Makalah Makanan Haram dan minuman cothon

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Islam memerintahkan kepada pemeluknya untuk memilih makanan yang
halal serta menjauhi makanan haram. Rasulullah bersabda: “Dari Abu Hurairah
ra berkata : Rasulullah SAW bersabda: ” Sesungguhnya Allah baik tidak
menerima kecuali hal-hal yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan
kepada orang-orang mu’min sebagaimana yang diperintahkan kepada para
rasul, Allah berfirman: “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baikbaik, dan kerjakanlah amal yang shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan”
Dan firman-Nya yang lain: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di
antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu” Kemudian beliau
mencontohkan seorang laki-laki, dia telah menempuh perjalanan jauh,
rambutnya kusut serta berdebu, ia menengadahkan kedua tangannya ke langit:
Yaa Rabbi ! Yaa Rabbi ! Sedangkan ia memakan makanan yang haram, dan
pakaiannya yang ia pakai dari harta yang haram, dan ia meminum dari
minuman yang haram, dan dibesarkan dari hal-hal yang haram, bagaimana
mungkin akan diterima do’anya”. (HR Muslim no. 1015).
Dijaman sekarang banyak yang menyebut era teknologi.Manusia semakin

mudah

dalam

menggapai

keinginan-keinginan

dengan

bantuan

teknologi,khususnya teknologi telekomunikasi,industri,pertanian dan ekonomi.
Dengan kemajuan di berbagai bidang maka berpangaruh juga kepada pola pikir
masyarakat.Misalkan masalah makan dan minuman, banyak manusia atau orang
yang makan dan minum mengikuti tren. Dan sering kali kita lalai tentang halal
atau haram makanan yang kita makan. Makanan budaya luar yang masuk ke
Indonesia banyak sekali, contoh:Pizza hut, Hot Dog, Steak,bir,dan minuman
beralkohol lainya.
Melihat masalah yang terjadi di atas kami selaku penulis makalah akan

memberikan rambu-rambu dan penjelasan tantang makanan dan minuman yang
yang haram berdasarkan dalil-dalil Al Qur’an dan Al Hadist.Sehingga kita
sebagai umat Islam tidak salah makan makanan yang justru makanan itu
tergolong makanan yang haram. Semoga dengan makalah ini kita bisa
membedakan makanan yang halal dan yang haram.

1

B.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian haram ?
2. Apa saja jenis makanan yang diharamkan dalam Islam ?
3. Apa saja kriteria makanan atau binatang yang diharamkan dalam Islam ?
4. Apa saja akibat makanan dan minuman yang diharamkan ?

C.

TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam dan juga untuk lebih mengetahui tentang
pengertian makanan haram, mengetahui jenis makanan yang diharamkan dalam
Islam, mengetahui akibat makan makanan yang haram dan juga mengetahui
contoh-contoh makanan yang diharamkan.

BAB II

2

PEMBAHASAN
A.

Pengertian Haram
Kata haram berasal dari bahasa Arab ( ‫ )ح ݛ ݦ‬Yang berarti larangan
(dilarang oleh agama). Termasuk di antara luas dan fasilitas dalam syari'at
Islam, Allah-Subhanahu wa Ta'ala-menghalalkan semua makanan yang
mengandung maslahat dan manfaat, baik yang kembali kepada ruh maupun
jasad, baik kepada individu maupun masyarakat. Demikian pula sebaliknya
Allah mengharamkan semua makanan yang memudhorotkan atau yang
mudhorotnya lebih besar dari manfaatnya. Hal ini tidak lain untuk menjaga

kesucian dan kebaikan hati, akal, ruh, dan jasad, yang mana baik atau buruknya
keempat hal ini sangat ditentukan-setelah hidayah dari Allah-dengan makanan
yang masuk ke dalam tubuh manusia yang kemudian akan berubah menjadi
darah dan daging sebagai unsur penyusun hati dan jasadnya.
Selain itu Islam mengharamkan semua benda yang dapat menghilangkan
kesadaran, membuat tidak berdaya, serta membahayakan jiwa dan raga. Adapun
makanan

dari

jenis

daging

binatang,

masalah

inilah


yang

banyak

diperselisihkan oleh berbagai agama dan golongan

B.

Jenis-Jenis Makanan Yang Haram
Di dalam Syariat islam, makanan atau binatang yang haram dikonsumsi
ada 2 jenis yaitu:
1. Haram Lidzatihi (makanan yang haram karena zatnya)
Maksudnya hukum asal makanan itu sendiri memang sudah diharamkan
oleh Allah SWT dan Rosul-Nya yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan
Hadits.
Misalnya: darah, daging babi, minuman keras, semua binatang buas yang
bertaring, yang dengan taringnya ia memangsa dan menyerang musuhnya
dan lalin sebagainya.
2. Haram Lighairihi (makanan yang haram karena faktor eksternal)
Maksudnya yaitu hukum asal makanan itu sendiri adalah halal akan tetapi

berubah menjadi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan dengan
makanan tersebut. Misalnya: makanan dari hasil mencuri atau dibeli dengan
uang hasil korupsi, transalsi riba upah pelacuran, sesajen perdukunan dan
lain sebagainya.

3

Diharamkan mengkonsumsi semua makanan dan minuman yang bisa
memudhorotkan diri-apalagi kalau sampai membunuh diri-baik dengan segera
maupun dengan cara perlahan. Misalnya: racun, narkoba dengan semua jenis
dan macamnya, dan sejenisnya.
1. Bangkai
Bangkai adalah semua hewan yang mati tanpa penyembelihan yang syar'iy
dan juga bukan hasil perburuan.
Allah-Subhanahu wa Ta'ala-menyatakan dalam firman-Nya:








    




    
    
     
    
    
    
   
     




     

 
" Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang
sempat kamu menyembelihnya ".(QS. Al-Ma`idah: 3)
Jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat-ayat di atas:


Al-Munhaniqoh, yaitu hewan yang mati karena tercekik.



Al-Mauqudzah, yaitu hewan yang mati karena terkena pukulan keras.



Al-Mutaroddiyah, yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat yang
tinggi.




An-Nathihah, yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan
lainnya.



Hewan yang mati karena dimangsa oleh binatang buas.



Semua hewan yang mati tanpa penyembelihan, misalnya disetrum.

4



Semua hewan yang disembelih dengan sengaja tidak membaca basmalah.




Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah walaupun dengan
membaca basmalah.



Semua bagian tubuh hewan yang terpotong / terpisah dari tubuhnya .

Diperkecualikan darinya 2 bangkai, ketiga bangkai ini halal dimakan:


Ikan, karena dia termasuk hewan air dan telah berlalu penjelasan bahwa
semua hewan air adalah halal bangkainya kecuali kodok.



Belalang .
" Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua darah.Adapun kedua
bangkai itu adalah ikan dan belalang. Dan adapun kedua darah itu
adalah hati dan limfa ". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)




Janin yang berada dalam perut hewan yang disembelih. Hal ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ashhabus
Sunan kecuali An-Nasa`iy, bahwa Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallambersabda:

o ‫كذككاأة ال يكجنهييهن كذككاأة أ أهممهه‬
“Penyembelihan untuk janin adalah penyembelihan induknya”.
Maksudnya jika hewan yang disembelih sedang hamil, maka janin yang
ada dalam perutnya halal untuk dimakan tanpa harus disembelih ulang.
[Al-Luqothot fima Yubahu wa Yuhramu minal Ath'imah wal Masyrubat
point pertama]
2. Darah
Baik darah yang mengalir maupun yang tidak mengalir.
3. Daging babi
Telah berlalu dalilnya dalam surah Al-Ma `idah ayat ketiga di atas. Yang
diinginkan dengan daging babi adalah mencakup seluruh bagian-bagian
tubuhnya termasuk lemaknya.
4. Khamar
Allah-Subhanahu wa Ta'ala-berfirman:







   



  

5

" Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatanperbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan . ".(QS. Al-Ma `idah: 90)
Dan dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu 'Umar-radhiallahu' anhumasecara marfu ':
" Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua khamar adalah
haram ".
Dikiaskan dengan semua makanan dan minuman yang bisa menyebabkan
hilangnya akal (mabuk), misalnya narkoba dengan seluruh jenis dan
macamnya.
5. Semua hewan buas yang bertaring
Dan dalam riwayat Muslim darinya dengan lafazh, " Semua hewan buas
yang bertaring maka memakannya adalah haram ".
Jumhur ulama berpendapat haramnya berlandaskan hadits di atas dan haditshadits lain yang semakna dengannya.
6. Semua burung yang memiliki cakar
Yang diinginkan dengannya adalah semua burung yang memiliki cakar yang
kuat yang dia memangsa dengannya, seperti: elang dan rajawali. Jumhur
ulama dari kalangan Imam Empat-kecuali Imam Malik-dan selainnya
menyatakan pengharamannya berdasarkan hadits Ibnu 'Abbas-radhiallahu'
anhuma-:

‫ب همكن الط مكييهر‬
‫ي كم ي‬
‫عين أك م ه‬
‫خل ك ب‬
‫ن ككهى ك‬
‫ كوأك مأل هذ ي‬،‫ي كنابب همكن الهمسكباهع‬
‫ل هذ ي‬
" Beliau (Nabi) melarang untuk memakan semua hewan buas yang bertaring
dan semua burung yang memiliki cakar ". (HR. Muslim) [Al-Majmu '(9/22),
Al-Muqni' (3/526, 527), dan Takmilah Fathil Qodir (9/499)]
7. Jallalah.
Dia adalah hewan pemakan feses (kotoran) manusia atau hewan lain , baik
berupa onta, sapi, dan kambing, maupun yang berupa burung, seperti:
garuda, angsa (yang memakan feses), ayam (pemakan feses), dan sebagian
gagak. Hukumnya adalah haram. Ini merupakan pendapat Imam Ahmaddalam satu riwayat-dan salah satu dari dua pendapat dalam madzhab
Syafi'iyah.
8. Kuda
Telah berlalu dalam hadits Jabir bahwasanya mereka memakan kuda saat
perang Khaibar. Semakna dengannya ucapan Asma `bintu Abi Bakrradhiallahu 'anhuma: Ini adalah pendapat jumhur ulama dari kalangan Asy-

6

Syafi'iyyah, Al-Hanabilah, salah satu pendapat dalam madzhab Malikiyah,
serta merupakan pendapat Muhammad ibnul Hasan dan Abu Yusuf dari
kalangan Hanafiyah. Dan ini yang dikuatkan oleh Imam Ath-Thohawy
sebagaimana dalam Fathul Bary (9/650) dan Imam Ibnu Rusyd dalam AlBidayah (1/3440).
9. Keledai jinak (bukan yang liar).
Ini merupakan madzhab Imam Empat kecuali Imam Malik dalam sebagian
riwayat darinya. Dari Anas bin Malik -radhiallahu ‘anhu-, bahwasanya
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
‫ كفإهن م ككها هريجسس‬,‫عين ل أأحيومه هال يأحأمهر ال يأ كيهل هيم كهة‬
‫إه مكن ال ورسوله ي كن يكهكياأكيم ك‬
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk memakan
daging-daging keledai yang jinak, karena dia adalah najis”. (HR. AlBukhary dan Muslim)
Diperkecualikan darinya keledai liar, karena Jabir -radhiallahu ‘anhuberkata:
‫عهن ال يهحكماهر ال يأ كيهل هيي‬
‫خييكببر ا كل ي ك‬
‫أ كككل يكنا كزكمكن ك‬
‫خييكل كو أ‬
‫ كون ككهاكنا النبي صلى ال عليه وسلم ك‬، ‫حهش‬
‫حأمكر ال يكو ي‬
“Saat (perang) Khaibar, kami memakan kuda dan keledai liar, dan Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wasallam- melarang kami dari keledai jinak”. (HR.
Muslim)
Inilah pendapat yang paling kuat, sampai-sampai Imam Ibnu ‘Abdil Barr
menyatakan, “Tidak ada perselisihan di kalangan ulama zaman ini tentang
pengharamannya”. Lihat Al-Mughny beserta Asy-Syarhul Kabir (11/65).
[Al-Bada`i' (5/37), Mughniyul Muhtaj (4/299), Al-Muqni' (3/525), dan AlBidayah (1/344].
10. Kuda.
Telah berlalu dalam hadits Jabir bahwasanya mereka memakan kuda saat
perang Khaibar. Semakna dengannya ucapan Asma` bintu Abi Bakr
-radhiallahu ‘anhuma-:
‫عيههد رسول ال صلى ال عليه وسلم كفأ كككل يكناأه‬
‫عكلى ك‬
‫ن ككحيركنا كفكرسسا ك‬
“Kami menyembelih kuda di zaman Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi
wasallam- lalu kamipun memakannya”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
Maka ini adalah sunnah taqririyyah (persetujuan) dari Nabi -Shallallahu
‘alaihi wasallam-.
Ini adalah pendapat jumhur ulama dari kalangan Asy-Syafi’iyyah, AlHanabilah, salah satu pendapat dalam madzhab Malikiyah, serta merupakan

7

pendapat Muhammad ibnul Hasan dan Abu Yusuf dari kalangan Hanafiyah.
Dan ini yang dikuatkan oleh Imam Ath-Thohawy sebagaimana dalam Fathul
Bary (9/650) dan Imam Ibnu Rusyd dalam Al-Bidayah (1/3440).
11. Baghol.
Dia adalah hewan hasil peranakan antara kuda dan keledai. Jabir
-radhiallahu ‘anhuma- berkata:
‫ كول أأحيوكم‬،‫خييكببر – ل أأحيوكم ال يأحأمهر ال يإهن يهسيم كهة‬
‫ح مكركم رسول ال صلى ال عليه وسلم – ي كيعهني ي كيوكم ك‬
‫ك‬
‫ال يهبكغاهل‬
“Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- mengharamkan -yakni saat
perang Khaibar- daging keledai jinak dan daging baghol. (HR. Ahmad dan
At-Tirmidzy)
Dan ini (haram) adalah hukum untuk semua hewan hasil peranakan antara
hewan yang halal dimakan dengan yang haram dimakan. [Al-Majmu'
(9/27), Ays-Syarhul Kabir (11/75), dan Majmu' Al-Fatawa (35/208)].
12. Anjing.
Para ulama sepakat akan haramnya memakan anjing, di antara dalil yang
menunjukkan hal ini adalah bahwa anjing termasuk dari hewan buas yang
bertaring yang telah berlalu pengharamannya. Dan telah tsabit dari Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wasallam- bahwa beliau bersabda:
‫ح مكركم كثكمن كأه‬
‫ح مكركم كشييسئا ك‬
‫إه مكن ال إهكذا ك‬
“Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu maka Dia akan
mengharamkan harganya [12]“.
Dan telah tsabit dalam hadits Abu Mas’ud Al-Anshory riwayat Al-Bukhary
dan Muslim dan juga dari hadits Jabir riwayat Muslim akan haramnya
memperjualbelikan anjing. [Al-Luqothot point ke-12]
13. Kucing baik yang jinak maupun yang liar.
Jumhur ulama menyatakan haramnya memakan kucing karena dia
termasuk hewan yang bertaring dan memangsa dengan taringnya. Pendapat
ini yang dikuatkan oleh Syaikh Al-Fauzan. Dan juga telah warid dalam
hadits Jabir riwayat Imam Muslim akan larangan meperjualbelikan kucing,
sehingga hal ini menunjukkan haramnya. [Al-Majmu' (9/8) dan Hasyiyah
Ibni 'Abidin (5/194)]
14. Monyet.
Ini merupakan madzhab Syafi’iyah dan merupakan pendapat dari ‘Atho`,
‘Ikrimah, Mujahid, Makhul, dan Al-Hasan. Imam Ibnu Hazm menyatakan,
8

“Dan monyet adalah haram, karena Allah -Ta’ala- telah merubah
sekelompok manusia yang bermaksiat (Yahudi) menjadi babi dan monyet
sebagai hukuman atas mereka. Dan setiap orang yang masih mempunyai
panca indra yang bersih tentunya bisa memastikan bahwa Allah -Ta’alatidaklah merubah bentuk (suatu kaum) sebagai hukuman (kepada mereka)
menjadi bentuk yang baik dari hewan, maka jelaslah bahwa monyet tidak
termasuk ke dalam hewan-hewan yang baik sehingga secara otomatis dia
tergolong hewan yang khobits (jelek)” [13]. [Al-Luqothot point ke-13]
15. Gajah.
Madzhab jumhur ulama menyatakan bahwa dia termasuk ke dalam kategori
hewan buas yang bertaring. Dan inilah yang dikuatkan oleh Imam Ibnu
‘Abdil Barr, Al-Qurthuby, Ibnu Qudamah, dan Imam An-Nawawy
-rahimahumullah-. [Al-Luqothot point ke-14]
16. Musang (arab: tsa’lab)
Halal, karena walaupun bertaring hanya saja dia tidak mempertakuti dan
memangsa manusia atau hewan lainnya dengan taringnya dan dia juga
termasuk dari hewan yang baik (arab: thoyyib). Ini merupakan madzhab
Malikiyah, Asy-Syafi’iyah, dan salah satu dari dua riwayat dari Imam
Ahmad. [Mughniyul Muhtaj (4/299), Al-Muqni' (3/528), dan Asy-Syarhul
Kabir (11/67)]
17. Hyena/kucing padang pasir (arab: Dhib’un)
Pendapat yang paling kuat di kalangan ulama -dan ini merupakan pendapat
Imam Asy-Syafi’iy dan Imam Ahmad- adalah halal dan bolehnya memakan
daging hyena. Hal ini berdasarkan hadits ‘Abdurrahman bin ‘Abdillah bin
Abi ‘Ammar, beliau berkata,
“Saya bertanya kepada Jabir, “apakah hyena termasuk hewan buruan?”,
beliau menjawab, “iya”. Saya bertanya lagi, “apakah boleh
memakannya?”, beliau menjawab, “boleh”. Saya kembali bertanya,
“apakah pembolehan ini telah diucapkan oleh Rasulullah?”, beliau
menjawab, “iya”“.
Diriwayatkan oleh Imam Lima [14] dan dishohihkan oleh Al-Bukhary, AtTirmidzy dan selainnya. Lihat Talkhishul Khabir (4/152).
Pendapat ini yang dikuatkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Al-Fath
(9/568) dan Imam Asy-Syaukany.
Adapun jika ada yang menyatakan bahwa hyena adalah termasuk hewan
buas yang bertaring, maka kita jawab bahwa hadits Jabir di atas lebih
khusus daripada hadits yang mengharamkan hewan buas yang bertaring
sehingga hadits yang bersifat khusus lebih didahulukan. Atau dengan kata

9

lain hyena diperkecualikan dari pengharaman hewan buas yang bertaring.
Lihat Nailul Author (8/127) dan I’lamul Muwaqqi’in (2/117).
[Mughniyul Muhtaj (4/299) dan Al-Muqni' (3/52)]
18. Kelinci.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhary dan Imam
Muslim dari Anas bin Malik -radhiallahu ‘anhu-:
‫أ‬
‫ كفقكهبل كأه‬،‫ب‬
‫عيضسو همين أ كيرن ك ب‬
‫ي ل كأه ك‬
‫أ كن م كأه صلى ال عليه وسلم أيههد ك‬
“Sesungguhnya beliau (Nabi) -Shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah
diberikan hadiah berupa potongan daging kelinci, maka beliaupun
menerimanya”.
Imam Ibnu Qudamah berkata dalam Al-Mughny,
“Kami tidak mengetahui ada seorangpun yang mengatakan haramnya
(kelinci) kecuali sesuatu yang diriwayatkan dari ‘Amr ibnul ‘Ash”. [AlLuqothot point ke-16]
19. Belalang.
Telah berlalu dalam hadits Ibnu ‘Umar bahwa bangkai belalang termasuk
yang diperkecualikan dari bangkai yang diharamkan. Hal ini juga
ditunjukkan oleh perkataan Anas bin Malik -radhiallahu ‘anhu-:
‫ت ن كأ يأكأل ال يكجكراكد‬
‫غكزكوا ب‬
‫غكزيوكنا كمكع رسول ال صلى ال عليه وسلم كسيبكع ك‬
‫ك‬
“Kami berperang bersama Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallamsebanyak 7 peperangan sedang kami hanya memakan belalang”. (HR. AlBukhary dan Muslim). [Al-Luqothot point ke-17]
20. Kadal padang pasir (arab: dhobbun [15]).
Pendapat yang paling kuat yang merupakan madzhab Asy-Syafi’iyah dan
Al-Hanabilah bahwa dhabb adalah halal dimakan, hal ini berdasarkan
sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- tentang biawak:
‫حل كسل‬
‫أكل أيوا كوأ كط يهعأميوا كفإهن م كأه ك‬
“Makanlah dan berikanlah makan dengannya (dhabb) karena
sesungguhnya dia adalah halal”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim dari hadits
Ibnu ‘Umar)
Adapun keengganan Nabi untuk memakannya, hanyalah dikarenakan
dhabb bukanlah makanan beliau, yakni beliau tidak biasa memakannya.
Hal ini sebagaimana yang beliau khabarkan sendiri dalam sabdanya:
‫ كول ككهن مكأه ل كييكس همين ط ككعاهمي‬،‫ل ك كبأ يكس هبهه‬
“Tidak apa-apa, hanya saja dia bukanlah makananku”.

10

Ini yang dikuatkan oleh Imam An-Nawawy dalam Syarh Muslim (13/97).
[Mughniyul Muhtaj (4/299) dan Al-Muqni' (3/529)]
21. Landak.
Syaikh Al-Fauzan menguatkan pendapat Asy-Syafi’iyyah akan boleh dan
halalnya karena tidak ada satupun dalil yang menyatakan haram dan
khobitsnya. Lihat Al-Majmu’ (9/10).
22. Ash-shurod, kodok, semut, burung hud-hud, dan lebah.
Kelima hewan ini haram dimakan, berdasarkan hadits Abu Hurairah
-radhiallahu ‘anhu-, beliau berkata:
‫ل ال مأصكرهد كوالهمضفيكدهع كوالن مكيمل كهة كوال يأهيدأههد‬
‫عين قكتي ه‬
‫ن ككهى رسول ال صلى ال عليه وسلم ك‬
“Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melarang membunuh shurod,
kodok, semut, dan hud-hud. (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shohih).
Adapun larangan membunuh lebah, warid dalam hadits Ibnu ‘Abbas yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud.
Dan semua hewan yang haram dibunuh maka memakannyapun haram.
Karena tidak mungkin seeokor binatang bisa dimakan kecuali setelah
dibunuh. [Al-Luqothot point ke-19 s/d 23]
23. Yarbu’.
Halal. Ini merupakan madzhab Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah, dan
merupakan pendapat ‘Urwah, ‘Atho` Al-Khurosany, Abu Tsaur, dan Ibnul
Mundzir, karena asal dari segala sesuatu adalah halal, dan tidak ada
satupun dalil yang menyatakan haramnya yarbu’ ini. Inilah yang dikuatkan
oleh Imam Ibnu Qudamah dalam Al-Mughny (11/71). [Hasyiyatul Muqni'
(3/528) dan Mughniyul Muhtaj (4/299)]
24. Kalajengking, ular, gagak, tikus, tokek, dan cicak.
Karena semua hewan yang diperintahkan untuk dibunuh tanpa melalui
proses penyembelihan adalah haram dimakan, karena seandainya hewanhewan tersebut halal untuk dimakan maka tentunya Nabi tidak akan
mengizinkan untuk membunuhnya kecuali lewat proses penyembelihan
yang syar’iy.
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
‫ي‬
‫ب كوال يأحكد مكيا‬
‫ك‬
‫خيمسس كفكواهسأق ي أقيتكل يكن كفي ال يهح م ه‬
‫ب ال يا كيبقكأع كوال يفكأكرأة كوالب يك كل ي أ‬
‫ ا كل يكحيم كأة كوال يأغكرا أ‬:‫ل كوال يكحكرمه‬
“Ada lima (binatang) yang fasik (jelek) yang boleh dibunuh baik dia
berada di daerah halal (selain Mekkah) maupun yang haram (Mekkah):
Ular, gagak yang belang, tikus, anjing, dan rajawali (HR. Muslim)
11

Adapun tokek dan -wallahu a’lam- diikutkan juga kepadanya cicak, maka
telah warid dari hadits Abu Hurairah riwayat Imam Muslim tentang anjuran
membunuh wazag (tokek). [Bidayatul Mujtahid (1/344) dan Tafsir AsySyinqithy (1/273)]
25. Kura-kura (arab: salhafat), anjing laut, dan kepiting (arab: sarthon).
Telah berlalu penjelasannya pada pendahuluan yang ketiga bahwa ketiga
hewan ini adalah halal dimakan. [Al-Luqothot point ke-28 s/d 30]
26. Siput (arab: halazun) darat, serangga kecil, dan kelelawar.
Imam Ibnu Hazm menyatakan, “Tidak halal memakan siput darat, juga
tidak halal memakan seseuatupun dari jenis serangga, seperti: tokek
(masuk juga cicak), kumbang, semut, lebah, lalat, cacing, kutu, nyamuk
dan yang sejenis dengan mereka, berdasarkan firman Allah -Ta’ala-,
“Diharamkan untuk kalian bangkai”, dan firman Allah -Ta’ala-, “Kecuali
yang kalian sembelih”. Dan telah jelas dalil yang menunjukkan bahwa
penyembelihan pada hewan yang bisa dikuasai/dijinakkan, tidaklah
teranggap secara syar’iy kecuali jika dilakukan pada tenggorokan atau
dadanya. Maka semua hewan yang tidak ada cara untuk bisa
menyembelihnya, maka tidak ada cara/jalan untuk memakannya, sehingga
hukumnya adalah haram karena tidak bisa dimakan, kecuali bangkai yang
tidak disembelih” [16]. [Al-Luqothot point ke-31 s/d 34]

C.

Dampak Negatif Mengkomsumsi Makanan Haram
1) Merusak Jiwa
2) Berbahaya Dan Merusak Hak Orang Lain

D.

3)

Memubazirkan Dan bagi Kesehatan

4)

Menimbulkan Permusuhan Dan Kebencian

5)

Menghalangi Mengingat Allah

Dalil-Dalil Yang Mengharamkan Makanan
 Pengharaman Makan Darah

12

   



     
      
      

173. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah[108]. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya)
sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.







    




    
    
     
    
    
    
   
     




     
 
3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi,
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali
yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. pada hari ini[397] orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka
dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398]
karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

13

      
    
     
     
      
      
  
145. Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,
kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging
babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang
disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan
terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang".







 
  
  

133. Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan
darah[558] sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan
diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.

      
    

115. Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang
benar dan adil. tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya
dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha mengetahui.
 Pengharaman segala yang kotor





 













 
119. Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan
kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan
kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghunipenghuni neraka.







14














    



   
    
   








 
157. (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi
mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang
mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka[574]. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
 Hukum makan bangkai

      
    
     
     
      
      
  
145. Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,
kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging
babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang
disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan
terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang".
 Hukum makan daging babi dan Rukhshah (dispensasi) makan barang

haram karena terpaksa


   



     
     
    
15

115. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan)
bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut
nama selain Allah; tetapi Barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan
tidak Menganiaya dan tidak pula melampaui batas, Maka Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

BAB III
PENUTUP
Demikianlah serangkaian bentuk makalah yang saya buat, saya menyadari
bahwa dalam makalah ini tak kuasa dengan kesalahan-kesalahan yang ada, baik itu
dari segi penulisan, gaya bahasa yang ditampilkan atau juga sistematika pengambilan
referensi. saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Seperti pepatah "Tak ada gading
yang tak retak". Untuk itu penulis meminta kritik yang bersifat membangun, dan
saran guna untuk memperbaiki serta mengevaluasi makalah ini. Semoga Makalah
yang dibuat ini bisa mendatangkan kemanfaatan bagi penulis khususnya, serta
pembaca pada umumnya.Amin
Makanan yang diharamkan dalam kitabullah secara umum ada empat macam,
yakni: Bangkai, Darah, Daging babi, Binatang yang disembelih tanpa menyebut asma
Allah.
Minuman yang halal dalam hal ini dibagi menjadi 4 bagian:
a.

Semua jenis air atau cairan yang tidak membahayakan bagi kehidupan manusia,
baik membahayakan dari segi jasamani, akal, jiwa maupun aqidah.

b.

Air atau cairan yang tidak memabukkan walupun seebelumnya pernah
memabukan seperti arak yang berubah menjadi cuka.

c.

Air atau cairan bukan berupa benda yang najisatau benda suci yang terkena
najis.

d.

Air atau cairan yang suci itu didapatkan dengan cara-cara yang halal yang tidak
bertentangan dengan Syari'at
Adapun minuman yang haram adalah setiap minuman yang berbau haram, pada

dasarnya karena ada sesuatu yang dapat membunuh, lambat ataupun cepat dan
bersifat membahayakan.
Segala bagian dari babi adalah haram, jadi segala makanan yang bahan
dasarnya babi dan segala produk turunannya adalah haram juga, karena bahannya
adalah babi yang asalnya najis. Adapun hukum menggunakan Alkohol sebagai

16

campuran makanan dan minuman adalah haram. Karena diketahui bahwa alkohol itu
najis, sehingga pemanfaatan benda najis pada dasarnya haram. Namun dikecualikan
hukum tesebut ketika dalam kondisi dlorurot, yaitu jika tidak memakan makanan
tersebut akan mengancam keselamatan jiwa, maka diperbolehkan sebagai mana
koidah fiqh.

DAFTAR PUSTAKA
Drs.T.Ibrahim dkk.2004.Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis,(Solo:PT Tiga Serangkai)
Sayyid,Sabiq.Abdullah dkk.1984.Fiqih sunnah jilid I.Mulyaco:Yogyakarta
Syekh Yusuf Qardhawi,1980. Al Halal wa al haram fil Islam. PT Bina Ilmu
http://tafany.wordpress.com/2009/03/22/semua-hal-beralkohol-dalam-tinjauan-fiqih
htttp / / tarbiyatulmujahidin.com / html / FiqhMuamalah.Makanan dan Minuman
yang Halal dan Haram.htm

17

MAKALAH
JENIS-JENIS MAKANAN YANG
DIHARAMKAN

Disusun oleh :
KELOMPOK Al-AMIN

1. Reisha Amry
2. Erika Triyani S
3. Friska Kolonia
4. Meta Aurellia
5. Vina Lestari
6. Rizma Olivia

SMP NEGERI 1 BINONG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
18

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena
atas izin dan kehendak-Nya kami dapat menyusun makalah tentang JENIS-JENIS
MAKANAN YANG DIHARAMKAN dengan tepat waktu. Pembuatan makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas sekolah.
Dalam pembuatan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang
dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan
penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada
guru pembimbing kami yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini
kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi kami yakin makalah ini masih
banyak kekurangan. Dengan penuh kesadaran akan segala kekurangan yang masih
ada dan harapan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin
menggali ilmu pengetahuan khususnya di bidang agama
Dan harapan kami, ini dapat menjadi inspirasi dan menjadi referensi bagi kita
dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna
bagi orang lain yang mendengarkan dan yang membacanya.

Binong, Februari 2015
Tim Penulis

1

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN...............................................................
A.
Latar Belakang...........................................................
B.
Rumusan Masalah.....................................................
C.
Tujuan Penulisan.......................................................
BAB II : PEMBAHASAN........................................................................
A.
Pengertian Haram............................................................
B.
Jenis-Jenis Makanan Yang Haram..................................
C.
Dampak Negatif Mengkonsumsi Makanan Haram.........
Dalil-Dalil Yang Mengharamkan Makanan....................
BAB III : PENUTUP..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

2

i
ii
1
1
2
2
3
3
3
12
13
16
17