PRIORITAS REHABILITA SI JARINGAN DRAINASE

ISSN No. 1978-3787

Media Bina Ilmiah 45

PRIORITAS REHABILITASI JARINGAN DRAINASE DI KOTA DENPASAR

Oleh:

Ni Putu Ety Lismaya Dewi
Dosen dpk Universitas Nusa Tenggara Barat

Abstrak: Sistem drainase adalah rekayasa infrastruktur di suatu kawasan untuk menanggulangi adanya
genangan banjir.Sistem drainase yang ada di Kota Denpasar masih belum tertata dengan baik sehingga
saat musim penghujan sering terjadi banjir. Berdasarkan kondisi eksisting, sistem jaringan drainase di
Kota Denpasar dibagi menjadi lima sistem utama yaitu sistem I (sistem Tukad Badung), sistem II (sistem
Tukad Ayung), sistem III (sistem Tukad Mati), sistem IV (sistem Niti Mandala-Suwung) dan sistem V
(sistem Pemogan). Karena keterbatasan sumber daya dan anggaran yang dialokasikan pemerintah maka
diperlukan adanya skala prioritas dalam rehabilitasi sistem jaringan drainase di Kota Denpasar.Penelitian
ini memiliki tujuan untuk melakukan penentuan skala prioritas rehabilitasi jaringan drainase dengan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penentuan skala prioritas dengan metode AHP
menunjukkan bahwa nilai tertinggi decision score adalah 44,5% pada sistem III artinya prioritas pertama

rehabilitasi jaringan drainase di Kota Denpasar dilakukan di sistem III, prioritas kedua di sistem IV
dengan skor 25,7%, prioritas ketiga di sistem V dengan skor 15,2%, prioritas keempat di sistem I dengan
skor 9,3%, dan prioritas kelima di sistem II dengan skor 4,4%.
Kata Kunci:

banjir, rehabilitasi jaringan drainase, metode Analytical Hierarchy Process

PENDAHULUAN
Sebagai pusat pemerintahan dan pendidikan
serta pariwisata, tanah di Kota Denpasar sangat
potensial beralih fungsi dari lahan sawah menjadi
lahan kering (perumahan, industri, jalan dan lainlain).Luas wilayah Kota Denpasar sebesar 12.778
Ha atau 2,18% dari luas wilayah Propinsi Bali.
Sedangkan bila dilihat dari penggunaan tanahnya,
dari luas wilayah yang ada sekitar 2.632 Ha
merupakan tanah sawah, 10.136 Ha merupakan
tanah kering dan sisanya seluas 10 Ha merupakan
tanah lainnya seperti tambak, kolam, tebat dan
empang. Selama kurang lebih lima tahun terakhir
ini luas lahan sawah berkurang sekitar 283 Ha atau

menyusut rata-rata tiap tahun sekitar 2,8%.
Perubahan tata guna lahan yang sangat cepat ini
menyebabkan berkurangnya daerah resapan air
yang berkontribusi atas meningkatnya debit banjir.
Pada daerah pemukiman dimana telah padat
dengan bangunan sehingga tingkat resapan air ke
dalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan

curah hujan yang tinggi maka sebagian besar air
akan menjadi aliran air permukaan yang langsung
masuk ke dalam sistem drainase sehingga
kapasitasnya terlampaui dan menyebabkan banjir.
Berdasarkan kondisi eksisting, sistem jaringan
drainase yang ada di wilayah Kota Denpasar dapat
dibagi menjadi 5 (lima) sistem utama (PT.
Suwanda Karya Mandiri, 2012) yaitu:
1. Sistem I
: Sistem Tukad Badung
2. Sistem II
: Sistem Tukad Ayung

3. Sistem III : Sistem Tukad Mati
4. Sistem IV : Sistem Niti Mandala-Suwung
dan sekitarnya
5. Sistem V : Sistem Pemogan
Dari laporan pendahuluan studi evaluasi
prasarana dan sarana drainase Kabupaten Badung
dan Kota Denpasar (PT. Suwanda Karya Mandiri,
2012), daerah genangan air pada masing-masing
sistem adalah:

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com

Volume 8, No. 3, Juni 2014

46 Media Bina Ilmiah
a.

b.


c.

d.

e.

Pada sistem I, daerah genangan air terdapat di
Jl. Gatsu VI dan sekitarnya, Jl. Gatot Subroto,
Jl. Sari Gading, Jl. Ratna, Jl. Suli, Jl. Kamboja
di Desa Dangin Puri Kangin, Desa Sumertha
Kauh.
Pada sistem II, daerah genangan air terdapat
di Jl. Gatsu Timur Desa Kesiman Petilan, Jl.
Gumitir Desa Kesiman Kertalangu.
Pada sistem III, daerah genangan air terdapat
di Jl. Cargo dan sekitarnya, Jl. Buluh Indah
dan sekitarnya, Jl. Gunung Agung, Jl. Gunung
Batur dan sekitarnya, lingkungan Desa Tegal
Kerta dan Desa Tegal Harum (Perumnas),
lingkungan Jl. Demak, Jl. Kertapura Desa

Pemecutan Kelod, lingkungan Br. Abian
Timbul Desa Pemecutan Kelod.
Pada sistem IV, daerah genangan air terdapat
di Jl.Waturenggong dan sekitarnya, Jl. Tukad
Yeh Penet, Lingkungan Br. Peken,
Lingkungan Br. Pande Kelurahan Renon, Jl.
Bedugul, Jl. Dewata dan sekitarnya Desa
Sidakarya, lingkungan pemukiman Bumi Ayu
Sanur, Jl. By Pass Ngurah Rai Sanur dan
sekitarnya.
Pada sistem V, daerah genangan air terdapat
di Jl. Pulau Seram, Jl. P. Tarakan, Jl. P. Buton
dan sekitarnya, Jl. Satelit, Jl. P. Serangan,
lingkungan Kantor BPTP Br. Sanggaran,
lingkungan Gria Anyar Br. Rangkan Sari,
lingkungan Jl. Sunia Negara, Jl. Raya
Pemogan, JL. By Pass Ngurah Rai dan
pertokoan mebel, lingkungan Perumahan
Mekar II Pemogan.


Prioritas rehabilitasi sistem jaringan drainase
memerlukan data akurat sebagai dasar setiap
keputusan
penanganan
daerah
rawan
banjir.Dengan berkembangnya berbagai metoda,
maka analisis keputusan dapat dibantu dengan
metoda
sistem
pendukung
kebijakan
(SPK).Penggunaan SPK atau yang lebih dikenal
dengan Decision Support System (DSS) diharapkan
sangat membantu memberikan informasi dan
bantuan dalam menentukan prioritas rehabilitasi
sistem jaringan drainase. SPK hanyalah merupakan
alat bantu dan bukan penganti para pengambil
keputusan, sehingga keberadaan SPK hanyalah
sebagai dasar penentuan berbagai kebijakan dan

bukan penentu kebijakan.
_____________________________________________
Volume 8, No. 3, Juni 2014

ISSN No. 1978-3787
Dalam penelitian ini metoda SPK yang
digunakan untuk menyusun prioritas rehabilitasi
sistem jaringan drainase adalah metode Analytical
Hierarchy Proces (AHP).Menurut Bourgeois
dalam Susila dan Ernawati (2007), metode AHP
digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas
dari berbagai alternatif/pilihan yang ada dan
pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau
multi kriteria. Secara umum, dengan menggunakan
AHP, prioritas yang dihasilkan akan bersifat
konsisten dengan teori, logis, transparan, dan
partisipatif. Dengan tuntutan yang semakin tinggi
berkaitan dengan transparansi dan partisipasi, AHP
akan sangat cocok digunakan untuk penyusunan
prioritas kebijakan publik yang menuntut

transparansi dan partisipasi.
Selanjutnya Mutaqqin (2006), memberikan
ilustrasi penyusunan prioritas rehabilitasi sistem
jaringan drainase di Perumahan Josroyo Indah
Jaten Kabupaten Karanganyar dengan metode
AHP yang menghasilkan bahwa prioritas utama
dalam rehabilitasi sistem jaringan drainase
dilakukan di Sub Sistem 04 Perumahan Josroyo
Indah Jaten Kabupaten Karanganyar.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
metode AHP dapat digunakan untuk menyusun
prioritas rehabilitasi jaringan drainase di Kota
Denpasar dari berbagai alternatif/pilihan yang ada
dan pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks.
Dengan memperhatikan latar belakang di atas
maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu
“Bagaimana rumusan prioritas rehabilitasi sistem
jaringan drainase dengan menyusun Sistem
Pendukung Kebijakan (SPK) menggunakan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP)?”

METODE PENELITIAN
a.

Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer yang dilakukan
pada penelitian ini dengan cara survei langsung di
lapangan, wawancara ataupun penyebaran
kuesioner terhadap para expertis yang menjadi
sasaran penelitian. Adapun data primer yang
diperlukan adalah data untuk pembobotan prioritas
rehabilitasi jaringan drainase.
Untuk mendapatkan data pembobotan
prioritas rehabilitasi jaringan drainase dilakukan
http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787
dengan metode purposive sampling dimana
peneliti yang didasari atas kemampuan dan
pengetahuan serta pertimbangan tertentu dapat
menentukan pilihan dalam memilih responden

yang diyakini mampu memberikan jawaban pada
kuisioner sesuai dengan topik penelitian
(Sugiyono, 2011). Berdasarkan hal tersebut, maka
sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 10
responden terdiri dari para expertis seperti pada
berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

b.


daerah layanan dan rencana anggaran biaya
rehabilitasi. Kriteria-kriteria ini disusun dalam
bentuk hirarki seperti gambar berikut:

KeteranganResponden
KepalaDinas PU Kota Denpasar
(expertis drainase dan irigasi)
Kasubdin Pengairan Dinas PU Kota Denpasar
(expertis drainase dan irigasi)
Kasi O & P Pengairan Dinas PU Kota Denpasar
(expertis drainase dan irigasi)
Kepala Dinas PU Propinsi Bali
(expertis drainase dan irigasi)
Kabid SumberDaya Air PU Propinsi Bali
(expertis drainase dan irigasi)
Akademisi Fakultas Teknik Universitas Udayana
(expertis drainase dan irigasi)
Akademisi Fakultas Teknik Universitas Udayana
(expertis drainase dan irigasi)
Akademisi Fakultas Teknik Undiknas
(expertis drainase dan irigasi)
Konsultan Arthacon
(expertis drainase)
Konsultan Ayu Design
(expertis drainase)

Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan
data
sekunder
adalah
pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengumpulkan data yang ada pada instansi terkait,
studi pustaka dan data-data hasil penelitian
sebelumnya yang terkait dengan penelitian
ini.Adapun data sekunder yang diperlukan terkait
dengan wilayah studi adalah kondisi umum
wilayah studi, kondisi existing jaringan drainase,
kependudukan, luas area layanan dan tata guna
lahan.
c.

Media Bina Ilmiah 47

Perumusan sistem pendukung kebijakan
rehabilitasi

Pada penelitian ini langkah penentuan skala
prioritas dibagi dalam 5 (lima) sistem jaringan
drainase, masing-masing sistem ditentukan
berdasarkan 4 (empat) kriteria yaitu partisipasi
masyarakat, tingkat kerusakan badan saluran, luas

d.

Analisis Data
Menurut Saaty dalam Marimin (2004),
prinsip kerja AHP kriteria dan alternatif dinilai
melalui perbandingan berpasangan untuk berbagai
persoalan dengan menggunakan skala 1 sampai 9.
Selanjutnya
perbandingan
kriteria
diberi
pembobotan berdasarkan persepsi dan tingkat
kepentingannya dari yang terburuk sampai yang
terbaik.
Setelah melakukan pembobotan kriteria dan
alternatif, dilakukan analisis dengan metode AHP
sehingga didapat hasil daerah mana yang
diprioritaskan secara berurutan untuk dilakukan
rehabilitasi.Dalam analisis ini digunakan bantuan
program komputer Expert Choice versi 11.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk penentuan skala prioritas rehabilitasi
jaringan drainase di Kota Denpasar, dilakukan
dengan menyebarkan kuisioner terhadap 10 orang
responden yang terdiri dari para expertis.Dari hasil
wawancara, selama ini dalam menentukan
prioritas, parameter yang digunakan adalah
kerusakan jaringan drainase, rencana anggaran
biaya
rehabilitasi
dan
luas
daerah
layanan.Sedangkan parameter yang belum
diperhitungkan adalah partisipasi masyarakat.
Sehingga dalam penelitian ini akan dihitung
pengaruh seluruh parameter tersebut dalam bentuk
bobot prioritas.
Penilaian responden pada alternatif terhadap
kriteria partisipasi masyarakat menunjukkan bahwa
partisipasi masyarakat pada sistem III memiliki

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com

Volume 8, No. 3, Juni 2014

48 Media Bina Ilmiah
pengaruh paling besar yaitu dengan bobot 43%,
kemudian diikuti oleh sistem IV 26%, sistem V
18,2%, sistem I 8,8% dan sistem II 4%. Sehingga
berdasarkan kriteria partisipasi masyarakat, sistem
III mendapat prioritas pertama untuk dilakukan
rehabilitasi.
Penilaian responden pada alternatif terhadap
subkriteria kapasitas saluran menunjukkan bahwa
kapasitas saluran pada sistem III memiliki
pengaruh paling besar yaitu dengan bobot 47,1%.
Sehingga berdasarkan subkriteria kapasitas saluran,
sistem III mendapat prioritas pertama untuk
dilakukan rehabilitasi.Berdasarkan studi literatur
dan hasil pengamatan, pada sistem III alur sungai
dangkal dan sempit oleh karena akumulasi sedimen
pada palung sungai serta sudah ada perkuatan
tebing sungai yang sempit untuk kepentingan
pondasi pemukiman.Adanya penyempitan alur
sungai terutama pada bagian tengah dan hilir
sehingga kerap menimbulkan terjadinya banjir.
Disamping itu tanaman pengganggu banyak
menutupi alur sungai sehingga kapasitas sungai
terbatas. Kondisi ini terutama terlihat pada saluran
sepanjang jalan Imam Bonjol untuk Tukad Teba,
alur Tukad Mati terutama di sebelah hulu bendung
Ulun Tanjung dan kawasan di sekitar bendung
Ulun Tanjung. Pada bagian hilir Tukad Mati terjadi
back water akibat pengaruh pasang surut air laut
yang dapat menahan laju aliran drainase menuju
muara. Sistem pengembangan permukiman dengan
sistem Land Consolidation (LC) dari tanah
persawahan telah menimbulkan perubahan arah
pemakaian saluran dari saluran irigasi menjadi
saluran drainase. Kondisi ini dapat dilihat pada
beberapa perumahan seperti Perumnas MonangManing dan beberapa perumahan di Padang
Sambian, sekitar jalan Pura Demak dll. Adanya
perubahan alih fungsi lahan yang cukup signifikan
telah memberi andil besar untuk meningkatkan
terjadinya limpasan permukaan. Peningkatan
limpasan air yang ada tidak diimbangi dengan
peningkatan kapasitas drainase yang memadai
sehingga akan menimbulkan genangan.
Penilaian responden pada alternatif terhadap
subkriteria kondisi badan saluran menunjukkan
bahwa kondisi badan saluran pada sistem III
memiliki pengaruh paling besar yaitu dengan
bobot 50,1%. Sehingga berdasarkan subkriteria
kondisi badan saluran, sistem III mendapat
_____________________________________________
Volume 8, No. 3, Juni 2014

ISSN No. 1978-3787
prioritas pertama untuk dilakukan rehabilitasi.
Berdasarkan kondisi eksisting, pada sistem III
terdapat pasangan tebing sungai yang longsor
akibat tergerus banjir seperti pada Tukad Mati
selatan jembatan Teuku Umar, sebelah barat Pura
Demak, dan senderan di tebing Tukad Mati Utara
jebol di Jalan Gunung Agung (PT. Suwanda Karya
Mandiri, 2012).
Penilaian responden pada alternatif terhadap
subkriteria sedimentasi menunjukkan bahwa
sedimentasi pada sistem III memiliki pengaruh
paling besar yaitu dengan bobot 52,1%. Sehingga
berdasarkan subkriteria sedimentasi, sistem III
mendapat prioritas pertama untuk dilakukan
rehabilitasi.Berdasarkan studi literatur dan hasil
pengamatan,
pada sistem III terjadi tingkat
sedimentasi yang tinggi dan tumpukan sampah
pada badan saluran. Kondisi ini dapat dilihat pada
sebagian besar ruas saluran yang ada.
Sedangkan, penilaian responden pada
alternatif terhadap kriteria luas daerah layanan
menunjukkan bahwa luas daerah layanan pada
sistem III mendapat prioritas ketiga setelah sistem
IV dan sistem I yaitu dengan bobot 14,3%.
Berdasarkan studi literatur, luas daerah layanan
sistem I adalah 27,55 km2, sistem II adalah 19,00
km2, sistem III adalah 25,49 km2, sistem IV adalah
38,50 km2, dan sistem V adalah 10,06 km2.
Penilaian responden pada alternatif terhadap
kriteria RAB rehabilitasi menunjukkan bahwa
RAB rehabilitasi pada sistem III mendapat
prioritas pertama yaitu dengan bobot 53,1%,
kemudian diikuti oleh sistem IV 20,3%, sistem V
14,7%, sistem I 7,3% dan sistem II 4,6%.
Setelah dilakukan penetuan prioritas global,
hasil penentuan skala prioritas dengan metode AHP
menunjukkan bahwa nilai tertinggi decision score
adalah 44,5% pada sistem III artinya prioritas
pertama rehabilitasi jaringan drainase di Kota
Denpasar dilakukan di sistem III.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa hasil penentuan skala prioritas dengan
metode AHP konsisten dengan kondisi eksisting
sistem jaringan drainase di Kota Denpasar
sehingga prioritas pertama rehabilitasi jaringan
drainase harus dilakukan di sistem III.

http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787

Media Bina Ilmiah 49

PENUTUP
a.

Simpulan

1.

Hasil penentuan skala prioritas dengan
metode AHP menunjukkan bahwa nilai
tertinggi decision score adalah 45,5% pada
sistem III artinya prioritas pertama rehabilitasi
jaringan drainase di Kota Denpasar dilakukan
di sistem III, prioritas kedua di sistem IV
dengan skor 25,7%, prioritas ketiga di sistem
V dengan skor 15,2%, prioritas keempat di
sistem I dengan skor 9,3%, dan prioritas
kelima di sistem II dengan skor 4,4%.
Dari hasil analisis sensitivitas didapat bahwa
pengaruh yang paling besar diberikan oleh
kriteria tingkat kerusakan jaringan yaitu
sebesar 59,1%, diikuti oleh partisipasi
masyarakat sebesar 26,6%, luas daerah
layanan sebesar 8,3% dan RAB rehabilitasi
sebesar 6%.

2.

b.

Saran
Hasil penentuan skala prioritas dengan
metode AHP konsisten dengan kondisi eksisting
sistem jaringan drainase di Kota Denpasar
sehingga prioritas pertama rehabilitasi jaringan
drainase harus dilakukan di sistem III.
DAFTAR PUSTAKA
Badan

Pusat Statistik. 2009.
Denpasar.Denpasar.

Badan

Pusat Statistik. 2010. Hasil
Penduduk
2010
Denpasar.Denpasar.

Profil

Kota
Sensus
Kota

Badan Pusat Statistik. 2011. Denpasar dalam
Angka.Denpasar.
BAPPEDA Kota Denpasar.2010. Masterplan
Drainase
dan
Irigasi
Kota
Denpasar.Denpasar.
Brans, J.P, Mareschal, B., Vincke, P. 1986. How to
Select
and
Rank
Projects:The
PROMETHEE
Method.
European
Journal of Operations Research, Vol.24,
228-238.

Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
2003. Panduan dan Petunjuk Praktis
Pengelolaan
Drainase
Perkotaan.
Jakarta.
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana.Kebijakan
Penanggulangan
Banjir
di
Indonesia.Direktorat Pengairan dan
Irigasi. Jakarta
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2010. Pedoman
Operasi dan Pemeliharaan Prasarana
Dasar Desa. Jakarta.
Dewi,

N.P.E.L. 2013.Partisipasi Masyarakat
Dalam Operasional Dan Pengelolaan
Sistem Jaringan Drainase Di Kota
Denpasar.Media Bina Ilmiah Vol. 7 No 3
Mei 2013.

Imamuddin dan Kadri.2006. Penerapan Algoritma
AHP Untuk Prioritas Penanganan
Banjir.Seminar
Nasional
Aplikasi
Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006).
Yogyakarta, 17 Juni.
Ismiyati.

2004. Statitistika dan Aplikasinya.
Semarang: Magister Teknik Sipil
Universitas Diponegoro.

Latifah, S. 2005. Prinsip-prinsip Dasar Analytical
Hierarchy Process.
e-USU
Reposritory.
Medan:
Universitas
Sumatera Utara.
Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria
Majemuk. Penerbit PT Grasindo.
Murdiono, B. 2008.Peran Serta Masyarakat Pada
Penyusunan Rencana Pengelolaan Daya
Rusak Sumber Daya Air (tesis).
Semarang: Universitas Diponegoro.
Mutaqqin, A.Y. 2006.Kinerja Sistem Drainase
Yang Berkelanjutan Berbasis Partisipasi
Masyarakat (Studi Kasus di Perumahan
Josroyo
Indah
Jaten
Kabupaten
Karanganyar)
(tesis).
Semarang:
Universitas Diponegoro.

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com

Volume 8, No. 3, Juni 2014

50 Media Bina Ilmiah

ISSN No. 1978-3787

PT. Arthacons. 2010. Laporan Akhir DED
Drainase Denpasar.Denpasar.

Analytical Hierarchy Process (AHP)
(tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

PT. Suwanda Karya Mandiri.2012. Laporan
PendahuluanStudi Evaluasi Prasarana
dan Sarana Drainase Kabupaten Badung
dan Kota Denpasar.Denpasar.

Suyasa, I.D.G. 2008.Penetuan Skala Prioritas
Penanganan Jalan Kabupaten Dengan
Metode AHP di Kabupaten Badung
(tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Purbawijaya, I.B.N. 2009.Manajemen Resiko
Penanganan Banjir Pada Sistem Jaringan
Drainase di Wilayah Kota Denpasar
(tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Syahrial, F. 2007. Evaluasi Pengelolaan Sistem
Drainase Kota Padang (Studi Kasus
Drainase Air Tawar-Ganting) (tesis).
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.

Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi
Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik
untuk Pengambilan Keputusan dalam
Situasi yang Kompleks. Jakarta: Penerbit
PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Saragi, T.E. 2007.Tinjauan Manajemen Sistem
Drainase Kota Pematang Siantar (tesis).
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sobriyah dan Wignyasukarto.2001. Peran Serta
Masyarakat dalam Pengendalian Banjir
untuk Mendukung Pelaksanaan Otonomi
Daerah.Makalah pada Kongres VII dan
PIT VIII Himpunan Ahli Teknik
Hidraulik Indonesia (HATHI). Malang.

Wignyosukarto, Budi. 2001. Pemanfaatan Decision
Support System Untuk Perencanaan
Sitem Drainase.Makalah pada Kongres
VII dan PIT VIII Himpunan Ahli Teknik
Hidraulik Indonesia (HATHI).Malang.
Yudhiantari.2002, Ekowisata Sebagai Alternatif
Dalam Pengembangan Wisata yang
Berkelanjutan
(tesis).
Semarang:
Universitas Diponegoro.

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suripin.2004. Sistem Drainase Perkotaan yang
Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Susila dan Ernawati. 2007. Penggunaan Analytical
Hierarchy Process Untuk Penyusunan
Prioritas
Proposal
Penelitian.
Informatika Pertanian Volume: 16 No.2.
Sutika,

I.K. 2010.Penentuan Skala Prioritas
Kegiatan Penanganan Ruas-Ruas Jalan
Provinsi di Provinsi Bali Dengan Metode

_____________________________________________
Volume 8, No. 3, Juni 2014

http://www.lpsdimataram.com