Pencemaran tanah akibat Tumpahan Minyak

MAKALAH
KIMIA LINGKUNGAN
PENCEMARAN TANAH AKIBAT TUMPAHAN MINYAK INDUSTRI

Dosen Pembimbing:
Indah Nirtha, ST, M.Si
Oleh:
Aditya Kumara P

(H1E113056)

M. Royan P

(H1E113201)

Garu Ujwala

(H1E113044)

Queen Alcitra P (H1E113204)


Hadi Saufi

(H1E113205)

Rifda I A

(H1E113236)

Husin Hamzah

(H1E113203)

Randy S

(H1E113232)

Mita Riani Rezki

(H1E113053)


KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S – 1 TEKNIK LINGKUNGAN
BANJARBARU
2014

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
pertolongan-Nya sehingga penyusunan makalah mengenai “Pencemaran Tanah
akibat Tumpahan Minyak Industri” ini dapat terselesaikan.
Makalah ini di susun sebagai bahan referensi khususnya bagi mahasiswa
yang ingin mendalami tentang tanah dan lingkungan.
Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak sekali kekurangan baik dari
segi isi maupun penulisan, jadi besar harapan kami atas kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca sehingga dapat menjadi suatu masukan
untuk kesempurnaan tugas-tugas berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.


Banjarbaru, 14 April 2014

Penyusun

1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
BAB II ISI
2.1. Tanah ..................................................................................................... 2
2.1.1............................................................................................................ Peng
ertian Tanah........................................................................................ 2
2.1.2............................................................................................................ Stru
ktur Tanah.......................................................................................... 2
2.1.3............................................................................................................ Kual
itas Tanah........................................................................................... 2
2.2 Minyak Bumi.......................................................................................... 3

2.2.1. Pengertian Minyak Bumi ................................................................ 3
2.2.2. Karakteristik Minyak Bumi ............................................................. 3
2.3 Pencemaran Tanah akibat Tumpahan Minyak Bumi ............................. 4
2.4 Penanggulangan .................................................................................... 6
2.5 Studi Kasus ............................................................................................ 10
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan............................................................................................. 13
3.2. Saran ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

2

BAB I
PENDAHULUAN
Pada era modern saat ini, telah menjadi hal yang mutlak bahwa kemajuan
suatu Negara dilihat dari betapa majunya perkembangan industri di Negara
tersebut. Industri yang maju berarti menandakan betapa pesat perkembangan di
Negara yang bersangkutan dan betapa banyak pula penghasilan yang didapat oleh
Negara tersebut. Apalagi jika pendapatan utama dari Negara tersebut didukung
dari sektor industri yang melandasi semua sektor ekonomi.

Namun sebagaimana asas dasar dari semua hal yang terdapat di dunia ini,
bahwa setiap hal memiliki sikap negatif dan positif. Begitu pula halnya dengan
perindustrian, maka ada dampak negatif dan dampak positif pula yang dihasilkan.
Dampak negatif itu sendiri dapat dirasakan dari berbagai sektor, salah satunya
adalah sektor lingkungan yang dimana perindustrian ini dapat mencemari
lingkungan. Dalam makalah kali ini, kami akan membahas secara spesifik
pencemaran lingkungan khususnya tanah yang disebabkan oleh tumpahan minyak
dari perindustrian.

1

BAB II
ISI
2.1 Tanah
2.1.1. Pengertian Tanah
Ditinjau dari segi asal-usul, tanah merupakan hasil alih rupa
(transformation) dan alih tempat (translocation) zat-zat mineral dan organik
yang berlangsung di permukaan daratan di bawah pengaruh faktor-faktor
lingkungan yang bekerja selama waktu sangat panjang. (Schroeder, 1984)
Secara umum, pengertian tanah dapat dilihat dari 3 aspek, yaitu aspek

pendekatan geologi, aspek pendekatan pedologi, dan pendekatan edhapologi.
Jika dilihat dari aspek pendekatan geologi, maka tanah berarti lapisan
permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami
serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam sehingga regolith (lapisan partikel
halus). Namun jika dilihat dari segi pendekatan pedologi, maka tanah berarti
bahan padat (mineral atau organik) yang terletak di permukaan bumi, yang
telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor: Bahan Induk, Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu.
Sedangkan jika dilihat dari segi pendekatan edhapologi maka tanah berarti
media tumbuh tanaman.
2.1.2. Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan
susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain
membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis.Struktur tanah berhubungan
dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama
lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu
dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan
kalsiumSecara umum tanah (dengan bahan induk mineral) tersusun atas 50%
bahan padatan (45% bahan mineral dan 5% bahan organik), 25% air, dan 25%
udara. Sedangkan pada tanah organik (misalnya gambut), bahan padatan


2

terdiri atas 5% bahan anorganik dan 45% bahan organik. Bahan organik di
dalam tanah sendiri terdiri atas 10% mikroorganisme, 10% akar, dan hunat
80%.
2.1.3. Kualitas Tanah
Kualitas tanah adalah kapasitas dari suatu tanah dalam suatu lahan
untuk menyediakan fungsi-fungsi yang dibutuhkan manusia atau ekosistem
alami dalam waktu yang lama. Fungsi tersebut adalah kemampuannya untuk
mempertahankan pertumbuhan dan produktivitas tumbuhan serta hewan atau
produktivitas biologis, mempertahankan kualitas udara dan air atau
mempertahankan kualitas lingkungan, serta mendukung kesehatan tanaman,
hewan dan manusia. Sedangkan degradasi tanah adalah penurunan kualitas
tanah (Plaster, 2003 dalam Waluyaningsih, 2008).
Dampak negatif dari ketidakmampuan tanah untuk memenuhi
fungsinya adalah terganggunya kualitas tanah sehingga menimbulkan
bertambah luasnya lahan kritis, menurunnya produktivitas tanah dan
pencemaran lingkungan. Penurunan kualitas tanah akan memberikan
kontribusi yang besar akan bertambah buruknya kualitas lingkungan secara

umum (Suriadi dan Nazam, 2005).
2.2 Minyak Bumi
2.2.1. Pengertian Minyak Bumi
Minyak bumi atau minyak mentah (crude oil) menurut Muhtar (2001)
merupakaan campuran yang komplek dari senyawaan kimia, yang terdiri dari
unsur –unsur karbon (C), hidrogen (H), sulfur (S), oksigen (O), nitrogen (N)
dan logam (Cu, Fe, Ni dan lain-lain). Senyawaan yang hanya terdiri dari unsur
karbon dan hydrogen dikelompokkan sebagai senyawaan hidrokarbon.
Senyawaan hidrokarbon diklasikasikan atas hidrokarbon parain, olein, naften
dan aromat. Sedangkan senyawaan campuran antara unsur karbon, hidrogen
dan salah satu unsur atau lebih dari sulfur, oksigen, nitrogen dan logam
dikelompokkan sebagai senyawaan non hidrokarbon.

3

2.2.2. Karakteristik Minyak Bumi
Menurut Risayekti (2004), minyak bumi merupakan bahan tambang
yang terdapat di dalam perut bumi, komposisinya berupa senyawaan kimia
terdiri dari komponen hidrokarbon dan non hidrokarbon. Minyak bumi
berwarna dari coklat kehitam–hitaman sampai hitam pekat dalam bentuk cair

dan terdapat gas–gas yang melarut didalamnya, dengan speciic gravity
berkisar antara 0,8000 – 1,0000. Pada berbagai industri kimia, kilang minyak
bumi telah diidentiikasi sebagai emitter besar dari berbagai polutan. Benzene,
toluene, ethylbenzene, dan xylene (BTEX) membentuk sebuah kelompok
senyawa aromatik penting dari senyawa organic volatil (volatile organic
compounds) karena perannya dalam kimia troposfer dan resiko yang
ditimbulkan bagi kesehatan manusia (Baltrenas et al, 2011).

2.3 Pencemaran Tanah akibat Tumpahan Minyak Bumi
Industri minyak bumi memiliki potensi sebagai sumber dampak
terhadap pencemaran air, tanah dan udara baik secara langsung maupun tidak
langsung. Minyak yang merembes ke dalam tanah dapat menyebabkan
tertutupnya suplai oksigen dan meracuni mikroorganisme tanah sehingga
mengakibatkan kematian mikroorganisme tersebut. Tumpahan minyak di
lingkungan dapat mencemari tanah dan perairan hingga ke daerah sub-surface
dan lapisan aquifer air tanah. Jumlah tanah yang terkontaminasi minyak bumi
yang dihasilkan dalam proses produksi minyak telah meningkat ribuan ton
setiap tahun di Indoesia (Bambang Yudono et al. 2009).
Tumpahan minyak bumi pada permukaan tanah berpotensi mencemari
lingkungan terutama tanah dan air. Ketika suatu tumpahan minyak telah

mencemari permukaan tanah, maka tumpahan tersebut dapat menguap, tersapu
air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam
tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah, yang dapat

4

berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air permukaan maupun air tanah. Selain itu tumpahan minyak
dapat menurunkan kestabilan tanah dan mendegradasi fungsi tanah hingga
dapat menyebabkan lahan kritis.
Menurut Nuryatini dan Edi (2010), Minyak bumi yang mencemari
tanah dapat mencapai lokasi air tanah, danau atau sumber air yang
menyediakan air bagi kebutuhan domestik maupun industri sehingga menjadi
masalah serius bagi daerah yang mengandalkan air tanah sebagai sumber
utama kebutuhan air bersih atau air minum. Sedangkan Culbertson et al
(2008) menjelaskan bahwa pencemaran minyak bumi meskipun dengan
konsentrasi hidrokarbon yang sangat rendah sangat mempengaruhi bau dan
rasa air tanah.
Sisa-sisa dari tumpahan minyak bumi dapat bertahan selama puluhan
tahun dalam sedimen pantai yang dapat mempengaruhi flora dan fauna lokal,

selain itu beberapa studi telah meneliti dampak jangka panjang dari sisa
tumpahan minyak juga mempengaruhi ekosistem pesisir. Proses pengolahan
minyak dan petrokimia di kilang (reinery) menurut Carmen Marti et al (2009)
menghasilkan lumpur minyak kilang (oil sludge), yang berpotensi mencemari
lingkungan.
Lumpur minyak merupakan kotoran minyak yang terbentuk dari proses
pengumpulan dan pengendapan kontaminan minyak yang terdiri atas
kontaminan yang memang sudah ada di dalam minyak maupun kontaminan
yang terkumpul dan terbentuk dalam penanganan suatu proses. Secara fisik
lumpur minyak mempunyai berat jenis antara : 0,93 – 1,05, berwarna dari
coklat tua sampai hitam, berbau hidrokarbon dan kelarutan dalam air sangat
rendah.
Menurut Aguilera et al (2010) dampak dari tumpahan minyak
berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental pada populasi yang terkena,
terutama mengacu pada gejala klinis dan kesehatan yang berhubungan dengan
kualitas hidup. Populasi atau individu dengan derajat paparan yang lebih
tinggi atau tinggal di daerah yang paling dekat dengan tumpahan minyak

5

menunjukkan rendahnya tingkat kesehatan mental dibandingkan dengan
mereka dengan derajat paparan yang rendah atau tinggal di daerah yang jauh
dari tumpahan minyak.
Soesanto (1973) menjelaskan akibat-akibat jangka pendek dari
pencemaran minyak bumi sudah banyak dilaporkan. Molekul-molekul
hidrokarbon minyak bumi dapat merusak membran sel yang berakibat pada
keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Ikanikan yang hidup di lingkungan yang tercemar oleh minyak dan senyawa
hidrokarbon akan mengalami berbagai gangguan struktur dan fungsi tubuh.
Secara langsung minyak dapat menimbulkan kematian pada ikan. Hal
ini disebabkan oleh kekurangan oksigen, keracunan karbondioksida dan
keracunan langsung oleh bahan beracun yang terdapat dalam minyak.
Sedangkan akibat jangka panjang menurut Sumadhilaga (1973), pencemaran
minyak ternyata dapat pula menimbulkan beberapa masalah yang serius
terutama bagi biota yang masih muda. Mengingat dampak pencemaran
minyak bumi baik dalam konsentrasi rendah maupun tinggi cukup serius,
maka manusia terus berusaha untuk mencari teknologi yang paling mudah,
murah dan tidak menimbulkan dampak lanjutan.
2.4 Penanggulangan
Limbah minyak bumi dapat terjadi di semua lini aktivitas perminyakan
mulai dari eksplorasi sampai ke proses pengilangan dan berpotensi
menghasilkan limbah berupa lumpur minyak bumi (Oily Sludge). Salah satu
kontaminan minyak bumi yang sulit diurai adalah senyawaan hidrokarbon.
Ketika senyawa tersebut mencemari permukaan tanah, maka zat tersebut dapat
menguap, tersapu air hujan, atau masuk ke dalam tanah kemudian terendap
sebagai zat beracun. Akibatnya, ekosistem dan siklus air juga ikut terganggu
(Karwati, 2009).
Secara alamiah lingkungan memiliki kemampuan untuk mendegradasi
senyawa-senyawa pencemar yang masuk ke dalamnya melalui proses biologis

6

dan kimiawi. Namun, sering kali beban pencemaran di lingkungan lebih besar
dibandingkan dengan kecepatan proses degradasi zat pencemar tersebut secara
alami. Akibatnya, zat pencemar akan terakumulasi sehingga dibutuhkan
campur tangan manusia dengan teknologi yang ada untuk mengatasi
pencemaran tersebut. (Nugroho, 2006).
Selain itu, Atlas (1981) dalam Nugroho (2006) juga menjelaskan bahwa
banyak senyawa-senyawa organik yang terbentuk di alam dapat didegradasi
oleh mikroorganisme bila kondisi lingkungan menunjang proses degradasi,
sehingga pencemaran lingkungan oleh polutan-polutan organik tersebut dapat
dengan sendirinya dipulihkan. Namun pada beberapa lokasi terdapat senyawa
organik alami yang resisten terhadap biodegradasi sehingga senyawa tersebut
akan terakumulasi di dalam tanah.
Penanggulangan pencemaran minyak dapat dilakukan secara fisik,
kimia dan biologi. Penanggulangan secara fisik umumnya digunakan pada
langkah awal penanganan, terutama apabila minyak belum tersebar ke manamana. Namun cara fisika memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk
pengangkutan dan pengadaan energi guna membakar materi yang tercemar.
Penanggulangan secara kimia dapat dilakukan dengan bahan kimia
yang mempunyai kemampuan mendispersi minyak, sehingga minyak tersebut
dapat terdispersi. Terutama ketika zat pencemar tersebut dalam konsentrasi
tinggi. Namun cara ini memiliki kelemahan, yaitu mahal pengoprasiannya
karena memakan biaya yang cukup besar dan metode kimia memerlukan
teknologi dan peralatan canggih untuk menarik kembali bahan kimia dari
lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif yang lain.
Mengingat dampak pencemaran minyak bumi baik dalam konsentrasi
rendah maupun tinggi cukup serius, maka manusia terus berusaha mencari
teknologi yang paling mudah, murah dan tidak menimbulkan dampak lanjutan
(Nugroho, 2006). Salah satu alternatif penanggulangan lingkungan tercemar
minyak adalah dengan teknik bioremediasi, yaitu suatu teknologi yang ramah
lingkungan, efektif dan ekonomis dengan memanfaatkan aktivitas mikroba

7

seperti bakteri. Melalui teknologi ini diharapkan dapat mereduksi minyak
buangan yang ada dan mendapatkan produk samping dari aktivitas tersebut
(Udiharto et al.,1995). Bioremediasi merupakan salah satu teknologi inovatif
untuk mengolah kontaminan, yaitu dengan memanfaatkan mikroba, tanaman
enzim tanaman atau enzim mikroba (Gunalan, 1996).
Bioremidiasi

didefinisikan

sebagai

teknologi

pemulihan

tanah

terkontaminasi bahan pencemar (pollutant) secara biologi melalui mekanisme
biodegradasi alamiah (intrinsic bioremidiation) dan/ atau meningkatkan
mekanisme biodegradasi alamiah dengan menambahkan mikroorganisme,
nutrien, donor elektron dan/atau akseptor elektron (enhanced bioremidiation)
Nutrien yang paling berperanan adalah nitrogen dan fosfor, sedang donor
electron adalah methanol atau asam laktat untuk proses anaerobik. Akseptor
elektron adalah oksigen untuk proses aerobik sedang untuk anaerobik adalah
besi dan nitrat (Crawford, 2001).
Keefektifan bioremidiasi ditentukan oleh kondisi lingkungan. Kondisi
lingkungan ini digunakan untuk menentukan tempat proses bioremidiasi akan
dilakukan, baik di lokasi terjadinya pencemaran (in situ) maupun di luar
tempat pencemaran (ex situ). Kondisi lingkungan yang utama adalah
temperatur. Pada temperatur rendah maka viskositas akan meningkat dan
volatilitas senyawa toksik akan menurun sehingga akan menghambat proses
bioremidiasi. Secara umum laju biodegradasi umumnya meningkat sejalan
dengan peningkatan temperatur sampai batas tertentu. Kedua adalah oksigen.
Ketersediaan oksigen sangat penting dalam proses biodegradasi, walaupun
pada kondisi tanpa oksigen (anaerob) beberapa bahan dapat didegradasi
dengan baik seperti hidrokarbon aromatik (BTEX) (Head and Swannell,
1999). Ketiga nutrien. Untuk dapat mengoptimalkan kerja mikroorganisme
diperlukan penambahan nutrien, seperti N dan P, sehingga dicapai
perbandingan antara C/N/P pada tingkat yang proporsional. Secara teoritis 150
mg Nitrogen dan 30 mg Phosphor diperlukan mikroorganisme untuk
mengkonversi 1 gr hidrokarbon menjadi sel baru (Rosenberg and Ron, 1996).
Keempat pH. Kebanyakan bakteria heterotrof dan fungi menyukai pH netral,

8

namun fungi masih toleran terhadap pH rendah. Teknik bioremidiasi dapat
dilakukan secara in-situ maupun ex-situ.
Pada umumnya, teknik bioremediasi in-situ diaplikasikan pada lokasi



tercemar ringan, lokasi yang tidak dapat dipindahkan, atau
karakteristik kontaminan yang volatil.
Bioremediasi ex-situ merupakan teknik bioremediasi di mana lahan



atau air yang terkontaminasi diangkat, kemudian diolah dan diproses
pada lahan khusus yang disiapkan untuk proses bioremediasi.
Penanganan lahan yang tercemar minyak bumi dilakukan dengan cara
memanfatkan mikroorganisme untuk menurunkan konsentrasi atau daya racun
bahan pencemar. Penanganan semacam ini lebih aman terhadap lingkungan
karena agen pendegradasi yang dipergunakan adalah mikroorganisme yang
dapat terurai secara alami. Ruang lingkup pelaksanaan proses bioremediasi
tanah yang terkontaminasi minyak bumi meliputi beberapa tahap yaitu:


Treatibility

study

kemampuan

jenis

merupakan

studi

mikroorganisme

pendahuluan
pendegradasi

terhadap
dalam

menguraikan minyak bumi yang terdapat di lokasi tanah
terkontaminasi.


Site characteristic merupakan studi untuk mengetahui kondisi
lingkungan awal di lokasi tanah yang terkontaminasi minyak bumi.
Kondisi ini meliputi kualitas fisik, kimia, dan biologi.



Persiapan proses bioremediasi yang meliputi persiapan alat, bahan,
administrasi serta tenaga manusia.



Proses bioremediasi yang meliputi serangkaian proses penggalian
tanah tercemar, pencampuran dengan tanah segar, penambahan
bulking agent, penambahan inert material, penambahan bakteri,
nutrisi, dan proses pencampuran semua bahan.



Sampling dan monitoring meliputi pengambilan gambar tanah dan
air selama proses bioremediasi. Kemudian, gambar itu dibawa ke
laboratorium independen untuk dianalisa konsentrasi TPH dan
TCLP.
9



Revegetasi yaitu pemerataan, penutupan kembali drainase dan
perapihan lahan sehingga lahan kembali seperti semula.
Tabel analisis limbah industri :
PARAMETER

SATUAN

FISIKA
0
SUHU
0
ZAT YANG Mg/L

BAKU
MUTU
AIR
LIMBA
H

HASIL

30
1,0

0,0

TERENDAP
(word)
Selain bioremidiasi, penanganan secara biologi jugadapat dilakukan
dengan cara fitoremidiasi. Fitoremidiasi berasal dari kata Yunani phyton yang
berarti tumbuhan/tanaman dan remediation yang berasal dari kata latin
remidium yaitu memperbaiki atau membersihkan sesuatu (Anonim, 1999).
Dengan

demikian

tanaman/tumbuhan

fitoremidiasi
untuk

didefinisikan

menyerap,

sebagai

mendegradasi,

penggunaan

menghilangkan,

menstabilkan atau menghancurkan bahan pencemar khususnya logam berat
maupun senyawa organik lainnya.
2.5 Studi Kasus
Di Indonesia sendiri sudah banyak kasus-kasus pencemaran tanah akibat
tumpahan minyak bumi. Baik yang langsung dari industri pertambangan
minyak bumi sendiri, ataupun dari industri lainnya. Berikut beberapa studi
kasus pencemaran tanah akibat tumpahan minyak bumi :
A. Studi Kasus Kilang Minyak Cepu
Kilang minyak Pusdiklat Migas berada di daerah Cepu, kabupaten Blora,
provinsi Jawa Tengah, terletak pada areal seluas + 34 Ha, adalah salah satu sarana

10

pendidikan dan pelatihan Pusdiklat Migas Cepu yang sampai saat ini masih
beroperasi mengolah minyak mentah (crude oil) milik PT. Pertamina EP Region
Jawa Field Cepu dari lapangan Kawengan, Ledok dan Nglobo. Kapasitas kilang
yang dimiliki rata-rata sebesar 200 m3/hari, dengan produknya berupa pertamina
solvent (pertasol), minyak tanah (kerosene), solar dan residu.
Limbah minyak akibat tumpahan minyak (oil spill) pada operasi kilang
minyak Pusdiklat Migas berasal dari buangan air yang bercampur minyak saat
penurasan (drain) tangki timbun. Penurasan tangki timbun dilakukan setiap hari
yang fungsinya untuk memisahkan air yang bercampur dengan minyak. Selain itu
limbah minyak akibat tumpahan minyak dapat terjadi pada saat loading dan
unloading di tangki timbun (storage tank), pembersihan tangki timbun (tank
cleaning), pada proses di separator dan pada pompa feed maupun pompa produk.
Minyak yang tumpah bisa berupa minyak mentah (crude oil) maupun produk..
Sehingga berdasarkan neraca massa arus minyak kilang Pusdiklat Migas, minyak
yang hilang (losses) karena menguap, tumpah maupun tercecer selama proses
produksi rata-rata 0,4% atau 108,38 barrel per bulan atau 17.232,42 liter per
bulan.
Berdasarkan PP no 18 tahun 1999 jo. PP no. 85 tahun 1999 tentang
pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), tumpahan minyak di
area kilang termasuk dalam katagori limbah B3 kode D 221, karena sifat dan
konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Sedangkan karakteristik yang termasuk limbah B3 adalah mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, koroif dan bersifat
karsinogenik (menyebabkan kanker).
Setelah dilakukan penelitian didapat kesimpulan bahwa kualitas tanah
semakin jauh jarak sampel tanah dari outlet limbah maka kualitas tanah semakin
baik yang ditunjukkan dengan kadar minyak yang semakin kecil.
B. Studi kasus pencemaran minyak di Perisaru
Di daerah Perisaru, Lanca kota Braila adalah kota yang terdaftar sebagai kota
dengan polusi hidrokarbon terbesar. Dari data yang didapatkan di daerah ini,

11

tanah telah tercemar oleh kandungan hidrokarbon, yaitu kandungan dalam
minyak bumi . pada kedalaman 0-20 cm terdapat sekitar 92.000 mg/kg
kandungan hidrokarbon. Kemudian pada kedalaman 20-40 sebesar 82400
mg/kg. pada kedalaman 55-75 cm dan 75-95 cm berturut-turut adalah 41700
mm/kg dan 41000 mg/kg. melihat data ini disimpulkan bahwa TPH(Total
Petroleum Hidrokarbon) yang ada pada tanah tidak sesuai dengan TPH yang
telah ditentukan.

C. Studi Kasus Tambang Minyak Bumi dan Gas Alam Bojonegoro
Tambang Minyak Bumi dan Gas Alam di Kabupaten Bojonegoro yang
terdapat di wilayah kecamatan Kadewan adalah 74 unit sumur meliputi desa
wonocolo 44 sumur dengan kapasitas produksi 25.771 liter/hari, desa Hargomulyo
18 sumur dengan kapasitas produksi 12.771 liter/hari dan desa Beji 12 sumur
dengan kapasitas produksi 8.249 liter/hari. Pada setiap kegiatan penambangan di
sumur bor (cutting) tersebut, terdapat tumpahan minyak pada lahan sekitar akibat
proses pengangkutan minyak, baik melalui pipa, alat angkut, maupun ceceran
akibat proses pemindahan (Nugroho, 2006).
Pada tanah yang tercemar minyak bumi di daerah pertambangan
Bojonegoro mengandung unsure makro yaitu karbon (C) 8,53% (sedang),
Nitrogen (N) 0,20% (rendah), Fosfor (P) 0,01% (sangat rendah), Kalium (K) 0,22
% (sedang) dan kadar TPH yaitu 41.200 mg/kg (Oktavia, 2008). Dari hasil
analisis ini, tanah tidak baik untuk pertanian karena hara N tergolong rendah dan
senyawa hidrokarbon tergolong tinggi (Hardjowigeno, 2003).

12

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan


Minyak bumi merupakan bahan tambang yang terdapat di dalam perut
bumi, komposisinya berupa senyawaan kimia terdiri dari komponen
hidrokarbon dan non hidrokarbon. Sedangkan Tumpahan minyak industri
adalah bentuk polusi yang bermakna pelepasan cairan bahan bakar minyak
ke lingkungan secara tidak sengaja karena aktivitas industri



Tumpahan dari minyak industri dapat menimbulkan pencemaran terutama
tanah karena kontaminan minyak yang sulit diurai, seperti senyawaan
hidrokarbon. Ketika senyawa tersebut mencemari permukaan tanah, maka
zat tersebut dapat menguap, tersapu air hujan, atau masuk ke dalam tanah
kemudian terendap sebagai zat beracun



penanggulangan pencemaran tanah akibat tumpahan minyak industri dapat
melalui beberapa cara, seperti:
1. Bioremediasi yaitu penanggulangan tumpahan minyak dengan
memanfaatkan mikroba, tanaman enzim atau enzim mikroba
2. Fitoremidiasi yaitu penanggulangan tumpahan minyak dengan
menggunaan tanaman/tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi,
menghilangkan,

menstabilkan

atau

menghancurkan

bahan

pencemar khususnya logam berat maupun senyawa organik lainnya
3.2. Saran
Dalam setiap industri sebaiknya dilakukan penangan serius terkait dengan
limbah yang digunakan maupun dihasilkan seperti tumpahan minyak yang dapat
mencemari lingkungan khususnya tanah. Serta dicari lagi alternatif lain untuk
penanganan tumpahan dai minyak industry ini selain dari penanganan yang telah
disebutkan diatas.

13

DAFTAR PUSTAKA

Aliyanta, Barokah. dkk. 2011. Penggunaan Biokompos Dan Bioremediasi Lahan
Tercemar Minyak Bumi. UIN: Tangerang Selatan
Diakses pada tanggal 10 April 2014
Handrianto, prasetya. dkk. 2012. Teknologi Biomerediasi dalam Mengatasi Tanah
Tercemar Hidrokarbon. UNESA: Surabaya
Diakses pada tanggal 10 April 2014
Marinescu, Mariana. dkk. 2010. Soil Pollution With Crude Oil - A Case Study In
Braila County. Scientific papers: UASVM Bucharest
Diakses pada tanggal 10 April 2014
Moenir, Misbahul. 2010. Kajian Fitoremidiasi Sebagai Alternatif Pemulihan
Tanah Tercemar Logam Berat. BBTPP:Semarang
Diakses pada tanggal 10 April 2014
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2006. Tanah dan Lingkungan. UGM : Yogyakarta
Diakses pada tanggal 10 April 2014
Rosidah. 2013. Jurnal Pencemaran Limbah Industri
Diakses pada tanggal 10 April 2014
Sulistyono. dkk. 2012. Kajian Dampak Tumpahan Minyak dari Kegiatan Operasi
Kilang Minyak Terhadap Kualitas Air dan Tanah. UNS: Jawa Tengah
Diakses pada tanggal 10 April 2014
Widya Y, Nasih. Pengertian dan Susunan Tanah. UGM: Yogyakarta
Diakses pada tanggal 10 April 2014

14

Dokumen yang terkait

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Efektivitas Sticky Trap dan Atraktan Nabati dari Minyak Selasih (Ocimum basilicum, L.) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah (Bactrocera spp.) pada Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava, L.)

2 52 16

Gugatan ganti rugi akibat kecelakaan lalu lintas di darat berdasarkan perbuatan melanggar hukum: studi kasus di kabupaten Tulungagung

1 21 61

Praktik perkawinan siri dan akibat hukum terhadap kedudukan istri, anak serta harta kekayaannya: analisis perbandingan fikih dan hukum positif

6 53 72

Uji Aktivitas Antibiofilm in Vitro Minyak Atsiri Herba Kemangi Terhadap Bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus

1 23 110

Perkawinan wanita hamil akibat zina (menurut undang-undang tahun 1974 dan Fatwa MUI DKI Tahun 2000)

0 24 0

Analisa perancangan sistem informasi surat ijin penunjukkan dan penggunaan tanah (SIPSIPPT) di Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Bandung : laporan kerja praktek

2 31 54

Tinjauan Hukum Mengenai Rekayasa Foto yang Mengandung Unsur Pencemaran Nama Baik yang Ditampilkan Pada Media Internet Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 31 1

Makalah dampak akibat kenaikan harga bar

0 0 11

Uji Efek Antibakteri Minyak Jintan Hitam (Nigella Sativa) Dalam Kapsul yang Dijual Bebas Selama Tahun 2012 di Kota Padang Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Secara In Vitro

0 7 5