia Dagang merupakan salah satu asset. Sebagai hak milik Rahasia Dagang bersifat eksklusif dan dapat dipertahankan terhadap siapapun yang berupaya menyalahgunakan atau memanfaatkan tanpa hak. Pemilik memiliki hak untuk memanfaatkan seluas-luasnya selama tidak melanggar Undang-Undang yang berlaku. Prinsip Hak milik ini juga dikenal dalam BW dalam Pasal 570

menyatakan bahwa : “Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan

suatu kebendaan dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan Undang-Undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu dengan tidak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan Undang-Undang dan dengan pembayaran

ganti rugi”.

2. Teori kontrak merupakan dasar yang paling sering dikemukakan dalam

proses pengadilan mengenai Rahasia Dagang. Dalam sistem hukum Indonesia yang mengadopsi prinsip hukum Eropa Kontinental dianut

10 Gunawan Widjaja, Pemilik Rahasia Dagang dan Pemegang Rahasia Dagang, ( Jakarta


(20)

11

bahwa kontrak atau perjanjian pada umumnya merupakan sumber perikatan ( Pasal 1233 BW ). Sesuai dengan Pasal 1338 BW bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang. Dengan demikian perjanjian-perjanjian yang dibuat para pihak tidak dapat ditarik kembali secara sepihak dan pelanggaran atas hal tersebut merupakan wanprestasi.

Prinsip perlindungan berdasarkan hukum kontrak ini sangat relevan dengan bentuk perlindungan berdasarkan system hukum perburuhan atau hukum ketenagakerjaan. Hubungan antara pengusaha dan karyawan merupakan salah satu masalah penting berkenaan. Berkenaan dengan Rahasia Dagang. Tingginya tingkat keluar masuk karyawan dari satu perusahaan ke perusahaan lain menyebabkan perlunya pengaturan Rahasia Dagang ini diintegrasikan ke dalam Undang-Undang

Ketenagakerjaan. Teori ini pun terkait dengan masalah “orang dalam”

perusahaan (insider trading). Perlu ditegaskan di sini bahwa suatu

perjanjian yang dibuat oleh perusahaan dengan karyawannya yang isinya melarang penggunaan teknologi atau informasi yang telah

diketahui secara umum atau merupakan public domain adalah suatu

tindakan yang dianggap sebagai cacat hukum.11

3. Teori Perbuatan Melawan Hukum dapat menjadi dasar dari

perlindungan atas Rahasia Dagang. Hal ini merupakan salah satu jalan keluar sebagai konsekuensi perlindungan atas HKI yang tidak


(21)

didaftarkan seperti halnya Rahasia Dagang.12 Dalam kaitannya sebagai

dasar terhadap perlindungan Rahasia Dagang, maka teori perbuatan melawan hukum ini menggolongkan pelanggaran Rahasia Dagang adalah sebagai perbuatan melawan hukum, dimana pelanggaran terhadap Rahasia Dagang berarti pelanggaran terhadap penggunaan informasi Rahasia Dagang sesuai isi Pasal 13 dan 14 Undang-Undang No.30 Tahun 2000.

Perkembangan kebijakan dan kepedulian mengenai perlindungan aset-aset intelektual atau HKI, termasuk Rahasia Dagang di Barat dilandasi

beberapa teori, yang dikenal sebagai teori “reward”, teori “recovery” ,teori

“incentive”,dan teori “risk” yang dimaksud dengan teori-teori ini adalah;13

1. Teori reward menyatakan ,sebenarnya bahwa pencipta atau penemu yang

menghasilkan penemuan yang harus dilindungi harus diberi penghargaan atas jerih payahnya menghasilkan penemuan. Terkandung pengertian dari masyarakat mengenai penghargaan atas jerih payah seseorang atau

suatu pengakuan atas keberhasilan yang dicapai. Teori reward

mendalilkan bahwa apabila individu-individu yang kreatif diberi insentif berupa hak eksklusif, maka hal ini akan merangsang individu-individu lain untuk bereaksi.

2. Teori recovery menyatakan bahwa penemu atau pencipta setelah

mngeluarkan jerih payah dan waktu serta biaya , harus memperoleh

12 Ibid., h. 52.

13 P. Cita Citrawinda, Budaya Hukum Indonesia Menghadapi Globalisasi: Perlindungan


(22)

13

kesempatan untuk memperoleh kembali sesuatu dari apa yang telah dikeluarkannya

3. Teori incentive menyatakan bahwa dalam rangka menarik upaya dan

dana bagi pelaksanaan dan pengembangan kreativitas penemuan, serta menghasilkan sesuatu yang baru, diperlukan adanya suatu intensif yang dapat memacu agar kegiatan-kegiatan penelitian yang dapat dimaksudkan dapat terjadi.

4. Teori risk yang mengakui bahwa kekayaan intelektual adalah hasil karya

yang mengandng resiko, kekayaan intelektual yang merupakan hasil dari suatu penelitian mengandung resiko yang memungkinkan orang lain telah lebih dahulu menemukan cara tersebut atau pun memperbaikinya dan dengan demikian wajar untuk memberikan perlindungan terhadap upaya atau kegiatan yang mengandung resiko tersebut.

F. Kerangka Konseptual

Undang-Undang No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang yang terdiri dari sebelas Bab dan sembilan belas pasal ini mengatur pengertian atau definisi dari Rahasia Dagang dalam rumusan Pasal 1 angka (1), dengan

rumusan sebagai berikut:14

“Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum

di bidang teknologi dan atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik

Rahasia Dagang”.

14 Gunawan Widjaja, SERI HUKUM BISNIS : RAHASIA DAGANG, (Jakarta : PT.Raja


(23)

Pengertian hak Rahasia Dagang dibedakan dari pengertian tentang Rahasia Dagang, yang diatur dalam rumusan Pasal 1 angka (2), yang

berbunyi; “ Hak Rahasia Dagang adalah hak atas Rahasia Dagang yang

timbul berdasarkan Undang-undang ini” . jika kita baca rumusan

Undang-Undang Rahasia Dagang lebih lanjut, dapat kita temui 3 pasal yang mengatur mengenai hak atas Rahasia Dagang ini, yaitu ketentuan Pasal 4, Pasal 6 dan Pasal 7. Ketiga pasal tersebut secara eksplisit menyatakan bahwa pemilik Rahasia Dagang (dalam Pasal 4) dan pemegang Rahasia

Dagang dalam Pasal 6 dan Pasal 7), berhak untuk ;15

1. Menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya

2. Memberikan lisensi kepada pihak lain untuk menggunakan Rahasia

Dagang tersebut.

Rahasia Dagang dapat dilanggar dengan cara-cara sebagai berikut;16

Pasal 11 menjelaskan bahwa pemilik informasi rahasia atau penerima lisensi dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri terhadap siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud Pasal 4.

Pasal 13 menjelaskan bahwa pelanggaran suatu Rahasia Dagang dapat terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengungkapkannya atau mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis maupun yang tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan.

15 Ibid, h. 84.


(24)

15

Pasal 14 menjelaskan bahwa seseorang dapat dianggap melangar suatu Rahasia Dagang apabila dia memperolehnya dari pihak lain dengan cara yang tidak layak atau sah atau dengan cara yang bertentangan dengan hukum yang ada.

Kalau disimak pertimbangan hukum dibentuknya Undang-Undang Rahasia Dagang ada dua alasan mengapa Indonesia perlu memiliki undang-undang yang khusus mengatur dan melindungi Rahasia Dagang, yaitu untuk memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup perdagagangan nasional dan internasional perlu diciptakan iklim yang mendorong kreasi dan inovasi masyarakat dengan memberikan perlindungan hukum terhadap

Rahasia Dagang sebagai bagian dari dari sistem HKI.17

G. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini dibutuhkan data yang akurat, yang dititikberatkan pada data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dan data primer dari penelitian lapangan yang mendukung data sekunder, sehingga permasalahan pokok yang diteliti dapat ditemukan. Agar data yang dimaksud dapat diperoleh dan dibahas, peneliti menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, digunakan dua metode penelitian, yaitu penelitian hukum

normatif (yuridis normatif).

17 OK. Saidin , Aspek Hukum Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), (Jakarta:


(25)

Penelitian Hukum Normatif (yuridis normatif) adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data

sekunder belaka.18 Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi

berbagai peraturan perundang-undangan di bidang hukum kekayaan intelektual khususnya di bidang Hak Rahasia Dagang.

Metode berpikir yang digunakan adalah metode berpikir deduktif (cara berpikir dalam penarikan kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum yang sudah dibuktikan bahwa dia benar dan kesimpulan itu ditujukan untuk sesuatu yang sifatnya khusus).

Dalam kaitannya dengan penelitian hukum normatif, akan

digunakan beberapa pendekatan, yaitu:19

a. Pendekatan Perundang-undangan (statuteapproach)

Pendekatan Perundang-undangan (statuteapproach) adalah

suatu pendekatan yang dilakukan terhadap berbagai aturan hukum yang berkaitan dengan pengaturan dan perlindungan terhadap Hak Rahasia Dagang, di antaranya: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang No. 30 Tahun 2000, Konvensi Paris dan TRIPs.

b. Pendekatan Konsep (conceptual approach)

Pendekatan Konsep (conceptual approach) digunakan untuk memahami konsep-konsep tentang : pengertian pemilik atas

18 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h. 13-14.

19 Johnny Ibrahim, Teori, Metode dan Penelitian Hukum Normatif, (Malang:


(26)

17

hak Rahasia Dagang, pengertian pelanggaran dalam Rahasia Dagang dan pengertian Rahasia Dagang beserta syaratnya. Dengan didapatkan konsep yang jelas maka diharapkan penormaan dalam aturanhukum ke depan tidak lagi terjadi pemahaman yang ambigu.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek

pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan di atas.20

Data yang diperoleh dari penelitian diupayakan memberikan gambaran atau mengungkapkan berbagai faktor yang berhubungan erat dengan gejala-gejala yang diteliti, kemudian dianalisa mengenai penerapan atau pelaksanaan peraturan perundang-undangan untuk mendapatkan dara atau informasi mengenai pelaksanaannya serta hambatan-hambatan yang dihadapi.

3. Sumber Data

Dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan difokuskan pada pokok-pokok permasalahan yang ada, sehingga dalam penelitian ini tidak penyimpangan dan kekaburan dalam pembahasan. Data yang digunakan hanyalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dalam penelitian kepustakaan.

Penelitian kepustakaan adalah teknik untuk mencari bahan-bahan atau data-data yang bersifat sekunder yaitu data-data yang erat


(27)

hubungannya dengan bahan primer dan dapat dipakai untuk menganalisa permasalahan.

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum sifatnya mengikat21, yaitu:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

3. Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang

4. Peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan objek

penelitian.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer22, yaitu:

1. Berbagai hasil penelitian mengenai Hak atas Rahasia Dagang

2. Berbagai buku yang membahas mengenai Hak atas Rahasia

Dagang

3. Berbagai artikel dan makalah dalam majalah dan jurnal

c. Bahan hukum tersier , bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang terdiri dari:

1. Kamus Hukum

2. Kamus bahasa Indonesia

3. Kamus bahasa Inggris

4. Dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan objek

penelitian untuk diterapkan dalam penelitian ini.

21 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, h. 52 22 Ibid, h.53


(28)

19

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yang diperoleh dari data yang bersumber dari studi kepustakaan maupun dari penelitian lapangan. Analisis deskriptif kualitatif yaitu metode analisis data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian dianalisa secara interpretatif menggunakan teori maupun hukum positif yang telah dituangkan, kemudian secara induktif ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada.

5. Metode penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode penulisan sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran garis besar mengenai tiap-tiap bab sebagai berikut: Bab I Pendahuluan

Pada bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu, Kerangka Konseptual, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.


(29)

Bab II Politik Hukum Lahirnya Undang-Undang Rahasia Dagang di Indonesia

Pada bab ini akan dijelaskan tentang Sejarah Rahasia Dagang, Pengertian Rahasia Dagang, Ruang Lingkup Rahasia Dagang, dan Unsur-unsur Rahasia Dagang

Bab III Ketentuan Pengaturan Kepemilikan Rahasia Dagang

Pada bab ini mejelaskan tentang Profil PT BPE dan HCMI, Pemilik Rahasia Dagang dan Pemegang Rahasia Dagang, Lisensi Rahasia Dagang, Hubungan Rahasia Dagang dengan Perjanjian Kerja dan Pelanggaran Rahasia Dagang

Bab IV Ketentuan Pengaturan Kompetensi Absolut Dalam Sengketa Rahasia Dagang Pada Putusan MA Nomor 1713K/Pdt/2010

Pada bab ini dijelaskan mengenai analisis putusan Ma Nomor 1713K/Pdt/2010 tentang pelanggaran Rahasia Dagang dan penyelesain sengketa Rahasia Dagang

Bab V Penutup


(30)

21

BAB II

POLITIK HUKUM LAHIRNYA UNDANG-UNDANG

RAHASIA DAGANG DI INDONESIA

A. Sejarah Rahasia Dagang di Indonesia

Dalam melakukan kerjasama internasional Indonesia resmi menjadi

anggota Organisasi HKI Dunia/World Intellectual Property Organization

(WIPO) pada tahun 1979 dengan meratifikasi Convention Establising the

World Intellectual Property Organization melalui Keputusan Presiden No.

24 Tahun 1979 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden No. 15 Tahun 1997 dan melalui Keputusan Presiden yang sama diratifikasi pula

Paris Convention sedangkan Bern Convention diratifikasi sesuai Keputusan

Presiden No. 18 Tahun 1997.1

Indonesia juga menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia/

World Trade Organization (WTO) dengan menandatangani Agreement

Estabilishing The World Trade Organization dan meratifikasinya dalam

Undang-Undang No. 7 tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement

Estabilishing The World Trade Organization yang berarti pula

berkewajiban mempedomani persetujuan tersebut ke dalam legislasi nasionalnya. Sesuai dengan kesepakatan internasional bahwa pada tanggal 1 Januari 2000 Indonesia sudah harus menyesuaikan dengan standar TRIPs

(Trade Related Aspects of Intellectual Property Right, Inculding Trade in

Counterfeit Good) dalam hal definisi, administrasi dan penegakkan HKI,

1 Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual,(Bandung: PT.Alumni,


(31)

penerapan semua ketentuan-ketentuan yang ada dalam persetujuan TRIPs tersebut adalah merupakan konsekuensi untuk seluruh anggota WTO

termasuk Indonesia.2

Momentum kehadiran Rahasia Dagang secara utuh di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari keikutsertaan Indonesia dalam berbagai

perjanjian internasional khususnya TRIPs (Trade Related Aspect of

Intellectual Property Rights, Inculding Trade in CounterfeiBt Good).

Adanya pengaturan Rahasia Dagang dalam TRIPs menunjukan bahwa telah

ada kesepakatan, minimal bagi anggota peserta WTO (World Trade

Organisation) . Perlindungan Rahasia Dagang dalam suatu negara akan

mendorong masuknya investasi, inovasi dan kemajuan teknologi. Para investor akan merasa aman dan dihargai karena ada perlindungan atas Rahasia Dagangnya dan akan berpengaruh langsung pada keseluruhan perekonomian negara. Rahasia Dagang merupakan bagian dari HKI, sehingga hal ini diatur dalam Persetujuan TRIPs menggunakan istilah

Undiscloused Information untuk menunjukan informasi yang harus

dirahasiakan. Pengaturannya dapat dijumpai dalam Section 7 Protection of

Undiscloused Information, Pasal 39 Persutujuan TRIPs.3

Ketentuan Pasal 39 Persetujuan TRIPs ini didasarkan untuk menjamin perlindungan yang efektif untuk mengatasi persaingan curang

sebagaimana diatur dalam Pasal 10 bis Paris Convention. Untuk itu

negara-negara WTO wajib memberikan perlindungan terhadap informasi yang

2 Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung :PT. Alumni, 2013), h. 31. 3 Rachmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual, h.385.


(32)

23

dirahasiakan dan data yang diserahkan kepada pemerintah atau badan pemerintah.

Meskipun perlindungan terhadap pemilik hak Rahasia Dagang tidak harus selalu diatur dalam suatu undang-undang khusus, karena bisa saja perlindungan itu diatur dalam satu undang-undang yang bersifat umum, yang didalamnya juga memberikan perlindungan terhadap pemilik hak Rahasia Dagang sebagaimana diterapkan di beberapa negara maju seperti, Amerika Serikat, Jerman, Jepang atau Australia. Namun Indonesia menganggap perlu membuat secara khusus Undang-Undang Rahasia Dagang yang memberikan perlindungan terhadap pemilik hak tersebut.

Pada tanggal 20 Desember 2000 Indonesia mengundanggkan Undang-Undang No.30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. sebagai landasan dasar diingatkan pada waktu membuat Undang-Undang No.30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang ada ketentuan yang penting dalam kerangka Undang-Undang Dasar 1945, yakni Pasal 5 angka (1), Pasal 20 angka (1) dan Pasal 33 yang dikenal sebagai pasal-pasal perlindungan

tentang pihak ekonomi lemah dari masayarakat di dalam republik indonesia4

Pembahasan 3 (tiga) rancangan Undang-Undang tentang Rahasia Dagang , Desain Industri, dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu hingga menjadi undang-undang dapat dianggap cukup lama dan berlangsung selama setahun sejak diajukan pemerintah kepada DPR pada tanggal 17

4 Sudargo Gautama, Komentar Undang-Undang Rahasia Dagang, (Bandung: Citra Aditya


(33)

Desember 1999 hingga disetujui untuk menjadi undang-undang pada rapat

pleno DPR tanggal 4 Desember 2000.5

Ada 2 aspek yang mendasari latar belakang lahirnya Undang-Undang Rahasia Dagang . Aspek pertama adalah telah diratifikasinya

Agreement Estabilishing the World Trade Organization (Persetujuan

Pmbentukan Organisasi Perdagangan Dunia) dimana didalamnya tercakup

Agreement Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights, dengan

Undang-Undang No.7 Tahun1994. Didalam TRIPs inilah ditulis tentang perlunya dibuat dan diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang.

Aspek kedua adalah yang mendasari Undang-Undang No.30 tahun 2000 adalah mengingat Undang-Undang No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan persaingan tidak sehat (lembaran negara Republik Indonesia tahun 1999 No.33 Tambahan lembaran negara Republik Indonesia No.3817).

Adanya perlindungan HKI dan khususnya Rahasia Dagang yang baik diharapkan dapat mengurangi dampak terjadinya persaingan curang atau persaingan tidak sehat. Bahkan menurut sejarah penamaannya pada saat pembahasan undang-undang tersebut pernah diajukan dengan nama (rancangan undang-undang anti persaingan curang). Jadi ternyata lahirnya Undang-Undang No.30 tentang Rahsaia Dagang tersebut sejalan dengan

5 P. Cita Citrawinda, Budaya Hukum Indonesia Menghadapi Globalisasi: Perlindungan


(34)

25

pokok pemikiran dalam TRIPs, yang menjadi bagian dari perjanijian

pembentuk WTO.6

Kalau disimak pertimbangan hukum dibentuknya Undang-Undang Rahasia Dagang ada dua alasan mengapa Indonesia perlu memiliki undang-undang yang khusus mengatur dan melindungi Rahasia Dagang, yaitu untuk memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup perdagagangan nasional dan internasional perlu diciptakan iklim yang mendorong kreasi dan inovasi masyarakat dengan memberikan perlindungan hukum terhadap

Rahasia Dagang sebagai bagian dari dari sistem HKI.7

Dasar hukum dari segi formal maupun segi material bidang Rahasia Dagang adalah Pasal 5 angka 1,Pasal 20 dan Pasal 23 Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945, sehingga lingkup perdagangan nasional dan internasional perlu diciptakan iklim yang mendorong kreasi dan inovasi masyarakat Indonesia dengan memberikan perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang sebagai bagian dari sistem Hak Kekayaan Intelektual.

Indonesia telah meratifikasi Agreement Establishing The World Trade

Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia)

disahkan dengan Undang-Undang RI nomor 7 tahun 1994 (lembaran Negara RI Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3564)

yang mencangkup Agreement on Trade Related aspect of Intellectual

Property Rights (Persetujuan TRIPS), yang merupakan lampiran dari

6 Gunawan Widjaja, SERI HUKUM BISNIS : RAHASIA DAGANG, (Jakarta : PT.Raja

Grafindo Persada, 2001), h.5.

7 OK. Saidin , Aspek Hukum Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), (Jakarta:


(35)

agreement tersebut di atas, antara lain mewajibkan kepada negara anggota seperti Indonesia mempunyai dan melaksanakan peraturan

perundang-undangan di bidang Hak Kekayaan Intelektual termasuk Rahasia Dagang.8

B. Pengertian Rahasia Dagang

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Rahasia Dagang, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu pengertian dari Rahasia Dagang tersebut. Jika telah mengetahui pengertian tersebut, maka untuk menuju pada tahap pembahasan akan lebih memudahkan untuk semakin mengerti dan memahami hal tersebut.

Istilah Rahasia Dagang itu sendiri di beberapa Negara berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Istilah Rahasia Dagang dikenal secara luas dalam sistem Anglo Saxon dan dipergunakan baik dalam produk-produk hukum dan kepustakaan hukum. Sarjana-sarjana hukum terkemuka Amerika Serikat, seperti Robert Merges, Pamela Samuelson, Richard M Buxbaum menggunakan istilah Rahasia Dagang meskipun telah lahir istilah baru yaitu informasi yang dirahasiakan yang diakomodasi dalam TRIPs tersebut. Di Prancis, Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat dan banyak Negara lainnya

menyatakan bahwa pengetahuan dalam bidang industri dapat merupakan

suatu trade secret atau Rahasia Dagang, walaupun proses umum atau

metode itu berkaitan dengan hal yang dapat dipatenkan atau secara umum

dapat diketahui oleh masyarakat luas9

8 Pipin Syarifin, Peraturan Hak Kekayan Intelektual di Indonesia , (Bandung : Pustaka

Bani Quraisy, 2004), h.51.

9

Insan Budi Maulana, Langkah Awal Mengenal Undang-Undang Rahasia Dagang, ( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001), h. 18.


(36)

27

TRIPs dalam hal ini memberikan istilah agak berbeda dengan menyatakan sebagai informasi yang dirahasiakan, istilah ini pada prinsipnya merupakan pedoman dari istilah Rahasia Dagang. Dengan catatan bahwa kesepakatan GATT-WTO dalam TRIPs tampak bermaksud memperluas istilah Rahasia Dagang ini. Berbeda dengan penggunaan istilah yang digunakan dalam Sistem Hukum Amerika Serikat, Sistem Hukum Inggris memberikan istilah yang lebih mendekati terminologi yang digunakan

TRIPs dengan menyebutkannya sebagai informasi rahasia (confidential

information) untuk Rahasia Dagang, sedangkan hukum dan praktek

pengadilan Australia justru menggunakan istilah yang sama dengan

Amerika Serikat yaitu Rahasia Dagang.10

Terlepas dari semua perbedaan tentang penyebutan istilah Rahasia Dagang itu sendiri, pada prinsipnya Rahasia Dagang merupakan bagian dari informasi rahasia. Informasi Rahasia adalah informasi yang tidak boleh diketahui siapa saja, kecuali petugas atau pejabat yang diberi wewenang untuk melaksanakan dan menyimpan informasi rahasia tersebut. Informasi rahasia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis menurut pemilik atau

sumbernya, yaitu :11

a. Rahasia Pribadi (private secret), dimiliki seseorang yang patut

dirahasiakan, misalnya catatan harian pengusaha melalui sekretarisnya, kisah kehidupan pribadi masa lalu, kiat sukses dalam pemasaran.

10 Ahmad M. Ramli, H.A.K.I: Teori Dasar Perlindungan Rahasia Dagang, (Bandung:

Mandar Maju,2000), h. 33-34.


(37)

b. Rahasia Politik (political secret), dimiliki oleh negara atau partai politik misalnya rahasia jabatan, strategi penguasaan suatu wilayah, pembatasan ruang gerak partai politik, strategi mempertahankan kekuasaan.

c. Rahasia Pertahanan dan Keamanan (defence and security secret),

dimiliki negara, misalnya strategi pengembangan militer, pembangunan pabrik senjata, pertahanan negara yang efektif, daerah kawasan militer.

d. Rahasia Dagang (trade secret), dimiliki perusahaan atau pengusaha,

misalnya penemuan teknologi, proses produksi dan pemasaran, manajemen perusahaan, formula produk berkualitas, program komputer, dan komputerisasi data prospek perusahaan.

Pengertian yang tercantum dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang, Pasal 1 angka (1) yaitu :

“Rahasia Dagang adalah informasi di bidang teknologi dan atau bisnis yang

tidak diketahui umum, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam

kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang”.

Pada prinsipnya bahwa Rahasia Dagang merupakan segala informasi yang tidak diketahui oleh umum dalam rangka kegiatan perdagangan. Informasi yang sangat strategis sifatnya ini memiliki potensi mengandung nilai ekonomis yang tinggi karena dapat digunakan untuk alat

bersaing dengan para competitor.


(38)

29

Ada 3 perbedaan pokok antara Rahasia Dagang dengan bentuk HAKI lainnya seperti hak cipta, paten dan merek. Ketiga perbedaan itu

dapat diuraikan sebagai berikut :12

a. Bentuk HKI lain tidak bersifat rahasia. Bentuk HKI lain mendapat

perlindungan karena merupakan sejenis kekayaan yang dimiliki orang lain. Kecuali kalau informasi mengenai suatu penemuan diungkapkan, perlindungan paten tidak dapat diperoleh dari negara. Kalau karya-karya yang dilindungi hak cipta atau sebuah merek tidak digunakan secara umum, maka tidak ada nilai komersialnya. Rahasia Dagang mendapat perlindungan karena sifat rahasianya menyebabkan informasi itu bernilai. Rahasia Dagang terdiri informasi yang hanya bernilai komersial kalau kerahasiannya tidak hilang.

b. Rahasia Dagang mendapat perlindungan meskipun tidak mengandung

nilai kreativitas atau pemikiran baru. Yang penting adalah Rahasia Dagang tersebut tidak diketahui secara umum. Misalnya, sebuah sistem kerja yang efektif, barangkali tidak begitu kreatif, tetapi keefektifan dan kerahasiaannya menyebabkan informasi itu bernilai komersial.

c. Bentuk HKI lain selalu berupa bentuk tertentu yang dapat ditulis,

digambar atau dicatat secara persis sesuai dengan syarat pendaftaran yang ditetapkan oleh instansi pemerintah. Rahasia Dagang tidak semestinya ditulis. Yang penting, bukan bentuk tulisan atau pencatatan informasi yang persis, tetapi penggunaan konsep, ide atau informasinya

12


(39)

sendiri yang dapat diberikan kepada pihak lain secara lisan. Hal ini berbeda dengan hak paten atau merek.

Selain itu, perlindungan terhadap Rahasia Dagang tidak memiliki jangka waktu yang terbatas dan cara untuk mendapatkannya dapat dilakukan secara lebih fleksibel karena tidak terikat dengan syarat-syarat formal seperti halnya yang terjadi dalam sistem hukum paten, yang memerlukan pemenuhan formalitas dan proses pemeriksaan.

Pasal 2 Undang-Undang Rahasia Dagang, lingkup Rahasia Dagang melingkupi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain dibidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyrakat.

R. Mark Haligan memberikan beberapa contoh ruang lngkup Rahasia Dagang yang didasarkan pada hukum Amerika Serikat diantaranya, Informasi teknikal/penelitian dan pengembang: informasi teknologi, informasi yang berhubungan dengan riset dan pengembangan, formula-formula, senyawa-senyawa /bahan campuran, proses-proses,

catatan-catatan, dan yang lainnya.13

Informasi yang dilindungi Rahasia Dagang mencakup informasi

bisnis atau informasi teknologi yang dapat berupa formula kimia (Chemical

formula), proses industri, informasi harga, barang atau produk yang

13 Tomi Suryo Utomo, “Hak Kekayaan Intelektual (HKI)” (Yogyakarta: Graha Ilmu,


(40)

31

dihasilkan, daftar konsumen dan informasinya, bahan pasokan, dan metode

penjualan.14

D. Unsur – Unsur Rahasia Dagang

Jika kita perhatikan rumusan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Rahasia Dagang, akan dapat kita tarik kesimpulan bahwa Rahasia Dagang

terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:15

a. Adanya pengertian mengenai informasi

Undang-Undang Rahasia Dagang sama sekali tidak memberikan definisi atau pengertian tentang informasi. Dengan demikian maka apakah ini berarti pengertian informasi harus dapat kita cari dari pengertian yang seumumnya. Jika kita lihat pengaturan yang diberikan di Amerika Serikat dan pembatasan dalam pengertian disebutkan dalam huruf e khususnya yang berkaitan dengan kewajiban penjagaan informasi dan bukti keberdaan informasi yang berharga, dapat dikatakan bahwa informasi yang dimaksudkan disini adalah informasi yang bersifat tertulis.

b. Informasi tersebut merupakan informasi yang tidak diketahui oleh

umum

Informasi akan dianggap rahasia jika informasi itu merupakan sebuah konsep, ide atau informasi yang hanya diketahui pemilik serta tidak dapat diperoleh oleh pihak lain dan belum diketahui secara umum.

14 Rahmi Jened, “Hak Kekayaan Intelektual” (Surabaya: Airlangga University Pres, 2010)

h. 217-218.


(41)

Jika informasi diumumkan kepada masyarakat, kerahasiaan dari informasi tersebut akan hilang. Misalnya menurut hukum Australia, perusahaan umum wajib mengungkapkan informasi tertentu agar pelaku pasar dapat memperoleh gambaran secara layak mengenai aktivitasnya. Sifat kerahasiaan dari informasi itu dianggap hilang ketika diungkapkan. Akan tetapi apabila dokumen harus diserahkan ke pengadilan untuk keperluan terbatas, informasi dalam dokumen tersebut tetap dianggap

rahasia, karena pengungkapan itu terbatas dan tidak untuk masyarakat.16

c. Informasi tersebut berada dalam lapangan teknologi dan/atau

bisnis

Limitasi yang diberikan dalam definisi Rahasia Dagang oleh Undang-Undang No.30 Tahun 2000 adalah informasi tersebut harus berada dalam bidang teknologi atau bisnis. Undang-Undang Rahasia Dagang juga tidak memberikan rumusan atau penjelasan lebih lanjut tentang arti di bidang teknologi dan/ atau bisnis. Rumusan Pasal 2 Undang-Undang Rahasia Dagang yaitu:

“Lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak

diketahui oleh masyarakat umum.”

Ini berarti informasi dalam bidang teknologi dan/ atau bisnis ini adalah informasi yang merupakan suatu proses yang dapat berupa sistem atau prosedur atau tata cara jalannya suatu kegiatan usaha, baik yang


(42)

33

berhubungan dengan teknologi (dalam bentuk formulasi produk barang) maupun sistem kegiatan jalannya usaha itu sendiri (dalam bentuk produk jasa). Mengenai makna teknologi adalah bahwa teknologi yang dimaksud disini adalah proses pembuatan produk, yang dalam hal tertentu, jika memenuhi persyaratan perolehan paten dapat merupan teknologi yang dapat dipatenkan. Sedangkan kata bisnis mengandung arti yang sangat luas meliputi baik metode pengolahan, pola penjualan, pola pendistribusian, atau barang dan lain-lain yang dianggap unik dan berharga.

d. Memiliki nilai ekonomi

Rumusan Pasal 3 angka (3) Undang-Undang No.30 Tahun 2000 merumuskan bahwa:

‘’Informasi dianggap memiliki nilai ekonomi apabila sifat kerahasiaan

informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha yang bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan

secara ekonomi.”

Makna menjalankan kegiatan yang bersifat komersial, menunjukan bahwa informasi tersebut akan bermanfaat dan menguntungkan jika dilakukan secara massal, dan tidak hanya diperuntukkan dan dipergunakan secara terbatas. Hal ini menunjukan kembali bahwa dalam Rahasia Dagang, yang dirahasiakan adalah suatu sistem, prosedur, tata cara, proses, formula dan bukan produk itu sendiri. Melalui rangkaian kegiatan dengan mempergunakan sistem, tata cara, proses dan/ atau formula yang dirahasiakan, produk, baik barang atau


(43)

jasa yang dihasilkan ini diharapkan dapat memberikan keuntungan secara ekonomis.

e. Kewajiban menjaga kerahasiaannya oleh pemiliknya

Ketentuan Pasal 3 angka (4) Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 menyatakan bahwa :

“Informasi dianggap dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para

pihak yang menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak

dan patut.”

Agar pengajuan gugatan terhadap pelanggaran kerahasiaan berhasil, pemilik Rahasia Dagang harus membuktikan penerima Rahasia Dagang memiliki kewajiban untuk menjaga sifat kerahasiaan dari informasi tersebut karena informasi itu diberikan secara rahasia. Keadaan dimana informasi diperoleh akan menentukan apakah ada kewajiban untuk menjaga kerahasiaan. Secara umum diatur bahwa ada kewajiban untuk menjaga kerahasiaan jika dianggap layak bagi seseorang yang berada dalam posisi yang sama dengan penerima informasi, mengakui informasi tersebut diberikan kepadanya secara

rahasia.17

Kecenderungan dipilihnya bentuk perlindungan melalui Rahasia Dagang setidak-tidaknya dilandasi oleh dua alasan, pertama karena seringkali substansi yang diinginkan untuk mendapat perlindungan merupakan hal yang tidak dapat diberi paten, seperti halnya daftar pelanggan perusahaan, data keuangan, nota-nota bisnis dan lain-lain.

17 Ibid. 242.


(44)

35

Kedua, mungkin juga hal yang ingin dilindungi sebenarnya memungkinkan untuk diberi hak paten, tetapi investor lebih memilih bentuk perlindungan Rahasia Dagang karena berbagai alasan seperti jangka waktu perlindungan yang tidak terbatas, nilai kerahasiaan yang lebih terjamin, mahalnya biaya di kantor paten dan formalitas pendaftaran yang lebih

rumit.18

18 http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/viewFile/2447/1984


(45)

BAB III

KETENTUAN PENGATURAN KEPEMILIKAN RAHASIA

DAGANG

A. Profil PT. Basuki Pratama Engineering dan PT. Hitachi Construction

Machienery Indonesia

1. PT.Basuki Pratama Engineering

a. Sejarah1

PT. Basuki Pratama Engineering, didirikan pada tanggal 16 Juli 1981 oleh dua bersaudara yakni Johannes Sujanto Basuki dan Stefanus Widagdo Basuki. Dengan hanya mempekerjakan beberapa pekerja dalam suatu bengkel kecil, PT. Basuki Pratama Engineering

memulai usahanya dalam memproduksi Kiln Dryer System. Dengan

memiliki standar kualitas dan efisiensi yang tinggi, produk yang dihasilkan PT. Basuki Pratama Engineering dapat diterima dengan baik pada pasar lokal, baik perusahaan-perusahaan maupun pabrik-pabrik yang ada.

PT. Basuki Pratama Engineering merupakan perusahaan

yang bergerak di bidang manufaktur. “Desain menjadikan produk berkualitas”, itulah moto dari PT. Basuki Pratama Engineering.

Sekarang, produk yang dihasilkan PT. Basuki Pratama Engineering sudah diekspor ke beberapa negara. Dengan

1 http://www.basuki.com/ diakses pada tanggal 20 Juni 2015. 36


(46)

37

memelihara kualitas dari produk, PT. Basuki Pratama Engineering

akan terus menjadi “pemain” kuat di pasarnya. PT. Basuki Pratama

Engineering, disamping menghasilkan produk yang sangat berkualitas, juga memperhatikan kepuasan dari konsumennya. Saat ini PT. Basuki Pratama Engineering menjadi pemimpin pasar untuk

Kiln Dryer System, mempekerjakan ± 400 karyawan yang

profesional, dengan lahan pabrik ± 14000m2 yang bertempat di kawasan industri Pulogadung.

Disamping memproduksi Kiln Dryer System, PT. Basuki

Pratama Engineering juga memproduksi boilers, pollution control

system, heaters, timber impregnation plant and centrifugal fan.

b. Tata Kelola Perusahaan2

1) President Directors

Bertanggung jawab atas keseluruhan operasional di PT

Basuki Pratama Engineering. Membawahi: General Manager

Operation, Sales Director Area I & II, Finance & Administration Director, QA/QC (Quality Assurance / Quality Control).

2) General Manager Operation

Bertanggung jawab atas berjalannya pabrik secara keseluruhan, membawahi:

a) Engineering, bertanggung jawab atas kelancaran produksi

dari aspek technical.

2 http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab1/2006-2-01064-TI-bab%201.pdf diakses pada tanggal


(47)

b) Fabrication

1. PPC , bertanggung jawab atas perencanaan produksi.

2. Production ,bertanggung jawab atas pelaksanaan

produksi.

3. Installation & Maintenance ,bertanggung jawab atas

perawatan dan perbaikan mesin.

3) Sales Director Area I

Bertanggung jawab atas penjualan di daerah Jakarta, Semarang, dan sekitarnya.

4) Sales Director Area II

Bertanggung jawab atas penjualan di daerah Surabaya dan Bandung

5) Finance & Administration Director

Bertanggung jawab mengurusi finansial dan pembukuan serta yang mengurusi administrasi kepegawaian, membawahi:

a. Procurement / Sub-contracting ,bertanggung jawab atas

pengadaan barang serta bertanggung jawab atas ekspedisi.

b. Accounting ,bertanggung jawab atas pembukuan, invoice,

account payable, dll

c. Finance ,bertanggung jawab atas finansial perusahaan

d. Personnel & General Affair ,mengurusi personalia (absen,

gaji, lembur, dll) dan bertanggung jawab atas urusan kerumah-tanggaan (makan, minum, seragam, mobil dinas, ruangan, dll).


(48)

39

6) QA / QC ,bertanggung jawab dalam penjaminan kualitas ke

pelanggan serta bertanggung jawab langsung dalam kontrol dan pengecekan kualitas produk.

c. Proses Produksi3

Pada dasarnya di PT. Basuki Pratama Engineering, proses produksi

terdiri dari 5 tahapan: Cutting, Machining, Assembly/Welding,

Finishing, Elektrik.

1) Cutting

Yaitu proses pemotongan material mentah menjadi ukuran yang diinginkan.

2) Machining

Aktifitas pengerjaan point-point tertentu pada part yang membutuhkan tingkat ketelitian (presisi) yang tinggi.

3) Assembly/Welding

Aktifitas menyambungkan dua part atau lebih dengan menggunakan mesin las.

4) Finishing

Proses menghilangkan scrap yang masih menempel pada part

after-assembly/welding.

5) Elektrik

Pemasangan sistem electric pada produk yang dihasilkan.

d. Sistem Kerja4

3 Ibid


(49)

Sistem kerja yang diterapkan pada PT Basuki Pratama Engineering, adalah dengan mematuhi peraturan K3 yang ditetapkan dan memastikan lingkungan dan alat kerja yang mereka gunakan aman (5K). Kebijakan PT Basuki Pratama Engineering tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), yaitu:

1) Melakukan perbaikan kinerja bidang keselamatan dan kesehatan

kerja dengan mengembangkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja secara berkesinambungan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2) Menetapkan tujuan dan sasaran dibidang keselamatan dan

kesehatan kerja sesuai kebutuhan dan kepentingan serta meninjaunya secara berkala.

3) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam

pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja. Dan 5K terdiri dari:

1) Ketertiban

Menata mana yang perlu dan mana yang tidak perlu, yang tidak perlu kita buang.

2) Kerapihan

Meletakkan barang yang kita perlukan sehingga siapapun mengetahui letaknya dengan mudah.

3) Kebersihan

Membiasakan diri membersihkan barang dan tempat kerja setiap waktu.


(50)

41

4) Kelestarian

Menjaga agar ketertiban, kerapihan, dan kebersihan tetap tertib, rapi, bersih dan tetap terpelihara.

5) Kedisiplinan

Menjaga diri agar segala sesuatu yang telah ditetapkan berjalan dengan baik dan benar.

2. PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia

a. Sejarah5

PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia adalah sebuah perusahaan Joint Venture yang berdiri pada tanggal 15 Mei 1991 oleh

PT. Hitachi Construction Machinery Co. Ltd – Japan, Itochu

Corporation – Japan, Hitachi Construction Machinery Singapore Pte.

Ltd, PT. Murinda Iron Steel dan PT. Anggaputra Dhananjaya. Sejak awal berdirinya, produk utama yang dihasilkan adalah

Hydrolic Excavator dan Wheel Loaders yang mendapatkan lisensi

dari Hitachi Construction Machinery Co. Ltd – Japan dan tambahan

produk-produk fabrikasi Engineering yaitu berbagai macam jenis

seperti Heavy Equipment dan juga Pressure Vessel serta Boiler

produk. Bekerjasama dengan pemerintah untuk mensupport industrialisasi di Indonesia.

PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia telah disertifikasi oleh ISO 9001, Quality Management System sejak 1997 dan mengimplementasikan ISO 14001 dimulai pada 2000 untuk

5


(51)

Environment Management System (EMS) untuk memastikan bahwa produk-produk Hitachi dibuat dengan berkonsentrasi pada keamanan dan lingkungan.

PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia adalah salah

satu di Indonesia pemasok terbesar dan produsen excavator,

mempekerjakan 1.606 staf yang berkualitas dan memproduksi 5.500

unit excavator per tahun.

b. Visi dan Misi6

Visi dari PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia

adalah "INSPIRE NEXT", berarti bahwa perusahaan kami selalu

berpikir untuk masa depan dengan teknologi maju dan ramah lingkungan.

Misi HCMI terdiri dari 3 bagian, yang diantaranya sebagai berikut :

1) Tujuan utama kami adalah untuk menyediakan pelanggan kami

dengan layanan dan produk terbaik kami, tidak hanya untuk kinerja tetapi juga untuk karakteristik reliabilitas, ketahanan dan keamanan.

2) Kami berkomitmen untuk kekuatan maka manajemen kami

untuk mengambil peluang keuntungan.

3) Kami akan berusaha untuk mengembangkan produk dalam

respon langsung terhadap kebutuhan pelanggan kami atau untuk mencapai kepuasan pelanggan dan langkah maju bergandengan

6 Ibid


(52)

43

tangan dengan pelanggan kami untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi negara dan dunia.

Dalam rangka mendukung Visi, Misi, Kebijakan Mutu dan Kebjakan Lingkungan. PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia juga mengeluarkan mutu perusahaan tujuan dan beberapa departemen harus menentukan tujuan mereka. Untuk memastikan pencapaian kualitas objektif orang yang bertanggung jawab akan ditunjuk dalam pencapaian sasaran mutu dan kemajuan akan ditinjau secara berkala.

c. Sistem Kerja

HCMI berkomitmen untuk memberikan kualitas tinggi Produk dengan harga yang kompetitif dan pengiriman jadwal untuk

memenuhi kepuasan pelanggan. Untuk Mencapai kebijakan ini:7

1) HCMI wajib untuk selalu meningkatkan dan memelihara Sistem

Manajemen Mutu sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam ISO 9001: 2008 standar.

2) HCMI wajib meningkatkan moral yang terus menerus dimana

semua karyawan selalu bekerja keras dengan nyaman dan berpartisipasi secara aktif dalam mencapai target perusahaan.

3) HCMI akan dapat menjadi Perusahaan Internasional dunia dan

selalu memberikan pelanggan puas.


(53)

4) HCMI akan mengembangkan dan memperkenalkan teknologi baru yang didukung oleh program pelatihan yang efektif dan untuk memastikan perbaikan terus-menerus.

Sistem Manajemen kualitas :8

H:High quality products on time delivery.

C: Customer satisfaction from reliable good value products and

services.

M: Motivate the employees to participate actively in achieving

company's targets.

I: International world wide company by continual improvements

through working target determination.

PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia, pembuatan berbagai macam Mesin Konstruksi, Komponen dan produk Mesin, berkomitmen untuk mencegah polusi udara, air dan pencemaran tanah, dengan meminimalkan dampak lingkungan dari produksi kami melalui perbaikan terus-menerus dari Sistem Manajemen

Lingkungan.9

H: Have foremost regards for health and safety of our employees

and emergency response.

C: Cut energy consumption, noise, wastes and conserve other

resources, while practicable.

8 Ibid


(1)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

tanpa memeriksa perkara itu kembali, mengenai fakta-fakta dan penerapan

hukum, dikategori putusan yang onvoldoende gemotiveerd atau tidak cukup pertimbangan;

6. Dengan membaca secara cermat dan seksama perkara a quo baik Undang- Undang Rahasia Dagang maupun surat gugatan a quo kesalahpahaman dan pencampuradukan permasalahan antara rahasia dagang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Rahasia Dagang dengan Undang-Undang Desain Industri sebagaimana dikemukakan dalam pertimbangan Pengadilan Negeri halaman 35-36 yang telah diambil alih oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Bandung menjadi pertimbangannya sendiri seharusnya tidak perlu terjadi, dengan alasan sebagai berikut:

a. Definisi rahasia dagang sebagaimana Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Rahasia Dagang adalah: Informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang;

b. Selanjutnya ruang lingkup rahasia dagang berdasarkan Pasal 2

Undang-Undang Rahasia Dagang meliputi, lingkup perlindungan

rahasia dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan,

metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum; c. Dengan demikian, yang dilindungi oleh UU Rahasia Dagang adalah informasi, konsep, ide maupun metode yang digunakan, bukan wujud nyatanya, yang dalam perkara a quo, informasi rahasia tersebut secara konkret terdapat di cetak biru/blueprint mesin boiler Pemohon Kasasi/Penggugat. Oleh karenanya gugatan Pemohon Kasasi/Penggugat termasuk tetapi tidak terbatas pada uraian di halaman 5 dan 6 senantiasa merujuk pada metode produksi mesin boiler. Bahkan judul gugatan yang tercantum pada halaman 1 surat gugatan Pemohon Kasasi/Penggugat adalah gugatan ganti rugi atas pelanggaran rahasia dagang sehubungan dengan metode produksi mesin boiler berdasarkan Pasal 11 juncto Pasal 4 Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang;

d. Sehingga sangat aneh dan tidak masuk akal apabila PN Bekasi dan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Bandung sampai pada kesimpulan bahwa gugatan a quo adalah tentang desain industri, bahkan PN Bekasi sampai merumuskan sendiri definisi cetak biru/blueprint, padahal Pemohon

Hal 24 dari 29 Hal. Put. No. 1713 K/Pdt/2010

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id


(2)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Kasasi/Penggugat sama sekali tidak mempermasalahkan desain industri dalam

surat gugatan;

7. Permohonan banding yang diajukan oleh Pemohon Banding/Penggugat adalah banding terhadap putusan sela yang dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Bekasi, maka Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Bandung seharusnya dapat dengan gamblang rnelihat bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah melanggar Undang-Undang Rahasia Dagang karena Pasal 11 Undang-Undang Rahasia Dagang dengan jelas dan tegas menyatakan kompetensi Pengadilan Negeri untuk memeriksa sengketa rahasia dagang. Apalagi, halaman 4 putusan 328, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Bandung mencantumkan pertimbangan sebagai berikut:

Mengingat peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku khususnya Pasal 134 HIR, UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang 8. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa pertimbangan Majelis Hakim

Pengadilan Tinggi Bandung yang terlalu singkat dan tidak konkret tersebut dikategorikan sebagai putusan yang tidak cukup pertimbangan, sehingga karenanya harus dibatalkan;

Judex Facti melanggar prinsip objektivitas, dan asas Audi et alteram partem;

1. Mohon perhatian Mahkamah Agung yang terhormat, bahwa dalam memori banding, Pemohon Banding/Penggugat PN Bekasi sangat keberatan dengan putusan PN 280 karena Majelis Hakim PN Bekasi dalam memberikan pertimbangan dan mengambil keputusan, Majelis Hakim PN Bekasi telah melanggar prinsip objektifitas dan asas Audi et alteram partem;

2. Pemohon Kasasi/Pemohon Banding/Penggugat tidak diberikan kesempatan yang sama dengan para Termohon Kasasi/para Terbanding/para Tergugat untuk memberikan tanggapan atas Duplik sehubungan dengan eksepsi yang diajukan oleh para Termohon Kasasi/para Terbanding/para Tergugat;

3. Hal ini dapat dibuktikan dari catatan rekapitulasi agenda sidang di Pengadilan

Negeri Bekasi sebagai berikut:

a. Tanggal 8 Agustus 2008 pendaftaran gugatan ganti rugi pelanggaran rahasia dagang oleh Pemohon Kasasi/Penggugat di Pengadilan Negeri Bekasi yang deregister dengan No. 280/Pdt.G/PN.BKS;

Hal 25 dari 29 Hal. Put. No. 1713 K/Pdt/2010

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id


(3)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

b. Tanggal 16 September 2008 sidang pertama yang tidak dihadiri oleh

para Termohon Kasasi/para Tergugat;

c. Tanggal 4 Maret 2009 pengajuan eksepsi absolut oleh Termohon Kasasi/Tergugat I, IV, V, VI, VII, VIII, IX dan X;

d. Tanggal 10 Maret 2009 penyampaian tanggapan atas eksepsi absolut oleh Pemohon Kasasi/Penggugat;

e. Tanggal 17 Maret 2009, penyampaian tanggapan atas tanggapan Pemohon Kasasi/Penggugat oleh Termohon Kasasi/Tergugat I, IV, V, VI, VII, VIII, IX dan X;

f. Tanggal 24 Maret 2009, dengan agenda pembacaan putusan sela yang ditunda oleh Majelis Hakim PN Bekasi karena belum siapkan putusan sela;

g. TanggaI 31 Maret 2009, Majelis Hakim PN Bekasi kembali menunda sidang;

h. Tanggal 07 April 2009, Majelis Hakim PN Bekasi kembali menunda sidang;

i. Tanggal 14 April 2009, Pembacaan Putusan Sela yang ternyata telah diputuskan dalam musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bekasi pada hari Senin, 6 April 2009 (vide halaman 36 Putusan Sela No. 280);

4. Berdasarkan rekapitulasi jadual sidang tersebut di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa para Termohon Kasasi/para Terbanding/para Tergugat diberikan (dua) kali kesempatan untuk menanggapi, sedangkan, Pemohon Kasasi/ Pemohon Banding/Penggugat hanya diberikan 1 (satu) kali kesempatan sebelum Majelis Hakim PN Bekasi akhirnya memutuskan untuk memberikan putusan sela yang pembacaannya juga 3 (tiga) kali ditunda;

5. Selain itu, yang juga menurut Pemohon Kasasi/Pemohon Banding/Penggugat sangat aneh dan mencurigakan adalah Majelis Hakim PN Bekasi dalam memberikan pertimbangan mengenai kewenangan PN Bekasi, telah mempertimbangkan pokok perkara, bahkan mempertimbangkan perkara desain industri Pemohon Kasasi/Pemohon Banding/Penggugat dengan para Termohon Kasasi/para Terbanding/para Tergugat di Pengadilan Niaga (yang sama sekali berbeda subjek perkaranya), padahal proses pemeriksaan perkara di Pengadilan Negeri Bekasi selain bukan tentang desain industri mesin boiler sebagaimana diperiksa oleh Pengadilan Niaga, juga belum sampai pada tahap pembuktian;

Hal 26 dari 29 Hal. Put. No. 1713 K/Pdt/2010

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id


(4)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

. Padahal, Majelis Hakim tingkat banding memiliki kewajiban untuk menegakkan

prinsip umum proses persidangan, antara lain melalui pemeriksaan dengan seksama konsistensi putusan PN dengan apa yang tercantum dalam berita acara persidangan, karena pelanggaran terhadap prinsip tersebut mengakibatkan putusan batal sejak semula. Namun pada kenyatannya, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Bandung sama sekali tidak mempertimbangkan keberatan Pemohon Kasasi/Pemohon Banding/Penggugat tersebut;

7. Dengan hanya mengambil alih pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama tanpa memberikan alasan maupun pertimbangan yang cukup, maka Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Bandung selain telah melanggar kewajibannya menegakkan prinsip umum proses persidangan, juga telah melegalisasi pelanggaran yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri Bekasi dalam perkara a quo;

8. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka sepatutnya Mahkamah Agung yang terhormat membatalkan putusan PT 328 karena melanggar prinsip objektivitas dan asas Audi et Alteram Partem dalam memeriksa perkara. Apalagi, Undang-Undang Rahasia Dagang juga telah jelas menyatakan kewenangan Pengadilan Negeri untuk memeriksa gugatan pelanggaran Rahasia Dagang (vide Pasal 11 UU Rahasia Dagang juncto Pasal 118 HIR);

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan kasasi tersebut, Mahkamah Agung berpendapat:

Bahwa alasan-alasan tersebut dapat dibenarkan, oleh karena Judex Facti salah menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:

• Bahwa gugatan Penggugat adalah mengenai rahasia dagang;

• Bahwa gugatan tentang rahasia dagang adalah kewenangan Pengadilan Negeri sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang;

• Bahwa karena itu putusan Judex Facti harus dibatalkan serta memerintahkan Judex Facti untuk mengadili pokok perkaranya; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, menurut pendapat Mahkamah Agung terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi: PT. BASUKI PRATAMA ENGINEERING tersebut dan membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 328/PDT/ 2009/PT.BDG tanggal 5 Januari 2010 yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bekasi putusan No. 280/Pdt.G/2008/PN.BKS tanggal 14 April 2009 serta Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara ini dengan amar sebagaimana yang akan disebutkan di bawah ini;

Hal 27 dari 29 Hal. Put. No. 1713 K/Pdt/2010

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id


(5)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon

Kasasi/Penggugat dikabulkan, dan para Termohon Kasasi/para Tergugat berada dipihak yang kalah, maka dihukum untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan;

Memperhatikan Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 dan Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

M E N G A D I L I :

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: PT. BASUKI PRATAMA ENGINEERING tersebut;

Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 328/PDT/2009/ PT.BDG tanggal 5 Januari 2010 yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bekasi No. 280/Pdt.G/2008/PN.BKS. tanggal 14 April 2009;

MENGADILI SENDIRI:

• Menyatakan Pengadilan Negeri Bekasi berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara No. 280/Pdt.G/2008/PN.BKS;

• Memerintahkan Pengadilan Negeri Bekasi untuk memeriksa dan mengadili pokok perkara;

Menghukum para Termohon Kasasi/para Tergugat untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan yang dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp 500.000,- (lima ratus juta rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Selasa, tanggal 6 September 2011 oleh H. Atja Sondjaja, SH., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Prof. Dr. Takdir Rahmadi, SH., LL.M., dan Timur P. Manurung, SH., MM., Hakim Agung, masing-masing sebagai Hakim Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis dengan dihadiri oleh Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan dibantu oleh Bongbongan Silaban, SH., LL.M., Panitera Pengganti, dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak.

Hakim-Hakim Anggota: K e t u a : ttd/H. Atja Sondjaja, SH. ttd/Prof. Dr. Takdir Rahmadi, SH., LL.M.

ttd/Timur P. Manurung, SH., MM.

Biaya biaya: Panitera Pengganti:

1. M e t e r a i …………. Rp 6.000,- ttd/Bongbongan Silaban, SH.,LL.M. 2. R e d a k s i …………. Rp 5.000,- Untuk Salinan:

Hal 28 dari 29 Hal. Put. No. 1713 K/Pdt/2010

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id


(6)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

3. Administrasi kasasi…. Rp 489.000,- Mahkamah Agung RI

J u m l a h = Rp 500.000,- a.n. Panitera ========== Panitera Muda Perdata,

PRI PAMBUDI TEGUH, SH.,MH. Nip. 19610313 198803 1 003

Hal 29 dari 29 Hal. Put. No. 1713 K/Pdt/2010

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id