MAKALAH MANAJEMEN BUDIDAYA IKAN NILA Ore

MAKALAH
MANAJEMEN BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Manajemen Akuakultur Tawar
Yang dibimbing oleh M. Fachri, S.Pi., M.Sc.

Disusun Oleh :
Dini Islamiya

(145080501111066)

Dhany Ardiansyah

(145080501111067)

Bily Juliadi

(145080501111073)

Bayu Dwi Prakoso

(145080501111076)


Afani Setiawan Wicakso

(145080507111004)

Feri Ardianza Saputra

(145080507111006)

Desta Inas Fauziyah

(145080507111008)

Ummu Uhibbah Amalia

(145080507111009)

Hamidah Tsana Januarti

(145080507111013)


Oktavia jayanti

(145080507111014)

Indriyani Endah Swar

(145080507111018)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya yang diberikan, kami mampu menyelesaikan makalah kami yang berjudul Manajemen
Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang bertujuan untuk memenuhi tugas
matakuliah Manajemen Akuakultur Tawar tahun akademik 2017. Kami mengucapkan rasa

terima kasih kami kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan doa dan dukungan
untuk lebih giat dalam menuntut ilmu. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing matakuliah Manajemen Akuakultur Tawar yang senantiasa memberikan
ilmu kepada kami, serta teman–teman mahasiswa budidaya perairan angkatan 2014 yang
senantiasa membantu dalam memberikan referensi–referensi demi kelengkapan makalah
ini. Namun, makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan didalamnya.
Kami berharap kritik dan saran guna menjadi cambuk agar kami dapat lebih giat untuk
belajar dan memperbaiki diri dalam menulis makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat menambah wawasan kita. Atas perhatian saudara, kami mengucapkan terimakasih.

Malang, 23 Maret 2017

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................................. ii
1. PENDAHULUAN................................................................................................................1

2.

1.1

Latar Belakang......................................................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah...................................................................................................1

1.3

Manfaat.................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
2.1


Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)......................................3

2.2

Habitat dan Penyebaran..........................................................................................3

2.3

Syarat Penentuan Lokasi dan Tipe Karamba...........................................................4

2.4

Tipe Karamba yang Digunakan................................................................................6

2.5

Manajemen Kualitas Air...........................................................................................8

2.6


Manajemen Pemberian Pakan.................................................................................9

2.7

Manajemen Penyakit..............................................................................................11

3.PENUTUP......................................................................................................................... 13
3.1

Kesimpulan............................................................................................................ 13

3.2

Saran..................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 15

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Tabel kesesuaian parameter perairanuntuk budidaya karamba............................4
Gambar 2. Tabel Sistem Penilaian Kesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya......................6
Gambar 3. Evaluasi Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya.........................6
Gambar 4. Gambar Keramba di tambak. Umumnya diterapkan di daerah pesisir..................8
Gambar 5. Gambar karamba di sungai. Salah satu budidaya ikan yang banyak diterapkan. .8

iii

1. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Saat ini permintaan akan ikan air tawar naik cukup tinggi untuk kebutuhan

domestik & luar negeri. Untuk kebutuhan domestik saja sudah kewalahan, hal ini
di karenakan hasil ikan laut tidak bisa dipastikan hasilnya karena pengaruh dari
cuaca dan kondisi laut sekarang yang sudah tercemar sehingga untuk mencari
ikan laut agak susah, sedangkan permintaan akan ikan terus meningkat. Salah
satu alternatif untuk memenuhi pasar adalah budidaya ikan air tawar,
diantaranya budidaya ikan nila. Dimana ikan nila memiliki rasa daging yang khas

dengan kandungan omega dan gizi yang cukup tinggi, sehingga dijadikan
sebagai sumber protein yang mudah didapat, serta memiliki harga jual yang
terjangkau oleh masyarakat.
Budidaya ikan pada sistem KJA merupakan salah satu cara budidaya
ikan menggunakan jaring dan rakit sedemikian rupa sehingga dapat mengapung
di permukaan air. Budidaya perikanan di Indonesia merupakan salah satu
komponen yang penting di sector perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya
dalam menunjang persdiaaan pangan nasional, penciptaan lapangan kerja serta
mendatangkan penerimaan Negara dari ekspor. Budidaya perikanan juga
berperan dalam mengurangi beban sumberdaya laut. Di samping itu budidaya itu
budidaya di anggap sebagai sector penting untuk mendukung perkembangan
ekonomi pedesaan (Siregar et all., 2014).
Ikan nila dapat dipelihara di berbagai lahan, seperti di kolam tetapi juga
dipelihara di Karamba Jaring Apung (KJA) yang

berada di perairan umum

seperti waduk, dan danau. Seperti halnya ikan nila memiliki batasan toleransi
yang cukup tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan perairan. Ikan nila yang
masih berukuran kecil pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan

lingkungan, dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar.

1

1.2

Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan yang ada, maka rumusan masalah

pokok yang dibahas adalah :
1.

Bagaimana cara manajemen budidaya serta kualitas air ikan nila pada
sistem karamba jaring apung (KJA)?

2.

Apa saja syarat-syarat penentuan lokasi dan tipe karamba yang
digunakan?


3.

Bagaimana cara manajemen pemberian pakan (tipe pakan) serta
menanggulangi penyakit ikan nila pada sistem karamba jaring apung
(KJA)?

1.3

Manfaat
Tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara manajemen budidaya serta kualitas air ikan nila
pada sistem karamba jaring apung (KJA).
2. Untuk mengetahui Apa saja syarat-syarat penentuan lokasi dan tipe
karamba yang digunakan.
3. Untuk mengetahui manajemen pemberian pakan (tipe pakan) serta
menanggulangi penyakit ikan nila pada sistem karamba jaring apung
(KJA).

2


2. PEMBAHASAN
2.1

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Klasifikasi lengkap yang kini dianut oleh ilmuwan adalah telah dirumuskan

oleh Trewavas (1980) dalamSuyangto (2010) sebagai berikut:
Filum

: Chordata

Sub-filum

: Vertebrata

Kelas

: Osteichthyes

Sub-kelas

: Acantoptherigii

Ordo

: Percomorphi

Sub-Ordo

: Percoidea

Famili

: Cichlidae

Genus

: Oreochromis

Jenis

: Oreochromis niloticus

Bentuk badan nila pipih ke samping memanjang. Sedangkan warna tubuh
nila umumnya putih kehitaman dan merah, sehingga dikenal sebagai nila hitam
dan nila merah. Tubuh nila hitam berwarna kehitaman, makin keperut makin
terang. Mempunyai garis vertikal 9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Pada sirip
ekor terdapat 6-12 garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan,
sedangkan punggungnya terdapat garis-garis miring. Sedangkan nila merah
mempunyai warna tubuh merah, termasuk sirip-siripnya, atau merah pada bagian
punggung dan putih kemerahan pada bagian perut (Kordi, 2013).
2.2

Habitat dan Penyebaran
Ikan nila berasal dari sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang

ikan nila sudah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan
subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik.
Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada
kisaran salinitas yang lebar). Keadaan ph air antara 5-11 dapat ditoleransi oleh
ikan nila, tetapi ph optimal untuk perkembangbiakan dan pertumbuhan ikan ini

3

adalah 7-8. Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air
yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah
sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada
daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan hidup
diperairan dingin, yang umumnya bersuhu dibawah 21o C. Ikan nila mempunyai
kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38oc dengan suhu
optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu 25-30o C. Pada suhu
14o C atau pada suhu tinggi 38o C pertumbuhan ikan nila akan terganggu.
Ikan nila jantan memiliki toleransi lebih tinggi terhadap salinitas (air asin)
dari pada nila betina. ikan nila berukuran kecil relatif lebih cepat menyesuaikan
diri terhadap kenaikan salinitas daripada ikan nila yang berukuran besar.
2.3

Syarat Penentuan Lokasi dan Tipe Karamba
Menurut Junaedi dan Affan (2012), faktor yang mempengaruhi budidaya

menjadi dua yaitu faktor lingkungan meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan
arus dan faktor kualitas perairan (suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, fosfat,
nitrat, nitrit, amoniak dan silikat). Pengelompokan ini didasarkan atas pengaruh
paramete,parameter dari faktor lingkungan akan mempengaruhi daya tahan
hidup ikan laut sementara faktor kualitas akan mempengaruhi pertumbuhan,
perkembangan dan daya tahan hidup ikan. Berikut syarat pembatas kehidupan
dan perkembangan komoditas budidaya dan nilai parameter kesesuaiannya

Gambar 1.Tabel kesesuaian parameter perairanuntuk budidaya karamba
Menurut Junaedi dan Affan (2012), penentuan tingkat kesesuaian
budidaya untuk masing-masing parameter didasarkan dari pengaruh parameter
terhadap komoditas budidaya.

Sistem skor 1 sampai 4 digunakan dalam

penelitian ini dengan rincian tingkat kesesuaian sebagai berikut :
1. Tidak layak / tidak sesuai : dapat dimanfaatkan untuk budidaya, namun
membutuhkan biaya, tenaga dan waktu yang cukup besar

4

2. Cukup layak / sesuai bersyarat : dapat dimanfaatkan untuk budidaya,
namun membutuhkan biaya, tenaga dan waktu yang cukup besar
3. Layak / sesuai : dapat dimanfaatkan untuk budidaya, dengan sedikit
membutuhkan biaya, tenaga dan waktu
4. Sangat layak / sangat sesuai : sesuai dimanfaatkan untuk budidaya ikan
laut dalam KJA.
Penilaian dengan sistem matrik kesesuaian menurut Kangkan (2006),
ialah sebagai berikut:

5

Gambar 2. Tabel Sistem Penilaian Kesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya
Keterangan :
1. Angka Penilaian berdasarkan petunjuk DKP (2002) yaitu
5 : Baik
3 : Sedang

6

1. : Kurang
2. Bobot berdasarkan pertimbangan pengaruh variabel dominan.
Hasil evaluasi dari sistem penilaian kesesuaian lokasi bagi budidaya
diperlihatkan pada tabel berikut :

Gambar 3. Evaluasi Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya

2.4

Tipe Karamba yang Digunakan
Menurut Amri dan Khairuman (2008), karamba untuk pemeliharaan ikan

nila sama dengan karamba yang dimanfaatkan untuk pembudidayaan jenis ikan
lainnya. Bahan yang digunakan umumnya terbuat dari bambu atau kayu dengan
ukuran 3 x 2 x1 m atau menyesuaikan dengan kondisi dan situasi. Karamba
biasa ditempatkan di sungai, kali, danau, dan waduk. Pemilihan lokasi
berdasarkan pada penempatan karamba, yakni karamba yang diletakkan di
permukaan air; karamba di bawah permukaan air; dan karamba yang diletakkan
di dasar perairan.
a.

Karamba di Permukaan Air
Karamba ini ditempatkan di permukaan air yang duapertiga bagian

terendam di dalam air dan sepertiga bagian di atas permukaan air, terutama
digunakan di danau atau waduk yang airnya dalam dan arusnya tenang.
Karamba umumnya terbuat dari bamboo atau kayu. Agar posisinya tetap stabil,
karamba diikatkan di pohon atau dibuatkan tambatan.
b.

Karamba di Bawah Permukaan Air
Karamba dibawah oermukaan air lebih cocok digunakan di perairan yang

agak dalam dengan posisi bagian atas berada 20 cm dibawah permukaan air.
Untuk mempeertahankan posisi tersebut, karamba diberi pemberat dari batu,

7

besi, atau bahan lainnya. Agar karamba tidak hanyut, sebaiknya karamba diikat
di pohon atau tambatan.
c.

Karamba di Dasar Perairan
Karamba ini umumnya digunakan di perairan yang sempit dan tidak

terlalu dalam. Perairan yang cocok adalah sungai-sungai kecil dengan lebar
sekitar 2 m. Dasar perairan sebaiknya agak keras sehingga bias sekaligus
digunakan sebagai alas karamba. Karamba biasanya dibenamkan sedalam 20
cm di dasar perairan.
Menurut Saparinto (2010), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam usaha budi daya ikan dengan karamba, yaitu sebagai berikut.
- Karamba yang diletakkan pada badan perairan, terutama di sungai dapat
menghambat arus sungai, jebaakn sedimentasi, dan tempat tersangkutnya
sampah yang hanyut di sungai apabila tidak diatur dengan baik.
- Apabila perairan tercemar dengan bahan-bahan yang berbahaya,, akan
dapat langsung mengenai ikan budi daya, tanpa dapat dicegah atau
diminimalisir.

Gambar 4. Gambar Keramba di tambak. Umumnya diterapkan di daerah pesisir

8

Gambar 5. Gambar karamba di sungai. Salah satu budidaya ikan yang banyak
diterapkan
2.5

Manajemen Kualitas Air
Karamba jaring apung memiliki kualitas air yang stabil sehingga produksi

dapat lebih tinggi. Kendala yang dihadapi dalam pembesaran ikan nila yaitu
pemberian pakan yang kurang efektif dan kualias air serta padat penebaran yang
belum optimal. Lingkungan tempat budidaya berlangsung terutama parameter
kualitas air juga harus dipertimbangkan untuk menjaga kelangsungan hidup dan
pertumbuhan ikan. Ikan nila memiliki batasan toleransi yang cukup tinggi
terhadap berbagai kondisi lingkungan perairan. Ikan nila yang masih berukuran
kecil pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan lingkungan, dibandingkan
dengan ikan nila yang berukuran besar (Rejeki et al., 2013).
Salah satu penyebab utama menurunnya produktivitas ikan dalam
budidaya

Karamba

Jaring

Apung

(KJA)

adalah

konsentrasi

oksigen

terlarut(Disolved Oxygen, DO) yang menurun. Kondisi ini bersifat timbal balik,
karena menurunnya DO akan menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lebih
lambat, hal ini seingkali ditanggapi oleh pembudidaya dengan meningkatkan
jumlah pakan yang diberikan. Peningkatan jumlah pakan akan meningkatkan sisa
pakan, dan keadaan ini akan menurunkan DO karena digunakan untuk
perombakan sisa pakan yang meningkat. Oksigen terlarut yang baik untuk
pertumbuhan ikan adalah 5-7 mg/l. Masalah lain yang yang dihadapi oleh
pembudidaya ikan dalam KJA adalah terjadinya kematian massal yang

9

disebabkan oleh pembalikan massa air (turnover). Peristiwa pembalikan massa
air biasanya terjadi saat pergantian musim kemarau ke musim hujan yang
menyebabkan berubahnya distribusi vertikal suhu yang selanjutnya menimbulkan
perubahan kandungan oksigen terlarut secara vertikal. Peningkatan oksigen
terlarut akan meningkatkan nafsu makan ikan. Ikan akan menurunkan
pengambilan makanan (food intake) pada kondisi okseigen terlarut rendah dan
hal tersebut berdampak pada penurunan pertumbuhan (Boyd, 1990 dalam
Zahidah et al., 2015).
Parameter kualitas air terpenting selain oksigen yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan ikan adalah konsentrasi ammonia. Konsentrasi ammonia
akan

meningkat

seiiring

dengan

meningkatnya

biomassa

ikan

yang

dipelihara.ammonia dalam air pada pemeliharaan KJA terutama berasal dari sisa
pakan/pakan yang tidak termanfaatkan dan sisa metabolisme berupa urine dan
feses. Sisa metabolisme berbanding lurus dengan biomassa ikan, oleh karena itu
semakin tinggi biomassa ikan, maka akan semakin banyak ammonia yang masuk
kedalam perairan. Konsentrasi ammonia yang semakin meningkat akan
mempengaruhi pertumbuhan ikan peliharaan sehubungan dengan meningkatnya
efek toksik yang ditimbulkan oleh meningkatnya konsentrasi amonia. Toksisitas
ammonia meningkat sejalan dengan peningkatan suhu dan pH. Konsentrasi
ammonia yang tinggi akan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan yaitu
(1) menurunkan pengambilan oksigen yang disebabkan rusaknya insang, (2)
dibutuhkan energi lebih banyak untuk proses detoksifikasi, (3) adanya gangguan
osmoregulasi,

(4)

kerusakan

fisiologis

jaringan.

Untuk

mengendalikan

konsentrasi ammonia agar tetap berada dalam level yang optimal dapat
dilakukan

dengan

menurunkan

jumlah

pakan

yang

diberikan,

aerasi,

pengapuran, pemupukan dengan menggunakan fosfor dan introduksi bakteri
tertentu (Sumiarsih, 2014 dalam Zahidah et al., 2015).
2.6

Manajemen Pemberian Pakan

Makanan nila berupa plankton, perifiton, dan tumbuh-tumbuhan
lunak seperti hydrilla, ganggang sutera, dan klekap. Oleh karena itu, nila
digolongkan ke dalam omnivora. Untuk pemeliharaan, nila diberi pakan
buatan (pelet) yang mengandung protein antara 20-25 %. Menurut
penelitian, nila yang diberi pakan pelet yang mengandung protein 25%
tumbuh optimal. Namun, ikan peliharaan yang diberi makanan berupa

10

dedak halus tepung bungkil kacang, ampas kelapa, dan sebagainya pun
dapat tumbuh dengan baik. Untuk memacu pertumbuhan nila, pakan yang
diberikan harus mengandung protein 25-30%. Sedangkan pada benih ikan
nila diberi pakan berupa zooplankton seperti Rototaria, Copepoda dan
Cladocera (Kordi, 2013).
Nila tergolong ikan pemakan segala atau omnivora sehingga bisa
mengonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itulah, ikan
ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, makanan yang
disukai ikan adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp.,
Moina sp., atau Daphnia sp. Selain itu,juga memangsa alga atau lumut
yang menempel pada benda-benda dihabitat hidupnya. Ikan nila juga
memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budi daya. Jika telah
mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa diberi berbagai makanan
tambahan, misalnya pelet (Amri dan Khairuman, 2003).
Menurut Erlania et al. (2010), pemberian pakan ikan nila pada
keramba jaring apung di Danau Maninjau menggunakan sistem pompa,
yaitu ikan diberi pakan terus menerus sampai ikan berhenti makan.
Pemberian pakan yang baik seharusnya berdasarkan Best Management
Practices yaitu pemberian pakan berdasarkan persentase berat tubuh
ikan, di mana persentase kebutuhan pakan menurundengan semakin
bertambahnya bobot ikan. Untuk ikan nila jumlah yang diberikan selama
pemeliharaan cukup 3%/hari dari bobot total ikan yang dipelihara, karena
ikan nila merupakan ikan omnivora yang memakan tumbuhan air,
fitoplankton, zooplankton, organisme benthik serta detritus. Jumlah jenis
plankton pada perairan mendukung kegiatan budidaya ikan di KJA, karena
plankton merupakan salah satu sumber bagi ikan nila. Frekuensi
pemberian pakan umumnya 3 kali sehari (pagi, siang dan sore). Selain itu,
yang perlu diperhatikan yaitu sifat dari sistem pencernaan ikan yang
dipelihara. Ikan nila merupakan jenis ikan yang sistem pencernaannya
dilengkapi dengan lambung, sehingga pemberian pakan dapat dilakukan
dengan interval waktu yang lebih lebar. Mengingat ikan nila merupakan
ikan yang memiliki lambunng, serta ukuran KJA yang relatif lebih kecil

11

yakni 5m x 5m x 3m, kemungkinan perlu dipertimbangkan untuk
menurunkan frekuensi pemberian pakan menjadi 2 kali /hari, serta
memperhitungkan bobot total ikan yang dipelihara untuk penentuan
jumlah pakan yang diberikan, sehingga pakan yang diberikan tidak terlalu
banya yang terbuang dan menjadi bahan cemaran bagi lingkungan
budidaya itu sendiri.
2.7

Manajemen Penyakit
Budidaya ikan yang sudah dilakukan adalah budidaya di karamba jaring

apung laut dan di tambak. Seiring berkembangnya usaha budidaya ikan di
karamba jaring apung laut maupun di tambak terdapat pula beberapa masalah
yang sering mengganggu sehingga menghambat perkembangan usaha tersebut,
salah satunya adalah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan
parasit ikan.selain itu, keadaan ikan yang stress dan daya tahan tubuh ikan yang
lemah mudah terserang penyakit. Penyakit dapat menular dari ikan yang saling
bersentuhan. Semakin banyaknya ikan yang terserang penyakit, dapat membuat
usaha budidaya makin merugi (Bunga, 2008 dalam Fidyandini dan Kismiyati,
2012).
Menurut Komarudin dan Slembrouck (2005), untuk mencegah timbulnya
parasit dan penyakit ikan dapat dilakukan beberapa metode :


Sebelum digunakan, alat dan jarring yang digunakan harus bersih



Melakukan desinfeksi peralatan secara rutin untuk mencegah patogen



Menjaga ikan budidaya selalu berada dalam keadaan yang optimal
(kepadatan ikan yang tepat, kualitas air yang baik, prosedur budidaya
yang benar)



Melakukan vaksinasi benih ikan



Penempatan keramba jarring apung yang sesuai
Pengobatan yang harus dilakukan apabila ikan terserang penyakit yaitu

dengan penggunaan obat berdasarkan criteria berikut:


Tidak dilarang



Obat yang tepat untuk penyakit yang tepat



Banyak tersedia



Tidak menimbulkan efek samping bagi manusia yang mengonsumsi ikan

12

13

3.PENUTUP

3.1

Kesimpulan


Budidaya ikan pada sistem KJA merupakan salah satu cara budidaya
ikan menggunakan jaring dan rakit sedemikian rupa sehingga dapat
mengapung di permukaan air.



Bentuk badan nila pipih ke samping memanjang. Sedangkan warna tubuh
nila umumnya putih kehitaman dan merah, sehingga dikenal sebagai nila
hitam dan nila merah.



Ikan nila dapat dipelihara di berbagai lahan, seperti di kolam tetapi juga
dipelihara di Karamba Jaring Apung (KJA) yang

berada di perairan

umum seperti waduk, dan danau.


Ikan nila jantan memiliki toleransi lebih tinggi terhadap salinitas (air asin)
dari pada nila betina. ikan nila berukuran kecil relatif lebih cepat
menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas daripada ikan nila yang
berukuran besar.



faktor yang mempengaruhi budidaya menjadi dua yaitu faktor lingkungan
meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan arus dan faktor kualitas
perairan (suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, nitrit, amoniak
dan silikat).



karamba untuk pemeliharaan ikan nila sama dengan karamba yang
dimanfaatkan untuk pembudidayaan jenis ikan lainnya.



Bahan yang digunakan umumnya terbuat dari bambu atau kayu dengan
ukuran 3 x 2 x1 m

atau menyesuaikan dengan kondisi dan situasi.

Karamba biasa ditempatkan di sungai, kali, danau, dan waduk.


Salah satu penyebab utama menurunnya produktivitas ikan dalam
budidaya Karamba Jaring Apung (KJA) adalah konsentrasi oksigen
terlarut(Disolved Oxygen, DO) yang menurun.



Nila tergolong ikan pemakan segala atau omnivora sehingga bisa
mengonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itulah,
ikan ini sangat mudah dibudidayakan.

14



Keadaan ikan yang stress dan daya tahan tubuh ikan yang lemah mudah
terserang penyakit. Penyakit dapat menular dari ikan yang saling
bersentuhan.

3.2

Saran
Dengan adanya makalah ini, kiranya kita sebagai mahasiswa dapat lebih

memahami tentang mutasi. Dengan adanya makalah ini kiranya para dosen yang
terkait dengan materi budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus), mampu
memberi pemahaman yang lebih kepada mahasiswa. Dengan adanya makalah
ini, diharapkan dapat memberi wawasan bagi semua mengenai budidaya ikan
nila (Oreochromis niloticus).

15

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K dan A. Khairuman. 2003. Budi Daya Ikan Nila Secara Intensif.
AgroMedia Pustaka. Jakarta. 146 hlm.
Amri, K dan Khairuman. 2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. AgroMedia
Pustaka: Jakarta Selatan.

Erlania, Rusmaedi, A.B. Prasetio dan J. Haryadi. 2010. Dampak
manajemen pakan dari kegiatan budidaya ikan nila (Oreochromis
niloticus) di keramba jaring apung terhadap kualitas perairan Danau
Maninjau. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 621-631.
Fidyandini, H. P., S. Subekti dan Kismiyati. 2012. Identifikasi dan prevalensi
ektoparasit pada ikan bandeng (Chanos chanos) yang dipelihara di
karamba jarring apung UPBL Situbondo dan ditambak desa bangunrejo
kecamatan jabon Sidoarjo. 1(2) : 91-112.
Junaidi M. dan Affan. 2012. Identifikasi lokasi untuk pengembangan budidaya
keramba jaring apung (KJA) berdasarkan faktor lingkungan dan kualitas
air di perairan pantai timur Bangka Tengah. Depik, 1(1):78-85.
Kangkan, A.L. 2006. Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya
Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi di Teluk Kupang,
Nusa Tenggara Timur. TESIS. Universitas Diponegoro. Semarang.
Komarudin, O. 2005. Petunujuk Teknis Pembenihan Ikan Patin Indonesia,
Pangasius djambal. IRD, BRPBAT, BRPB, BRKP.
Kordi, M. G. 2013. Budi Daya Ikan Nila di Kolam Terpal.Lili Publisher.
Yogyakarta.

Kordi, M.G.H. 2013. Farm Bigbook- Budi Daya Ikan Konsumsi di Air
Tawar. Lily Publisher. Yogyakarta. 732 hlm.
Rejeki, S., S. Hastuti dan T. Elfitasari. 2013. Uji coba budidaya nila larasati di
karamba jaring

apung dengan padat tebar berbeda. Jurnal Saintek

Perikanan. 9 (1) : 29-39 29.
Saparinto, C. 2010. Usaha Ikan Konsumsi di Lahan 100 m 2. Penebar Swadaya:
Jakarta.

16

Siregar,Gustina., H.Sunarno dan Samsidar. 2014. Strategi pengembangan ikan
nila (Oreochromis nilaoticus). Agrium.18(3) : 235-244.
Susanto, H. 2007. Budidaya Ikan di Pekarangan Edisi Revisi.PT Penebar
Swadaya. Jakarta.
Zahidah.,Majamsir dan Iskandar.2015.Pemanfaatan teknologi aerasi berbasis
energi surya untuk memperbaiki kualitas air dan meningkatkan
pertumbuhan ikan nila di KJA Waduk Cirata.Jurnal Akuatika 6 (1):68-78.

17