22. survei geofisika terpadu daerah panas bumi Kapahiang

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENYELIDIKAN GEOFISIKA TERPADU GAYA BERAT, GEOMAGNET DAN
GEOLISTRIK DAERAH PANAS BUMI KEPAHIANG, KECAMATAN KABA WETAN,
KABUPATEN KEPAHIANG, PROVINSI BENGKULU
Syuhada Arsadipura, Moch. Kholid, Dedi Djukardi

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------SARI
Daerah panas bumi Kepahiang berada di jalur subduksi pada daerah busur
magmatik Sumatera bagian barat. Sistem panas bumi Kepahiang erat kaitannya dengan
aktivitas vulkanik Gunung Kaba yang masih menyimpan panas dari magma sisa (magma
remnant) dengan manifestasi panas bumi yang muncul dipermukaan berupa solfatara,
fumarol,dan batuan alterasi.
Survei geofisika meliputi gaya berat, magnet dan geolistrik dilakukan untuk
memperoleh keprospekan panas bumi Kepahiang. Pengukuran geofisika terkonsentrasi
pada area sekitar manifestasi Air Sempiang, Kawah Gunung Kaba di sebelah utara dan
Babakan Bogor di sebelah baratdaya.
Hasil survei geolistrik memperlihatkan zona tahanan jenis rendah di sekitar
manifestasi panas bumi Air Sempiang yang diperkirakan merupakan produk vulkanik dari
Gunung Kaba yang telah mengalami alterasi hidrothrmal dan mengindikasikan zona prospek
panas bumi Kepahiang. Metode gaya berat menunjukkan anomali sisa rendah yang

membuka ke arah utara yaitu kearah Gunung Kaba, sedangkan zona demagnetisasi dari
hasil metode magnet mengindikasikan adanya pengaruh fluida panas dari sistem panas
bumi pada batuan vulkanik Gunung Kaba terutama di sekitar manifestasi panas bumi.
Hasil kompilasi survei geofisika menunjukkan luas area prospek panas bumi
Kepahiang adalah sekitar 20 km2 yang berada di sekitar manifestasi Air Sempiang dengan
potensi panas bumi sebesar 325 MWe dalam kelas cadangan terduga.

PENDAHULUAN
Dalam
rangka
menjalankan
kewenangan
Survei
Pendahuluan
tersebut, Pusat Sumber Daya Geologi –
Badan
Geologi,
melalui
Kelompok
Program Penelitian Bawah Permukaan,

pada tahun anggaran 2010 telah
melakukan survei geofisika terpadu
dengan metode gaya berat, geomagnet,
geolistrik
di
daerah
panas
bumi
Kepahiang, Kecamatan Kaba Wetan
Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu.
Data dukung keberadaan potensi panas
bumi daerah Kepahiang berasal dari hasil
survei sebelumnya yang dilakukan oleh
Badan Pengkajian
dan Penerapan
Teknologi yang bekerjasama dengan
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Kabupaten
Kepahiang
yang

memperlihatkan keberadaan manifestasi
potensi panas bumi berupa mata air
panas di 2 lokasi yaitu didesa Air
Sempiang kecamatan Kaba Wetan dan
desa Bayung Kecamatan Seberang Musi
dan fumarol dengan temperatur berkisar
antara 40o – 97oC.

Survei
geofisika
terpadu
ini
merupakan suatu bagian komplementer
dari survei panas bumi terpadu dengan
metode geosain lainnya seperti geologi
dan geokimia. Gabungan terpadu dari
hasil survei geofisika dan hasil survei
geologi dan geokimia akan memberikan
data
geosain

terpadu
untuk
memperkirakan keberadaan sumber daya
Panas Bumi dan Wilayah Kerja Panas
Bumi (WKP).
Kabupaten Kepahiang adalah
salah satu kabupaten di Propinsi
Bengkulu, yang merupakan pemekaran
dari
kabupaten
Rejang
Lebong,
berdasarkan UU No.39b Tahun 2003 yang
disahkan tanggal 7 Januari 2004.
Kabupaten
Kepahiang
meliputi
8
kecamatan, dengan luas wilayah 66.500
Ha. terletak pada posisi 101o55’19”

sampai dengan 103o01’29” Bujur Timur
(BT) dan 02o43’07” sampai dengan
03o46’48” Lintang Selatan (Gambar. 1).
Batas
Wilayah disebelah
utara,
berbatasan dengan Kecamatan Curup,
Kecamatan
Sindang
Kelingi
dan
Kecamatan Padang Ulak Tanding,

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

653

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Kabupaten Rejang Lebong, disebelah

timur, berbatasan dengan Kecamatan Ulu
Musi, Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera
Selatan, disebelah selatan, berbatasan
dengan Kecamatan Taba Penanjung,
Kabupaten Bengkulu Utara, dan disebelah
barat, berbatasan dengan Kecamatan
Pagar Jati, Kabupaten Bengkulu Utara
dan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang
Lebong.
GEOLOGI, GEOKIMIA
Pulau
Sumatera
terletak
di
sepanjang tepi baratdaya Lempeng Benua
Sunda dan di tepi barat Busur Sunda, di
bawahnya kerak samudera menunjam
miring ke arah utara – timurlaut (Hamilton,
1979 ; Gafoer dkk., 1992); walaupun
penunjaman di bawah tepi barat Sumatera

tersebut diawali pada awal Perem (Katili,
1969; Hutchinson, 1973 dan Cameron
dkk, 1980 ; Gafoer dkk, 1992).
Peningkatan kegiatan magma yang terjadi
kemudian
telah
menghasilkan
pembentukan busur gunungapi Tersier
sampai Resen dari Pegunungan Barisan
di sepanjang tepi barat Sumatera dan
terpotong memanjang oleh Sistem Sesar
Sumatera. Sehubungan dengan busur
magma tersebut, daerah Kepahiang
termasuk ke dalam mandala Zona Busur
Magmatik.
Stratigrafi Daerah Kepahiang dapat
dibagi menjadi dua tahap, yaitu urutan
Tersier
dan
kuarter.

Berdasarkan
pembagian mandala geologi Tersier Pulau
Sumatera, Daerah kepahiang terletak
didalam busur magmatik dan nama lajur
yang digunakan adalah Lajur Barisan.
Stratigrafi Tersier
- Satuan tertua adalah Formasi Seblat
(Toms), berumur Oligosen Tengah –
Miosen Akhir. Bagian bawah terdiri dari
batupasir yang sebagian karbonan,
batupasir tufan kayu terkersikan dan
lensa-lensa
konglomerat.
Bagian
tengah terdiri atas selingan batu
gamping dan batulempung. Bagian
atas terdiri dari serpih dengan sisipan
batulempung
tufan,
napal

dan
konglomerat.
Formasi
Seblat
diendapkan di lingkungan laut dengan
kondisi turbidit.

654 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

- Formasi Hulu Simapang (Tomh)
berumur Oligosen Akhir – Miosen
Tengah.
Formasi
ini
ditemukan
setempat di bagian selatan Kepahiang.
Formasi Hulu Simpang terdiri dari lava,
breksi gunungapi dan tuf, khas
terkhloritkan dan terpropiltkan dengan
mineralisasi sulfida dan urat-urat

kuarsa. Lava andesit basal fenokris
plagioklas sebagian terubah menjadi
serisit di dalam masa dasar yang
mengandung
hornblenda.
Breksi
gunungapi terpilah buruk, komponen
menyudut bersusun andesit-basal. Tuf
umumnya berlapis baik , terubah kuat,
epidotsi dan kloritasi dengan pirit.
Setempat berupa tuf padu. Diendapkan
dilingkungan
peralihan,
darat-laut
dangkal.
- Formasi Gumai (Tmg), berumur
Miosen Tengah. Formasi Gumai
bagian bawah terdiri atas perselingan
serpih, napal dan batulempung dengan
bintil batulanu dan batu gamping:

bagian tengah terdiri atas serpih dan
batulempung dengan sisipan batulanu
dan batupasir tufan: bagian atas terdiri
atas
serpih
dengan
sisipan
batulempung gampingan. Formasi
Gumai diendapkan dilingkngan neritik.
- Batuan Terobosan Miosin Diorit
(TmdI), abtuan ini menerobos Formasi
Hulu Simpang dan ditindih oleh batuan
gunungapi Plistosen. Batuan ini
ditafsirkan berumur Miosen Tengah
dan merupakan bagian dari jalur pluton
regional
bersusun
diorit
yang
menerobos sepanjang lereng barat
Pegunungan
Barisan.
Didaerah
Kepahiang Batuan terobosan Diorit
ditemukan setempat dibagian utarabarat,
Stratigrafi Kuarter
Satuan batuan yang ada dalam runtunan
Stratigrafi Kuarter adalha sebagai
berikut :
- Batuan Breksi Gunungapi (Qhv),
berumur holosen, terdiri dari breksi
gunungapi, tuf bersusun andesit-basal.
Daerah Kepahiang sebagian besar
didominasi
oleh
Batuan
Breksi
Gunungapi.
- Satuan
Batuan
Gunungapi
(Qv)berumur
Plistosen
–Holosen,

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

terdiri dari lava bersusun andeist
sampai basal, tuf dan breksi lahar.
Produk Gunung api Bukit Kaba terletak
persis pada zona transtension diantara
Sesar Ketaun-Tes dan Sesar Despetah.
Keberadaan satuan endapan volkanik
dikelurusan segmen Sesar Despetah,
sebelah
Selatan
Kepahiang,
diinterpretasikan sebagai hasil fissure
eruption, dan pembentukkan struktur
compressional step-over yang nampaknya
terjadi karena hambatan dari tubuh satuan
endapan volkanik tersebut merupakan
indikasi
adanya
interplay
antara
perkembangan tektonik dan aktivitas
volkanik.
Struktur geologi yang teramati
didaerah Kepahiang adalah berupa
peneseseran
dengan
arah
umum
baratlaut-tenggara. Dilapangan tandatanda adanya struktur sesar teramati
adanya beberapa kelurusan bukit dan air
terjun.
Daerah Kepahiang - Rejang
Lebong merupakan daerah terminasi
utama Sistem Sesar Dekstral Sumatra.
Ada tiga segmen utama sesar yang paling
aktif, yaitu: Sesar Ketaun-Tes, Sesar
Despetah
dan
Sesar
Musi-Keruh.
Terbentuknya pola kelurusan UtaraSelatan tersebut dikontrol oleh struktur
rekanan dalam (deep seated structures).
Aktifitas
panas
bumi
(geothermal),
pemunculannya berasosiasi dengan pola
struktur sesar terutama yang berarah
Timurlaut-Baratdaya dan zona sesar aktif
utama dari sistim sesar Sumatra berarah
Baratdaya-Tenggara (Gambar 2).
Manifestasi panas bumi daerah
Kepahiang terdiri dari fumarol, mata air
panas, batuan ubahan dan solfatara.
Terdapat dua kelompok manifestasi yaitu :
Kelompok Sempiang terdapat di hulu
sungai airputih daerah Bukit Itam berada
pada koordinat UTM zona 48 S dengan x
= 234,715 mT dan y = 9,606,757 mS
dengan ketinggian 1286 m dpl, terdiri dari
pemunculan mata air panas, fumarol, dan
batuan ubahan. Pada fumarol Sempiang
tercium bau H2S yang sangat kuat,
terdapat sublimasi belerang, temperatur
tertinggi 94,1oC. Di sekitar fumarol ini
terdapat mata air panas
dengan

temperatur 94.1 0C, temperatur udara
30,1 0C, pH = 4,20 dengan debit 30 l/detik.
Kelompok Babakan Bogor dijumpai di
kampung Babakan Bogor pada koordinat
UTM zona 48 S dengan x = 229,261 mT
dan y = 9,600,988 mS pada ketinggian
573-604
mdpl.
Manifestasi
berupa
pemunculan 2 mata airpanas dengan
temperatur 41,3 oC, temperatur udara
24,4-27,0 oC, pH = 5,52-6,5, dan debit 220 l/detik. Selain itu di babakan Bogor,
terdapat mata air dingin, muncul pada
elevasi 619 mdpl., temperatur 30,1 oC,
pada temperatur udara 25,0 oC, pH =
6,22, dan debit 20 l/detik
METODE PENYELIDIKAN
Survey geofisika terpadu daerah
panas bumi Kepahiang menggunakan tiga
metode geofisika yaitu: gaya berat,
geomagnet dan geolistrik.
Penyelidikan gaya berat meliputi
pengukuran gaya berat di titik ukur,
pengambilan conto batuan, pengolahan
data hasil pengukuran dan pemodelan
gaya berat. Pengukuran gaya berat
dilakukan di titik yang telah ditentukan
baik titik lintasan maupun acak. Metode
pengukuran yang digunakan adalah
metode poligon tertutup. Metode ini
mengukur di suatu titik di lanjutkan ke titiktitik lainnya dan kembali lagi ke titik ukur
awal.
(Gambar 2.2). Titik awal dan
penutupan pada
pengukuran yang
digunakan pada penyelidikan gaya berat
disebut station basis (BS). Data yang
diambil dari pengukuran gaya berat di
lapangan adalah nilai bacaan alat, waktu
pengukuran dan data koreksi medan
(inner terrain). Data yang diperoleh
tersebut masih dipengaruhi oleh faktor
perubahan alat terhadap waktu dan faktor
alam seperti gaya tarik dari benda luar
(bulan dan matahari) serta kondisi
topografi (ketinggian, medan, lattitude,
massa lempeng Bouguer). Dengan
adanya pengaruh tersebut maka data
gaya berat dikoreksi sehingga diperoleh
anomali gaya berat Bouguer. Nilai anomali
ini kemudian dipisahkan menjadi anomali
regional dan sisa.
Pengukuran geomagnet seperti
metode gaya berat dilakukan di titik yang
telah ditentukan posisi geografisnya.

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

655

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Pengukuran menggunakan dua alat
magnetometer, satu alat digunakan untuk
pengukuran di titik ukur (lintasan/acak)
dan lainnya untuk pengukuran variasi
harian intensitas magnet di titik yang
disebut Base Station (BS).
Pengambilan conto batuan dilakukan
untuk
pengukuran
suseptibilitas
(kerentanan magnet) batuan di daerah
penyelidikan. Conto-conto batuan yang
diambil diasumsikan merepresentasikan
satuan batuan daerah penyelidikan untuk
mengetahui nilai kerentanan magnetnya.
Data yang diambil dari pengukuran di
lapangan berupa nilai bacaan alat dan
waktu pengukuran termasuk pengukuran
di BS. Pengolahan data meliputi
pembuatan nilai koreksi harian, koreksi
harian terhadap bacaan alat di titik ukur,
pembuatan peta Magnet.
Dari anomali intensitas magnet total yang
diperoleh, dapat diinterpretasikan zona–
zona yang diduga berkaitan dengan
aktivitas sistem panas bumi, juga struktur–
struktur geologi yang terdapat di daerah
survei.
Dalam eksplorasi panas bumi, salah satu
hal yang penting adalah mencari informasi
yang mengarah pada diketahuinya
struktur-struktur yang merekonstruksi
sistem panas bumi itu sendiri. Metode
geomagnet merupakan
salah satu
metode geofisika yang digunakan untuk
mencari struktur, baik struktur dalam
maupun dangkal.
Data magnetik didasarkan pada sifat
kemagnetan (kerentanan magnet batuan),
yaitu kandungan magnetiknya sehingga
efektifitas metode ini bergantung kepada
kontras magnetik di bawah permukaan. Di
daerah panas bumi, larutan hidrotermal
dapat menimbulkan perubahan yang
masif terhadap sifat kimia dan fisika
batuan bawah permukaan. Perubahan
lainnya yaitu sifat kemagnetan batuan
akan menjadi turun atau hilang akibat
panas yang ditimbulkan. Karena panas
terlibat dalam alterasi hidrotermal, maka
tujuan lainnya dari survei magnetik pada
daerah panas bumi adalah untuk
melokalisir daerah demagnetisasi yang
diduga berkaitan erat dengan aktivitas
panas bumi.
Besarnya intensitas kemagnetan
induksi dapat diperoleh dari rumus berikut

656 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

ini:

I = k.H

(Tesla)

Keterangan:

I = intensitas magnet bumi
k = kerentanan magnet
H = kuat medan magnet
bumi
Perubahan yang terjadi pada kuat medan
magnet
bumi
sangat
kecil
dan
memerlukan waktu yang sangat lama bisa
mencapai ratusan hingga ribuan tahun
sehingga dalam penyelidikan magnet
selalu dianggap konstan. Apabila kuat
medan magnet bumi (H) dianggap
konstan maka besarnya intensitas magnet
bumi (I) hanya akan tergantung pada
variasi kerentanan magnet batuan.
Asumsi inilah yang menjadi dasar dalam
penyelidikan magnet.
Penyelidikan geolistrik ini terdiri
atas dua cara yaitu pemetaan tahanan
jenis (mapping) dan pendugaan tahanan
jenis (sounding), dengan menggunakan
konfigurasi
Schlumberger
bentangan
simetris. Pengukuran dilakukan pada titiktitik ukur yang telah ditentukan. Hasil
pengukuran mapping akan berupa petapeta tahanan jenis semu untuk berbagai
bentangan elektroda arus, sedangkan
pengukuran sounding akan berupa profilprofil nilai tahanan jenis sebenarnya.
Metode penyelidikan ini menggunakan
arus bolak-balik yang dialirkan melalui dua
buah elektroda arus A dan B yang
menghasilkan beda potensial diantara
kedua titik tersebut dan selanjutnya diukur
besar beda potensial MN yang terletak di
antara A dan B.
Pengukuran di daerah penyelidikan ini
dilakukan dalam konfigurasi bentangan
AB/2 = 250, 500, 750 dan 1000 meter
untuk
mapping,
sedangkan
untuk
pengukuran sounding dimulai pada
bentangan AB/2 = 1,5 meter sampai AB/2
= 2000 meter dengan jarak elektroda
potensial MN < 1/5 AB. Semakin besar
AB/2 semakin dalam penetrasi arus ke
dalam bumi, yang berarti semakin dalam
informasi yang didapat.
HASIL PENYELIDIKAN
Dari hasil
dilapangan
lintasan,
mempunyai

pengukuran gaya berat
mendapatkan
beberapa
masing-masing
lintasan
panjang
lintasan
yang

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

bervariasi diantaranya ; lintasan A
sepanjang 3000 meter (5500 – 8500) 13
titik ukur, lintasan B 7000 meter (2500 –
9500) 29 titik ukur, lintasan C 7000 meter
(2500 – 9500) 29 titik ukur, lintasan D
7000 meter (2500 – 9500) 32 titik ukur,
lintasan E 7000 meter(2500 – 9500) 29
titik ukur, lintasan F 7000 meter (2000 –
9000) 29 titik ukur, lintasan G 7000 meter
(2500 – 9500) 29 titik ukur. Arah dan
panjang lintasan dibuat berdasarkan
struktur sesar (secara geologi), situasi
lapangan, dan kondisi topografi.
Dari hasil pengukuran mendapatkan data
sebagai nilai bacaan alat gayaberat yang
berupa harga skala yang kemudian dapat
dikonversi ke dalam satuan miligal. Dari
hasil nilai ini setelah mengalami koreksi
harian dan drif alat serta telah diikatkan ke
nilai gayaberat Internasional (IGSN 71)
DG0 Bandung. Dari hasil pengikatan
terhadap nilai ikat gayaberat tersebut
diperoleh harga gayaberat observasi
daerah panasbumi Kepahiang sebesar
977863,976 mgal pada titik stasiun basis
(BS).
Jumlah pengukuran titik gaya berat
dilapangan dilaksanakan pada 289 titik
ukur yang tersebar dalam lintasan
A,B,C,D,E,F, dan G sebanyak 187 titik
ukur dan 102 titik ukur secara random
(regional)
Titik-titik ukur geomagnet yang
dikerjakan adalah persis sama dengan
yang dikerjakan oleh gaya berat, yaitu
sebanyak 276 titik pengukuran yang terdiri
dari 187 titik terletak di sepanjang lintasan
dan titik-titik regional. Selain pengukuran
di daerah Kabupaten Kepahiang dilakukan
juga pengukuran geomagnet regional di
Kabupaten Rejang sebanyak 17 titik.
Pengukuran geomagnet dilakukan
dengan menggunakan 3 (tiga) set alat
Magnetometer yaitu 2 (dua) set merek
Proton tipe G-856, dengan ketelitian 0,1
nT, dan 1 (satu) set magnetometer
Unimag tipe Gun dengan ketelian 10 nT.
Satu alat proton digunakan di titik Base
station
(BS) untuk mengukur variasi
harian, sedangkan yang dua set lagi
digunakan untuk pengukuran intensitas
magnet total di titik-titik yang dibuat

disepanjang Lintasan A sampai G
sebanyak 187 titik, serta pada titik-titik
Regional didaerah penyelidikan dengan
kode titik ukur RK1 sampai dengan RK86
ditambah 3 titik X1 sampai X3. Sedangkan
diluar daerah penyelidikan yaitu di
Gunung
Kaba,
Kabupaten
Rejang
dilakukan
pengukuran
geomagnet
sebanyak
17
titik
regional
(titik
pengukuran RK87 - RK104).
Pengukuran
Variasi
Harian
(Diurnal Variation) dititik BS dengan
menggunakan alat magnetometer Proton
diprogram secara otomatis dengan
interval waktu 10 menit. Harga intensitas
total (IRGF) dihitung dengan Program
Mag-Pick, yaitu dengan memasukan
harga latitude dan longitude dari titik Base
Station daerah penyelidikan yaitu LS =
102,630 dan BT 03,590 dengan ketinggian
1119,0 m. Maka dari Program ini
diperoleh harga intensitas magnet total
(IGRF) = 43966,7 nT, harga inklinasi = 26,66 dan harga deklinasinya = 0,06.
Pengukuran geomagnet pada titiktitik sepanjang lintasan A sampai G dan
titik-titik Regional RK selalu diawali dan
diakhiri dititik tetap (BS), hal ini untuk
mengetahui adanya drift alat dan variasi
harian, yang selanjutnya akan digunakan
dalam pengolahan data magnet .
Hasil pengukuran mapping
di
daerah panas bumi Kepahiang terdiri atas
8 lintasan yaitu lintasan A,B,C,D,E,F,G
dan H yang berarah timurlaut-baratdaya
dengan jumlah titik sebanyak 66 titik.
Pengukuran
sounding
telah
dilakukan pada sebanyak 12 titik yang
tersebar di beberapa titik amat pada
lintasan-lintasan A s/d H. Berdasarkan
data sounding dilakukan pemodelan
lapisan tahanan jenis satu dimensi.
Penampang-penampang
sounding
kemudian dibuat dengan mengkorelasikan
hasil-hasil pemodelan tersebut sehingga
dapat diketahui penyebaran lapisan
tahanan jenis sebenarnya ke arah lateral,
vertikal disertai kedalamannya.
Hasil pengukuran mapping diplot ke
dalam peta dasar untuk dibuat kontur
tahanan jenis semunya sehingga akan
diperoleh peta tahanan jenis semu untuk
AB/2=250, AB/2=500, AB/2=750 dan
AB/2=1000 m. Sebaran tahanan jenis

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

657

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

semu terhadap arah lateral (peta tahanan
jenis semu) ditampilkan juga pada arah
vertikal
dalam
bentuk
penampang
tahanan jenis semu untuk tiap lintasan.
Hasil
pengukuran
sounding
akan
diinterpretasi dalam bentuk model bawah
permukaan
1
dimensi
yang
divisualisasikan
dengan
kombinasi
topografi dan posisi lateralnya.
PEMBAHASAN
Gaya berat (dari peta Bouguer, Regional
dan Residu) memberikan informasi,
gradien kontur anomali memberikan
kontras anomali yang cukup jelas.
Sebaran
nilai
anomali
dapat
dikelompokkan manjadi 3 (tiga) sebagai
berikut.
1) Nilai 50 s/d 66 mgal sebagai anomali
tinggi, menempati daerah sekitar
Babakan Bogor yang terletak di
sebelah
baratdaya
daerah
penyelidikan, dan disekitar lintasan G
terutama di titik amat G-8000 sampai
dengan G-9000 atau disekitar desa
Bandung Baru, Bukitsari, dan desa
Sukasari.
Kelompok ini ditafsirkan
sebagai defleksi dari batuan dasit dan
andesit.
2) Nilai 35 s/d 50 mgal dikelompokkan
sebagai anomali sedang, terdapat di
bagian barat, tengah, selatan, timur,
dan tenggara. Kelompok ini ditafsirkan
sebagai
respon
batuan
yang
didominasi oleh batuan andesitik,
breksi gunungapi dan aliran piroklastik
yang telah mengalami pelapukan
lemah - sedang.
Nilai 20 s/d 35 mgal sebagai anomali
rendah, terdapat di bagian baratlaut, utara
sampai timurlaut. Kelompok ini ditafsirkan
sebagai respon batuan yang didominasi
oleh batuan yang telah mengalami
pelapukan atau ubahan dari tingkat lemah
sampai kuat akibat naiknya larutan
hidrothermal dan struktur yang terbentuk.
Khususnya daerah yang mempunyai nilai
anomali rendah di bagian utara sampai
timurlaut diperkirakan sebagai defleksi
dari batuan lava andesit dan aliran
piroklastik yang telah mengalami ubahan
kuat.

658 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

Beberapa indikasi adanya struktur atau
patahan diinterpretasi dari peta anomali
Sisa (Gambar 3). Sesar dapat dilihat di
bagian utara, tengah, dan baratdaya
daerah penyelidikan. Di bagian utara
hingga barat terlihat pola anomali dengan
liniasi kerapatan kontur antara anomali
rendah dan anomali sedang cukup tajam
yang mengarah baratdaya – timurllaut, hal
ini mengindikasikan cerminan suatu
struktur patahan yang berarah baratdaya timurllaut (F1). Struktur ini diperkirakan
struktur yang mengontrol manifestasi air
panas Air Sempiyang.
Struktur yang lainnya diperlihatkan di
bagian utara hingga ke tengah daerah
penyelidikan terlihat memanjang ke arah
baratdaya terlihat pola anomali dengan
liniasi kerapatan kontur antara anomali
rendah dan anomali sedang cukup tajam
yang mengarah baratdaya – timurllaut,
diperkirakan suatu struktur patahan yang
berarah baratdaya – timurllaut (F2). Di
bagian lainnya terdapat kelurusan dengan
arah utara hingga ke bagian tengah
daerah
penyelidikan,
diperkirakan
merupakan suatu struktur patahan yang
berarah hampir utara – selatan (F3).
Struktur yang diperkirakan yang berada di
bagian utara mengarah ke bagian timur
(F5), merupakan suatu struktur patahan
yang berarah baratllaut – tenggara, begitu
pula struktur yang berada di bagian
tengah (F4) hampir sama seperti yang
diperlihatkan oleh struktur (F5) baik
arahnya
maupun
kerapatan
liniasi
konturnya. Struktur lainnya yang terletak
di bagian ujung baratdaya dan yang
memperlihatkan anomali tinggi diantara
yang lainnya. Terlihat jelas pola anomali
dengan liniasi kerapatan kontur antara
anomali rendah dan anomali tinggi yang
cukup tajam dengan arah struktur yang
diperkirakan mempunyai arah baratllaut –
tenggara (F6), diperkirakan merupakan
Struktur sesar aktif utama dari sistim
sesar Sumatra dan merupakan kontrol
struktur dari manifestasi air panas
Babakan Bogor.
Kerentanan
magnetik
batuan merupakan param fisis yang
penting dalam penyelidikan magnetik,

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

karena merupakan ukuran kemampuan
dari suatu batuan untuk menerima
magnetisasi sewaktu terjadinya medan
magnetik
bumi.
Untuk
mendapat
gambaran yang jelas tentang sifat-sifat
kemagnetan batuan yang dijumpai di
daerah penyelidikan telah dilakukan
pengukuran susceptibilitas (kerentanan, k)
magnetik batuan pada 15 contoh batuan
yang representatif yang diambil pada
beberapa lokasi titik amat (tabel 3.2),
nilai tersebut merupakan nilai rata-rata
pembacaan dari alat susceptibility m.
Nilai kerentanan magnet batuan
didaerah penyelidikan berkisar antara
0.004 sampai 0.0018. Nilai terendah
terdapat pada batuan basal terubah yang
tersingkap pada titik
B6900, D3900,
F7500, dan APBB, APBH DAN APKI ,
secara
berurutan
nilai
kerentanan
magnetnya yaitu sbb: 0,0004, 0,0007,
0,0007, 0,0004, 0,0009 dan 0,0009 cgs.
Sedangkan nilai tertinggi terdapat
pada batuan andesit basaltik dengan nilai
k antara 0.0011 – 0.0018. Batuan di
daerah penyelidikan yang memberikan
nilai kerentanan magnet 0.0004 – 0.0010
menandakan batuan tersebut bersifat non
magnetik sedangkan batuan
yang
mempunyai nilai k, antara 0,0011 –
0,0018 mengindikasikan batuan tersebut
relatif bersifat magnetis dari batuan
lainnya yang ada didaerah penyelidikan.
Keberadaan struktur geologi seperti
sesar/kontak litologi dari batuan yang
berbeda didaerah penyelidikan dicirikan
oleh adanya, kontras anomali negatif dan
positif yang besar, kelurusan-kelurusan
pola anomali, kerapatan kontur dan
pembelokan anomali yang tajam, serta
pengkutuban anomali positf dan negatif.
Secara geologi kondisi tersebut diatas
mencerminkan keberadaan struktur lokal
yang
cukup
komplek
didaerah
penyelidikan. Dari Profil Anomali Magnet
memberikan
gambaran
struktur
sesar/kelurusan sebanyak 7 (tujuh) buah
sesar yang mempunyai trend hampir
baratlaut-tenggara yaitu sesar F.1, F.2,
F.3 , F.5 dan F.8. Sedangkan sesar F.6
dan F.7 trendnya berarah hampir utara –
selatan. Selanjutnya penarikan sesar F.4
dan F9 adalah berdasarkan kelurusan dari

pola kontur pada Peta Anomali Magnet,
Dimana F.4 mempunyai trend yang
berarah baratlaut-tenggara. Sedangkan
sesar F.9 trendnya berarah baratlauttenggara.
Diantara
sesar-sesar tersebut
yang terpenting adalah sesar F.3 dan F.4
yang
diperkirakan
mengontrol
kenampakan manifestasi panas bumi di
daerah Kepahiang yaitu MAP Bukit Hitam/
Air Sempiyang, kedua stuktur sesar
tersebut diatas diduga yang menyebabkan
munculnya manifestasi tsb. kepermukaan.
Kemudian sesar F.8 juga diperkirakan
sebagai struktur yang menyebabkan
munculnya Mata air Asin (A.P Kepahiang
Indah) diselatan ujung timurlaut lintasan D
(D.9000).
Hasil mapping geolistrik tahanan
jenis pada bentangan mapping yaitu AB/2
=250 m, AB/2=500 m, AB/2=750 dan
AB/2=1000 m tahanan jenis semu di
bagian utara timurlaut dan di bagian barat
baratlaut memperlihatkan tahanan jenis
tinggi >300 Ohm-m, harga tahanan jenis
semu
sedang
(100-300
Ohm-m)
terkonsentrasi di bagian tengah daerah
penyelidikan membuka kea rah timurlaur,
mengisi celah diantara harga tahanan
jenis semu tinggi dan rendah. Harga
tahanan jenis semu rendah ( 300-1450 Ohm-m
dengan ketebalan lapisan 1 – 25 m.
Lapisan ini diduga berupa lapisan penutup
yang tersusun dari lapukan batuan yang
ada di daerah penyelidikan dan tanah
penutup. Di bawah lapisan ini terdapat
lapisan batuan dengan tahanan jenis
>100 – 300 Ohm-m, tebal lapisan sekitar
25 - > 400 meter, lapisan kedua ini
ditafsirkan berupa batuan piroklastik.
Sedangkan
lapisan
batuan
ketiga
bertahanan jenis < 100 Ohm-m dengan
ketebalan lapisan tidak terukur, diduga
lapisan ini adalah lava yang teralterasi
kuat dan atau (sedimen tua ?) yang
menempati daerah penyelidikan.
KESIMPULAN
Daerah prospek berdasarkan hasil
kompilasi
geofisika
(gaya
berat,
geomagnet, dan geolistrik) berada di
sekitar mata airpanas MAP Airsempiang
dengan luas sekitar 9 Km2.
Potensi energi panas bumi sebesar 70
MWe dalam kelas cadangan terduga.
Batas/kedalaman lapisan atas reservoir
dalam sistem panas bumi Kepahiang
belum dapat diketahui.
SARAN
Untuk mengetahui lapisan atas/caprock
dari system panas bumi yang belum
diketahui dari geolistrik perlu dilakukan
pengukuran dengan metoda lain seperti
diantaranya Magnetotelurik.
Pemerintah daerah harus lebih proaktif
dalam mendukung proses percepatan
pengembangan panas bumi di daerah ini,
mengingat masih sangat dirasakan belum
terpenuhinya kebutuhan akan energi
listrik.

660 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

PUSTAKA

Bachrudin R. dan Saputra E., 1988.
Pemetaan
Geologi
Potret
Gunung
Kaba,
Bengkulu,
Sumatera Selatan, Direktorat
Vulkanologi.
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Kepahiang, 2009.
BPPT & Dinas ESDM Kab.Kepahiang,
2007. Program Pengembangan
Sumber Daya Alam Riset Panas
Bumi.
Gafoer dkk., 1992. Peta Geologi
Lembar Bengkulu, Sumatera,
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Geologi.
Sujanto,
1990.
Berita
Berkala
Vulkanologi G.Kaba, Direktorat
Vulkanologi.
Standar Nasional Indonesia (SNI 136009-1999).

B
BUKU 1 : BID
DANG ENERG
GI

102º

101º

104º

1
103º

105º

106º

-2º

MUK
KOMUKO

Tunggang

-3º
Airtenang

MUARAAMAN

ARGAMAKMUR

CURUP
KEPAHIA
ANG

BENGKULU

-4º
TAIS
PAGARALAM

MANNA
BINTUHAN

-5º

-6º

RE
ENCANA DAERAH PENELITIAN

Gamba
ar 1. Peta Ind
dek Lokasi Penyelidikan
P
n

Ga
ambar 2. Petta Geologi Regional
R

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

A

C

F1
F2

B
F5
F3

F4

Mata air panas
Titik Pengamatan

F3500

Mata air dingin
Daerah Perkampungan

Jalan Raya
Sungai dan anak sungai

D

Kontur topografi selang 25 meter

F6

Kontur Anomali Bouguer
-20

Struktur
B
A

Penampang Model

Gambar 3. Peta Anomali Residu/Sisa Gaya Berat

RK87
9,612,500 mN

RK103

PETA ANOMALI MAGNET
DAERAH PANAS BUMI KAPAHIANG
KABUPATEN KEPAHIANG BENGKULU

RK102
RK101
1,100

RK100
RK99
RK98

U

RK97

9,610,000 mN

A. Dana

RK95
RK96
RK91
RK90
RK88
RK89
RK92
RK93

n

1,20
0

RK94

9,607,500 mN

RK24
PADANGULAKTANDING

F4
RK19RK20
RK18
RK17
RK16
RK15
A 8000
RK14
Talangrenekurung
B 9500
A 7750
A 7500
B 9250
RK13
B 9000
A 7250
B 8750
A 7000
RK12
B 8500
A 6750
B 8250
6500
RK11
A A6250
B 8000
RK10
RK09
B 7750
C 9500
A 6000
B
7500 Hitam
A.P.
Bukit
C 9250
A 5750
B 7250
C 9000
A 5500
RK08
B 7000
C 8750
A 5250
B 6750
C 8500
A 5000
RK07
B 6500
C 8250
D 9500
B 6250
C 8000
D 9250 RK06
A.P. Kepahiang Indah
X1
B 6000
C 7750
D 9000
B 5750
C 7500
D 8750
RK05
B 5500
C 7250
X2
D 8500
B 5250
C 7000
D 8250
RK04
RK30
B 5000
C 6750
D 8000
X3
RK29
RK28
C 6500
D 7750
B 4750
B 4500
C 6250
D 7500
RK27
E 9500RK03
B 4250
C 6000
D 7250
RK26
RKO2
E 9250
B 4000
D 7000
C 5750
RK01
E
9000
B 3750
RK25
D 6750
C 5500
E 8750
B 3500
D 6500
C 5250
RK21
B 3250
E 8500
D 6250
C 5000
B 3000
E 8250
RK22
F RK23
9000
D 6000
C 4750
B 2750
F 8750
E 8000
C 4500
D 5750
B 2500
E 7750
F 8500
C 4250
D 5500
C 4000
E 7500
F 8250
D 5250
C 3750
E 7250
F 8000
D 5000
C 3500
G 9500
F 7750
E 7000
D 4750
C 3250
C 3000
G 9250
F 7500
E 6750
D 4500
C 2750
G 9000
F 7250
E 6500
D 4250
C 2500
G 8750
F 7000
E 6250
D 4000
G 8500
F 6750
E 6000
D 3750
G 8250
BS
F 6500
Bandungbaru
E 5750
3500
G 8000
DD3250
F 6250Bukitsari
E 5500
G 7750
F 6000
E 5250
D 3000
G 7500
F 5750
D 2750
E 5000
G 7250
D 2500
F 5500
E 4750
G 7000
Sukasari
Tugurejo
E 4500
G 6750
RK71
F 5250
Airsempiang
E 4250
F 5000
E 4000
G 6250
E 3750
G 6000
RK72
F 4750
E 3500
G 5750
F 4500
E 3250 Tangsiduren
F 4250
G 5500
RK73
E 3000
F 4000
G 5250
E 2750
F 3750
RK74
Talanglambaubawah
G 5000
E 2500
F 3500
G 4750
F 3250
RK75
F 3000
G 4500
F 2750
1,100
G 4250
F 2500
RK61Tangsibaru
G 4000
F 2250
RK76
G 3750
APBB1 APBB
F 2000
G 3500
RK62
A.P. Babakan
Bogor
G 3250
RK77 Babakanbogor
G 3000
RK63
RK31
G 2750
RK32
RK78
G 2500
RK64
RK33
RK79

F9

1,3 00

F7

F5

RK66
RK67
RK68

Tabatebelet

Tapakgedung
RK34

RK69

Kutorejo

RK85
RK86

RK70

RK35 Karangtengah
RK60 RK47
RK46
RK36
RK59
RK45
RK58
RK57
RK44
RK37
RK56
RK39
RK38
RK43
RK40
RK41
RK55
RK42
Talangkembilah
RK48
RK54
RK49
RK50
RK51
Nantiagung
RK52
RK53
A. Tikpinang

Karanganyar
Kampungbogor

9,595,000 mN

Kepahiang

Karangendah

Weskuest

Dusunkepahiang

Permu

Tebatmonok

Kontur Topografi Interval 25 meter
Sungai
Jalan

900

Titik Pengukuran Magnetik interval 250 meter
F!

A. Se
ngak

RK84

Mata Air Panas

A
kap

RK81
RK82
RK83

Imigrasipermu

Pasarujung

Tabahsanting

9,592,500 mN
A. Ketap

ang

Talangkaret

Peraduanbinjai

Talangtebatmonokbaru
Kelilik

Tebatkaray
Tertik
Cirebonbaru

Penjungpanjang

Tanjungpenakat

Sukamulya

Kandang
230,000 mE

232,500 mE

235,000 mE

4500

KETERANGAN

A. Lang

Kelobak

3000

D'

D

RK65

RK80

Desabaru

1500

F1

A. Pin
ggirku
ming

Pagargunung
9,597,500 mN

F6

A

F1

9,600,000 mN

0

F8

F2

9,602,500 mN

Skala :

A'

F3

9,605,000 mN

237,500 mE

240,000 mE

242,500 mE

Gambar 4. Peta Anomali Magnet Total

662 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

Struktur Patahan yang Diperkirakan
A'

Penampang Magnet A - A'

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 5. Peta Tahanan Jenis Semu

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

663

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 6. Tahanan
n Jenis Batu
uan Penampang ABCD (Utara-Selat
(
an)

ambar.7 Mod
del Tentatif P
Panas Bumi Daerah Kep
pahiang
Ga